[PDF] Hadits-Hadits Kemiskinan dan Cara Islam Mengatasinya - Muhammad Nashiruddin Al-Albani (1420 H)


 

Pengantar Pentarjamah

Di dalam buku ini disebutkan 131 Hadits tentang kemiskinan dan cara Islam mengatasinya, takhrij dari karya Syaikh Nashiruddin Al-Albani, yang mencakup shohih dan lemah.

Kami tidak menerjemahkan catatan kaki maupun takhrij secara luas, karena khawatir memberatkan pembaca. Bagi yang ingin mengetahui jalan-jalan periwayatannya bisa merujuk ke cetakan aslinya versi PDF di sini. Sementara judul tiap Hadits berasal dari kami.

Pentarjamah

1. Nia’matnya Harta Baik Untuk Orang Baik

نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ

Sebaik-baik harta yang sholih (baik) adalah harta yang dimiliki orang yang sholih.

(Shohih)

2. Kemiskinan dan Kekufuran

كَادَ الْفَقْرُ أَنْ يَكُونَ كُفْرًا وَكَادَ الْحَسَدُ أَنْ يَكُونَ سَبَقَ الْقَدَرَ

Hampir saja kemiskinan itu menyebabkan orang menjadi kafir. Hampir saja kedengkian (hasad) itu mendahului takdir.

(Dho’if. Dikeluarkan oleh Al-‘Uqoili dalam Adh-Dhu’afaa’, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah, dan Abul Hasan bin Abdul Kawiih dalam Tsaalaatsah Majaalis dari jalur Sufyan dari Hajjaj dari Yazid Ar-Roqoosyi dari Anas bin Malik secara marfu’ dengan tambahan: Hampir saja kedengkian itu mendahului takdir. Sanad Hadits ini dho’if)

3. Memohon Perlindungan dari Kekufuran dan Kemiskinan

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ

Ya Alloh, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kemiskinan.

(Dho’if. Dikeluarkan oleh An-Nasa’i, Al-Hakim, dan Ahmad)

4. Memohon Perlindungan dari Kemiskinan, Kekurangan, dan Kehinaan

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ وَالْقِلَّةِ وَالذِّلَّةِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ

Ya Alloh, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kemiskinan, kekurangan, dan kehinaan. Aku juga berlindung kepada-Mu dari berbuat zholim atau dizholimi.

(Shohih. Terdapat dalam Shohih Al-Jami’ Ash-Shoghiir)

5. Ambillah Pemberian Selama Bukan Suap dalam Urusan Agama

خُذُوا الْعَطَاءَ مَا دَامَ عَطَاءً فَإِذَا صَارَ رِشْوَةً عَلَى الدِّينِ فَلَا تَأْخُذُوهُ، وَلَسْتُمْ بِتَارِكِيهِ تَمْنَعُكُمُ الْحَاجَةُ وَالْفَقْرُ

Ambillah pemberian selama itu adalah pemberian. Tetapi, jika telah menjadi suap atas (urusan) agama, maka janganlah kamu mengambilnya. Kamu tidak akan meninggalkannya, karena kebutuhan dan kemiskinan akan mendorongmu dari suap.

(Dho’if. Dikeluarkan oleh Ath-Thobarani dalam Ash-Shoghiir dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah dan Al-Khothib dalam Tarikh Baghdad)

6. Pahala Shodaqoh yang Salah Sasaran

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: لَأَتَصَدَّقَنَّ اللَّيْلَةَ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدِ سَارِقٍ، فَأَصْبَحُوْا يَتَحَدَّثُوْنَ: تُصُدِّقَ عَلَى سَارِقٍ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ، لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ... ثُمَّ تَصَدَّقَ مَرَّةً أُخْرَى عَلَى امْرَأَةٍ فَصَادَفَتْ صَدَقَتُهُ زَانِيَةً، فَأَصْبَحَ النَّاسُ يَتَحَدَّثُوْنَ بِذَلِكَ: تُصُدِّقَ اللَّيْلَةَ عَلَى زَانِيَةٍ، فَجَاءَهُ فِي الْمَنَامِ مَنْ قَالَ لَهُ: أَمَّا صَدَقَتُكَ عَلَى سَارِقٍ فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعْفِفَ عَنْ سَرِقَتِهِ، وَأَمَّا صَدَقَتُكَ عَلَى زَانِيَةٍ فَلَعَلَّهَا أَنْ تَسْتَعْفِفَ عَنْ زِنَاهَا.

Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu sungguh Rosululloh bersabda: Seorang lelaki berkata: “Sungguh aku akan bershodaqoh malam ini.” Maka ia keluar membawa shodaqohnya lalu ia letakkan di tangan seorang pencuri. Kemudian keesokan harinya orang-orang membicarakan: “Ada pencuri yang dapat shodaqoh.” Lelaki itu berkata: “Ya Alloh, bagi-Mu segala puji, sungguh aku akan bershodaqoh lagi...” Kemudian ia bershodaqoh lagi pada kesempatan lain kepada seorang wanita, shodaqohnya tepat diberikan kepada seorang pezina. Keesokan harinya orang-orang membicarakan hal itu: “Seorang pezina dapat shodaqoh.” Lalu datang kepadanya dalam mimpi seseorang yang berkata kepadanya: “Adapun shodaqohmu kepada seorang pencuri, semoga saja itu dapat menjadikannya menjaga diri dari mencuri lagi. Adapun shodaqohmu kepada seorang pezina, semoga saja itu dapat menjadikannya menjaga diri dari berzina lagi.”

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, An-Nasa’i, dan Ahmad)

7. Larangan Menghukumi Ketika Marah

لاَ يَقْضِي الْقَاضِيْ وَهُوَ غَضْبَانُ

Seorang qodhi (hakim) tidak boleh memutuskan (perkara) saat ia sedang marah.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Asy-Syaikhon dan selain keduanya, dan Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

8. Tidak Boleh Menimbulkan Bahaya

لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ

Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun membahayakan orang lain.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan selainnya, dan keshohihannya dari kumpulan jalur-jalur dan syahid-nya (penguatnya). Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

9. Dosa Paling Besar

سُئِلَ الرَّسُوْلُ ﷺ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ؟ قَالَ: أَنْ تَجْعَلَ لِلّٰهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ مَخَافَةَ أَنْ يُطْعَمَ مَعَكَ.

Rosululloh ditanya: “Dosa apakah yang paling besar?” Beliau menjawab: “Membuat tandingan bagi Alloh, padahal Dia-lah yang menciptakanmu.” Orang itu berkata: “Lalu apa lagi?” Beliau menjawab: “Membunuh anakmu karena takut ia akan makan bersamamu (memberatkan tanggunganmu).” (Shohih)

10. Kekaguman Abu Dzarr terhadap Orang Miskin

رُوِيَ عَنْ أَبِي ذَرٍّ أَنَّهُ قَالَ: عَجِبْتُ لِمَنْ لَا يَجِدُ الْقُوْتَ فِي بَيْتِهِ كَيْفَ لَا يَخْرُجُ عَلَى النَّاسِ شَاهِرًا سَيْفَهُ.

Diriwayatkan dari Abu Dzarr rodhiyallahu ‘anhu, sungguh ia berkata: Aku kagum pada orang yang tidak memiliki makanan di rumahnya, bagaimana mungkin ia akan keluar melawan orang-orang sambil menghunuskan pedangnya?

(Ghorib [asing]. Belum ada studi tentang Hadits ini)

11. Doa, Ruqyah, dan Pengobatan Termasuk Takdir Alloh

عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي خُزَامَةَ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ رُقًى نَسْتَرْقِيهَا وَدَوَاءً نَتَدَاوَى بِهِ وَتُقَاةً نَتَّقِيْهَا هَلْ تَرُدُّ مِنْ قَدَرِ اللهِ شَيْئًا؟ قَالَ: هِيَ مِنْ قَدَرِ اللهِ.

Dari Az-Zuhri dari Abu Khuzamah dari ayahnya, ia berkata: Aku bertanya kepada Rosululloh , aku berkata: “Ya Rosululloh, bagaimana pendapatmu tentang ruqyah yang kami minta dibacakan, obat yang kami gunakan untuk berobat, dan penjagaan (perlindungan) yang kami gunakan untuk melindungi diri, apakah semua itu dapat menolak sesuatu dari takdir Alloh?” Beliau menjawab: “Itu semua adalah bagian dari takdir Alloh.”

(Hasan. Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Ahmad. Al-Haitsami menyebutkan syahid (penguat) untuk Hadits ini dari Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Seseorang berkata: “Ya Rosululloh, apakah obat bermanfaat dari takdir?” Beliau bersabda: “Obat itu termasuk dari takdir, dan terkadang ia bermanfaat dengan idzin Alloh.” Diriwayatkan oleh Ath-Thobarani dan di dalamnya ada Sholih bin Basyiir Al-Murri dan ia dho’if)

12. Doa Nabi untuk Anas bin Malik

دَعَا لِصَاحِبِهِ وَخَادِمِهِ أَنَسٍ: اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ.

Beliau mendoakan Shohabatnya dan pembantunya, Anas rodhiyallahu ‘anhu: “Ya Alloh, perbanyaklah hartanya.”

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, At-Tirmidzi, Ath-Thoyalisi, dan Ahmad dari jalur Qotadah dari Anas rodhiyallahu ‘anhu dari Ummu Sulaim rodhiyallahu ‘anha, sungguh ia berkata: “Ya Rosululloh, Anas pembantumu, doakanlah ia kepada Alloh.” Maka beliau berdoa: “Ya Alloh, perbanyaklah harta dan anaknya, dan berkahilah baginya atas apa yang Engkau berikan kepadanya.” Ada jalur lain yang diriwayatkan oleh Humaid dari Anas rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi masuk menemui Ummu Sulaim, lalu Ummu Sulaim menyuguhkannya kurma dan mentega. Beliau bersabda: “Kembalikan mentega kalian ke dalam wadahnya, dan kurma kalian ke dalam tempatnya, karena sungguh aku sedang Puasa.” Kemudian beliau berdiri menuju salah satu sudut rumah, lalu Sholat sunnah dan berdoa untuk Ummu Sulaim dan keluarga rumahnya. Ummu Sulaim berkata: “Ya Rosululloh, sungguh aku punya permintaan khusus.” Beliau bersabda: “Apa itu?” Ia berkata: “Pembantumu, Anas.” Maka tidak ada satu pun kebaikan Akhiroh maupun dunia melainkan beliau mendoakannya untukku: “Ya Alloh, karuniakanlah ia harta dan anak, dan berkahilah baginya di dalamnya.” Anas berkata: “Sungguh aku termasuk dari orang yang paling banyak hartanya di kalangan Anshor, dan keponakanku Ummu Aminah menceritakan kepadaku bahwa yang dimakamkan dari keturunanku saat Al-Hajjaj tiba di Bashroh adalah lebih dari 120 orang.” Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Ath-Thoyalisi, dan Ahmad. Ada jalur ketiga yang diriwayatkan oleh Tsabit dari Anas rodhiyallahu ‘anhu, semisal Hadits di atas dan ditambah: “Tidak ada seorang pun di kalangan Anshor yang lebih banyak hartanya dariku.” Kemudian Anas rodhiyallahu ‘anhu berkata: “Wahai Tsabit, aku tidak memiliki emas dan perak kecuali cincinku.” (Dikeluarkan oleh Muslim dan Ahmad, dan tambahan itu milik Ahmad)

13. Keutamaan Harta Abu Bakar Ash-Shiddiq

مَا نَفَعَنِي مَالٌ كَمَالِ أَبِي بَكْرٍ

Tidak ada harta yang memberikan manfaat bagiku seperti manfaatnya harta Abu Bakar.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah, Ath-Thohawi, Ibnu Hibban, Ahmad, dan Ibnu ‘Asakir dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rosululloh bersabda: “Tidak ada harta yang memberikan manfaat bagiku sama sekali seperti manfaatnya harta Abu Bakar.” Abu Bakar rodhiyallahu ‘anhu pun menangis dan berkata: “Ya Rosululloh, bukankah aku dan hartaku hanyalah milikmu, ya Rosululloh?” Sanad Hadits ini shohih. Hadits Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu memiliki jalur lain dengan lafazh: “Tidak ada seorang pun yang memiliki jasa atas kami melainkan telah kami balas, kecuali Abu Bakar, sungguh ia memiliki jasa atas kami, Alloh yang akan membalasnya pada Hari Kiamat. Tidak ada harta seorang pun yang memberikan manfaat bagiku sama sekali seperti manfaatnya harta Abu Bakar. Jika aku boleh mengangkat seorang kekasih, sungguh aku akan mengangkat Abu Bakar sebagai kekasih, tetapi sungguh Shohabat kalian (Nabi Muhammad ) adalah kekasih Alloh .” Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dan ia berkata: “Hadits hasan ghorib,” demikian yang ia katakan, tetapi sanad Hadits ini dho’if)

14. Sifat Serakah Manusia

لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ ذَهَبٍ لَابْتَغَى ثَالِثًا، وَلَوْ كَانَ لَهُ ثَالِثًا لَابْتَغَى رَابِعًا، وَلَا يَمْلَأُ عَيْنَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ.

Sekiranya anak Adam memiliki dua lembah berisi emas, sungguh ia akan mencari lembah ketiga. Sekiranya ia memiliki lembah ketiga, sungguh ia akan mencari lembah keempat. Tidak ada yang akan memenuhi mata anak Adam melainkan tanah (kubur).

(Shohih. Dengan lafazh: Sekiranya anak Adam memiliki dua lembah harta, sungguh ia akan mencari lembah ketiga, dan tidak ada yang akan memenuhi rongga (dalam riwayat lain: mata) anak Adam melainkan tanah (kubur), dan Alloh menerima taubat siapa yang bertaubat. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori dengan redaksi ini dan riwayat yang lain juga miliknya, dan Muslim dan Ahmad)

15. Jaminan Rizqi dan Perintah Berikhtiar Secara Baik

إِنَّ رُوْحَ الْقُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي أَنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا، فَاتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ.

Sungguh Ruhul Qudus (Jibril ‘alaihissalam) membisikkan ke dalam jiwaku bahwa suatu jiwa tidak akan mati sampai ia menyempurnakan rizqinya. Maka bertaqwalah kepada Alloh dan bersungguh-sungguhlah secara baik dalam mencari (rizqi).

(Shohih. Dikeluarkan oleh Abu ‘Ubaid dalam Ghorib Al-Hadits dan Al-Qudho’i dalam Musnad Asy-Syihab dengan sanad shohih. Dikeluarkan juga oleh Al-Hakim, dan terdapat dengan lafazh: Janganlah kamu menganggap lambat rizqi, karena sungguh seorang hamba tidak akan mati sampai ia meraih rizqi terakhir yang menjadi bagiannya, maka bersungguh-sungguhlah secara baik dalam mencari rizqi, yaitu: mengambil yang halal dan meninggalkan yang harom. Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan Abu Abdur Rozzaq. Al-Hakim berkata: “Shohih sesuai syarat Asy-Syaikhon,” dan Adz-Dzahabi menyepakatinya)

16. Kekayaan Sejati Adalah Kekayaan Jiwa

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ.

Kekayaan bukanlah karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan hanyalah kekayaan jiwa (hati).

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, At-Tirmidzi, Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah. Ahmad menambahkan dari jalur Yazid bin Al-Ashom: “Demi Alloh, aku tidak mengkhawatirkan kemiskinan atas kalian, tetapi aku mengkhawatirkan atas kalian sifat ingin menumpuk-numpuk harta (takatsur), tetapi aku mengkhawatirkan atas kalian kesengajaan (al-’amd, dalam melakukan dosa).” Sanad Hadits ini shohih sesuai syarat Muslim)

17. Ridho dengan Pembagian Alloh

ارْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ.

Ridholah dengan apa yang Alloh bagikan untukmu, niscaya kamu akan menjadi manusia paling kaya.

(Dho’if. Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu ‘Asakir dari jalur Abu Thoriq dari Al-Hasan dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rosululloh bersabda: “Siapa yang mengambil dariku kalimat-kalimat ini, lalu ia mengamalkannya atau mengajarkannya kepada siapa yang mengamalkannya?” Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku berkata: ‘Aku, ya Rosululloh.’“ Lalu beliau memegang tanganku dan menghitung 5 (lima) perkara: “Bertaqwalah pada perkara-perkara yang harom, niscaya kamu menjadi manusia paling rajin beribadah. Ridholah dengan apa yang Alloh bagikan untukmu, niscaya kamu menjadi manusia paling kaya. Berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya kamu menjadi seorang Mu’min. Cintai untuk orang lain apa yang kamu cintai untuk dirimu sendiri, niscaya kamu menjadi seorang Muslim. Janganlah memperbanyak tertawa, karena sungguh banyak tertawa itu mematikan hati.” At-Tirmidzi berkata: “Hadits ghorib dan Al-Hasan tidak mendengar dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu”)

18. Kemenangan bagi yang Qona’ah

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِيَ لِلْإِسْلَامِ وَكَانَ رِزْقُهُ كَفَافًا وَقَنِعَ بِهِ.

Sungguh telah beruntung siapa yang diberi petunjuk kepada Islam, dan rizqinya cukup, lalu ia merasa qona’ah (puas) dengannya.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

19. Pengulangan Hadits ke-1

نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلرَّجُلِ الصَّالِحِ.

Sebaik-baik harta yang sholih (baik) adalah bagi lelaki yang sholih.

(Shohih)

20. Hasad dan Benci

دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمُ الْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ، هِيَ الْحَالِقَةُ، لَا أَقُوْلُ تَحْلِقُ الشَّعْرَ وَلَكِنْ تَحْلِقُ الدِّينَ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا، وَلَا تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَفَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِمَا يُثَبِّتُ ذَاكُمْ لَكُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ.

Telah merambat kepada kalian penyakit umat-umat sebelum kalian, yaitu kedengkian (hasad) dan kebencian (baghdo’). Itulah pencukur. Aku tidak mengatakan mencukur rambut, tetapi mencukur agama. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kamu tidak akan masuk Jannah sampai kamu beriman, dan kamu tidak akan beriman sampai kamu saling mencintai. Maukah aku beritahu kamu sesuatu yang dapat menguatkan itu semua bagi kalian? Tebarkanlah salam di antara kalian.

(Dho’if. Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi)

21. Perintah Bersaudara

وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا.

Dan jadilah kamu hamba-hamba Alloh yang bersaudara.

(Shohih)

22. Ikatlah Lalu Bertawakkal

قَالَ النَّبِيُّ ﷺ لِلْأَعْرَابِيِّ الَّذِي تَرَكَ النَّاقَةَ سَائِبَةً مُتَوَكِّلًا عَلَى اللهِ فَقَالَ لَهُ: اِعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ.

Nabi bersabda kepada seorang A’robi (Arob Badui) yang meninggalkan untanya terlepas sambil bertawakkal kepada Alloh : “Ikatlah unta itu lalu bertawakkallah.”

(Hasan. Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Seseorang berkata: “Ya Rosululloh, apakah aku ikat untaku dan bertawakkal, atau aku lepaskan dan bertawakkal?” Beliau bersabda: “Ikatlah unta itu lalu bertawakkallah.” Lihatlah penjelasannya, dan di bagian akhirnya disebutkan: “Dan di dalam syahid (penguat) ini hatiku merasa tenang akan ketetapan Hadits ini, meskipun hanya dalam tingkatan hasan pada kondisi yang paling minimal”)

23. Rizqi seperti Rizqi Burung

لَوْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا تَرْزُقُ الطَّيْرُ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا.

Sekiranya kamu bertawakkal kepada Alloh dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rizqi kepadamu sebagaimana Dia memberikan rizqi kepada burung: ia pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali di sore hari dalam keadaan perut kenyang.

(Shohih. Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Abdulloh bin Al-Mubarok, Ibnu Abi Ad-Dunya, Al-Hakim, Ahmad, dan Al-Qudho’i)

24. Rizqi di Bawah Bayangan Tombak

جُعِلَ رِزْقِيْ تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِيْ.

Rizqiku dijadikan di bawah bayangan tombakku.

(Shohih. Ini adalah potongan dari Hadits yang dikeluarkan dalam Hijaab Al-Mar’ah Al-Muslimah dari Abdulloh bin Umar rodhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rosululloh bersabda: “Aku diutus menjelang Hari Kiamat dengan pedang hingga Alloh diibadahi sendirian, tiada sekutu bagi-Nya. Dan rizqiku dijadikan di bawah bayangan tombakku. Kehinaan dan kerendahan dijadikan bagi siapa yang menyelisihi perintahku. Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka.”)

25. Teguran Umar bin Khoththob terhadap Orang yang Tidak Bekerja

رُوِيَ أَنَّ عُمَرَ رَأَى بَعْدَ الصَّلَاةِ قَوْمًا قَابِعِينَ فِي الْمَسْجِدِ بِدَعْوَى التَّوَكُّلِ عَلَى اللهِ فَعَلَاهُمْ بِدِرَّتِهِ وَقَالَ: لَا يَقْعُدَنَّ أَحَدُكُمْ عَنْ طَلَبِ الرِّزْقِ وَيَقُوْلُ: اللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ، وَقَدْ عَلِمَ أَنَّ السَّمَاءَ لَا تُمْطِرُ ذَهَبًا وَلَا فِضَّةً، وَإِنَّ اللهَ يَقُوْلُ: ﴿فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللهِ.

Diriwayatkan sungguh Umar rodhiyallahu ‘anhu melihat setelah Sholat, sekelompok kaum yang berdiam di Masjid dengan dalih bertawakkal kepada Alloh , maka ia memukul mereka dengan cambuknya dan berkata: “Janganlah salah seorang dari kalian duduk (malas) dari mencari rizqi dan berkata: ‘Ya Alloh, berikanlah aku rizqi,’ padahal ia tahu sungguh langit tidak menurunkan hujan emas maupun perak. Dan sungguh Alloh berfirman:

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ

Apabila Sholat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi dan carilah karunia Alloh . (QS. Al-Jumu’ah: 10)

(Al-Albani mendiamkan Hadits ini, artinya tidak menilainya)

26. Mencari Karunia Alloh adalah Keadaan Terbaik

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ: مَا مِنْ حَالٍ يَأْتِيْنِيْ عَلَيْهَا الْمَوْتُ بَعْدَ الْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ يَأْتِيْنِيْ وَأَنَا أَلْتَمِسُ مِنْ فَضْلِ اللهِ.

Dari Umar bin Al-Khoththob rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Tidak ada satu keadaan pun saat kematian datang kepadaku – setelah Jihad di jalan Alloh – yang lebih aku cintai daripada kematian itu datang kepadaku saat aku sedang mencari karunia Alloh .”

(Al-Albani mendiamkan Hadits ini. Diriwayatkan dalam kitab-kitab Al-Adab. Lihat Al-Faqd Al-Farid)

27. Pedagang yang Jujur dan Terpercaya

اَلتَّاجِرُ الصَّدُوْقُ الْأَمِيْنُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ.

Pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq, dan para syuhada.

(Dho’if)

28. Pahala Menanam

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَزْرَعُ زَرْعًا أَوْ يَغْرِسُ غَرْسًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيْمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ.

Tidak ada seorang Muslim pun yang menanam suatu tanaman atau menanam pohon, lalu dimakan oleh burung, manusia, atau hewan ternak melainkan itu akan menjadi shodaqoh baginya.

(Shohih)

29. Makan dari Hasil Usaha Sendiri

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ.

Tidak ada seorang pun yang makan makanan sama sekali yang lebih baik daripada ia makan dari hasil usahanya sendiri.

(Shohih)

30. Lelah Mencari yang Halal

مَنْ بَاتَ كَالًّا مِنْ طَلَبِ الْحَلَالِ بَاتَ مَغْفُوْرًا لَهُ.

Siapa yang tidur dalam keadaan lelah karena mencari (rizqi) yang halal, ia tidur dalam keadaan diampuni.

(Munkar. Dikeluarkan oleh Ibnu ‘Asakir dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku melihat Nabi pada suatu hari sedang membentangkan kedua tangannya lalu beliau bersabda (Hadits di atas) dengan tambahan di awalnya dengan lafazh: Tidak ada makanan yang dimakan oleh seorang hamba yang lebih dicintai oleh Alloh daripada hasil usaha tangannya. Siapa yang tidur...)

31. Mencari Kayu Bakar Lebih Baik daripada Meminta-Minta

لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِي بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا يَكُفُّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوْهُ.

Sungguh siapa mengambil talinya lalu ia datang dengan seikat kayu bakar di atas punggungnya, lalu ia menjualnya, sehingga Alloh menjaga wajahnya (dari kehinaan meminta-minta) dengan usaha itu, maka itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberinya atau menolaknya.

(Shohih)

32. Para Nabi yang Menggembala Kambing

مَا بَعَثَ اللهُ نَبِيًّا إِلَّا وَرَعَى الْغَنَمَ. قَالُوْا: وَأَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيْطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ.

Tidaklah Alloh mengutus seorang Nabi pun melainkan ia pernah menggembala kambing. Para Shohabat berkata: “Apakah engkau juga, ya Rosululloh?” Beliau bersabda: “Ya, aku dahulu menggembalakannya dengan upah beberapa qirooth (satuan kecil mata uang) untuk penduduk Makkah.”

(Shohih)

33. Da’ud ‘alaihissalam Makan dari Hasil Usahanya

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ.

Tidak ada seorang pun yang makan makanan sama sekali yang lebih baik daripada ia makan dari hasil usahanya sendiri. Sungguh Nabi Alloh Da’ud ‘alaihissalam dahulu makan dari hasil usahanya sendiri.

(Shohih)

34. Pekerjaan Para Nabi

مِنْ حَدِيْثِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ دَاوُدَ كَانَ زَرَّادًا يَصْنَعُ الزَّرَدَ وَالدُّرُوْعَ، وَكَانَ آدَمُ حَرَّاثًا، وَكَانَ نُوْحٌ نَجَّارًا، وَكَانَ إِدْرِيْسُ خَيَّاطًا، وَكَانَ مُوْسَى رَاعِيًا.

(Ini adalah) dari Hadits Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhuma: Sungguh Da’ud ‘alaihissalam dahulu adalah seorang pembuat baju besi yang membuat zirah dan perisai. Adam ‘alaihissalam dahulu adalah seorang petani. Nuh ‘alaihissalam dahulu adalah seorang tukang kayu. Idris ‘alaihissalam dahulu adalah seorang penjahit. Musa ‘alaihissalam dahulu adalah seorang penggembala.

(Aku tidak melihatnya marfu[disandarkan kepada Nabi ])

35. Bepergian untuk Menjadi Kaya

سَافِرُوا تَسْتَغْنُوا.

Bepergianlah (merantaulah) niscaya kamu akan menjadi kaya.

(Dho’if. Matannya goncang. Dikeluarkan oleh Ath-Thobarani dalam Al-Ausath dari Hadits Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu secara marfu’ dengan lafazh: Berperanglah niscaya kamu mendapat harta rampasan, berpuasalah niscaya kamu sehat, dan bepergianlah niscaya kamu menjadi kaya)

36. Keutamaan Mati di Negeri Orang

تُوُفِّيَ رَجُلٌ بِالْمَدِيْنَةِ مِمَّنْ وُلِدُوا فِيْهَا، فَصَلَّى عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ وَقَالَ: لَيْتَهُ مَاتَ فِي غَيْرِ مَوْلِدِهِ. فَقَالَ رَجُلٌ: وَلِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ: إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا مَاتَ غَرِيْبًا قِيْسَ لَهُ مِنْ مَوْلِدِهِ إِلَى مُنْقَطَعِ أَثَرِهِ فِي الْجَنَّةِ.

Seorang lelaki meninggal dunia di Madinah dari kalangan yang lahir di sana. Rosululloh mensholatkannya lalu bersabda: “Andaikan ia mati bukan di tempat kelahirannya.” Seseorang bertanya: “Mengapa demikian, ya Rosululloh?” Beliau bersabda: “Sungguh jika seseorang mati sebagai seorang yang asing (perantau), akan diukur baginya (tempatnya) dari tempat kelahirannya hingga batas akhir jejaknya di Jannah.”

(Hasan. Dikeluarkan oleh An-Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Ahmad)

37. Doa Nabi atas Orang yang Meninggal di Negeri Orang

وَقَفَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ عَلَى قَبْرِ رَجُلٍ بِالْمَدِيْنَةِ فَقَالَ: يَا لَوْ مَاتَ غَرِيْبًا.

Rosululloh berdiri di atas kuburan seorang lelaki di Madinah lalu bersabda: “Duhai, andaikan ia mati sebagai seorang yang asing (perantau).”

(Aku tidak menemukan dengan lafazh ini)

38. Shodaqoh Bukan untuk Orang Kaya atau Orang Kuat yang Mampu Bekerja

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَدِيٍّ الْخِيَارِ: أَنَّ رَجُلَيْنِ أَخْبَرَاهُ أَنَّهُمَا أَتَيَا النَّبِيَّ ﷺ يَسْأَلَانِهِ عَنِ الصَّدَقَةِ، فَقَلَّبَ فِيْهِمَا الْبَصَرَ وَرَآهُمَا جَلْدَيْنِ، فَقَالَ: إِنْ شِئْتُمَا أَعْطَيْتُكُمَا، وَلَا حَظَّ فِيْهَا لِغَنِيٍّ وَلَا لِقَوِيٍّ مُكْتَسِبٍ.

Dari Abdulloh bin ‘Adi Al-Khoiyyar rodhiyallahu ‘anhu: Sungguh dua lelaki memberitahunya bahwa keduanya mendatangi Nabi meminta Shodaqoh kepada beliau. Beliau memutar pandangannya kepada keduanya dan melihat keduanya adalah orang yang kuat, lalu beliau bersabda: “Jika kamu berdua mau, aku akan memberimu, tetapi tidak ada bagian di dalamnya bagi orang kaya dan bagi orang kuat yang mampu mencari nafkah.”

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

39. Larangan Shodaqoh untuk Orang Kaya

لَا تَحِلُّ الصَّدَقَةُ لِغَنِيٍّ وَلَا لِذِي مِرَّةٍ سَوِيٍّ.

Shodaqoh tidak halal diberikan kepada orang kaya dan tidak pula kepada orang yang kuat dan sempurna (anggota badannya).

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

40. Bahaya Meminta-Minta

مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ.

Seorang lelaki senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia datang pada Hari Kiamat, sementara di wajahnya tidak tersisa sepotong daging pun.

(Shohih. Muttafaq ‘alaih dari Hadits Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma, dan lafazh ini milik Muslim. Hadits ini ada di dalam Ghooyah Al-Maroom dengan lafazh lain)

41. Bekerja Lebih Baik daripada Meminta-Minta

أَنَّ رَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ أَتَى النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: أَمَا فِي بَيْتِكَ شَيْءٌ؟ قَالَ: بَلَى حِلْسٌ نَلْبَسُ بَعْضَهُ وَنَبْسُطُ بَعْضَهُ وَقَعْبٌ نَشْرَبُ فِيْهِ الْمَاءَ. قَالَ: ائْتِنِي بِهِمَا. فَأَتَاهُ بِهِمَا، فَأَخَذَهُمَا رَسُوْلُ اللهِ ﷺ وَقَالَ: مَنْ يَشْتَرِي هَذَيْنِ؟ قَالَ رَجُلٌ: أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمٍ. قَالَ: مَنْ يَزِيدُ عَلَى دِرْهَمٍ؟ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا، قَالَ رَجُلٌ: أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمَيْنِ. فَأَعْطَاهُمَا إِيَّاهُ وَأَخَذَ الدِّرْهَمَيْنِ وَأَعْطَاهُمَا الْأَنْصَارِيَّ وَقَالَ: اِشْتَرِ بِأَحَدِهِمَا طَعَامًا وَانْبِذْهُ إِلَى أَهْلِكَ وَاشْتَرِ بِالْآخَرِ قَدُوْمًا فَأْتِنِي بِهِ. فَشَدَّ فِيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ عُوْدًا بِيَدِهِ ثُمَّ قَالَ لَهُ: اِذْهَبْ فَاحْتَطِبْ وَبِعْ وَلَا أَرَيَنَّكَ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا. فَذَهَبَ الرَّجُلُ يَحْتَطِبُ وَيَبِيعُ فَجَاءَ وَقَدْ أَصَابَ عَشْرَةَ دَرَاهِمَ، فَاشْتَرَى بِبَعْضِهَا ثَوْبًا وَبِبَعْضِهَا طَعَامًا، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: هَذَا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَجِيْءَ الْمَسْأَلَةُ نُكْتَةً فِي وَجْهِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا تَصْلُحُ إِلَّا لِثَلَاثَةٍ: لِذِي فَقْرٍ مُدْقِعٍ أَوْ لِذِي غُرْمٍ مُفْظِعٍ أَوْ لِذِي دَمٍ مُوْجِعٍ.

Seorang lelaki dari kaum Anshor mendatangi Nabi lalu beliau bertanya kepadanya: “Apakah di rumahmu ada sesuatu?” Ia menjawab: “Ya, ada sehelai permadani yang sebagian kami kenakan dan sebagian kami hamparkan, serta sebuah mangkuk yang kami gunakan untuk minum air.” Beliau bersabda: “Bawakan keduanya kepadaku.” Lelaki itu membawakannya. Rosululloh mengambil keduanya lalu bersabda: “Siapa yang mau membeli kedua benda ini?” Seorang lelaki berkata: “Aku mengambilnya dengan 1 dirham.” Beliau bersabda: “Siapa yang menambah lebih dari 1 dirham?” (Beliau mengulanginya) 2 atau 3 kali. Seorang lelaki berkata: “Aku mengambilnya dengan 2 dirham.” Beliau memberikannya kepada lelaki itu, mengambil 2 dirham, dan memberikannya kepada lelaki Anshor tadi. Beliau bersabda: “Belilah dengan salah satunya makanan dan berikan kepada keluargamu. Belilah dengan yang lain sebuah kapak, lalu bawakan kepadaku.” Rosululloh mengikatkan kayu pada kapak itu dengan tangan beliau sendiri, kemudian bersabda kepadanya: “Pergilah, carilah kayu bakar dan jual, dan janganlah aku melihatmu selama 15 hari.” Lelaki itu pun pergi mencari kayu bakar dan menjualnya. Ia datang kembali dan telah menghasilkan 10 dirham. Ia membeli dengan sebagiannya pakaian dan dengan sebagiannya makanan. Rosululloh bersabda: “Ini lebih baik bagimu daripada kamu datang dengan meminta-minta, yang akan menjadi noda di wajahmu pada Hari Kiamat. Sungguh meminta-minta tidaklah pantas kecuali bagi 3 (tiga) jenis orang: bagi siapa yang sangat miskin (melarat), bagi siapa yang memiliki hutang besar yang menyulitkan, atau bagi siapa yang menanggung pembayaran (ganti rugi) darah yang menyakitkan.”

(Dho’if. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

42. Menyambung Silaturahmi

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

Siapa yang beriman kepada Alloh dan Hari Akhir, hendaklah ia menyambung silaturahmi.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Asy-Syaikhon dan selain keduanya. Hadits ini dikeluarkan dalam Misykah Al-Mashobiih)

43. Kewajiban Berbakti pada Keluarga Dekat

أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ وَمَوْلَاكَ الَّذِي يَلِي ذَاكَ حَقٌّ وَاجِبٌ وَرَحِمٌ مَوْصُوْلَةٌ.

(Berbaktilah kepada) ibumu, ayahmu, saudarimu, saudaramu, dan kerabatmu yang paling dekat dengan itu. Itu adalah hak yang wajib dan hubungan kekerabatan yang harus disambung.

(Hasan. Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Al-Bukhori dalam Al-Adab Al-Mufrad)

44. Prioritas Kekerabatan

أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ.

Ibumu, ayahmu, saudarimu, saudaramu, kemudian yang paling dekat denganmu, lalu yang paling dekat denganmu.

(Shohih. Dikeluarkan oleh An-Nasa’i dari Thoriq Al-Muharibi rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Kami tiba di Madinah, ternyata Rosululloh sedang berdiri di atas mimbar berkhutbah kepada orang-orang, dan beliau bersabda: “Tangan yang memberi lebih tinggi (mulia). Mulailah dengan siapa yang wajib kamu nafkahi: Ibumu dan ayahmu...”)

45. Siapa yang Harus Diberi Kebaktian

عَنْ كُلَيْبِ بْنِ مَنْفَعَةَ الْحَنَفِيِّ عَنْ جَدِّهِ أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ وَمَوْلَاكَ الَّذِي يَلِي ذَاكَ حَقٌّ وَاجِبٌ وَرَحِمٌ مَوْصُوْلَةٌ.

Dari Kulaib bin Manfa’ah Al-Hanafi dari kakeknya, sungguh ia mendatangi Nabi lalu berkata: “Ya Rosululloh, siapa yang harus aku berbakti kepadanya?” Beliau bersabda: “Ibumu, ayahmu, saudarimu, saudaramu, dan kerabatmu yang paling dekat dengan itu. Itu adalah hak yang wajib dan hubungan kekerabatan yang harus disambung.”

(Hasan)

46. Siapa yang Harus Dinafkahi

عَنْ طَارِقٍ الْمُحَارِبِيِّ قَالَ: قَدِمْتُ الْمَدِيْنَةَ فَإِذَا رَسُوْلُ اللهِ ﷺ قَائِمٌ عَلَى الْمِنْبَرِ يَخْطُبُ النَّاسَ وَهُوَ يَقُوْلُ: يَدُ الْمُعْطِي الْعُلْيَا وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ: أُمَّكَ وَأَبَاكَ فَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ.

Dari Thoriq Al-Muharibi rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku tiba di Madinah, ternyata Rosululloh sedang berdiri di atas mimbar berkhutbah kepada orang-orang, dan beliau bersabda: “Tangan yang memberi lebih tinggi (mulia). Mulailah dengan siapa yang wajib kamu nafkahi: Ibumu dan ayahmu, lalu saudarimu dan saudaramu, kemudian yang paling dekat denganmu, lalu yang paling dekat denganmu.”

(Shohih)

47. Prioritas Utama dalam Berbuat Baik

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ فَأَدْنَاكَ.

Seorang lelaki datang kepada Nabi lalu berkata: “Ya Rosululloh, siapa orang yang paling berhak aku pergauli dengan baik?” Beliau bersabda: “Ibumu.” Lelaki itu berkata: “Lalu siapa lagi?” Beliau bersabda: “Ibumu.” Lelaki itu berkata: “Lalu siapa lagi?” Beliau bersabda: “Ibumu.” Lelaki itu berkata: “Lalu siapa lagi?” Beliau bersabda: “Ayahmu, kemudian yang paling dekat denganmu, lalu yang paling dekat denganmu.”

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Ghooyah Al-Maroom dan Al-Irwaa’)

48. Prioritas dalam Berbakti

عَنْ مُعَاوِيَةَ الْقُشَيْرِيِّ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: أُمَّكَ. قُلْتُ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ. قُلْتُ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبَاكَ ثُمَّ الْأَقْرَبَ فَالْأَقْرَبَ.

Dari Mu’awiyah Al-Qusyairi rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku bertanya: “Ya Rosululloh, siapa yang harus aku berbakti kepadanya?” Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya: “Lalu siapa lagi?” Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya: “Lalu siapa lagi?” Beliau bersabda: “Ayahmu, kemudian yang paling dekat lalu yang paling dekat.”

(Hasan. Dikeluarkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, Al-Hakim, dan Ahmad)

49. Nafkah Anak Sesuai Kebutuhan

قَالَ النَّبِيُّ ﷺ لِهِنْدَ: خُذِيْ مَا يَكْفِيْكِ وَوَلَدَكِ بِالْمَعْرُوْفِ.

Nabi bersabda kepada Hindun rodhiyallahu ‘anha: “Ambillah apa yang mencukupi dirimu dan anakmu secara ma’ruf (patut).”

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’ (2158))

50. Anak Adalah Hasil Usaha Orang Tua

إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلْتُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ وَإِنَّ أَوْلَادَكُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ وَكُلُوْهُ هَنِيْئًا مَرِيْئًا.

Sungguh sebaik-baik yang kamu makan adalah dari hasil usahamu, dan sungguh anak-anakmu adalah bagian dari hasil usahamu, maka makanlah itu dengan nikmat dan baik.

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’ (1626))

51. Prioritas Shodaqoh dan Nafkah

اِبْدَأْ بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْهَا، فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ أَهْلِكَ شَيْءٌ فَلِذَوِي قَرَابَتِكَ، فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ عَنْ ذِي قَرَابَتِكَ فَهَكَذَا وَهَكَذَا.

Mulailah dari dirimu sendiri dengan mengalokasikan untuknya. Jika ada sisa, maka untuk keluargamu. Jika ada sisa dari keluargamu, maka untuk kerabatmu. Jika ada sisa dari kerabatmu, maka begini dan begitu (untuk orang lain).

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

52. Kewajiban Menafkahi Yatim

إِنَّ عُمَرَ جَبَرَ عُصْبَةَ صَبِيٍّ عَلَى أَنْ يُنْفِقُوا عَلَيْهِ الرِّجَالُ دُوْنَ النِّسَاءِ.

Sungguh Umar rodhiyallahu ‘anhu memaksa sekelompok kerabat laki-laki dari seorang anak kecil untuk menafkahinya, yaitu para lelaki (saja) bukan para wanita.

(Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dari ‘Amr bin Syu’aib dari Sa’id bin Al-Musayyib bahwa Umar rodhiyallahu ‘anhu memaksa... dst. Dan ia berkata: “Hadits ini munqothi’ (terputus), yaitu antara Ibnu Al-Musayyib dan Umar rodhiyallahu ‘anhu. Belum ada studi tentang Hadits ini.”)

53. Menafkahi Yatim oleh Kerabat Jauh

جَاءَ وَلِيُّ يَتِيْمٍ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ: أَنْفِقْ عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: لَوْ لَمْ أَجِدْ إِلَّا أَقْصَى عَشِيرَتِهِ لَفَرَضْتُ عَلَيْهِمْ.

Seorang wali anak yatim datang kepada Umar bin Al-Khoththob rodhiyallahu ‘anhu lalu ia berkata: “Nafkahilah anak itu.” Kemudian ia berkata: “Andai aku tidak mendapati kecuali kerabatnya yang paling jauh, niscaya aku akan mewajibkan atas mereka.”

(Aku tidak menemukannya saat ini. Belum ada studi tentang Hadits ini)

54. Berobat Adalah Perintah Alloh

يَا عِبَادَ اللهِ تَدَاوَوْا فَإِنَّ الَّذِي خَلَقَ الدَّاءَ خَلَقَ الدَّوَاءَ.

Wahai hamba-hamba Alloh , berobatlah, karena sungguh Dzat yang menciptakan penyakit telah menciptakan pula obatnya.

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Ghooyah Al-Maroom (292))

55. Nishob Zakat Pertanian

فِيْمَا سَقَتِ السَّمَاءُ الْعُشْرُ وَفِيْمَا سُقِيَ بِآلَةٍ نِصْفُ الْعُشْرِ.

Pada tanaman yang diairi oleh air hujan ada 1/10 (yakni 10%) kewajiban Zakatnya, dan pada tanaman yang diairi dengan alat ada 1/20 (yakni 5%) kewajiban Zakatnya.

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’ dan Ar-Roudh An-Nadhiir)

56. Zakat Fithroh

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ.

Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhuma berkata: Rosululloh mewajibkan Zakat Fithroh sebagai penyucian bagi orang yang Puasa dari perbuatan sia-sia dan ucapan kotor, dan sebagai makanan bagi para miskin.

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

57. Rukun Islam

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا.

Islam dibangun di atas 5 (lima) perkara: Bersaksi bahwa tiada yang berhak disembah selain Alloh dan sungguh Muhammad adalah Rosul Alloh , mendirikan Sholat, menunaikan Zakat, Puasa Romadhon, dan Haji ke Baitulloh bagi siapa yang mampu menempuh perjalanan ke sana.

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

58. Hubungan Sholat dan Zakat

قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أُمِرْتُمْ بِإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَمَنْ لَمْ يُزَكِّ فَلَا صَلَاةَ لَهُ.

Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu berkata: “Kalian diperintahkan untuk mendirikan Sholat dan menunaikan Zakat. Siapa yang tidak berzakat, maka tidak sah Sholat baginya.

(Dho’if. Dikeluarkan oleh Ath-Thobaroni dalam Al-Mu’jam Al-Kabiir dan sanadnya dho’if)

59. Keutamaan Berbagai Ibadah

اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ الْإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيْزَانَ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَآنِ أَوْ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَالصَّلَاةُ نُوْرٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ، كُلُّ النَّاسِ يَغْدُوْ فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا.

Kesucian (bersuci) adalah separuh dari keimanan. Bacaan Alhamdulillahi (Segala puji bagi Alloh ) memenuhi timbangan. Bacaan Subhaanallohi walhamdulillahi (Maha Suci Alloh dan segala puji bagi Alloh ) memenuhi atau mengisi antara langit dan bumi. Sholat adalah cahaya. Shodaqoh adalah bukti. Kesabaran adalah pelita. Al-Qur’an adalah pembela (hujjah) bagimu atau penuntut (hujjah) atasmu. Setiap manusia berpagi-pagi lalu menjual dirinya; ada yang membebaskannya (dari Naar) atau membinasakannya (ke Naar).

(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ad-Darimi, dan Ahmad dari Abu Malik Al-Asy’ari rodhiyallahu ‘anhu)

60. Ancaman bagi yang Enggan Berzakat

مَنْ آتَاهُ اللهُ مَالًا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيْبَتَانِ يُطَوِّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَعْنِي شِدْقَيْهِ ثُمَّ يَقُوْلُ: أَنَا مَالُكَ، أَنَا كَنْزُكَ. ثُمَّ تَلَا النَّبِيُّ ﷺ: ﴿وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Siapa yang Alloh berikan harta kepadanya, lalu ia tidak menunaikan Zakatnya, maka akan diwujudkan kepadanya pada Hari Kiamat ular besar yang botak (jenis ular berbisa) yang memiliki dua taring. Ular itu melilit lehernya pada Hari Kiamat, kemudian mengambil kedua tulang rahangnya (yaitu kedua pipinya) seraya berkata: “Aku adalah hartamu, aku adalah simpanan hartamu.” Kemudian Nabi membaca ayat:

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Dan janganlah sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang Alloh berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kekikiran itu baik bagi mereka. Sebenarnya kekikiran itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan kelak di leher mereka pada Hari Kiamat.(QS. Ali ‘Imron: 180)

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, An-Nasa’i, dan Ahmad dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu)

61. Akibat Tidak Menunaikan Zakat

مَا مَنَعَ قَوْمٌ زَكَاةً إِلَّا ابْتَلَاهُمُ اللهُ بِالسِّنِيْنَ.

Tidaklah suatu kaum menahan Zakat melainkan Alloh akan menguji mereka dengan kekeringan yang berkepanjangan.

(Hasan. Hadits ini ada di dalam Silsilah Ash-Shohiihah (106))

62. Menahan Zakat dan Hujan

وَلَمْ يَمْنَعُوْا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوْا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوْا.

Mereka tidaklah menahan Zakat harta mereka melainkan mereka akan ditahan dari mendapatkan tetesan air (hujan) dari langit. Kalau bukan karena hewan-hewan ternak, niscaya mereka tidak akan dihujani.

(Hasan. Hadits ini ada di dalam Silsilah Ash-Shohiihah dengan nomor 106)

63. Zakat yang Merusak Harta

مَا خَالَطَتِ الصَّدَقَةُ أَوْ قَالَ الزَّكَاةُ مَالًا إِلَّا أَفْسَدَتْهُ.

Tidaklah Shodaqoh – atau ia berkata Zakat – bercampur dengan suatu harta melainkan ia akan merusaknya.

(Dho’if. Dikeluarkan oleh Al-Humaidi)

64. Ancaman bagi yang Menolak Zakat

مَنْ أَعْطَاهَا مُؤْتَجِرًا فَلَهُ أَجْرُهَا، وَمَنْ مَنَعَهَا فَأَنَا آخِذُهَا وَشَطْرَ مَالِهِ غُرْمَةً مِنْ غُرَمَاتِ رَبِّنَا لَا يَحِلُّ لِآلِ مُحَمَّدٍ مِنْهَا شَيْءٌ.

Siapa yang memberikannya (Zakat) dengan mengharap pahala, maka ia mendapatkan pahalanya. Siapa yang menolaknya, maka aku (penguasa) akan mengambilnya ditambah (mengambil) separuh hartanya sebagai denda dari denda-denda Robb kami. Tidak halal sedikit pun dari harta itu bagi keluarga Muhammad .

(Hasan. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

65. Keharusan Memerangi Orang yang Membedakan Sholat dan Zakat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: لَمَّا تُوُفِّيَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ وَاسْتُخْلِفَ أَبُو بَكْرٍ بَعْدَهُ وَكَفَرَ مَنْ كَفَرَ مِنَ الْعَرَبِ قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ لِأَبِي بَكْرٍ: كَيْفَ تُقَاتِلُ النَّاسَ وَقَدْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُوْلُوْا لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، فَمَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ فَقَدْ عَصَمَ مِنِّي مَالَهُ وَنَفْسَهُ إِلَّا بِحَقِّهِ وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ. فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: وَاللهِ لَأُقَاتِلَنَّ مَنْ فَرَّقَ بَيْنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ، فَإِنَّ الزَّكَاةَ حَقُّ الْمَالِ، وَاللهِ لَئِنْ مَنَعُوْنِي عِقَالًا كَانُوْا يُؤَدُّوْنَهُ لِرَسُوْلِ اللهِ ﷺ لَقَاتَلْتُهُمْ عَلَى مَنْعِهِ. فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: فَوَاللهِ مَا هُوَ إِلَّا أَنْ رَأَيْتُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ شَرَحَ صَدْرَ أَبِي بَكْرٍ لِلْقِتَالِ فَعَرَفْتُ أَنَّهُ الْحَقُّ.

Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Ketika Rosululloh wafat dan Abu Bakar rodhiyallahu ‘anhu menjadi Kholifah setelahnya, dan siapa yang kufur dari kalangan Arab menjadi kufur, Umar bin Al-Khoththob rodhiyallahu ‘anhu berkata kepada Abu Bakar rodhiyallahu ‘anhu: “Bagaimana engkau memerangi orang-orang, padahal Rosululloh telah bersabda: ‘Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan laa ilaaha illa Allah. Siapa yang mengucapkannya, sungguh ia telah menjaga harta dan jiwanya dariku, kecuali dengan haknya, dan perhitungannya ada pada Alloh.” Abu Bakar rodhiyallahu ‘anhu berkata: “Demi Alloh, sungguh aku akan memerangi siapa yang memisahkan antara Sholat dan Zakat, karena sungguh Zakat adalah haknya harta. Demi Alloh, andai mereka menahan dariku seutas tali kekang unta yang dahulu mereka tunaikan kepada Rosululloh sungguh aku akan memerangi mereka karena penahanan itu.” Umar bin Al-Khoththob rodhiyallahu ‘anhu berkata: “Demi Alloh, tidak lain adalah aku melihat Alloh sungguh telah melapangkan dada Abu Bakar rodhiyallahu ‘anhu untuk berperang, maka aku tahu sungguh itu adalah kebenaran.”

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu)

66. Mengubah Kemungkaran

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ.

Siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dari Hadits Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallahu ‘anhu)

67. Melunasi Hutang Alloh

أَنَّ رَجُلًا جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ، فَأَقْضِيْهِ عَنْهَا؟ فَقَالَ: لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكَ دَيْنٌ أَكُنْتَ قَاضِيَهُ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَدَيْنُ اللهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى.

Seorang lelaki datang kepada Nabi lalu berkata: “Sungguh ibuku meninggal dunia dan ia memiliki tanggungan Puasa 1 bulan, apakah aku harus mengqodho’-nya untuknya?” Beliau bersabda: “Andai ibumu memiliki hutang, apakah kamu akan melunasinya untuknya?” Ia menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Maka hutang Alloh lebih berhak untuk dilunasi.”

(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim, At-Tirmidzi, Ad-Darimi, Ibnu Majah, dan Ahmad. At-Tirmidzi berkata: “Hadits hasan shohih,” dan lafazhnya (demikian pula Ibnu Majah) adalah 2 bulan berturut-turut. Dalam riwayat Ahmad: Seorang lelaki datang kepada Nabi lalu berkata: “Sungguh saudariku bernadzar untuk Haji dan ia telah meninggal.” Beliau bersabda: “Bagaimana pendapatmu andai ia memiliki... Hadits ini shohih sesuai syarat Asy-Syaikhon)

68. Dosa Syahid yang Diampuni Kecuali Hutang

يُغْفَرُ لِلشَّهِيْدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلَّا الدَّيْنَ.

“Dosa orang yang mati syahid diampuni kecuali hutang.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim dan Ahmad dari Hadits Abdulloh bin ‘Amr rodhiyallahu ‘anhuma secara marfu’)

69. Zakat Diambil dari Orang Kaya dan Dikembalikan kepada Orang Miskin

أَمَرَ النَّبِيُّ ﷺ مُعَاذًا حِيْنَ بَعَثَهُ إِلَى الْيَمَنِ أَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ.

Nabi memerintahkan Mu’adz rodhiyallahu ‘anhu ketika beliau mengutusnya ke Yaman: “Beritahukan kepada mereka bahwa Alloh mewajibkan atas mereka shodaqoh (Zakat) yang diambil dari orang-orang kaya mereka lalu dikembalikan kepada orang-orang miskin mereka. Jika mereka menaatimu untuk itu, maka jauhilah harta-harta pilihan mereka. Dan takutlah (waspadalah) terhadap doa orang yang terzholimi, karena sungguh tidak ada penghalang antara doa itu dengan Alloh .”

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

70. Menerima Petugas Zakat

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَتِيْكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ: سَيَأْتِيْكُمْ رَكْبٌ مُبْغِضُوْنَ فَإِذَا أَتَوْكُمْ فَرَحِّبُوْا بِهِمْ وَخَلُّوْا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَا يَبْتَغُوْنَ فَإِنْ عَدَلُوْا فَلِأَنْفُسِهِمْ وَإِنْ ظَلَمُوْا فَعَلَيْهَا فَإِنَّ تَمَامَ زَكَاتِهِمْ رِضَاهُمْ وَلْيَدْعُوْا لَكُمْ.

Dari Jabir bin ‘Atik rodhiyallahu ‘anhu, sungguh Rosululloh bersabda: “Akan datang kepada kalian sekelompok penunggang kuda yang tidak disukai (petugas Zakat). Jika mereka datang kepadamu, sambutlah mereka dengan gembira dan biarkan mereka melakukan apa yang mereka cari. Jika mereka berbuat adil, maka itu untuk diri mereka sendiri. Jika mereka berbuat zholim, maka itu menjadi tanggungan mereka. Karena sungguh kesempurnaan Zakat mereka adalah keridhoan mereka (orang yang berzakat), dan hendaklah mereka mendoakan kebaikan untukmu.”

(Dho’if. Dikeluarkan oleh Abu Dawud, Ibnu Abi Syaibah, dan Al-Baihaqi)

71. Telah Lunas Zakat Setelah Diserahkan kepada Rosululloh

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِرَسُوْلِ اللهِ ﷺ: إِذَا أَدَّيْتُ الزَّكَاةَ إِلَى رَسُوْلِكَ فَقَدْ بَرِئْتُ مِنْهَا إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ؟ قَالَ: نَعَمْ إِذَا أَدَّيْتَهَا إِلَى رَسُوْلِي فَقَدْ بَرِئْتُ مِنْهَا إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَلَكَ أَجْرُهَا وَإِثْمُهَا عَلَى مَنْ بَدَّلَهَا.

Dari Anas rodhiyallahu ‘anhu, sungguh seorang lelaki berkata kepada Rosululloh : “Jika aku menunaikan Zakat kepada utusanmu, sungguh aku telah terbebas dari tanggungan Zakat itu di hadapan Alloh dan Rosul-Nya?” Beliau bersabda: “Ya, jika kamu telah menunaikannya kepada utusanku, sungguh kamu telah terbebas dari tanggungan Zakat itu di hadapan Alloh dan Rosul-Nya, dan kamu mendapatkan pahalanya. Adapun dosanya ditanggung oleh siapa yang mengubahnya.”

(Dho’if. Dikeluarkan oleh Ahmad dari jalur Sa’id bin Abi Hilal dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu)

72. Menyerahkan Zakat kepada Pemerintah

عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: اِجْتَمَعَ عِنْدِي نَفَقَةٌ فِيْهَا صَدَقَةٌ فَسَأَلْتُ سَعْدَ بْنَ أَبِي وَقَّاصٍ وَابْنَ عُمَرَ وَأَبَا هُرَيْرَةَ وَأَبَا سَعِيْدٍ الْخُدْرِيَّ أَنْ أَقْسِمَهَا أَوْ أَدْفَعَهَا لِلسُّلْطَانِ، مَا اخْتَلَفَ عَلَيَّ مِنْهُمْ أَحَدٌ. وَفِي رِوَايَةٍ فَقُلْتُ لَهُمْ: هَذَا السُّلْطَانُ يَفْعَلُ مَا تَرَوْنَ (كَانَ هَذَا فِي عَهْدِ بَنِي أُمَيَّةَ) فَسَأَدْفَعُ إِلَيْهِمْ زَكَاتِي؟ فَقَالُوْا كُلُّهُمْ: نَعَمْ فَادْفَعْهَا.

Dari Suhail bin Abi Sholih dari ayahnya, ia berkata: Terkumpul padaku nafkah yang di dalamnya ada shodaqoh (Zakat). Aku bertanya kepada Sa’d bin Abi Waqqosh rodhiyallahu ‘anhu, Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma, Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu, dan Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallahu ‘anhu: Apakah aku membagikannya sendiri atau aku serahkan kepada penguasa? Tidak ada seorang pun dari mereka yang berselisih denganku. Dalam satu riwayat: Aku berkata kepada mereka: “Penguasa ini melakukan apa yang kamu lihat (Ini terjadi pada masa Bani Umayyah), apakah aku serahkan Zakatku kepada mereka?” Mereka semua menjawab: “Ya, serahkanlah.”

(Shohih. Dikeluarkan oleh Abu ‘Ubaid dalam Al-Amwaal dan Al-Baihaqi dari jalur Suhail bin Abi Sholih. Sanad Hadits ini shohih sesuai syarat Muslim)

73. Penyerahan Zakat kepada Penguasa

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: ادْفَعُوْا صَدَقَاتِكُمْ إِلَى مَنْ وَلَّاهُ اللهُ أَمْرَكُمْ فَمَنْ بَرَّ فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَثِمَ فَعَلَيْهَا.

Dari Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Serahkanlah shodaqoh (Zakat) kalian kepada siapa yang Alloh serahkan urusan kalian kepadanya. Siapa yang berbuat baik, maka kebaikannya untuk dirinya sendiri, dan siapa yang berdosa, maka dosanya menjadi tanggungannya.

(Atsar Shohih. Dikeluarkan oleh Abu ‘Ubaid dalam Al-Amwaal)

74. Perintah Menyerahkan Zakat kepada Penguasa

عَنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّهُ قَالَ لِمَوْلَى لَهُ وَهُوَ عَلَى أَمْوَالِهِ بِالطَّائِفِ: كَيْفَ تَصْنَعُ فِي صَدَقَةِ مَالِي؟ قَالَ: مِنْهَا مَا أَتَصَدَّقُ بِهِ وَمِنْهَا مَا أَدْفَعُ إِلَى السُّلْطَانِ. قَالَ: وَفِيْمَ أَنْتَ مِنْ ذَاكَ؟ فَقَالَ: إِنَّهُمْ يَشْتَرُوْنَ بِهَا الْأَرْضَ وَيَتَزَوَّجُوْنَ بِهَا النِّسَاءَ. فَقَالَ: اِدْفَعْهَا إِلَيْهِمْ فَإِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ أَمَرَنَا أَنْ نَدْفَعَهَا إِلَيْهِمْ.

Dari Al-Mughiroh bin Syu’bah rodhiyallahu ‘anhu, sungguh ia berkata kepada budak yang dibebaskannya, yang mengurus hartanya di Tho’if: “Bagaimana kamu mengelola shodaqoh (Zakat) hartaku?” Ia menjawab: “Sebagiannya aku shodaqohkan, dan sebagiannya aku serahkan kepada penguasa.” Al-Mughiroh rodhiyallahu ‘anhu bertanya: “Apa yang kamu perbuat dari yang itu?” Ia menjawab: “Sungguh mereka (para penguasa) membeli tanah dengan uang itu dan mengawini para wanita dengannya.” Al-Mughiroh rodhiyallahu ‘anhu berkata: “Serahkanlah kepada mereka, karena sungguh Rosululloh memerintahkan kami agar menyerahkannya kepada mereka.”

(Atsar Dho’if. Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi)

75. Bagian Mustahiq Zakat

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ لَهُ: أَعْطِنِي مِنَ الصَّدَقَاتِ. فَقَالَ لَهُ: إِنَّ اللهَ لَمْ يَرْضَ بِحُكْمِ نَبِيٍّ وَلَا غَيْرِهِ فِي الصَّدَقَةِ حَتَّى حَكَمَ هُوَ فِيْهَا فَجَزَّأَهَا ثَمَانِيَةَ أَجْزَاءٍ فَإِنْ كُنْتَ مِنْ تِلْكَ الْأَجْزَاءِ أَعْطَيْتُكَ حَقَّكَ.

Seorang lelaki datang kepada Nabi lalu berkata kepada beliau: “Berikanlah aku sebagian dari shodaqoh (Zakat).” Beliau bersabda kepadanya: “Sungguh Alloh tidak ridho dengan keputusan seorang Nabi atau yang lainnya dalam hal shodaqoh (Zakat), hingga Dia sendiri yang memutuskannya, lalu Dia membaginya menjadi 8 (delapan) bagian. Jika kamu termasuk dari bagian-bagian itu, aku akan memberimu hakmu.”

(Dho’if. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

76. Definisi Orang Miskin yang Sesungguhnya

لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِي تَرُدُّهُ التَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ وَلَا اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ، إِنَّمَا الْمِسْكِينُ الَّذِي يَتَعَفَّفُ. اِقْرَءُوْا إِنْ شِئْتُمْ: ﴿لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا.

Bukanlah orang miskin (miskin) itu siapa yang ditolak hanya dengan sebutir atau dua butir kurma, atau sepotong atau dua potong suapan makanan. Sungguh orang miskin itu adalah siapa yang menjaga kehormatan dirinya. Bacalah jika kamu mau:

لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا

Mereka tidak meminta-minta kepada orang lain dengan mendesak. (QS. Al-Baqoroh: 273)

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, dan Ahmad dari jalur yang berbeda-beda dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu, dan redaksi ini milik Al-Bukhori)

77. Definisi Orang Miskin yang Tidak Meminta-Minta

لَيْسَ الْمِسْكِيْنُ الَّذِي يَطُوْفُ عَلَى النَّاسِ تَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ، وَلَكِنَّ الْمِسْكِيْنَ الَّذِي لَا يَجِدُ غِنًى يُغْنِيْهِ وَلَا يُفْطَنُ فَيُتَصَدَّقُ عَلَيْهِ وَلَا يَقُوْمُ فَيَسْأَلُ النَّاسَ.

Bukanlah orang miskin (miskin) itu yang berkeliling mendatangi orang-orang, lalu ia ditolak dengan sepotong atau dua potong suapan makanan, atau sebutir atau dua butir kurma. Tetapi, orang miskin (miskin) itu adalah siapa yang tidak mendapatkan kecukupan yang membuatnya kaya, tidak disadari (keadaannya) sehingga ia diberi shodaqoh, dan tidak berdiri lalu meminta-minta kepada orang lain.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, An-Nasa’i, Malik bin Anas, dan Ahmad)

78. Bolehkah Orang yang Memiliki Rumah dan Pembantu Menerima Zakat?

عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ أَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الرَّجُلِ تَكُوْنُ لَهُ الدَّارُ وَالْخَادِمُ أَيَأْخُذُ مِنَ الزَّكَاةِ؟ فَأَجَابَ بِأَنَّهُ يَأْخُذُ إِنِ احْتَاجَ وَلَا حَرَجَ عَلَيْهِ.

Dari Al-Hasan Al-Bashri, ia ditanya tentang seorang lelaki yang memiliki rumah dan pembantu, apakah ia boleh mengambil (minta) Zakat? Ia menjawab bahwa ia boleh mengambil jika membutuhkan, dan tidak ada dosa baginya.

(Atsar Dho’if. Dikeluarkan oleh Abu ‘Ubaid dalam Al-Amwaal)

79. Makan dari Hasil Usaha Sendiri

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ.

Tidak ada seorang pun yang makan makanan sama sekali yang lebih baik daripada ia makan dari hasil usahanya sendiri.

(Shohih)

80. Zakat Tidak Halal bagi Orang Kaya

لَا تَحِلُّ الصَّدَقَةُ لِغَنِيٍّ وَلَا لِذِي مِرَّةٍ سَوِيٍّ.

Shodaqoh tidak halal bagi orang kaya dan tidak pula bagi orang yang kuat dan sempurna (anggota badannya).

(Shohih)

81. Shodaqoh Bukan untuk Orang Kaya atau Orang Kuat yang Mampu Bekerja (Pengulangan)

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَدِيٍّ الْخِيَارِ: أَنَّ رَجُلَيْنِ أَخْبَرَاهُ أَنَّهُمَا أَتَيَا النَّبِيَّ ﷺ يَسْأَلَانِهِ عَنِ الصَّدَقَةِ، فَقَلَّبَ فِيْهِمَا الْبَصَرَ وَرَآهُمَا جَلْدَيْنِ، فَقَالَ: إِنْ شِئْتُمَا أَعْطَيْتُكُمَا، وَلَا حَظَّ فِيْهَا لِغَنِيٍّ وَلَا لِقَوِيٍّ مُكْتَسِبٍ.

Dari Abdulloh bin ‘Adi Al-Khoiyyar rodhiyallahu ‘anhu: Sungguh dua lelaki memberitahunya bahwa keduanya mendatangi Nabi meminta Shodaqoh kepada beliau. Beliau memutar pandangannya kepada keduanya dan melihat keduanya adalah orang yang kuat, lalu beliau bersabda: “Jika kamu berdua mau, aku akan memberimu, tetapi tidak ada bagian di dalamnya bagi orang kaya dan bagi orang kuat yang mampu mencari nafkah.”

(Shohih)

82. Tiga Jenis Orang yang Boleh Meminta-Minta

عَنْ قَبِيْصَةَ بْنِ الْمُخَارِقِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: تَحَمَّلْتُ حَمَالَةً فَأَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ أَسْأَلُهُ فِيْهَا فَقَالَ: أَقِمْ حَتَّى تَأْتِيَنَا الصَّدَقَةُ فَنَأْمُرَ لَكَ بِهَا. ثُمَّ قَالَ: يَا قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ: رَجُلٌ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٌ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قَوَامًا مِنْ عَيْشٍ أَوْ قَالَ سَدَادًا مِنْ عَيْشٍ، وَرَجُلٌ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُوْلَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قَوَامًا مِنْ عَيْشٍ أَوْ قَالَ سَدَادًا مِنْ عَيْشٍ، فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْمَسْأَلَةِ يَا قَبِيْصَةُ سُحْتٌ يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا.

Dari Qubaisoh bin Al-Mukhoriq rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku menanggung hamalah (tanggungan denda/bayaran), lalu aku mendatangi Rosululloh untuk meminta (bantuan) mengenai tanggungan itu. Beliau bersabda: “Tinggallah di sini sampai datang kepada kita shodaqoh (Zakat), lalu kami perintahkan untuk memberimu sebagian darinya.” Kemudian beliau bersabda: “Ya Qubaisoh, sungguh meminta-minta tidaklah halal kecuali bagi salah satu dari 3 (tiga) jenis orang: Seorang lelaki yang menanggung hamalah, maka halal baginya meminta-minta sampai ia memperolehnya, kemudian ia berhenti (meminta-minta). Seorang lelaki yang ditimpa jaa’ihah yang menghabiskan hartanya, maka halal baginya meminta-minta sampai ia memperoleh kecukupan dari penghidupan. Seorang lelaki yang ditimpa faaqoh (kemiskinan) sampai 3 (tiga) orang dari kalangan cerdik pandai kaumnya berkata: ‘Sungguh si Fulan telah ditimpa faaqoh,’ maka halal baginya meminta-minta sampai ia memperoleh qowaam dari penghidupan. Adapun selain dari itu, meminta-minta adalah suht (harta harom), orang yang memakannya berarti memakan suht.”

(Diriwayatkan oleh Muslim. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

(Hamalah: Terjadinya pertikaian dan sejenisnya antara dua kelompok, lalu seseorang mendamaikan mereka dengan harta yang ia tanggung atas dirinya. Jaa’ihah: Bencana yang menimpa harta seseorang. Qowaam: Apa yang menopang urusan seseorang berupa harta dan sejenisnya. Sadaad: Apa yang menutup kebutuhan orang yang membutuhkan dan mencukupinya. Faaqoh: Kemiskinan. Hija: Akal)

83. Memberi sampai Cukup

جَاءَ فِي قَوْلِ عُمَرَ: إِذَا أَعْطَيْتُمْ فَأَغْنُوْا.

Terdapat dalam perkataan Umar rodhiyallahu ‘anhu: “Jika kamu memberi, maka buatlah orang itu menjadi kaya (tercukupi).”

(Dho’if. Dikeluarkan oleh Abu ‘Ubaid dalam Al-Amwaal dari jalur ‘Amr bin Dinar rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Umar rodhiyallahu ‘anhu berkata. Saya berkata: Sanad ini dho’if munqothi’. ‘Amr bin Dinar lahir 2 tahun setelah wafatnya Umar bin Al-Khoththob)

84. Perintah Menikah dan Berpuasa

مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ. وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.

Siapa di antara kamu yang mampu baa’ah (biaya pernikahan), hendaklah ia menikah, karena sungguh itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Siapa yang tidak mampu, hendaklah ia berpuasa, karena sungguh Puasa itu adalah wija’ (pengekang syahwat) baginya.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ad-Darimi, dan Ibnu Majah, dan Ahmad dari Hadits Ibnu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu. Ahmad menambahkan: “Siapa yang tidak mampu, hendaklah ia berpuasa, karena sungguh Puasa itu adalah wija’ baginya.”)

85. Mahar yang Ringan

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: إِنِّي تَزَوَّجْتُ امْرَأَةً مِنَ الْأَنْصَارِ. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ﷺ: هَلْ نَظَرْتَ إِلَيْهَا؟ فَإِنَّ فِي عُيُوْنِ الْأَنْصَارِ شَيْئًا. قَالَ: قَدْ نَظَرْتُ إِلَيْهَا. قَالَ: عَلَى كَمْ تَزَوَّجْتَهَا؟ قَالَ: عَلَى أَرْبَعِ أَوَاقٍ. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ﷺ: عَلَى أَرْبَعِ أَوَاقٍ كَأَنَّمَا تَنْحِتُوْنَ الْفِضَّةَ مِنْ عَرْضِ هَذَا الْجَبَلِ، مَا عِنْدَنَا مَا نُعْطِيْكَ وَلَكِنْ عَسَى أَنْ نَبْعَثَكَ فِي بَعْثٍ تُصِيْبُ مِنْهُ. قَالَ: فَبَعَثَ بَعْثًا إِلَى بَنِي عَبْسٍ بَعَثَ ذَلِكَ الرَّجُلَ فِيْهِمْ.

Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Seorang lelaki datang kepada Nabi lalu berkata: “Sungguh aku menikahi seorang wanita dari kalangan Anshor.” Nabi bersabda kepadanya: “Apakah kamu sudah melihatnya? Karena sungguh di mata kaum Anshor ada sesuatu (kekurangan).” Ia menjawab: “Aku sudah melihatnya.” Beliau bertanya: “Dengan mahar berapa kamu menikahinya?” Ia menjawab: “Dengan 4 awaaq (sekitar 160 dirham perak).” Nabi bersabda kepadanya: “Dengan 4 awaaq, seolah-olah kamu sedang memahat perak dari sisi gunung ini (terlalu banyak). Kami tidak punya apa pun untuk kami berikan kepadamu, tetapi semoga saja kami mengutusmu dalam suatu pasukan sehingga kamu mendapat bagian darinya.” Lelaki itu berkata: Maka beliau mengutus satu pasukan ke Bani Abs dan mengutus lelaki itu di dalamnya.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim)

86. Kewajiban Menuntut Ilmu

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ.

Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap Muslim. Dan siapa yang meletakkan ilmu pada selain ahlinya, seperti mengalungkan permata, mutiara, dan emas kepada babi.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dengan lafazh ini. Diriwayatkan dari sekelompok Shohabat rodhiyallahu ‘anhum, di antaranya Anas bin Malik, Abdulloh bin ‘Amr, Abu Sa’id Al-Khudri, Abdulloh bin Mas’ud, dan Ali rodhiyallahu ‘anhum)

87. Berobat Adalah Perintah Alloh (Pengulangan)

يَا عِبَادَ اللهِ تَدَاوَوْا فَإِنَّ الَّذِي خَلَقَ الدَّاءَ خَلَقَ الدَّوَاءَ.

Wahai hamba-hamba Alloh , berobatlah, karena sungguh Dzat yang menciptakan penyakit telah menciptakan pula obatnya.

(Shohih)

88. Bantuan kepada Saudara Muslim

اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, ia tidak menzholiminya dan tidak menyerahkannya (kepada musuh). Siapa yang berada dalam kebutuhan saudaranya, Alloh akan berada dalam kebutuhannya. Siapa yang melepaskan satu kesusahan dari seorang Muslim, Alloh akan melepaskan satu kesusahan darinya dari kesusahan-kesusahan Hari Kiamat. Siapa yang menutupi (aib) seorang Muslim, Alloh akan menutupi (aibnya) pada Hari Kiamat.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori dengan lafazh ini, dan Ahmad serta selain keduanya. Hadits ini ada di dalam Ash-Shohiihah (504))

89. Rukun Islam dan Kewajiban Zakat

بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي الْمَسْجِدِ دَخَلَ رَجُلٌ عَلَى جَمَلٍ فَأَنَاخَهُ فِي الْمَسْجِدِ ثُمَّ عَقَلَهُ، ثُمَّ قَالَ لَهُمْ: أَيُّكُمْ مُحَمَّدٌ؟ وَالنَّبِيُّ ﷺ مُتَّكِئٌ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِمْ، فَقُلْنَا: هَذَا الرَّجُلُ الْأَبْيَضُ الْمُتَّكِئُ. فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ: يَا ابْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ﷺ: قَدْ أَجَبْتُكَ. فَقَالَ الرَّجُلُ لِلنَّبِيِّ ﷺ: إِنِّي سَائِلُكَ فَمُشَدِّدٌ عَلَيْكَ فِي الْمَسْأَلَةِ فَلَا تَجِدْ عَلَيَّ فِي نَفْسِكَ. فَقَالَ: سَلْ عَمَّا بَدَا لَكَ. فَقَالَ: أَسْأَلُكَ بِرَبِّكَ وَرَبِّ مَنْ قَبْلَكَ أَاللَّهُ أَرْسَلَكَ إِلَى النَّاسِ كُلِّهِمْ؟ فَقَالَ: اللَّهُمَّ نَعَمْ. قَالَ: أَنْشُدُكَ بِاللهِ أَاللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ نُصَلِّيَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ؟ قَالَ: اللَّهُمَّ نَعَمْ. قَالَ: أَنْشُدُكَ بِاللهِ أَاللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ نَصُوْمَ هَذَا الشَّهْرَ مِنَ السَّنَةِ؟ قَالَ: اللَّهُمَّ نَعَمْ. قَالَ: أَنْشُدُكَ بِاللهِ أَاللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ تَأْخُذَ هَذِهِ الصَّدَقَةَ مِنْ أَغْنِيَائِنَا فَتَقْسِمَهَا عَلَى فُقَرَائِنَا؟ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: اللَّهُمَّ نَعَمْ. فَقَالَ الرَّجُلُ: آمَنْتُ بِمَا جِئْتَ بِهِ، وَأَنَا رَسُوْلُ مَنْ وَرَائِي مِنْ قَوْمِي، وَأَنَا ضِمَامُ بْنُ ثَعْلَبَةَ أَخُو بَنِي سَعْدِ بْنِ بَكْرٍ.

Dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Ketika kami duduk bersama Nabi di Masjid, masuklah seorang lelaki menunggang unta, lalu ia menambatkannya di Masjid, kemudian mengikatnya. Lalu ia bertanya kepada mereka: “Siapa di antara kalian yang Muhammad?” Nabi saat itu sedang bersandar di antara mereka. Kami berkata: “Lelaki yang berkulit putih yang sedang bersandar ini.” Lelaki itu berkata kepada beliau : “Ya Ibnu Abdil Muththolib.” Nabi bersabda kepadanya: “Aku telah menjawabmu.” Lelaki itu berkata kepada Nabi : “Sungguh aku akan bertanya kepadamu dengan keras, maka janganlah engkau merasa keberatan di hatimu.” Beliau bersabda: “Bertanyalah tentang apa pun yang terlintas di benakmu.” Ia berkata: “Aku bertanya kepadamu demi Robbmu dan Robb siapa pun yang sebelummu, apakah Alloh mengutusmu kepada manusia seluruhnya?” Beliau bersabda: “Ya Alloh, ya.” Ia berkata: “Aku bersumpah demi Alloh, apakah Alloh memerintahkanmu agar kami Sholat 5 (lima) Sholat dalam sehari semalam?” Beliau bersabda: “Ya Alloh, ya.” Ia berkata: “Aku bersumpah demi Alloh, apakah Alloh memerintahkanmu agar kami Puasa sebulan ini dalam setahun?” Beliau bersabda: “Ya Alloh, ya.” Ia berkata: “Aku bersumpah demi Alloh, apakah Alloh memerintahkanmu agar mengambil Shodaqoh (Zakat) ini dari orang-orang kaya kami lalu membagikannya kepada orang-orang miskin kami?” Nabi bersabda: “Ya Alloh, ya.” Lelaki itu berkata: “Aku beriman kepada apa yang engkau bawa, dan aku adalah utusan dari kaumku yang ada di belakangku. Aku adalah Dhimaam bin Tsa’labah, saudara Bani Sa’d bin Bakr.”

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori dengan lafazh ini, dan An-Nasa’i)

90. Zakat Diletakkan pada Tempatnya

أَنَّ زِيَادًا أَوْ بَعْضَ الْأُمَرَاءِ بَعَثَ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ عَلَى الصَّدَقَةِ فَلَمَّا رَجَعَ قَالَ لِعِمْرَانَ: أَيْنَ الْمَالُ؟ قَالَ: وَلِلْمَالِ أَرْسَلْتَنِي؟ أَخَذْنَاهَا مِنْ حَيْثُ كُنَّا نَأْخُذُهَا عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ وَوَضَعْنَاهَا حَيْثُ كُنَّا نَضَعُهَا عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ.

Dari ‘Imron bin Hushoin rodhiyallahu ‘anhu, sungguh Ziyad atau sebagian penguasa mengutus ‘Imron bin Hushoin rodhiyallahu ‘anhu untuk (mengurusi) Shodaqoh (Zakat). Ketika ia kembali, ia (Ziyad/penguasa) berkata kepada ‘Imron rodhiyallahu ‘anhu: “Di mana harta itu?” ‘Imron rodhiyallahu ‘anhu berkata: “Apakah kamu mengutusku untuk harta? Kami mengambilnya dari tempat kami dahulu mengambilnya pada masa Rosululloh , dan kami meletakkannya di tempat kami dahulu meletakkannya pada masa Rosululloh .”

(Hasan. Dikeluarkan oleh Abu Dawud dengan lafazh ini, dan Ibnu Majah)

91. Tanggung Jawab Nabi atas Hutang Umatnya

أَنَا أَوْلَى بِكُلِّ مُسْلِمٍ مِنْ نَفْسِهِ، مَنْ تَرَكَ مَالًا فَلِوُرَّاثِهِ، وَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا فَإِلَيَّ وَعَلَيَّ.

Aku lebih utama bagi setiap Muslim daripada dirinya sendiri. Siapa yang meninggalkan harta, maka itu untuk ahli warisnya. Siapa yang meninggalkan hutang atau dhiyaa’ (tanggungan), maka itu menjadi tanggung jawabku dan atasku (akan kubayar).

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’ dan memiliki syahid dari Hadits Jabir rodhiyallahu ‘anhu secara marfu’ dengan lafazh: Aku lebih utama bagi Mu’min daripada diri mereka sendiri. Siapa yang meninggalkan harta, maka itu untuk keluarganya. Siapa yang meninggalkan hutang atau dhiyaa’, maka itu menjadi tanggung jawabku dan atasku, dan aku lebih utama bagi Mu’min. Dikeluarkan oleh Ahmad dan Muslim secara ringkas, dan ini adalah riwayat Ahmad)

92. Berpegang Teguh pada Sunnah

إِنَّ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِي عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ.

Sungguh siapa yang hidup di antara kamu, maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kamu berpegang pada sunnahku dan sunnah para Kholifah yang lurus dan mendapatkan petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham.

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

93. Setiap Orang Adalah Pemimpin

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالْإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِ بَيْتِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.

Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Imam (pemimpin tertinggi) adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Lelaki di dalam keluarganya adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya.

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Ghooyah Al-Maroom (269))

94. Memuliakan Tetangga

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ.

Siapa yang beriman kepada Alloh dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya.

(Shohih. Hadits ini dikeluarkan dalam Mukhtashor Shohih Muslim dan Shohih Al-Jami’ Ash-Shoghiir)

95. Berbuat Baik kepada Tetangga

أَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ تَكُنْ مُسْلِمًا.

Berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya kamu menjadi seorang Muslim. (Dho’if. Lihat Hadits nomor 17 dari Musykilah Al-Faqr)

96. Pesan Jibril ‘alaihissalam tentang Tetangga

مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ.

Jibril ‘alaihissalam senantiasa berpesan kepadaku tentang tetangga, sehingga aku menyangka ia akan menjadikannya sebagai ahli waris.

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

97. Larangan Tidur Kenyang saat Tetangga Kelaparan

لَيْسَ بِمُؤْمِنٍ مَنْ بَاتَ شَبْعَانَ وَجَارُهُ إِلَى جَنْبِهِ جَائِعٌ وَهُوَ يَعْلَمُ.

Bukanlah seorang Mu’min siapa yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangganya di sampingnya kelaparan dan ia mengetahuinya.

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Silsilah Ash-Shohiihah (149))

98. Tanggung Jawab terhadap Tetangga

أَيُّمَا أَهْلُ عَرْصَةٍ أَصْبَحَ مِنْهُمُ امْرُؤٌ جَائِعٌ فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُمْ ذِمَّةُ اللهِ.

Penduduk manapun yang di antara mereka ada seorang lelaki yang berpagi-pagi dalam keadaan lapar, maka telah lepas dari mereka perlindungan Alloh .

(Dho’if)

99. Berbagi Makanan dengan Tetangga

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: إِنَّ خَلِيْلِي ﷺ أَوْصَانِيْ إِذَا طَبَخْتُ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِكَ فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوْفٍ.

Dari Abu Dzarr rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Sungguh kekasihku berpesan kepadaku: “Jika kamu memasak kuah (sayur berkuah), maka perbanyaklah airnya. Kemudian lihatlah keluarga dari tetanggamu, lalu berikanlah kepada mereka bagian darinya secara ma’ruf (patut).”

(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim dengan lafazh ini, Al-Bukhori dalam Al-Adab Al-Mufrod, Ad-Darimi, dan Ahmad)

100. Prioritas Memberi Hadiah kepada Tetangga

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ لِي جَارَيْنِ فَإِلَى أَيِّهِمَا أُهْدِي؟ قَالَ: إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكَ بَابًا.

Dari ‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha, ia berkata: Aku bertanya: “Ya Rosululloh, sungguh aku memiliki dua tetangga, kepada yang mana dari keduanya aku harus memberi hadiah?” Beliau bersabda: “Kepada siapa yang pintunya paling dekat denganmu.”

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori dalam Al-Adab Al-Mufrod dengan lafazh ini, Ath-Thohawi dalam Musykil Al-Aatsaar, Ath-Thoyalisi, Ahmad, dan Al-Khothib)

101. Kewajiban Berbuat Baik kepada Tetangga Yahudi

قَالَ مُجَاهِدٌ: كُنْتُ عِنْدَ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ وَغُلَامٌ لَهُ يَسْلُخُ شَاةً، فَقَالَ: يَا غُلَامُ إِذَا سَلَخْتَ فَابْدَأْ بِجَارِنَا الْيَهُودِيِّ. حَتَّى قَالَ ذَلِكَ مِرَارًا. فَقَالَ لَهُ: كَمْ تَقُوْلُ هَذَا؟ فَقَالَ: إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ لَمْ يَزَلْ يُوْصِيْنَا بِالْجَارِ حَتَّى خَشِيْنَا أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ.

Mujahid berkata: Aku berada di sisi Abdulloh bin Umar rodhiyallahu ‘anhuma, sementara ada seorang pelayannya sedang menguliti seekor kambing. Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma berkata: “Wahai pelayan, jika kamu selesai menguliti, mulailah dengan tetangga kita yang Yahudi.” Hingga ia mengulanginya berkali-kali. Pelayan itu berkata kepadanya: “Berapa kali kamu akan mengatakan ini?” Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma berkata: “Sungguh Rosululloh senantiasa berpesan kepada kami tentang tetangga, sehingga kami khawatir beliau akan menjadikannya sebagai ahli waris.”

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori dalam Al-Adab Al-Mufrod, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)

102. Ancaman bagi yang Mampu Berqurban tapi Tidak Melakukannya

مَنْ كَانَ عِنْدَهُ سَعَةٌ فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا.

Siapa yang memiliki kelapangan (harta) lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat Sholat kami.

(Hasan. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah, Al-Khothib, dan Al-Hakim dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi bersabda: “Siapa yang memiliki harta lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat Sholat kami.” Dan di lain waktu beliau bersabda: “Siapa yang mendapati kelapangan lalu ia tidak menyembelih (qurban), maka janganlah ia mendekati tempat Sholat kami.” Ini adalah lafazh Al-Muqri pada riwayat Al-Hakim. Dan pada riwayat Ahmad dengan lafazh lain: “Lalu ia tidak berqurban.” Dan lafazh Ibnu Al-Hibban pada riwayat Al-Hakim: “Siapa yang mendapati kelapangan untuk berqurban lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia menghadiri tempat Sholat kami.” Dan lafazhnya pada riwayat Ibnu Majah: “Siapa yang memiliki kelapangan dan tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat Sholat kami.”)

103. Hak Harta Selain Zakat

عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ قَالَتْ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ أَوْ سُئِلَ ﷺ عَنِ الزَّكَاةِ فَقَالَ: إِنَّ فِي الْمَالِ حَقًّا سِوَى الزَّكَاةِ. ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ الَّتِي فِي الْبَقَرَةِ: ﴿لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ.

Dari Fathimah binti Qois rodhiyallahu ‘anha, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi atau beliau ditanya tentang Zakat, maka beliau bersabda: “Sungguh di dalam harta ada hak (kewajiban) selain Zakat.” Kemudian beliau membaca ayat ini yang ada di surat Al-Baqoroh:

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

Bukanlah suatu kebajikan itu menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat. (QS. Al-Baqoroh: 177).

(Dho’if)

104. Muslim sebagai Bangunan yang Saling Menguatkan

اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.

Seorang Mu’min bagi Mu’min lainnya adalah seperti bangunan, yang sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, dan Ahmad. Al-Bukhori menambahkan dalam satu riwayat: “Dan beliau menyilangkan jari-jari beliau.” At-Tirmidzi berkata: “Hadits hasan shohih”)

105. Muslim sebagai Satu Tubuh

مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْأَعْضَاءِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ.

Perumpamaan kaum Mu’min dalam kecintaan mereka, kasih sayang mereka, dan kelembutan mereka adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh mengeluh sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain ikut merasakan dengan demam dan tidak bisa tidur.

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Mukhtashor Muslim (1773) dan Silsilah Ash-Shohiihah (1083))

106. Persaudaraan Muslim

اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ.

Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, ia tidak menzholiminya dan tidak menyerahkannya (kepada musuh).

(Shohih)

107. Tanggung Jawab terhadap Tetangga yang Kelaparan (Pengulangan)

أَيُّمَا أَهْلُ عَرْصَةٍ أَصْبَحَ فِيْهِمُ امْرُؤٌ جَائِعٌ فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُمْ ذِمَّةُ اللهِ.

Penduduk manapun yang di antara mereka ada seorang lelaki yang berpagi-pagi dalam keadaan lapar, maka telah lepas dari mereka perlindungan Alloh .

(Dho’if)

108. Kasih Sayang dan Rohmat Alloh

مَنْ لَا يَرْحَمُ النَّاسَ لَا يَرْحَمْهُ اللهُ.

Siapa yang tidak menyayangi manusia, Alloh tidak akan menyayanginya.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, At-Tirmidzi, dan Ahmad. Ahmad menambahkan dalam satu riwayat: “Dan siapa yang tidak mengampuni, tidak akan diampuni.”)

109. Berbagi Kelebihan Makanan

مَنْ كَانَ عِنْدَهُ طَعَامُ اثْنَيْنِ فَلْيَذْهَبْ بِثَالِثٍ، وَمَنْ كَانَ عِنْدَهُ طَعَامُ أَرْبَعَةٍ فَلْيَذْهَبْ بِخَامِسٍ أَوْ سَادِسٍ.

Siapa yang memiliki makanan untuk 2 (dua) orang, hendaklah ia pergi dengan yang ketiga. Siapa yang memiliki makanan untuk 4 (empat) orang, hendaklah ia pergi dengan yang kelima atau keenam.

(Shohih)

110. Persaudaraan Muslim (Pengulangan)

اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ.

Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, ia tidak menzholiminya dan tidak menyerahkannya (kepada musuh).

(Shohih)

111. Berbagi Kelebihan Harta dan Kebutuhan

مَنْ كَانَ مَعَهُ فَضْلُ ظَهْرٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لَا ظَهْرَ لَهُ، وَمَنْ كَانَ لَهُ فَضْلُ زَادٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لَا زَادَ لَهُ.

Siapa yang memiliki kelebihan kendaraan, hendaklah ia memberikannya kepada siapa yang tidak memiliki kendaraan. Siapa yang memiliki kelebihan bekal, hendaklah ia memberikannya kepada siapa yang tidak memiliki bekal. (Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallahu ‘anhu berkata): Beliau menyebutkan berbagai jenis harta, sampai kami mengira tidak ada hak bagi seorang pun di antara kami atas kelebihan (harta).

(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad dari Hadits Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallahu ‘anhu)

112. Memberi Makan dan Membebaskan Tawanan

أَطْعِمُوْا الْجَائِعَ وَفُكُّوا الْعَانِيَ.

Berilah makan orang yang lapar dan bebaskanlah tawanan.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Ad-Darimi, dan Ahmad dari Hadits Abu Musa Al-Asy’ari rodhiyallahu ‘anhu secara marfu’. Mereka menambahkan kecuali Ad-Darimi: “Dan jenguklah orang yang sakit.” Dalam satu riwayat Al-Bukhori: “Dan penuhilah undangan,” sebagai ganti “Berilah makan orang yang lapar.” Dan dalam riwayat lain darinya: “Bebaskanlah tawanan dan penuhilah undangan.”)

113. Harta yang Sesungguhnya

يَقُوْلُ الْعَبْدُ: مَالِي مَالِي، وَإِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلَاثٌ: مَا أَكَلَ فَأَفْنَى أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى أَوْ أَعْطَى فَأَقْنَى، وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ.

Seorang hamba berkata: Hartaku, hartaku! Padahal sungguh hartanya hanyalah 3 (tiga) perkara: apa yang ia makan lalu ia habiskan, atau yang ia kenakan lalu ia jadikan usang, atau yang ia berikan (shodaqohkan) lalu ia kekalkan. Adapun selain dari itu, maka ia akan hilang dan ia tinggalkan untuk orang lain.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim, Ibnu Hibban, dan Ahmad dari Hadits Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu)

114. Harta yang Dipersiapkan dan Harta Ahli Waris

أَيُّكُمْ مَالُ وَارِثِهِ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ مَالِهِ؟ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا مِنَّا أَحَدٌ إِلَّا مَالُهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ. قَالَ: فَإِنَّ مَالَهُ مَا قَدَّمَ وَمَالُ وَارِثِهِ مَا أَخَّرَ.

Siapa di antara kamu yang harta ahli warisnya lebih ia cintai daripada hartanya sendiri? Mereka berkata: “Ya Rosululloh, tidak ada seorang pun di antara kami melainkan hartanya sendiri lebih ia cintai.” Beliau bersabda: “Maka sungguh hartanya adalah apa yang telah ia dahulukan (untuk Akhiroh), dan harta ahli warisnya adalah apa yang ia tinggalkan.”

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, An-Nasa’i, dan Ath-Thohawi)

115. Hati-Hati terhadap Naar (Api Neraka)

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا سَيُكَلِّمُهُ اللهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ، فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ، فَيَنْظُرُ أَشْأَمَ مِنْهُ يَعْنِي عَنْ يَسَارِهِ فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ، فَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ. فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ.

Tidak ada seorang pun di antara kamu melainkan Alloh akan berbicara kepadanya tanpa ada penerjemah di antara-Nya dan dia. Ia melihat ke sebelah kanannya, maka ia tidak melihat kecuali apa yang telah ia kerjakan. Ia melihat ke sebelah kirinya, maka ia tidak melihat kecuali apa yang telah ia kerjakan. Ia melihat ke depan, maka ia tidak melihat kecuali Naar (Api Neraka) tepat di hadapan wajahnya. Maka takutlah (jagalah diri) dari Naar, meskipun hanya dengan sepotong kurma.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, dan Ahmad)

116. Shodaqoh yang Tumbuh di Sisi Alloh

مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلَا يَقْبَلُ اللهُ إِلَّا الطَّيِّبَ فَإِنَّ اللهَ يَقْبَلُهَا بِيَمِينِهِ ثُمَّ يُرَبِّيْهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ.

Siapa yang bershodaqoh senilai sebiji kurma dari hasil usaha yang baik – dan Alloh tidak menerima kecuali yang baik – sungguh Alloh akan menerimanya dengan Tangan Kanan-Nya, kemudian Dia memeliharanya untuk pemiliknya sebagaimana salah seorang kamu memelihara anak kudanya, hingga shodaqoh itu menjadi seperti gunung.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ad-Darimi, Ibnu Majah, dan Ahmad, dan memiliki banyak jalur)

117. Shodaqoh Menghapus Kesalahan

اَلصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ.

Shodaqoh itu memadamkan kesalahan (dosa) sebagaimana air memadamkan api.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim)

118. Naungan Shodaqoh di Hari Kiamat

كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ.

Setiap orang berada di bawah naungan shodaqohnya sampai diputuskan perkara di antara manusia.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Ahmad, dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah)

119. Keutamaan Shodaqoh Sedikit dari Harta yang Sedikit

سَبَقَ دِرْهَمٌ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ. فَقَالَ رَجُلٌ: وَكَيْفَ ذَاكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: رَجُلٌ لَهُ مَالٌ كَثِيرٌ أَخَذَ مِنْ عَرْضِهِ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ تَصَدَّقَ بِهَا، وَرَجُلٌ لَيْسَ لَهُ إِلَّا دِرْهَمَانِ فَأَخَذَ أَحَدَهُمَا فَتَصَدَّقَ بِهِ.

Satu dirham telah mendahului 100.000 (seratus ribu) dirham. Seorang lelaki bertanya: “Bagaimana itu bisa terjadi, ya Rosululloh?” Beliau bersabda: “Seorang lelaki memiliki harta banyak, lalu ia mengambil dari hartanya 100.000 dirham dan bershodaqoh dengannya. Dan seorang lelaki yang tidak memiliki apa-apa kecuali 2 (dua) dirham, lalu ia mengambil salah satunya dan bershodaqoh dengannya.”

(Hasan. Dikeluarkan oleh An-Nasa’i, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan Ahmad)

120. Abu Ad-Dahdah Rodhiyallahu ‘Anhu Meminjamkan Kebun Kurmanya kepada Alloh

لَمَّا نَزَلَتْ: ﴿مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ قَالَ أَبُو الدَّحْدَاحِ الْأَنْصَارِيُّ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيُرِيْدُ مِنَّا الْقَرْضَ؟ قَالَ: نَعَمْ يَا أَبَا الدَّحْدَاحِ. قَالَ: أَرِنِي يَدَكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَنَاوَلَهُ يَدَهُ، قَالَ: فَإِنِّي قَدْ أَقْرَضْتُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ حَائِطِي.

Ketika turun ayat:Siapa yang mau meminjamkan kepada Alloh pinjaman yang baik (qordhon hasanan), maka Dia akan melipatgandakan (balasan)nya untuknya? (QS. Al-Baqoroh: 245)

Abu Ad-Dahdah Al-Anshori rodhiyallahu ‘anhu berkata: “Ya Rosululloh, sungguh Alloh benar-benar menghendaki pinjaman dari kami?” Beliau bersabda: “Ya, wahai Abu Ad-Dahdah.” Ia berkata: “Perlihatkan tanganmu kepadaku, ya Rosululloh.” Beliau mengulurkan tangannya. Ia berkata: “Aku telah meminjamkan kebun kurmaku kepada Robbku ‘Azza wa Jalla.”

(Ibnu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu berkata: Dan ia memiliki kebun yang di dalamnya ada 600 pohon kurma, dan Ummu Ad-Dahdah beserta anak-anaknya berada di sana). Ia berkata: Maka Abu Ad-Dahdah rodhiyallahu ‘anhu datang lalu memanggilnya: “Ya Ummu Ad-Dahdah.” Ia menjawab: “Aku sambut panggilanmu.” Ia berkata: “Keluarlah, sungguh aku telah meminjamkannya kepada Robbku ‘Azza wa Jalla.”

(Shohih. Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya, dan Ibnu Abi Hatim sebagaimana dalam Tafsir Ibnu Katsir dari jalur Kholaf, dan sanad ini dho’if. Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Ath-Thobarani, dan perawi-perawi keduanya tsiqoh (terpercaya). Perawi-perawi Abu Ya’la adalah perawi Ash-Shohih. Dan Hadits ini memiliki penguat lainnya)

121. Menginfaqkan Harta yang Paling Dicintai

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلُ: كَانَ أَبُو طَلْحَةَ أَكْثَرَ الْأَنْصَارِ بِالْمَدِيْنَةِ مَالًا مِنْ نَخْلٍ، وَكَانَ أَحَبَّ أَمْوَالِهِ إِلَيْهِ بَيْرُحَاءَ، وَكَانَتْ مُسْتَقْبِلَةَ الْمَسْجِدِ، وَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ يَدْخُلُهَا وَيَشْرَبُ مِنْ مَاءٍ فِيْهَا طَيِّبٍ. قَالَ أَنَسٌ: فَلَمَّا أُنْزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: ﴿لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ قَامَ أَبُو طَلْحَةَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُوْلُ: ﴿لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَإِنَّ أَحَبَّ أَمْوَالِي إِلَيَّ بَيْرُحَاءُ، وَإِنَّهَا صَدَقَةٌ لِلَّهِ، أَرْجُو بِرَّهَا وَذُخْرَهَا عِنْدَ اللهِ، فَضَعْهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ حَيْثُ أَرَاكَ اللهُ. قَالَ: فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: بَخْ، ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ، ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ، وَقَدْ سَمِعْتُ مَا قُلْتَ، وَإِنِّي أَرَى أَنْ تَجْعَلَهَا فِي الْأَقْرَبِيْنَ. فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ: أَفْعَلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَقَسَمَهَا أَبُو طَلْحَةَ فِي أَقَارِبِهِ وَبَنِي عَمِّهِ.

Dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Abu Tholhah rodhiyallahu ‘anhu adalah orang Anshor yang paling banyak hartanya di Madinah berupa kebun kurma. Harta yang paling ia cintai adalah Bairuha’, letaknya menghadap ke Masjid. Rosululloh biasa memasukinya dan minum dari airnya yang tawar (enak). Anas rodhiyallahu ‘anhu berkata: Ketika ayat ini turun:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. (QS. Ali ‘Imron: 92). Abu Tholhah rodhiyallahu ‘anhu berdiri menemui Rosululloh lalu berkata: “Ya Rosululloh, sungguh Alloh Tabaroka wa Ta’ala berfirman: ‘Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.’ Dan sungguh harta yang paling aku cintai adalah Bairuha’. Sungguh itu adalah shodaqoh karena Alloh . Aku berharap kebaikannya dan simpanannya di sisi Alloh . Maka letakkanlah ia, ya Rosululloh, di mana pun yang Alloh perlihatkan kepadamu.” Rosululloh bersabda: “Bagus! Itu adalah harta yang menguntungkan, itu adalah harta yang menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang kamu katakan. Sungguh aku berpendapat hendaknya kamu menjadikannya untuk kerabat-kerabat dekat.” Abu Tholhah rodhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku akan melakukannya, ya Rosululloh.” Maka Abu Tholhah rodhiyallahu ‘anhu membagikannya kepada kerabat-kerabatnya dan anak-anak pamannya.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori dengan lafazh ini, Muslim, Ad-Darimi, dan Ahmad dari Hadits Anas rodhiyallahu ‘anhu. Juga dikeluarkan oleh Malik bin Anas, Abu Dawud, An-Nasa’i, dan At-Tirmidzi)

122. Amal yang Tidak Terputus Setelah Kematian

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ.

Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali dari 3 (tiga) perkara: shodaqoh Jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak sholih yang mendoakannya.

(Shohih. Hadits ini dikeluarkan dalam Al-Irwaa’)

123. Wakaf Umar Rodhiyallahu ‘Anhu

عُمَرُ أَصَابَ أَرْضًا مِنْ أَرْضِ خَيْبَرَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَصَبْتُ أَرْضًا بِخَيْبَرَ لَمْ أُصِبْ مَالًا قَطُّ أَنْفَسَ عِنْدِي مِنْهَا فَمَا تَأْمُرُنِي؟ فَقَالَ ﷺ: إِنْ شِئْتَ حَبَسْتَ أَصْلَهَا وَتَصَدَّقْتَ بِهَا. فَتَصَدَّقَ بِهَا عُمَرُ عَلَى أَنْ لَا تُبَاعَ وَلَا تُوْهَبَ وَلَا تُوْرَثَ فِي الْفُقَرَاءِ وَذَوِي الْقُرْبَى وَالرِّقَابِ وَالضَّعِيْفِ وَابْنِ السَّبِيْلِ. لَا جُنَاحَ عَلَى مَنْ وَلِيَهَا أَنْ يَأْكُلَ مِنْهَا بِالْمَعْرُوْفِ وَيُطْعِمَ غَيْرَ مُتَمَوِّلٍ وَفِي لَفْظٍ: غَيْرَ مُتَأَثِّلٍ مَالًا.

Umar rodhiyallahu ‘anhu memiliki sebidang tanah di tanah Khoibar, lalu ia berkata: “Ya Rosululloh, aku mendapatkan sebidang tanah di Khoibar, aku belum pernah mendapatkan harta sama sekali yang lebih berharga bagiku darinya. Apakah yang engkau perintahkan kepadaku?” Beliau bersabda: “Jika kamu mau, kamu tahan pokoknya (asetnya) dan kamu shodaqohkan hasilnya.” Maka Umar rodhiyallahu ‘anhu menshodaqohkannya dengan syarat tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan, dan tidak boleh diwariskan, (akan tetapi diperuntukkan) bagi para faqir, kerabat dekat, budak, orang yang lemah, dan ibnu sabil. Tidak ada dosa bagi siapa yang mengurusnya untuk makan darinya secara ma’ruf (patut) dan memberi makan tanpa menumpuk harta. (Dalam lafazh lain: tanpa menjadikan harta itu sebagai warisan.)

(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

124. Ancaman bagi Penimbun Makanan

مَنِ احْتَكَرَ الطَّعَامَ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً فَقَدْ بَرِئَ مِنَ اللهِ وَبَرِئَ اللهُ مِنْهُ.

Siapa yang menimbun makanan selama 40 (empat puluh) malam, sungguh ia telah berlepas diri dari Alloh dan Alloh telah berlepas diri darinya.

(Dho’if. Hadits ini ada di dalam Ghooyah Al-Maroom (324))

125. Derajat Orang Miskin yang Rendah Hati

رُبَّ أَشْعَثَ أَغْبَرَ ذِي طِمْرَيْنِ لَا يُؤْبَهُ لَهُ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ.

Betapa banyak orang yang berambut kusut, berdebu, berpakaian kumal, tidak diperhatikan orang, sekiranya ia bersumpah atas nama Alloh , niscaya Alloh akan mengabulkannya.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Ath-Thohawi dalam Al-Musykil dan Al-Hakim serta Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah. Ditambahkan dalam satu riwayat setelah perkataan “berpakaian kumal”: “yang mata manusia tidak memandangnya.” Hadits ini ada dalam Al-Musnad, Ash-Shohiihain, dan selainnya dari jalur lain dari Anas rodhiyallahu ‘anhu dengan lafazh: Sungguh di antara hamba-hamba Alloh ada yang sekiranya ia bersumpah atas nama Alloh , niscaya Alloh akan mengabulkannya, dan di dalamnya ada kisah. Dan dari Hadits Haritsah bin Wahb rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rosululloh bersabda: “Maukah aku beritahu kamu tentang penduduk Jannah? Setiap orang yang lemah, yang direndahkan, yang sekiranya ia bersumpah atas nama Alloh niscaya Alloh akan mengabulkannya. Maukah aku beritahu kamu tentang penduduk Naar? Setiap orang yang kasar, yang sombong, dan yang angkuh.” Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad dari Ma’bad bin Kholid dari Haritsah bin Wahb rodhiyallahu ‘anhu)

126. Tidak Berharganya Orang Sombong di Hari Kiamat

يَأْتِي الرَّجُلُ الْعَظِيمُ السَّمِيْنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَلَا يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ، وَاقْرَءُوْا إِنْ شِئْتُمْ: ﴿فَلَا نُقِيمُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا.

Akan datang seorang lelaki yang besar dan gemuk pada Hari Kiamat, ia tidak sebanding (berat) di sisi Alloh meskipun hanya seberat sayap nyamuk. Dan bacalah jika kamu mau:

فَلَا نُقِيمُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا

Maka Kami tidak akan memberikan timbangan (bobot) kepada mereka pada Hari Kiamat.’” (QS. Al-Kahfi: 105)

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori dan Muslim dari Hadits Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu secara marfu’)

127. Bisyaroh (Kabar Gembira) Tentang Keamanan dan Kekayaan Umat Islam

عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ: كَانَ عِنْدَ النَّبِيِّ ﷺ إِذْ أَتَاهُ رَجُلٌ فَشَكَا إِلَيْهِ الْفَاقَةَ ثُمَّ أَتَاهُ آخَرُ فَشَكَا إِلَيْهِ قَطْعَ السَّبِيْلِ. فَقَالَ: يَا عَدِيُّ، هَلْ رَأَيْتَ الْحِيرَةَ؟ قَالَ: لَمْ أَرَهَا وَقَدْ أُنْبِئْتُ عَنْهَا. قَالَ: إِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَاةٌ لَتَرَوَيَنَّ الظَّعِيْنَةَ تَرْتَحِلُ مِنَ الْحِيْرَةِ حَتَّى تَطُوْفَ بِالْكَعْبَةِ لَا تَخَافُ أَحَدًا إِلَّا اللهَ. وَفِي رِوَايَةٍ: إِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكَ إِلَّا قَلِيْلٌ حَتَّى تَخْرُجَ الْعَيْرُ إِلَى مَكَّةَ بِغَيْرِ خَفِيرٍ. وَأَكْمَلَ النَّبِيُّ ﷺ حَدِيْثَهُ إِلَيْهِ فَقَالَ: وَلَئِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَاةٌ لَتُفْتَحَنَّ كُنُوْزُ كِسْرَى. قَالَ: كِسْرَى بْنُ هُرْمُزَ؟ قَالَ: كِسْرَى بْنُ هُرْمُزَ. وَلَئِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَاةٌ لَتَرَوَيَنَّ الرَّجُلَ يَخْرُجُ مِلْءَ كَفِّهِ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ يَطْلُبُ مَنْ يَقْبَلُهُ مِنْهُ فَلَا يَجِدُ أَحَدًا يَقْبَلُهُ مِنْهُ.

Dari ‘Adi bin Hatim rodhiyallahu ‘anhu: Ia berada di sisi Nabi ketika datang kepada beliau seorang lelaki mengeluhkan kemiskinan (faqoh). Kemudian datang lagi yang lain mengeluhkan terputusnya jalan (tidak aman). (Adi bin Hatim rodhiyallahu ‘anhu datang kepada Nabi untuk masuk Islam dan Nabi khawatir akan melemahkan semangatnya ketika ia melihat kondisi kaumnya yang lemah dan miskin serta belum tersebarnya keamanan saat itu, maka beliau menyampaikan kabar gembira yang disebutkan dalam Hadits ini untuk mendorong dan menguatkannya). Maka beliau bersabda: “Ya ‘Adi, apakah kamu pernah melihat Al-Hiiroh?” Ia menjawab: “Aku belum melihatnya, tetapi aku sudah diberitahukan tentangnya.” Beliau bersabda: “Jika umurmu panjang, sungguh kamu akan melihat seorang wanita menempuh perjalanan dari Al-Hiiroh hingga ia Thowaf di Ka’bah, ia tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Alloh .” Dalam satu riwayat: “Tidak datang kepadamu (kefakiran) kecuali sebentar saja, hingga kafilah dagang akan keluar menuju Makkah tanpa penjaga.” ‘Adi rodhiyallahu ‘anhu berkata: Aku berkata di dalam diriku: “Lalu di manakah para bandit Thoyyi’ yang membuat onar di negeri itu?” Nabi melanjutkan Hadits beliau kepadanya lalu bersabda: “Dan sungguh jika umurmu panjang, sungguh akan dibukakan bagimu perbendaharaan Kisro.” Ia bertanya: “Kisro bin Hurmuz?” Beliau bersabda: “Kisro bin Hurmuz. Dan sungguh jika umurmu panjang, sungguh kamu akan melihat seorang lelaki keluar membawa emas atau perak sepenuh telapak tangannya, ia mencari siapa yang mau menerimanya, lalu ia tidak mendapati seorang pun yang mau menerimanya.”

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori dan Ahmad dari ‘Adi bin Hatim rodhiyallahu ‘anhu)

128. Harta Berlimpah hingga Shodaqoh Ditolak

تَصَدَّقُوْا فَإِنَّهُ يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ يَمْشِي الرَّجُلُ بِصَدَقَتِهِ فَلَا يَجِدُ مَنْ يَقْبَلُهَا، يَقُوْلُ الرَّجُلُ: لَوْ جِئْتَ بِهَا بِالْأَمْسِ لَقَبِلْتُهَا، فَأَمَّا الْيَوْمَ فَلَا حَاجَةَ لِي بِهَا.

Bershodaqohlah! Karena sungguh akan datang kepada kalian suatu zaman, seorang lelaki berjalan membawa shodaqohnya, lalu ia tidak mendapati siapa yang mau menerimanya. Lelaki itu (yang ditawari) berkata: “Andai kamu membawanya kemarin, sungguh aku akan menerimanya. Adapun hari ini, aku tidak membutuhkannya.”

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, An-Nasa’i, dan Ahmad dari Hadits Haritsah bin Ma’bad rodhiyallahu ‘anhu)

129. Kiamat dan Melimpahnya Harta

لَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكْثُرَ فِيْكُمُ الْمَالُ فَيَفِيْضَ حَتَّى يَهُمَّ رَبُّ الْمَالِ مَنْ يَقْبَلُ صَدَقَتَهُ، وَحَتَّى يَعْرِضَهُ فَيَقُوْلُ الَّذِي يُعْرَضُ عَلَيْهِ: لَا أَرَبَ لِي.

Kiamat tidak akan terjadi sampai harta menjadi banyak di antara kamu, hingga melimpah ruah, sampai pemilik harta merasa bingung siapa yang akan menerima shodaqohnya, dan sampai ia menawarkannya, lalu orang yang ditawari berkata: Aku tidak membutuhkan.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, dan Ahmad dari Hadits Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu)

130. Zaman Emas untuk Shodaqoh

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَطُوْفُ الرَّجُلُ فِيْهِ بِالصَّدَقَةِ مِنَ الذَّهَبِ ثُمَّ لَا يَجِدُ أَحَدًا يَأْخُذُهَا مِنْهُ.

Sungguh akan datang kepada manusia suatu zaman, seorang lelaki berkeliling membawa shodaqoh berupa emas, kemudian ia tidak mendapati seorang pun yang mau mengambilnya darinya.

(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori dan Muslim dari Hadits Abu Musa Al-Asy’ari rodhiyallahu ‘anhu)

131. Zakat dari Orang Kaya untuk Orang Miskin (Pengulangan)

أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ لِمُعَاذٍ حِيْنَ بَعَثَهُ: خُذْهَا مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ وَرُدَّهَا عَلَى فُقَرَائِهِمْ.

Sungguh Nabi bersabda kepada Mu’adz rodhiyallahu ‘anhu ketika beliau mengutusnya: “Ambillah Zakat itu dari orang-orang kaya mereka dan kembalikanlah kepada orang-orang miskin mereka.” (Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)

 


Unduh PDF

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url