[]

Ushul As-Sunnah Al-Humaidi - Matan dan Terjemah

Ushul As-Sunnah Al-Humaidi: Matan dan Terjemah

Download

USHUL AS-SUNNAH AL-HUMAIDI
أُصُوُلُ السُنَّةِ
تأليف:
الإمَامُ أَبُو بَكْرٍ عَبْدِ اللَّهِ بنِ الزُّبَيْرِ الحُمَيْدِي (ت 219 هـ )
نقلا عن النسخة التي حققها مشعل الحدادي
دار ابن الأثير، الطعبة الاولى  1418 هـ
Judul Asli:
Ushul As-Sunnah Al-Humaidi
Pengarang:
Al-Imam Abu Bakar Abdullah bin Az-Zubair Al-Huamidi (w. 219 H)
Penerbit:
Darul Atsir cet. ke-1 th. 1418 H
Penerjemah:
Nor Kandir, ST
Penerbit:
Pustaka Matan

Edisi revisi



[Daftar Isi]






Imam Al-Humaidi Rahimahullah berkata:

 

[Iman Kepada Takdir]

* السُّنَّةُ عِنْدَنَا: أَنْ يُؤْمِنَ الرَّجُلُ بِالقَدَرِ: خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، حُلْوِهِ وَمُرِّهِ.

Prinsip Sunnah (Aqidah) menurut kami (para Ahli Hadits) adalah beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk, yang manis maupun yang pahit.

* وَأَنْ يَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ، وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَهُ.

Meyakini bahwa apa saja yang (ditulis dalam takdir) akan menimpanya, tidak akan meleset darinya; dan apa yang (tertulis dalam takdir) meleset darinya, tidak akan menimpanya.

* وَأَنَّ ذَلِكَ كُلَّهُ قَضَاءٌ مِنَ اللَّهِ عَزَّوَجَلَّ.

Semua itu merupakan takdir dari Allah Azza wa Jalla.

[Imam Merupakan Ucapan dan Perbuatan, Bisa Bertambah dan Berkurang]

* وَأَنَّ الإِيمَانَ قَوْلٌ وَعَمَلٌ.

Imam merupakan ucapan dan perbuatan.

* يَزِيدُ وَيَنْقُصُ.

Bisa bertambah dan berkurang.

* وَلَا يَنْفَعُ قَوْلٌ إِلَّا بِعَمَلٍ، وَلَا عَمَلٌ وَقَوْلٌ  إِلَّا بِنِيَّةٍ، وَلَا قَوْلٌ وَعَمَلٌ وَنِيَّةٌ إِلَّا بِسُنَّةٍ.

Ucapan tidak bermanfaat tanpa amal; amal dan ucapan tidak bermanfaat tanpa niat (ikhlas); dan ucapan, amal, dan niat tidak bermanfaat tanpa Sunnah (ittiba).

[Memuji Seluruh Sahabat]

* وَالتَّرَحُّمُ عَلَى أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ كُلِّهِمْ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّوَجَلَّ قَالَ: ﵟوَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِﵞ [الحشر: 10]، فَلَنْ يُؤْمِنَ إِلَّا بِالِاسْتِغْفَارِ لَهُمْ.

(Termasuk prinsip Aqidah kami adalah) mendoakan ampun atas seluruh para Sahabat Muhammad , karena Allah Azza wa Jalla berfirman: “Orang-orang yang datang setelah para Sahabat berdoa: ‘Wahai Rob kami, ampunilah kami dan sahabat-sahabat kami yang telah mendahului kami beriman (yakni Sahabat).’” (QS. Al-Hasyr: 10). Maka, tidak dianggap beriman kecuali memohonkan ampunan untuk mereka.

* فَمَنْ سَبَّهُمْ أَوْ تَنَقَّصَهُمْ أَوْ أَحَدًا مِنْهُمْ، فَلَيْسَ عَلَى السُّنَّةِ ، وَلَيْسَ لَهُ فِي الفَيءِ حَقٌّ.

Siapa yang memaki mereka atau merendahkan mereka semua, bahkan meskipun seorang Sahabat saja, maka ia tidak di atas Sunnah (Aqidah yang benar), dan ia tidak mendapatkan bagian harta fai[1] sedikitpun.

* أَخْبَرَنَا بِذَلِكَ غَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ؛ أَنَّهُ قَالَ: «قَسَمَ اللَّهُ تَعَالَى الفَيءَ، فَقَالَ: ﵟلِلۡفُقَرَآءِ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ ٱلَّذِينَ أُخۡرِجُواْ مِن دِيَٰرِهِمۡﵞ [الحشر: 8]، ثُمَّ قَالَ: ﵟوَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِﵞ [الحشر: 10] ؛ فَمَنْ لَمْ يَقُلْ هَذَا لَهُمْ؛ فَلَيْسَ مِمَّنْ جُعِلَ لَهُ الفَيءَ».

Tidak hanya satu orang (dari perawi tsiqoh) yang mengabarkan kepada kami dari Malik bin Anas bahwa ia berkata: “Allah telah menentukan bagian fai dalam firman-Nya: ‘Yaitu untuk orang-orang fakir Muhajirin yang terusir dari kampung halamannya (Makkah),’ (QS. Al-Hasyr: 8) lalu Allah berfirman: ‘Orang-orang yang datang setelah mereka (para Sahabat) berdoa: ‘Ya Allah, ampunilah kami dan saudara kami yang telah mendahului kami beriman (yakni para Sahabat),’ (QS. Al-Hasyr: 10). Maka, siapa yang tidak mendoakan mereka, ia tidak layak mendapatkan harta fai.”

[Al-Qur’an Kalamullah]

* وَالقُرْآنُ: كَلَامُ اللهِ.

Al-Quran adalah Kalamullah.

* سَمِعْتُ سُفْيَانَ يَقُولُ: «القُرْآنُ كَلَامُ اللهِ، وَمَنْ قَالَ مَخْلُوقٌ؛ فَهُوَ مُبْتَدِعٌ، لَمْ نَسْمَعْ أَحَدًا يَقُولُ هَذَا».

Aku mendengar Sufyan bin Uyainah berkata: “Al-Qur’an adalah Kalamullah, dan siapa yang mengatakan makhluk maka ia seorang ahli bid’ah, dan kami tidak pernah mendengarkan seorang pun (dari Ahlus Sunnah) yang berpendapat demikian (makhluk).”

[Pendapat Sufyan Tentang Definisi Iman]

* وَسَمِعْتُ سُفْيَانَ يَقُولُ: «الإِيمَانُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ، وَيَزِيدُ وَيَنْقُصُ»، فَقَالَ لَهُ أَخُوهُ إِبْرَاهِيمُ بْنُ عُيَيْنَةَ: «يَا أَبَا مُحَمَّدٍ؛ لَا تَقُلْ يَنْقُصْ»، فَغَضِبَ؛ وَقَالَ: «اسْكُتْ يَا صَبِيُّ؛ بَلْ حَتَّى لَا يَبْقَى مِنْهُ شَيءٌ».

Aku mendengar Sufyan bin Uyainah berkata: “Iman adalah ucapan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.” Lalu saudaranya bernama Ibrohim bin Uyainah berkata: “Wahai Abu Muhammad, jangan mengatakan berkurang.” Sufyan marah dan berkata: “Diamlah wahai bocah, bahkan sampai tidak tersisa sedikitpun.”

[Melihat Allah di Akhirat]

* وَالإِقْرَارُ بِالرُّؤْيَةِ بَعْدَ المَوْتِ.

(Termasuk prinsip Aqidah kami adalah) menetapkan melihat Allah setelah wafat.

[Menetapkan Sifat Allah]

* وَمَا نَطَقَ بِهِ القُرْآنُ وَالحَدِيثُ مِثْلُ: ﵟوَقَالَتِ ٱلۡيَهُودُ يَدُ ٱللَّهِ ‌مَغۡلُولَةٌۚ غُلَّتۡ أَيۡدِيهِمۡﵞ [المائدة: 64] وَمِثْلُ: ﵟوَٱلسَّمَٰوَٰتُ مَطۡوِيَّـٰتُۢ ‌بِيَمِينِهِۦۚﵞ [الزمر: 67] وَمَا أَشْبَهَ هَذَا مِنَ القُرْآنِ وَالحَدِيثِ، لَا نَزِيدُ فِيهِ وَلَا نُفَسِّرُهُ، نَقِفُ عَلَى مَا وَقَفَ عَلَيْهِ القُرْآنُ وَالسُّنَّةُ.

(Termasuk prinsip Aqidah kami adalah menetapkan) sifat-sifat yang dibicarakan Al-Quran dan hadits shohih, seperti firman Allah: “Orang-orang Yahudi berkata: ‘Tangan Allah terbelenggu,’ bahkan tangan mereka yang terbelenggu dan mereka dilaknat atas ucapan mereka itu, akan tetapi tangan Allah terbentang.” (QS. Al-Maidah: 64). Juga seperti firman Allah: “Langit (pada hari Kiamat) dilipat dengan tangan kanan-Nya.” (QS. Az-Zumar: 67). Begitu juga ayat dan hadits shohih lainnya yang mirip ini, kami tidak menambahnya dan tidak menafsirkannya, kami berhenti di mana Qur’an dan Sunnah berhenti.

* وَنَقُولُ: ﵟٱلرَّحۡمَٰنُ ‌عَلَى ‌ٱلۡعَرۡشِ ‌ٱسۡتَوَىٰﵞ [طه: 5].

Kami berpendapat: “Allah Yang Maha Pemurah tinggi di atas Arsy.” (QS. Thoha: 5)

* وَمَنْ زَعَمَ غَيْرَ هَذَا؛ فَهُوَ مُعَطِّلٌ جَهْمِيٌّ .

Siapa yang berpendapat selain keyakinan ini, maka ia seorang Muathilah Jahmiyyah.

[Dosa Besar Tidak Membatalkan Iman]

* وَأَلَّا نَقُولَ كَمَا قَالَتِ الخَوَارِجُ: مَنْ أَصَابَ كَبِيرَةٌ فَقَدْ كَفَرَ.

Kami tidak berpendapat seperti pendapatnya Khowarij yang mengatakan: “Siapa yang melakukan dosa besar maka ia kafir.”

وَلَا تَكْفِيرَ بِشَيءٍ مِنَ الذُّنُوبِ، وَإِنَّمَا الكُفْرُ فِي تَرْكِ الخَمْسِ الَّتِي قَالَ رَسُولُ اللهِ : «بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ البَيْتِ».

Dosa-dosa besar apapun tidak sampai menyebabkan kafir. Akan tetapi menjadi kafir jika meninggalkan lima perkara yang disabdakan Rosulullah : “Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat lā ilāha illallāh dan muhammad rosūlullāh, menegakkan sholat, menunaikan zakat, puasa Romadhon, dan haji ke Ka’bah.”

* فَأَمَّا ثَلَاثٌ مِنْهَا فَلَا يُنَاظَرُ تَارِكُهُ: مَنْ لَمْ يَتَشَهَّدْ، وَلَمْ يُصَلِّ، وَلَمْ يَصُمْ؛ لِأَنَّهُ لَا يُؤَخَّرُ شَيءٌ مِنْ هَذَا عَنْ وَقْتِهِ، وَلَا يُجْزِئُ مَنْ قَضَاهُ بَعْدَ تَفْرِيطِهِ فِيهِ عَامِدًا عَنْ وَقْتِهِ.

Adapun tiga pertama, tidak ada perselisihan pendapat tentang orang yang meninggalkannya (bahwa ia kafir), yaitu [1] siapa yang tidak bersyahadat, [2] tidak sholat, dan [3] tidak puasa, karena waktu pelaksanaan perkara ini tidak boleh ditunda, dan tidak sah orang yang menqodhonya setelah meremehkan waktu pelaksanaannya dengan sengaja.

* فَأَمَّا الزَّكَاةُ فَمَتَى مَا أَدَّاهَا أَجْزَأَتْ عَنْهُ وَكَانَ آثِمًا فِي الحَبْسِ.

Adapun zakat, kapan pun ia menunaikannya maka sah, tetapi ia berdosa jika menahannya.

* وَأَمَّا الحَجُّ فَمَنْ وَجَبَ عَلَيْهِ، وَوَجَدَ السَّبِيلَ إِلَيْهِ؛ وَجَبَ عَلَيْهِ.

Adapun haji, siapa yang sudah terkena wajib haji dan mampu menempuh jalannya, maka menjadi wajib baginya.

وَلَا يَجِبُ عَلَيْهِ فِي عَامِهِ ذَلِكَ حَتَّى لَا يَكُونَ لَهُ مِنْهُ بُدٌّ.

Dia tidak wajib menunaikan haji pada tahun tertentu kecuali memang harus melaksanakannya.

مَتَى أَدَّاهُ كَانَ مُؤَدِّيًا، وَلَمْ يَكُنْ آثِمًا فِي تَأْخِيرِهِ إِذَا أَدَّاهُ، كَمَا كَانَ آثِمًا فِي الزَّكَاةِ، لِأَنَّ الزَّكَاةَ حَقٌّ لِمُسْلِمِينَ مَسَاكِينَ حَبَسَهُ عَلَيْهِمْ؛ فَكَانَ آثِمًا حَتَّى وَصَلَ إِلَيْهِمْ، وَأَمَّا الحَجُّ فَكَانَ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ إِذَا أَدَّاهُ فَقَدْ أَدَى.

Kapan pun ia melaksanakannya, maka ia dianggap telah melaksanakannya, dan ia tidak berdosa jika menunda melaksanakannya, tidak sebagaimana dengan zakat, ia berdosa menundanya, karena zakat adalah hak kaum Muslimin yang miskin. Ia berdosa sampai harta itu sampai kepada mereka. Adapun haji, maka ia berkaitan antara dirinya dengan Allah, jika sudah dikerjakan maka ia sudah gugur kewajibannya.

وَإِنْ هُوَ مَاتَ وَهُوَ وَاجِدٌ مُسْتَطِيعٌ وَلَمْ يَحُجَّ، سَأَلَ الرَّجْعَةَ إِلَى الدُّنْيَا أَنْ يَحُجَّ.

Jika ia mati belum haji, padahal ia mapan dan mampu, maka kelak ia akan meminta dikembalikan ke dunia untuk berhaji.

وَيَجِبُ لِأَهْلِهِ أَنْ يَحُجُّوا عَنْهُ، وَنَرْجُو أَنْ يَكُونَ ذَلِكَ مُؤَدِّيًا عَنْهُ؛ كَمَا لَوْ كَانَ عَلَيْهِ دَيْنٌ فَقُضِيَ عَنْهُ بَعْدَ مَوْتِهِ.

Keluarganya wajib menghajikannya, dan kami berharap hal itu menggugurkan kewajibannya, sebagaimana jika ia menanggung hutang lalu dilunasi oleh keluarganya sepeninggalnya.



[1] Fai dan ghonimah sama-sama harta rampasan perang, bedanya jika didapatkan tanpa peperangan, seperti musuh kabur, maka ia benama fai.

Related

TERJEMAH AQIDAH DAN TAUHID 5307331121870355227

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda yang sopan dan rapi.

emo-but-icon

Total Tayangan Halaman

WAKAF MUSHAF

WAKAF MUSHAF

Tentang Admin

Penulis bernama Nor Kandir ini kelahiran Jepara. Semenjak kecil tertarik dengan membaca terutama tentang alam ghoib dan huru-hara Hari Kiamat. Alumni Mahad Raudlatul Ulum Pati ini juga pernah nyantri di Mahad Tahfizh Qur'an Wadi Mubarok Bogor dan Pondok Mahasiswa Thaybah Surabaya dibawah asuhan Ust. Muhammad Nur Yasin, Lc dan beliau adalah guru utama penulis.

Gelar akademik penulis diperoleh di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan LIPIA Surabaya (cabang Universitas Al Imam di Riyadh KSA). Sekarang terdaftar sebagai mahasiswa Akademi Zad Arab Saudi dan Universitas Murtaqo Kuwait. Sertifikat yang diperoleh: ijazah sanad Kutub Sittah (Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah) dari Majlis Sama' bersama Dr. Abdul Muhsin Al Qosim dan Syaikh Samir bin Yusuf Al Hakali, juga matan-matan 5 semester Dr. Abdul Muhsin Al Qosim seperti Arbain, kitab² Muhammad bin Abdul Wahhab, Aqidah Wasithiyyah, Thohawiyah, Jurumiyah, Jazariyah, dll. Juga sertifikat hafalan Umdatul Ahkam dari Markaz Huffazhul Wahyain bersama Syaikh Abu Bakar Al Anqori. Kesibukan hariannya adalah mengajar bahasa Arob, dan menerjemahkan kitab-kitab yang diupload secara gratis di www.terjemahmatan.com

PENTING

Semua buku di situs ini adalah legal dan telah mendapatkan izin dari penerbit dan penulisnya untuk dicetak, disebar, dan dimanfaatkan dalam bentuk apapun. Boleh dikomersialkan dengan syarat: meminta izin ke penulis dan harganya dibuat murah (tanpa royalti penulis).

Bagi yang membutuhkan file wordnya untuk keperluan dakwah, bisa menghubungi Penulis di 085730-219-208.

Barokallahu fikum.

Pengikut

Hot in week

Arsip Blog

item