[PDF] Ringkasan Biografi Qotadah bin Di’amah As-Sadusi (60-117 H)
Qotadah bin Di’amah adalah seorang ulama besar dari kalangan Tabi’in yang dikenal sebagai Ahli Hadits, Tafsir, Fiqih, Bahasa, dan Sejarah. Meskipun buta (a’ma), ia memiliki hafalan yang sangat kuat dan diakui sebagai Hafizh (penghafal ulung) serta Tsiqah Tsabat (terpercaya dan akurat).
Profil Singkat:
- Nama lengkap: Qotadah bin Di’amah bin Qotadah bin
Aziz, Abul Khoththob As-Sadusi Al-Bashri.
- Lahir: 60 H di Bashroh.
- Wafat: 117 H di Wasith, Irak.
- Julukan: Si Buta (Al-A’ma), Al-Hafizh.
Keistimewaan &
Kontribusi:
1. Kekuatan Hafalan:
- Dikenal sebagai
penghafal terbaik di zamannya.
- Tidak pernah
meminta diulang saat mendengar hadits.
- Hafal Al-Qur’an
dengan sempurna, bahkan lebih kuat hafalan haditsnya.
- Disebut lebih
hafal daripada 50 orang seperti Humaid Ath-Thowil.
2. Guru & Murid:
- Guru utama:
Anas bin Malik (Sohabat
Nabi), Hasan Al-Bashri, dan Said bin Al-Musayyib.
- Murid-muridnya:
Ayyub As-Sikhtiyani, Syu’bah, Sa’id bin Abi Arubah, Al-Auza’i, dan banyak imam
hadits lainnya.
3. Jumlah Riwayat:
- Dalam Shohihain (Bukhori & Muslim): 271 hadits
dalam Shohih Bukhori,
276 dalam Shohih Muslim.
- Banyak
meriwayatkan dari Anas bin Malik (sekitar 800 riwayat) dan Hasan Al-Bashri
(lebih dari 200 riwayat).
4. Keahlian Lain:
- Ahli Tafsir:
Menafsirkan banyak ayat
Al-Qur’an dengan merujuk pada penjelasan Sohabat dan Tabi’in.
- Ahli Fiqih:
Diakui sebagai salah satu fuqoha
terkemuka.
- Ahli Bahasa:
Fasih dalam bahasa Arab, tidak melakukan kesalahan (lahn).
- Ahli Ibadah:
Rajin membaca Al-Qur’an (khatam 1x sepakan, di Romadhon lebih sering).
5. Sikap Ilmiah:
- Sangat hati-hati
dalam berfatwa. Pernah berkata: “Aku tidak pernah berfatwa dengan pendapatku
sejak 20 tahun.”
- Tetap menuntut
ilmu hingga wafat.
Kritik &
Kontroversi:
1. Tadlis (Menyembunyikan Rowi Lemah):
- Qotadah dikenal
melakukan tadlis, sehingga hanya riwayat yang jelas penyandarannya (sami’tu
atau akhbarona) yang dianggap shohih.
2. Paham Qodariyah:
- Ia meyakini bahwa
“segala sesuatu ditakdirkan kecuali maksiat”. Pandangan ini dianggap menyimpang
dari aqidah Ahlus
Sunnah.
- Namun, ulama
seperti Adz-Dzahabi memberikan uzur kepadanya, karena niatnya yang baik (ingin
mengagungkan Allah meskipun salah jalannya) dan banyaknya kebaikan serta
kontribusinya.
3. Kritik dari Sejawat:
- Asy-Sya’bi
mengkritiknya sebagai “pengumpul kayu di malam hari” (metafora untuk orang yang
mengambil ilmu dari sembarang sumber).
- Terjadi
perselisihan dengan Yahya bin Abi Katsir, sesama ulama Bashroh.
Penutup &
Warisan:
Qotadah wafat pada 117 H dan meninggalkan warisan keilmuan
yang besar. Meskipun ada kritik, ia tetap diakui sebagai imam besar, dan
kesalahannya tidak menghapus kontribusinya yang luas dalam hadits, tafsir, fiqih,
dan bahasa.
Doa penutup: Semoga Allah mengampuni, merohmati, dan memasukkannya ke Surga Firdaus
yang tertinggi.
Sumber: Qotadah: Si Buta Pengumpul Banyak Hadits –
Nor Kandir, ST., BA (Pustaka Syabab, 2024/1445 H)
