[PDF] Rangkuman Buku "Hukum Thiyaroh (Anggapan Sial) - Edisi 2 - Nor Kandir"
Berikut
rangkuman lengkap dari buku “Hukum Thiyaroh (Anggapan Sial) - Edisi 2”
karya Nor Kandir:
Pengertian Thiyaroh
Thiyaroh (طيرة)
atau tathoyyur (تطير)
berasal dari kata thoir (burung). Tradisi orang Arob Jahiliyah mengaitkan arah terbang
burung (kanan = baik, kiri = buruk) dengan pertanda nasib.
Secara istilah, thiyaroh adalah menganggap sial
sesuatu yang dilihat, didengar, tempat, waktu, atau peristiwa tertentu.
Contoh-contoh Thiyaroh
Melihat: Menganggap burung gagak di rumah pertanda musibah.
Mendengar: Menganggap sial setelah mendengar kata-kata buruk
di pagi hari.
Tempat: Menganggap sial melewati kuburan berkali-kali.
Waktu: Menganggap bulan Suro (Muharrom) sebagai bulan sial untuk hajatan.
Peristiwa: Menganggap hari akan sial setelah menabrak
kucing.
Hukum: Thiyaroh termasuk syirik kecil dan merupakan dosa
besar. Nabi Muhammad ﷺ
bersabda, “Thiyaroh adalah syirik.” (HR. Abu Dawud)
Tingkatan Thiyaroh:
1. Tingkat tertinggi:
Sampai membatalkan rencana atau agenda karena anggapan sial.
2. Tingkat lebih
ringan: Tetap melaksanakan agenda, tetapi hatinya masih diliputi kekhawatiran
akan kesialan.
Alasan Thiyaroh Diharomkan
Thiyaroh timbul dari keyakinan bahwa ada selain Allah
yang dapat mendatangkan bahaya atau manfaat. Keyakinan ini mencacati rububiyah
(keyakinan bahwa hanya Allah Penguasa segala urusan) dan uluhiyah (hanya
Allah yang layak disembah dan dituju harapan/rasa takut).
Hanya Allah satu-satunya yang dapat menolak bahaya dan
memberi manfaat (QS. Az-Zumar: 38).
Cara Melawan Thiyaroh
Untuk mengatasi thiyaroh, terdapat tiga cara utama:
1. Optimis (Al-Fa’l):
Optimis adalah lawan dari thiyaroh, yaitu berprasangka
baik kepada Allah.
Nabi ﷺ
bersabda, “Tidak ada thiyaroh. Yang terbaik adalah optimis.” (HR. Bukhori)
Contoh: Mendengar pujian atau kata-kata baik, lalu dijadikan
motivasi untuk berprasangka baik pada takdir Allah.
2. Berdoa:
Doa adalah senjata untuk melawan bisikan thiyaroh.
Doa yang diajarkan Nabi ﷺ: “Allahumma laa khoira illaa khoiruka, wa laa thiyaro illaa
thiyaruka, wa laa ilaaha ghoiruka” (Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali
kebaikan dari-Mu, tidak ada kesialan kecuali yang Engkau tentukan, dan tidak
ada ilah yang berhak disembah selain Engkau).
Doa lain: “Allahumma laa ya’tii bilhasanaati illaa anta,
wa laa yadfa’us sayyiaati illaa anta, wa laa hawla wa laa quwwata illaa bika”
(Ya Allah, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, tidak ada yang
menolak keburukan kecuali Engkau, dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan
pertolongan-Mu).
3. Tetap Melanjutkan Agenda disertai
Tawakkal:
Jangan biarkan anggapan sial menghentikan aktivitas. Nabi ﷺ bersabda, “Jika
kalian menganggap sial, lanjutkan agenda dan bertawakallah hanya kepada Allah.”
(HR. Ibnu Adi)
Kuncinya adalah meyakini bahwa semua urusan ada di tangan
Allah.
Hanya Allah Pencipta Sebab
Segala sesuatu, termasuk sebab-sebab yang ada di dunia,
terjadi karena takdir dan kehendak Allah.
Nabi ﷺ
menegaskan bahwa tidak ada penularan penyakit secara intrinsik (tanpa
takdir Allah). Penyakit menular karena takdir Allah, bukan dengan sendirinya
(HR. Bukhori)
Sebab (seperti berobat atau menghindari sumber penyakit)
hanyalah ikhtiar, sedangkan yang menentukan hasilnya adalah Allah.
Jika Memang Ada Kesialan?
Pada dasarnya, kesialan tidak ada. Namun, Nabi ﷺ menyebutkan bahwa
jika ada thiyaroh, maka pada tiga hal: kuda, wanita, dan rumah (HR. Abu
Dawud).
Maksudnya adalah, seseorang bisa merasa sedih atau kecewa
dengan takdir yang berkaitan dengan tiga hal tersebut (misalnya: kuda yang
sering sakit, istri yang mandul, atau rumah yang sering mendatangkan masalah),
tetapi itu bukan berarti ketiganya membawa sial secara intrinsik.
Masalah itu terjadi karena takdir Allah, bukan karena sifat “sial” pada benda
tersebut.
Sebab Sebenarnya di Balik Musibah
Musibah dan kesulitan bukan disebabkan oleh thiyaroh,
melainkan terjadi karena takdir Allah.
Fungsi musibah menurut Islam ada dua:
1. Menghapus dosa
(HR. Bukhari).
2. Mengangkat derajat
di sisi Allah bagi orang yang bersabar, terutama jika amalnya belum cukup untuk
mencapai derajat yang telah Allah tentukan baginya (HR. Abu Dawud).
Orang yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, lalu
orang sholih, dan
seterusnya. Semakin kuat iman seseorang, ujiannya bisa semakin berat untuk
mengangkat derajatnya (HR. Ahmad).
Thiyaroh pada Kalender Jawa
Keyakinan akan kesialan pada bulan-bulan (seperti Suro) atau
hari-hari tertentu dalam kalender Jawa (seperti Wage, Kliwon) adalah bentuk thiyaroh.
Thiyaroh terkait waktu adalah kesyirikan yang ditolak
syariat. Nabi ﷺ
bersabda bahwa Allah berfirman, “Anak Adam menyakiti Aku, ia memaki waktu
padahal Aku yang menciptakan waktu...” (HR. Bukhari & Muslim).
Teladan dari Kisah Firaun
Firaun dan kaumnya adalah contoh praktik thiyaroh.
Mereka menganggap bahwa Nabi Musa dan pengikutnyalah yang membawa kesialan
(kemarau, wabah) ke Mesir (QS. Al-A’raf: 131).
Allah membantah anggapan ini. Kesialan yang menimpa mereka
sebenarnya adalah akibat dari kedurhakaan mereka sendiri dan sudah ditakdirkan
oleh Allah, bukan karena Musa.
Kesimpulan Utama
Thiyaroh (anggapan sial) adalah syirik kecil yang diharomkan
karena mengandung keyakinan bahwa selain Allah bisa mendatangkan mudarat atau
manfaat.
Kunci melawannya adalah dengan optimis, berdoa, tetap
melangkah dengan tawakkal, serta meyakini bahwa hanya Allah satu-satunya
Penentu segala urusan.
Segala musibah dan kebaikan yang terjadi adalah takdir Allah,
berfungsi untuk menghapus dosa atau mengangkat derajat, bukan karena pertanda
sial dari makhluk atau waktu tertentu.[]
%20-%20Edisi%202%20-%20Nor%20Kandir.jpg)