[PDF] Ulumul Quran Menurut Ibnu Taimiyyah (728 H) - Nor Kandir
Berikut ini ringkasan dari buku "Ulumul Quran Menurut Ibnu Taimiyyah (728 H) karya Nor Kandir" dan disediakan file PDF buku aslinya di bawah.
Al-Qur’an
adalah Kalamulloh dan merupakan sumber semua ilmu yang bermanfaat; kewajiban
utama kita adalah memahami maknanya dan mengamalkannya.
Ayat
Makkiyyah (sebelum hijroh) fokus pada Tauhid, Akhlak, dan Aqidah; sedangkan
ayat Madaniyyah (setelah hijroh) fokus pada hukum, Jihad, dan Fiqih.
Mengetahui
Asbabun Nuzul (sebab turun ayat) membantu dalam penafsiran, tetapi kaidah yang
benar adalah bahwa yang menjadi patokan adalah keumuman lafazh, bukan
kekhususan sebab.
Al-Qur’an
diturunkan dari Lauh Al-Mahfuzh ke Bait Al-‘Izzah (Langit Dunia) secara
sekaligus pada Lailatul Qodr, kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ secara bertahap selama 23 tahun.
Penghimpunan
Al-Qur’an di masa Utsman bin Affan (35 H) bertujuan menyatukan umat pada satu
huruf (satu wajah) dari Tujuh Huruf. Urutan ayat adalah tauqifi (arahan
Nabi ﷺ),
sedangkan tertib suroh adalah ijtihadi.
Adab utama
membaca Al-Qur’an adalah khusyu’ dan tadabbur. Bacaan yang indah terpuji,
tetapi membaca dengan lagu yang merusak tajwid (memanjangkan atau memendekkan
huruf) adalah harom.
Nazhoir
(Persamaan) adalah satu lafazh dengan satu makna yang diulang; sementara Wujuh
(Bentuk) adalah satu lafazh yang memiliki banyak makna di tempat yang berbeda
(contoh: Sholat).
Sangat
penting mengetahui i’rob (tata bahasa) Al-Qur’an agar tidak mengubah makna dan
membatalkan Sholat. Dhomir (kata ganti) harus kembali kepada sesuatu yang jelas
disebutkan sebelumnya.
Muhkam
(yang jelas) adalah pokok Kitab, dan Mutasyabih (yang samar) harus dikembalikan
dan dijelaskan oleh Muhkam. Orang yang menyimpang akan mengikuti Mutasyabih
untuk mencari fitnah.
Lafazh yang
‘Amm (umum) dikhususkan oleh lafazh yang Khoosh (khusus) dari dalil lain.
Contohnya, Hadits mengkhususkan ayat warisan (pembunuh tidak mewarisi).
Lafazh yang
Mujmal (global) seperti perintah Sholat atau Zakat, wajib dirinci oleh As-Sunnah
(Hadits Nabi ﷺ).
Kesesatan Ahli Bid’ah timbul karena mereka mengambil Mujmal dan meninggalkan
Mubayyan.
Naskh
(Penghapusan Hukum) hanya terjadi pada hukum (perintah/larangan) dan bukan pada
berita. Naskh terjadi jika dua dalil bertentangan secara hakiki, tidak bisa
dikompromikan, dan dalil penghapus (Naasikh) datang belakangan.
Ijaaz
(Ringkas) adalah menyampaikan makna luas dengan lafazh sedikit; sementara Ithnab
(Panjang/Rinci) adalah menyampaikan makna dengan lafazh yang lebih rinci dan
berfaedah. Tidak ada pengulangan yang sia-sia dalam Al-Qur’an.
Nakiroh
(kata umum) yang datang dalam konteks Nafyi (peniadaan) memberikan faedah
keumuman menyeluruh (peniadaan total). Jika lafazh Ma’rifah (tertentu) diulang,
ia adalah identik; jika Nakiroh diulang, yang pertama adalah berbeda dengan
yang kedua.
Taqdiim
(Mendahulukan) atau Ta’khir (Mengakhirkan) suatu kata dari susunan asalnya,
seperti Iyyaka Na’budu, memberikan faedah Hashr (pembatasan) atau Ihtimaam
(penekanan).
Tidak ada
pertentangan (ta’aarudh) yang hakiki dalam Al-Qur’an dan Sunnah,
pertentangan hanya ada pada pemahaman yang salah. Setiap Musykil (yang disangka
bertentangan) dapat diselesaikan dengan kaidah Muhkam-Mutasyabih atau ‘Amm-Khoosh.
Jika hukum
dan sebabnya sama, maka lafazh yang Muthlaq harus dibawa kepada lafazh yang
Muqoyyad.
Manthuq
(yang tersurat) dan Mafhum Muwafaqoh (pemahaman selaras) adalah dalil yang
wajib diamalkan. Contohnya, larangan memukul orang tua adalah Mafhum dari
larangan berkata “uf” (Manthuq).
Panggilan
(Khithob) umum seperti “Ya Ayyuha Al-Ladziina Aamanu” berlaku bagi semua
Mu’min. Panggilan khusus kepada Nabi ﷺ hukumnya berlaku umum bagi seluruh umat.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah (728 H) menolak adanya Majaaz (Kiasan) dalam Al-Qur’an.
Semua lafazh berada pada makna Hakikat sesuai konteksnya. Penggunaan Majaaz
adalah pintu penyimpangan terhadap Sifat Alloh.
Hashr
(Pembatasan) dicapai melalui perangkat seperti Nafyi dan Istitsna’ (contohnya Laa
ilaaha illalloh), Innamaa (Hanyalah), atau Taqdiim (contohnya Iyyaka Na’budu),
yang semua memberikan faedah pengkhususan hukum. Allohu a’lam.[]
%20-%20Nor%20Kandir.jpg)