[PDF] Tarjamah Muqoddimah Ibnu Abi Zaid Al-Qoirowani (386 H) - Edisi 3
﷽
بَابُ مَا تَنْطِقُ بِهِ الأَلْسِنَةُ وَتَعْتَقِدُهُ الأَفْئِدَةُ
مِنْ وَاجِبِ أُمُورِ الدِّيَانَاتِ:
Di antara perkara-perkara agama yang wajib diucapkan lisan dan diyakini
hati adalah:
Keesaan dan Kekuasan Allah
مِنْ ذَلِكَ: الإِيمَانُ بِالقَلْبِ وَالنُّطْقُ بِاللِّسَانِ أَنَّ
اللهَ إلٰهٌ وَاحِدٌ، لَا إِلٰهَ غَيْرُهُ، وَلَا شَبِيهَ لَهُ، وَلَا نَظِيرَ لَهُ،
وَلَا وَلَدَ لَهُ، وَلَا وَالِدَ لَهُ، وَلَا صَاحِبَةَ لَهُ، وَلَا شَرِيكَ لَهُ.
Beriman (membenarkan dan menerima) dengan hati dan mengucapkan dengan lisan
bahwa Allah itu esa (tunggal), tidak ada yang berhak disembah selain-Nya, tidak
ada yang menyerupai-Nya dan tidak ada yang menyamai-Nya, tidak beranak, tidak
diperanakkan, tidak beristri, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
لَيْسَ لِأَوَّلِيَّتِهِ ابْتِدَاءٌ، وَلَا لِآخِرِيَّتِهِ انْقِضَاءٌ،
لَا يَبْلُغُ كُنْهَ صِفَتِهِ الوَاصِفُونَ، وَلاَ يُحِيطُ بِأَمْرِهِ المُتَفَكِّرُونَ،
يَعْتَبِرُ المُتَفَكِّرُونَ بِآيَاتِهِ، وَلَا يَتَفكَّرُونَ فِي مَاهِيَةِ ذَاتِهِ،
وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ
Keberadaan-Nya yang awal tidak didahului oleh apapun dan keberadaan-Nya
yang akhir tidak diakhiri oleh apapun. Orang-orang yang
mensifatinya tidak mampu mensifati-Nya, orang-orang ahli fikir tidak mampu
menjangkau urusan-Nya. Para ahli fikir mendapatkan ibroh dari
ayat-ayat-Nya, mereka tidak mampu memikirkan eksistensi Dzat-Nya, mereka tidak
mampu meliputi sedikitpun ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki[1].
Kursi
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوَاتِ وَالأَرْضَ، وَلَا يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ
العَلِيُّ العَظِيمُ.
Kursi-Nya
meliputi langit-langit dan bumi. Dia tidak merasa lelah menjaga keduanya dan
Dia Maha Tinggi dan Maha Agung.
العَالِمُ الخَبِيرُ، المُدَبِّرُ القَدِيرُ، السَّمِيعُ البَصِيرُ،
العَلِيُّ الكَبِيرُ، وَأَنَّهُ فَوْقَ عَرْشِهِ المَجِيدِ بِذَاتِهِ، وَهُوَ فِي كُلِّ
مَكَانٍ بِعِلْمِهِ.
Dia Maha Berilmu, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Mengatur, Yang Maha
Kuasa, Yang Maha Mendengar, Yang Maha Melihat, Yang Maha Tinggi, Yang Maha
Besar, dan Dia Maha Mulia dan tinggi di atas ‘Arsy-Nya dengan Dzat-Nya, dan di
setiap tempat terjangkau dengan ilmu-Nya.
خَلَقَ الإِنْسَانَ، وَيَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ، وَهُوَ
أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الوَرِيدِ، وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا،
وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ
مُبِينٍ.
Dia menciptakan
manusia dan Dia mengetahui apa yang dibisikkan oleh jiwanya, dan Dia lebih
dekat kepadanya melebihi urat nadinya sendiri[2].
Tidak ada daun berguguran melainkan diketahui-Nya. Tidak ada biji di kegelapan
bumi, maupun
sesuatu yang basah dan kering, melainkan tertulis di Lauhul Mahfuzh.
Tinggi di Atas Arsy
عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى، وَعَلَى المُلْكِ احْتَوَى، وَلَهُ الأَسْمَاءُ
الحُسْنَى وَالصِّفَاتُ العُلَى، لَم يَزَلْ بِجَمِيعِ صِفَاتِهِ وَأَسْمَائِهِ، تَعَالَى
أَنْ تَكُوْنَ صِفَاتُهُ مَخْلُوقَةً، وَأَسْمَاؤُهُ مُحْدَثَةً.
Dia tinggi di
atas ‘Arsy dan Dia menguasai segala kerajaan. Dia memiliki nama-nama indah dan
sifat-sifat mulia. Nama-nama dan sifat-sifat-Nya senantiasa ada pada-Nya. Maha Tinggi (Allah
tersucikan) dari sifat-sifat-Nya adalah makhluk dan nama-nama-Nya adalah baru.
Kalamullah
كَلَّمَ مُوسَى بِكَلَامِهِ الَّذِي هُوَ صِفَةُ ذَاتِهِ، لَا خَلْقٌ
مِنْ خَلْقِهِ، وَتَجَلَّى لِلْجَبَل فَصَارَ دَكًّا مِنْ جَلَالِهِ
Dia berbicara
kepada Musa dengan kalam yang merupakan sifat Dzat-Nya bukan makhluk dari
makhluk-makhluk-Nya. Dia menampakkan diri kepada gunung lalu gunung itu pecah
berkeping-keping karena keagungan-Nya.
وَأَنَّ القُرْآنَ كَلَامُ اللهِ، لَيْسَ بِمَخْلُوقٍ فَيَبِيدُ، وَلَا
صِفَةً لِمَخْلُوقٍ فَيَنْفَدُ.
Al-Qur’an
adalah Kalamullah bukan makhluk yang akan punah dan bukan sifat makhluk yang
akan lenyap.
Takdir
وَالإِيمَانُ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، حُلْوِهِ وَمُرِّهِ، وَكُلُّ
ذَلِكَ قَدْ قَدَّرَهُ اللهُ رَبُّنَا، وَمَقَادِيرُ الأُمُورِ بِيَدِهِ، وَمَصْدَرُهَا
عَنْ قَضَائِهِ.
Wajib iman
kepada takdir yang baik maupun yang buruk, yang manis maupun yang pahit. Semua
itu telah ditakdirkan oleh Allah Rob kita. Takdir-takdir semua urusan di Tangan-Nya dan sumbernya dari
ketetapan-Nya.
عَلِمَ كُلَّ شَيْءٍ قَبْلَ كَونِهِ، فَجَرَى عَلَى قَدَرِهِ، لَا يَكُونُ
مِنْ عِبَادِهِ قَوْلٌ وَلَا عَمَلٌ إِلاَّ وَقَدْ قَضَاهُ وَسَبَقَ عِلْمُهُ بِهِ،
﴿أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ﴾
Dia mengetahui
segala sesuatu sebelum terjadi. Semua berjalan sesuai takdirnya. Tidak ada
ucapan para hamba dan perbuatannya kecuali telah ditetapkan-Nya dan diketahui
sebelumnya. “Apakah Dzat yang menciptakan tidak mengetahui padahal Dia Maha
Lembut dan Maha Mengetahui?” (QS.
Al-Mulk: 14)
يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ، فيَخْذُلُهُ بِعَدْلِهِ، وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ،
فَيُوَفِّقُهُ بِفَضْلِهِ، فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ بِتَيْسِيرِهِ إِلَى مَا سَبَقَ مِنْ
عِلْمِهِ وَقَدَرِهِ، مِنْ شَقِيٍّ أَوْ سَعِيدٍ.
Dia membiarkan sesat siapa
yang dikehendaki-Nya tetapi Dia membiarkannya
sesat dengan keadilan-Nya. Dia memberi petunjuk siapa
yang dikehendaki-Nya dan memberi taufik dengan karunia-Nya. Semua makhluk telah
dimudahkan menuju apa yang telah berlalu (tercatat) dari ilmu dan takdir-Nya,
baik celaka maupun bahagia.
تَعَالَى أَنْ يَكُونَ فِي مُلْكِهِ مَا لَا يُرِيدُ، أَوْ يَكُونَ
لِأَحَدٍ عَنْهُ غِنًى خَالِقاً لِكُلِّ شَيْءٍ، أَلاَ هُوَ رَبُّ العِبَادِ وَرَبُّ
أَعْمَالِهِمْ، وَالمُقَدِّرُ لِحَرَكَاتِهِمْ وَآجَالِهِمْ.
Maha Tinggi (Allah tersucikan) dalam kerajaan-Nya (terjadi apa) yang tidak
diinginkan-Nya atau ada yang tidak butuh kepada sang Pencipta segala sesuatu. Ketahuilah bahwa Dia adalah Rob para hamba dan Rob perbuatan mereka. Yang mentakdirkan gerakan-gerakan
mereka dan ajal-ajal mereka.
Risalah Kerosulan
البَاعِثُ الرُّسُلَ إِلَيْهِمْ لِإِقَامَةِ الحُجَّةِ عَلَيْهِمْ.
Dia mengutus
para Rosul untuk menegakkan hujjah atas mereka.
ثُمَّ خَتَمَ الرِّسَالَةَ وَالنَّذَارَةَ وَالنُّبُوَةَ بِمُحَمَّدٍ
نَبِيِّهِ ﷺ، فَجَعَلَهُ آخِرَ المُرْسَلِينَ، بَشِيراً وَنَذِيراً، وَدَاعِياً
إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجاً مُنِيراً، وَأَنْزَلَ عَلَيْهِ كِتَابَهُ الحَكِيمَ،
وَشَرَحَ بِهِ دِينَهُ القَوِيمَ، وَهَدَى بِهِ الصِّرَاطَ المُسْتَقيمَ.
Kemudian Dia menutup kerosulan dan kenabian dengan Muhammad Nabi-Nya ﷺ.
Dijadikan-Nya dia akhir dari para Rosul sebagai pemberi kabar gembira dan
pemberi peringatan, sebagai dai kepada jalan Allah dengan seizin-Nya, sebagai
pelita dan penerang. Dia menurunkan kepadanya Kitab-Nya
Al-Hakim. Dengannya dia menjelaskan agama-Nya yang lurus dan menunjukkan jalan
yang lurus.
Hari Kiamat
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا، وَأَنَّ اللهَ يَبْعَثُ
مَنْ يَمُوتُ، كَمَا بَدَأَهُمْ يَعُودُونَ.
Kiamat pasti
terjadi tanpa keraguan. Allah akan membangkitkan orang-orang yang mati.
Sebagaimana Dia telah memulai maka Dia akan mengulangi lagi.
وَأَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى ضَاعَفَ لِعِبَادِهِ المُؤْمِنِينَ
الحَسَنَاتِ، وَصَفَحَ لَهُمْ بِالتَّوْبَةِ عَنْ كِبَائِرِ السَّيِّئَاتِ، وَغَفَرَ
لَهُمُ الصَّغَائِرَ بِاجْتِنَابِ الكَبَائِر، وَجَعَلَ مَنْ لَمْ يَتُبْ مِنَ الكَبَائِرِ
صَائِراً إِلَى مَشِيئَتِهِ ﴿إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ﴾
Sesungguhnya
Allah Subhanahu wa Ta’ala melipatgandakan pahala kebaikan
hamba-hamba-Nya yang beriman. Dia mengapus untuk mereka dosa-dosa besar dengan
taubat. Dia mengampuni dosa-dosa kecil dengan meninggalkan dosa-dosa besar. Dia
jadikan orang yang tidak bertaubat dari dosa-dosa besar di bawah kehendak-Nya[3].
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa di
bawahnya bagi siapa yang dikehendaki oleh-Nya.” (QS. An-Nisa: 48)
وَمَنْ عَاقَبَهُ اللهُ بِنَارِهِ أَخْرَجَهُ مِنْهَا بِإِيمَانِهِ،
فَأَدْخَلَهُ بِهِ جَنَّتَهُ ﴿فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ﴾
Siapa yang Allah siksa dengan Neraka-Nya kelak akan dikeluarkan karena
keimanannya lalu memasukkannya ke dalam Surga-Nya. “Siapa
yang mengerjakan sekecil dzarroh kebaikan pasti akan
melihat (balasannya).” (QS.
Al-Zalzalah: 7)
وَيُخْرِجُ مِنْهَا بِشَفَاعَة النَّبِيِّ ﷺ مَنْ شَفَعَ لَهُ مِنْ أَهْلِ الكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِهِ.
Dia juga mengeluarkan dari Neraka dengan syafaat Nabi ﷺ siapa yang beliau beri syafaat dari pelaku dosa-dosa besar dari
umatnya.
Surga
وَأَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ قَدْ خَلَقَ الجَنَّةَ فَأَعَدَّهَا دَارَ
خُلُودٍ لِأَوْلِيَائِهِ، وَأَكْرَمَهُمْ فِيهَا بِالنَّظَرِ إِلَى وَجْهِهِ الكَرِيم،ِ
وَهِيَ الَّتِي أَهْبَطَ مِنْهَا آدَمَ نَبِيَّهُ وَخَلِيفَتَهُ إِلَى أَرْضِهِ، بِمَا
سَبَقَ فِي سَابِقِ عِلْمِهِ.
Sungguh Allah
telah menciptakan Surga dan menjadikannya kekal untuk para wali-Nya. Dia
memuliakan mereka dengan melihat Wajah-Nya yang Mulia. Surga itulah yang Adam
Nabi-Nya dan kholifah-Nya dikeluarkan darinya menuju bumi-Nya, sesuai dengan
ketentuan yang telah berlalu di dalam ilmu-Nya.
Neraka
وَخَلَقَ النَّارَ فَأَعَدَّهَا دَارَ خُلُودٍ لِمَنْ كَفَرَ بِهِ وَأَلْحَدَ
فِي آيَاتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَجَعَلَهُمْ مَحْجُوبِينَ عَنْ رُؤيَتِهِ.
Dia menciptakan Neraka dan menjadikannya kekal untuk siapa saja yang kafir
kepada-Nya, menentang ayat-ayat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, dan
menjadikan mereka terhalangi dari melihat-Nya.
Mizan
وَأَنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَجِيءُ يَومَ القِيَامَةِ وَالمَلَكُ
صَفًّا صَفًّا؛ لِعَرْضِ الأُمَمِ وَحِسَابِهَا وَعُقُوبَتِهَا وَثَوَابِهَا، وَتُوضَعُ
المَوَازِينُ لَوَزْنِ أَعْمَالِ العِبَادِ، فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولٰئِكَ هُمُ المُفلِحُونَ
Allah Tabāroka wa Ta’ālā datang pada hari Kiamat sementara para Malaikat berbaris-baris
untuk memutuskan perkara umat dan menghisabnya, memberi hukuman dan memberi
balasan pahala. Diletakkan Mizan (timbangan) untuk menimbang amal para hamba.
Siapa yang berat timbangannya maka dia termasuk yang beruntung.
Catatan Amal
وَيُؤْتَوْنَ صَحَائِفَهُمْ بِأَعْمَالِهِمْ، فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ
بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِساباً يَسِيراً، وَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ
ظَهْرِهِ فَأُولٰئِكَ يَصْلَوْنَ سَعِيراً.
Buku catatan
amal perbuatan didatangkan. Siapa yang diberi dengan tangan kanannya maka dia
akan dihisab dengan mudah dan siapa yang diberi dari belakang punggungnya maka
merekalah yang akan masuk ke Neraka Sa’ir.
Shirot
وَأَنَّ الصِّرَاطَ حَقٌّ، يَجُوزُهُ العِبَادُ بِقَدْرِ أَعْمَالِهِمْ،
فَنَاجُونَ مُتَفَاوَتُونَ فِي سُرْعَةِ النَّجَاةِ عَلَيْهِ مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ،
وَقَوْمٌ أَوْبَقَتْهُمْ فِيهَا أَعْمَالُهُمْ.
Shirot (jembatan yang
membentang di punggung Neraka menuju Surga) adalah benar adanya yang akan
dilewati para hamba sesuai dengan kadar amalnya. Lalu ada yang selamat
melewatinya dengan cepat dari Neraka
Jahannam, dan ada pula sejumlah orang yang amal jelek mereka menjatuhkannya ke
dalam Neraka.
Telaga
وَالإِيمَانُ بِحَوْضِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، تَرِدُهُ أُمَّتُهُ لاَ يَظْمَأُ مَنْ شَرِبَ مِنْهُ،
وَيُذَادُ عَنْهُ مَنْ بَدَّلَ وَغَيَّرَ.
Wajib mengimani
haudh (telaga Kautsar) Rosulullah ﷺ yang akan dikunjungi oleh umatnya. Tidak akan haus selamanya
siapa yang meminumnya dan akan dihalau darinya siapa yang mengganti (murtad)
dan merubah (agama dengan bid’ah).
Definisi Iman
وَأَنَّ الإِيمَانَ قَوْلٌ بِاللِّسَانِ، وَإِخْلاَصٌ بِالقَلْبِ، وَعَمَلٌ
بِالجَوَارِحِ، يَزِيدُ بِزِيَادَةِ الأَعْمَالِ، وَيَنقُصُ بِنَقْصِهَا، فَيَكُونُ
فِيهَا النَّقْصُ وَبِهَا الزِّيَادَةُ، وَلَا يَكْمُلُ قَوْلُ الإِيمَانِ إِلاَّ بِالعَمَلِ،
وَلَا قَوْلٌ وَعَمَلٌ إِلاَّ بِنِيَّةٍ، وَلَا قَوْلٌ وَعَمَلٌ وَنِيَّةٌ إِلاَّ بِمُوَافَقَةِ
السُّنَّةِ.
Iman adalah
ucapan di lisan, keikhlasan di hati, dan amal di anggota badan. Ia bertambah
dengan bertambahnya amal dan berkurang dengan berkurangnya amal sehingga iman
bisa bertambah dan berkurang. Ucapan
iman tidak akan sempurna kecuali dengan amal dan tidak ada ucapan dan amal
kecuali dengan niat (ikhlas). Tidak ada (sah) ucapan, amal, dan niat (ikhlas) kecuali sesuai Sunnah.
Bantahan Khowarij
وَأنَّهُ لَا يُكَفَّرُ أَحَدٌ بِذَنْبٍ مِنْ أَهْلِ القِبْلَةِ.
Tidak boleh
seorang pun dari ahli kiblat[4]
dikafirkan.
Kondisi Arwah
وَأَنَّ الشُّهَدَاءَ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ، وَأَرْوَاحُ
أَهْلِ السَّعَادَةِ بِاقِيَةٌ نَاعِمَةٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ، وَأَرْوَاحُ أَهْلِ
الشَّقَاوَةِ مُعَذَّبَةٌ إِلَى يَومِ الدِّينِ.
Sesungguhnya
para syuhada hidup di sisi Rob mereka dengan diberi rezeki. Ruh-ruh orang-orang bahagia senantiasa
diberi nikmat hingga hari mereka dibangkitkan. Sementara ruh-ruh orang celaka
disiksa hingga hari Pembalasan.
Fitnah Kubur
وَأَنَّ المُؤْمِنِينَ يُفْتَنُونَ فِي قُبُورِهِمْ وَيُسْأَلُونَ،
﴿يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ﴾
Sungguh kaum
Mukminin difitnah (diberi ujian) dan pertanyaan di alam kubur. “Allah
meneguhkan orang-orang beriman dengan ucapan yang teguh di kehidupan dunia dan
Akhirat (alam kubur).” (QS. Ibrohim: 27)
Malaikat Pencatat Amal
وَأَنَّ عَلَى العِبَادِ حَفَظَةً يَكْتُبُونَ أَعْمَالَهُمْ، وَلَا
يَسْقُطُ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ عَنْ عِلْمِ رَبِّهِمْ
Setiap hamba
ada Malaikat Penjaga yang menulis amalnya. Tidak ada satu pun dari amal
tersebut yang terluput dari ilmu Rob-nya.
Malaikat Maut
وَأَنَّ مَلَكَ المَوْتِ يَقْبِضُ الأَرْوَاحَ بِإِذْنِ رَبِّهِ.
Sungguh Malaikat
Maut mencabut ruh-ruh dengan seizin dari Rob-nya.
Sahabat Generasi Terbaik
وَأَنَّ خَيْرَ القُرُونِ القَرْنُ الَّذِينَ رَأَوا رَسُولَ اللهِ
ﷺ وَآمَنُوا بِهِ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ.
Sebaik-baik generasi adalah generasi yang melihat Rosulullah ﷺ dan
beriman kepadanya. Kemudian generasi berikutnya (Tabi’in) kemudian generasi
berikutnya (Tabi’ut Tabi’in).
Khulafa Rosyidin
وَأَفْضَلُ الصَّحَابَةِ الخُلَفَاءُ الرَّاشِدُونَ المَهْدِيُّونَ:
أَبُو بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرُ ثُمَّ عُثْمَانُ ثُمَّ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ أَجْمَعِينَ.
Sahabat yang terbaik adalah Khulafa Rasyidin yang terbimbing yaitu Abu
Bakar kemudian ‘Umar kemudian ‘Utsman kemudian ‘Ali Rodhiyallahu ‘Anhum
Ajma’in.
Tidak Membicarakan Perselisihan
Antar Sahabat
وَأَنْ لاَ يُذْكَرَ أَحَدٌ مِنْ صَحَابَةِ الرَّسُولِ ﷺ إِلاَّ بِأَحْسَنِ ذِكْرٍ، وَالإِمْسَاكُ عَمَّا شَجَرَ
بَيْنَهُمْ، وَأَنَّهُمْ أَحَقُّ النَّاسِ، أَنْ يُلْتَمَسَ لَهُمْ أَحَسَنُ المَخَارِجِ،
وَيُظَنَّ بِهِمْ أحْسَنُ المَذَاهِبِ.
Tidak boleh seorang pun dari para Sahabat Rosulullah ﷺ disebut
kecuali dengan penyebutan yang baik. Wajib diam atas perseteruan di antara
mereka. Mereka adalah manusia yang paling berhak untuk
dicarikan uzur terbaik bagi mereka dan berbaik sangka kepada mereka dengan yang
terbaik.
Ta’at Ulil Amri
وَالطَّاعَةُ لِأَئِمَّةِ المُسْلِمِينَ مِنْ وُلاَةِ أُمُورِهِمْ وَعُلَمَآئِهِمْ،
وَاتِّبَاعُ السَّلَفِ الصَّالِحِ وَاقْتِفَاءُ آثَارِهِمْ، وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمْ،
وَتَرْكُ المِرَاءِ وَالجِدَالِ فِي الدِّينِ، وَتَرْكُ مَا أَحْدَثَهُ المُحْدِثُونَ.
Wajib taat kepada
para imam kaum Muslimin baik penguasa ataupun ulama. Wajib mengikuti Salafush
Sholih dan
menempuh jejak-jejak mereka, memintakan ampun untuk mereka. Wajib meninggalkan
debat dan berbantah-bantahan dalam agama dan meninggalkan perkara baru yang
diada-adakan oleh ahli bid’ah.
Penutup
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَزْوَاجِهِ
وَذُرِّيَّتِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيماً كَثِيراً.
Semoga sholawat dan salam Allah
atas penghulu kita Muhammad Nabi-Nya ﷺ, atas keluarganya, istri-istrinya, dan keturunannya.
***
[1] Yakni yang sebatas yang
Allah jelaskan dalam wahyu.
[2] Yakni ilmu-Nya, karena
Dzat Allah di atas Arsy. Allah tidak butuh Arsy dan tidak menempel dengan
makhluk-Nya sedikitpun.
[3] Yakni, terserah Allah
ampuni dengan rohmat-Nya atau Allah siksa dengan keadilan-Nya.
[4] Yakni kaum Muslimin. Istilah ini disemarakkan untuk membedakan dengan
Syi’ah yang kiblatnya bukan Ka’bah tetapi membuat sendiri di Iran. Mereka bukan
ahli kiblat, bukan kaum Muslimin.
%20-%20Edisi%203.jpg)