[PDF] Menyikapi Pilek, Batuk, dan Demam Sesuai Syariat dan Medis - Nor Kandir
Muqoddimah
﷽
Segala puji hanyalah milik Robb semesta alam, yang dengan rohmat
dan kasih sayang-Nya, kita dapat menyaksikan pergantian siang dan malam, serta
merasakan ni’mat sehat dan sakit. Sholawat serta salam semoga senantiasa
terlimpah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ,
beserta keluarga, para Shohabat, dan seluruh umatnya hingga Hari Kiamat.
Amma ba’du:
Puji syukur
kepada Robb semesta alam.
Hidup adalah sebuah perjalanan yang penuh warna, di mana
sehat dan sakit ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Ketika ni’mat
sehat membersamai, manusia sering kali lalai dan terlena dalam kesibukan dunia.
Namun, tatkala sakit menyapa, barulah manusia tersadar betapa berharganya karunia kesehatan.
Sehat
adalah ni’mat dunia terbesar, berdasarkan Hadits Nabi ﷺ:
«مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ
عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا»
“Siapa
yang di pagi hari aman di tempatnya, sehat badannya, memiliki makanan pokok di
hari itu, seakan-seakan dunia terkumpul untuknya.” (HHR. Tirmidzi no. 2346)
«لَا بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى، وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى
خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى، وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النَّعِيمِ»
“Tidak mengapa kaya asal bertaqwa. Sehat bagi orang bertaqwa
lebih utama daripada kaya. Ketentraman jiwa termasuk keni’matan.” (HSR. Ibnu
Majah no. 2141)
Buku ini hadir sebagai upaya untuk memberikan panduan
komprehensif (lengkap) dalam
menyikapi tiga jenis sakit yang paling umum dan sering dialami oleh manusia: pilek,
batuk, dan demam. Tiga gejala ini memang sederhana, namun di saat yang
sama, ia mampu melumpuhkan aktivitas sehari-hari dan menimbulkan kecemasan yang
mendalam, terutama jika menimpa diri sendiri atau orang yang kita cintai.
Di era informasi yang serba cepat ini, ketika hoax
dan mitos bertebaran, penting bagi seorang Muslim untuk memiliki pegangan yang
kuat. Pegangan tersebut adalah ilmu, yang bersumber dari Syariat yang shohih
dan ilmu medis yang
teruji.
Kita tidak boleh hanya berserah diri tanpa ikhtiar yang
benar, dan sebaliknya, kita tidak boleh pula bergantung sepenuhnya pada
sebab-sebab duniawi tanpa mengaitkannya dengan kekuasaan Robb. Buku ini
bertujuan menyandingkan kedua tinjauan ini—Syariat dan medis—secara harmonis dan seimbang.
Tujuannya adalah agar pembaca dapat bersikap tenang dan santai dalam menghadapi
sakit, karena ia tahu bahwa di balik rasa sakit itu terdapat hikmah yang agung,
serta adanya panduan yang jelas untuk menghadapinya.
Tujuan
buku ini adalah menghadirkan ketenangan dalam hati setiap Muslim saat diuji
dengan sakit. Perinciannya:
1. Menjelaskan hakikat sakit sebagai takdir Ilahi dan sarana
penghapus dosa.
2. Memaparkan sebab-sebab sakit secara ilmiah (medis) untuk
menumbuhkan pemahaman yang benar.
3. Memberikan panduan tindakan dan pengobatan yang selaras antara
ajaran agama dan ilmu kesehatan.
4. Menekankan pentingnya husnuzh-zhon
(berprasangka baik) kepada Robb dalam segala kondisi.
Semoga upaya kecil ini dapat menjadi amal jariyah dan
bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Bab 1: Hakikat Sakit
Sakit adalah takdir. Tidak ada satu pun makhluk di muka bumi
ini yang mampu menolak takdir yang telah ditetapkan oleh Robb sejak azali.
Memahami hakikat ini adalah langkah pertama menuju ketenangan hati. Sakit
bukanlah sekadar kegagalan sistem imun (kekebalan tubuh melawan
penyakit), melainkan sebuah peristiwa kosmik (sunnatullah) yang sarat akan
makna dan hikmah yang mendalam bagi seorang Mu’min.
1.1. Sakit Sebagai Ujian dan Penghapus Dosa
Dalam ajaran Islam, sakit bukan hanya penderitaan fisik,
melainkan ujian keimanan yang sesungguhnya. Ia adalah kesempatan emas bagi
seorang hamba untuk menunjukkan kualitas kesabaran dan tawakkal (berserah diri) kepada Robb.
Ketika seorang hamba diuji dengan rasa sakit, ia sesungguhnya sedang berada di
persimpangan antara berkeluh kesah (yang mengurangi pahala) dan menerima takdir
dengan lapang dada (yang mendatangkan ganjaran berlipat)
Robb berfirman:
﴿أَحَسِبَ النَّاسُ أَن
يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ﴾
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-‘Ankabut:
2)
Ujian, termasuk sakit, adalah sarana yang
digunakan oleh Robb untuk membedakan antara Mu’min yang jujur dengan yang
dusta. Demam yang tinggi, batuk yang memilukan, atau pilek yang mengganggu
adalah cara Robb membersihkan hamba-Nya dari noda-noda dosa.
Ini adalah kabar gembira yang menenangkan bagi setiap orang
yang sedang sakit: sakit adalah penghapus dosa. Seberapa pun kecilnya rasa
sakit yang diderita, bahkan hanya tertusuk duri, ia memiliki nilai yang sangat
besar di sisi Robb.
Rosulullah ﷺ bersabda:
«مَا
يُصِيبُ المُسْلِمَ: مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى
وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ»
“Tidaklah seorang Muslim ditimpa musibah berupa kelelahan,
penyakit, kesusahan (takut masa depan), kesedihan (masa lalu), gangguan, gundah
gulana, bahkan duri yang menusuknya, melainkan Robb akan menghapus
kesalahan-kesalahannya dengan musibah itu.” (HR. Al-Bukhori no. 5641 dan
Muslim no. 2573)
Dalam riwayat lain, Rosulullah ﷺ
bersabda:
«مَا يَزَالُ البَلَاءُ
بِالمُؤْمِنِ وَالمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ
وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ»
“Tidaklah musibah senantiasa menimpa seorang Mu’min atau Mu’minah
pada dirinya, anaknya, atau hartanya, hingga ia bertemu dengan Robb dalam
keadaan tidak memiliki dosa.” (HSR. At-Tirmidzi no. 2399)
Ini adalah janji yang pasti. Maka, ketika pilek, batuk, atau
demam datang, sambutlah ia dengan husnuzh-zhon,
bukan dengan ratapan. Pahami bahwa itu adalah proses detoksifikasi spiritual
dari dosa-dosa yang telah kita perbuat.
Rasa sakit yang hebat seringkali melahirkan pertanyaan, “Mengapa
ini terjadi padaku?” Jawabannya terletak pada nilai sabar. Sabar bukan berarti
pasrah tanpa berbuat apa-apa, melainkan menahan diri dari keluh kesah lisan
maupun hati, serta tetap menjalankan perintah Robb sebisa mungkin.
Robb berfirman:
﴿إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ
أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ﴾
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabar yang dicukupkan
pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Sakit memberikan kesempatan untuk meraih pahala sabar yang
tidak terhingga ini. Jika orang yang sehat berusaha mencari pahala dengan
ibadah tambahan, orang yang sakit diberi kesempatan untuk meraih pahala hanya
dengan menahan rasa sakit itu sendiri, asalkan ia sabar.
Untuk
melengkapi, silahkan baca Demam dalam Hadits-Hadits yang
Shohih karya
Nor Kandir.
1.2. Pilek, Batuk, dan Demam Menurut Medis
Sementara Syariat memberikan kerangka maknawi untuk
menyikapi sakit, ilmu medis memberikan pemahaman tentang mekanisme duniawi-nya.
Kedua tinjauan ini saling melengkapi, tidak bertentangan.
Pilek (common cold atau rhinitis) adalah
infeksi (masuknya) virus
pada hidung dan tenggorokan
(saluran pernafasan). Ini adalah kondisi yang sangat umum dan biasanya
tidak berbahaya. Gejalanya termasuk hidung meler, hidung tersumbat, dan
bersin.
Batuk (cough)
adalah refleks alami tubuh untuk membersihkan saluran pernapasan dari lendir,
iritan, atau benda asing. Batuk itu sendiri bukan penyakit, melainkan
gejala dari suatu kondisi yang mendasari, seperti pilek, infeksi, atau iritasi.
Demam (fever atau pyrexia) adalah kondisi
peningkatan suhu tubuh di atas batas normal (38 derajat C atau 100,4 derajat F)[1]. Demam
bukanlah musuh, melainkan tanda bahwa sistem imun sedang bekerja melawan
agen infeksi (seperti virus atau bakteri). Peningkatan suhu ini membantu
memperlambat laju perkembangbiakan patogen (agen berbahaya seperti virus, bakteri, jamur,
parasit) dan meningkatkan efektivitas sel-sel imun.
Tiga gejala ini—pilek, batuk, dan demam—seringkali muncul
bersamaan sebagai bagian dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)[2],
yang sebagian besar disebabkan oleh virus dan bersifat self-limiting
(sembuh dengan sendirinya).
Penting untuk dicatat: demam, terutama pada anak, harus diamati dengan cermat. Demam
tinggi yang disertai kejang atau kaku leher dapat menjadi tanda kondisi yang
lebih serius. Namun, pada umumnya, demam adalah bagian dari proses penyembuhan
tubuh.
1.3. Berikhtiar (Berusaha) dalam Pengobatan
Setelah memahami bahwa sakit adalah takdir yang menghapus
dosa, langkah berikutnya adalah berikhtiar atau berusaha mencari kesembuhan.
Keyakinan kepada takdir tidak boleh menjadi alasan untuk bermalas-malasan atau
menolak pengobatan.
Tawakkal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Robb dalam
segala urusan. Namun, tawakkal yang benar harus dibarengi oleh ikhtiar semampunya.
Hal ini digambarkan secara indah dalam kisah Rosulullah ﷺ
dengan seorang A’robi (Arab Badui) yang meninggalkan untanya tanpa diikat.
Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan: Seorang
laki-laki berkata, “Wahai Rosulullah, apakah saya mengikat unta saya dengan
bertawakkal, ataukah saya melepaskannya dengan bertawakkal?” Rosulullah ﷺ menjawab,
«اعْقِلْهَا
وَتَوَكَّلْ»
“Ikatlah untamu, dengan bertawakkal.” (HSR. At-Tirmidzi no.
2517)
Hadits ini merupakan landasan bagi setiap Muslim untuk
menempuh sebab-sebab duniawi (seperti minum obat atau ke dokter) setelah
meyakini bahwa kesembuhan hanyalah dari Robb.
Shohabat dan para Salaf (generasi awal Islam) tidak menolak
pengobatan. Mereka adalah orang-orang yang paling bertawakkal, namun mereka
juga adalah orang-orang yang mencari pengobatan, baik itu pengobatan Nabawi
maupun pengobatan yang dikenal pada zaman mereka.
Rosulullah ﷺ bersabda:
«مَا أَنزَلَ اللهُ عَزَّ
وَجَلَّ مِن دَاءٍ إِلَّا أَنزَلَ مَعَهُ شِفَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ، وَجَهِلَهُ
مَنْ جَهِلَهُ»
“Sesungguhnya Alloh tidaklah menurunkan suatu penyakit melainkan Dia turunkan untuknya obat. Ia
diketahui oleh yang tahu (dokter
misalnya), dan tidak diketahui oleh yang tidak mengetahuinya.” (HSR. Ahmad no. 4334)
Hadits ini memberikan dorongan kuat untuk menuntut ilmu
kedokteran dan mencari solusi medis. Sakit yang menimpa (pilek, batuk, demam)
adalah tantangan untuk mencari obatnya. Tugas kita adalah menggali dan
menerapkan ilmu tersebut, sembari hati kita tetap tertambat kepada Robb, Dzat
Yang Maha Menyembuhkan.
Bab 2: Sebab
Maknawi dan Ilmiah Sakit
Setelah kita menegaskan bahwa sakit adalah takdir yang
menghapus dosa, kini saatnya kita menelaah apa yang menjadi sebab-sebab
munculnya penyakit ini, baik dari tinjauan spiritual (maknawi) maupun ilmiah
(medis). Pemahaman yang mendalam terhadap sebab akan membantu kita dalam
menentukan solusi pencegahan dan pengobatan yang paling efektif, baik lahir
maupun batin.
2.1. Sebab Maknawi: Maksiat dan Pengaruhnya
terhadap Jiwa dan Raga
Sebelum ilmu kedokteran menjelaskan virus dan bakteri,
Syariat telah menjelaskan bahwa ada penyakit fundamental yang menjadi akar dari
segala musibah, yaitu dosa (maksiat).
Meskipun sakit adalah penghapus dosa, seringkali ia juga merupakan ‘uqubah
(sanksi atau peringatan) yang diturunkan Robb sebagai konsekuensi dari
perbuatan hamba-Nya.
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (751 H), seorang ulama besar,
menjelaskan secara rinci dampak negatif maksiat pada kesehatan jiwa dan raga. Dosa dapat melemahkan hati,
menggelapkan akal, dan pada akhirnya, turut melemahkan imunitas spiritual dan
fisik. Ketika benteng spiritual rapuh karena terus-menerus melakukan dosa, maka
benteng fisik pun menjadi lebih rentan terhadap serangan penyakit duniawi,
seperti pilek, batuk, dan demam.
Bacalah Ad-Daa’ wad Dawa’ (Penyakit dan Obatnya) karyanya.
Robb berfirman:
﴿وَمَا أَصَابَكُم مِّن
مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ﴾
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu, maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri (yakni dosamu), dan Robb memaafkan
sebagian besar dosa (yakni tidak dirupakan musibah).” (QS. Asy-Syuro: 30)
Ayat ini menusuk hati, memberikan refleksi bahwa
musibah—termasuk sakit ringan sekalipun—tidak datang tanpa sebab dari sisi
kita. Ini adalah panggilan untuk introspeksi (muhasabah), bukan untuk
putus asa.
Bagi seorang Mu’min, pilek yang tak kunjung sembuh atau demam
yang tiba-tiba meninggi dapat menjadi ‘adzab (siksaan) yang disegerakan di
dunia untuk mencegah ‘adzab yang lebih pedih di Neraka kelak. Ini adalah rohmat
dalam bentuk peringatan. Kita diingatkan bahwa jasad ini adalah amanah, dan
kesehatan yang dicabut sementara waktu adalah kesempatan untuk kembali
membersihkan diri.
Rosulullah ﷺ bersabda:
«إِذَا أَرَادَ اللَّهُ
بِعَبْدِهِ الخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ العُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ
بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ»
“Apabila Robb menginginkan kebaikan bagi seorang hamba, Robb
menyegerakan hukuman (ujian) baginya di dunia. Dan apabila Robb menghendaki
keburukan bagi seorang hamba, Robb menahan dosanya hingga akan ditunaikan
(balasannya) pada Hari Kiamat.” (HSR. At-Tirmidzi no. 2396)
Maka, hadapilah pilek, batuk, dan demam dengan penuh
kesadaran bahwa ia mungkin adalah teguran penuh kasih sayang dari Robb agar
kita segera taubat
(kembali) kepada-Nya.
Langkah spiritual pertama saat sakit adalah memperbanyak istighfar (memohon ampunan).
Istighfar adalah terapi spiritual yang paling mujarab, membersihkan kotoran
hati yang dapat menjadi penyebab tersumbatnya rezeki dan kesembuhan.
2.2. Sebab Medis: Mekanisme dan Pemicu Umum
Setelah mengoreksi hati melalui tinjauan maknawi, kini kita
beralih ke tinjauan ilmiah. Pemahaman medis membantu kita melakukan ikhtiar yang tepat sasaran.
Pilek (rhinitis), batuk (cough), dan demam (fever), ketiga gejala ini memiliki
sebab dan mekanisme yang saling terkait namun berbeda.
Pilek: Umumnya disebabkan oleh infeksi Rhinovirus
atau Coronavirus (bukan COVID-19). Virus ini menyerang lapisan mukosa[3]
hidung, menyebabkan peradangan (inflamasi) yang memicu produksi lendir
berlebihan (meler) dan pembengkakan saluran hidung (tersumbat).
Batuk: Mekanisme refleks yang dipicu oleh iritasi
pada tenggorokan atau saluran pernapasan. Batuk bisa produktif (mengeluarkan
dahak) atau non-produktif (kering). Pada pilek, batuk
sering disebabkan oleh post-nasal drip (lendir yang turun dari hidung ke
tenggorokan).
Demam: Terjadi ketika hipotalamus (bagian kecil di otak yang berfungsi
sebagai pusat pengatur keseimbangan tubuh) di otak menaikkan suhu tubuh
sebagai respons terhadap pirogen (zat pemicu demam), yang biasanya
dilepaskan oleh sel imun saat melawan infeksi. Demam adalah reaksi pertahanan
diri, bukan penyakit utama.
Meskipun virus dan bakteri adalah agen infeksi utama, faktor
lingkungan dan gaya hidup menjadi pemicu yang membuat tubuh lebih mudah
terinfeksi:
Perubahan Cuaca Ekstrem
Perubahan suhu yang mendadak (misalnya, dari panas ke dingin
ber-AC) dapat memicu stres pada saluran pernapasan, memudahkan virus untuk
menempel.
Polusi Udara
Partikel polusi mengiritasi mukosa (lapisan pelindung), merusak silia
(rambut halus penyaring), dan melemahkan pertahanan lokal saluran napas.
Kurang Tidur dan Stres
Gaya hidup yang tidak sehat (kurang tidur, stres berat)
meningkatkan hormon kortisol (hormon penting untuk respon stres dan keseimbangan tubuh), yang
secara signifikan menekan fungsi sistem imun.
2.3. Mengenal Virus dan Bakteri
Memahami siapa yang menyerang dan siapa yang bertahan adalah
kunci untuk pengobatan yang rasional.
Seringkali, pilek dan batuk yang
dialami adalah infeksi virus. Sayangnya, banyak orang yang langsung mencari
antibiotik, padahal antibiotik hanya efektif melawan bakteri.
Perbedaan Virus dan Bakteri
|
Fitur |
Virus |
Bakteri |
|
Definisi |
Partikel genetik (DNA/RNA) yang terbungkus protein |
Organisme sel tunggal (prokariota) |
|
Ukuran |
Jauh
lebih kecil, hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron |
Lebih
besar, terlihat dengan mikroskop cahaya |
|
Reproduksi |
Membutuhkan sel inang (sel tubuh kita) untuk
bereplikasi |
Bereplikasi sendiri (membelah diri) |
|
Pengobatan |
Antivirus
(terbatas), sebagian besar diatasi oleh sistem imun |
Antibiotik |
Apa ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut)?
Yaitu sakit
yang menggabungkan pilek, batuk, dan demam.
Mayoritas ISPA bagian atas, termasuk pilek dan batuk ringan,
disebabkan oleh virus.
Batuk yang disebabkan oleh virus tidak memerlukan antibiotik. Sementara itu, bakteri
lebih sering menyebabkan infeksi yang lebih serius, seperti pneumonia
(radang paru-paru hingga sesak nafas) atau sinusitis parah (radang sinus
berat yang gejalanya kuat, lama, dan berisiko komplikasi), yang seringkali
diikuti oleh demam yang lebih tinggi dan berkepanjangan. Dokter harus
membedakan penyebab ini sebelum memberikan obat.
Sistem Imun (Benteng Pertahanan Tubuh)
Sistem imun
adalah anugerah terbesar dari Robb yang berfungsi sebagai benteng pertahanan
alami tubuh. Sistem ini terdiri dari sel-sel khusus (limfosit, makrofag),
organ (limpa, kelenjar getah bening), dan protein (antibodi).
Ketika virus Pilek masuk, Sistem Imun segera bekerja:
1. Imun Non-Spesifik (garis depan): Sel-sel makrofag
segera menelan virus.
2. Imun Spesifik (pengenal): Sel limfosit (sel T dan sel B)
mulai memproduksi antibodi (tentara)
khusus yang akan menetralisir virus dan mengingatnya untuk serangan di
masa depan.
Demam adalah bagian dari respon imun ini. Dengan menaikkan
suhu tubuh, sistem imun berusaha menciptakan lingkungan yang tidak nyaman bagi patogen,
dan pada saat yang sama, meningkatkan aktivitas sel-sel imun. Kekuatan
Sistem Imun sangat bergantung pada keseimbangan antara kebutuhan spiritual
dan fisik kita. Keimanan yang kuat, hati yang tenang, dan gaya hidup sehat
adalah nutrisi utama bagi benteng pertahanan ini.
Bab 3: Sikap dan
Tindakan yang Benar Saat Sakit
Ketika
penyakit —meskipun ringan seperti pilek, batuk, atau demam— menyerang, hal
pertama yang sering hilang adalah ketenangan. Jantung mulai berdebar,
kekhawatiran melanda, dan aktivitas terhenti. Padahal, kunci utama kesembuhan
terletak pada ketenangan hati yang diikat oleh keimanan dan diiringi oleh
tindakan yang bijaksana. Bab ini akan menguraikan sikap dan tindakan yang benar
dari dua sisi: Syariat dan medis.
3.1.
Ketenangan Hati dan Husnuzh-Zhon (Berprasangka Baik)
Ketenangan
hati adalah obat spiritual pertama. Jika hati sudah panik dan berkeluh kesah,
maka proses penyembuhan fisik akan terganggu, karena stres (panik) dapat
melemahkan sistem imun.
Tawakkal dan Berikhtiar
Seperti
yang telah dijelaskan, tawakkal yang benar adalah berserah diri dengan
melakukan semua usaha (ikhtiar) yang dianjurkan. Setelah Anda minum obat yang
diresepkan atau beristirahat yang cukup (tindakan ikhtiar), serahkanlah
hasilnya kepada Robb. Jangan biarkan kecemasan menguasai.
Ibnu Rojab
Al-Hanbali (795 H) menjelaskan bahwa tawakkal yang hakiki adalah menggantungkan
hati sepenuhnya kepada Robb, meyakini bahwa segala urusan berada di Tangan-Nya,
meskipun kita tetap mengambil sebab-sebab.
Rosulullah ﷺ bersabda, menceritakan firman Robb dalam Hadits Qudsi:
«أَنَا
عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي»
“Aku sesuai
dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersamanya ketika ia
mengingat-Ku.” (HR. Al-Bukhori no. 7405 dan Muslim no. 2675)
Hadits ini
mendorong kita untuk senantiasa berhusnuzh-zhon (berprasangka baik)
bahwa sakit ini pasti akan membawa kebaikan dan kesembuhan, karena Robb Maha
Pengasih dan tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.
Tidak Mengeluh Berlebihan
Mengeluh
kepada Robb dalam do’a adalah boleh, bahkan dianjurkan, seperti yang dilakukan
oleh Nabi Ayyub. Namun, mengeluh kepada manusia (menggerutu, meratap, atau
menunjukkan ketidakpuasan terhadap takdir) adalah sikap yang mengurangi
kesempurnaan sabar. Tahanlah lisan dari kata-kata yang menunjukkan
keputusasaan.
Rosulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ
اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ صَبَرَ فَلَهُ الصَّبْرُ، وَمَنْ
جَزِعَ فَلَهُ الْجَزَعُ»
“Jika Alloh
mencintai suatu kaum, maka akan menguji mereka. Barangsiapa yang sabar, maka ia
mendapatkan kesabaran (pahala besar), dan barangsiapa yang mengeluh (tidak sabar), maka ia mendapatkan
kerugian.” (HSR. Ahmad no. 23623)
Sikap yang
terbaik saat demam atau batuk mengganggu adalah tetap tenang, memperbanyak
dzikir, dan fokus pada janji pahala yang akan diberikan oleh Robb.
3.2.
Tiga Pilar Penanganan Awal
Jika sikap
spiritual sudah mantap, tindakan fisik harus mengikuti. Tiga pilar ini adalah
langkah awal yang sangat efektif untuk mengatasi gejala pilek, batuk, dan demam,
yang sebagian besar disebabkan oleh virus.
Pilar 1: Istirahat Cukup
(Rest)
Istirahat
total (tidur berkualitas) adalah ikhtiar terbaik yang dapat Anda berikan kepada
tubuh. Saat kita tidur, tubuh mengalokasikan energi yang biasanya digunakan
untuk bergerak dan berpikir, untuk diubah menjadi energi perbaikan dan produksi
sel-sel imun. Kekurangan tidur membuat sistem imun melemah.
Pentingnya
istirahat ini juga diajarkan secara tidak langsung oleh Rosulullah ﷺ melalui larangan memaksakan diri dalam ibadah:
«إِنَّ
لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا،
فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ»
“Robb-mu
memilihi hak atasmu, dirimu memiliki hak atasmu, keluargamu memiliki hak
atasmu. Maka berikan masing-masing haknya.” (HR. Al-Bukhori no. 1968)
Hak jasad
saat sakit adalah istirahat. Jadi, tidak perlu memaksakan diri bekerja atau
beribadah sunnah secara berlebihan jika hal itu justru menghambat pemulihan.
Pilar 2: Hidrasi dan
Nutrisi Optimal
Demam dan pilek
dapat menyebabkan tubuh kehilangan cairan lebih cepat. Dehidrasi (kekurangan
cairan) dapat memperburuk sakit kepala dan kelelahan. Oleh karena itu, menjaga hidrasi
(minum air putih, air hangat, kuah kaldu, atau teh herbal) sangat krusial.
Nutrisi harus
bersifat supportive. Pilih makanan yang mudah dicerna tetapi kaya gizi, seperti
sup hangat, buah-buahan yang mengandung vitamin C, dan madu. Makanan yang
mengandung antioksidan tinggi membantu sel-sel imun bekerja lebih optimal.
Pilar 3: Pengawasan Suhu
Tubuh dan Gejala
Pilek, batuk,
dan demam pada umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya (self-limiting).
Namun, penting untuk melakukan pengawasan gejala.
Jika demam
mencapai 39 derajat C atau lebih, atau jika demam berlangsung lebih dari 3
hari, perlu dikonsumsi obat penurun panas dan segera konsultasi medis.
Jika batuk disertai
sesak napas, nyeri dada, atau dahak berwarna gelap, ini bisa menjadi tanda
infeksi bakteri sekunder atau masalah yang lebih serius (pneumonia).
Jangan tunda untuk mencari bantuan profesional, jika memungkinkan.
3.3.
Lemah dan Sakit dalam Pandangan Fiqih
Kasih
sayang Robb terwujud dalam konsep rukhshoh (keringanan) dalam Syariat.
Islam adalah agama yang mudah, tidak memberatkan, apalagi saat hamba-Nya sedang
lemah karena sakit.
Kewajiban
Sholat lima waktu tidak gugur, tetapi cara pelaksanaannya disesuaikan dengan
kemampuan fisik. Jika pilek, batuk, atau demam membuat Anda tidak bisa berdiri
tegak, Anda diperbolehkan Sholat sambil duduk. Jika duduk pun sulit, boleh
sambil berbaring.
Rosulullah ﷺ bersabda kepada Imron bin Hushoin Rodhiyallahu ‘Anhu
yang sakit:
«صَلِّ
قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ»
“Sholatlah
dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak mampu juga maka
dengan berbaring menyamping.” (HR. Al-Bukhori no. 1117)
Ini adalah
bukti bahwa Robb hanya menginginkan kemudahan bagi hamba-Nya. Anda tidak perlu
memaksakan diri hingga pingsan, cukup laksanakan sesuai kadar kemampuan Anda,
dan pahala Anda tetap sempurna.
Jika demam
atau pilek Anda cukup parah dan memerlukan minum obat atau asupan cairan yang
konsisten, Anda diperbolehkan untuk tidak berpuasa pada Romadhon dan
menggantinya di hari lain (qodho’).
Robb
berfirman:
﴿فَمَن
كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ﴾
“Maka
barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqoroh: 184)
Mengambil rukhshoh
saat sakit adalah bentuk ketaatan, bukan kelemahan iman. Justru, memaksakan
diri berpuasa hingga membahayakan diri sendiri saat sakit berat termasuk
perbuatan yang dilarang dalam Islam.
Bab 4: Pengobatan
Ruqyah Syar’iyyah dan Terapi Ilmiah
Ketika pilek,
batuk, atau demam menyerang, kita tidak hanya mengobati gejalanya, tetapi juga
mencari kesembuhan dari Robb. Pengobatan terbaik adalah yang menggabungkan
kekuatan Syariat dan ketepatan ilmu medis. Inilah yang kita sebut sebagai ikhtiar
yang paripurna.
4.1.
Ruqyah Syar’iyyah
Ruqyah
adalah metode pengobatan dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an dan do’a-do’a yang shohih
dari Rosulullah ﷺ. Ini adalah senjata spiritual
utama bagi seorang Muslim saat sakit.
Definisi dan Syarat Ruqyah
yang Shohih
Ruqyah Syar’iyyah
hanya boleh menggunakan tiga syarat utama agar terhindar dari Syirik (menyekutukan
Robb):
1. Menggunakan Kalamullah
(Al-Qur’an) atau Asmaul Husna (Nama-nama Alloh), atau do’a yang shohih dari
Rosulullah ﷺ.
2. Menggunakan
bahasa Arob atau bahasa yang dipahami maknanya.
3. Meyakini bahwa ruqyah
hanyalah sebab, sedangkan kesembuhan mutlak dari Alloh Asy-Syaafii.
Kesembuhan
fisik dari demam, batuk, dan pilek seringkali dibersamai oleh kesembuhan batin,
dan ruqyah adalah jembatannya.
Bacaan-bacaan Utama
(Al-Qur’an dan Hadits) untuk Kesembuhan
Ada
beberapa do’a dan ayat yang secara spesifik dianjurkan untuk dibaca saat sakit,
baik oleh diri sendiri maupun oleh orang yang merawat.
Salah satu
do’a yang diajarkan oleh Jibril kepada Rosulullah ﷺ
ketika beliau sakit:
«بِاسْمِ
اللهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ
حَاسِدٍ، اللهُ يَشْفِيكَ بِاسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ»
“Dengan
Nama Alloh, aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari
kejahatan setiap jiwa atau mata orang yang dengki, Alloh akan menyembuhkanmu.
Dengan Nama Alloh, aku meruqyahmu.” (HR. Muslim no. 2186)
Selain do’a
ini, membaca Al-Fatihah (sebagai ruqyah paling utama), Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan
An-Naas (ditiupkan ke telapak tangan lalu diusapkan ke tubuh) sangat
dianjurkan.
Lebih
lengkapnya, bisa download Bacaan Ruqyah dari Al-Qur’an dan Sunnah karya Nor Kandir.
4.2.
Obat-obatan Nabawi
Thibbun
Nabawi (Pengobatan Nabi) adalah kumpulan metode pengobatan yang diajarkan atau
disetujui oleh Rosulullah ﷺ.
Habbatussauda
(nigella sativa) adalah salah satu obat Nabawi yang paling terkenal.
Secara medis, Habbatussauda (jintan hitam) dikenal memiliki sifat
anti-inflamasi (melawan peradangan seperti bengkak dan nyeri), antioksidan (pelindung
sel dari kerusakan), dan dapat mendukung sistem imun.
Rosulullah ﷺ bersabda:
«فِي
الحَبَّةِ السَّوْدَاءِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ، إِلَّا السَّامَ»
“Di dalam
Habbatussauda terdapat kesembuhan dari segala penyakit, kecuali saam
(kematian).” (HR. Al-Bukhori no. 5688 dan Muslim no. 2215)
Mengonsumsi
Habbatussauda (misalnya dalam bentuk minyak atau biji) adalah ikhtiar yang
menggabungkan keyakinan spiritual dan manfaat fisik. Demikian pula dengan madu,
yang secara ilmiah terbukti memiliki sifat antibakteri dan meredakan batuk
(terutama batuk kering).
Alloh
berfirman tentang madu:
﴿فِيهِ
شِفَاءٌ لِلنَّاسِ﴾
“Di
dalamnya ada kesembuhan untuk manusia.” (QS. An-Nahl: 69)
Selain
Habbatussauda dan madu, Rosulullah ﷺ
menganjurkan penggunaan bekam (hijamah) dan qusthul hindi (kayu India)
untuk beberapa penyakit. Meskipun pilek, batuk, dan demam dapat disembuhkan
dengan istirahat dan hidrasi, obat-obatan Nabawi ini berfungsi sebagai penguat
dan pendukung umum kesehatan.
Air Zam-Zam
adalah air yang penuh berkah. Air ini dapat digunakan untuk diminum dan sebagai
media ruqyah. Keyakinan Shohabat dan Salaf terhadap khasiatnya sangatlah
tinggi.
Rosulullah ﷺ bersabda tentang Air Zam-Zam:
«إِنَّهَا
مُبَارَكَةٌ، إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ [وَشِفَاءُ سُقْمٍ]»
“Sesungguhnya
air itu (Zam-Zam) penuh berkah, sesungguhnya ia adalah makanan yang
mengenyangkan dan obat bagi penyakit.” (HR. Muslim no. 2473; dalam kurung
Al-Bazzar no. 3929)
4.3.
Penanganan Berbasis Gejala
Setelah
benteng spiritual diperkuat, saatnya menggunakan sarana duniawi yang telah
dikembangkan oleh ilmu medis.
Kapan
perlu minum obat penurun demam (paracetamol, ibuprofen)?
Ingatlah, demam
adalah teman, bukan musuh. Tidak semua demam harus segera diturunkan.
Tujuan utama pemberian obat penurun panas (antipiretik) seperti paracetamol
atau ibuprofen adalah untuk meredakan ketidaknyamanan, bukan untuk
menyembuhkan infeksi.
Obat
sebaiknya diminum jika:
1. Suhu tubuh
terlalu tinggi (misalnya 38.5 derajat C), yang menyebabkan pusing dan lemas.
2. Demam disertai
nyeri kepala atau nyeri otot yang mengganggu istirahat.
3. Pada anak,
untuk mencegah risiko kejang demam.
Jika Demam
masih ringan dan Anda mampu mentoleransinya, berikan kesempatan pada sistem
imun Anda untuk bekerja penuh.
Perawatan
mandiri di rumah atau kunjungan ke dokter?
Mayoritas
kasus pilek, batuk, dan demam ringan yang disebabkan oleh virus (misalnya common
cold) dapat diatasi dengan perawatan mandiri di rumah (istirahat, cairan,
Thibbun Nabawi).
Kapan dianjurkan
ke dokter?
1. Demam tinggi
(di atas 39 derajat C) yang tidak turun setelah 3 hari.
2. Batuk yang
disertai sesak napas, nyeri dada, atau batuk berdarah.
3. Gejala yang
memburuk secara signifikan, atau munculnya gejala baru (misalnya kaku leher, kesadaran
menurun).
Bolehkah
menggunakan antibiotik sembarangan?
Ini adalah
poin krusial. Seperti yang dibahas di Bab II, pilek dan sebagian besar batuk
adalah infeksi virus. Antibiotik hanya efektif melawan bakteri. Menggunakan antibiotik
saat terkena pilek virus:
1. Tidak akan
menyembuhkan.
2. Justru membunuh
bakteri baik dalam tubuh.
3. Menciptakan resistensi
antibiotik (bakteri menjadi kebal), yang merupakan ancaman tubuh.
Rosulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ
تَطَبَّبَ، وَلَا يُعْلَمُ مِنْهُ طِبٌّ، فَهُوَ ضَامِنٌ»
“Siapa yang
mengobati padahal ia tidak mengetahui ilmu kedokteran, maka ia bertanggung
jawab (atas kerusakan yang ditimbulkannya).” (HHR. Abu Dawud no. 4586)
Meskipun Hadits
ini berbicara tentang tanggung jawab dokter, pelajarannya adalah: lakukan
pengobatan dengan ilmu. Dalam konteks modern,ini berarti menggunakan obat (antibiotik)
hanya jika ada indikasi medis yang jelas.
4.4.
Menjaga Kebersihan Tubuh dan Lingkungan
Pengobatan
juga mencakup upaya pencegahan agar penyakit tidak menular kepada orang lain
atau kembali menyerang.
Rosulullah ﷺ adalah teladan dalam etika kebersihan. Ketika beliau bersin,
beliau menutup wajahnya dengan tangan atau kain.
Abu Huroiroh
Rodhiyallahu ‘Anhu berkata:
«أَنَّ
النَّبِيَّ ﷺ كَانَ إِذَا عَطَسَ غَطَّى وَجْهَهُ بِيَدِهِ
أَوْ بِثَوْبِهِ وَغَضَّ بِهَا صَوْتَهُ»
“Rosulullah
ﷺ jika bersin, beliau menutupi wajahnya dengan tangan atau
pakaiannya, dan mengecilkan suaranya.” (HSR. At-Tirmidzi no. 2745)
Tindakan
ini, ribuan tahun sebelum ditemukannya teori penyebaran droplet (tetesan
air), telah mengajarkan kita cara paling efektif untuk mencegah penularan pilek
dan batuk.
Kebersihan
tangan adalah garis pertahanan terdepan untuk mencegah penyebaran virus dan
bakteri. Mencuci tangan dengan sabun setelah batuk, bersin, dan sebelum makan
adalah praktik medis yang selaras dengan penekanan Islam pada thoharoh
(kesucian).
Bab 5: Hidup
Sehat Lahir dan Batin
Pencegahan
selalu lebih baik daripada pengobatan. Dalam Islam, pencegahan tidak hanya
melibatkan upaya fisik untuk menjaga kebugaran tubuh, tetapi yang lebih utama
adalah upaya spiritual untuk menjaga kebersihan hati dan keimanan. Inilah
esensi dari hidup sehat lahir dan batin.
5.1.
Menjaga Iman dan Amalan
Benteng
spiritual yang kuat adalah pencegah terbaik dari segala bentuk musibah,
termasuk sakit. Ketika hati tenang dan terikat kuat dengan Robb, jasad pun akan
mendapatkan kekuatan dan ketahanan.
Menjaga Waktu Sholat dan
Dzikir Pagi-Petang
Sholat dan dzikir
adalah imunisasi spiritual harian. Dzikir pagi dan petang, khususnya,
mengandung do’a-do’a yang spesifik untuk memohon perlindungan dari segala mara
bahaya, penyakit, dan keburukan.
Salah satu
do’a perlindungan yang shohih dari Rosulullah ﷺ
adalah:
«اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ»
“Ya Robb,
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit sopak (kulit), gila, kusta,
dan dari penyakit-penyakit yang buruk (berat).” (HSR. Abu Dawud no. 1554)
Memanjatkan
do’a ini setiap hari adalah wujud ikhtiar batin, memohon agar kita dilindungi
dari penyakit-penyakit serius yang jauh lebih parah daripada pilek, batuk, dan demam.
Bacalah Hisnul Muslim: Doa dan Dzikir Harian karya Dr. Sa’id bin Ali Wahf
Al-Qohthoni.
Memperkuat Pertahanan Diri
dengan Do’a dan Sedekah
Sedekah memiliki
peran yang luar biasa dalam menolak bala’ (musibah) dan mempercepat kesembuhan.
Sedekah tidak hanya membersihkan harta, tetapi juga membersihkan jiwa dan raga.
Rosulullah ﷺ bersabda:
«دَاوُوا
مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ، وَحَصِّنُوا أَمْوَالَكُمْ بِالزَّكَاةِ، وَأَعِدُّوا لِلْبَلَاءِ
الدُّعَاءَ»
“Obatilah
orang-orang sakit di antara kalian dengan sedekah. Sucikan harta kalian dengan
Zakat. Hadapi musibah dengan doa.” (HR. Al-Baihaqi no. 6593 dalam Al-Kabir)
Tindakan sedekah
saat sehat adalah investasi pahala dan perlindungan, sementara sedekah saat
sakit adalah ikhtiar tambahan untuk memohon kesembuhan.
Menghindari Tempat Maksiat
dan Lingkungan Buruk
Secara
spiritual, lingkungan yang penuh maksiat dapat menarik siksaan dan musibah.
Secara fisik, lingkungan yang buruk (polusi, kotor) dapat menjadi sarang patogen,
melemahkan kesehatan. Seorang Muslim wajib menjaga dirinya dari keduanya.
5.2.
Menjaga Kesehatan
Pencegahan medis
adalah upaya menjaga amanah jasad yang telah diberikan Robb. Istilah hifzhush-shihhah
berarti menjaga kesehatan sebelum sakit.
Pentingnya Olahraga
Teratur dan Pola Makan Sehat
Sistem imun
yang kuat tidak bisa didapatkan secara instan; ia dibangun melalui gaya hidup
yang konsisten.
Olahraga
Teratur:
Aktivitas
fisik yang moderat (tidak berlebihan) dapat meningkatkan sirkulasi sel-sel imun
dan mengurangi stres.
Pola
Makan Sehat:
Tubuh
membutuhkan vitamin, mineral, dan nutrisi seimbang untuk memproduksi sel-sel
pertahanan. Mengonsumsi makanan alami dan menghindari makanan junk food
(cepat saji) adalah kunci.
Rosulullah ﷺ bersabda:
«الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ
الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ»
“Mu’min
yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Robb daripada Mu’min yang dho’if
(lemah), dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR. Muslim no. 2664)
Kekuatan
dalam Hadits ini mencakup kekuatan iman, akal, dan fisik. Menjaga fisik agar
tidak dho’if (lemah) dari serangan pilek dan demam adalah bagian dari ketaatan.
Vaksinasi dalam Tinjauan Medis
dan Fiqih
Vaksinasi
adalah salah satu bentuk ikhtiar modern yang paling efektif untuk mencegah
penyakit infeksi serius.
Tinjauan
Medis
Vaksin
bekerja dengan “melatih” sistem imun kita untuk mengenali dan melawan patogen
spesifik (virus atau bakteri) tanpa menyebabkan penyakit yang parah. Ini adalah
manifestasi dari pemahaman ilmu (kedokteran) untuk menolak musibah.
Tinjauan
Fiqih
Mayoritas
ulama kontemporer sepakat bahwa vaksinasi adalah bentuk ikhtiar yang
diperbolehkan dalam Syariat, karena ia selaras dengan perintah untuk mencari
pengobatan dan menjaga kesehatan.
Jika jenis
vaksinnya diperselisihkan ahli fiqih dan pakar kesehatan, maka meninggalkannya
adalah tindakan bijak.
Manajemen Stres dan Tidur
Berkualitas
Stres
kronis memicu pelepasan kortisol yang bersifat imunosupresif
(menekan imun). Sistem imun melemah, membuat kita mudah terserang pilek dan batuk.
Tidur
Waktu tidur
adalah saat tubuh melakukan perbaikan dan mengoptimalkan fungsi imun. Kurang
tidur secara drastis menurunkan kemampuan tubuh melawan infeksi.
5.3.
Ketenangan dalam Menghadapi Takdir
Inilah
kesimpulan spiritual yang harus menusuk hati setiap pembaca: Ketenangan adalah
esensi. Jangan biarkan ketakutan (seperti ‘ain atau sihir) mengalahkan
keyakinan Anda terhadap tawakkal yang murni.
Menghilangkan Kekhawatiran
dan Ketakutan
Pilek, batuk,
dan demam bukanlah akhir dari dunia. Jangan panik. Kekhawatiran hanya akan
memperburuk gejala fisik Anda. Yakinlah bahwa segala sesuatu yang menimpa
adalah yang terbaik.
Robb
berfirman:
﴿قُل
لَّن يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللَّهِ
فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ﴾
“Katakanlah
(wahai Muhammad): ‘Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah
ditetapkan Robb bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Robb-lah
orang-orang Mu’min harus bertawakkal.’” (QS. At-Taubah: 51)
Ayat ini
adalah penenang jiwa yang paling ampuh. Apa pun yang terjadi, ia telah
tertulis. Tugas kita hanya berikhtiar dan bertawakkal.
Sakit sebagai Jalan Mendekatkan
Diri kepada Robb
Manfaatkan
waktu sakit—saat terbaring batuk atau demam—sebagai momen emas untuk berdua
dengan Robb. Rasa sakit sering kali melembutkan hati yang keras dan
menjauhkannya dari hiruk pikuk dunia.
Nasihat untuk Sahabat dan
Keluarga yang Merawat
Bagi Anda
yang merawat orang yang Anda cintai (anak, pasangan, atau orang tua) yang
sedang pilek, batuk, atau demam, sikap yang paling penting adalah tenang dan
penuh kasih sayang.
Rosulullah ﷺ bersabda:
«مَا
مِنْ مُسْلِمٍ يَعُودُ مُسْلِمًا غُدْوَةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ
مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ
أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ، وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي الجَنَّةِ»
“Tidaklah
seorang Muslim menjenguk Muslim lainnya di pagi hari, melainkan 70.000 Malaikat
bersholawat (memohon ampunan) untuknya hingga sore hari. Dan jika ia
menjenguknya di sore hari, 70.000 malaikat bersholawat untuknya hingga pagi
hari. Ia juga mendapatkan buah di Surga.” (HSR. At-Tirmidzi no. 969)
Ini adalah
dorongan agar kita merawat dengan penuh ketulusan, yang akan mendatangkan
ketenangan bagi yang sakit dan pahala tak terhingga bagi yang merawat.
PENUTUP
Buku ini
telah memandu kita melalui perjalanan holistik (melihat keseluruhan,
bukan potongan, tidak hanya fisik tetapi ruhani juga) dalam menyikapi tiga
gejala umum: pilek, batuk, dan demam. Intisari dari seluruh pembahasan adalah:
1. Sakit adalah takdir
Ilahi dan kaffarotuz dzunub (penghapus dosa) yang mendatangkan pahala sabar
tanpa batas.
2. Sakit dapat
disebabkan oleh maksiat (sebab maknawi) yang melemahkan jiwa, dan disebabkan
oleh virus atau bakteri (sebab medis) yang menyerang sistem imun.
3. Sikap yang
benar adalah berhusnuzh-zhon kepada Robb dan melakukan ikhtiar terbaik,
yaitu do’a, istirahat, hidrasi (cairan yang cukup), nutrisi.
4. Pengobatan yang
komprehensif (lengkap) adalah sinergi antara ruqyah syar’iyyah dan
terapi ilmiah yang tepat, menghindari penggunaan antibiotik untuk infeksi virus.
5. Pencegahan
terbaik adalah menjaga iman dan amal (dzikir dan sedekah) sekaligus menjaga
fisik (olahraga dan tidur).
Sakit
datang bukan untuk melumpuhkan, melainkan untuk membangunkan. Ia adalah jeda
paksa dari kesibukan dunia, agar kita memiliki waktu untuk tafakkur (merenung)
tentang tujuan hidup yang sesungguhnya. Ketika demam membakar, ingatlah betapa
panasnya api Neraka. Ketika batuk mengganggu tidur, ingatlah betapa berharganya
waktu luang yang telah disia-siakan.
Semoga buku
ini menjadi pelita di saat kegelapan sakit melanda. Jadilah Mu’min yang tenang,
yang yakin bahwa di balik setiap ujian pilek, batuk, dan demam, ada kebaikan
besar yang menanti. Semoga Robb senantiasa melimpahkan kesehatan, taufiq, dan
hidayah kepada kita semua.
Allohu
a’lam.
[1] Berikut ini suhu tubuh
rata-rata berdasarkan usia:
·
Usia 0-10 tahun: suhu normal berkisar
antara 35,5o – 37,5o Celsius.
·
Usia 11 tahun – 65 tahun: suhu normal
berkisar antara 36,4o – 37,6o Celsius.
·
Usia lebih dari 65 tahun: suhu normal
berkisar antara 35,8o – 36,9o Celsius.
[2] Yaitu
peradangan yang terjadi di saluran pernapasan, baik saluran pernapasan atas
maupun bawah. Infeksi ini dapat menimbulkan gejala batuk, pilek, dan demam.
ISPA sangat mudah menular dan dapat dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak
dan lansia. Sesuai dengan namanya, ISPA menimbulkan peradangan di saluran
pernapasan, mulai dari hidung hingga paru-paru. Kondisi ini bisa disebabkan
oleh infeksi virus dan bakteri, yang sangat mudah menular, misalnya lewat
percikan air liur dari batuk penderita.
[3] Yakni
“lapisan pelindung bagian dalam” organ-organ tubuh yang terbuka terhadap udara,
makanan, atau zat dari luar.
