[]

Safinatun Najah – Matan dan Terjemah

Safinatun Najah – Matan dan Terjemah


Download WORD atau PDF



Kitab Asli Arab >>




Judul Asli:
سفينة النجاه في ما يجب علي العبد لمولاه
“Bahtera Keselamatan Tentang Kewajiban Hamba kepada Allah”

Karya:
Syaikh Salim Samir Al-Hadhromi Asy-Syafi’i

Penerbit:
Darul Minhaj, cet. ke-1 th. 1430 H/2009 M

Penerjemah:
Nor Kandir, ST

Penerbit:
Pustaka Syabab

Cetakan:
Pertama, Dzulqadah 1437 H/Agustus 2016
Kedua, Jumadil Akhir 1438 H/Januari 2017




PENGANTAR PENERJAMAH


Saya memuji Allah atas nikmat-nikmat yang dianugrahkan-Nya kepada saya berupa Islam, iman, dan mengenal sunnah. Hanya dengan taufik-Nya saya diberi waktu dan kesanggupan untuk menyelesaikan terjemahan matan yang penuh berkah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, seluruh keluarganya, juga Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, serta seluruh orang yang menapaki jalan mereka. Aamiin.

Pembaca Budiman, kutaib (kitab kecil) dari matan Safinantun Najah ini adalah matan yang banyak dikaji oleh santri Nusantara karena penyusun matan ini bermadzhab Syafi’i di mana beliau lahir di Hadromaut Yaman yang hijrah berdakwah di Batavia Jawa dan meninggal di sana. Mempelajari suatu madzhab dengan memulainya dari matan kecil adalah sebuah keharusan bagi penuntut ilmu agar dia memiliki pegangan dan memiliki sedikit wawasan tentang madzhabnya, tidak kaku menghadapi khilaf (perbedaan), dan beragama dengan dalil. Banyak orang beragama ikut-ikutan dan mengukur kebenaran dengan banyaknya pelaku, padahal kebenaran itu diukur dengan dalil. Contoh sederhana saja, manusia pada umumnya menganggap bahwa jilbab lebar dan cadar adalah sesat atau cara beragama yang ekstrim, padahal jilbab lebar dan cadar merupakan madzhab Asy-Syafi’i sebagaimana yang disinggung penyusun matan ini di Fasal Aurot.

Yang saya lakukan dalam penerjemahan matan ini adalah:
1.        Menerjemahkan apa adanya dengan bahasa yang mudah dan ringkas.
2.       Semua istilah syari saya sebutkan dan saya jelaskan di dalam kurung kecuali lafazh ‘Ab’ad yang tidak saya temukan penjelasannya di syarahnya (Kasyifatus Suja karya Syaikh Nawawi Al-Bantani). Sampai sekarang saya belum paham apa maksud ‘Ab’ad di sini.
3.       Untuk memudahkan, saya tambahi subjudul di tiap pembahasan. Semua kata yang terdapat dalam kurung siku “[ ]” adalah tambahan penerjemah.
4.      Saya sebutkan semua text Arabnya lalu diikuti terjemahannya dengan harapan bisa dimanfaatkan oleh yang ingin menghafalnya atau mengetahui teks aslinya.

Perlu diketahui bahwa penyusun Safinatun Najah hanya menyelesaikan bab fiqih sampai bab Zakat, adapun bab Puasa dilengkapi oleh Syaikh Nawawi Al-Bantani.

Saran, masukan, nasihat, dan kritik bisa Pembaca layangkan ke email norkandir@gmail.com atau 085730 219 208. Saya sangat senang hati menerima masukan dari Pembaca Budiman.

Semoga shalawat dan salam untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para keluarganya.


Surabaya, Ahad 14 Sya’ban 1437 H/22 Mei 2016 M
Penerjemah

Nor Kandir, ST







DAFTAR ISI










[MUQODDIMAH]


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدَّيْنِ. وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيَّيْنَ، وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ.

Segala puji milik Allah Rabb semesta alam. Dengan-Nya kami meminta pertolongan dalam urusan dunia dan agama. Semoga shalawat dan salam Allah atas tuan kita Muhammad penutup para Nabi, keluarganya, dan Sahabatnya semua. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan dari Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia.

[Rukun Islam]


أَرْكَانُ الإِسْلامِ خَمْسَةٌ:
1- شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ
2- إِقَامُ الصَّلاَةِ.
3- إِيْتَاءُ الزَّكَاةِ.
4- صَوْمُ رَمَضَانَ.
5- حَجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً.

Fasal: Rukun Islam ada 5, yaitu syahadat laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Romadhon, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu menempuh perjalananya.

[Rukun Iman]


أَرْكَانُ الإِيْمَانِ سِتَّةٌ:
1- أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ.
2- مَلاَئِكَتِهِ.
3- كُتُبِهِ.
4- رُسُلِهِ.
5- بِالْيَوْمِ الآخِرِ.
6- بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ مِنَ اللهِ تَعَالَى.

Fasal: Rukun imam ada 6, yaitu kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari Akhir, dan takdir yang baik maupun yang buruk semuanya dari Allah.

[Makna Kalimat Tauhid]


وَمَعْنَى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ:
لاَ مَعْبُودَ بِحَقٍّ -فِيْ الْوُجُوْدِ- إِلاَّ اللهُ.

Fasal: Makna (لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ) adalah tidak ada yang berhak disembah —dalam wujud— selain Allah.

[Tanda Baligh]


عَلاَمَاتُ الْبُلُوْغِ ثَلاَثٌ:
1- تَمَامُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً فِيْ الذَّكَّرِ وَالأُنْثَى.
وَ2- الاحْتِلاَمُ فِيْ الذَّكَرِ وَالأُنْثَى لِتِسْعِ سِنِيْنَ.
وَ3- الْحَيْضُ فِيْ الأُنْثَى لِتِسْعِ سِنِيْنَ.

Fasal: Tanda baligh ada tiga, yaitu [1] umur 15 tahun sempurna bagi lelaki maupun perempuan. [2] ihtilam (mimpi basah) bagi lelaki maupun perempuan yang (biasanya) berumur 9 tahun, dan [3] haidh bagi perempuan yang (biasanya) berumur 9 tahun.

[Syarat Istinja]


شُرُوْطُ إِجْزَاءِ الْحَجَرِ ثَمَانِيَةٌ:
1- أنْ يَكُوْنَ بِثَلاَثةِ أَحْجَارٍ.
وَ2- أنْ يُنْقِيَ الْمَحَلَّ.
وَ3- أنْ لاَ يَجِفَّ النَجَسُ.
وَ4- أَنْ لاَ يَنْتَقِلَ.
وَ5- لاَ يَطْرَأَ عَلَيْهِ آخَرُ.
وَ6- أَنْ لاَ يُجَاوِزَ صَفْحَتَهُ وَحَشَفَتَهُ.
وَ7- أَنْ لاَ يُصِيْبَهُ مَاءٌ.
وَ8- أنْ تَكُوْنَ الأَحْجَارُ طَاهِرَةً.

Fasal: Syarat sah bersuci dengan batu (istinja) ada 8, yaitu: [1] jumlah batunya tiga, [2] membersihkan tempat najis, [3] najisnya belum kering, [4] najis belum berpindah tempat, [5] tidak tercampur dengan najis lain, [6] tidak melampaui shofhah (daerah yang tertutup dari kedua pantat saat berdiri) dan hasyafah (daerah/kuncup yang nampak dari penis lelaki setelah dikhitan), [7] tidak terkena air, dan [8] batu tersebut haruslah suci.

[Rukun Wudhu]


فُرُوْضُ الْوُضُوْءِ سِتَّةٌ:
الأَوَّلُ: النِّيَّةُ.
الثَّانِيْ:غَسْلُ الْوَجْهِ.
الثَّالِثُ: غَسْلُ الْيَدَيْنِ مَعَ الْمِدَيْنِ مَعَ الْمِرْفَقَيْنِ.
الرَّابعُ: مَسْحُ شَيْءٍ مِنَ الرَّأْسِ.
الْخَامِسُ: غَسْلُ الرِّجْلَيْنِ مَعَ الْكَعْبَيْنِ.
السَّادِسُ: التَّرْتِيْبُ.

Fasal: Fardhu (rukun) wudhu ada 6, yaitu: [1] niat, [2] membasuh wajah, [3] membasuh dua tangan hingga siku, [4] mengusap sebagian kepala, [5] membasuh dua kaki hingga mata-kaki, dan [6] tertib (berurutan).

[Arti Niat dan Tertib]


النِّيَّةُ: قَصْدُ الشَّيْءِ مُقْتَرِناً بِفِعْلِهِ. وَمَحَلُّهَا: الْقَلْبُ. وَالتَّلَفُّظُ بِهَا: سُنَّةٌ. وَوَقْتُهَا، عِنْدَ غَسْلِ أَوَّلِ جُزْءٍ مِنَ الْوَجْهِ.
وَالتَّرْتِيْبُ: أَنْ لاَ يُقَدَّمَ عُضْوٌ عَلَى عُضْوٍ.

Fasal: niat adalah menyegaja sesuatu yang dibarengi dengan mengerjakannya dan tempat niat ada di dalam hati. Melafazhkannya adalah sunnah. Waktu niat adalah saat membasuh bagian pertama dari wajah. Maksud tertib adalah bagian yang pertama tidak didahului bagian yang lain.

[Hukum Air]


المَاءُ قَلِيْلٌ وَكَثِيْرٌ.
فَالْقَلِيْلُ: مَا دُوْنَ الْقُلَّتَيْنِ.
وَالْكَثِيْرُ: قُلَّتَانِ فَأكْثَرُ.
وَالقَلِيْلُ: يَتَنَجَّسُ بِوُقُوْعِ النَّجَاسَةِ فِيْهِ، وَإِن لَمْ  يَتَغَيَّرْ.
وَالْمَاءُ الْكَثِيْرُ: لاَ يَتَنَجَّسُ إِلاَّ إذا تَغَيَّرَ طَعْمُهُ، أَوْ لَوْنُهُ، أوْ رِيْحُهُ.

Fasal: Air sedikit dan banyak. Air sedikit itu jika kurang dari dua kulah dan air banyak jika lebih dari dua kulah. Air sedikit menjadi najis dengan jatuhnya benda najis ke dalamnya meskipun tidak berubah. Sementara air banyak tidak menjadi najis dengan jatuhnya benda najis ke dalamnya kecuali jika berubah rasanya, warnanya, atau aromanya.

[Yang Mewajibkan Mandi]


مُوْجِبَاتُ الْغُسْلِ سِتَّةٌ:
1- إِيْلاَجُ الْحَشَفَةِ فِيْ الْفَرْجِ.
وَ2- خُرُوُجُ الْمَنيِّ
وَ3- الْحَيْضُ
وَ4- النَّفَاسُ
وَ5- الْوِلاَدَةُ
وَ6- الْمَوْتُ.

Fasal: Yang mewajibkan mandi ada 6 hal, yaitu [1] masuknya hasyafah (kuncup dzakar) ke farji (vagina), [2] keluarnya mani, [3] haidh, [4] nifas, [5] melahirkan, dan [6] meninggal.

[Rukun Mandi]


فُرُوْضُ الْغُسْلِ اثْنَانِ:
1- النِّيَّةُ
وَ2- تَعْمِيْمُ الْبَدَنِ بِالمَاءِ.

Fasal: Fardhu (rukun) mandi besar ada 2, yaitu niat dan mengguyur rata badan dengan air.

[Syarat Wudhu]


شُرُوْطُ الْوُضُوْءِ عَشَرَةٌ:
1- الإِسْلاَمُ.
وَ2- التَّمْيِيْزُ.
وَ3- النَّقَاءُ عَنِ الْحَيْضِ، والنِّفَاسِ.
وَ4- عَمَّا يَمْنَعُ وُصُوْلَ الْمَاءِ إِلَى الْبَشَرَةِ.
وَ5- أَنْ لاَ يَكُوْنَ عَلَى الْعُضْوِ مَا يُغَيِّرُ الْمَاءَ.
وَ6- الْعِلَمُ بِفَرْضِيَّتِهِ.
وَ7- أَنْ لاَ يَعْتَقِدَ فَرْضَاً مِنْ فَرُوْضِهِ سُنَّةً.
وَ8- الْمَاءُ الطَّهُوْرُ.
وَ9- دُخُوْلُ الْوَقْتِ
وَ10- الْمُوَالاَةُ لِدَائِمِ الْحَدَثِ.

Fasal: syarat wudhu ada 10, yaitu: [1] Islam, [2] tamyiz (bisa membedakan yang baik dan benar), [3] bersih dari haidh dan nifas, [4] bersih dari yang menghalangi air meresap ke kulit, [5] tidak ada anggota wudhu  yang merubah air suci, [6] mengetahui wajib wudhu, [7] tidak meyakini sunnah sebagai wajib wudhu, [8] airnya suci, [9] masuk waktu, dan [10] muwalah bagi yang sering berhadats.

[Pembatal Wudhu]


نَوَاقِضُ الْوُضُوْءِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ:
الأَولُ: الْخَارجُ مِنْ أَحَدِ السَّبِيْلَيْنِ، مِنْ قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ، رِيْحٌ أَوْ غَيْرُهُ، إِلاَّ الْمَنِيَّ.
الثَّانِيْ: زَوَالُ الْعَقْلِ بِنَوْمٍ أَوْ غَيْرِهِ،إِلاَّ قَاعِدٍ مُمَكِّنٍ مَقْعَدَتَهُ مِنَ الأَرْضِ.
الثَّالِثُ: الْتِقَاءِ بَشَرَتَيْ رَجُلٍ وَامْرَأَةٍ كَبِيْرَيْنِ أَجْنَبِيَّيْنِ مِنْ غَيْرِ حَائِلٍ.
الرَّابعَ: مَسُّ قُبُلِ الآدَمِيِّ، أَوْ حَلْقَةِ دُبُرِهِ بِبَطْنِ الرَّاحَةِ، أِوْ بُطُوْنِ الأَصَابعِ.

Fasal:  Pembatal wudhu ada 4, yaitu [1] apapun yang keluar dari salah satu dari dua jalan yaitu qubul (jalan depan/kemaluan) atau dubur (jalan belakang/ anus), baik kentut atau lainnya kecuali mani, [2] hilangnya akal dengan tidur atau lainnya kecuali tidurnya orang yang duduk sambil mengokohkan duduknya di tanah (lantai), dan [3] bersentuhannya dua kulit lelaki dengan perempuan dewasa tanpa pembatas, dan [4] menyentuh qubul anak Adam atau lingkarang duburnya dengan telapak tangan atau jari-jarinya.

[Yang Diharamkan Bagi yang Berhadats]


مَنِ انْتَقَضَ وُضُوْءَهُ حَرُمَ عَلَيْهِ أَرْبَعَةُ أَشُيَاءَ:
1- الصَّلاَةُ.
وَ2- الطَّوَافُ.
وَ3- مَسُّ الْمُصْحَفِ.
وَ4- حَمْلُهُ.

Siapa yang batal wudhunya maka dia diharamkan 4 hal, yaitu [1] shalat, [2] thawaf, [3] memegang mushaf, dan [4] membawanya.

[Yang Diharamkan Bagi Orang Junub]


وَيَحْرُمُ عَلَى الْجُنُبِ سِتَّةُ أَشْيَاءَ:
1-الصَّلاَة.
وَ2- الطَّوَافُ.
وَ3- مَسُّ الْمُصْحَفِ.
وَ4- حَمْلُهُ.
وَ5- اللُّبْثُ فِيْ الْمَسْجِدِ.
وَ6- قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ.

Orang junub diharamkan 6 hal, yaitu: [1] shalat, [2] thawaf, [3-4] memegang mushaf dan membawanya, [5] berdiam diri di masjid, dan [6] membaca Al-Qur’an.

[Yang Diharamkan Bagi Wanita Haid]


وَيَحْرُمُ بِالْحَيْضِ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ:
1- الصَّلاَةُ.
وَ2- الطَّوَافُ.
وَ3- مَسُّ الْمُصْحَفِ.
وَ4- حَمْلُهُ.
وَ5- اللُّبْثُ فِيْ الْمَسْجِدِ.
وَ6- قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ.
وَ7- الصَّوْمُ.
وَ8- الطَّلاَقُ.
وَ9- المُرُوْرُ فِيْ المَسْجِدِ إِنْ خَافَتْ تَلْوِيْثَهُ.
وَ10- الاسْتِمْتَاعُ بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ.

Wanita haidh diharamkan 10 hal, yaitu [1] shalat, [2] thawaf, [3-4] menyentuh mushaf dan membawanya, [5] berdiam diri di masjid, [6] membaca Al-Qur’an, [7] puasa, [8] talaq, [9] melewati masjid jika takut mengotorinya, dan [10] istimta’ (bercumbu) di sekitar daerah antara pusar dan lutut.

[Sebab Tayammum]


أَسْبَابُ التَّيَمُّمِ ثَلاَثَةٌ:
1- فَقْدُ الْمَاءِ
وَ2- الْمَرَضُ.
وَ3-الاحْتِيَاجُ إِلَيْهِ لِعَطَشِ حَيَوَانٍ مُحْتَرِمٍ.

Fasal: Sebab tayammum ada 3, yaitu [1] tidak ada air, [2] sakit, dan [3] airnya dibutuhkan untuk memberi minum binatang kehausan yang muhtarom (yang dimuliakan syara’).

غَيْرُ الْمُحْتَرَم سِتَّةٌ:
1- تَارِكُ الصَّلاَةِ.
وَ2- الزَّانِيْ الْمُحْصَنُ.
وَ3- الْمُرْتَدُّ.
وَ4-الكَافِرُ الْحَرْبِيُّ.
وَ5- الْكَلْبُ الْعَقُوْرُ.
وَ6- الْخِنْزِيْرُ.

Orang yang tidak dihormati ada 6, yaitu [1] peninggal shalat, [2] pezina muhshon, [3] murtad, [4] kafir harbi, [5] anjing galak, dan [6] babi.

[Syarat Tayammum]


شُرُوْطُ التَّيَمُّمِ عَشَرَةٌ:
1- أَنْ يَكُوْنَ بِتُرَابٍ.
وَ2- أَنْ يَكُوْنَ التُّرَابُ طَاهِرَاً.
وَ3- أَنْ يَكُوْنَ مُسْتَعْمَلاٍ.
وَ4- أنْ لاَ يُخَالِطَهُ دَقِيْقٌ وَنَحْوُهُ.
وَ5- أَنْ يَقْصِدَهُ.
وَ6- أنْ يَمْسَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ بِضَرْبَتَيْنِ.
وَ7- أَنْ يُزِيْلَ النَّجَاسَةَ أَوَّلاً.
وَ8- أَنْ يَجْتَهِدَ فِيْ الْقِبْلَةِ قَبْلَهُ.
وَ9- أنْ يَكُوْنَ التَّيَمُّمُ بَعْدَ دُخُوْلِ الْوَقْتِ.
وَ10- أَنْ يَتَيَمَّمَ لِكُلِّ فَرْضٍ.

Fasal: Syarat tayammum ada 10, yaitu [1] dengan debu, [2] debunya suci, [3] tidak debu musta’mal (sudah digunakan), [4] tidak bercampur gandum atau semacamnya, [5] sengaja tayammum, [6] membasuh wajah dan dua tangannya dengan dua kali tepukan tanah, [7] sebelumnya sudah membersihkan najis badan, [8] ijtihad menentukan qiblat, [9] tayammum setelah masuk waktu, dan [10] tayammum sekali untuk tiap shalat fardhu.

[Rukun Tayammum]


فُرُوْضُ التَّيَمُّمِ خَمْسَةٌ:
الأَوَّلُ: نَقْلُ التُّرَابِ.
الثَّانِيْ: النِّيَّةُ.
الثَّالِثُ: مَسْحُ الْوَجْهِ.
الرَّابعُ: مَسْحُ الْيَدَيْنِ إَلَى الْمِرْفَقَيْنِ.
الْخَامِسُ: التَّرْتِيْبُ بَيْنَ الْمَسْحَتَيْنِ.

Fasal: Fardhu (rukun) tayammum ada 5, yaitu [1] memindah debu, [2] niat, [3] mengusap wajah, [4] mengusap tangan hingga siku-siku, dan [5] tertib dalam mengusap.

[Pembatal Tayammum]


مُبْطِلاَتُ التَّيَمُّمِ ثَلاَثَةٌ:
1- مَا أَبْطَلَ الْوَضُوْءَ.
وَ2- الرِّدَّةَ.
وَ3- تَوَهُّمُ الْمَاءِ إِنْ تَيَمَّمَ لِفَقْدِهِ.

Fasal: Pembatal-pembatal tayammum ada 3, yaitu [1] apa saja yang membatalkan wudhu, [2] murtad, dan [3] ragu adanya air jika sebab tayamumnya karena ketiadaan air.

[Najis yang Bisa Suci]


الَّذِيْ يَطْهُرُ مِنَ النَّجَاسَاتِ ثَلاَثَةٌ:
1- الْخَمْرُ إِذَا تَخَلَّلَتْ بِنَفْسِهَا.
وَ2- جِلْدُ الْمَيْتَةِ إِذَا دُبِغَ
وَ3- مَا صَارَ حَيَواناً.

Fasal: Yang bisa menjadi suci dari najis ada 3, yaitu [1] khomr (arak) yang berubah dengan sendirinya (menjadi cuka), [2] kulit bangkai jika disamak, dan [3] binatang yang disembelih.

[Pembagian Najis]


النَّجَاسَاتُ ثَلاَثٌ:
مُغَلَّظَةٌ، وَمُخَفَّفَةٌ، وَمُتَوَسِّطَةٌ.
الْمُغَلَّظَةُ: نَجَاسَةُ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيْرِ وَفَرْغُ أَحدِهِمَا.
وَالْمُخَفَّفَة: بَوْلُ الصَّبِيِّ الَّذِيْ لَمْ يَطْعِمْ غَيْرَ اللَّبَنِ وَلَمْ يَبْلُغِ الْحَوْلَيْنِ.
وَالْمُتُوَسَّطَةُ: سَائِرُ النَّجَاسَاتِ.

Fasal: Najis itu ada 3, yaitu [1] mughollazhoh, [2] mukhoffafah, dan [3] mutawasithoh. Mughollazhoh adalah najis anjing dan babi beserta anak-anaknya, mukhoffafah adalah kencing bayi yang belum makan apapun selain ASI dan belum mencapai 2 tahun, dan mutawasithoh adalah najis selain keduanya.

[Cara Menghilangkan Najis]


الْمُغَلَّظَةُ تَطْهُرُ بِسَبْعِ غَسَلاَتٍ بَعْد إِزَالَةِ عَيْنِهَا إِحْدَاهُنَّ بِتُرَابٍ.
وَالْمُخَفّفَةُ تَطْمُرُ بِرَشِّ الْمَاءِ عَلَيْهَا مَعَ الْغَلَبَةِ وَإِزَالَةِ عَيْنِها.
وَالْمُتَوَسَّطَةُ تَنْقَسِمُ إِلَى قِسْمَيْنِ: عَيْنِيَّةٌ، وَحُكْمِيَّةٌ.
الْعَيْنِيَّةُ: الَّتِيْ لَهَا لَوْنٌ وَرِيْحٌ وَطَعْمٌ، فَلاَ بُدَّ مِنْ إِزَالَةِ لَونِهَا وَريِحِهَا وَطَعْمِهَا.
وَالْحُكْمِيَّةُ: الَّتِيْ لاَ لَوْنَ وَلاَ ريْحَ وَلاَ طَعْمَ لَهَا، يَكْفِيْكَ جَرْيُ الْمَاءِ عَلَيْهَا.

Fasal: Mughollazhoh disucikan dengan 7 basuhan setelah dihilangkan najisnya terlebih dahulu di mana salah satunya dengan debu. Mukhoffafah disucikan dengan memercikkan air di atasnya disertai menghilangkan najisnya.
Mutawassithoh dibagi dua, yaitu [1] ainiyah dan [2] hukmiyah. Najis aini adalah najis yang memiliki warna, aroma, dan rasa sehingga cara mensucikannya harus menghilangkan warna, aroma, dan rasanya. Najis hukmi adalah najis yang tidak berwarna, beraroma, dan berasa sehingga cukup mengalirkan air di atasnya.

[Haid dan Nifas]


أًقَلُّ الْحَيْضِ: يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ.
وَغَالِبُهُ: سِتٌّ أَوْ سَبْعٌ.
وَأَكْثَرُهُ: خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْماً بِلَيَالِيْهَا.
أَقَلُّ الطُّهْرِ بَيْنَ الْحَيْضَتَيْنِ: خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمَاً.
وَغَالِبُهُ: أَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ يَوْمَاً، أَوْ ثَلاَثَةٌ وَعِشْرُوْنَ يَوْمَاً.
وَلاَ حَدَّ لأَكْثَرِهِ.
أَقَلُّ النِّفَاسِ: مَجَّةٌ. وَغَالِبُهُ: أَرْبَعُوْنَ يَوْمَاً. وَأَكُثَرُهُ: سِتُّوْنَ يَوْمَاً.

Fasal: Sedikitnya haidh adalah sehari semalam, umumnya 6 atau 7 hari, dan terbanyak adalah 15 sehari semalam. Sedikitnya masa suci antara dua haidh adalah 15 hari, umumnya 24 atau 23 hari, tetapi terkadang seseorang lebih lama dari itu.

Masa nifas paling sedikit adalah  setetes darah, umumnya 40 hari, dan maksimal 60 hari.

[KITAB SHALAT]

[Udzur Shalat]


أَعْذَارُ الصَّلاةِ اثْنَانِ:
1- النَّوْمُ.
وَ2- النِّسْيَانُ.

Fasal: Udzur shalat ada dua, yaitu tidur dan lupa.

[Syarat Shalat]


شُرُوْطُ الصَّلاَةِ ثَمَانِيَةٌ:
1- طَهَارَةُ الْحَدَثَيْنِ.
وَ2- الطَّهَارَةُ عَنِ النَّجَاسَةِ فِيْ الثَّوْبِ وَالْبَدَنِ وَالْمَكَانِ.
وَ3- سَتْرُ الْعَوْرَةِ.
وَ4- اسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ.
وَ5- دُخُوْلُ الْوَقْتِ.
وَ6- الْعِلْمُ بِفَرْضِيَّتِهَا.
وَ7- أَنْ لاَ يَعْتَقِدَ فَرْضَاً مِنْ فُرُوْضِهَا سُنَّةً.
وَ8- اجْتِنَابُ الْمُبْطِلاَتِ.

Fasal: Syarat shalat ada 8, yaitu [1] suci dari dua hadats (besar dan kecil), [2] suci dari najis pada pakaian, badan, dan tempat, [3] menutup aurat, [4] menghadap qiblat, [5] masuk waktu, [6] mengetahui fardhu shalat, [7] tidak meyakini fardhu shalat sebagai sunnah, dan [8] menjauhi pembatal-pembatalnya.

[Pembagian Hadats]


الأَحْدَاثُ اثْنَانِ: أَصْغَرُ، وَأَكْبَرُ.
فَالأَصْغَرُ: مَا أوْجَبَ الْوُضُوْءَ.
وَالأَكبَرُ: مَا أَوْجَبَ الْغُسْلَ.

Hadats itu ada dua, yaitu ashghor (kecil seperti kencing) dan akbar (besar seperti junub). Ashghor adalah hadats yang mewajibkan wudhu dan akbar adalah yang mewajibkan mandi.

[Pembagian Aurot]


الْعَوْرَاتُ أَرْبَعٌ:
1- عَوْرَةُ الرَّجُلِ مُطْلَقَاً.
وَالأَمَةِ فِيْ الصَّلاَةِ مَا بَيْنَ السُّرَةِ والرُّكْبَةِ.
وَ2- عَوْرَةُ الْحُرَّةِ فِيْ الصَّلاَةِ: جَمِيْعُ بَدَنِهَا مَا سِوَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ.
وَ3- عَوْرَةُ الْحُرَّةِ وَالأَمَةِ عِنْدَ الأَجَانِبِ: جَمِيْعُ الْبَدَنِ.
وَ4- عِنْدَ مَحَارِمِهمَا وَالنِّسَاءِ: مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ.

Aurot itu ada 4, yaitu [1] aurot lelaki mutlak (maksudnya, di dalam shalat dan luar shalat) dan wanita di dalam shalat yakni antara pusar dan lutut, [2] aurot wanita merdeka (bukan budak) di dalam shalat adalah seluruh badannya selain wajah dan telapak tangan, [3] aurot wanita merdeka dan budak wanita terhadap lelaki asing adalah seluruh badannya, dan [4] sementara aurot keduanya terhadap mahrom dan wanita lain adalah antara pusar dan lutut.

[Rukun Shalat]


أَرْكَانُ الصَّلاَةِ سَبْعَةَ عَشَرَ:
الأَوَّلُ: النِّيَّةُ.
الثَّانِيْ: تَكْبِيْرةُ الإِحْرَامِ.
الثَّالِثُ: الْقِيَامُ عَلَى القَادِرِ فِيْ الْفَرْضِ.
الرَّابعُ: قِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ.
الْخَامِسُ: الرَّكُوْعُ.
السَّادِسُ: الطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ.
السَّابعُ: الاعْتِدَالُ.
الثَّامِنُ: الطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ.
التَّاسِعُ: السُّجُوْدُ مَرَّتَيْنِ.
الْعَاشِرُ: الطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ.
الْحَادِيْ عَشَرَ: الْجُلُوْسُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ.
الثَّانِيْ عَشَرَ: الطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ.
الثَّالِثَ عَشَرَ: التَّشَهُّدُ الأَخِيْرُ.
الرَّابِعَ عَشَرَ: الْقُعُوْدُ فِيْهِ.
الْخَامِسَ عَشَرَ: الصَّلاَةُ عَلَىَ النَّبِيِّ فِيْهِ.
السَّادِسَ عَشَرَ: السَّلاَمُ.
السَّاِبَعَ عَشَرَ: التَّرْتِيْبُ.

Fasal: Rukun shalat ada 17, yaitu [1] niat, [2] takbiratul ihrom, [3] berdiri bagi yang mampu dalam shalat wajib, [4] membaca Al-Fatihah, [5] ruku’, [6] thuma’ninah, [7] i’tidal, [8] thuma’ninah saat i’tidal, [9] sujud dua kali, [10] thuma’ninah saat sujud, [11] duduk antara dua sujud, [12] thuma’ninah saat duduk, [13] tasyahhud akhir, [14] duduk, [15] shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, [16] salam, dan [17] tertib.

[Niat Shalat]


النِّيَّةُ ثَلاَثُ دَرَجَاتٍ:
1-إنْ كَانَتِ الصَّلاَةُ فَرْضَاً. وَجَبَ قَصْدُ الْفِعْلِ، وَالتَّعْيِيْنُ، وَالْفَرْضِيَّةُ.
و2- إِنْ كَانَتْ نَافِلَةً مُؤقَّتَةً كَرَاتِبَةٍ أَوْ ذَاتِ سَبَبٍ، وَجَبَ قَصْدُ الْفِعْلِ وَالتَّعْيِيْنُ.
وَ3- إِنْ كَانَتْ نَافِلَةً، وَجَبَ قَصْدُ الْفِعْلِ فَقَطْ.
الْفِعْلُ: أُصَلِّيْ. وَالتَّعْيِيْنُ: ظُهْرَاً، أَوْ عَصْرَاً. وَالْفَرْضِيَّةُ: فَرْضَاً.

Fasal: niat ada 3 tingkatan, yaitu [1] jika shalat fardhu maka wajib menyengaja berbuat dan ta’yin (menentukan jenis shalat) serta fardhiyah (menyatakan kefardhuan), [2] jika shalat sunnah muaqqot (yang ditentukan waktunya) seperti sunnah rawatib atau yang memiliki sebab maka wajib menyengaja berbuat dan ta’yin, dan [3] jika shalat sunnah mutlak (tidak terikat waktu) maka wajib menyengaja berbuat saja.

Yang dimaksud berbuat adalah ucapan ushalli (aku shalat), ta’yin adalah ucapan Zhuhur atau Ashar, dan fardhiyyah adalah fardhu.

[Syarat Takbiratul Ihrom]


شُرُوْطُ تَكْبِيْرَةِ الإِحْرامِ سِتَّةَ عَشَرَ:
1- أَنْ تَقَعَ حَالَةَ الْقِيَامِ فِيْ الْفَرْضِ.
وَ2- أَنْ تَكُوْن بِالْعَرَبِيَّةِ.
وَ3وَ4- أَنْ تَكُوْنَ بِلَفْظِ » الْجَلاَلَةِ « وَلَفْظِ » أَكْبَرُ «
وَ5- التَّرْتِيْبُ بَيْنَ اللَّفْظَيْنِ.
وَ6- أَنْ لاَ يَمُدَّ هَمْزَةَ » الْجَلاَلَةِ «
وَ7- عَدَمُ مَدِّ بَاءِ » أَكْبَرُ «.
وَ8- أَنْ لاَ يُشَدِّدَ » الْبَاءَ «
وَ9- أَنْ لاَ يَزِيْدَ وَاواً سَاكِنَةً، أَوْ مُتَحَرِّكَةً بَيْنَ الْكَلِمَتَيْنِ.
وَ10- أَنْ لاَ يَزِيْدَ وَاواً قَبْلَ » الْجَلاَلةِ «
وَ11- أَنْ لاَ يَقِفَ بَيْنَ كَلِمَتَيِ التَّكْبِيْرِ وَقْفَةً طَوِيْلَةً وَلاَ قَصِيْرَةً.
وَ12- أَنْ يُسْمِعَ نَفْسَهُ جَمِيْعَ حُرُوْفِها.
وَ13- دُخُوْلُ الْوَقْتِ فِيْ الْمُؤَقَّتِ.
وَ14- إِيْقَاعُهَا حَالَ الاسْتِقْبَال.
وَ15- أَنْ لاْ يُخِلَّ بِحَرْفٍ مِنْ حُرُوْفِهَا.
وَ16- تَأْخِيْرُ تَكْبِيْرَةِ الْمَأمُوْمِ عَنْ تَكْبِيْرَةِ الإِمَام.

Fasal: Syarat takbiratul ihram ada 16, yaitu [1] dibaca saat berdiri dalam shalat fardhu, [2] berbahasa Arab, [3&4] berlafazh jalalah (Allah) dan berlafazh Akbar, [5] tertib (urut) antara dua lafazh tersebut, [6] hamzah jalalah tidak boleh dipanjangkan, [7] BA akbar tidak dipanjangkan, [8] BA akbar tidak ditasydid, [9] tidak ditambah dengan wawu mati atau berharokat di antara dua kata itu, [10] tidak boleh ditambah wawu sebelum jalalah, [11] tidak berhenti di antara dua lafazh takbir baik lama atau sebentar, [12] dirinya mendengar semua huruf-hurufnya, [13]  masuk waktu dalam shalat muaqqat, [14] terjadinya sewaktu menghadap qiblat, [15] tidak merubah satu pun dari huruf-huruf takbir, dan [16] mengakhirkan takbir makmum dari takbir imam.

[Syarat Al-Fatihah]


شُرُوْطُ الْفَاتِحَةِ عَشَرَةٌ:
1- التَّرْتِيْبُ.
وَ2- الْمُوَالاَةُ
وَ3- مُرَاعَاةُ حُرُوْفِهَا.
وَ4- مُرَاعَاةُ تَشْدِيْدَتِهَا.
وَ5- أَنْ لاَ يَسْكُتَ سَكْتَةً طَوِيْلَةً، وَلاَ قَصِيْرَةً يَقْصِدُ بِهَا قَطْعَ الْقِرَاءَةِ.
وَ6- قِرَاءَةُ كُلِّ آيَاتِهَا، وَمِنْهَا الْبَسْمَلَةُ.
وَ7- عَدَمُ اللَّحْنِ الْمُخِلِّ بِالْمَعْنَى
وَ8- أَنْ تَكُوْنَ حَالَةَ الْقِيَامِ فِيْ الْفَرْضِ.
وَ9- أَنْ يُسْمِعَ نَفْسَهُ الْقِرَاءَةَ.
وَ10- أَنْ لاَ يَتَخَلَّلَهَا ذِكْرٌ أَجْنَبِيٌّ.

Fasal: Syarat Al-Fatihah ada 10, yaitu [1] tartib, [2] muwalah (urut dan tidak disela), [3] menjaga hurufnya, [4] menjaga tasydidnya, [5] tidak berhenti lama atau sebentar dalam memutus bacaan, [6] membaca semua ayatnya termasuk basmalah, [7] tidak lahn (salah baca) yang bisa merubah makna, [8] membacanya dengan berdiri saat shalat Fardhu, [9] dirinya mendengarkan bacaannya, dan [10] tidak menyela-nyelanya dengan zikir lainnya.

[Tasydid Al-Fatihah]


تَشْدِيْدَاتُ الْفَاتِحَةِ أَرْبَعَ عَشَرَةَ:
1- } بِسْمِ اللهِ { فَوْقَ الَّلامِ.
2- } الرَّحْمنِ { فَوْقَ الرَّاءِ.
3- } الرَّحِيْمِ { فَوْقَ الرَّاءِ.
4- } الْحَمْدُ للهِ { فَوْقَ لاَمِ الْجَلاَلَةِ.
5- } رَبِّ الْعَالَمِيْنَ { فَوْقَ الْبَاءِ.
6- } الرَّحْمنِ { فَوْقَ الرَّاءِ.
7- } الرَّحِيْمِ { فَوْقَ الرَّاءِ.
8- } مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ { فَوْقَ الدِّالِ.
9- } إِيَّاكَ نَعْبُدُ { فَوْقَ الْيَاءِ.
10- } إِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ { فَوْقَ الْيَاءِ.
11- } إِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقٍيْمَ { فَوْقَ الصَّادِ.
12- } صِرَاطَ الَّذِيْنَ { فَوْقَ اللاَّمِ.
13- و14- } أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ { فَوْقَ الضَّادِ وَاللاَّمِ.

Fasal: Tasydid Al-Fatihah ada 14, yaitu [1] bismillah tasydidnya di atas huruf LAM, [2] Ar-Rohmaani di atas RO, [3] Ar-Rahim di atas RO, [4] Alhamdu lillahi di atas LAM JALALAH, [5] Rabbil Alamin di atas BA, [6] Ar-Rohmaani di atas RO, [7] Ar-Raohiimi di atas RO, [8] Ad-Diini di atas DAAL, [9] Iyyaka Na’budu di atas YA, [10] Iyyaka Nastaiinu di atas YA, [11] Ihdinash Shiroothol Mustaqiim di atas SHOOD, [12] Shiroothol Ladziina di atas LAM, [13&14] An’amta ‘Alaihim Ghoiril Maghdzuubi Alaihim waladh Dhoolliin di atas DHOOD dan LAAM.

[Waktu Mengangkat Tangan]


يُسَنُّ رَفْعُ الْيَدَيْنِ فِيْ أَرْبَعَةِ مَوَاضِعَ:
1- عِنْدَ تَكْبِيْرَةِ الإِحْرَامِ.
وَ2- عِنْدَ الرُّكُوْعِ.
وَ3- عِنْدَ الإِعْتِدَالِ.
وَ4- عِنْدَ الْقِيَامِ مِنْ التَشَهُّدِ الأَوَّلِ.

Fasal: Disunnahkan menggangkat dua tangan di 4 tempat, yaitu [1] saat Takbiratul ihrom, [2] saat ruku, [3] saat itidal, dan [4] saat bangkit dari tasyahhud awwal.

[Syarat Sujud]


شُرُوْطُ السُّجُوْدِ سَبْعَةٌ:
1- أَنْ يَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْضَاءٍ.
وَ2- أَنْ تَكُوْنَ جَبْهَتَهَ مَكْشُوْفَةٍ.
وَ3- التَّحَامُلُ بِرَأْسِهِ.
وَ4- عَدَمُ الْهُوِيِّ لِغَيْرِهِ.
وَ5- أَنْ لاَ يَسْجُدَ عَلَى شَيْءٍ يَتَحَرَّكُ بِحَرَكَتِهِ.
وَ6- ارْتِفَاعُ أَسَافِلِهِ عَلَى أَعَالَيْهِ.
وَ7- الطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ.

Fasal: Syarat sujud ada 7, yaitu [1] sujud di 7 anggota sujud, [2] dahinya terbuka, [3] meletakkan kepalanya, [4] tidak meniatkan untuk selain sujud, [5] tidak sujud di atas sesuatu yang bergerak-gerak, [6] kepala lebih rendah dari pantat, [7] thuma’ninah.

[Anggota Sujud]


خَاتِمَةٌ
أَعْضَاءُ السُّجُوُدِ سَبْعَةٌ:
1- الْجَبَهَةُ.
وَ2- وَ3- بُطُوْنُ أَصَابعِ الْكَفَّيْنِ.
وَ4- وَ5- الرُّكْبَتَانِ.
وَ6- وَ7- بُطُوْنُ أَصَابعِ الرِّجْلَيْنِ. 

Khotimah: Anggota sujud ada 7, yaitu [1] dahi, [2&3] dua telapak tangan bagian dalam, [4&5] dua lutut, [6&7] jari-jari dua kaki.

[Tasydid Tasyahhud]


تَشْدِيْدَاتُ التَّشَهُّدِ إِحْدَى وَعِشْرُوْنَ:
خَمْسٌ [زَائِدَةٌ] فِيْ أَكْمَلِهِ، وَسِتَّ عَشْرَةَ فِيْ أَقَلِّهِ.
1- و2- » التَّحِيَّاتُ «: عَلَى التَّاءِ وَاليَاءِ.
3- » الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ « عَلَى الصَّادِ.
4- وَ5- » الطَّيِّبَاتُ «: عَلَى الطَّاءِ وَالْيَاءِ.
6- » للهِ « :عَلَى لاَمِ الْجَلاَلَةِ.
7- » السَّلاَمُ «: عَلَى السَّيْنِ.
8- وَ9- وَ10- » عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ « عَلَى الْيَاءِ، وَالنُّوْنِ، وَاليَاءِ.
11- » وَرَحْمَةُ اللهِ « عَلَى لاَمِ الْجَلاَلَةِ.
12- » وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ « عَلَى السِّنْنِ.
13- » عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ «: عَلَى لاَمِ الْجَلاَلةِ.
14- » الصَّالِحِيْنَ «: عَلَى الصَّادِ.
15- » أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ «: عَلَى لاَمِ أَلفٍ.
16- و17- » إلاَّ اللهُ «: عَلَى لاَمِ أَلِفٍ وَلاَمِ الْجَلاَلَةِ.
18- » وَأَشْهَدُ أَنْ «: عَلَى النُّوْنِ.
19- وَ20- و21- » مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ «: عَلَى مِيْمِ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى الرَّاءِ، وَعَلَى لاَمِ الْجَلاَلَةِ.

Fasal: Tasydid tasyahhud ada 21: yang 5 penyempurna dan 16 sisanya yang minimal, yaitu:
[1&2] (التَّحِيَّاتُ) pada TA dan YA, [3] (الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ) pada SHOOD, [4&5] (الطَّيِّبَاتُ) pada THOO dan YA, [6] (للهِ) pada LAM jalalah, [7] (السَّلاَمُ) pada SIN, [8-9-10] (عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ) pada YA, NUN, dan YA, [11] (وَرَحْمَةُ اللهِ) pada LAM Jalaalah, [12] (وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ) pada SIN, [13] (عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ) pada LAM Jalaalah, [14] (الصَّالِحِيْنَ) pada SHOD, [15] (أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ) pada LAM ALIF, [16-17] (إلاَّ اللهُ) pada LAM ALIF dan LAM Jalaalah, [18] (وَأَشْهَدُ أَنْ) pada NUN, dan [19,20,21] (مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ) pada MIM, RO, dan LAM Jalaalah.

[Tasydid Shalawat]


تَشْدِيْدَاتُ أَقَلِّ الصَّلاةِ عَلَى النَّبِيِّ أَرْبَعٌ:
1- » اللًّهُمَّ «: عَلَى اللاَّمِ وَالمِيْمِ.
2- » صَلِّ « عَلَى اللاَّمِ.
3- » عَلَى مُحَمَّدٍ «: عَلَى الْمِيْمِ.

Fasal: Tasydid minimal dalam shalawat kepada Nabi ada 4, yaitu: [1] ALLAHUMMA pada LAM dan MIM, [2] SHOLLI pada LAM, [3] MUHAMMAD pada MIM, dan [4]

[Salam Minimal]


Fasal: Salam minimal adalah Assalamu alaikum dengan tasydid pada SIN.

[Pembagian Waktu Shalat]


أَوْقَاتُ الصَّلاَةِ خَمْسَةٌ:
1- أَوَّلُ وَقْتِ الظُّهْرِ: زَوَالُ الشَّمْسِ.  وَآخِرُهُ: مَصِيْرُ ظِلِّ الشَّيْءِ مِثْلَهُ، غَيْرَ ظِلِّ الاسْتِوَاءِ.
وَ2- أَوَّلُ وَقْتِ الْعَصْرِ: إِذَا صَارَ ظِلُّ كُلِّ شَيْءٍ مِثْلَهُ وَزَادَ قَلِيْلاً. وَآخِرُهُ: عِنْدَ غُرُبُ الشَّمْسِ.
وَ3- أَوَّلُ وَقْتِ الْمَغْرِبِ: غُرُوْبُ الشَّمْسِ. وَآخِرُهُ: غُرُوْبُ الشَّفَقِ الأَحْمَرِ.
وَ4- أَوَّلُ وَقْتِ العِشَاءِ: غُرُوْبُ الشَّفَقِ الأَحْمَرِ. وَآخِرُهُ طُلُوْعُ الْفَجْرِ الصَّادِقِ.
وَ5- أَوَّلُ وَقْتِ الصُّبْحِ: طُلُوْعُ الْفَجْرِ الصَّادِقِ. وَأَخِرُهُ: طُلُوْعُ الشَّمْسِ.

Fasal: Waktu-waktu shalat ada 5 yaitu [1] awal waktu Zhuhur adalah tergelincirnya matahari dan akhir waktunya adalah jika bayang-bayang sesuatu panjangnya sama dengan bendanya, [2] awal waktu Ashar adalah jika bayang-bayang sesuatu sama panjangnya dengan bendanya dan lebih sedikit, dan akhir waktunya adalah terbenamnya matahari, [3] awal waktu Maghrib adalah terbenamnya matahari dan akhir waktunya adalah hilangnya mega merah, [4] awal waktu Isya adalah hilangnya mega merah dan akhir waktunya adalah munculnya fajar shodiq, dan [5] awal waktu Shubuh adalah munculnya fajar shodiq dan akhir waktunya adalah terbitnya matahari.

[Pembagian Mega]


الأَشْفَاقُ ثَلاَثَةٌ:
1- أَحْمَرُ .
وَ2- أَصْفَرُ.
وَ3- أَبْيَضُ.
الأَحْمَرُ: مَغْرِبٌ. والأَصْفَرُ وَالأَبْيَضْ: عِشَاءٌ.
وَيُنْدَبُ تَأْخِيْرُ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى أَنْ يَغِيْبَ الشَّفَقُ الأَصْفَر والأَبْيَضُ.

Mega ada 3, yaitu mega merah, kuning, dan putih. Mega merah tanda Maghrib, sementara kuning dan putih tanda Isya.

Disunnahkan mengakhirkan shalat Isya hingga hilangnya mega merah dan putih.

[Waktu Larangan Shalat]


تَحْرُمُ الصَّلاَةُ الَّتِيْ لَيْسَ لَهَا سَبَبُ مُتَقَدِّمٌ وَلاَ مُقَارِنٌ فِيْ خَمْسَةِ أَوْقَاتٍ:
1- عِنْدَ طُلُوْعِ الشِّمْسِ حَتَّى تَرْتَفِعَ قَدْرَ رُمْحٍ.
وَ2- عِنْدَ الاسْتِوَاءِ فِيْ غِيْرِ يَوْمِ الْجُمُعَةِ حَتَّى تَزُوْلَ.
وَ3- عِنْدَ الإِصْفِرَارِ حَتْى تَغْرُبَ.
وَ4- بَعْدَ صَلاَةِ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ.
وَ5- بَعْدَ صَلاَةِ الْعَصْرِ حَتْى تَغْرُبَ.

Fasal: Shalat yang diharamkan yang tidak memiliki sebab  yang mendahuluinya atau menyertainya ada 5 waktu, yaitu [1] saat matahari terbit hingga meninggi sekitar ujung tombak, [2] saat waktu istiwa (matahari di tengah-tengah) selain hari Jum’at hingga bergeser, [3] saat kekuning-kuningan hingga matahari terbenam, [4] setelah shalat Shubuh hingga matahari terbit, dan [5] setelah shalat Ashar hingga matahari terbenam.

[Saktah Shalat]


سَكْتَاتُ الصَّلاَةِ سِتٌ:
1- بَيْنَ تَكْبِيْرَةِ الإِحْرَامِ وَدُعَاءِ الافْتِتَاح.
وَ2- بَيْنَ دُعَاءِ الافْتِتَاحِ وَالتَّعَوُّذِ.
وَ3- بَيْنَ الْفَاتِحَةِ وَالتَّعَوُّذِ.
وَ4- بَيْنَ آخِرِ الْفَاتِحَةِ وَآمِيْنَ.
وَ5- بَيْنَ آمِيْنَ وَالسُّوْرَةِ.
وَ6- بَيْنَ السُّوْرَةِ وَالرُّكُوْعِ.

Fasal: Saktah (berhenti sejenak) dalam shalat ada 6, yaitu [1] antara takbiratul ihrom dan doa iftitah, [2] antara iftitah dan ta’awwud, [3] antara Al-Fatihah dan ta’awwudz, [4] antara akhir Al-Fatihah dan aamiin, [5] antara amin dan surat, [6] antara surat dan rukuk.

[Rukun Thuma’ninah]


الأَرْكَانُ الَّتِيْ تَلْزَمُ فِيْهَا الطُّمَأْنِيْنَةُ أَرْبَعَةٌ:
1- الرُّكُوْعُ.
وَ2- الاِعْتِدَالُ.
وَ3- السُّجُوْدُ.
وَ4-الْجُلُوْسُ السَّجْدَتَيْنِ .

Fasal: Rukun yang melazimkan thuma’ninah (tenang sejenak) ada 4, yaitu ruku, itidal, sujud, duduk antara dua sujud.

الظُّمَأْنِيْنَةُ هِيَ: سُكُوْنٌ بَعْدَ حَرَكَةٍ؛ بِحَيْثُ يَسْتَقِرُّ كُلُ عُضْوٍ مَحَلَّهُُ بِقَدْرِ » سُبْحَانَ اللهِ «

Thuma’ninah adalah berdiam setelah bergerak di mana tiap anggota badan tenang di tempatnya, lamanya sekita ucapan Subhanallah.

[Sebab Sujud Sahwi]


أَسْبَابُ سُجُوْدِ السَّهْوِ أَرْبَعَةٌ:
الأوَّلُ: تَرْكُ بَعْضٍ مِنْ أَبْعَاضِ الصَّلاةِ، أَوْ بَعْضِ الْبَعْضِ.
الثَّانِيْ: فِعْلُ مَا يُبْطِلُ عَمْدُهُ وَلاَ يُبْطلُ سَهْوُهُ، إِذَا فَعَلَهُ نَاسِياً.
الثَّالِثُ: نَقْلُ رُكْنٍ قَوْلِيٍّ غَيْرِ مَحَلِّهِ.
الرَّابعُ: إِيْقَاعُ رُكْنٍ فِعْلِيٍّ مَعَ احْتِمَالِ الزِّيَادِةِ.

Fasal: Sebab sujud sahwi ada 4, yaitu [1] meninggalkan bagian atau sebagian shalat, [2] meninggalkan sesuatu yang membatalkan shalat jika dikerjakan sengaja tetapi tidak membatalkan jika dikerjakan karena lupa, [3] memindah rukun ucapan ke tempat lain, dan [4] mengerjakan rukun fi’li saat dugaan menambah.

[Ab’ad Shalat]


أَبْعَاضُ الصَّلاَةِ سَبْعَةٌ:
1-التَّشَهُّدُ الأَوَّلُ.
وَ2- قُعُوْدُهُ.
وَ3- الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ فِيْهِ.
وَ4- الصَّلاَةُ عَلَى الآلِ فِيْ التَّشَهُدِ الأخِيْرِ.
وَ5- الْقُنُوْتُ.
وَ6- قِيَامُهُ.
وَ7- الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى النَّبِيِّ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْهِ.

Fasal: Ab’ad (termasuk bagian) shalat ada 7, yaitu [1] tasyahhud, [2] duduk tasyahhud, [3] shalawat kepada Nabi saat tasyahhud, [4] shalawat kepada keluarga Nabi saat tasyahhud akhir, [5] qunut, [6] berdiri saat qunut, dan [7] shalawat kepada Nabi dan keluarga dalam qunut.

[Pembatal Shalat]


تَبْطُلُ الصَّلاَةُ بِأَرْبَعَ عَشْرَةَ خَصْلَةً:
1- بِالْحَدَثِ.
وَ2- بِوُقُوْعِ النَّجَاسَةِ إِنْ لَمْ تُلْقَ حَالاً مِنْ غَيْرِ حَمْلٍ.
وَ3- انْكِشَافِ الْعَوْرَةِ إِنْ لَمْ تُسْتَرْ حَالاً.
وَ4- النُّطْقِ بِحَرْفَيْنِ أَوْ حَرْفٍ مُفْهِمٍ عَمْداً.
وَ5- بِالْمُفَطِّرِ عَمْداً.
وَ6- بِالأَكْلِ الْكَثِيْرِ نَاسِياً.
وَ7- ثَلاَثِ حَرَكَاتٍ مُتَوَالِيَاتٍ وَلَوْ سَهْواً.
وَ8- الْوَثْبَةِ الْفَاحِشَةِ.
وَ9- الضَّرْبَةِ الْمُفْرِطَةِ.
وَ10- زِيَادَةِ رُكْنٍ فِعْلِيٍّ عَمْداً.
وَ11- التَّقَدُّمِ عَلَى إِمَامِهِ بِرُكْنَيْنِ، وَالتَّخَلُّفِ بِهِمَا بِغَيْرِ عُذْرٍ.
وَ12- نِيَّةِ قَطْعِ الصَّلاَةِ.
وَ13- تَعْلِيْقِ قَطْعِهَا بِشيءٍ.
وَ14- التَّرَدُّدِ فِيْ قَطْعِهَا.

Fasal: shalat batal karena 14 perkara, yaitu [1] hadats, [2] kejatuhan najis kecuali langsung dibuang tanpa dibiarkan, [3] tersingkap aurot kecuali langsung ditutup, [4] berbicara dua atau satu huruf yang bisa dipahami dengan sengaja, [5] melakukan pembatal puasa dengan sengaja, [6] makan banyak meski lupa, [7] gerakan tiga kali yang berturut-turut meskipun lupa, [8] melompat yang keras, [9] memukul keras, [10] menambah rukun fi’li dengan sengaja, [11] mendahului iman dalam dua rukun dan ketinggalan imam dua rukun tanpa uzur, [12] niat memutus shalat, [13] sengaja memutus shalat dengan sesuatu, dan [14] ragu-ragu dalam membatalkan shalat.

[Niat Imamah]


الَّذِيْ يَلْزَمُ فِيْهِ نِيَّةُ الإمَامَةِ أَرْبَعٌ:
1- الْجُمُعَةُ.
وَ2- الْمُعَادَةُ.
وَ3- الْمَنْذُوْرَةُ جَمَاعَةً.
وَ4-الْمُتَقَدِّمَةُ فِيْ الْمَطَرِ.

Fasal: Shalat yang mengharuskan meniatkan imamah ada 4, yaitu [1] shalat Jumat, [2] mu’adah (mengulang shalat berjamaah), [3] nazar shalat berjamaah, dan [4] jamak takdim saat hujan.

[Syarat Menjadi Makmum]


شُرُوْطُ الْقُدْوَةِ أَحَدَ عَشَرَ:
1- أَنْ لاَ يَعْلَمَ بُطْلاَنَ صلاَةِ إِمَامِهِ بِحَدَثٍ أَوْ غَيْرِهِ.
وَ2- أَنْ لاَ يَعْتَقِدَ وُجُوبَ قَضَائِهَا عَلَيْهِ.
وَ3- أَنْ لاَ يَكُوْنَ مَأْمُوْمَاً.
وَ4- لاَ أُمِّيّاً.
وَ5- أَنْ لاَ يَتَقَدَّمَ عَلَى إَمَامِهِ فِيْ الْمَوْقِفِ.
وَ6- أَنْ يَعْلَمَ انْتِقَالاَتِ إِمَامِهِ.
وَ7- أَنْ يَجْتَمِعَا فِيْ مَسْجِدٍ، أَوْ ثَلاَثِ مِئَةِ ذِرَاعٍ تَقْرِيبَاً.
وَ8- أَنْ يَنْوِيَ الْقُدْوَةَ أَوِ الْجَمَاعَةَ.
وَ9- أَنْ يَتَوَافَقَ نَظْمُ صَلاَتَيْهِمَا.
وَ10- أَنْ لاَ يُخَالِفَهُ فيْ سُنَّةٍ فَاحِشَةِ الْمُخَالَفَةِ.
وَ11- أَنْ يُتَابِعَهُ.

Fasal: Syarat mengikuti imam (menjadi makmum) ada 11, yaitu [1] mengetahui shalatnya imam tidak batal baik karena hadats atau lainnya, [2] meyakini shalatnya tidak perlu diulang (dianggap tidak sah), [3] imam tidak menjadi makmum, [4]  imam tidak ummi (tidak bisa baca-tulis), [5] makmum tidak mendahului imam dalam tempat, [6] mengetahui perpindahan gerakan imam, [7] imam dan makmum berkumpul dalam satu masjid atau kira-kira 300 hasta, [8] meniatkan menjadi makmum atau berjamaah, [9] shalat keduanya bersesuaian (berurutan), [10] tidak menyelisihi imam dalam sunnah, dan [11] mengikuti imam.

[Pembagian Makmum]


صُوَرُ الْقُدْوَةِ تِسْعٌ:
تَصِحُّ فِيْ خَمْسٍ:
1- قُدْوَةُ رَجُلٍ.
وَ2- قُدْوَةُ امْرَأَةٍ بِرَجُلٍ.
وَ3-قُدْوَةُ خُنْثَى بِرَجُلٍ.
وَ4- قُدْوَةُ امْرَأَةٍ بِخُنْثَى.
وَ5- قُدْوَةُ امْرَأَةٍ بِامْرَأَةٍ.
وَتَبْطُلُ فِيْ أَرْبَعٍ:
1- قُدْوَةُ رَجُلٍ بِامْرَأَةٍ.
وَ2- قُدْوَةُ رَجُلٍ بِخُنْثَى.
وَ3- قُدْوَةُ خُنْثَى بِامْرَأَةٍ.
وَ4- قُدْوَةُ خُنْثَى بِخُنْثَى.

Fasal: Gambaran makmum ada 9 kasus, tetapi hanya 5 yang sah, yaitu [1] lelaki bermakmum kepada lelaki, [2] perempuan bermakmum kepada lelaki, [3] waria bermakmum kepada lelaki, [4] perempuan bermakmum kepada waria, dan [5] peremuan bermakmum kepada perempuan. Empat kasus lainnya batal shalatnya, yaitu [1] lelaki bermakmum kepada perempuan, [2] lelaki bermakmum kepada waria, [3] waria bermakmum kepada wanita, dan [4] waria bermakmum kepada waria.

[Syarat Jama Takdim]


شُرُوْطُ جَمْعِ التَّقْدِيْمِ أَرْبَعَةٌ:
1- الْبَدَاءَةُ بِالأُوْلَى.
وَ2- نِيَّةُ الْجَمْعِ فِيْهَا.
وَ3- الْمُوَالاَةُ بَيْنَهُمَا.
وَ4- دَوَامُ الْعُذْرِ.

Fasal: Syarat jamak takdim ada 4, yaitu [1] dimulai dari shalat pertama, [2] niat jamak, [3] muwalah (tanpa diselingi/ditunda) di antara keduanya, dan [4] adanya uzur.

[Syarat Jama Takhir]


شُرُوْطُ جَمْعِ التَّأْخِيْرِ اثْنَانِ:
1- نِيَّةُ التَّأْخِيْرِ وَقَدْ بَقِيَ مِنْ وَقْتِ الأُوْلَى مَا يَسَعُهَا.
وَ2- دَوَامُ الْعُذْرِ إِلَى تَمَامِ الثَّانِيَةِ.

Fasal: syarat jamak takhir ada2, yaitu [1] niat jamak takhir di waktu shalat pertama yang kira-kira cukup mengerjakannya dan [2] adanya uzur hingga sempurnya waktu kedua.

[Syarat Qoshor]


شُرُوْطُ الْقَصْرِ سَبْعَةٌ:
1- أَنْ يَكُوْنَ سَفَرُهُ مَرْحَلَتَيَنِ.
وَ2- أَنْ يَكُوْنَ مُبَاحاً.
وَ3- الْعِلْمُ بِجَوَازِ الْقَصْرِ.
وَ4- نِيَّةُ الْقَصْرِ عِنْدَ الإِحْرَامِ.
وَ5- أَنْ تَكُوْنَ الصَّلاَةُ رُبَاعِيَّةً.
وَ6- دَوَامُ السَّفَرِ إِلَى تَمَامِهَا.
وَ7- لاَ أَنْ يَقْتَدِيَ بِمُتِمٍّ فِيْ جُزْءٍ مِنْ صَلاَتِهِ.

Fasal: Syarat Qoshor (meringkas shalat) ada 7, yaitu [1] jarak safar (minimal) 2 marhalah, [2] safarnya mubah, [3] mengetahui qoshornya diperbolehkan, [4] niat qoshor saat takbiratul ihrom, [5] shalatnya jenis shalat 4 rakaat, [6] dalam keadaan safar hingga sempurna, dan [7] tidak menjadi makmum bagi imam sempurna meski sebagian rakaat saja.

[Syarat Shalat Jumat]


شُرُوْطُ الْجُمُعَةِ سِتَّةٌ:
1- أَنْ تَكُوْنَ كُلُّهَا فِيْ وَقْتِ الظُّهْرِ.
وَ2- أَنْ تُقَامَ فِيْ خُطَّةِ الْبَلَدِ.
وَ3- أَنْ تُصَلَّى جَمَاعَةً.
وَ4- أَنْ يَكُوْنُوْا أَرْبَعِيْنَ أَحْرَاراً، ذُكُوْراً، بَالِغِيْن، مُسْتَوْطِنِيْنَ.
وَ5- أَنْ لاَ تَسْبِقَهَا وَلاَ تُقَارِنَهَا جُمُعَةٌ فِيْ ذلكَ الْبلَدِ.
وَ6- أَنْ يَتَقَدَّمَهَا خُطْبَتَانِ.

Fasal: Syarat shalat Jumat ada 6, yaitu [1] dikerjakan di waktu Zhuhur, [2] didirikan di perbatasan daerahnya, [3] dikerjakan dengan berjamaah, [4] berjumlah (minimal) 40 orang merdeka laki-laki baligh yang bermukim, [5] tidak didahului atau berbarengan jumatan lainnya di daerah tersebut, dan [6] didahului dua khutbah.

[Rukun Khutbatain]


أَرْكَانُ الْخُطْبَتَيْنِ خَمْسَةٌ:
1- حَمْدُ للهِ فِيْهِمَا.
وَ2- الصَّلاَةُ عَلَى النَّبِيِّ فِيْهِمَا.
وَ3- الْوَصِيَّةُ بِالتَّقْوَى فِيْهِمَا.
وَ4- قِرَاءَةُ آيَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ فِيْ إِحْدَاهُمَا.
وَ5- الدُّعَاءُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فِيْ الأَخِيْرَةِ.

Fasal: Rukun khutbatain (dua khutbah) ada 5, yaitu [1] memuji Allah di keduanya, [2] bersholawat atas Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di keduanya, [3] berwasiat taqwa di keduanya, [4] membaca ayat Al-Qur’an di salah satu keduanya, dan [5] mendoakan orang-orang beriman lelaki dan peremuan di khutbah terakhir.

[Syarat Khutbatain]


شُرُوْطُ الْخُطْبَتَيْنِ عَشَرَةٌ:
1- الطَّهَارَةُ عَنِ الْحَدَثَيْنِ الأَصْغَرِ وَالأَكْبَرِ.
وَ2- الطَّهَارَةُ عَنِ النَّجَاسِةِ فِي الثَّوْبِ، وَالْبَدَن، وَالْمَكَانِ.
وَ3- سَتْرُ الْعَوْرَةِ.
وَ4- الْقِيَامُ عَلَى الْقَادِرِ.
وَ5- الْجُلُوْسُ بَيْنَهُمَا فَوْقَ طُمَأْنِيْنَةِ الصَّلاَةِ.
وَ6- الْمُوَالاَةُ بَيْنَهُمَا.
وَ7- الْمُوَالاَةُ بَيْنَهُمَا وَبَيْنَ الصَّلاَةِ.
وَ8- أَنْ تَكُوْنَا بِالْعَرَبِيَّةِ.
وَ9- أَنْ يُسْمِعَهَا أَرْبَعِيْنَ.
وَ10- أَنْ تَكُوْنَ كُلُهَا فِيْ وَقْتِ الْظُهْرِ.

Fasal: syarat khutbatain ada 10, yaitu [1] suci dari dua hadats: kecil dan besar, [2] suci dari najis pada baju, badan, dan tempat, [3] menutup aurot, [4] berdiri bagi yang mampu, [5] duduk di antara dua khutbah seperti thuma’ninah shalat, [6] muwalah (tanpa diselingi apapun) keduanya, [7] muwalah keduanya dengan shalat, [8] khutbah berbahasa Arab, [9] didengarkan oleh 40 orang, dan [10] semua itu dilaksanakan di waktu Zhuhur.

[KITAB JENAZAH]

[Mengurus Jenazah]


الذِيْ يَلْزَمُ لِلْمَيِّتِ أَرْبَعُ خِصَالٍ:
1- غُسْلُهَ.
وَ2- تَكْفِيْنُهُ.
وَ3- الصَّلاَةُ عَلَيْهِ.
وَ4- دَفْنُهُ.

Fasal: Empat hal yang harus dilakukan kepada mayat (orang mati), yaitu [1] memandikannya, [2] mengkafaninya, [3] menyolatinya, dan [4] menguburnya.

أَقَلُّ الغُسْلِ: تَعْمِيْمُ بَدَنِهِ بِالمَاءِ.
وأَكْمَلُهُ: أَنْ يَغْسِلَ سَوْأَتَيْهِ، وأَنْ يُزِيْلَ الْقَذَرَ مِنْ أَنْفِهِ، وأَنْ يُوَضِّئَهُ، وأَنْ يَدْلُكَ بِالسِّدْرِ، وأَنْ يَصُبَّ الْمَاءَ عَلَيْهِ ثَلاَثاً.

Fasal: cara memandikan minimal adalah meratakan air ke seluruh tubuhnya, dan yang sempurna adalah mencuci dua aurotnya, menghilangkan kotoran dari hidungnya, mewudhukannya, dimandikan dengan daun bidara, dan disiram 3 kali dengan air.

[Kafan]


أَقَلُّ الْكَفَنِ: ثَوْبٌ يَعُمُّهُ.
وَأَكْمَلُهُ لِلرَّجُلِ: ثَلاَثُ لَفَائِفَ. وَلِلْمَرْأَةِ: قَمِيْصٌ، وَخِمَارٌ، وَإِزَارٌ، وَلِفَافَتَانِ.

Fasal: kafan minimalis adalah pakaian yang menutupi semua badannya, yang sempurna bagi jenazah lelaki adalah 3 lapis kain dan untuk wanita adalah gamis, khimar (penutup kepala), izar (sarung), dan dua lapis kain.

[Rukun Shalat Jenazah]


أَرْكَانُ صَلاَةِ الْجَنَازَةِ سَبْعَةٌ:
الأَوَّلُ: النِّيَّةُ.
الثَّانِيْ: أَرْبَعُ تَكْبِيرَاتٍ.
الثَّالِثُ: القِيَامُ عَلَى القَادِرِ.
الرَّبعُ: قِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ.
الْخَامِسُ: الصَّلاَةُ عَلَى النَّبِيِّ بَعْدَ الثَّانِيَةِ.
السَّادِسُ: الدُّعَاءُ لِلْمَيِّتِ بَعْدَ الثَّالِثَةِ.
السَّابعُ: السَّلاَمُ.

Fasal: Rukun shalat janazah ada 7, yaitu [1] niat, [2] empat takbir, [3] berdiri bagi yang mampu, [4] membaca Al-Fatihah, [5] membaca shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah takbir kedua, [6] mendoakan mayit setelah takbir ketiga, dan [7] salam.

[Liang Kubur]


أَقَلُّ الْقَبْرِ: حُفْرَةٌ تَكْتُمُ رَائِحَتَهُ وَحَرْسُهُ مِنَ السِّبَاعِ.
وَأَكْمَلُهُ: قَامَةٌ وَبَسْطَةٌ، وَيُوْضَعُ خَدُّهُ عَلَى التُّرَابِ، وَيَجِبُ تَوْجِيْهُهُ إِلَى الْقِبلَةِ.

Fasal: Mengubur minimal adalah lubang yang menutup aromanya dan melindunginya dari binatang buas. Yang paling sempurna adalah qomah (lubang seukuran manusia) dan basthoh (sedikit terhampar/luas), pipinya diletakkan di atas debu/tanah, dan wajib dihadapkan ke arah qiblat.

[Pembongkaran Mayat]


يُنْبَشُ الْمَيِّتُ لأَرْبَعِ خِصَالٍ:
1- لِلْغُسْلِ إذَا لَمْ يَتَغَيَّرْ.
2- لِتَوْجِيْهِهِ إِلَى الْقِبْلَةِ.
3- لِلْمَالِ إذَا دُفِنَ مَعَهُ.
4- لِلْمَرْأةِ إذَا دُفِنَ جَنِيْنُهَا مَعَهَا، وَأمْكَنَتْ حَيَاتُهُ.

Fasal: Mayat dibongkar jika memiliki 4 sebab, yaitu [1] untuk dimandikan apabila mayat belum berubah, [2] untuk dihadapkan ke arah qiblat, [3] untuk mengambil harta jika terkubur bersamanya, dan [4] untuk wanita jika janinnya terkubur bersamanya selagi ada kemungkinan janin masih hidup.

[Istianah Berwudhu]


الاسْتِعَانَاتُ أرْبَعُ خِصَالٍ:
1- مُبَاحَةٌ.
وَ2- خِلاَفُ الأَولَى.
و3- مَكْرُوْهَةٌ.
وَ4- وَاجِبَةٌ.
فَالْمُبَاحَةُ: هِيَ تَقْرِيْبُ الْمَاءِ.
وَخِلاَفُ الأوْلَى: هِيَ صَبُّ الْمَاءِ عَلَى نَحْوِ الْمُتَوَضِّىءِ.
وَالْمَكْرُوْهَةُ: هِيَ لِمَنْ يَغْسِلُ أعْضَاءَهُ. وَالْوَاجِبَةُ: هِيَ لِلْمَرِيْضِ عِنْدَ الْعَجْزِ.

Fasal: Meminta tolong (dalam bersuci) ada 4 keadaan, yaitu mubah, khilaful aula (menyelisihi yang lebih utama), makruh, dan wajib. Yang mudah adalah mendekatkan air, yang khilaful aula adalah menuangkan air ke arah anggota wudhu, yang makruh adalah bagi orang meminta dimandikan orang lain, dan yang wajib adalah bagi orang sakit yang lemah.

[KITAB ZAKAT]

[Harta yang Dizakati]


الأمْوَالُ الَّتِيْ تَلْزَمُ فِيْهَا الزَّكَاةُ سِتَّةُ أنْوَاعٍ:
1- النَّعَمُ.
وَ2- النَّقْدَانِ.
وَ3- الْمُعَشَّرَاتُ.
وَ4- أمْوَالُ التِّجَارَةِ؛ وَاجِبُهَا: رُبُعُ عُشْرِ قِيْمَةِ عُرُوْضِ التِّجَارَةِ.
وَ5- الرِّكَازُ.
وَ6- الْمَعْدِنُ.

Fasal: Harta yang wajib dizakati ada 6 jenis, yaitu [1] binatang ternak, [2] naqdain (emas dan perak), [3] muasyarot (buah-buahan dan makanan pokok), [4] harta perniagaan yang kadar wajibnya (zakat perniagaan) adalah empat per sepuluh (4/10) dari jumlah harta peniagaan, [5] barang simpanan, dan [6] barang logam.

*sampai di sini tulisan Syaikh Salim Sumair Al-Hadromi. Adapun Kitab Puasa disempurnakan oleh pensyarah matan Syaikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi Rahimahumallah.

[KITAB PUASA]

[Kapan Wajib Puasa?]


يَجِبُ صَوْمُ رَمَضَانَ بِأحَدِ أمُوْرِ خَمْسَةٍ:
أحَدُهَا: بِكَمَالِ شَعْبَانَ ثَلاَثِيْنَ يَوْمَاً.
وَثَانِيْهَا: بِرُؤْيَةِ الْهِلاَلِ فِيْ حَقِّ مَنْ رَآهُ، وَإنْ كَانَ فَاسِقاً.
وَثَالِثُهَا: بِثُبُوْتِهِ فِيْ حَقِّ مَنْ لَمْ يَرَهُ بِعَدْلِ شَهَادَةٍ.
وَرَابِعُهَا: بِإِخْبَارِ عَدْلِ رِوَايَةٍ مَوْثُوْقٍ بِهِ، سَوَاءٌ وَقَعَ فِيْ الْقَلْبِ صِدْقُهُ أمْ لاَ. أوْ غَيْرِ مَوْثُوْقٍ بِهِ، إِنْ وَقَعَ فِيْ الْقَلْبِ صِدْقُهُ.
وَخَامِسُهَا: بِظَنِّ دُخُوْلِ رَمَضَانَ بِالاجْتِهَادِ فِيْمَن أشْتَبَهَ عَلَيْهِ ذَلِكَ.

Fasal: Puasa Romadhon wajib dengan sebab salah satu dari 5 hal, yaitu [1] sempurnanya bilangan bulan Sya’ban 30 hari, [2] rukyatul hilal (melihat hilal) dengan kejujuran yang melihatnya meskipun orang fasik, [3] menetapkannya dengan kejujuran orang yang tidak melihatnya tetapi persaksiannya adil (jujur), [4] khabar dari riwayat orang adil yang terpercaya baik hatinya membenarkan atau tidak, atau tidak terpercaya tetapi hatinya membenarkannya, dan [5] dugaan masuknya Romadhon dengan ijtihad bagi yang tersamar akan hal tersebut (di atas).

[Syarat Sah Puasa]


شَرُوطُ صِحَّتِهِ أرْبَعَةُ أشْيَاءَ:
1-إٍسْلاَمٌ.
وَ2- عَقْلٌ.
وَ3- نَقَاءٌ عَنْ نَحْوِ حَيْضٍ.
وَ4- عِلْمٌ بِكَوْنِ الْوَقْتِ قَابِلاً لِلصَّوْمِ.

Fasal: Syarat sah puasa ada 4, yaitu: [1] Islam, [2] berakal, [3] suci dari semisal haidh, dan [4] mengerti waktu puasa.

[Syarat Wajib Puasa]


شَرُوْطُ وُجُوْبِهِ خَمْسَةٌ:
1- إسْلاَمٌ.
وَ2- تَكْلِيْفٌ.
وَ3- إطَاقَةٌ.
وَ4- صِحَّةٌ.
وَ5- إقَامَةٌ

Fasal: syarat wajib puasa ada 5, yaitu: [1] Islam, [2] taklif (baligh dan berakal), [3] mampu, [4] sehat, dan [5] mukim.

[Rukun Puasa]


أرْكَانُهُ ثَلاَثَةٌ:
1- نِيَّةٌ لَيْلاً لِكُّلِ يَوْمٍ فِيْ الْفَرْضِ.
وَ2- تَرْكُ مُفَطِّرٍ ذَاكِراً مُخْتَاراً غَيْرَ جَاهِلٍ مَعْذُوْرٍ.
وَ3- صَائِمٌ.

Fasal: Rukun puasa ada 3, yaitu [1] niat di malam hari setiap hari untuk puasa Romadhon, [2] meninggalkan pembatal-pembatal saat ingat dan keinginan sendiri tanpa jahil dan uzur, dan [3] orang yang berpuasa.

[Qodho dan Kaffarot]


وَيَجِبُ مَعَ الْقَضَاءِ لِلْصَّوْمِ الْكَفَّارَةُ الْعُظْمَى وَالْتَعْزِيْزُ عَلَى مَنْ أفْسَدَ صَوْمَهُ فِيْ رَمَضَانَ يَوْماً كَامِلاً بِجِمَاعٍ تَامٍّ آثِمٍ بِهِ لِلْصَّوْمِ.
وَيَجِبُ مَعَ الْقَضَاءِ: الإمْسَاكُ لِلصَّوْمِ فِيْ سِتَّةِ مَوَاضِعَ:
الأوَّلُ: فِيْ رَمَضَانَ، لاَ فِيْ غَيْرِهِ عَلَى مُتَعَدٍّ بِفِطْرِهِ.
وَالثَّانِي: عَلَى تَارِكِ النِّيَّةِ لَيْلاً فِيْ الْفَرْضِ.
وَالثَّالِثُ: عَلَى مَنْ تَسَحَّرَ ظَانّاً بَقَاءَ اللَّيْلِ، فَبَانَ خِلاَفُهُ.
وَالرَّابعُ: عَلَى مَنْ أَفْطَرَ ظَانّاً الْغُرُوْبَ، فَبَانَ خِلاَفُهُ أيْضَاً.
والْخَامِسُ: عَلَى مَنْ بَانَ لَهُ يَوْمُ ثَلاَثِيْنَ شَعْبَانَ أنَّهُ مِنْ رَمَضَانَ؟
وَالسَّادِسُ: عَلَى مَنْ سَبَقَهُ مَاءُ الْمُبَالَغَةِ مِنْ مَضْمَضَةٍ وَاسْتِنْشَاقٍ.

Fasal: Wajib disertai mengqodho puasa, membayar kaffarot besar dan tazir (peringatan) atas orang yang merusak puasanya di bulan Romadhon sehari penuh dengan jima, juga dia berdosa karena hal tersebut.

Wajib menahan diri (dari makan, minum, & jima) disertai mengqodhonya dalam 6 tempat, yaitu [1] di Romadhon tidak di selainnya bagi orang yang sengaja membatalkannya, [2] orang yang tidak niat di malam hari untuk Romadhon, [3] atas orang yang sahur dengan dugaan masih malam padahal bukan, [4] atas orang yang berbuka dengan dugaan Maghrib padahal belum, [5] atas orang yang jelas baginya hari ke-30 bulan Sya’ban, ternyata masih Ramadhon, dan [6] atas orang yang terlanjur minum air bekas madhmadhoh (memasukkan air ke hidung saat berwudhu) dan instinsyaq (mengeluarkan air dari hidung).

[Pembatal Puasa]


يَبْطُلُ الصَّوْمُ:
1- بِرِدَّةٍ.
وَ2- حَيْضٍ.
وَ3- نِفَاسٍ.
وَ4- وِلاَدَةٍ.
وَ5- جُنُوْنٍ وَلَوْ لَحْظَةً.
وَ6- وَ7- بِإِغْمَاءٍ وَسُكْرٍ تَعَدَّى بِهِمَا إنْ عَمَّا جَمِيْعَ النَّهَارِ.

Fasal: Puasa batal karena: [1] murtad, [2] haidh, [3] nifas, [4] melahirkan, [5] gila meski sebentar, [6-7] pingsan dan mabuk jika terjadi di siang hari.

[Pembagian Ifthor]


الإفْطَارُ فِيْ رَمَضَانَ أَرْبَعَةُ أنْوَاعٍ:
1- وَاجِبٌ كَمَا فِيْ الْحَائِضِ وَالنُّفَسَاءِ.
وَ2- جَائِزٌ كَمَا فِيْ الْمُسَافِرِ وَالْمَرِيْضِ.
وَ3- لاَ وَلاَكَمَا فِيْ الْمَجْنُوْنِ.
وَ4- مُحَرَّمٌ؛ كَمَنْ أخَّرَ قَضَاءَ رَمَضَانَ مَعَ تَمَكُّنِهِ حَتَّى ضَاقَ الْوَقْتُ عَنْهُ.

Fasal: Berbuka (membatalkan puasa) di Romadhon ada 4 jenis, yaitu [1] wajib seperti wanita haidh dan nifas, [2] boleh seperti orang musafir dan orang sakit, [3] harus seperti orang gila, dan [4] haram seperti orang yang mengakhirkan qodho Romadhon hingga mepet waktunya padahal mampu malakukannya (di waktu longgar).

[Jenis Ifthor]


وَأقْسَامُ الإفْطَارِ أرْبَعَةٌ أيْضاً:
أوَّلُهَا: مَا يَلْزَمُ فِيْهِ الْقَضَاءُ وَالْفِدْيَةُ، وَهُوَ اثْنَانِ الأوَّلُ- الإفْطَارُ لِخَوْفٍ عَلَى غَيْرِهِ وَالثَّانِيْ- الإفْطَارُ مَعَ تَأْخِيْرِ قَضَاءٍ مَعَ إمْكَانِهِ حَتَّى يَأْتِيَ رَمَضَانُ آخَرُ.
وَثَانِيْهَا: مَا يَلْزَمُ فِيْهِ الْقَضَاءُ دُوْنَ الْفِدْيَةِ، وَهُوَ يَكْثُرُ؛ كَمُغْمَى عَلَيْهِ.
وَثَالِثُهَا: مَا يَلْزَمُ فِيْهِ الْفِدْيَةُ دُوْنَ الْقَضَاءِ، وَهُوَ شَيْخٌ كَبِيْرٌ.
وَرَابِعُهَا: لاَ وَلاَ، وَهُوَ الْمَجْنُوْنُ الَّذِيْ لَمْ يَتَعَدَّ بِجُنُوْنِهِ.

Pembagian ifthor ada 4, yaitu [1] berbuka yang mengharuskan qodho dan fidyah, ada 2: pertama berbuka karena takut orang lain dan kedua berbuka dengan mengakhirkan qodho hingga datang Romadhon berikutnya padahal mampu, [2] berbuka yang mengharuskan qodho tetapi tidak fidyah dan ini banyak terjadi seperti orang pingsan, [3] berbuka yang mengharuskan fidyah tanpa qodho yakni orang tua renta, dan [4] tidak qodho dan fidyah yaitu orang gila yang tidak sengaja gila.

[Bukan Pembatal Puasa]


الَّذَيْ لاَ يُفَطِّرُ مِمَّا يَصِلُ إلَى الْجَوْفِ سَبْعَةُ أفْرَادٍ:
1- مَا يَصِلُ إلَى الْجَوْفِ بِنِسْيَانٍ.
2- أوْجَهْلٍ.
3- أوْ إكْرَهٍ.
وَ4- بِجَرَيَانِ رِيْقٍ بِمَا بَيْنَ أسْنَانِهِ وَقَدْ عَجَزَ عَنْ مَجِّهِ لِعُذْرِهِ.
5- وَمَا وَصَلَ إِلَى الْجَوْفِ وَكَانَ غُبَارَ طَرِيْقٍ.
وَ6- مَا وَصَلَ إِلَيْهِ وَكَانَ غَرْبَلَةً دَقِيْقٍ.
7- أوْ ذُبَاباً طَائِراً أوْ نَحْوَهُ.

Fasal: Perkara yang masuk ke rongga mulut tetapi tidak perlu membatalkan puasa ada 7, yaitu [1] apa yang masuk ke rongga mulut karena lupa, [2] kebodohan, [3] dipaksa, [4] ludah yang mengalir di antara sela gigi-gigi tanpa kesanggupan mencengahnya sebagai uzur, [5] apa yang masuk ke rongga mulut berupa debu jalan, [6] apa yang masuk ke dalamnya berupa ayakan tepung atau [7] lalat/burung atau semisalnya (yang masuk ke mulut).

وَالله أعْلَمُ بِالصَّوَابِ.
نَسْأْلُ الله الْكَرِيْمَ بِجَاهِ نَبِيِّهِ الْوسِيْمِ أنْ يُخْرِجَنِيْ مِنَ الدُّنْيَا مُسْلِمَاً، وَوَالِدَيَّ وَأَحِبَّائِيْ وَمَنْ إِلَىَّ انْتَمَى. وَأنْ يَغْفِرَ لِيْ وَلَهُمْ مُقْحَمَاتٍ وَلَمَماً.
وَصَلَّى الله عَلَى سِيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الله بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بْنِ هَاشِمِ بْنِ عَبْدِ مَنَافٍ، رَسُوْلِ الله إلَى كَافَّةِ الْخَلْقِ، رَسُوْلِ الْمَلاَحِمِ، حَبِيْبِ الله، الْفَاتِحِ الْخَاتِمِ، وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَ.
وَالْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Allahu a’lam bish shoowab.

Kami meminta kepada Allah yang Maha Mulia dengan kedudukan Nabi-Nya yang mulia [berdoa dengan wasilah jah/kedudukan Nabi adalah dilarang menurut jumhur ulama—penj] agar mengeluarkanku dari dunia dalam keadaan Muslim, kedua orang tuaku, kekasih-kekasihku, dan orang-orang yang  berbuat baik kepadaku. Juga semoga Dia mengampuniku dan mereka kesalahan-kesalahan. Semoga shalawat dan salam Allah atas Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muththalib bin Hasyim bin Abdimanaf, utusan Allah kepada seluruh makhluk, Rasul akhir zaman, kekasih Allah, sang Pembuka sang Penutup, beserta keluarga dan Sahabatnya semua. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.


[Sampai di sini tambahan dari Syaikh Muhammad An-Nawawi Al-Jawi Rahimahullah]

Related

TERJEMAH FIQIH DAN USUL FIQIH 701181407486028600

Posting Komentar

  1. Assalamualaikum, afwan akh bisa tolong terjemahkan lanjutan di kitab haji dan umroh nya yang disempurnakan oleh Syaikh Muhammad Ali Baathiyah?

    BalasHapus
  2. assalamu'alaikum, Ustadz izin share fb dan copy ya buat saya belajar dan menambah bahan saya untuk ngajar
    sblm nya saya ucapkan trmksh banyak
    smga Allah limpahkan keebrkahan kepada Ustadz dan keluarga hingga yaumil akhir kelak aamiin

    wassalamu'alaikum...

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaikum
    Izin download kitab kitab yg ada di blognya admin☺

    BalasHapus
  4. Di syarat khutbah jumat ada : "Harus berbahasa Arab" dan "Muwalah antara 2 khutbah dan antara khutbah dengan sholat" berarti kalo khutbah pake bahasa Indonesia, atau pake bahasa Arab tapi diselingi sama bahasa Indonesia itu gak sah dong?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sah akh, karena maksud dengan bahsa arab itu untuk 5 rukun haji. Selama 5 rukun hji berbahsa arab dan diselengi dengan bahasa ajam lainnya tidak apa2.

      Hapus
  5. Assalamualaikum akh, mohon izin download untuk pegangan santri diperbatasan indonesia

    BalasHapus
  6. Terimakasih gan.
    Mampir ke blog saya.
    Https//:webnushare.blogspot.com

    BalasHapus
  7. trimakasih smga bermanfaat dan sgala kebaikannya di balas oleh alloh di dunia akhirat amiiin.

    BalasHapus
  8. terimakasih bermanfaat sekali ilmu ini bagiku

    BalasHapus
  9. saya print out untuk belajar boleh nggak pak???

    BalasHapus
  10. Izin di copy ustdz untuk belajar dan mengajar

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. Qobiltu ustadz,,,Barokallohufika ustadz.

    BalasHapus
  13. Punten ustat....mohon ijin share

    BalasHapus
  14. Jazakallah Tadz
    izin download

    BalasHapus
  15. Syukron katsir
    Ust...idzin screensoot untuk belajar

    BalasHapus
  16. Syukron katsiiron ustadz 🙏🙏🙏, mohon izin download dan share untuk keperluan pembimbingan muslim

    BalasHapus
  17. minta izin untuk download ya ustadz, untuk keperluan bahan pelajaran santri pemula

    BalasHapus
  18. sayang sekali ada komentar pribadi yang diselipkan padahal belum dikaji apakah beliau (Syaikh Salim Samir dan Syaikh Nawawi Albantani) menentang itu atau bahkan melakukan tawashul.

    ini komentarnya. [berdoa dengan wasilah jah/kedudukan Nabi adalah dilarang menurut jumhur ulama—penj]
    sayangnya

    BalasHapus
  19. Jazakumullah
    Izin download ustadz

    BalasHapus
  20. Ijin copy Ustad buat belajar mengajar...Jazakumullah ustadz

    BalasHapus
  21. izin share ya ikhwan

    BalasHapus
  22. Izin minta pdf nya ustadz

    BalasHapus
  23. Assamualaikum wr. wbrkth. mohon izin untuk mengcopy dan menshare terjemahannya ustadz

    BalasHapus
  24. Ijin copy Ustad buat belajar mengajar...Jazakumullah ustadz

    BalasHapus
  25. asslmkm wr wb ustad izin mengcopy

    BalasHapus
  26. Assalaamu´alaikum mohon izin utk menggunakannya

    BalasHapus

Terima kasih atas komentar Anda yang sopan dan rapi.

emo-but-icon

Total Tayangan Halaman

WAKAF MUSHAF

WAKAF MUSHAF

Tentang Admin

Penulis bernama Nor Kandir ini kelahiran Jepara. Semenjak kecil tertarik dengan membaca terutama tentang alam ghoib dan huru-hara Hari Kiamat. Alumni Mahad Raudlatul Ulum Pati ini juga pernah nyantri di Mahad Tahfizh Qur'an Wadi Mubarok Bogor dan Pondok Mahasiswa Thaybah Surabaya dibawah asuhan Ust. Muhammad Nur Yasin, Lc dan beliau adalah guru utama penulis.

Gelar akademik penulis diperoleh di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan LIPIA Surabaya (cabang Universitas Al Imam di Riyadh KSA). Sekarang terdaftar sebagai mahasiswa Akademi Zad Arab Saudi dan Universitas Murtaqo Kuwait. Sertifikat yang diperoleh: ijazah sanad Kutub Sittah (Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah) dari Majlis Sama' bersama Dr. Abdul Muhsin Al Qosim dan Syaikh Samir bin Yusuf Al Hakali, juga matan-matan 5 semester Dr. Abdul Muhsin Al Qosim seperti Arbain, kitab² Muhammad bin Abdul Wahhab, Aqidah Wasithiyyah, Thohawiyah, Jurumiyah, Jazariyah, dll. Juga sertifikat hafalan Umdatul Ahkam dari Markaz Huffazhul Wahyain bersama Syaikh Abu Bakar Al Anqori. Kesibukan hariannya adalah mengajar bahasa Arob, dan menerjemahkan kitab-kitab yang diupload secara gratis di www.terjemahmatan.com

PENTING

Semua buku di situs ini adalah legal dan telah mendapatkan izin dari penerbit dan penulisnya untuk dicetak, disebar, dan dimanfaatkan dalam bentuk apapun. Boleh dikomersialkan dengan syarat: meminta izin ke penulis dan harganya dibuat murah (tanpa royalti penulis).

Bagi yang membutuhkan file wordnya untuk keperluan dakwah, bisa menghubungi Penulis di 085730-219-208.

Barokallahu fikum.

Pengikut

Hot in week

Arsip Blog

item