[PDF] Tarjamah Safinatun Najah Edisi 5 | Pustaka Syabab
Unduh PDF
PENGANTAR PENERJEMAH
Saya memuji Allah atas nikmat-nikmat yang dianugrahkan-Nya kepada saya
berupa Islam, iman, dan mengenal sunnah. Hanya dengan taufik-Nya saya diberi
waktu dan kesanggupan untuk menyelesaikan terjemahan matan yang ini. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurah atas Rosulullah ﷺ, seluruh keluarganya, juga Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, serta
seluruh orang yang menapaki jalan mereka. Aamiin.
Pembaca Budiman, kutaib (kitab kecil) dari matan Safinantun
Najah ini adalah matan yang banyak dikaji oleh santri Nusantara. Penyusun
matan ini bermadzhab Syafi’i yang lahir di Hadromaut Yaman lalu hijrah
berdakwah di Batavia Jawa dan meninggal di sana.
Mempelajari suatu madz-hab dengan memulainya dari matan kecil adalah
sebuah keharusan bagi penuntut ilmu agar dia memiliki pegangan dan memiliki
wawasan tentang fiqih, tidak kaku menyikapi khilaf (perbedaan). Contoh
sederhana saja, anggapan sebagian orang jilbab lebar dan cadar adalah cara beragama yang ekstrim, padahal jilbab lebar dan cadar merupakan
madz-hab Asy-Syafi’i sebagaimana yang disinggung penyusun matan ini di Fasal
Aurot.
Yang saya lakukan dalam penerjemahan matan ini adalah:
1. Menerjemahkan apa adanya dengan bahasa yang mudah
dan ringkas.
2. Semua istilah syari saya sebutkan dan saya
jelaskan di dalam kurung.
3. Untuk memudahkan, saya tambahi subjudul di tiap
pembahasan. Semua kata yang terdapat dalam kurung siku “[ ]” adalah tambahan
penerjemah. Begitu pula footnote.
4. Saya sebutkan semua teks Arobnya lalu diikuti
terjemahannya dengan harapan bisa dimanfaatkan oleh yang ingin menghafalnya
atau mengetahui teks aslinya.
Perlu diketahui bahwa penyusun Safinatun Najah hanya
menyelesaikan bab fiqih sampai bab Zakat, adapun bab Puasa dilengkapi oleh
Syaikh Nawawi Al-Bantani.
Saran, masukan, nasihat, dan kritik bisa Pembaca layangkan ke email norkandir@gmail.com atau 085730 219 208. Saya sangat senang hati menerima masukan dari
Pembaca Budiman.
Surabaya, Ahad 14 Sya’ban 1437 H/22 Mei 2016 M dan
dikoreksi ulang pada Muharrom 1447 H/ Juli 2025. [Nor Kandir]
[PEMBUKAAN]
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ،
وَبِهِ نَسْتَعِينُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ. وَصَلَّى اللهُ
وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّينَ، وَآلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِينَ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيمِ.
Segala puji milik Allah Robb seluruh alam. Dengan-Nya kami
meminta pertolongan dalam urusan dunia dan agama. Semoga sholawat dan salam Allah atas tuan kita Muhammad
penutup para Nabi, keluarganya, dan Sohabatnya semua. Tidak ada haul (kemampuan menjauhi bahaya) dan quwwah
(kemampuan meraih kebaikan) kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi
dan Maha Mulia.
[Rukun Islam]
أَرْكَانُ الإِسْلَامِ
خَمْسَةٌ:
1- شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ
اللهِ
2- وَإِقَامُ الصَّلَاةِ
3- وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ
4- وَصَوْمُ رَمَضَانَ
5- وَحَجُّ البَيتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيهِ سَبِيلًا.
Fasal: Rukun Islam ada 5, yaitu syahadat laa ilaaha illa Allah dan Muhammad Rosulullah, menegakkan Sholat, menunaikan Zakat,
puasa Romadhon, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu menempuh perjalananya.
[Rukun Iman]
أَرْكَانُ الإِيمَانِ سِتَّةٌ:
1- أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ
2- وَمَلَائِكَتِهِ
3- وَكُتُبِهِ
4- وَرُسُلِهِ
5- وَبِاليَوْمِ الآخِرِ
6- وَبِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ مِنَ اللهِ تَعَالَى.
Fasal: Rukun iman ada 6, yaitu kamu beriman
kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, Hari Akhir, dan
takdir yang baik maupun yang buruk semuanya dari Allah.
[Makna Kalimat Tauhid]
وَمَعْنَى لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ: لَا مَعْبُودَ بِحَقٍّ - فِي الوُجُوْدِ - إِلَّا اللهُ.
Fasal: Makna (لَا
إِلَهَ إلَّا اللهُ) adalah tidak ada yang berhak disembah —dalam wujud— selain
Allah.
[KITAB
BERSUCI]
[Tanda
Baligh]
عَلَامَاتُ البُلُوْغِ ثَلَاثٌ:
1- تَمَامُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً فِي الذَّكَرِ وَالأُنْثَى
2- وَالِاحْتِلَامُ فِي الذَّكَرِ وَالأُنْثَى لِتِسْعِ سِنِينَ
3- وَالحَيضُ فِي الأُنْثَى لِتِسْعِ سِنِينَ.
Fasal: Tanda baligh ada tiga, yaitu [1] umur 15 tahun sempurna[1] bagi lelaki maupun
perempuan. [2] ihtilam (mimpi basah) bagi lelaki maupun perempuan yang
(biasanya) berumur 9 tahun, dan [3] haidh bagi perempuan yang (biasanya)
berumur 9 tahun.
[Syarat Istinja]
شُرُوْطُ إِجْزَاءِ الحَجَرِ ثَمَانِيَةٌ:
1- أَنْ يَكُوْنَ بِثَلَاثَةِ
أَحْجَارٍ
2- وَأَنْ يُنْقِيَ المَحَلَّ
3- وَأَنْ لَا يَجِفَّ النَجَسُ
4- وَأَنْ لَا يَنْتَقِلَ
5- وَلَا يَطْرَأَ عَلَيهِ آخَرُ
6- وَأَنْ لَا يُجَاوِزَ صَفْحَتَهُ
وَحَشَفَتَهُ
7- وَأَنْ لَا يُصِيبَهُ مَاءٌ
8- وَأَنْ تَكُوْنَ الأَحْجَارُ
طَاهِرَةً.
Fasal: Syarat sah bersuci dengan batu (istijmar)[2] ada 8, yaitu: [1] jumlah
batunya tiga, [2] membersihkan tempat najis, [3] najisnya belum kering, [4]
najis belum berpindah tempat, [5] tidak tercampur dengan najis lain, [6] tidak
melampaui shof-hah (daerah yang tertutup dari
kedua pantat saat berdiri) dan hasyafah (daerah/kuncup yang
nampak dari penis lelaki setelah dikhitan), [7] tidak terkena air, dan [8] batu
tersebut haruslah suci.
[Rukun Wudhu]
فُرُوْضُ الوُضُوْءِ سِتَّةٌ:
الأَوَّلُ: النِّيَّةُ.
الثَّانِي: غَسْلُ الوَجْهِ.
الثَّالِثُ: غَسْلُ اليَدَينِ مَعَ
المِرْفَقَينِ.
الرَّابعُ: مَسْحُ شَيْءٍ مِنَ الرَّأْسِ.
الخَامِسُ: غَسْلُ الرِّجْلَينِ مَعَ
الكَعْبَينِ.
السَّادِسُ: التَّرْتِيبُ.
Fasal: Fardhu (rukun) wudhu ada 6, yaitu: [1] niat, [2] membasuh wajah, [3]
membasuh dua tangan hingga siku, [4] mengusap sebagian kepala, [5] membasuh dua
kaki hingga mata-kaki, dan [6] tartib (berurutan).
[Arti Niat dan Tartib]
النِّيَّةُ: قَصْدُ الشَّيءِ مُقْتَرِنًا
بِفِعْلِهِ. وَمَحَلُّهَا: القَلْبُ. وَالتَّلَفُّظُ بِهَا: سُنَّةٌ. وَوَقْتُهَا: عِنْدَ غَسْلِ أَوَّلِ جُزْءٍ مِنَ الوَجْهِ.
Fasal: niat adalah menyengaja sesuatu yang dibarengi
dengan mengerjakannya dan tempat niat ada di dalam hati. Melafazhkannya adalah
sunnah. Waktu niat adalah saat membasuh bagian pertama dari wajah.
وَالتَّرْتِيبُ: أَنْ لَا يُقَدَّمَ عُضْوٌ عَلَى
عُضْوٍ.
Maksud tartib adalah bagian yang pertama tidak didahului
bagian yang lain.
[Hukum Air]
المَاءُ: قَلِيلٌ وَكَثِيرٌ.
فَالقَلِيلُ: مَا دُوْنَ القُلَّتَينِ. وَالكَثِيرُ: قُلَّتَانِ فَأَكْثَرُ.
Fasal: Air sedikit dan banyak. Air sedikit itu jika kurang dari dua qullah dan air banyak jika lebih dari dua qullah.[3]
وَالقَلِيلُ: يَتَنَجَّسُ بِوُقُوْعِ
النَّجَاسَةِ فِيهِ، وَإِن لَمْ
يَتَغَيَّرْ.
وَالمَاءُ الكَثِيرُ: لَا يَتَنَجَّسُ إِلَّا إِذَا
تَغَيَّرَ طَعْمُهُ، أَوْ لَوْنُهُ، أَوْ رِيحُهُ.
Air sedikit menjadi najis dengan
jatuhnya benda najis ke dalamnya meskipun tidak berubah. Sementara air banyak
tidak menjadi najis dengan jatuhnya benda najis ke dalamnya kecuali jika
berubah rasanya, warnanya, atau aromanya.
[Yang Mewajibkan Mandi]
مُوْجِبَاتُ الغُسْلِ سِتَّةٌ:
1- إِيلَاجُ الحَشَفَةِ فِي الفَرْجِ.
2- وَخُرُوُجُ المَنِيِّ
3- وَالحَيضُ
4- وَالنِّفَاسُ
5- وَالوِلَادَةُ
6- وَالمَوْتُ.
Fasal: Yang mewajibkan mandi ada 6 hal, yaitu [1] masuknya hasyafah
(kuncup penis) ke farji (vagina),
[2] keluarnya mani, [3] haidh, [4] nifas, [5] melahirkan, dan [6] meninggal.
[Rukun Mandi]
فُرُوْضُ الغُسْلِ اثْنَانِ:
1- النِّيَّةُ
2- وَتَعْمِيمُ البَدَنِ بِالمَاءِ.
Fasal: Fardhu (rukun) mandi besar ada 2, yaitu niat dan mengguyur rata badan
dengan air.
[Syarat Wudhu]
شُرُوْطُ الوُضُوْءِ عَشَرَةٌ:
1- الإِسْلَامُ
2- وَالتَّمْيِيزُ
3- وَالنَّقَاءُ عَنِ الحَيضِ، وَالنِّفَاسِ
4- وَعَمَّا يَمْنَعُ وُصُوْلَ المَاءِ إِلَى البَشَرَةِ
5- وَأَنْ لَا يَكُوْنَ عَلَى العُضْوِ مَا
يُغَيِّرُ المَاءَ
6- وَالعِلْمُ بِفَرْضِيَّتِهِ
7- وَأَنْ لَا يَعْتَقِدَ فَرْضًا مِنْ فَرُوْضِهِ سُنَّةً
8- وَالمَاءُ الطَّهُوْرُ
9- وَدُخُوْلُ الوَقْتِ
10- وَالمُوَالَاةُ لِدَائِمِ الحَدَثِ.
Fasal: Syarat wudhu ada 10, yaitu:
[1] Islam, [2] tamyiz (bisa membedakan yang baik dan benar, atau bisa menjawab pertanyaan), [3] bersih dari haidh dan
nifas, [4] bersih dari yang menghalangi air meresap ke kulit, [5] tidak ada
anggota wudhu yang merubah air suci, [6]
mengetahui wajib wudhu, [7] tidak meyakini sunnah sebagai wajib wudhu, [8]
airnya suci, [9] masuk waktu, dan [10] muwalah (berturut-turut tidak jeda lama) bagi yang sering berhadats.
[Pembatal Wudhu]
نَوَاقِضُ الوُضُوْءِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ:
الأَوَّلُ: الخَارجُ مِنْ أَحَدِ
السَّبِيلَينِ، مِنْ قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ، رِيحٌ أَوْ غَيرُهُ، إِلَّا المَنِيَّ.
الثَّانِي: زَوَالُ العَقْلِ بِنَوْمٍ أَوْ
غَيرِهِ إِلَّا قَاعِدٍ مُمَكِّنٍ مَقْعَدَتَهُ مِنَ الأَرْضِ.
الثَّالِثُ: اِلْتِقَاءُ بَشَرَتَي رَجُلٍ
وَامْرَأَةٍ كَبِيرَينِ أَجْنَبِيَّينِ مِنْ غَيرِ حَائِلٍ.
الرَّابعُ: مَسُّ قُبُلِ الآدَمِيِّ، أَوْ
حَلْقَةِ دُبُرِهِ بِبَطْنِ الرَّاحَةِ، أَوْ بُطُوْنِ الأَصَابِعِ.
Fasal: Pembatal wudhu ada 4, yaitu
[1] apapun yang keluar dari salah satu dari dua jalan yaitu qubul (jalan
depan/kemaluan) atau dubur (jalan belakang/ anus), baik kentut atau
lainnya kecuali mani[4], [2] hilangnya akal dengan
tidur atau lainnya kecuali tidurnya orang yang duduk sambil mengokohkan
duduknya di tanah (lantai), dan [3] bersentuhannya dua kulit lelaki dengan
perempuan dewasa asing (non-mahrom) tanpa pembatas, dan [4] menyentuh qubul
(penis/vagina) manusia (dewasa atau bayi, hidup atau mati) atau lingkarang
duburnya (anusnya) dengan telapak tangan atau jari-jarinya.
[Yang Diharomkan Bagi
yang Berhadats]
مَنِ انْتَقَضَ
وُضُوْءُهُ حَرُمَ عَلَيهِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ:
1- الصَّلَاةُ
2- وَالطَّوَافُ
3- وَمَسُّ المُصْحَفِ
4- وَحَمْلُهُ.
Siapa yang batal wudhunya
maka dia diharomkan 4 hal, yaitu [1] Sholat, [2] thowaf, [3] memegang mushaf, dan [4] membawanya.
[Yang Diharomkan Bagi
Orang Junub]
وَيَحْرُمُ عَلَى
الجُنُبِ سِتَّةُ أَشْيَاءَ:
1- الصَّلَاةُ
2- وَالطَّوَافُ
3- وَمَسُّ المُصْحَفِ
4- وَحَمْلُهُ
5- وَاللُّبْثُ فِي المَسْجِدِ
6- وَقِرَاءَةُ القُرْآنِ.
Orang junub diharomkan 6 hal,
yaitu: [1] Sholat, [2] thawaf, [3] memegang mushaf dan [4] membawanya, [5] berdiam diri di Masjid, dan [6]
membaca Al-Qur’an.
[Yang Diharomkan Bagi
Wanita Haid]
وَيَحْرُمُ بِالحَيضِ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ:
1- الصَّلَاةُ
2- وَالطَّوَافُ
3- وَمَسُّ المُصْحَفِ
4- وَحَمْلُهُ
5- وَاللُّبْثُ فِي المَسْجِدِ
6- وَقِرَاءَةُ القُرْآنِ
7- وَالصَّوْمُ
8- وَالطَّلَاقُ
9- وَالمُرُوْرُ فِي المَسْجِدِ إِنْ خَافَتْ تَلْوِيثَهُ
10- وَالِاسْتِمْتَاعُ بَيْنَ السُّرَّةِ
وَالرُّكْبَةِ.
Wanita haidh diharomkan 10
hal, yaitu [1] Sholat, [2] thowaf, [3-4] menyentuh mushaf dan membawanya, [5]
berdiam diri di Masjid, [6] membaca Al-Qur’an, [7] puasa, [8] tholaq, [9]
melewati Masjid jika takut mengotorinya, dan [10] istimta’ (bercumbu) di
sekitar daerah antara pusar dan lutut.[5]
[Sebab Tayammum]
أَسْبَابُ
التَّيَمُّمِ ثَلَاثَةٌ:
1- فَقْدُ المَاءِ
2- وَالمَرَضُ
3- وَالِاحْتِيَاجُ إِلَيهِ لِعَطَشِ حَيَوَانٍ مُحْتَرَمٍ.
Fasal: Sebab tayammum ada 3, yaitu [1] tidak ada air, [2] sakit, dan [3]
airnya dibutuhkan untuk memberi minum hayawaan muhtarom yang kehausan[6].
غَيرُ المُحْتَرَمِ سِتَّةٌ:
1- تَارِكُ الصَّلَاةِ
2- وَالزَّانِي المُحْصَنُ
3- وَالمُرْتَدُّ
4- وَالكَافِرُ الحَرْبِيُّ
5- وَالكَلْبُ العَقُوْرُ
6- وَالخِنْزِيرُ.
Yang tidak dihormati ada 6, yaitu [1] peninggal Sholat,
[2] pezina muhshon, [3] murtad, [4] kafir harbi, [5] anjing galak, dan
[6] babi.[7]
[Syarat Tayammum]
شُرُوْطُ التَّيَمُّمِ عَشَرَةٌ:
1- أَنْ يَكُوْنَ بِتُرَابٍ
2- وَأَنْ يَكُوْنَ التُّرَابُ طَاهِرًا
3- وَأَنْ يَكُوْنَ مُسْتَعْمَلًا
4- وَأَنْ لَا يُخَالِطَهُ دَقِيقٌ وَنَحْوُهُ
5- وَأَنْ يَقْصِدَهُ
6- وَأنْ يَمْسَحَ وَجْهَهُ وَيَدَيهِ بِضَرْبَتَينِ
7- وَأَنْ يُزِيلَ النَّجَاسَةَ أَوَّلًا
8- وَأَنْ يَجْتَهِدَ فِي القِبْلَةِ قَبْلَهُ
9- وَأَنْ يَكُوْنَ التَّيَمُّمُ بَعْدَ دُخُوْلِ الوَقْتِ
10- وَأَنْ يَتَيَمَّمَ لِكُلِّ
فَرْضٍ.
Fasal: Syarat tayammum ada 10, yaitu [1] dengan thurob,[8] [2] thurobnya suci,
[3] tidak debu musta’mal (sudah digunakan), [4] tidak bercampur gandum
atau zat lainnya, [5] sengaja tayammum, [6] membasuh wajah dan dua tangannya (sampai
siku) dengan dua kali tepukan tanah,[9] [7] sebelumnya sudah
membersihkan najis badan, [8] ijtihad menentukan qiblat sebelumnya (sunnah),
[9] tayammum setelah masuk waktu Sholat, dan [10] tayammum sekali untuk tiap Sholat
fardhu.
[Rukun Tayammum]
فُرُوْضُ التَّيَمُّمِ خَمْسَةٌ:
الأَوَّلُ: نَقْلُ التُّرَابِ.
الثَّانِي: النِّيَّةُ.
الثَّالِثُ: مَسْحُ الوَجْهِ.
الرَّابعُ: مَسْحُ اليَدَينِ إِلَى
المِرْفَقَينِ.
الخَامِسُ: التَّرْتِيبُ بَينَ المَسْحَتَينِ.
Fasal: Fardhu (rukun) tayammum ada 5, yaitu [1] memindah debu, [2] niat, [3]
mengusap wajah, [4] mengusap tangan hingga siku-siku, dan [5] tartib dalam mengusap.
[Pembatal Tayammum]
مُبْطِلَاتُ
التَّيَمُّمِ ثَلَاثَةٌ:
1- مَا أَبْطَلَ الوَضُوْءَ
2- وَالرِّدَّةُ
3- وَتَوَهُّمُ المَاءِ إِنْ تَيَمَّمَ لِفَقْدِهِ.
Fasal: Pembatal-pembatal tayammum ada 3, yaitu [1] apa saja yang membatalkan
wudhu, [2] murtad[10], dan [3] menduga adanya air jika sebab
tayamumnya karena ketiadaan air[11].
[Najis yang Bisa Suci]
الَّذِي يَطْهُرُ مِنَ
النَّجَاسَاتِ ثَلَاثَةٌ:
1- الخَمْرُ إِذَا تَخَلَّلَتْ بِنَفْسِهَا
2- وَجِلْدُ المَيتَةِ إِذَا دُبِغَ
3- وَمَا صَارَ حَيَوَانًا.
Fasal: Yang bisa menjadi suci dari najis ada 3, yaitu [1] khomr (arak/miras)
yang berubah dengan sendirinya (menjadi cuka), [2] kulit bangkai (selain anjing
dan babi) jika disamak, dan [3] sesuatu yang berubah menjadi hewan (makhluk
hidup)[12].
[Pembagian Najis]
النَّجَاسَاتُ ثَلَاثٌ:
مُغَلَّظَةٌ، وَمُخَفَّفَةٌ، وَمُتَوَسِّطَةٌ.
المُغَلَّظَةُ: نَجَاسَةُ الكَلْبِ وَالخِنْزِيرِ
وَفَرْعِ أَحَدِهِمَا.
وَالمُخَفَّفَةُ: بَوْلُ الصَّبِيِّ الَّذِي لَمْ
يَطْعَمْ غَيرَ اللَّبَنِ وَلَمْ يَبْلُغِ الحَوْلَينِ.
وَالمُتَوَسِّطَةُ: سَائِرُ النَّجَاسَاتِ.
Fasal: Najis itu ada 3, yaitu [1] mughollazhoh, [2] mukhoffafah,
dan [3] mutawasithoh. Mughollazhoh adalah najis anjing dan babi
beserta anak-anaknya, mukhoffafah adalah kencing bayi yang
belum makan apapun selain ASI dan belum mencapai 2 tahun,[13] dan mutawasithoh adalah najis selain keduanya.
[Cara Menghilangkan Najis]
المُغَلَّظَةُ تَطْهُرُ بِسَبْعِ غَسَلَاتٍ -بَعْد
إِزَالَةِ عَينِهَا- إِحْدَاهُنَّ بِتُرَابٍ.
وَالمُخَفَّفَةُ تَطْهُرُ بِرَشِّ المَاءِ عَلَيهَا
مَعَ الغَلَبَةِ وَإِزَالَةِ عَينِهَا.
Fasal: Mughollazhoh disucikan dengan 7 basuhan
setelah dihilangkan najisnya terlebih dahulu di mana salah satu basuhan dengan debu. Mukhoffafah disucikan dengan memercikkan air di atasnya secara merata disertai menghilangkan
najisnya (urin
bayi).
وَالمُتَوَسِّطَةُ تَنْقَسِمُ إِلَى قِسْمَينِ:
عَينِيَّةٌ، وَحُكْمِيَّةٌ.
العَينِيَّةُ: الَّتِي لَهَا لَوْنٌ وَرِيحٌ
وَطَعْمٌ، فَلَا بُدَّ مِنْ إِزَالَةِ لَونِهَا وَرِيحِهَا وَطَعْمِهَا.
وَالحُكْمِيَّةُ: الَّتِي لَا لَوْنَ وَلَا رَيْحَ وَلَا طَعْمَ لَهَا، يَكْفِيكَ جَرْيُ
المَاءِ عَلَيهَا.
Mutawassithoh dibagi dua, yaitu ainiyah dan hukmiyah.
[1] Najis aini adalah najis yang memiliki
warna, aroma, dan rasa sehingga cara mensucikannya harus menghilangkan warna,
aroma, dan rasanya[14]. [2] Najis hukmi adalah najis yang tidak berwarna, beraroma, dan
berasa sehingga cukup mengalirkan air di atasnya.
[Haid dan Nifas]
أَقَلُّ الحَيضِ: يَوْمٌ وَلَيلَةٌ. وَغَالِبُهُ: سِتٌّ أَوْ سَبْعٌ. وَأَكْثَرُهُ: خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا
بِلَيَالِيهَا.
Fasal: Sedikitnya haidh adalah sehari semalam, umumnya
6 atau 7 hari, dan terbanyak adalah 15 sehari semalam[15].
أَقَلُّ الطُّهْرِ
بَينَ الحَيضَتَينِ: خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا. وَغَالِبُهُ: أَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ يَوْمًا، أَوْ ثَلَاثَةٌ وَعِشْرُوْنَ يَوْمًا.
وَلَا حَدَّ لِأَكْثَرِهِ.
Sedikitnya masa suci
antara dua haidh adalah 15 hari[16], umumnya 24 atau 23 hari,
tetapi terkadang seseorang lebih lama dari itu.
أَقَلُّ النِّفَاسِ: مَجَّةٌ. وَغَالِبُهُ: أَرْبَعُوْنَ يَوْمًا. وَأَكْثَرُهُ: سِتُّوْنَ يَوْمًا.
Masa nifas paling sedikit
adalah setetes darah, umumnya 40 hari,
dan maksimal 60 hari[17].
[KITAB SHOLAT]
[Udzur Sholat]
أَعْذَارُ الصَّلَاةِ اثْنَانِ:
1- النَّوْمُ.
2- وَالنِّسْيَانُ.
Fasal: Udzur Sholat ada dua, yaitu tidur dan lupa.
[Syarat Sholat]
شُرُوْطُ الصَّلَاةِ ثَمَانِيَةٌ:
1- طَهَارَةُ الحَدَثَينِ
2- وَالطَّهَارَةُ عَنِ النَّجَاسَةِ فِي الثَّوْبِ وَالبَدَنِ
وَالمَكَانِ
3- وَسَتْرُ العَوْرَةِ
4- وَاسْتِقْبَالُ القِبْلَةِ
5- وَدُخُوْلُ الوَقْتِ
6- وَالعِلْمُ بِفَرْضِيَّتِهَا
7- وَأَنْ لَا يَعْتَقِدَ فَرْضًا مِنْ فُرُوْضِهَا سُنَّةً
8- وَاجْتِنَابُ المُبْطِلَاتِ.
Fasal: Syarat Sholat ada 8, yaitu [1] suci dari dua hadats (besar dan
kecil), [2] suci dari najis pada pakaian, badan, dan tempat, [3] menutup aurot, [4] menghadap qiblat, [5] masuk waktu, [6]
mengetahui fardhu Sholat, [7] tidak meyakini fardhu Sholat sebagai sunnah, dan
[8] menjauhi pembatal-pembatalnya.
[Pembagian Hadats]
الأَحْدَاثُ اثْنَانِ: أَصْغَرُ، وَأَكْبَرُ.
فَالأَصْغَرُ: مَا أَوْجَبَ الوُضُوْءَ.
وَالأَكْبَرُ: مَا أَوْجَبَ الغُسْلَ.
Hadats itu ada dua, yaitu ashghor
(kecil seperti kencing) dan akbar (besar seperti junub). Ashghor adalah hadats
yang mewajibkan wudhu, dan akbar adalah yang
mewajibkan mandi.
[Pembagian Aurot]
العَوْرَاتُ أَرْبَعٌ:
1- عَوْرَةُ الرَّجُلِ مُطْلَقًا وَالأَمَةِ فِي الصَّلَاةِ: مَا بَينَ
السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ.
2- وَعَوْرَةُ الحُرَّةِ فِي الصَّلَاةِ: جَمِيعُ بَدَنِهَا مَا سِوَى
الوَجْهِ وَالكَفَّينِ.
3- وَعَوْرَةُ الحُرَّةِ وَالأَمَةِ عِنْدَ الأَجَانِبِ: جَمِيعُ
البَدَنِ.
4- وَعِنْدَ مَحَارِمِهِمَا
وَالنِّسَاءِ: مَا بَينَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ.
Aurot itu ada 4, yaitu [1]
aurot lelaki mutlak (maksudnya, di dalam Sholat dan luar Sholat) dan budak wanita di dalam Sholat yakni antara pusar dan
lutut, [2] aurot wanita merdeka (bukan budak) di dalam Sholat adalah seluruh
badannya selain wajah dan telapak tangan, [3] aurot wanita merdeka dan budak
wanita terhadap lelaki asing adalah seluruh badannya, dan [4] sementara aurot
keduanya terhadap mahrom dan wanita lain adalah antara pusar dan lutut.
[Rukun Sholat]
أَرْكَانُ الصَّلَاةِ سَبْعَةَ عَشَرَ:
الأَوَّلُ: النِّيَّةُ.
الثَّانِي: تَكْبِيرَةُ الإِحْرَامِ.
الثَّالِثُ: القِيَامُ عَلَى القَادِرِ فِي
الفَرْضِ.
الرَّابعُ: قِرَاءَةُ الفَاتِحَةِ.
الخَامِسُ: الرُّكُوْعُ.
السَّادِسُ: الطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ.
السَّابعُ: الِاعْتِدَالُ.
الثَّامِنُ: الطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ.
التَّاسِعُ: السُّجُوْدُ مَرَّتَينِ.
العَاشِرُ: الطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ.
الحَادِي عَشَرَ: الجُلُوْسُ بَينَ السَّجْدَتَينِ.
الثَّانِي عَشَرَ: الطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ.
الثَّالِثَ عَشَرَ: التَّشَهُّدُ الأَخِيرُ.
الرَّابِعَ عَشَرَ: القُعُوْدُ فِيهِ.
الخَامِسَ عَشَرَ: الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ فِيهِ.
السَّادِسَ عَشَرَ: السَّلَامُ.
السَّاِبَعَ عَشَرَ: التَّرْتِيبُ.
Fasal: Rukun Sholat ada 17, yaitu [1] niat, [2] takbiratul ihrom, [3]
berdiri bagi yang mampu dalam Sholat wajib, [4] membaca Al-Fatihah, [5] ruku’,
[6] thuma’ninah, [7] i’tidal, [8] thuma’ninah saat
i’tidal, [9] sujud dua kali, [10] thuma’ninah saat sujud, [11] duduk
antara dua sujud, [12] thuma’ninah saat duduk, [13] tasyahhud akhir,
[14] duduk, [15] sholawat kepada Nabi ﷺ, [16] salam, dan [17] urut.
[Niat Sholat]
النِّيَّةُ ثَلَاثُ
دَرَجَاتٍ:
1- إنْ كَانَتِ الصَّلَاةُ فَرْضًا: وَجَبَ قَصْدُ الفِعْلِ،
وَالتَّعْيِينُ، وَالفَرْضِيَّةُ.
2- وَإِنْ كَانَتْ نَافِلَةً مُؤَقَّتَةً كَرَاتِبَةٍ أَوْ ذَاتِ سَبَبٍ:
وَجَبَ قَصْدُ الفِعْلِ وَالتَّعْيِينُ.
3- وَإِنْ كَانَتْ نَافِلَةً مُطْلَقَةً: وَجَبَ قَصْدُ الفِعْلِ فَقَطْ.
الفِعْلُ: أُصَلِّي. وَالتَّعْيِينُ: ظُهْرًا أَوْ عَصْرًا. وَالفَرْضِيَّةُ: فَرْضًا.
Fasal: niat ada 3 tingkatan, yaitu [1] jika Sholat fardhu maka wajib
menyengaja berbuat dan ta’yin (menentukan jenis Sholat) serta fardhiyah
(menyatakan kefardhuan), [2] jika Sholat sunnah muaqqot (yang ditentukan
waktunya) seperti sunnah rowatib atau yang memiliki sebab
maka wajib menyengaja berbuat dan ta’yin, dan [3] jika Sholat sunnah
mutlak (tidak terikat waktu) maka wajib menyengaja berbuat saja.
Yang dimaksud berbuat adalah ushalli
(aku Sholat), ta’yin adalah ucapan Zhuhur atau Ashar, dan fardhiyyah
adalah fardhu.[18]
[Syarat Takbirotul Ihrom]
شُرُوْطُ تَكْبِيرَةِ
الإِحْرامِ سِتَّةَ عَشَرَ:
1- أَنْ تَقَعَ حَالَةَ القِيَامِ فِي الفَرْضِ
2- وَأَنْ تَكُوْنَ بِالعَرَبِيَّةِ
3و4- أَنْ تَكُوْنَ بِلَفْظِ «الجَلَالَةِ» وَلَفْظِ «أَكْبَرُ»
5- وَالتَّرْتِيبُ بَينَ اللَّفْظَينِ
6- وَأَنْ لَا يَمُدَّ هَمْزَةَ «الجَلَالَةِ»
7- وَعَدَمُ مَدِّ بَاءِ «أَكْبَرُ»
8- وَأَنْ لَا يُشَدِّدَ البَاءَ
9- وَأَنْ لَا يَزِيدَ وَاوًا سَاكِنَةً، أَوْ مُتَحَرِّكَةً بَينَ
الكَلِمَتَينِ
10- وَأَنْ لَا يَزِيدَ وَاوًا قَبْلَ «الجَلَالَةِ»
11- وَأَنْ لَا يَقِفَ بَينَ كَلِمَتَيِ التَّكْبِيرِ وَقْفَةً طَوِيلَةً
وَلَا قَصِيرَةً
12- وَأَنْ يُسْمِعَ نَفْسَهُ جَمِيعَ حُرُوْفِهَا
13- وَدُخُوْلُ الوَقْتِ فِي المُؤَقَّتِ
14- وَإِيقَاعُهَا حَالَ الِاسْتِقْبَالِ
15- وَأَنْ لَا يُخِلَّ بِحَرْفٍ مِنْ حُرُوْفِهَا
16- وَتَأْخِيرُ تَكْبِيرَةِ المَأْمُوْمِ
عَنْ تَكْبِيرَةِ الإِمَامِ.
Fasal: Syarat takbirotul ihrom ada 16, yaitu [1] dibaca saat berdiri dalam Sholat
fardhu, [2] berbahasa Arob, [3&4] berlafazh jalalah (Allah) dan berlafazh
Akbar, [5] tertib (urut) antara dua lafazh tersebut, [6] hamzah jalalah tidak
boleh dipanjangkan (آللهُ), [7] ba akbar tidak
dipanjangkan (آكْبَرُ), [8] ba akbar tidak
ditasydid (أَكْبَّرُ), [9] tidak ditambah dengan
wawu mati atau berharokat di antara dua kata itu, [10] tidak boleh ditambah
wawu sebelum jalalah, [11] tidak berhenti di antara dua lafazh takbir baik lama
atau sebentar, [12] dirinya mendengar semua huruf-hurufnya, [13] masuk waktu dalam Sholat muaqqat, [14]
terjadinya sewaktu menghadap qiblat, [15] tidak merubah satu pun dari
huruf-huruf takbir, dan [16] mengakhirkan takbir makmum dari takbir imam.
[Syarat Al-Fatihah]
شُرُوْطُ الفَاتِحَةِ عَشَرَةٌ:
1- التَّرْتِيبُ
2- وَالمُوَالَاةُ
3- وَمُرَاعَاةُ حُرُوْفِهَا
4- وَمُرَاعَاةُ تَشْدِيدَاتِهَا
5- وَأَنْ لَا يَسْكُتَ سَكْتَةً طَوِيلَةً، وَلَا قَصِيرَةً يَقْصِدُ
بِهَا قَطْعَ القِرَاءَةِ
6- وَقِرَاءَةُ كُلِّ آيَاتِهَا، وَمِنْهَا البَسْمَلَةُ
7- وَعَدَمُ اللَّحْنِ المُخِلِّ بِالمَعْنَى
8- وَأَنْ تَكُوْنَ حَالَةَ القِيَامِ فِي الفَرْضِ
9- وَأَنْ يُسْمِعَ نَفْسَهُ القِرَاءَةَ
10- وَأَنْ لَا يَتَخَلَّلَهَا ذِكْرٌ أَجْنَبِيٌّ.
Fasal: Syarat Al-Fatihah ada 10, yaitu [1] tartib, [2] muwalah (urut
dan tidak disela), [3] menjaga hurufnya, [4] menjaga tasydidnya, [5] tidak
berhenti lama atau sebentar dalam memutus bacaan, [6] membaca semua ayatnya
termasuk basmalah, [7] tidak lahn (salah baca) yang bisa merubah makna,
[8] membacanya dengan berdiri saat Sholat Fardhu, [9] dirinya mendengarkan
bacaannya, dan [10] tidak menyela-nyelanya dengan dzikir lainnya.
[Tasydid Al-Fatihah]
تَشْدِيدَاتُ
الفَاتِحَةِ أَرْبَعَ عَشَرَةَ:
1- ﴿بِسْمِ اللهِ﴾ فَوْقَ اللَّامِ
2- ﴿الرَّحْمنِ﴾ فَوْقَ الرَّاءِ
3- ﴿الرَّحِيمِ﴾ فَوْقَ الرَّاءِ
4- ﴿الحَمْدُ للهِ﴾ فَوْقَ لَامِ الجَلَالَةِ
5- ﴿رَبِّ العَالَمِينَ﴾ فَوْقَ البَاءِ
6- ﴿الرَّحْمنِ﴾ فَوْقَ الرَّاءِ
7- ﴿الرَّحِيمِ﴾ فَوْقَ الرَّاءِ
8- ﴿مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ﴾ فَوْقَ الدَّالِ
9- ﴿إِيَّاكَ نَعْبُدُ﴾ فَوْقَ اليَاءِ
10- ﴿إِيَّاكَ نَسْتَعِينُ﴾ فَوْقَ اليَاءِ
11- ﴿اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيمَ﴾ فَوْقَ الصَّادِ
12- ﴿صِرَاطَ الَّذِينَ﴾ فَوْقَ اللَّامِ
13و14- ﴿أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ
المَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّآلِّينَ﴾ فَوْقَ الضَّادِ وَاللَّامِ
Fasal: Tasydid Al-Fatihah ada 14, yaitu [1] bismillah tasydidnya di atas
huruf lam, [2] Ar-Rohmaani di atas ro, [3] Ar-Rahim di atas ro,
[4] Alhamdu lillahi di atas lam jalalah, [5] Robbil Alamin di atas ba,
[6] Ar-Rohmaani di atas ro, [7] Ar-Rohiimi di atas ro, [8]
Ad-Diini di atas dal, [9] Iyyaka Na’budu di atas ya, [10] Iyyaka
Nastaiinu di atas ya, [11] Ihdinash Shiroothol Mustaqiim di atas shood,
[12] Shiroothol Ladziina di atas lam, [13&14] An’amta ‘Alaihim
Ghoiril Maghdzuubi Alaihim waladh Dhoolliin di atas dhood dan laam.
[Waktu Mengangkat Tangan]
يُسَنُّ رَفْعُ
اليَدَيْنِ فِي أَرْبَعَةِ مَوَاضِعَ:
1- عِنْدَ تَكْبِيرَةِ الإِحْرَامِ
2- وَعِنْدَ الرُّكُوْعِ
3- وَعِنْدَ الِاعْتِدَالِ
4- وَعِنْدَ القِيَامِ مِنَ التَّشَهُّدِ الأَوَّلِ.
Fasal: Disunnahkan menggangkat dua tangan di 4 tempat, yaitu [1] saat takbirotul ihrom, [2] saat ruku, [3]
saat i’tidal, dan [4] saat bangkit
dari tasyahhud awwal.
[Syarat Sujud]
شُرُوْطُ السُّجُوْدِ سَبْعَةٌ:
1- أَنْ يَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْضَاءٍ
2- وَأَنْ تَكُوْنَ جَبْهَتُهُ مَكْشُوْفَةً
3- وَالتَّحَامُلُ بِرَأْسِهِ
4- وَعَدَمُ الهُوِيِّ لِغَيرِهِ
5- وَأَنْ لَا يَسْجُدَ عَلَى شَيءٍ يَتَحَرَّكُ بِحَرَكَتِهِ
6- وَارْتِفَاعُ أَسَافِلِهِ عَلَى أَعَالِيهِ
7- وَالطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ.
Fasal: Syarat sujud ada 7, yaitu [1] sujud di 7 anggota sujud, [2] dahinya
terbuka, [3] meletakkan kepalanya, [4] tidak meniatkan untuk selain sujud, [5]
tidak sujud di atas sesuatu yang bergerak-gerak, [6] kepala lebih rendah dari
pantat, [7] thuma’ninah.
[Anggota Sujud]
خَاتِمَةٌ
أَعْضَاءُ السُّجُوُدِ سَبْعَةٌ:
1- الجَبْهَةُ
2و3- بُطُوْنُ أَصَابِعِ الكَفَّينِ
4و5- الرُّكْبَتَانِ
6و7- بُطُوْنُ أَصَابِعِ الرِّجْلَيْنِ.
Khotimah: Anggota sujud ada 7, yaitu [1] dahi, [2&3] dua telapak tangan
bagian dalam, [4&5] dua lutut, [6&7] jari-jari dua kaki.
[Tasydid Tasyahhud]
تَشْدِيدَاتُ
التَّشَهُّدِ إِحْدَى وَعِشْرُوْنَ:
خَمْسٌ فِي أَكْمَلِهِ، وَسِتَّ عَشْرَةَ فِي أَقَلِّهِ.
1و2- «التَّحِيَّاتُ» عَلَى التَّاءِ وَاليَاءِ
3- «المُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ» عَلَى الصَّادِ
4و5- «الطَّيِّبَاتُ» عَلَى الطَّاءِ وَاليَاءِ
6- «للهِ» عَلَى لَامِ الجَلَالَةِ
7- «السَّلَامُ» عَلَى السِّينِ
8و9و10- «عَلَيكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ» عَلَى اليَاءِ، وَالنُّوْنِ،
وَاليَاءِ
11- «وَرَحْمَةُ اللهِ» عَلَى لَامِ الجَلَالَةِ
12- «وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ» عَلَى السِّينِ
13- «عَلَينَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ» عَلَى لَامِ الجَلَالةِ
14- «الصَّالِحِينَ» عَلَى الصَّادِ
15- «أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ» عَلَى لَامِ أَلِفٍ
16و17- «إِلَّا اللهُ» عَلَى لَامِ أَلِفٍ وَلَامِ الجَلَالَةِ
18- «وَأَشْهَدُ أَنَّ» عَلَى النُّوْنِ
19و20و21- «مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ» عَلَى مِيمِ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى
الرَّاءِ، وَعَلَى لَامِ الجَلَالَةِ.
Fasal: Tasydid tasyahhud ada 21: yang 5 penyempurna dan 16 sisanya yang
minimal[19], yaitu:
[1&2] (التَّحِيَّاتُ) pada ta dan ya,
[3] (المُبَارَكَاتُ
الصَّلَوَاتُ) pada shood, [4&5] (الطَّيِّبَاتُ) pada thoo dan ya,
[6] (للهِ) pada lam jalalah,
[7] (السَّلَامُ) pada sin, [8-9-10] (عَلَيكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ
عَلَيكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ) pada ya, nun, dan ya, [11] (وَرَحْمَةُ اللهِ) pada lam jalaalah,
[12] (وَبَرَكَاتُهُ
السَّلَامُ) pada sin,
[13] (عَلَينَا
وَعَلَى عِبَادِ اللهِ) pada lam jalaalah, [14] (الصَّالِحِينَ) pada shod, [15] (أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ) pada lam alif,
[16-17] (إلَّا اللهُ) pada lam alif dan lam jalaalah, [18] (وَأَشْهَدُ أَنَّ) pada nun, dan
[19,20,21] (مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ) pada mim, ro, dan lam jalaalah.
[Sholawat Minimal]
تَشْدِيدَاتُ أَقَلِّ
الصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ أَرْبَعٌ:
1و2- «اللَّهُمَّ» عَلَى اللَّامِ وَالمِيمِ
3- «صَلِّ» عَلَى اللَّامِ
4- «عَلَى مُحَمَّدٍ» عَلَى المِيمِ.
Fasal: Tasydid minimal dalam sholawat kepada Nabi ﷺ ada 4, yaitu: [1-2] (اللَّهُمَّ) pada lam dan mim, [3] (صَلِّ) pada lam, [4] (عَلَى مُحَمَّدٍ) pada mim.
[Pembagian Waktu Sholat]
أَوْقَاتُ الصَّلَاةِ خَمْسَةٌ:
1- أَوَّلُ وَقْتِ
الظُّهْرِ: زَوَالُ الشَّمْسِ. وَآخِرُهُ: مَصِيرُ ظِلِّ الشَّيءِ مِثْلَهُ،
غَيرَ ظِلِّ الِاسْتِوَاءِ.
2- وَأَوَّلُ وَقْتِ
العَصْرِ: إِذَا صَارَ ظِلُّ كُلِّ شَيءٍ مِثْلَهُ وَزَادَ قَلِيلًا. وَآخِرُهُ: عِنْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ.
3- وَأَوَّلُ وَقْتِ
المَغْرِبِ: غُرُوْبُ الشَّمْسِ. وَآخِرُهُ: غُرُوْبُ الشَّفَقِ الأَحْمَرِ.
4- وَأَوَّلُ وَقْتِ
العِشَاءِ: غُرُوْبُ الشَّفَقِ الأَحْمَرِ. وَآخِرُهُ: طُلُوْعُ الفَجْرِ الصَّادِقِ.
5- وَأَوَّلُ وَقْتِ
الصُّبْحِ: طُلُوْعُ الفَجْرِ الصَّادِقِ. وَآخِرُهُ: طُلُوْعُ الشَّمْسِ.
Fasal: Waktu-waktu Sholat ada 5 yaitu [1] awal waktu Zhuhur adalah
tergelincirnya matahari dan akhir waktunya adalah jika bayang-bayang sesuatu
panjangnya sama dengan bendanya, [2] awal waktu Ashar adalah jika bayang-bayang
sesuatu sama panjangnya dengan bendanya dan lebih sedikit, dan akhir waktunya
adalah terbenamnya matahari (seluruh
bulatan matahari hilang di garis horizon), [3] awal waktu Maghrib adalah terbenamnya
matahari dan akhir waktunya adalah hilangnya mega merah, [4] awal waktu Isya
adalah hilangnya mega merah dan akhir waktunya adalah munculnya fajar shodiq,
dan [5] awal waktu Shubuh adalah munculnya fajar shodiq dan akhir waktunya
adalah terbitnya matahari.
[Pembagian Mega]
الأَشْفَاقُ ثَلَاثَةٌ:
1- أَحْمَرُ
2- وَأَصْفَرُ
3- وَأَبْيَضُ.
الأَحْمَرُ: مَغْرِبٌ. والأَصْفَرُ وَالأَبْيَضْ: عِشَاءٌ.
وَيُنْدَبُ تَأْخِيرُ صَلَاةِ العِشَاءِ إِلَى أَنْ يَغِيبَ الشَّفَقُ
الأَصْفَر وَالأَبْيَضُ.
Mega ada 3, yaitu mega merah,
kuning, dan putih. Mega merah tanda Maghrib, sementara kuning dan putih tanda
Isya.
Disunnahkan mengakhirkan Sholat
Isya hingga hilangnya mega merah dan putih.
[Waktu Larangan Sholat]
تَحْرُمُ الصَّلَاةُ الَّتِي لَيسَ لَهَا سَبَبٌ
مُتَقَدِّمٌ وَلَا مُقَارِنٌ فِي خَمْسَةِ أَوْقَاتٍ:
1- عِنْدَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ حَتَّى تَرْتَفِعَ قَدْرَ رُمْحٍ
2- وَعِنْدَ الِاسْتِوَاءِ فِي غَيرِ يَوْمِ الجُمُعَةِ حَتَّى تَزُوْلَ
3- وَعِنْدَ الإِصْفِرَارِ حَتَّى تَغْرُبَ
4- وَبَعْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ
5- وَبَعْدَ صَلَاةِ العَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ.
Fasal: Sholat yang diharomkan yang tidak memiliki sebab yang mendahuluinya atau menyertainya ada 5
waktu, yaitu [1] saat matahari terbit hingga meninggi sekitar ujung tombak, [2]
saat waktu istiwa (matahari di tengah-tengah) selain hari Jum’at hingga
bergeser, [3] saat kekuning-kuningan hingga matahari terbenam sempurna, [4] setelah Sholat Shubuh
hingga matahari terbit, dan [5] setelah Sholat Ashar hingga matahari terbenam.[20]
[Saktah Sholat]
سَكْتَاتُ الصَّلَاةِ سِتٌّ:
1- بَينَ تَكْبِيرَةِ الإِحْرَامِ وَدُعَاءِ الِافْتِتَاحِ
2- وَبَينَ دُعَاءِ الافْتِتَاحِ وَالتَّعَوُّذِ
3- وَبَينَ الفَاتِحَةِ وَالتَّعَوُّذِ
4- وَبَينَ آخِرِ الفَاتِحَةِ وَآمِينَ
5- وَبَينَ آمِينَ وَالسُّوْرَةِ
6- وَبَينَ السُّوْرَةِ وَالرُّكُوْعِ.
Fasal: Saktah (berhenti sejenak) dalam Sholat ada 6, yaitu [1] antara takbirotul ihrom dan doa iftitah, [2] antara iftitah dan
ta’awwud, [3] antara Al-Fatihah dan ta’awwudz, [4] antara akhir Al-Fatihah dan
aamiin, [5] antara amin dan surat, [6] antara surat dan rukuk.
[Rukun Thuma’ninah]
الأَرْكَانُ الَّتِي
تَلْزَمُ فِيهَا الطُّمَأْنِينَةُ أَرْبَعَةٌ:
1- الرُّكُوْعُ
2- وَالِاعْتِدَالُ
3- وَالسُّجُوْدُ
4- وَالجُلُوْسُ بَينَ السَّجْدَتَينِ.
Fasal: Rukun yang mengharuskan thuma’ninah (tenang sejenak) ada 4, yaitu
ruku, itidal, sujud, duduk antara dua sujud.
الطُّمَأْنِينَةُ هِيَ: سُكُوْنٌ
بَعْدَ حَرَكَةٍ؛ بِحَيثُ يَسْتَقِرُّ كُلُ عُضْوٍ مَحَلَّهُ بِقَدْرِ «سُبْحَانَ
اللهِ»
Thuma’ninah adalah berdiam setelah
bergerak di mana tiap anggota badan tenang di tempatnya, lamanya sekita ucapan
Subhanallah.
[Sebab Sujud Sahwi]
أَسْبَابُ سُجُوْدِ
السَّهْوِ أَرْبَعَةٌ:
الأَوَّلُ: تَرْكُ بَعْضٍ مِنْ أَبْعَاضِ
الصَّلَاةِ، أَوْ بَعْضِ البَعْضِ.
الثَّانِي: فِعْلُ مَا يُبْطِلُ عَمْدُهُ وَلَا
يُبْطِلُ سَهْوُهُ، إِذَا فَعَلَهُ نَاسِيًا.
الثَّالِثُ: نَقْلُ رُكْنٍ قَوْلِيٍّ غَيرِ
مَحَلِّهِ.
الرَّابعُ: إِيقَاعُ رُكْنٍ فِعْلِيٍّ مَعَ احْتِمَالِ الزِّيَادَةِ.
Fasal: Sebab sujud sahwi ada 4, yaitu [1] meninggalkan ab’ad[21] atau sebagian ab’ad, [2] meninggalkan sesuatu yang membatalkan Sholat jika dikerjakan
sengaja tetapi tidak membatalkan jika dikerjakan karena lupa[22], [3] memindah rukun ucapan
ke tempat lain[23], dan [4] mengerjakan rukun
fi’li saat dugaan menambah[24].
[Ab’ad Sholat]
أَبْعَاضُ الصَّلَاةِ سَبْعَةٌ:
1- التَّشَهُّدُ الأَوَّلُ
2- وَقُعُوْدُهُ
3- وَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ فِيهِ
4- وَالصَّلَاةُ عَلَى الآلِ فِي التَّشَهُّدِ الأَخِيرِ
5- وَالقُنُوْتُ
6- وَقِيَامُهُ
7- وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى
النَّبِيِّ ﷺ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ فِيهِ.
Fasal: Ab’ad Sholat ada 7, yaitu [1] tasyahhud awwal, [2] duduknya, [3] sholawat
kepada Nabi ﷺ saat tasyahhud awwal, [4] sholawat
kepada keluarga Nabi ﷺ saat tasyahhud akhir, [5]
qunut Subuh, [6] berdiri saat qunut, dan [7] sholawat kepada Nabi ﷺ dan keluarga dalam qunut.
[Pembatal Sholat]
تَبْطُلُ الصَّلَاةُ بِأَرْبَعَ عَشْرَةَ خَصْلَةً:
1- بِالحَدَثِ
2- وَبِوُقُوْعِ النَّجَاسَةِ إِنْ لَمْ تُلْقَ حَالًا مِنْ غَيرِ حَمْلٍ
3- وَانْكِشَافِ العَوْرَةِ إِنْ لَمْ تُسْتَرْ حَالًا
4- وَالنُّطْقِ بِحَرْفَينِ أَوْ حَرْفٍ مُفْهِمٍ عَمْدًا
5- وَبِالمُفَطِّرِ عَمْدًا
6- وَبِالأَكْلِ الكَثِيرِ نَاسِيًا
7- وَثَلَاثِ حَرَكَاتٍ مُتَوَالِيَاتٍ وَلَوْ سَهْوًا
8- وَالوَثْبَةِ الفَاحِشَةِ
9- وَالضَّرْبَةِ المُفْرِطَةِ
10- وَزِيَادَةِ رُكْنٍ فِعْلِيٍّ عَمْدًا
11- وَالتَّقَدُّمِ عَلَى إِمَامِهِ بِرُكْنَينِ، وَالتَّخَلُّفِ بِهِمَا
بِغَيرِ عُذْرٍ
12- وَنِيَّةِ قَطْعِ الصَّلَاةِ
13- وَتَعْلِيقِ قَطْعِهَا بِشَيءٍ
14- وَالتَّرَدُّدِ فِي قَطْعِهَا.
Fasal: Sholat batal karena 14 perkara, yaitu [1] hadats, [2] kejatuhan najis
kecuali langsung dibuang tanpa dibiarkan, [3] tersingkap aurot kecuali langsung
ditutup, [4] berbicara dua atau satu huruf yang bisa dipahami dengan sengaja,
[5] melakukan pembatal puasa dengan sengaja, [6] makan banyak meski lupa, [7]
gerakan tiga kali yang berturut-turut meskipun lupa, [8] melompat yang keras,
[9] memukul keras, [10] menambah rukun fi’li dengan sengaja, [11]
mendahului iman dalam dua rukun dan ketinggalan imam dua rukun tanpa uzur, [12]
niat memutus Sholat, [13] sengaja memutus Sholat dengan sesuatu, dan [14]
ragu-ragu dalam membatalkan Sholat.
[Niat Imamah]
الَّذِي يَلْزَمُ
فِيهِ نِيَّةُ الإمَامَةِ أَرْبَعٌ:
1- الجُمُعَةُ
2- وَالمُعَادَةُ
3- وَالمَنْذُوْرَةُ جَمَاعَةً
4- وَالمُتَقَدِّمَةُ فِي المَطَرِ.
Fasal: Sholat yang mengharuskan meniatkan imamah (bermakmum) ada 4, yaitu [1] Sholat
Jumat, [2] mu’adah (mengulang Sholat berjamaah), [3] nazar Sholat
berjamaah, dan [4] jamak takdim saat hujan.
[Syarat Menjadi Makmum]
شُرُوْطُ القُدْوَةِ أَحَدَ عَشَرَ:
1- أَنْ لَا يَعْلَمَ بُطْلَانَ صَلَاةِ إِمَامِهِ بِحَدَثٍ أَوْ غَيرِهِ
2- وَأَنْ لَا يَعْتَقِدَ وُجُوبَ قَضَائِهَا عَلَيهِ
3- وَأَنْ لَا يَكُوْنَ مَأْمُوْمًا
4- وَلَا أُمِّيًّا
5- وَأَنْ لَا يَتَقَدَّمَ عَلَى إِمَامِهِ فِي المَوْقِفِ
6- وَأَنْ يَعْلَمَ انْتِقَالَاتِ إِمَامِهِ
7- وَأَنْ يَجْتَمِعَا فِي مَسْجِدٍ، أَوْ ثَلَاثِ مِئَةِ ذِرَاعٍ
تَقْرِيبًا
8- وَأَنْ يَنْوِيَ القُدْوَةَ أَوِ الجَمَاعَةَ
9- وَأَنْ يَتَوَافَقَ نَظْمُ صَلَاتَيهِمَا
10- وَأَنْ لَا يُخَالِفَهُ في سُنَّةٍ فَاحِشَةِ المُخَالَفَةِ
11- وَأَنْ يُتَابِعَهُ.
Fasal: Syarat mengikuti imam (menjadi makmum) ada 11, yaitu [1] mengetahui Sholatnya
imam tidak batal baik karena hadats atau lainnya, [2] meyakini Sholatnya tidak
perlu diulang (dianggap tidak sah), [3] imam tidak menjadi makmum, [4] imam tidak ummi (tidak bisa
baca-tulis), [5] makmum tidak mendahului imam dalam tempat, [6] mengetahui
perpindahan gerakan imam, [7] imam dan makmum berkumpul dalam satu Masjid atau
kira-kira 300 hasta (±150
meter), [8] meniatkan menjadi makmum atau berjamaah, [9] Sholat keduanya
bersesuaian (berurutan), [10] tidak menyelisihi imam dalam sunnah, dan [11]
mengikuti imam.
[Pembagian Makmum]
صُوَرُ القُدْوَةِ تِسْعٌ:
تَصِحُّ فِي خَمْسٍ:
1- قُدْوَةُ رَجُلٍ
2- وَقُدْوَةُ امْرَأَةٍ بِرَجُلٍ
3- وَقُدْوَةُ خُنْثَى بِرَجُلٍ
4- وَقُدْوَةُ امْرَأَةٍ بِخُنْثَى
5- وَقُدْوَةُ امْرَأَةٍ بِامْرَأَةٍ.
وَتَبْطُلُ فِي أَرْبَعٍ:
1- قُدْوَةُ رَجُلٍ بِامْرَأَةٍ
2- وَقُدْوَةُ رَجُلٍ بِخُنْثَى
3- وَقُدْوَةُ خُنْثَى بِامْرَأَةٍ
4- وَقُدْوَةُ خُنْثَى بِخُنْثَى.
Fasal: Gambaran makmum ada 9 kasus, tetapi hanya 5 yang sah, yaitu [1]
lelaki bermakmum kepada lelaki, [2] perempuan bermakmum kepada lelaki, [3]
waria bermakmum kepada lelaki, [4] perempuan bermakmum kepada waria, dan [5]
perempuan bermakmum kepada
perempuan. Empat kasus lainnya batal Sholatnya, yaitu [1] lelaki bermakmum
kepada perempuan, [2] lelaki bermakmum kepada waria, [3] waria bermakmum kepada
wanita, dan [4] waria bermakmum kepada waria.
[Syarat Jama Takdim]
شُرُوْطُ جَمْعِ
التَّقْدِيمِ أَرْبَعَةٌ:
1- البَدَاءَةُ بِالأُوْلَى
2- وَنِيَّةُ الجَمْعِ فِيهَا
3- وَالمُوَالَاةُ بَينَهُمَا
4- وَدَوَامُ العُذْرِ.
Fasal: Syarat jamak takdim ada 4, yaitu [1] dimulai dari Sholat pertama, [2]
niat jamak, [3] muwalah (tanpa diselingi/ditunda) di antara keduanya,
dan [4] uzurnya
masih ada.
[Syarat Jama Takhir]
شُرُوْطُ جَمْعِ
التَّأْخِيرِ اثْنَانِ:
1- نِيَّةُ التَّأْخِيرِ وَقَدْ بَقِيَ مِنْ وَقْتِ الأُوْلَى مَا
يَسَعُهَا.
2- وَدَوَامُ العُذْرِ إِلَى تَمَامِ الثَّانِيَةِ.
Fasal: Syarat jamak takhir ada 2, yaitu [1] niat jamak
takhir di waktu Sholat pertama yang kira-kira cukup mengerjakannya dan [2]
adanya uzur hingga sempurnya waktu kedua.
[Syarat Qoshor]
شُرُوْطُ القَصْرِ سَبْعَةٌ:
1- أَنْ يَكُوْنَ سَفَرُهُ مَرْحَلَتَينِ
2- وَأَنْ يَكُوْنَ مُبَاحًا
3- وَالعِلْمُ بِجَوَازِ القَصْرِ
4- وَنِيَّةُ القَصْرِ عِنْدَ الإِحْرَامِ
5- وَأَنْ تَكُوْنَ الصَّلَاةُ رُبَاعِيَّةً
6- وَدَوَامُ السَّفَرِ إِلَى تَمَامِهَا
7- وَلَا أَنْ يَقْتَدِيَ بِمُتِمٍّ فِي جُزْءٍ مِنْ صَلَاتِهِ.
Fasal: Syarat Qoshor (meringkas Sholat) ada 7, yaitu [1] jarak safar
(minimal) 2 marhalah[25], [2] safarnya mubah (bukan maksiat), [3] mengetahui qoshornya
diperbolehkan[26], [4] niat qoshor saat takbirotul ihrom[27], [5] Sholatnya jenis Sholat
4 rokaat, [6] dalam keadaan safar hingga sempurna
Sholatnya[28], dan [7] tidak menjadi
makmum bagi imam sempurna meski sebagian rokaat saja.[29]
[Syarat Sholat Jumat]
شُرُوْطُ الجُمُعَةِ سِتَّةٌ:
1- أَنْ تَكُوْنَ كُلُّهَا فِي وَقْتِ الظُّهْرِ
2- وَأَنْ تُقَامَ فِي خُطَّةِ البَلَدِ
3- وَأَنْ تُصَلَّى جَمَاعَةً
4- وَأَنْ يَكُوْنُوْا أَرْبَعِينَ أَحْرَارًا، ذُكُوْرًا، بَالِغِينَ،
مُسْتَوْطِنِينَ
5- وَأَنْ لَا تَسْبِقَهَا وَلَا تُقَارِنَهَا جُمُعَةٌ فِي ذَلِكَ البَلَدِ
6- وَأَنْ يَتَقَدَّمَهَا خُطْبَتَانِ.
Fasal: Syarat Sholat Jumat ada 6, yaitu [1] dikerjakan di waktu Zhuhur, [2]
didirikan di dalam wilayah daerahnya[30], [3] dikerjakan dengan
berjamaah, [4] berjumlah (minimal) 40 orang merdeka laki-laki baligh yang
bermukim[31], [5] tidak didahului atau
berbarengan jumatan lainnya di daerah tersebut[32], dan [6] didahului dua
khutbah[33].
[Rukun Khutbatain]
أَرْكَانُ
الخُطْبَتَينِ خَمْسَةٌ:
1- حَمْدُ اللهِ فِيهِمَا
2- وَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ فِيهِمَا
3- وَالوَصِيَّةُ بِالتَّقْوَى فِيهِمَا
4- وَقِرَاءَةُ آيَةٍ مِنَ القُرْآنِ فِي إِحْدَاهُمَا
5- وَالدُّعَاءُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ فِي الأَخِيرَةِ.
Fasal: Rukun khutbatain (dua khutbah) ada 5, yaitu [1] memuji Allah
di keduanya, [2] bersholawat atas Nabi ﷺ di keduanya, [3] berwasiat taqwa di keduanya, [4]
membaca ayat Al-Qur’an di salah satu keduanya, dan [5] mendoakan orang-orang
beriman lelaki dan peremuan di khutbah terakhir.[34]
[Syarat Khutbatain]
شُرُوْطُ
الخُطْبَتَينِ عَشَرَةٌ:
1- الطَّهَارَةُ عَنِ الحَدَثَينِ الأَصْغَرِ وَالأَكْبَرِ
2- وَالطَّهَارَةُ عَنِ النَّجَاسَةِ فِي الثَّوْبِ، وَالبَدَنِ،
وَالمَكَانِ
3- وَسَتْرُ العَوْرَةِ
4- وَالقِيَامُ عَلَى القَادِرِ
5- وَالجُلُوْسُ بَينَهُمَا فَوْقَ طُمَأْنِينَةِ الصَّلَاةِ
6- وَالمُوَالَاةُ بَينَهُمَا
7- وَالمُوَالَاةُ بَينَهُمَا وَبَينَ الصَّلَاةِ
8- وَأَنْ تَكُوْنَا بِالعَرَبِيَّةِ
9- وَأَنْ يُسْمِعَهَا أَرْبَعِينَ
10- وَأَنْ تَكُوْنَ كُلُّهَا فِي
وَقْتِ الظُّهْرِ.
Fasal: syarat khutbatain ada 10, yaitu [1] suci dari dua hadats:
kecil dan besar, [2] suci dari najis pada baju, badan, dan tempat, [3] menutup
aurot, [4] berdiri bagi yang mampu, [5] duduk di antara dua khutbah seperti thuma’ninah
Sholat, [6] muwalah (tanpa diselingi apapun) keduanya, [7] muwalah
keduanya dengan Sholat, [8] khutbah berbahasa Arob, [9] didengarkan oleh 40
orang, dan [10] semua itu dilaksanakan di waktu Zhuhur.
[KITAB
JENAZAH]
[Mengurus
Jenazah]
الَّذِي يَلْزَمُ
لِلْمَيِّتِ أَرْبَعُ خِصَالٍ:
1- غُسْلُهُ
2- وَتَكْفِينُهُ
3- وَالصَّلَاةُ عَلَيهِ
4- وَدَفْنُهُ.
Fasal: Empat hal yang harus dilakukan kepada mayit (orang mati), yaitu [1] memandikannya, [2]
mengkafaninya, [3] menyolatinya, dan [4] menguburnya.
أَقَلُّ الغُسْلِ: تَعْمِيمُ بَدَنِهِ بِالمَاءِ.
وَأَكْمَلُهُ: أَنْ يَغْسِلَ سَوْأَتَيهِ، وَأَنْ
يُزِيلَ القَذَرَ مِنْ أَنْفِهِ، وَأَنْ يُوَضِّئَهُ، وَأَنْ يَدْلُكَ
بِالسِّدْرِ، وَأَنْ يَصُبَّ المَاءَ عَلَيهِ ثَلَاثًا.
Fasal: cara memandikan minimal adalah meratakan air ke seluruh tubuhnya, dan
yang sempurna adalah mencuci dua aurotnya, menghilangkan kotoran dari
hidungnya, mewudhukannya, dimandikan dengan daun bidara, dan disiram 3 kali
dengan air.
[Kafan]
أَقَلُّ الكَفَنِ: ثَوْبٌ يَعُمُّهُ.
وَأَكْمَلُهُ
لِلرَّجُلِ: ثَلَاثُ لَفَائِفَ، وَلِلْمَرْأَةِ: قَمِيصٌ، وَخِمَارٌ، وَإِزَارٌ،
وَلِفَافَتَانِ.
Fasal: kafan minimalis adalah pakaian yang menutupi semua badannya, yang
sempurna bagi jenazah lelaki adalah 3 lapis kain dan untuk wanita adalah gamis (sejenis daster), khimar (penutup kepala atau kerudung untuk menutupi rambut dan
leher), izar (sarung atau
kain bawahan), dan dua lapis kain untuk
menyelimuti seluruh badannya.
[Rukun Sholat Jenazah]
أَرْكَانُ صَلَاةِ
الجَنَازَةِ سَبْعَةٌ:
الأَوَّلُ: النِّيَّةُ.
الثَّانِي: أَرْبَعُ تَكْبِيرَاتٍ.
الثَّالِثُ: القِيَامُ عَلَى القَادِرِ.
الرَّابعُ: قِرَاءَةُ الفَاتِحَةِ.
الخَامِسُ: الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ بَعْدَ
الثَّانِيَةِ.
السَّادِسُ: الدُّعَاءُ لِلْمَيِّتِ بَعْدَ
الثَّالِثَةِ.
السَّابِعُ: السَّلَامُ.
Fasal: Rukun Sholat janazah ada 7, yaitu [1] niat, [2] empat takbir, [3]
berdiri bagi yang mampu, [4] membaca Al-Fatihah, [5] membaca sholawat kepada
Nabi ﷺ setelah takbir kedua, [6]
mendoakan mayit setelah takbir ketiga, dan [7] salam.
[Liang Kubur]
أَقَلُّ القَبْرِ: حُفْرَةٌ تَكْتُمُ رَائِحَتَهُ وَحَرْسُهُ
مِنَ السِّبَاعِ.
وَأَكْمَلُهُ: قَامَةٌ وَبَسْطَةٌ، وَيُوْضَعُ
خَدُّهُ عَلَى التُّرَابِ، وَيَجِبُ تَوْجِيهُهُ إِلَى القِبْلَةِ.
Fasal: Minimal kubur adalah lubang yang dapat menutup baunya dan
melindunginya dari binatang buas. Sedangkan bentuk paling sempurna adalah
(dengan kedalaman) seukuran tinggi badan dan lebarnya, dan pipinya diletakkan di
atas tanah[35], serta wajib menghadapkannya
ke arah qiblat.
[Pembongkaran Mayat]
يُنْبَشُ المَيِّتُ لِأَرْبَعِ خِصَالٍ:
1- لِلْغُسْلِ إذَا لَمْ يَتَغَيَّرْ
2- وَلِتَوْجِيهِهِ إِلَى القِبْلَةِ
3- وَلِلْمَالِ إذَا دُفِنَ مَعَهُ
4- وَلِلْمَرْأَةِ إذَا دُفِنَ
جَنِينُهَا مَعَهَا، وَأَمْكَنَتْ حَيَاتُهُ.
Fasal: Mayat dibongkar jika memiliki 4 sebab, yaitu [1] untuk dimandikan
apabila mayat belum berubah, [2] untuk dihadapkan ke arah qiblat, [3] untuk
mengambil harta jika terkubur bersamanya, dan [4] untuk wanita jika janinnya
terkubur bersamanya selagi ada kemungkinan janin masih hidup.
[Istianah Berwudhu]
الِاسْتِعَانَاتُ أَرْبَعُ خِصَالٍ:
1- مُبَاحَةٌ
2- وَخِلَافُ الأَوْلَى
3- وَمَكْرُوْهَةٌ
4- وَوَاجِبَةٌ.
فَالمُبَاحَةُ: هِيَ تَقْرِيبُ المَاءِ.
وَخِلَافُ الأَوْلَى: هِيَ صَبُّ المَاءِ عَلَى نَحْوِ
المُتَوَضِّئِ.
وَالمَكْرُوْهَةُ: هِيَ لِمَنْ يَغْسِلُ أَعْضَاءَهُ.
وَالوَاجِبَةُ: هِيَ لِلْمَرِيضِ عِنْدَ العَجْزِ.
Fasal: Meminta tolong (dalam bersuci) ada 4 keadaan, yaitu mubah, khilaful
aula (menyelisihi yang lebih utama), makruh, dan wajib. Yang mudah adalah
mendekatkan air, yang khilaful aula adalah menuangkan air ke arah
anggota wudhu, yang makruh adalah bila orang lain mencucikan anggota wudhunya,
dan yang wajib adalah bagi orang sakit yang lemah.
[KITAB ZAKAT]
[Harta
yang Dizakati]
الأَمْوَالُ الَّتِي
تَلْزَمُ فِيهَا الزَّكَاةُ سِتَّةُ أَنْوَاعٍ:
1- النَّعَمُ
2- وَالنَّقْدَانِ
3- وَالمُعَشَّرَاتُ
4- وَأَمْوَالُ التِّجَارَةِ؛ وَاجِبُهَا: رُبُعُ عُشْرِ قِيمَةِ عُرُوْضِ
التِّجَارَةِ
5- وَالرِّكَازُ
6- وَالمَعْدِنُ.
Fasal: Harta yang wajib dizakati ada 6 jenis, yaitu [1]
binatang ternak[36], [2] naqdain (emas
dan perak)[37], [3] muasyarot (buah-buahan
dan makanan pokok)[38], [4] harta perniagaan yang
kadar wajibnya (Zakat perniagaan) adalah empat per sepuluh (4/10) dari jumlah
harta peniagaan[39], [5] barang temuan[40], dan [6] barang logam[41].
*sampai di sini tulisan
Syaikh Salim Sumair Al-Hadromi. Adapun Kitab Puasa disempurnakan oleh pensyarah
matan, Syaikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi Rohimahumallah.
[KITAB
PUASA]
[Kapan
Wajib Puasa?]
يَجِبُ صَوْمُ
رَمَضَانَ بِأَحَدِ أُمُوْرٍ خَمْسَةٍ:
أَحَدُهَا: بِكَمَالِ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ يَوْمًا.
وَثَانِيهَا: بِرُؤْيَةِ الهِلَالِ فِي حَقِّ
مَنْ رَآهُ، وَإنْ كَانَ فَاسِقًا.
وَثَالِثُهَا: بِثُبُوْتِهِ فِي حَقِّ مَنْ لَمْ
يَرَهُ بِعَدْلِ شَهَادَةٍ.
وَرَابِعُهَا: بِإِخْبَارِ عَدْلِ رِوَايَةٍ
مَوْثُوْقٍ بِهِ، سَوَاءٌ وَقَعَ فِي القَلْبِ صِدْقُهُ أَمْ لَا، أَوْ غَيرِ مَوْثُوْقٍ بِهِ،
إِنْ وَقَعَ فِي القَلْبِ صِدْقُهُ.
وَخَامِسُهَا: بِظَنِّ دُخُوْلِ رَمَضَانَ بِالِاجْتِهَادِ
فِيمَنِ اشْتَبَهَ عَلَيهِ ذَلِكَ.
Fasal: Puasa Romadhon wajib dengan sebab salah satu dari 5 hal, yaitu [1]
sempurnanya bilangan bulan Sya’ban 30 hari, [2] rukyatul hilal (melihat
hilal) dengan kejujuran yang melihatnya meskipun orang fasik, [3] menetapkannya
dengan kejujuran orang yang tidak melihatnya tetapi persaksiannya adil (jujur),
[4] khabar dari riwayat orang adil yang terpercaya baik hatinya membenarkan
atau tidak, atau tidak terpercaya tetapi hatinya membenarkannya, dan [5] dugaan
masuknya Romadhon dengan ijtihad bagi yang tersamar akan hal tersebut (di
atas).
[Syarat Sah Puasa]
شَرُوطُ صِحَّتِهِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ:
1- إِسْلَامٌ
2- وَعَقْلٌ
3- وَنَقَاءٌ عَنْ نَحْوِ حَيضٍ
4- وَعِلْمٌ بِكَوْنِ الوَقْتِ
قَابِلًا لِلصَّوْمِ.
Fasal: Syarat sah puasa ada 4, yaitu: [1] Islam, [2] berakal, [3] suci dari
semisal haidh, dan [4] mengerti waktu puasa.
[Syarat Wajib Puasa]
شَرُوْطُ وُجُوْبِهِ خَمْسَةٌ:
1- إِسْلَامٌ
2- وَتَكْلِيفٌ
3- وَإِطَاقَةٌ
4- وَصِحَّةٌ
5- وَإِقَامَةٌ.
Fasal: syarat wajib puasa ada 5, yaitu: [1] Islam, [2] taklif (baligh
dan berakal), [3] mampu, [4] sehat, dan [5] mukim.
[Rukun Puasa]
أَرْكَانُهُ ثَلَاثَةٌ:
1- نِيَّةٌ لَيلًا لِكُلِّ يَوْمٍ فِي الفَرْضِ
2- وَتَرْكُ مُفْطِرٍ ذَاكِرًا مُخْتَارًا غَيرَ جَاهِلٍ مَعْذُوْرٍ
3- وَصَائِمٌ.
Fasal: Rukun puasa ada 3, yaitu [1] niat di malam hari setiap hari untuk
puasa Romadhon, [2] meninggalkan pembatal-pembatal saat ingat dan keinginan
sendiri tanpa jahil dan uzur, dan [3] berpuasa.
[Qodho dan Kaffarot]
وَيَجِبُ - مَعَ القَضَاءِ لِلْصَّوْمِ - الكَفَّارَةُ العُظْمَى
وَالتَعْزِيزُ: عَلَى مَنْ أفْسَدَ صَوْمَهُ فِي رَمَضَانَ يَوْمًا كَامِلًا
بِجِمَاعٍ تَامٍّ آثِمٍ بِهِ لِلْصَّوْمِ.
وَيَجِبُ مَعَ القَضَاءِ الإِمْسَاكُ لِلصَّوْمِ فِي سِتَّةِ مَوَاضِعَ:
الأَوَّلُ: فِي رَمَضَانَ، لَا فِي غَيرِهِ
عَلَى مُتَعَدٍّ بِفِطْرِهِ.
وَالثَّانِي: عَلَى تَارِكِ النِّيَّةِ لَيلًا
فِي الفَرْضِ.
وَالثَّالِثُ: عَلَى مَنْ تَسَحَّرَ ظَانًّا بَقَاءَ
اللَّيلِ، فَبَانَ خِلَافُهُ.
وَالرَّابعُ: عَلَى مَنْ أَفْطَرَ ظَانًّا
الغُرُوْبَ، فَبَانَ خِلَافُهُ أَيضًا.
والخَامِسُ: عَلَى مَنْ بَانَ لَهُ يَوْمُ
ثَلَاثِينَ شَعْبَانَ أَنَّهُ مِنْ رَمَضَانَ.
وَالسَّادِسُ: عَلَى مَنْ سَبَقَهُ مَاءُ المُبَالَغَةِ مِنْ مَضْمَضَةٍ
وَاسْتِنْشَاقٍ.
Fasal: Wajib disertai mengqodho puasa, membayar kaffarot besar dan tazir
(peringatan keras atau hukuman tambahan) atas orang yang merusak puasanya di
bulan Romadhon sehari penuh dengan jimak, juga dia berdosa karena hal tersebut.
Wajib menahan diri (dari
makan, minum, & jimak) disertai mengqodhonya dalam 6 tempat, yaitu [1] di
Romadhon tidak di selainnya bagi orang yang sengaja membatalkannya, [2] orang
yang tidak niat di malam hari untuk Romadhon, [3] atas orang yang sahur dengan
dugaan masih malam padahal bukan, [4] atas orang yang berbuka dengan dugaan
Maghrib padahal belum, [5] atas orang yang jelas baginya hari ke-30 bulan
Sya’ban, ternyata masih Romadhon, dan [6] atas orang yang terlanjur minum air
bekas berkumur dan instinsyaq (memasukkan air ke hidung).
[Pembatal Puasa]
يَبْطُلُ الصَّوْمُ:
1- بِرِدَّةٍ
2- وَحَيضٍ
3- وَنِفَاسٍ
4- وَوِلَادَةٍ
5- وَجُنُوْنٍ وَلَوْ لَحْظَةً
6و7- بِإِغْمَاءٍ وَسُكْرٍ تَعَدَّى بِهِمَا إنْ عَمَّا جَمِيعَ
النَّهَارِ
Fasal: Puasa batal karena: [1] murtad, [2] haidh, [3] nifas, [4] melahirkan,
[5] gila meski sebentar, [6-7] pingsan dan mabuk jika terjadi di siang hari.
[Pembagian Ifthor]
الإِفْطَارُ فِي
رَمَضَانَ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ:
1- وَاجِبٌ كَمَا فِي الحَائِضِ وَالنُّفَسَاءِ
2- وَجَائِزٌ كَمَا فِي المُسَافِرِ وَالمَرِيضِ
3- وَلَا وَلَا كَمَا فِي المَجْنُوْنِ
4- وَمُحَرَّمٌ؛ كَمَنْ أَخَّرَ قَضَاءَ رَمَضَانَ مَعَ تَمَكُّنِهِ
حَتَّى ضَاقَ الوَقْتُ عَنْهُ.
Fasal: Berbuka (membatalkan puasa) di Romadhon ada 4 jenis, yaitu [1] wajib seperti wanita haidh dan nifas, [2] boleh seperti orang musafir dan orang sakit, [3] harus seperti orang gila, dan [4] harom seperti orang yang mengakhirkan qodho Romadhon hingga mepet waktunya
padahal mampu malakukannya (di waktu longgar).
[Jenis Ifthor]
وَأَقْسَامُ الإِفْطَارِ أَرْبَعَةٌ أَيضًا:
أَوَّلُهَا: مَا يَلْزَمُ فِيهِ القَضَاءُ
وَالفِدْيَةُ، وَهُوَ اثْنَانِ. الأَوَّلُ: الإِفْطَارُ لِخَوْفٍ عَلَى غَيرِهِ. وَالثَّانِي:
الإِفْطَارُ مَعَ تَأْخِيرِ قَضَاءٍ مَعَ إِمْكَانِهِ حَتَّى يَأْتِيَ رَمَضَانُ
آخَرُ.
وَثَانِيهَا: مَا يَلْزَمُ فِيهِ القَضَاءُ
دُوْنَ الفِدْيَةِ، وَهُوَ يَكْثُرُ؛ كَمُغْمَى عَلَيهِ.
وَثَالِثُهَا: مَا يَلْزَمُ فِيهِ الفِدْيَةُ
دُوْنَ القَضَاءِ، وَهُوَ شَيخٌ كَبِيرٌ.
وَرَابِعُهَا: لَا وَلَا، وَهُوَ المَجْنُوْنُ الَّذِي لَمْ يَتَعَدَّ بِجُنُوْنِهِ.
Pembagian ifthor ada 4, yaitu
[1] berbuka yang mengharuskan qodho dan fidyah, ada 2: pertama berbuka karena
takut orang lain dan kedua berbuka dengan mengakhirkan qodho hingga datang
Romadhon berikutnya padahal mampu, [2] berbuka yang mengharuskan qodho tetapi
tidak fidyah dan ini banyak terjadi seperti orang pingsan, [3] berbuka yang
mengharuskan fidyah tanpa qodho yakni orang tua renta, dan [4] tidak qodho dan
fidyah yaitu orang gila yang tidak sengaja gila.
[Bukan Pembatal Puasa]
الَّذِي لَا يُفْطِرُ
مِمَّا يَصِلُ إلَى الجَوْفِ سَبْعَةُ أَفْرَادٍ:
1و2و3- مَا يَصِلُ إلَى الجَوْفِ بِنِسْيَانٍ أَوْجَهْلٍ أَوْ إِكْرَاهٍ
4- بِجَرَيَانِ رِيقٍ بِمَا بَينَ أَسْنَانِهِ وَقَدْ عَجَزَ عَنْ مَجِّهِ
لِعُذْرِهِ
5- وَمَا وَصَلَ إِلَى الجَوْفِ وَكَانَ غُبَارَ طَرِيقٍ
6- وَمَا وَصَلَ إِلَيهِ وَكَانَ غَرْبَلَةَ دَقِيقٍ
7- أَوْ ذُبَابًا طَائِرًا أَوْ نَحْوَهُ
Fasal: Perkara yang masuk ke rongga mulut tetapi tidak perlu membatalkan
puasa ada 7, yaitu [1] apa yang masuk ke rongga mulut karena lupa, [2]
kebodohan, [3] dipaksa, [4] ludah yang mengalir di antara sela gigi-gigi tanpa
kesanggupan mencengahnya sebagai uzur, [5] apa yang masuk ke rongga mulut
berupa debu jalan, [6] apa yang masuk ke dalamnya berupa ayakan tepung atau [7]
lalat/burung atau semisalnya (yang masuk ke mulut).
وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ.
نَسْأَلُ اللهَ الكَرِيمَ بِجَاهِ نَبِيِّهِ الوَسِيمِ أَنْ يُخْرِجَنِي
مِنَ الدُّنْيَا مُسْلِمًا، وَوَالِدَيَّ وَأَحِبَّائِي وَمَنْ إِلَىَّ انْتَمَى،
وَأَنْ يَغْفِرَ لِي وَلَهُمْ مُقْحَمَاتٍ وَلَمَمًا.
Allahu a’lam bish shoowab.
Kami meminta kepada
Allah yang Maha Mulia dengan kedudukan Nabi-Nya yang mulia[42] agar mengeluarkanku dari
dunia dalam keadaan Muslim, kedua orang tuaku, kekasih-kekasihku, dan
orang-orang yang berbuat baik kepadaku.
Juga semoga Dia mengampuniku dan mereka kesalahan-kesalahan.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ
المُطَّلِبِ بْنِ هَاشِمِ بْنِ عَبْدِ مَنَافٍ، رَسُوْلِ اللهِ إِلَى كَافَّةِ
الخَلْقِ، رَسُوْلِ المَلَاحِمِ، حَبِيبِ اللهِ، الفَاتِحِ الخَاتِمِ، وَآلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.
وَالحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ.
Semoga sholawat dan salam
Allah atas Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muththolib bin Hasyim bin Abdimanaf, utusan Allah kepada
seluruh makhluk, Rosul akhir zaman, kekasih Allah, sang Pembuka sang Penutup,
beserta keluarga dan Sohabatnya semua. Segala puji
bagi Allah Robb semesta alam.
[Sampai di sini tambahan dari
Syaikh Muhammad An-Nawawi Al-Jawi Rohimahullaah]
[1] Yakni memasuki 1 Muharrom tahun ke-16 atau 15 tahun 174 hari
Masehi.
[2] Istijmar adalah bersuci dengan selain air, seperti batu atau yang berfungsi
seperti batu seperti tisu atau benda padat lainnya. Delapan syarat ini harus
terpenuhi agar sah, jika tidak terpenuhi salah satunya maka tidak sah, meskipun
najis hilang dengan meyakinkan, misalnya kurang dari 3 batu atau tisu. Adapun
menurut banyak ulama dari madzhab lain adalah sah asal najis benar-benar
hilang, bagaimanapun caranya.
[3] Dua qullah menurut Dr. Wahbah Az-Zuhaili adalah 270 liter.
Drum standar biasanya berukuran 200 liter.
[4] Pengecualian mani di sini bukan berarti
mani tidak membatalkan wudhu, tetapi maksudnya adalah mani bukan hanya pembatal
wudhu, tapi termasuk hal yang lebih besar dari itu (me-wajib-kan mandi).
[5] Mudahnya: 4 larangan bagi hadats: Sholat, thowaf, menyentuh dan
membawa Mushaf. Jika junub, ditambah 2: berdiam di Masjid dan membaca Qur’an.
Jika haidh dan nifas, ditambah 4: puasa, dicerai, melewati Masjid jika khawatir
mengotori, dan dicumbui antara pusar dan lutut.
[6] Yaitu makhluk hidup yang dihormati secara syar’i, seperti manusia
(termasuk dirinya sendiri) dan hewan yang tidak boleh dibunuh tanpa sebab,
seperti hewan peliharaan dan hewan ternak. Adapun hewan yang tidak dihormati, seperti
anjing liar, babi, hewan fasik, atau hewan yang boleh dibunuh tanpa sebab
syar’i, maka tidak termasuk dalam kategori ini.
[7] Bentuk tidak dihormati bisa berupa: dibunuh dan dirampas hartanya.
Orang yang meninggalkan Sholat, orang yang berzina muhshon (sudah
menikah), orang yang murtad: dibunuh oleh penguasa sesuai aturan syar’i. Kafir
harbi adalah kafir yang memerangi Islam dan Muslimin seperti Yahudi memerangi
Muslimin Palestina, bukan kafir WNI. Kafir harbi dibunuh dalam peperangan
bersama penguasa. Anjing galak dibunuh jika membahayakan manusia dan binatang
ternak. Babi juga demikian dan tidak boleh dipelihara dan dijualbelikan.
[8] Menurut Syafiiyah, shoid dalam ayat tayammum diartikan thurob
lahu ghubar (debu), sehingga tidak sah dengan pasir, permukaan batu,
tembok, dan semisalnya yang tidak berdebu. Akan tetapi banyak ulama (seperti Abu Hanifah,
Malik, Ibnu Manzhur, Ibnu Faris) yang berpandangan shoid sebagai apapun
yang ada di permukaan tanah/bumi, meskipun tidak tampak debunya, seperti tembok,
pohon, batu, dan lain-lain dan saya condong pendapat ini.
[9] Dalam mazhab Syafi’i, mengusap wajah dan tangan sampai siku adalah
bagian yang wajib dalam tayammum, sedangkan dua kali tepukan ke tanah (satu
untuk wajah dan satu untuk tangan) termasuk sunnah menurut pendapat yang lebih
kuat. Yakni yang wajib: satu tepukan untuk sepaket: wajah dan tangan sekaligus.
[10] Dalam fiqih Syafi’i, murtad membatalkan seluruh amal, termasuk
tayammum, wudhu, mandi, dan Sholat. Orang yang kembali masuk Islam harus ulangi
tayammum/wudhu/mandi yang dibatalkan oleh riddah (murtad).
[11] Ini adalah pembatal khusus bagi orang yang tayammum karena tidak
ada air. Jika seseorang tadinya yakin air tidak ada, lalu setelah tayammum ia
menyangka atau menduga kuat air ada, maka tayammumnya batal — meskipun ternyata
dugaan itu keliru.
[12] Yakni najis yang berubah menjadi hewan hidup, maka menjadi suci
secara dzatnya. Misalnya najis yang berubah menjadi belatung, ulat, atau
cacing—seperti bangkai atau kotoran yang secara alami berubah menjadi serangga
hidup—maka hewan hasil perubahan tersebut tidak dihukumi najis, karena ia telah
menjadi makhluk hidup baru yang memiliki ruh, dan bukan bagian dari najis
asalnya lagi, sehingga dihukumi suci menurut madz-hab Syafi’i.
[13] Dalam fiqih Syafii, najis mukhoffafah jika terpenuhi 3
syarat: bayi lelaki, hanya ASI/sufor, belum genap 2 tahun. Kapan makan empasi (makanan
pendamping ASI seperti umumnya bayi 6 bulan), maka urinnya tidak lagi mukhoffafah.
Dikecualikan minum madu untuk pengobatan. Urin mukhoffafah cukup disiram
sampai merata tanpa perlu dibasuh dan diperas.
[14] Cara cek rasa najis adalah dugaan kuat
saja. Tidak boleh mencicipi najis untuk memeriksa rasa, tapi cukup berdasarkan
dugaan kuat dan tanda-tandanya. Jika warna dan bau sudah hilang, rasa pun
diasumsikan ikut hilang, karena rasa lebih halus daripada warna dan bau.
[15] Yakni jika di hari ke-16 masih keluar darah, maka dianggap istihadhoh
(darah rusak) sehingga harus mandi dan Sholat.
[16] Yakni sebelum 15 hari jika keluar darah maka tidak diangggap haidh.
Adapun darah yang keluar di hari ke-16 maka dianggap haidh. Bedakan dengan footnote
15 di atas.
[17] Yakni darah yang keluar sebelum 60 hari dianggap nifas. Ini
pendapat mu’tamad dalam Syafii. Adapun dalam Hanbali, 40 hari.
[18] Misalnya seseorang di dalam hatinya membatin أُصَلِي فَرْضَ الظُّهْرِ (Sholat fardhu Zhuhur) maka ia telah melakukan fi’il, fardhiyah,
ta’yin sekaligus. Adapun diucapkan, ia sunnah menurut madz-hab Syafii. Kapan
seseorang sengaja Sholat
fardhu tertentu, maka itulah niat yang dimaksud.
[19] Yakni 16 wajib dibaca dan 5 yang lain sunnah dibaca. Total 21,
yaitu sempurna. Saya belum mendapati referensi yang menjelaskan mana yang wajib
dari yang sunnah.
[20] Bisa disederhakan menjadi 3 waktu: dari Sholat Shubuh sampai
matahari terbit seujung tombak (±15 menit dari terbit); dari istiwa sampai
zawal (±15 menit sebelum Zhuhur); dari Sholat Ashar sampai tenggelam sempurna
(±15 menit sebelum tenggelam).
[21] Ab’ad adalah istilah Syafiiyah untuk membedakan fadhu dan sunnah. Ia
mirip sunnah muakkadah dan sengaja meninggalkannya makruh dan harus sujud sahwi
seperti duduk tasyahhud awwal dan bacaannya.
[22] Seperti berbicara sedikit, bergerak tiga kali berturut-turut, atau
menambah rukun karena lupa. Jika seseorang misalnya berbicara sebentar karena
sangka Sholat sudah selesai, maka Sholatnya tetap sah, tapi disunnahkan sujud
sahwi untuk menutupi kekeliruan itu.
[23] Contohnya membaca tasyahhud saat berdiri atau membaca Al-Fatihah
saat sujud karena lupa. Hal itu tidak membatalkan Sholat, tetapi karena terjadi
perpindahan lafazh yang keliru, maka disunnahkan melakukan sujud sahwi.
[24] Misalnya sujud tiga kali dalam satu roka’at karena ragu apakah
sudah dua atau baru satu. Karena ada kemungkinan kelebihan dalam rukun, maka disunnahkan
sujud sahwi untuk menjaga kesempurnaan Sholat, meski Sholat tetap sah selama
tidak disengaja menambah rukun.
[25] Minimal jarak safar yang membolehkan qoshor dalam madz-hab Syafi’i
adalah 2 marhalah atau ± 81 km.
[26] Jika seseorang tidak tahu bahwa dia boleh mengqoshor (karena tidak
tahu atau ragu), lalu dia niat qoshor, maka qoshornya tidak sah, karena
syaratnya adalah dia harus tahu bahwa itu memang boleh dilakukan.
[27] Maksudnya: ketika memulai Sholat (takbirotul ihrom), ia harus sudah
berniat qoshor. Jika niatnya terlambat setelah takbir, maka Sholatnya menjadi Sholat
sempurna (4 roka’at) dan tidak sah bila hanya dilakukan 2 roka’at.
[28] Artinya: selama melaksanakan Sholat, dia masih dalam keadaan safar.
Jika sebelum Sholat selesai dia sudah sampai rumah atau telah niat menetap di
suatu tempat, maka tidak boleh lagi qoshor pada Sholat tersebut.
[29] Jika musafir ikut menjadi makmum orang muqim (yang Sholat sempurna)
dan mengikuti sebagian dari Sholat itu, maka dia wajib menyempurnakan juga
(tidak boleh qoshor). Qoshor hanya sah bila dia Sholat sendiri atau jadi imam
bagi sesama musafir, atau makmum musafir.
[30] Yaitu Jum’at harus dilaksanakan di daerah yang dihuni tetap oleh
masyarakat (mustauthin) dan memiliki tanda-tanda sebagai pemukiman.
Tidak sah Jum’at di tempat yang tidak berpenghuni tetap (seperti padang pasir,
tenda musafir, ladang jauh), karena salah satu tujuan Jum’at adalah perkumpulan
tetap kaum Muslimin.
[31] Jika kurang dari 40 orang dengan syarat-syarat ini, maka Jum’atnya
tidak sah menurut madzhab Syafi’i, dan wajib diganti dengan Zhuhur. Pendapat
lain menyatakan 3 orang sah dan ini yang dipilih para peneliti di www.dorar.net .
[32] Artinya: dalam satu wilayah yang dianggap satu kota (balad),
tidak boleh ada dua Jum’at bersamaan kecuali ada udzur syar’i seperti sempitnya
Masjid atau kebutuhan besar. Jika tanpa uzur, maka yang sah hanya yang pertama
kali dilaksanakan. Bila tidak diketahui mana yang lebih dulu, maka keduanya
batal dan wajib diganti dengan Zhuhur.
[33] Sholat Jum’at tidak sah tanpa dua khutbah yang sah menurut
syarat-syaratnya. Khutbah harus dilakukan sebelum Sholat, dengan rukun-rukun
khutbah yang telah ditentukan seperti memuji Allah, sholawat, wasiat taqwa, dan
mendoakan kaum Muslimin. Adapun jamaah yang telat datang dan hanya mendapati Sholat
maka Jumatannya sah tapi kurang afdhol dan berdosa jika sengaja telat datang,
menurut sebagian pendapat.
[34] Semua rukun ini harus diucapkan dalam bahasa Arob, dengan berdiri
(bagi yang mampu), diterima oleh 40 mustauthin (bukan musafir),
dilakukan berturut-turut sebelum Sholat, dan tidak terlalu lama jedanya.
Sedangkan bagian nasihat, peringatan, cerita, motivasi, dan semacamnya boleh
dengan bahasa selain Arob menurut sebagian ulama, selama rukun khutbah tetap
dalam bahasa Arob. Menurut Hanafi dan Hanbali, bahasa Arob bukan syarat karena
yang menjadi tujuan adalah tersampaikannya nasihat.
[35] Yakni dianjurkan kafan disingkap agar wajahnya
terbuka dan pipinya menempel tanah. Demikian pendapat Syafiiyah dan juga
Hanabilah. Ini ditegaskan An-Nawawi dan Ibnu Qudamah serta Mausuah Fiqhiyah
Al-Kuwaitiyah. Pendapat lain, tidak perlu.
[36] Yang dimaksud dengan النَّعَمُ adalah hewan ternak seperti unta, sapi, dan
kambing/domba. Zakat wajib dikeluarkan apabila hewan-hewan tersebut
digembalakan di padang rumput (bukan dikandangkan untuk kerja atau perah),
mencapai nishob (jumlah minimal), dan dimiliki selama satu tahun hijriyah
(haul). Contoh nishob: 5 ekor kambing, 30 ekor sapi, atau 5 ekor unta. Besaran
zakat berbeda-beda sesuai jumlah ternak dan jenisnya, sebagaimana dijelaskan
dalam hadits dan kitab-kitab fiqih.
[37] Ini mencakup emas dan perak, serta seluruh bentuk uang tunai masa
kini karena nilai tukarnya setara. Nishob emas adalah 20 dinar (sekitar 85 gram
emas), dan perak 200 dirham (sekitar 595 gram perak). Jika seorang Muslim
memiliki emas/perak atau uang yang nilainya setara, dan telah mencapai haul (1
tahun), maka ia wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5% dari total harta. Untuk
uang, saya condong kepada pendapat fatwa internasional Arab Saudi dan Mesir,
bahwa uang diikutkan nishob perak yaitu sekitar Rp 11.000.000 per Juli 2025,
maka seseorang yang punya tabungan lebih dari 11 juta dan bertahan setahun maka
wajib Zakat 2,5%.
[38] Yang termasuk المُعَشَّرَات adalah hasil bumi dan
pertanian seperti padi, gandum, kurma, anggur, dan sejenisnya, yang bisa
disimpan dan menjadi makanan pokok. Zakatnya dikenakan ketika hasil panen
mencapai nishob 5 wasaq (sekitar 653 kg menurut madzhab Syafi’i). Jika
tanaman disiram oleh air alami (hujan atau sungai), zakatnya 10%. Jika
menggunakan pengairan buatan (seperti pompa), maka zakatnya 5%.
[39] Ini mencakup seluruh barang dagangan yang diniatkan untuk
diperjualbelikan, baik berupa barang maupun jasa. Bila nilai barang dagangan
itu mencapai nishob (senilai 85 gram emas) dan telah berjalan selama satu
tahun, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.
[40] Yang dimaksud rikāz adalah harta karun yang ditemukan
terkubur dalam tanah dan merupakan peninggalan orang-orang terdahulu (bukan
milik kontemporer). Jika ditemukan dan tidak diketahui pemiliknya, maka
zakatnya langsung dikeluarkan sebesar 20% tanpa menunggu haul (bertahan
setahun) atau nishob. Zakat ini diambil seketika saat ditemukan.
[41] Ma'din adalah barang tambang yang keluar dari dalam bumi seperti
emas, perak, tembaga, besi, dll. Bila seseorang mengeluarkan barang tambang
dalam jumlah mencapai nishob emas atau perak, maka wajib zakat 2,5%. Tidak
disyaratkan haul, karena ia seperti hasil panen: zakatnya dikeluarkan sekali
saat dikeluarkan dari tanah. Sebagian ulama juga menyamakan zakat tambang
dengan rikaz (20%), tapi pendapat dalam Syafi’iyyah: 2,5% bila berupa
logam mulia dan mencapai nishob.
[42] Berdoa dengan jah (kedudukan Nabi ﷺ)
diperselisihkan ulama. Kebanyakan fuqoha dari berbagai madzhab membolehkan.
Imam An-Nawawi dari Syafiiyah berkata –dalam konteks pembahasan adab ziarah ke
kubur Nabi ﷺ–: “Kemudian dia
kembali ke tempat berdiri semula di depan kubur Rosulullah ﷺ, lalu ia bertawassul dengannya dalam urusan dirinya, dan
menjadikan beliau sebagai perantara kepada Robbnya Subhanahu wa Ta’ala.”
(Al-Adzkar, hal. 205) Dan Al-Buhuti dari Hanabilah berkata: “Tidak mengapa
bertawassul dengan orang-orang sholih. Dan teks dari Imam Ahmad –yakni dalam
manasik beliau yang ditulis untuk Al-Marwadzi– bahwa beliau bertawassul dengan
Nabi ﷺ dalam doanya. Dan hal itu dipastikan dalam Al-Mustau‘ab
dan lainnya.” (Kasyaf Al-Qina’, 2/73). Pendapat kedua, tidak dianjurkan.
Bagaimanapun juga: masalah ini termasuk masalah furu’ (cabang fiqih)
yang tidak boleh diingkari dan dijadikan sebab perpecahan dan perselisihan.
Ibnu Taimiyah berkata: “Jika di antara para Ulama ada yang membolehkan, maka
telah tetap pula dari sebagian Ulama yang lain bahwa mereka melarangnya, maka
itu menjadi perkara yang diperselisihkan. Maka dikembalikanlah perkara yang
diperselisihkan kepada Allah dan Rosul-Nya, dan masing-masing pihak mengemukakan
hujjahnya sebagaimana dalam semua perkara yang diperselisihkan. Dan ini bukan
termasuk perkara yang menyebabkan hukuman menurut kesepakatan kaum Muslimin.
Bahkan orang yang menghukum (orang yang bertawassul dengan jah) adalah
orang yang melampaui batas, bodoh, dan zholim.” (Majmu’ Al-Fatawa, 1/285–286)
Assalamualaikum, afwan akh bisa tolong terjemahkan lanjutan di kitab haji dan umroh nya yang disempurnakan oleh Syaikh Muhammad Ali Baathiyah?
Waalaikumussalam. Apakah Saudara punya file wordnya?
assalamu'alaikum, Ustadz izin share fb dan copy ya buat saya belajar dan menambah bahan saya untuk ngajar
sblm nya saya ucapkan trmksh banyak
smga Allah limpahkan keebrkahan kepada Ustadz dan keluarga hingga yaumil akhir kelak aamiin
wassalamu'alaikum...
Aamiin. Terima kasih atas doanya. Semoga bermanfaat untuk santri-santri antum...
Ijin shere
Ijin shere
Assalamu'alaikum
Izin download kitab kitab yg ada di blognya admin☺
Di syarat khutbah jumat ada : "Harus berbahasa Arab" dan "Muwalah antara 2 khutbah dan antara khutbah dengan sholat" berarti kalo khutbah pake bahasa Indonesia, atau pake bahasa Arab tapi diselingi sama bahasa Indonesia itu gak sah dong?
Sah akh, karena maksud dengan bahsa arab itu untuk 5 rukun haji. Selama 5 rukun hji berbahsa arab dan diselengi dengan bahasa ajam lainnya tidak apa2.
@Abu ziyah @longslottoaster: Di edisi ke-5, sudah saya tambahi footnote tentangnya: Semua rukun ini harus diucapkan dalam bahasa Arob, dengan berdiri (bagi yang mampu), diterima oleh 40 mustauthin (bukan musafir), dilakukan berturut-turut sebelum Sholat, dan tidak terlalu lama jedanya. Sedangkan bagian nasihat, peringatan, cerita, motivasi, dan semacamnya boleh dengan bahasa selain Arob menurut sebagian ulama, selama rukun khutbah tetap dalam bahasa Arob. Menurut Hanafi dan Hanbali, bahasa Arob bukan syarat karena yang menjadi tujuan adalah tersampaikannya nasihat.
Assalamualaikum akh, mohon izin download untuk pegangan santri diperbatasan indonesia
Terimakasih gan.
Mampir ke blog saya.
Https//:webnushare.blogspot.com
trimakasih smga bermanfaat dan sgala kebaikannya di balas oleh alloh di dunia akhirat amiiin.
jazakallohu khoiron
terimakasih bermanfaat sekali ilmu ini bagiku
saya print out untuk belajar boleh nggak pak???
Sangat boleh. Silahkan unduh versi terbaru edisi ke-5, 2025.
Izin di copy ustdz untuk belajar dan mengajar
Izin download ust
izin download ust
Qobiltu ustadz,,,Barokallohufika ustadz.
Punten ustat....mohon ijin share
Jazakallah Tadz
izin download
Syukron katsir
Ust...idzin screensoot untuk belajar
Syukron katsiiron ustadz 🙏🙏🙏, mohon izin download dan share untuk keperluan pembimbingan muslim
minta izin untuk download ya ustadz, untuk keperluan bahan pelajaran santri pemula
izin download tadz
sayang sekali ada komentar pribadi yang diselipkan padahal belum dikaji apakah beliau (Syaikh Salim Samir dan Syaikh Nawawi Albantani) menentang itu atau bahkan melakukan tawashul.
ini komentarnya. [berdoa dengan wasilah jah/kedudukan Nabi adalah dilarang menurut jumhur ulama—penj]
sayangnya
Terima kasih atas istidroknya. Sudah saya benahi dan mencantumkan di edisi 5 ini: kalam Nawawi, Buhuthi, dan Ibnu Taimiyah atas diakuinya khilaf tersebut dan sekaligus saya rujuk dari kesalahan pertama. Jazakallah khoiron.
Jazakumullah
Izin download ustadz
Jazakumullah
Izin download ustadz
Izin downwload ustadz...
Izin downwload ustadz...
Ijin copy Ustad buat belajar mengajar...Jazakumullah ustadz
izin share ya ikhwan
izin copy
Izin minta pdf nya ustadz
Assamualaikum wr. wbrkth. mohon izin untuk mengcopy dan menshare terjemahannya ustadz
Ijin copy Ustad buat belajar mengajar...Jazakumullah ustadz
asslmkm wr wb ustad izin mengcopy
Assalaamu´alaikum mohon izin utk menggunakannya
Assalamu'alaikum. Mohon ijin mendownload untuk belajar. Terima kasih.
ASAALAMUALAIKUM IZIN COPY JAZAKALLOHUKHOIRON KATSIRON
assalamu alaikm wr wb
ijin di salin di copy dan di gunakan tulisannya
mohon izin digunakan untuk keperluan skripsi
Monggo dengan senang hati. Silahkan unduh edisi revisi ke-5.
Assalamu alaikum warohmatullohi wabarokatuh, mohon izin men download dan menggunakannya, semoga karyanya menjadi amal sholeh dan amal jariyah ..aamiin..
Aamiin. Terima kasih doanya. Jariyah buat kita semua!
Luar biasa masya ﷲ , berkah selalu Ilmu dan keluarga Amin
Assalamu'alikum, mohon ridhonya ustadz, izin download.
Waalaikumussalam. Dengan senang hati.
Salamlikum mohon ridho dan izinnya Ustadz Ana Download PDF nya.
Silahkan... Mohon salamnya yang bagus. Assalamualaikum saudaraku!
Izin Share Ustazd
Semoga menjadi amal jariah Ustazd
Aamiin.. Jariyah untuk kita semua...
Ijin copy pak ustadz
Terimakasih ilmu manfaatnya
Berkah selalu selamanya semuanya
Sama-sama. Terima kasih sudah berkunjung! Silahkan undur edisi revisi ke-5.
jazakallah khoiron
waiyyakum
Karena permintaan PDF terbanyak adalah Safinatun Najah, maka kini hadir Tarjamah Safinatun Najah Edisi 5 dengan koreksi ulang dan tampilan lebih menarik. Silahkan diunduh!