[PDF] Demam dalam Hadits-Hadits yang Shohih

Unduh PDF


بسم الله الرحمن الرحيم

Demam adalah kondisi ketika suhu tubuh seseorang mencapai lebih dari 38 derajat Celcius. Melalui demam, Allah Ta’ala menghapus dosa-dosa hamba-Nya, mencatat kebaikan untuknya, dan mengangkat derajatnya.

Menurut ahli kesehatan, demam bukanlah penyakit tetapi respon tubuh dalam melawan penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Tubuh membuat sel baik dan perlindungan dengan demam.

 

Sebab Demam

Pada dasarnya, semua manusia adalah pendosa yang berbuat dosa di malam dan siang hari. Karena itulah Nabi menyebut mereka sebagai khottho’ (orang yang banyak berbuat salah).

Dari Anas Rodhiyallahu ‘Anhu, Nabi bersabda:

«كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ»

“Setiap anak Adam adalah pendosa, dan sebaik-baik pendosa adalah mereka yang bertaubat.” (HHR. At-Tirmidzi no. 2499)

Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, Rosululloh bersabda:

«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ»

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika kalian tidak berdosa, sungguh Allah akan membinasakan kalian, dan Dia akan mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa, lalu mereka memohon ampun kepada Allah, dan Allah pun mengampuni mereka.” (HR. Muslim no. 2749)

 

Hakikat Panasnya Demam

Jahannam merupakan asal dari panasnya demam, sebagaimana dalam hadits Ibnu ‘Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma, dari Nabi , beliau bersabda:

«إِنَّمَا الحُمَّى أَوْ شِدَّةُ الحُمَّى مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ، فَأَبْرِدُوهَا بِالْمَاءِ»

“Sesungguhnya demam atau demam yang parah itu berasal dari uap panas Neraka Jahannam, maka dinginkanlah ia dengan air.” (HR. Al-Bukhori no. 5723 dan Muslim no. 2209)

 

Demam Menggugurkan Dosa-Dosa

Penyakit dan demam bisa terjadi akibat dari dosa-dosa yang kita perbuat, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

﴿وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ﴾

“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri (dosa-dosamu), dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syuro: 30)

Dari Al-Baro’ bin ‘Azib Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, Rosululloh bersabda:

«مَا اخْتَلَجَ عِرْقٌ وَلَا عَيْنٌ إِلَّا بِذَنْبٍ، وَمَا يَدْفَعُ اللَّهُ عَنْهُ أَكْثَرُ»

“Tidaklah sebuah urat atau mata berkedut (karena sakit) melainkan karena suatu dosa, dan apa yang Allah maafkan (dari dosa-dosa) lebih banyak lagi.” (HSR. Ath-Thobroni dalam Ash-Shoghir no. 1053)

Dari Anas Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, Rosululloh bersabda:

«إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ العُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ»

“Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia akan menyegerakan hukuman untuknya di dunia. Dan jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia akan menahan (hukuman) atas dosanya hingga Dia membalasnya pada Hari Kiamat.” (HSR. At-Tirmidzi no. 2396)

Karena itulah, Allah menghapus dosa-dosa para hamba-Nya melalui demam.

Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , beliau bersabda:

«مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ»

“Tidaklah seorang Muslim ditimpa suatu keletihan, penyakit (woshob), kekhawatiran, kesedihan, gangguan, dan kesusahan, bahkan duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR. Al-Bukhori no. 5641 dan Muslim no. 2573)

Dari Jabir bin ‘Abdillah Rodhiyallahu ‘Anhuma, sesungguhnya Rosululloh mengunjungi Ummu As-Sa’ib (atau Ummu Al-Musayyib) lalu bertanya: “Ada apa denganmu wahai Ummu As-Sa’ib, mengapa engkau menggigil kedinginan?” Dia menjawab: “Demam! Semoga Allah tidak memberkahinya.” Maka Rosululloh bersabda:

«لَا تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ، كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ»

“Janganlah engkau mencela demam, karena sesungguhnya demam itu dapat menghilangkan dosa-dosa anak Adam sebagaimana alat peniup api (kier) menghilangkan karat pada besi.” (HR. Muslim no. 2575)

Dari Ummu Al-Ala’ Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata: Rosululloh menjengukku ketika aku sedang sakit, lalu beliau bersabda:

«أَبْشِرِي يَا أُمَّ الْعَلَاءِ، فَإِنَّ مَرَضَ الْمُسْلِمِ يُذْهِبُ اللَّهُ بِهِ خَطَايَاهُ، كَمَا تُذْهِبُ النَّارُ خَبَثَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ»

“Bergembiralah wahai Ummu Al-’Ala’, karena sesungguhnya sakitnya seorang Muslim itu dapat membuat Allah menghilangkan dosa-dosanya, sebagaimana api menghilangkan kotoran pada emas dan perak.” (HSR. Abu Dawud no. 3092)

 

Demam adalah Karunia

Dari Jabir Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Demam meminta izin kepada Nabi . Beliau bertanya: “Siapa ini?” Ia menjawab: “Ummu Mildam (julukan untuk demam).” Maka Nabi memerintahkannya untuk pergi kepada penduduk Quba’. Mereka pun merasakan demam yang dahsyat. Lalu, mereka mendatangi Nabi dan mengeluhkan hal itu. Nabi bertanya:

«مَا شِئْتُمْ؟ إِنْ شِئْتُمْ أَنْ أَدْعُوَ اللَّهَ لَكُمْ فَيَكْشِفَهَا عَنْكُمْ، وَإِنْ شِئْتُمْ أَنْ تَكُونَ لَكُمْ طَهُورًا»

“Apa yang kalian inginkan? Jika kalian mau, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkannya dari kalian, atau jika kalian mau, demam ini akan menjadi pembersih (dosa) bagi kalian.” Mereka berkata: “Wahai Rosululloh, apakah itu benar-benar akan menjadi pembersih dosa?” Beliau menjawab: “Ya.” Mereka pun berkata: “Kalau begitu, biarkan saja.” (HSR. Ahmad no. 14393)

Dalam riwayat lain, setelah Nabi mendoakan kesembuhan bagi kaum Anshor yang terkena demam, seorang wanita dari Anshor mengikuti beliau dan berkata: “Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku juga bagian dari Anshor. Berdoalah kepada Allah untukku sebagaimana engkau berdoa untuk kaum Anshor.” Beliau bersabda:

«مَا شِئْتِ، إِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ، وَإِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ»

“Terserah engkau. Jika engkau mau, aku akan berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu. Atau jika engkau mau, engkau bisa bersabar dan bagimu adalah Surga.” Wanita itu menjawab: “Kalau begitu aku akan bersabar, dan aku tidak akan menukar Surga dengan bahaya (kesembuhan sesaat).” (HSR. Al-Bukhori dalam Al-Adab Al-Mufrod no. 502)

 

Nabi dan Demam

Orang yang paling berat cobaannya adalah para Nabi.

Sa’ad Rodhiyallahu ‘Anhu bertanya, “Wahai Rosululloh, siapakah manusia yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab:

«الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ البَلَاءُ بِالعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ»

“Para Nabi, kemudian orang-orang yang semisalnya, lalu yang semisalnya lagi. Seseorang diuji sesuai dengan kadar agamanya. Jika agamanya kokoh, maka cobaannya pun akan berat. Jika agamanya lemah, ia diuji sesuai dengan kadar agamanya. Cobaan akan terus menimpa seorang hamba hingga ia dibiarkan berjalan di muka bumi tanpa menanggung satu dosa pun.” (HSR. At-Tirmidzi no. 2398)

Oleh karena itu, Nabi pernah mengalami demam yang sangat parah.

‘Abdullah Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: “Aku menemui Rosululloh ketika beliau sedang demam. Aku berkata: ‘Wahai Rosululloh, demam Anda sungguh sangat parah!’ Beliau menjawab:

«أَجَلْ، إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلاَنِ مِنْكُمْ» قُلْتُ: ذَلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ؟ قَالَ: «أَجَلْ، ذَلِكَ كَذَلِكَ، مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى، شَوْكَةٌ فَمَا فَوْقَهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا سَيِّئَاتِهِ، كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا»

‘Benar, sesungguhnya aku merasakan demam seperti yang dirasakan oleh dua orang dari kalian.’ Aku bertanya: ‘Apakah itu karena Anda mendapatkan dua kali lipat pahala?’ Beliau menjawab: ‘Benar, demikianlah. Tidak ada seorang Muslim pun yang tertimpa suatu gangguan, baik berupa duri atau yang lebih dari itu, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.’” (HR. Al-Bukhori no. 5648 dan Muslim no. 2571)

Abu Sa’id Al-Khudri Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: “Aku menemui Nabi saat beliau sedang demam. Aku meletakkan tanganku di atas tubuhnya dan aku merasakan panasnya dari atas selimut. Aku berkata: ‘Wahai Rosululloh, betapa parahnya demammu!’ Beliau bersabda:

«إِنَّا كَذَلِكَ يُضَعَّفُ لَنَا الْبَلَاءُ، وَيُضَعَّفُ لَنَا الْأَجْرُ» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: «الْأَنْبِيَاءُ» ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ الصَّالِحُونَ، إِنْ كَانَ أَحَدُهُمْ لَيُبْتَلَى بِالْفَقْرِ، حَتَّى مَا يَجِدُ أَحَدُهُمْ إِلَّا الْعَبَاءَةَ يَحُوبُهَا، وَإِنْ كَانَ أَحَدُهُمْ لَيَفْرَحُ بِالْبَلَاءِ، كَمَا يَفْرَحُ أَحَدُكُمْ بِالرَّخَاءِ»

‘Memang demikianlah kami (para Nabi), cobaan bagi kami dilipatgandakan, dan pahala bagi kami pun dilipatgandakan.’ Aku bertanya lagi: ‘Wahai Rosululloh, siapakah manusia yang paling berat cobaannya?’ Beliau menjawab: ‘Para Nabi.’ Aku bertanya: ‘Lalu siapa lagi?’ Beliau menjawab: ‘Kemudian orang-orang sholih. Sungguh, ada di antara mereka yang diuji dengan kemiskinan hingga ia tidak memiliki apa-apa selain jubah untuk dipakai. Dan sungguh, ada di antara mereka yang merasa gembira dengan datangnya cobaan, sebagaimana salah seorang dari kalian gembira dengan datangnya kelapangan.’” (HSR. Ibnu Majah no. 4024)

Dari Abu ‘Ubaidah bin Hudzaifah, dari bibinya Fathimah, bahwa ia berkata: Kami datang menjenguk Rosulullah bersama sekelompok wanita. Ternyata ada sebuah kantong air (wadah dari kulit) yang digantung di dekat beliau, dan airnya menetes ke tubuh beliau karena sangat panasnya demam yang beliau rasakan. Kami pun berkata: Wahai Rosulullah, mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah agar disembuhkan? Lalu Rosulullah bersabda:

«إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءَ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ»

“Sesungguhnya orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang setelah mereka, lalu yang setelah mereka, dan yang setelah mereka.” (HSR. Ahmad no. 27079)

‘Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha berkata:

«مَا رَأَيْتُ الوَجَعَ عَلَى أَحَدٍ أَشَدَّ مِنْهُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ»

“Aku tidak pernah melihat rasa sakit pada seseorang yang lebih parah daripada yang dialami oleh Rosululloh .” (HR. At-Tirmidzi no. 2397)

 

Demam dan Penghuni Neraka

Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Seorang Arab badui datang menemui Rosululloh , lalu beliau bertanya kepadanya:

«أَخَذَتْكَ أُمُّ مِلْدَمٍ قَطُّ؟» قَالَ: وَمَا أُمُّ مِلْدَمٍ؟ قَالَ: «حَرٌّ يَكُونُ بَيْنَ الْجِلْدِ وَاللَّحْمِ» ، قَالَ: مَا وَجَدْتُ هَذَا قَطُّ، قَالَ: «فَهَلْ أَخَذَكَ الصُّدَاعُ قَطُّ؟» قَالَ: وَمَا الصُّدَاعُ؟ قَالَ: «عُرُوقٌ تَضْرِبُ عَلَى الْإِنْسَانِ فِي رَأْسِهِ» ، قَالَ: مَا وَجَدْتُ هَذَا قَطُّ، قَالَ: فَلَمَّا وَلَّى، قَالَ: «مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا»

“Apakah engkau pernah terkena Ummu Mildam?” Orang itu bertanya: “Apa itu Ummu Mildam?” Beliau menjawab: “Rasa panas yang ada di antara kulit dan daging.” Orang itu berkata: “Aku tidak pernah merasakannya sama sekali.” Beliau bertanya lagi: “Apakah engkau pernah merasakan sakit kepala?” Orang itu bertanya: “Apa itu sakit kepala?” Beliau menjawab: “Urat-urat yang berdenyut di kepala manusia.” Orang itu berkata: “Aku tidak pernah merasakannya sama sekali.” Ketika orang itu pergi, Nabi bersabda: “Barangsiapa yang ingin melihat seorang laki-laki penghuni Neraka, maka lihatlah orang ini.” (HSR. Ahmad no. 8395)

Penjelasan Hadits:

Hadits ini menimbulkan pertanyaan: apakah setiap orang yang sehat pasti masuk Neraka? Hadits ini perlu dipahami dengan benar, ada beberapa kemungkinan penjelasannya:

1. Orang Arab badui tersebut meninggal dalam keadaan kafir. Masuknya ia ke Neraka adalah karena kekafirannya, dan di antara ciri-cirinya adalah Allah memberinya kenikmatan dan kesehatan di dunia, sehingga tidak ada lagi bagian baik untuknya di Akhirat.

2. Orang Arab badui tersebut adalah seorang Muslim yang banyak berbuat dosa. Salah satu cara Allah menghapus dosa adalah melalui musibah di dunia. Orang ini selalu sehat dan tidak pernah tertimpa musibah, sehingga dosa-dosanya tidak terhapus dan ia berhak masuk Neraka (untuk sementara waktu).

 

Demam Ganti dari Neraka

Panasnya demam yang dirasakan seorang Mukmin di dunia dapat menjadi tebusan atau bagiannya dari panas api Neraka di Akhirat kelak.

Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, Rosululloh bersabda:

«الْحُمَّى مِنْ كِيرِ جَهَنَّمَ، فَمَا أَصَابَ الْمُؤْمِنَ مِنْهَا كَانَ حَظَّهُ مِنَ النَّارِ»

“Demam adalah hembusan Jahannam, dan demam yang mengenainya menjadi bagian seorang Mukmin dari api Neraka.” (HHR. Ahmad no. 22165)

Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: “Tidak ada penyakit yang menimpaku yang lebih aku sukai daripada demam, karena demam masuk ke setiap anggota tubuhku, dan sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memberikan setiap anggota tubuh bagiannya dari pahala.” (HSR. Al-Bukhori dalam Al-Adab Al-Mufrod no. 503)

 

Kisah Ubay bin Ka’ab dan Demam

Ketika Shohabat Ubay bin Ka’ab Rodhiyallahu ‘Anhu melihat bahwa demam dapat menjadi penggugur dosa dan sumber pahala, ia pun berijtihad dengan memohon demam kepada Allah.

Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa ia bertanya: “Wahai Rosululloh, apa balasan bagi demam?” Beliau menjawab:

«تَجْرِي الْحَسَنَاتُ عَلَى صَاحِبِهَا مَا اخْتَلَجَ عَلَيْهِ قَدَمٌ، أَوْ ضَرَبَ عَلَيْهِ عِرْقٌ»

“Kebaikan akan terus mengalir bagi penderitanya selama kakinya masih bergetar atau uratnya masih berdenyut (karena demam).” Lalu Ubay berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُمَّى لَا تَمْنَعُنِي خُرُوجًا فِي سَبِيلِكَ، وَلَا خُرُوجًا إِلَى بَيْتِكَ، وَلَا مَسْجِدِ نَبِيِّكَ

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu demam yang tidak menghalangiku untuk keluar di jalan-Mu (Jihad), tidak pula menghalangiku pergi ke rumah-Mu (Haji atau Umroh), dan tidak pula ke Masjid Nabi-Mu.” Sejak saat itu, Ubay tidak pernah disentuh melainkan terasa panas dari demam. (HSR. Ath-Thobroni dalam Al-Ausath no. 445)

 

Meminta Kesehatan

Meskipun demikian, hukum asalnya adalah seorang Muslim dianjurkan untuk memohon kesehatan (‘afiyah), bukan meminta bencana.

Rosululloh memohon ‘afiyah (kesehatan dan keselamatan yang menyeluruh) pada pagi dan petang hari. Dari Ibnu ‘Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma, ia berkata: Rosululloh tidak pernah meninggalkan doa-doa ini ketika petang dan ketika pagi:

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ [الْعَفْوَ وَ] الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي»

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ampunan dan ‘afiyah di dunia dan Akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ampunan dan ‘afiyah dalam agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku.(HSR. Abu Dawud no. 5074)

Seseorang tidak boleh meminta demam, tetapi jika ia tertimpa demam, maka hendaklah ia bersabar. Dari ‘Abdillah bin Abi Aufa Rodhiyallahu ‘Anhuma, Rosululloh bersabda:

«أَيُّهَا النَّاسُ، لاَ تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ العَدُوِّ، وَسَلُوا اللَّهَ العَافِيَةَ، فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا، وَاعْلَمُوا أَنَّ الجَنَّةَ تَحْتَ ظِلاَلِ السُّيُوفِ»

Wahai manusia, janganlah kalian mengharapkan bertemu musuh, dan mintalah ‘afiyah kepada Allah. Namun, jika kalian bertemu dengan mereka, maka bersabarlah, dan ketahuilah bahwa Surga itu berada di bawah naungan pedang).(HR. Al-Bukhori no. 2966 dan Muslim no. 1742)

Adapun apa yang dilakukan oleh Ubay Rodhiyallahu ‘Anhu adalah hasil ijtihad-nya, dan Nabi tidak melarangnya karena beliau melihat kuatnya keimanan Ubay kepada Allah dan keinginannya untuk tetap sehat saat hendak Jihad dan Sholat berjamaah.

 

Kesimpulan

1.     Di antara sebab umum dari demam adalah dosa untuk menggugurkannya.

2.     Karena ia menggugurkan dosa, maka demam adalah anugrah.

3.     Terkadang demam bukan karena dosa, tetapi ujian untuk menaikkan derajat di Surga, seperti yang terjadi pada para Nabi dan orang sholih.

4.     Demam adalah karunia sehingga sebagian orang sholih memohon kepada Allah meminta demam, seperti Ubai bin Ka’ab.

5.     Yang terbaik, meminta afiyat kepada Allah. Jika ternyata demam, maka dinikmati prosesnya sambil menempuh jalan kesehatan yang dibenarkan syariat atau sabar atasnya.

Allahu a’lam.[NK]

تمت بحمد الله.

 

 


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url