Cari Ebook

Mempersiapkan...

[PDF] Menyikapi Pilek, Batuk, dan Demam Sesuai Syariat dan Medis - Nor Kandir


Muqoddimah

Segala puji hanyalah milik Robb semesta alam, yang dengan rohmat dan kasih sayang-Nya, kita dapat menyaksikan pergantian siang dan malam, serta merasakan ni’mat sehat dan sakit. Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad , beserta keluarga, para Shohabat, dan seluruh umatnya hingga Hari Kiamat.

Amma ba’du:

Puji syukur kepada Robb semesta alam.

Hidup adalah sebuah perjalanan yang penuh warna, di mana sehat dan sakit ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Ketika ni’mat sehat membersamai, manusia sering kali lalai dan terlena dalam kesibukan dunia. Namun, tatkala sakit menyapa, barulah manusia tersadar betapa berharganya karunia kesehatan.

Sehat adalah ni’mat dunia terbesar, berdasarkan Hadits Nabi :

«مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا»

“Siapa yang di pagi hari aman di tempatnya, sehat badannya, memiliki makanan pokok di hari itu, seakan-seakan dunia terkumpul untuknya.” (HHR. Tirmidzi no. 2346)

«لَا بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى، وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى، وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النَّعِيمِ»

“Tidak mengapa kaya asal bertaqwa. Sehat bagi orang bertaqwa lebih utama daripada kaya. Ketentraman jiwa termasuk keni’matan.” (HSR. Ibnu Majah no. 2141)

Buku ini hadir sebagai upaya untuk memberikan panduan komprehensif (lengkap) dalam menyikapi tiga jenis sakit yang paling umum dan sering dialami oleh manusia: pilek, batuk, dan demam. Tiga gejala ini memang sederhana, namun di saat yang sama, ia mampu melumpuhkan aktivitas sehari-hari dan menimbulkan kecemasan yang mendalam, terutama jika menimpa diri sendiri atau orang yang kita cintai.

Di era informasi yang serba cepat ini, ketika hoax dan mitos bertebaran, penting bagi seorang Muslim untuk memiliki pegangan yang kuat. Pegangan tersebut adalah ilmu, yang bersumber dari Syariat yang shohih dan ilmu medis yang teruji.

Kita tidak boleh hanya berserah diri tanpa ikhtiar yang benar, dan sebaliknya, kita tidak boleh pula bergantung sepenuhnya pada sebab-sebab duniawi tanpa mengaitkannya dengan kekuasaan Robb. Buku ini bertujuan menyandingkan kedua tinjauan ini—Syariat dan medis—secara harmonis dan seimbang. Tujuannya adalah agar pembaca dapat bersikap tenang dan santai dalam menghadapi sakit, karena ia tahu bahwa di balik rasa sakit itu terdapat hikmah yang agung, serta adanya panduan yang jelas untuk menghadapinya.

Tujuan buku ini adalah menghadirkan ketenangan dalam hati setiap Muslim saat diuji dengan sakit. Perinciannya:

1.  Menjelaskan hakikat sakit sebagai takdir Ilahi dan sarana penghapus dosa.

2.  Memaparkan sebab-sebab sakit secara ilmiah (medis) untuk menumbuhkan pemahaman yang benar.

3.  Memberikan panduan tindakan dan pengobatan yang selaras antara ajaran agama dan ilmu kesehatan.

4.  Menekankan pentingnya husnuzh-zhon (berprasangka baik) kepada Robb dalam segala kondisi.

Semoga upaya kecil ini dapat menjadi amal jariyah dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Bab 1: Hakikat Sakit

Sakit adalah takdir. Tidak ada satu pun makhluk di muka bumi ini yang mampu menolak takdir yang telah ditetapkan oleh Robb sejak azali. Memahami hakikat ini adalah langkah pertama menuju ketenangan hati. Sakit bukanlah sekadar kegagalan sistem imun (kekebalan tubuh melawan penyakit), melainkan sebuah peristiwa kosmik (sunnatullah) yang sarat akan makna dan hikmah yang mendalam bagi seorang Mu’min.

1.1. Sakit Sebagai Ujian dan Penghapus Dosa

Dalam ajaran Islam, sakit bukan hanya penderitaan fisik, melainkan ujian keimanan yang sesungguhnya. Ia adalah kesempatan emas bagi seorang hamba untuk menunjukkan kualitas kesabaran dan tawakkal (berserah diri) kepada Robb. Ketika seorang hamba diuji dengan rasa sakit, ia sesungguhnya sedang berada di persimpangan antara berkeluh kesah (yang mengurangi pahala) dan menerima takdir dengan lapang dada (yang mendatangkan ganjaran berlipat)

Robb berfirman:

﴿أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ﴾

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-‘Ankabut: 2)

Ujian, termasuk sakit, adalah sarana yang digunakan oleh Robb untuk membedakan antara Mu’min yang jujur dengan yang dusta. Demam yang tinggi, batuk yang memilukan, atau pilek yang mengganggu adalah cara Robb membersihkan hamba-Nya dari noda-noda dosa.

Ini adalah kabar gembira yang menenangkan bagi setiap orang yang sedang sakit: sakit adalah penghapus dosa. Seberapa pun kecilnya rasa sakit yang diderita, bahkan hanya tertusuk duri, ia memiliki nilai yang sangat besar di sisi Robb.

Rosulullah bersabda:

«مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ: مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ»

“Tidaklah seorang Muslim ditimpa musibah berupa kelelahan, penyakit, kesusahan (takut masa depan), kesedihan (masa lalu), gangguan, gundah gulana, bahkan duri yang menusuknya, melainkan Robb akan menghapus kesalahan-kesalahannya dengan musibah itu.” (HR. Al-Bukhori no. 5641 dan Muslim no. 2573)

Dalam riwayat lain, Rosulullah bersabda:

«مَا يَزَالُ البَلَاءُ بِالمُؤْمِنِ وَالمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ»

“Tidaklah musibah senantiasa menimpa seorang Mu’min atau Mu’minah pada dirinya, anaknya, atau hartanya, hingga ia bertemu dengan Robb dalam keadaan tidak memiliki dosa.” (HSR. At-Tirmidzi no. 2399)

Ini adalah janji yang pasti. Maka, ketika pilek, batuk, atau demam datang, sambutlah ia dengan husnuzh-zhon, bukan dengan ratapan. Pahami bahwa itu adalah proses detoksifikasi spiritual dari dosa-dosa yang telah kita perbuat.

Rasa sakit yang hebat seringkali melahirkan pertanyaan, “Mengapa ini terjadi padaku?” Jawabannya terletak pada nilai sabar. Sabar bukan berarti pasrah tanpa berbuat apa-apa, melainkan menahan diri dari keluh kesah lisan maupun hati, serta tetap menjalankan perintah Robb sebisa mungkin.

Robb berfirman:

﴿إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ﴾

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabar yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

Sakit memberikan kesempatan untuk meraih pahala sabar yang tidak terhingga ini. Jika orang yang sehat berusaha mencari pahala dengan ibadah tambahan, orang yang sakit diberi kesempatan untuk meraih pahala hanya dengan menahan rasa sakit itu sendiri, asalkan ia sabar.

Untuk melengkapi, silahkan baca Demam dalam Hadits-Hadits yang Shohih karya Nor Kandir.

1.2. Pilek, Batuk, dan Demam Menurut Medis

Sementara Syariat memberikan kerangka maknawi untuk menyikapi sakit, ilmu medis memberikan pemahaman tentang mekanisme duniawi-nya. Kedua tinjauan ini saling melengkapi, tidak bertentangan.

Pilek (common cold atau rhinitis) adalah infeksi (masuknya) virus pada hidung dan tenggorokan (saluran pernafasan). Ini adalah kondisi yang sangat umum dan biasanya tidak berbahaya. Gejalanya termasuk hidung meler, hidung tersumbat, dan bersin.

Batuk (cough) adalah refleks alami tubuh untuk membersihkan saluran pernapasan dari lendir, iritan, atau benda asing. Batuk itu sendiri bukan penyakit, melainkan gejala dari suatu kondisi yang mendasari, seperti pilek, infeksi, atau iritasi.

Demam (fever atau pyrexia) adalah kondisi peningkatan suhu tubuh di atas batas normal (38 derajat C atau 100,4 derajat F)[1]. Demam bukanlah musuh, melainkan tanda bahwa sistem imun sedang bekerja melawan agen infeksi (seperti virus atau bakteri). Peningkatan suhu ini membantu memperlambat laju perkembangbiakan patogen (agen berbahaya seperti virus, bakteri, jamur, parasit) dan meningkatkan efektivitas sel-sel imun.

Tiga gejala ini—pilek, batuk, dan demam—seringkali muncul bersamaan sebagai bagian dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)[2], yang sebagian besar disebabkan oleh virus dan bersifat self-limiting (sembuh dengan sendirinya).

Penting untuk dicatat: demam, terutama pada anak, harus diamati dengan cermat. Demam tinggi yang disertai kejang atau kaku leher dapat menjadi tanda kondisi yang lebih serius. Namun, pada umumnya, demam adalah bagian dari proses penyembuhan tubuh.

1.3. Berikhtiar (Berusaha) dalam Pengobatan

Setelah memahami bahwa sakit adalah takdir yang menghapus dosa, langkah berikutnya adalah berikhtiar atau berusaha mencari kesembuhan. Keyakinan kepada takdir tidak boleh menjadi alasan untuk bermalas-malasan atau menolak pengobatan.

Tawakkal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Robb dalam segala urusan. Namun, tawakkal yang benar harus dibarengi oleh ikhtiar semampunya. Hal ini digambarkan secara indah dalam kisah Rosulullah dengan seorang A’robi (Arab Badui) yang meninggalkan untanya tanpa diikat.

Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan: Seorang laki-laki berkata, “Wahai Rosulullah, apakah saya mengikat unta saya dengan bertawakkal, ataukah saya melepaskannya dengan bertawakkal?” Rosulullah menjawab,

«اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ»

“Ikatlah untamu, dengan bertawakkal.” (HSR. At-Tirmidzi no. 2517)

Hadits ini merupakan landasan bagi setiap Muslim untuk menempuh sebab-sebab duniawi (seperti minum obat atau ke dokter) setelah meyakini bahwa kesembuhan hanyalah dari Robb.

Shohabat dan para Salaf (generasi awal Islam) tidak menolak pengobatan. Mereka adalah orang-orang yang paling bertawakkal, namun mereka juga adalah orang-orang yang mencari pengobatan, baik itu pengobatan Nabawi maupun pengobatan yang dikenal pada zaman mereka.

Rosulullah bersabda:

«مَا أَنزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مِن دَاءٍ إِلَّا أَنزَلَ مَعَهُ شِفَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ، وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ»

“Sesungguhnya Alloh tidaklah menurunkan suatu penyakit melainkan Dia turunkan untuknya obat. Ia diketahui oleh yang tahu (dokter misalnya), dan tidak diketahui oleh yang tidak mengetahuinya.” (HSR. Ahmad no. 4334)

Hadits ini memberikan dorongan kuat untuk menuntut ilmu kedokteran dan mencari solusi medis. Sakit yang menimpa (pilek, batuk, demam) adalah tantangan untuk mencari obatnya. Tugas kita adalah menggali dan menerapkan ilmu tersebut, sembari hati kita tetap tertambat kepada Robb, Dzat Yang Maha Menyembuhkan.

 

 


 

Bab 2: Sebab Maknawi dan Ilmiah Sakit

Setelah kita menegaskan bahwa sakit adalah takdir yang menghapus dosa, kini saatnya kita menelaah apa yang menjadi sebab-sebab munculnya penyakit ini, baik dari tinjauan spiritual (maknawi) maupun ilmiah (medis). Pemahaman yang mendalam terhadap sebab akan membantu kita dalam menentukan solusi pencegahan dan pengobatan yang paling efektif, baik lahir maupun batin.

2.1. Sebab Maknawi: Maksiat dan Pengaruhnya terhadap Jiwa dan Raga

Sebelum ilmu kedokteran menjelaskan virus dan bakteri, Syariat telah menjelaskan bahwa ada penyakit fundamental yang menjadi akar dari segala musibah, yaitu dosa (maksiat). Meskipun sakit adalah penghapus dosa, seringkali ia juga merupakan ‘uqubah (sanksi atau peringatan) yang diturunkan Robb sebagai konsekuensi dari perbuatan hamba-Nya.

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (751 H), seorang ulama besar, menjelaskan secara rinci dampak negatif maksiat pada kesehatan jiwa dan raga. Dosa dapat melemahkan hati, menggelapkan akal, dan pada akhirnya, turut melemahkan imunitas spiritual dan fisik. Ketika benteng spiritual rapuh karena terus-menerus melakukan dosa, maka benteng fisik pun menjadi lebih rentan terhadap serangan penyakit duniawi, seperti pilek, batuk, dan demam. Bacalah Ad-Daa’ wad Dawa’ (Penyakit dan Obatnya) karyanya.

Robb berfirman:

﴿وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ﴾

“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri (yakni dosamu), dan Robb memaafkan sebagian besar dosa (yakni tidak dirupakan musibah).” (QS. Asy-Syuro: 30)

Ayat ini menusuk hati, memberikan refleksi bahwa musibah—termasuk sakit ringan sekalipun—tidak datang tanpa sebab dari sisi kita. Ini adalah panggilan untuk introspeksi (muhasabah), bukan untuk putus asa.

Bagi seorang Mu’min, pilek yang tak kunjung sembuh atau demam yang tiba-tiba meninggi dapat menjadi ‘adzab (siksaan) yang disegerakan di dunia untuk mencegah ‘adzab yang lebih pedih di Neraka kelak. Ini adalah rohmat dalam bentuk peringatan. Kita diingatkan bahwa jasad ini adalah amanah, dan kesehatan yang dicabut sementara waktu adalah kesempatan untuk kembali membersihkan diri.

Rosulullah bersabda:

«إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ العُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ»

“Apabila Robb menginginkan kebaikan bagi seorang hamba, Robb menyegerakan hukuman (ujian) baginya di dunia. Dan apabila Robb menghendaki keburukan bagi seorang hamba, Robb menahan dosanya hingga akan ditunaikan (balasannya) pada Hari Kiamat.” (HSR. At-Tirmidzi no. 2396)

Maka, hadapilah pilek, batuk, dan demam dengan penuh kesadaran bahwa ia mungkin adalah teguran penuh kasih sayang dari Robb agar kita segera taubat (kembali) kepada-Nya.

Langkah spiritual pertama saat sakit adalah memperbanyak istighfar (memohon ampunan). Istighfar adalah terapi spiritual yang paling mujarab, membersihkan kotoran hati yang dapat menjadi penyebab tersumbatnya rezeki dan kesembuhan.

2.2. Sebab Medis: Mekanisme dan Pemicu Umum

Setelah mengoreksi hati melalui tinjauan maknawi, kini kita beralih ke tinjauan ilmiah. Pemahaman medis membantu kita melakukan ikhtiar yang tepat sasaran.

Pilek (rhinitis), batuk (cough), dan demam (fever), ketiga gejala ini memiliki sebab dan mekanisme yang saling terkait namun berbeda.

Pilek: Umumnya disebabkan oleh infeksi Rhinovirus atau Coronavirus (bukan COVID-19). Virus ini menyerang lapisan mukosa[3] hidung, menyebabkan peradangan (inflamasi) yang memicu produksi lendir berlebihan (meler) dan pembengkakan saluran hidung (tersumbat).

Batuk: Mekanisme refleks yang dipicu oleh iritasi pada tenggorokan atau saluran pernapasan. Batuk bisa produktif (mengeluarkan dahak) atau non-produktif (kering). Pada pilek, batuk sering disebabkan oleh post-nasal drip (lendir yang turun dari hidung ke tenggorokan).

Demam: Terjadi ketika hipotalamus (bagian kecil di otak yang berfungsi sebagai pusat pengatur keseimbangan tubuh) di otak menaikkan suhu tubuh sebagai respons terhadap pirogen (zat pemicu demam), yang biasanya dilepaskan oleh sel imun saat melawan infeksi. Demam adalah reaksi pertahanan diri, bukan penyakit utama.

Meskipun virus dan bakteri adalah agen infeksi utama, faktor lingkungan dan gaya hidup menjadi pemicu yang membuat tubuh lebih mudah terinfeksi:

Perubahan Cuaca Ekstrem

Perubahan suhu yang mendadak (misalnya, dari panas ke dingin ber-AC) dapat memicu stres pada saluran pernapasan, memudahkan virus untuk menempel.

Polusi Udara

Partikel polusi mengiritasi mukosa (lapisan pelindung), merusak silia (rambut halus penyaring), dan melemahkan pertahanan lokal saluran napas.

Kurang Tidur dan Stres

Gaya hidup yang tidak sehat (kurang tidur, stres berat) meningkatkan hormon kortisol (hormon penting untuk respon stres dan keseimbangan tubuh), yang secara signifikan menekan fungsi sistem imun.

2.3. Mengenal Virus dan Bakteri

Memahami siapa yang menyerang dan siapa yang bertahan adalah kunci untuk pengobatan yang rasional.

Seringkali, pilek dan batuk yang dialami adalah infeksi virus. Sayangnya, banyak orang yang langsung mencari antibiotik, padahal antibiotik hanya efektif melawan bakteri.

Perbedaan Virus dan Bakteri

Fitur

Virus

Bakteri

Definisi

Partikel genetik (DNA/RNA) yang terbungkus protein

Organisme sel tunggal (prokariota)

Ukuran

Jauh lebih kecil, hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron

Lebih besar, terlihat dengan mikroskop cahaya

Reproduksi

Membutuhkan sel inang (sel tubuh kita) untuk bereplikasi

Bereplikasi sendiri (membelah diri)

Pengobatan

Antivirus (terbatas), sebagian besar diatasi oleh sistem imun

Antibiotik

 

Apa ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)?

Yaitu sakit yang menggabungkan pilek, batuk, dan demam.

Mayoritas ISPA bagian atas, termasuk pilek dan batuk ringan, disebabkan oleh virus. Batuk yang disebabkan oleh virus tidak memerlukan antibiotik. Sementara itu, bakteri lebih sering menyebabkan infeksi yang lebih serius, seperti pneumonia (radang paru-paru hingga sesak nafas) atau sinusitis parah (radang sinus berat yang gejalanya kuat, lama, dan berisiko komplikasi), yang seringkali diikuti oleh demam yang lebih tinggi dan berkepanjangan. Dokter harus membedakan penyebab ini sebelum memberikan obat.

Sistem Imun (Benteng Pertahanan Tubuh)

Sistem imun adalah anugerah terbesar dari Robb yang berfungsi sebagai benteng pertahanan alami tubuh. Sistem ini terdiri dari sel-sel khusus (limfosit, makrofag), organ (limpa, kelenjar getah bening), dan protein (antibodi).

Ketika virus Pilek masuk, Sistem Imun segera bekerja:

1.  Imun Non-Spesifik (garis depan): Sel-sel makrofag segera menelan virus.

2.  Imun Spesifik (pengenal): Sel limfosit (sel T dan sel B) mulai memproduksi antibodi (tentara) khusus yang akan menetralisir virus dan mengingatnya untuk serangan di masa depan.

Demam adalah bagian dari respon imun ini. Dengan menaikkan suhu tubuh, sistem imun berusaha menciptakan lingkungan yang tidak nyaman bagi patogen, dan pada saat yang sama, meningkatkan aktivitas sel-sel imun. Kekuatan Sistem Imun sangat bergantung pada keseimbangan antara kebutuhan spiritual dan fisik kita. Keimanan yang kuat, hati yang tenang, dan gaya hidup sehat adalah nutrisi utama bagi benteng pertahanan ini.


 

Bab 3: Sikap dan Tindakan yang Benar Saat Sakit

Ketika penyakit —meskipun ringan seperti pilek, batuk, atau demam— menyerang, hal pertama yang sering hilang adalah ketenangan. Jantung mulai berdebar, kekhawatiran melanda, dan aktivitas terhenti. Padahal, kunci utama kesembuhan terletak pada ketenangan hati yang diikat oleh keimanan dan diiringi oleh tindakan yang bijaksana. Bab ini akan menguraikan sikap dan tindakan yang benar dari dua sisi: Syariat dan medis.

3.1. Ketenangan Hati dan Husnuzh-Zhon (Berprasangka Baik)

Ketenangan hati adalah obat spiritual pertama. Jika hati sudah panik dan berkeluh kesah, maka proses penyembuhan fisik akan terganggu, karena stres (panik) dapat melemahkan sistem imun.

Tawakkal dan Berikhtiar

Seperti yang telah dijelaskan, tawakkal yang benar adalah berserah diri dengan melakukan semua usaha (ikhtiar) yang dianjurkan. Setelah Anda minum obat yang diresepkan atau beristirahat yang cukup (tindakan ikhtiar), serahkanlah hasilnya kepada Robb. Jangan biarkan kecemasan menguasai.

Ibnu Rojab Al-Hanbali (795 H) menjelaskan bahwa tawakkal yang hakiki adalah menggantungkan hati sepenuhnya kepada Robb, meyakini bahwa segala urusan berada di Tangan-Nya, meskipun kita tetap mengambil sebab-sebab.

Rosulullah bersabda, menceritakan firman Robb dalam Hadits Qudsi:

«أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي»

“Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku.” (HR. Al-Bukhori no. 7405 dan Muslim no. 2675)

Hadits ini mendorong kita untuk senantiasa berhusnuzh-zhon (berprasangka baik) bahwa sakit ini pasti akan membawa kebaikan dan kesembuhan, karena Robb Maha Pengasih dan tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.

Tidak Mengeluh Berlebihan

Mengeluh kepada Robb dalam do’a adalah boleh, bahkan dianjurkan, seperti yang dilakukan oleh Nabi Ayyub. Namun, mengeluh kepada manusia (menggerutu, meratap, atau menunjukkan ketidakpuasan terhadap takdir) adalah sikap yang mengurangi kesempurnaan sabar. Tahanlah lisan dari kata-kata yang menunjukkan keputusasaan.

Rosulullah bersabda:

«إِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ صَبَرَ فَلَهُ الصَّبْرُ، وَمَنْ جَزِعَ فَلَهُ الْجَزَعُ»

“Jika Alloh mencintai suatu kaum, maka akan menguji mereka. Barangsiapa yang sabar, maka ia mendapatkan kesabaran (pahala besar), dan barangsiapa yang  mengeluh (tidak sabar), maka ia mendapatkan kerugian.” (HSR. Ahmad no. 23623)

Sikap yang terbaik saat demam atau batuk mengganggu adalah tetap tenang, memperbanyak dzikir, dan fokus pada janji pahala yang akan diberikan oleh Robb.

3.2. Tiga Pilar Penanganan Awal

Jika sikap spiritual sudah mantap, tindakan fisik harus mengikuti. Tiga pilar ini adalah langkah awal yang sangat efektif untuk mengatasi gejala pilek, batuk, dan demam, yang sebagian besar disebabkan oleh virus.

Pilar 1: Istirahat Cukup (Rest)

Istirahat total (tidur berkualitas) adalah ikhtiar terbaik yang dapat Anda berikan kepada tubuh. Saat kita tidur, tubuh mengalokasikan energi yang biasanya digunakan untuk bergerak dan berpikir, untuk diubah menjadi energi perbaikan dan produksi sel-sel imun. Kekurangan tidur membuat sistem imun melemah.

Pentingnya istirahat ini juga diajarkan secara tidak langsung oleh Rosulullah melalui larangan memaksakan diri dalam ibadah:

«إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ»

“Robb-mu memilihi hak atasmu, dirimu memiliki hak atasmu, keluargamu memiliki hak atasmu. Maka berikan masing-masing haknya.” (HR. Al-Bukhori no. 1968)

Hak jasad saat sakit adalah istirahat. Jadi, tidak perlu memaksakan diri bekerja atau beribadah sunnah secara berlebihan jika hal itu justru menghambat pemulihan.

Pilar 2: Hidrasi dan Nutrisi Optimal

Demam dan pilek dapat menyebabkan tubuh kehilangan cairan lebih cepat. Dehidrasi (kekurangan cairan) dapat memperburuk sakit kepala dan kelelahan. Oleh karena itu, menjaga hidrasi (minum air putih, air hangat, kuah kaldu, atau teh herbal) sangat krusial.

Nutrisi harus bersifat supportive. Pilih makanan yang mudah dicerna tetapi kaya gizi, seperti sup hangat, buah-buahan yang mengandung vitamin C, dan madu. Makanan yang mengandung antioksidan tinggi membantu sel-sel imun bekerja lebih optimal.

Pilar 3: Pengawasan Suhu Tubuh dan Gejala

Pilek, batuk, dan demam pada umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya (self-limiting). Namun, penting untuk melakukan pengawasan gejala.

Jika demam mencapai 39 derajat C atau lebih, atau jika demam berlangsung lebih dari 3 hari, perlu dikonsumsi obat penurun panas dan segera konsultasi medis.

Jika batuk disertai sesak napas, nyeri dada, atau dahak berwarna gelap, ini bisa menjadi tanda infeksi bakteri sekunder atau masalah yang lebih serius (pneumonia). Jangan tunda untuk mencari bantuan profesional, jika memungkinkan.

3.3. Lemah dan Sakit dalam Pandangan Fiqih

Kasih sayang Robb terwujud dalam konsep rukhshoh (keringanan) dalam Syariat. Islam adalah agama yang mudah, tidak memberatkan, apalagi saat hamba-Nya sedang lemah karena sakit.

Kewajiban Sholat lima waktu tidak gugur, tetapi cara pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan fisik. Jika pilek, batuk, atau demam membuat Anda tidak bisa berdiri tegak, Anda diperbolehkan Sholat sambil duduk. Jika duduk pun sulit, boleh sambil berbaring.

Rosulullah bersabda kepada Imron bin Hushoin Rodhiyallahu ‘Anhu yang sakit:

«صَلِّ قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ»

“Sholatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak mampu juga maka dengan berbaring menyamping.” (HR. Al-Bukhori no. 1117)

Ini adalah bukti bahwa Robb hanya menginginkan kemudahan bagi hamba-Nya. Anda tidak perlu memaksakan diri hingga pingsan, cukup laksanakan sesuai kadar kemampuan Anda, dan pahala Anda tetap sempurna.

Jika demam atau pilek Anda cukup parah dan memerlukan minum obat atau asupan cairan yang konsisten, Anda diperbolehkan untuk tidak berpuasa pada Romadhon dan menggantinya di hari lain (qodho’).

Robb berfirman:

﴿فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ﴾

“Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqoroh: 184)

Mengambil rukhshoh saat sakit adalah bentuk ketaatan, bukan kelemahan iman. Justru, memaksakan diri berpuasa hingga membahayakan diri sendiri saat sakit berat termasuk perbuatan yang dilarang dalam Islam.


 

Bab 4: Pengobatan Ruqyah Syar’iyyah dan Terapi Ilmiah

Ketika pilek, batuk, atau demam menyerang, kita tidak hanya mengobati gejalanya, tetapi juga mencari kesembuhan dari Robb. Pengobatan terbaik adalah yang menggabungkan kekuatan Syariat dan ketepatan ilmu medis. Inilah yang kita sebut sebagai ikhtiar yang paripurna.

4.1. Ruqyah Syar’iyyah

Ruqyah adalah metode pengobatan dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an dan do’a-do’a yang shohih dari Rosulullah . Ini adalah senjata spiritual utama bagi seorang Muslim saat sakit.

Definisi dan Syarat Ruqyah yang Shohih

Ruqyah Syar’iyyah hanya boleh menggunakan tiga syarat utama agar terhindar dari Syirik (menyekutukan Robb):

1.  Menggunakan Kalamullah (Al-Qur’an) atau Asmaul Husna (Nama-nama Alloh), atau do’a yang shohih dari Rosulullah .

2.  Menggunakan bahasa Arob atau bahasa yang dipahami maknanya.

3.  Meyakini bahwa ruqyah hanyalah sebab, sedangkan kesembuhan mutlak dari Alloh Asy-Syaafii.

Kesembuhan fisik dari demam, batuk, dan pilek seringkali dibersamai oleh kesembuhan batin, dan ruqyah adalah jembatannya.

Bacaan-bacaan Utama (Al-Qur’an dan Hadits) untuk Kesembuhan

Ada beberapa do’a dan ayat yang secara spesifik dianjurkan untuk dibaca saat sakit, baik oleh diri sendiri maupun oleh orang yang merawat.

Salah satu do’a yang diajarkan oleh Jibril kepada Rosulullah ketika beliau sakit:

«بِاسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ، اللهُ يَشْفِيكَ بِاسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ»

“Dengan Nama Alloh, aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari kejahatan setiap jiwa atau mata orang yang dengki, Alloh akan menyembuhkanmu. Dengan Nama Alloh, aku meruqyahmu.” (HR. Muslim no. 2186)

Selain do’a ini, membaca Al-Fatihah (sebagai ruqyah paling utama), Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas (ditiupkan ke telapak tangan lalu diusapkan ke tubuh) sangat dianjurkan.

Lebih lengkapnya, bisa download Bacaan Ruqyah dari Al-Qur’an dan Sunnah karya Nor Kandir.

4.2. Obat-obatan Nabawi

Thibbun Nabawi (Pengobatan Nabi) adalah kumpulan metode pengobatan yang diajarkan atau disetujui oleh Rosulullah .

Habbatussauda (nigella sativa) adalah salah satu obat Nabawi yang paling terkenal. Secara medis, Habbatussauda (jintan hitam) dikenal memiliki sifat anti-inflamasi (melawan peradangan seperti bengkak dan nyeri), antioksidan (pelindung sel dari kerusakan), dan dapat mendukung sistem imun.

Rosulullah bersabda:

«فِي الحَبَّةِ السَّوْدَاءِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ، إِلَّا السَّامَ»

“Di dalam Habbatussauda terdapat kesembuhan dari segala penyakit, kecuali saam (kematian).” (HR. Al-Bukhori no. 5688 dan Muslim no. 2215)

Mengonsumsi Habbatussauda (misalnya dalam bentuk minyak atau biji) adalah ikhtiar yang menggabungkan keyakinan spiritual dan manfaat fisik. Demikian pula dengan madu, yang secara ilmiah terbukti memiliki sifat antibakteri dan meredakan batuk (terutama batuk kering).

Alloh berfirman tentang madu:

﴿فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ

“Di dalamnya ada kesembuhan untuk manusia.” (QS. An-Nahl: 69)

Selain Habbatussauda dan madu, Rosulullah menganjurkan penggunaan bekam (hijamah) dan qusthul hindi (kayu India) untuk beberapa penyakit. Meskipun pilek, batuk, dan demam dapat disembuhkan dengan istirahat dan hidrasi, obat-obatan Nabawi ini berfungsi sebagai penguat dan pendukung umum kesehatan.

Air Zam-Zam adalah air yang penuh berkah. Air ini dapat digunakan untuk diminum dan sebagai media ruqyah. Keyakinan Shohabat dan Salaf terhadap khasiatnya sangatlah tinggi.

Rosulullah bersabda tentang Air Zam-Zam:

«إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ، إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ [وَشِفَاءُ سُقْمٍ]»

“Sesungguhnya air itu (Zam-Zam) penuh berkah, sesungguhnya ia adalah makanan yang mengenyangkan dan obat bagi penyakit.” (HR. Muslim no. 2473; dalam kurung Al-Bazzar no. 3929)

4.3. Penanganan Berbasis Gejala

Setelah benteng spiritual diperkuat, saatnya menggunakan sarana duniawi yang telah dikembangkan oleh ilmu medis.

Kapan perlu minum obat penurun demam (paracetamol, ibuprofen)?

Ingatlah, demam adalah teman, bukan musuh. Tidak semua demam harus segera diturunkan. Tujuan utama pemberian obat penurun panas (antipiretik) seperti paracetamol atau ibuprofen adalah untuk meredakan ketidaknyamanan, bukan untuk menyembuhkan infeksi.

Obat sebaiknya diminum jika:

1.  Suhu tubuh terlalu tinggi (misalnya 38.5 derajat C), yang menyebabkan pusing dan lemas.

2.  Demam disertai nyeri kepala atau nyeri otot yang mengganggu istirahat.

3.  Pada anak, untuk mencegah risiko kejang demam.

Jika Demam masih ringan dan Anda mampu mentoleransinya, berikan kesempatan pada sistem imun Anda untuk bekerja penuh.

Perawatan mandiri di rumah atau kunjungan ke dokter?

Mayoritas kasus pilek, batuk, dan demam ringan yang disebabkan oleh virus (misalnya common cold) dapat diatasi dengan perawatan mandiri di rumah (istirahat, cairan, Thibbun Nabawi).

Kapan dianjurkan ke dokter?

1.  Demam tinggi (di atas 39 derajat C) yang tidak turun setelah 3 hari.

2.  Batuk yang disertai sesak napas, nyeri dada, atau batuk berdarah.

3.  Gejala yang memburuk secara signifikan, atau munculnya gejala baru (misalnya kaku leher, kesadaran menurun).

Bolehkah menggunakan antibiotik sembarangan?

Ini adalah poin krusial. Seperti yang dibahas di Bab II, pilek dan sebagian besar batuk adalah infeksi virus. Antibiotik hanya efektif melawan bakteri. Menggunakan antibiotik saat terkena pilek virus:

1.  Tidak akan menyembuhkan.

2.  Justru membunuh bakteri baik dalam tubuh.

3.  Menciptakan resistensi antibiotik (bakteri menjadi kebal), yang merupakan ancaman tubuh.

Rosulullah bersabda:

«مَنْ تَطَبَّبَ، وَلَا يُعْلَمُ مِنْهُ طِبٌّ، فَهُوَ ضَامِنٌ»

“Siapa yang mengobati padahal ia tidak mengetahui ilmu kedokteran, maka ia bertanggung jawab (atas kerusakan yang ditimbulkannya).” (HHR. Abu Dawud no. 4586)

Meskipun Hadits ini berbicara tentang tanggung jawab dokter, pelajarannya adalah: lakukan pengobatan dengan ilmu. Dalam konteks modern,ini berarti menggunakan obat (antibiotik) hanya jika ada indikasi medis yang jelas.

4.4. Menjaga Kebersihan Tubuh dan Lingkungan

Pengobatan juga mencakup upaya pencegahan agar penyakit tidak menular kepada orang lain atau kembali menyerang.

Rosulullah adalah teladan dalam etika kebersihan. Ketika beliau bersin, beliau menutup wajahnya dengan tangan atau kain.

Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu berkata:

«أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ إِذَا عَطَسَ غَطَّى وَجْهَهُ بِيَدِهِ أَوْ بِثَوْبِهِ وَغَضَّ بِهَا صَوْتَهُ»

“Rosulullah jika bersin, beliau menutupi wajahnya dengan tangan atau pakaiannya, dan mengecilkan suaranya.” (HSR. At-Tirmidzi no. 2745)

Tindakan ini, ribuan tahun sebelum ditemukannya teori penyebaran droplet (tetesan air), telah mengajarkan kita cara paling efektif untuk mencegah penularan pilek dan batuk.

Kebersihan tangan adalah garis pertahanan terdepan untuk mencegah penyebaran virus dan bakteri. Mencuci tangan dengan sabun setelah batuk, bersin, dan sebelum makan adalah praktik medis yang selaras dengan penekanan Islam pada thoharoh (kesucian).

 


 

Bab 5: Hidup Sehat Lahir dan Batin

Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Dalam Islam, pencegahan tidak hanya melibatkan upaya fisik untuk menjaga kebugaran tubuh, tetapi yang lebih utama adalah upaya spiritual untuk menjaga kebersihan hati dan keimanan. Inilah esensi dari hidup sehat lahir dan batin.

5.1. Menjaga Iman dan Amalan

Benteng spiritual yang kuat adalah pencegah terbaik dari segala bentuk musibah, termasuk sakit. Ketika hati tenang dan terikat kuat dengan Robb, jasad pun akan mendapatkan kekuatan dan ketahanan.

Menjaga Waktu Sholat dan Dzikir Pagi-Petang

Sholat dan dzikir adalah imunisasi spiritual harian. Dzikir pagi dan petang, khususnya, mengandung do’a-do’a yang spesifik untuk memohon perlindungan dari segala mara bahaya, penyakit, dan keburukan.

Salah satu do’a perlindungan yang shohih dari Rosulullah adalah:

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ»

“Ya Robb, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit sopak (kulit), gila, kusta, dan dari penyakit-penyakit yang buruk (berat).” (HSR. Abu Dawud no. 1554)

Memanjatkan do’a ini setiap hari adalah wujud ikhtiar batin, memohon agar kita dilindungi dari penyakit-penyakit serius yang jauh lebih parah daripada pilek, batuk, dan demam.

Bacalah Hisnul Muslim: Doa dan Dzikir Harian karya Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qohthoni.

Memperkuat Pertahanan Diri dengan Do’a dan Sedekah

Sedekah memiliki peran yang luar biasa dalam menolak bala’ (musibah) dan mempercepat kesembuhan. Sedekah tidak hanya membersihkan harta, tetapi juga membersihkan jiwa dan raga.

Rosulullah bersabda:

«دَاوُوا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ، وَحَصِّنُوا أَمْوَالَكُمْ بِالزَّكَاةِ، وَأَعِدُّوا لِلْبَلَاءِ الدُّعَاءَ»

“Obatilah orang-orang sakit di antara kalian dengan sedekah. Sucikan harta kalian dengan Zakat. Hadapi musibah dengan doa.” (HR. Al-Baihaqi no. 6593 dalam Al-Kabir)

Tindakan sedekah saat sehat adalah investasi pahala dan perlindungan, sementara sedekah saat sakit adalah ikhtiar tambahan untuk memohon kesembuhan.

Menghindari Tempat Maksiat dan Lingkungan Buruk

Secara spiritual, lingkungan yang penuh maksiat dapat menarik siksaan dan musibah. Secara fisik, lingkungan yang buruk (polusi, kotor) dapat menjadi sarang patogen, melemahkan kesehatan. Seorang Muslim wajib menjaga dirinya dari keduanya.

5.2. Menjaga Kesehatan

Pencegahan medis adalah upaya menjaga amanah jasad yang telah diberikan Robb. Istilah hifzhush-shihhah berarti menjaga kesehatan sebelum sakit.

Pentingnya Olahraga Teratur dan Pola Makan Sehat

Sistem imun yang kuat tidak bisa didapatkan secara instan; ia dibangun melalui gaya hidup yang konsisten.

Olahraga Teratur:

Aktivitas fisik yang moderat (tidak berlebihan) dapat meningkatkan sirkulasi sel-sel imun dan mengurangi stres.

Pola Makan Sehat:

Tubuh membutuhkan vitamin, mineral, dan nutrisi seimbang untuk memproduksi sel-sel pertahanan. Mengonsumsi makanan alami dan menghindari makanan junk food (cepat saji) adalah kunci.

Rosulullah bersabda:

«الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ»

“Mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Robb daripada Mu’min yang dho’if (lemah), dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR. Muslim no. 2664)

Kekuatan dalam Hadits ini mencakup kekuatan iman, akal, dan fisik. Menjaga fisik agar tidak dho’if (lemah) dari serangan pilek dan demam adalah bagian dari ketaatan.

Vaksinasi dalam Tinjauan Medis dan Fiqih

Vaksinasi adalah salah satu bentuk ikhtiar modern yang paling efektif untuk mencegah penyakit infeksi serius.

Tinjauan Medis

Vaksin bekerja dengan “melatih” sistem imun kita untuk mengenali dan melawan patogen spesifik (virus atau bakteri) tanpa menyebabkan penyakit yang parah. Ini adalah manifestasi dari pemahaman ilmu (kedokteran) untuk menolak musibah.

Tinjauan Fiqih

Mayoritas ulama kontemporer sepakat bahwa vaksinasi adalah bentuk ikhtiar yang diperbolehkan dalam Syariat, karena ia selaras dengan perintah untuk mencari pengobatan dan menjaga kesehatan.

Jika jenis vaksinnya diperselisihkan ahli fiqih dan pakar kesehatan, maka meninggalkannya adalah tindakan bijak.

Manajemen Stres dan Tidur Berkualitas

Stres kronis memicu pelepasan kortisol yang bersifat imunosupresif (menekan imun). Sistem imun melemah, membuat kita mudah terserang pilek dan batuk.

Tidur

Waktu tidur adalah saat tubuh melakukan perbaikan dan mengoptimalkan fungsi imun. Kurang tidur secara drastis menurunkan kemampuan tubuh melawan infeksi.

5.3. Ketenangan dalam Menghadapi Takdir

Inilah kesimpulan spiritual yang harus menusuk hati setiap pembaca: Ketenangan adalah esensi. Jangan biarkan ketakutan (seperti ‘ain atau sihir) mengalahkan keyakinan Anda terhadap tawakkal yang murni.

Menghilangkan Kekhawatiran dan Ketakutan

Pilek, batuk, dan demam bukanlah akhir dari dunia. Jangan panik. Kekhawatiran hanya akan memperburuk gejala fisik Anda. Yakinlah bahwa segala sesuatu yang menimpa adalah yang terbaik.

Robb berfirman:

﴿قُل لَّن يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ﴾

“Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Robb bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Robb-lah orang-orang Mu’min harus bertawakkal.’” (QS. At-Taubah: 51)

Ayat ini adalah penenang jiwa yang paling ampuh. Apa pun yang terjadi, ia telah tertulis. Tugas kita hanya berikhtiar dan bertawakkal.

Sakit sebagai Jalan Mendekatkan Diri kepada Robb

Manfaatkan waktu sakit—saat terbaring batuk atau demam—sebagai momen emas untuk berdua dengan Robb. Rasa sakit sering kali melembutkan hati yang keras dan menjauhkannya dari hiruk pikuk dunia.

Nasihat untuk Sahabat dan Keluarga yang Merawat

Bagi Anda yang merawat orang yang Anda cintai (anak, pasangan, atau orang tua) yang sedang pilek, batuk, atau demam, sikap yang paling penting adalah tenang dan penuh kasih sayang.

Rosulullah bersabda:

«مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعُودُ مُسْلِمًا غُدْوَةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ، وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي الجَنَّةِ»

“Tidaklah seorang Muslim menjenguk Muslim lainnya di pagi hari, melainkan 70.000 Malaikat bersholawat (memohon ampunan) untuknya hingga sore hari. Dan jika ia menjenguknya di sore hari, 70.000 malaikat bersholawat untuknya hingga pagi hari. Ia juga mendapatkan buah di Surga.” (HSR. At-Tirmidzi no. 969)

Ini adalah dorongan agar kita merawat dengan penuh ketulusan, yang akan mendatangkan ketenangan bagi yang sakit dan pahala tak terhingga bagi yang merawat.

 


 

PENUTUP

Buku ini telah memandu kita melalui perjalanan holistik (melihat keseluruhan, bukan potongan, tidak hanya fisik tetapi ruhani juga) dalam menyikapi tiga gejala umum: pilek, batuk, dan demam. Intisari dari seluruh pembahasan adalah:

1.  Sakit adalah takdir Ilahi dan kaffarotuz dzunub (penghapus dosa) yang mendatangkan pahala sabar tanpa batas.

2.  Sakit dapat disebabkan oleh maksiat (sebab maknawi) yang melemahkan jiwa, dan disebabkan oleh virus atau bakteri (sebab medis) yang menyerang sistem imun.

3.  Sikap yang benar adalah berhusnuzh-zhon kepada Robb dan melakukan ikhtiar terbaik, yaitu do’a, istirahat, hidrasi (cairan yang cukup), nutrisi.

4.  Pengobatan yang komprehensif (lengkap) adalah sinergi antara ruqyah syar’iyyah dan terapi ilmiah yang tepat, menghindari penggunaan antibiotik untuk infeksi virus.

5.  Pencegahan terbaik adalah menjaga iman dan amal (dzikir dan sedekah) sekaligus menjaga fisik (olahraga dan tidur).

Sakit datang bukan untuk melumpuhkan, melainkan untuk membangunkan. Ia adalah jeda paksa dari kesibukan dunia, agar kita memiliki waktu untuk tafakkur (merenung) tentang tujuan hidup yang sesungguhnya. Ketika demam membakar, ingatlah betapa panasnya api Neraka. Ketika batuk mengganggu tidur, ingatlah betapa berharganya waktu luang yang telah disia-siakan.

Semoga buku ini menjadi pelita di saat kegelapan sakit melanda. Jadilah Mu’min yang tenang, yang yakin bahwa di balik setiap ujian pilek, batuk, dan demam, ada kebaikan besar yang menanti. Semoga Robb senantiasa melimpahkan kesehatan, taufiq, dan hidayah kepada kita semua.

Allohu a’lam.



[1] Berikut ini suhu tubuh rata-rata berdasarkan usia: 

·         Usia 0-10 tahun: suhu normal berkisar antara 35,5o – 37,5o Celsius. 

·         Usia 11 tahun – 65 tahun: suhu normal berkisar antara 36,4o – 37,6o Celsius. 

·         Usia lebih dari 65 tahun: suhu normal berkisar antara 35,8o – 36,9o Celsius.

[2] Yaitu peradangan yang terjadi di saluran pernapasan, baik saluran pernapasan atas maupun bawah. Infeksi ini dapat menimbulkan gejala batuk, pilek, dan demam. ISPA sangat mudah menular dan dapat dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak dan lansia. Sesuai dengan namanya, ISPA menimbulkan peradangan di saluran pernapasan, mulai dari hidung hingga paru-paru. Kondisi ini bisa disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri, yang sangat mudah menular, misalnya lewat percikan air liur dari batuk penderita.

 

[3] Yakni “lapisan pelindung bagian dalam” organ-organ tubuh yang terbuka terhadap udara, makanan, atau zat dari luar.


Unduh PDF dan Word

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url