[]

Agar Hafal 30 Juz Seperti Al-Fatihah | PUSTAKA SYABAB

 Agar Hafal 30 Juz Seperti Al-Fatihah DOWNLOAD PDF OR WORD TAHAPAN MENGHAFAL 1. Fokus Juz Amma Manfaat mendahulukan juz ke-30 (juz Amm...

 Agar Hafal 30 Juz Seperti Al-Fatihah



DOWNLOAD PDF OR WORD


TAHAPAN MENGHAFAL

1. Fokus Juz Amma

Manfaat mendahulukan juz ke-30 (juz Amma) adalah:

(1) menguatkan akidah, karena juz Amma berisi tentang hari Kiamat, Surga, dan Neraka,

(2) lebih mudah dihafal dari juz-juz lainnya, karena ayatnya pendek-pendek,

(3) sering digunakan dalam shalat, majlis ilmu, dan wirid harian,

(4) lebih ringan dalam murojaah (mengulang hafalan), karena ayat dan suratnya pendek-pendek, dan hal ini membantu menghilangkan rasa malas dalam memurojaah hafalan.

Bagilah juz Amma menjadi tiga bagian: (1) An-Naba sampai Al-Insyiqoq, (2) Al-Buruj sampai Al-Lail, dan (3) Adh-Dhuha sampai An-Nas.

Hafalkan bagian terakhir terlebih dahulu, karena pendeknya ayat dan surat akan meringankan beban menghafal dan menumbuhkan semangat. Jika Adh-Dhuha sampai An-Nas sudah hafal, ulangi sampai 70x.

Jangan menambah bagian kedua kecuali sudah memurojaah bagian ketiga minimal 70x. Jika sudah selesai 70x maka hafalan Anda begitu kuat dan sudah siap ditinggal menuju hafalan berikutnya. Memang nanti akan menemukan keraguan saat memurojaah pada ayat-ayat tertentu tetapi ini normal dan tidak sulit untuk mengingatnya kembali karena sudah pernah hataman 70x.

Usai itu dilanjutkan dengan bagian kedua (Al-Buruj sampai Al-Lail) dengan metode yang sama dengan sebelumnya. Jika sudah hafal, dilanjutkan dengan murojaah 70x. Usai itu, ia digabung dari Al-Buruj sampai An-Nas, dan dimurojaah 70x lagi. Di tingkat ini, hafalan Anda semakian kuat.

Usai itu dilanjutkan dengan bagian ketiga (An-Naba sampai Al-Insyiqoq) dengan metode yang sama dengan sebelumnya. Jika sudah hafal, dilanjutkan dengan murojaah 70x. Usai itu, ia digabung semua dari An-Naba sampai An-Nas, dan dimurojaah 70x lagi. Di tingkat ini, kekuatan hafalan juz Amma Anda begitu tinggi.

Kenapa harus 70 kali? Jawabannya, karena itu angka yang biasa digunakan oleh ulama zaman dahulu dalam menghafal ilmu. Al-Hafizh Ibnul Jauzi berkata: “Selayaknya seseorang untuk mengulang-ulang hafalannya agar kokoh hafalannya. Sungguh Nabi bersabda: ‘Perbanyaklah murojaah Al-Quran, karena ia begitu cepat hilang dari dada seseorang melebihi cepatnya hilang onta dari talinya.’ Dahulu Abu Ishaq Asy-Syirozi mengulang-ngulang hafalannya hingga seratus kali, sementara Ilkiya mengulang-ngulang hingga tujuh puluh kali.” (Al-Hatstsu Ala Hifzil Ilmi, hal. 43)

Setelah Anda hafal Juz Amma dan telah murojaah 70x, maka Anda bisa melanjutkan langkah kedua. Akan tetapi kami menasihatkan untuk memiliki wirid juz Amma, misalnya ia selalu dibaca sehari sekali atau tiga hari sekali. Hataman juz Amma rata-rata membutuhkan 30-45 menit dengan bacaan santai. Di sini Anda akan merasa senang dan ringan membaca wirid juz Amma, karena kuatnya hafalan Anda. Untuk tujuan inilah, kenapa Anda diminta menguatkan juz Amma sebelum menambah hafalan baru. Alangkah banyaknya orang yang hafal juz Amma tetapi malas menjadikannya wirid harian karena hafalannya yang lemah.

2. Menghafal Surat-Surat Penting

Yaitu surat-surat yang ada anjuranya dari Nabi untuk dirutinkan dibaca pada hari dan waktu tertentu.

Ingat, kita menghafal Al-Qur’an agar kita lebih mudah dalam mewiridkannya tiap hari. Sehingga kita butuh menghafal surat khusus terlebih dahulu agar kita baca setiap malam atau hari atau sepekan sekali. Manfaat kedua, dengan hafal surat-surat khusus ini, murojaah bisa lebih semangat dan rutin dibaca. Di antara sebab lemahnya hafalan para hafizh adalah kurang murojaah. Kurang murojaah ini sebabnya karena malas dan hafalan yang lemah.

Berikut ini beberapa surat yang perlu dihafal:

1) Al-Mulk, karena Nabi biasa membacanya di malam hari.

Diriwayatkan Jabir , ia berkata: “Nabi tidak tidur kecuali sudah membaca Al-Mulk dan As-Sajdah.” (HR. At-Tirmidzi no. 3404 dengan sanad shohih)

Juga berdasarkan ucapan Abdullah bin Mas’ud : “Siapa membaca surat Al-Mulk setiap malam, maka Allah akan menghalanginya dari siksa kubur. Kami di masa Rasulullah menamakan surat tersebut Al-Mani’ah (penghalang dari siksa kubur).  Dia adalah salah satu surat di dalam Kitabullah. Siapa membacanya setiap malam, maka ia telah memperbanyak amal shalih.” (HR. An-Nasai no. 10479 dalam Al-Kubrō)

2) As-Sajdah dan Al-Insan, karena ada anjuran dibaca dalam shalat Subuh di hari Jumat, berdasarkan hadits dari Abu Hurairah : “Nabi pada hari Jum’at dalam shalat Fajar (Shubuh) rutin membaca surat As-Sajdah dan Al-Insan.” (HR. Al-Bukhari, no. 891)

3) Al-Kahfi, karena ada anjuran dibaca tiap hari Jumat, berdasarkan hadits:

«مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ»

“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi di malam Jumat, maka cahaya akan meneranginya antara dirinya hingga Baitul Atiq (Ka’bah).” (HR. Ad-Darimi no. 3450)

«مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ»

“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi di hari Jumat, maka dia akan diterangi cahaya antara dua Jum’at.” (HR. Al-Baihaqi no. 5996)

Imam Syafii berkata: “Telah sampai dalil kepadaku bahwa orang yang membaca surat Al-Kahfi akan terjaga dari fitnah Dajjal. Dan aku menyukai seseorang itu memperbanyak shalawat kepada Nabi di setiap waktu dan di hari Jum’at, sementara malam Jum’at lebih ditekankan lagi anjurannya. Dan aku juga menyukai seseorang itu membaca surat Al-Kahfi pada malam dan hari Jum’at karena terdapat dalil mengenai hal ini.” (Al-Umm, 1/208)

4) Al-Isro dan Az-Zumar, karena Nabi merutinkannya di malam hari sebelum tidur, berdasarkan ucapan Aisyah ڤ: “Nabi sebelum tidur biasa membaca surat Bani Isroil (Al-Isro) dan Az-Zumar.” (HR. At-Tirmizi no. 2920 dengan sanad shohih)

5) Al-Baqoroh dan Ali Imron, karena keduanya akan memberi syafaat kepada penghafalnya para hari Kiamat kelak, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Bacalah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi yang membacanya. Bacalah Az-Zahrowain (dua surat cahaya) yaitu surat Al-Baqoroh dan Ali Imron karena keduanya datang pada hari Kiamat seperti dua awan atau seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung yang membentangkan sayapnya (bersambung satu dengan yang lainnya), keduanya akan menjadi pembela bagi yang gemar membaca dua surat tersebut. Bacalah surat Al-Baqoroh, karena menghafalnya adalah keberkahan dan meninggalkannya adalah kerugiaan, dan para tukang sihir tidak mampu melawannya.” (HR. Muslim no. 804)

Hafalkan tiap surat ini dengan metode sebelumnya dengan dimurojaah 70x setelah hafal. Sabar menambah dan murojaah, pelan dan lambat tidak mengapa sambil membaca terjemahnya, tafsirnya, dan mengamalkannya. Demikian ini adalah metode kaum Salaf terdahulu.

Setelah Anda menghafal semua surat ini, maka sekali lagi kami mengingatkan untuk menjadikannya sebagai wirid (bacaan rutin). Adapun orang yang hanya fokus menambah hafalan dan menjadi hafizh, dikhawatirkan salah niat, yakni niatnya hanya ingin disebut sebagai qori/hafiz, atau mencari keuntungan duniawi. Hal ini sangat berbahaya, karena adanya beberapa hadits yang mengancamnya, seperti hadits shahih tentang tiga kelompok manusia yang untuk mereka pertama kalinya Neraka dinyalakan. Salah satu dari tiga orang tersebut adalah para penghafal Al-Quran yang niatlah salah, ia menghafal agar disebut sebagai qori/hafizh demi mendapat pujian dan keuntungan duniawi. Nabi bercerita: “Allah berfirman kepadanya: ‘Kamu bohong! Kamu menghafal Al-Quran agar disebut sebagai qori dan kamu pun sudah dipuji.’ Lalu Malaikat diperintahkan menelungkup wajahnya ke bawah kaki lalu dilempar ke Neraka.” (HR. Muslim no. 1905)

Juga sabda Nabi :

«مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»

“Siapa yang mempelajari suatu ilmu (agama) yang seharusnya dicari karena mengharap Wajah Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari keuntungan dunia, maka dia tidak akan mencium aroma Surga pada hari Kiamat[1].” (HR. Abu Dawud no. 3664 dengan sanad shohih)

3. Menghafal Surat yang Disukai Atau Sedang Dikaji

Berikutnya adalah menghafal surat yang disukai, dan biasanya seseorang menyukai sebuah surat karena alasan tertentu, misalkan seorang wanita yang belum dikaruniai anak perempuan dan sangat mengharapkan diberi Allah anak perempuna. Lalu ia pun menghafal surat Maryam sebagai wujud kerinduannya kepada anak perempuan dan sekaligus doa meminta putri sholihah seperti Maryam.

Juga ia bisa menghafal surat yang sedang dikaji oleh ustadznya. Misalkan kajian tafsir di masjidnya adalah surat An-Nahl, lalu ia mulai menghafalnya. Metode seperti ini lebih menumbuhkan semangat.

Begitu juga ia menghafal surat khusus karena alasan atau momen khusus, misalnya menghafal surat Al-Ahzab, karena sedang menyimak setoran anaknya surat Al-Ahzab.

4. Menyempurnakan 30 Juz

Tahapan ini bisa dimulai dari belakang, yaitu juz 29 lalu 28 lalu 27 hingga surat An-Nisa. Cara ini lebih mudah dibanding dari depan, karena lebih menumbuhkan semangat dan lebih pendek surat-surat yang dihafalnya.

Metode menghafal ini sama dengan sebelumnya yaitu dimurojaah 70x setiap selesai satu surat. Hafalkan dengan tenang, santai, dan tidak terburu-buru, meski memerlukan 30 tahun. Tidak masalah. Bahkan ia adalah anugrah, mengisi hari-hari bersama Al-Quran hingga ajal menjemput.

Diriwayatkan secara shohih dari Maimun, ia berkata: “Ibnu Umar mempelajari surat Al-Baqoroh dalam waktu empat tahun.” (At-Thobaqoot Al-Kubro, 4/164, Ibnu Sa’ad)

Az-Zarqoni berkata: “Yang demikian itu bukan berarti karena lambannya hafalan mereka –Kita berlindung kepada Allah akan hal ini– akan tetapi mereka para Sahabat juga mempelajari apa saja yang diwajibkan, hukum-hukumnya, dan hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat tersebut. Diriwayatkan bahwasannya Nabi melarang menyegerakan dan mempercepat dalam menghafal Al-Qur’an tanpa memahaminya, dan bisa jadi  Ibnu Umar tatkala menghafal surat Al-Baqoroh beliau juga mencampur dengan mendalami ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya, yang demikian itu karena ada kekhawatiran akan kesalahan dalam memahami Al-Qur’an.” (Syarh Az-Zarqoni lil Muwattho’ Malik, 2/27)

/


 

 

HAFALAN PARA SAHABAT

Tidak semua Sahabat hafal Al-Qur’an, dan orang yang hafal di antara mereka menjadi mulia di mata Nabi dan para Sahabat lainnya. Mereka lebih didahulukan dalam mengajar, imam sholat, komandan perang, menikah, jabatan, sampai didahulukan dikubur.

Ibnu Abbas hafal surat mufashol (Qof sampai An-Nas) ketika Nabi wafat, dan saat itu usianya belum baligh. Lalu ia menyempurnakan hafalannya kepada para Sahabat senior. Lalu menjadi pakar tafsir. Itu artinya Ibnu Abbas menghafalnya tahunan.

Apakah para Sahabat menghafal Qur’an berurutan suratnya? Jawabannya, tidak, karena Al-Quran diturunkan tidak urut, bahkan tidak selalu satu surat penuh dalam satu waktu. Ini artinya menghafal tidak mesti urut seperti di mushaf. Bahkan dengan metode mendahulukan yang mudah dan penting, menjadikan hati lebih menerimanya, sebagaimana firman Allah:

وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَوۡلَا نُزِّلَ عَلَيۡهِ ٱلۡقُرۡءَانُ جُمۡلَةٗ وَٰحِدَةٗۚ كَذَٰلِكَ ‌لِنُثَبِّتَ بِهِۦ فُؤَادَكَۖ وَرَتَّلۡنَٰهُ تَرۡتِيلٗا

“Orang-orang kafir berkata: ‘Kenapa Al-Qur’an tidak diturunkan sekali saja (30 juz)?’ Demikianlah, agar Kami kokohkan hatimu dan Kami membacakannya dengan tartil.”[2] (QS. Al-Furqon: 32)

/


 

 

PAKAI SATU MUSHAF

Sangat dianjurkan memakai satu mushaf saja, tidak gonta-ganti karena hal itu bisa melemahkan hafalan.

Mana yang lebih utama, memakai mushaf lokal terbitan Kemenag atau mushaf standar Utsmani? Jika ia orang awam, baiknya memakai mushaf lokal[3]. Namun, jika ia seorang tholib (pelajar/santri) sangat dianjurkan memakai mushaf Utsmani. Mushaf Utsmani pun ada beberapa edisi khotnya (gaya tulisannya), yang terkadang beda edisi beda posisi ayat dalam sebuah halaman.

/

 

HAFALAN DI MANA SAJA DENGAN SEMUA MEDIA

Seseorang akan cepat hafal Al-Qur’an jika mereka membawa Al-Qur’an seperti membawa gadget (hp). Ia membawanya setiap saat dan dibuka setiap waktu: saat di jalan, ngantri, di ruang tamu, di kamar tidur, di sekolah, di tempat belanja, dan di mana-mana. Manfaatkan waktu luang untuk membaca, menghafal, dan mengulang.

Manfaatkan murottal (rekaman qori), terutama ketika di jalan dan saat tidur.

/


 

 

CARI GURU & PARTNER

Ilmu itu bukan sekedar hafalan dan maklumat, tetapi barokah. Ilmu akan masuk ke dalam hati jika dibacakan oleh guru atau didengarkan oleh guru, bukan sedekar membaca sendiri. Jika ilmu masuk ke hati maka ia akan barokah dan banyak manfaatnya.

Keberadaan guru akan menambah semangat, mengurangi kesalahan hafalan, mempercepat tujuan.

Yang tidak kalah penting adalah partner menghafal, entah pasangan hidup (pasutri), teman, rekan kerja, maupun lainnya, karena hal ini bisa menumbuhkan semangat dan membuat lingkungan yang kondusif dalam menghafal.

/


 

 

KUATKAN DENGAN BAHASA & TAFSIR

Bahasa Arab itu mudah dan ia memudahkan Al-Qur’an untuk dibaca, dihafal, dan dipahami. Ibaratnya, seandainya menghafal itu butuh 3 tahun, maka bahasa Arab akan memangkasnya menjadi 3 bulan.

Anda bisa belajar bahasa Arab dengan kitab apapun asal dengan guru, karena itu lebih cepat. Jika tidak memungkinkan, Anda bisa mendowload buku Bahasa Arab Khusus Untuk Memahami Qur’an dan Hadits di www.terjemahmatan.com

Adapun kajian tafsir, usahakan selalu hadir di majlis terdekat. Jika belum memungkinkan, manfaatkan daring seperti via Zoom maupun Youtube.

/


 

 

MENGHAFAL SEUMUR HIDUP

Mana yang lebih utama? Hafalan kuat sehingga ia merasa tidak butuh mengulang hafalannya atau yang hafalannya lemah sehingga diulang seumur hidup? Yang kedua lebih utama, karena Al-Qur’an itu seperti penasihat kehidupan, yang kita sangat butuh mendengar nasihat setiap hari sampai mati.

Bahkan, termasuk musibah yang menimpa hafiz Qur’an adalah jarang mengulang dan membacanya, dengan alasan hafalannya sudah kuat. Ini musibah. Karena dikhawatirkan dia salah niat, niatnya agar disebut hafiz/qori, dan kita berlindung kepada Allah dari musibah ini.

Hafalkan Qur’an ayat demi ayat, dan tidak masalah selesai 30 juz dalam 30 tahun bahkan lebih dari itu. Yang penting kita selalu dekat dengan Al-Qur’an sampai bertemu Allah.

/


 

 

METODE MUROJAAH SAHABAT

Para Sahabat tidak mengenal maupun juz sebagaimana yang umum terdapat dalam Mushaf sekarang. Itu hasil ijtihad dari seorang gubernur dari daulah Umawiyah bernama Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqofi yang dikenal cinta Al-Qur’an.

Adapun para Sahabat Rodhiyallahu ‘Anhum, mereka membagi Al-Qur’an berdasarkan surat, bukan selainnya. Mereka membaginya menjadi 7 bagian, dan hatam dalam sepekan.

Aus bin Hudzaifah bertanya kepada para Sahabat Rosulullah , bagaimana mereka membagi Al-Qur’an? Lalu mereka menjawab:

ثَلَاثٌ، وَخَمْسٌ، وَسَبْعٌ، وَتِسْعٌ، وَإِحْدَى عَشْرَةَ، وَثَلَاثَ عَشْرَةَ، وَحِزْبُ الْمُفَصَّلِ وَحْدَهُ

“3 surat, 5 surat, 7 surat, 9 surat, 11 surat, 13 surat, lalu mufashol.”[4]

Makna 3 surat adalah Al-Baqoroh sampai An-Nisa, dan Al-Fatihah tidak dihitung karena jumlah ayatnya yang sangat sedikit dibanding 3 surat tersebut.

Makna 5 surat adalah Al-Ma’idah sampai At-Taubah. Dahulu Al-Anfal dan At-Taubah dianggap satu surat, sehingga tidak diberi basmalah pada At-Taubah, karena tema bahasannya sama, tentang peperangan.

Makna 7 surat adalah Yunus sampai An-Nahl.

Makna 9 surat adalah Al-Isro sampai Al-Furqon.

Makna 11 surat adalah Asy-Syuara sampai Yasin.

Makna 13 surat adalah Ash-Shoffat sampai Al-Hujurot.

Makna mufashol adalah Qof sampai An-Nas.

Pembagian ini disingkat menjadi فَمِي بِشَوْقٍ yang secara harfiyah artinya “bibirku rindu (membaca Qur’an)”, di mana tiap huruf melambangkan surat.

ف yakni Al-Fatihah; مـ yakni Al-Ma’idah; ي yakni Yunus; ب yakni Bani Isroil (Isro); ش yakni Asy-Syu’aro; و yakni Ash-Shoffat (والصافات); ق yakni Qof.

Di antara Sahabat yang menggunakan metode ini adalah Utsman bin Affan, Ubay bin Ka’ab, Tamim Ad-Dari, Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Tsabit, dan lain-lain. Adapun dari generasi berikutnya adalah Abul Aliyah, Ibrohim An-Nakhoi, Alqomah bin Qois, Muhammad bin Sirin, Ahmad bin Hanbal, dan lain-lain. Sebagian kaum menyukai mengawali di hari Jum’at dan selesai di hari Kamis.

Jika Anda hendak mencobanya, maka itu kebaikan, meskipun dengan membaca mushaf, sebagai latihan. Jika Anda tidak mampu, maka hataman/murojaah sesuai kemampuan. Sebagian ulama menilai makruh belum hatam dalam sebulan, seperti Syaikh Sholih Fauzan Al-Fauzan.

Hanya ini yang bisa penulis sampaikan. Apa yang benar dari Allah dan apa yang salah dari diri penulis pribadi. Semoga Allah mengampuni kesalahan kita dan menerima kebaikan kita.

Semoga sholawat dan salam tercurah kepada Rosulullah , keluarganya, dan para Sahabatnya.

Akhir risalah.

/


[1] Yakni tidak masuk Surga langsung, tetapi diancam masuk Neraka.

[2] Yakni beransur-ansur turunnya dan tidak urut sebagaimana dalam Mushaf.

[3] Mushaf lokal adalah mushaf Utsmani yang dimodifikasi Kemenag beberapa tanda bacanya, seperti hamzah washol diberi harokat, tanda waqof diperbanyak, ditambahi alif berdiri sebagai isyarat nada panjang, dan lain-lain. Hal ini sangat membantu sekali orang awam yang belum mendalami ilmu tajwid dan ghorib.

[4] Hasan: HR. Abu Dawud no. 1988. Dinilai jayyid oleh pentahqiq Al-Adab Asy-Syar’iyyah 2/280 Ibnu Muflih, dan dinilai hasan Ibnu Hajar dalam Natāij Al-Afkār 3/165 dan Al-Futuhāt Ar-Robbāniyah 3/229.


Related

DOA DAN TAZKIYATUN NUFUS 7079025337102364079

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda yang sopan dan rapi.

emo-but-icon

Total Tayangan Halaman

WAKAF MUSHAF

WAKAF MUSHAF

Tentang Admin

Penulis bernama Nor Kandir ini kelahiran Jepara. Semenjak kecil tertarik dengan membaca terutama tentang alam ghoib dan huru-hara Hari Kiamat. Alumni Mahad Raudlatul Ulum Pati ini juga pernah nyantri di Mahad Tahfizh Qur'an Wadi Mubarok Bogor dan Pondok Mahasiswa Thaybah Surabaya dibawah asuhan Ust. Muhammad Nur Yasin, Lc dan beliau adalah guru utama penulis.

Gelar akademik penulis diperoleh di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan LIPIA Surabaya (cabang Universitas Al Imam di Riyadh KSA). Sekarang terdaftar sebagai mahasiswa Akademi Zad Arab Saudi dan Universitas Murtaqo Kuwait. Sertifikat yang diperoleh: ijazah sanad Kutub Sittah (Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah) dari Majlis Sama' bersama Dr. Abdul Muhsin Al Qosim dan Syaikh Samir bin Yusuf Al Hakali, juga matan-matan 5 semester Dr. Abdul Muhsin Al Qosim seperti Arbain, kitab² Muhammad bin Abdul Wahhab, Aqidah Wasithiyyah, Thohawiyah, Jurumiyah, Jazariyah, dll. Juga sertifikat hafalan Umdatul Ahkam dari Markaz Huffazhul Wahyain bersama Syaikh Abu Bakar Al Anqori. Kesibukan hariannya adalah mengajar bahasa Arob, dan menerjemahkan kitab-kitab yang diupload secara gratis di www.terjemahmatan.com

PENTING

Semua buku di situs ini adalah legal dan telah mendapatkan izin dari penerbit dan penulisnya untuk dicetak, disebar, dan dimanfaatkan dalam bentuk apapun. Boleh dikomersialkan dengan syarat: meminta izin ke penulis dan harganya dibuat murah (tanpa royalti penulis).

Bagi yang membutuhkan file wordnya untuk keperluan dakwah, bisa menghubungi Penulis di 085730-219-208.

Barokallahu fikum.

Pengikut

Hot in week

item