[PDF] Hadits-Hadits Kemiskinan dan Cara Islam Mengatasinya - Muhammad Nashiruddin Al-Albani (1420 H)
Pengantar
Pentarjamah
Di dalam buku ini
disebutkan 131 Hadits tentang kemiskinan dan cara Islam mengatasinya, takhrij
dari karya Syaikh Nashiruddin Al-Albani, yang mencakup shohih dan lemah.
Kami tidak menerjemahkan
catatan kaki maupun takhrij secara luas, karena khawatir memberatkan pembaca.
Bagi yang ingin mengetahui jalan-jalan periwayatannya bisa merujuk ke cetakan
aslinya versi PDF di sini. Sementara judul tiap Hadits berasal dari kami.
Pentarjamah
1. Nia’matnya Harta Baik
Untuk Orang Baik
نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ
الصَّالِحِ
“Sebaik-baik
harta yang sholih (baik) adalah harta
yang dimiliki orang yang sholih.”
(Shohih)
2. Kemiskinan dan Kekufuran
كَادَ الْفَقْرُ أَنْ يَكُونَ كُفْرًا
وَكَادَ الْحَسَدُ أَنْ يَكُونَ سَبَقَ
الْقَدَرَ
“Hampir
saja kemiskinan itu menyebabkan
orang menjadi kafir.
Hampir saja kedengkian (hasad) itu mendahului takdir.”
(Dho’if.
Dikeluarkan oleh Al-‘Uqoili dalam Adh-Dhu’afaa’, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah,
dan Abul Hasan bin Abdul Kawiih dalam Tsaalaatsah Majaalis dari jalur
Sufyan dari Hajjaj dari Yazid Ar-Roqoosyi dari Anas bin Malik secara marfu’
dengan tambahan: Hampir saja kedengkian itu mendahului takdir. Sanad Hadits ini dho’if)
3. Memohon Perlindungan dari
Kekufuran dan Kemiskinan
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ
الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ
“Ya
Alloh, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kemiskinan.”
(Dho’if. Dikeluarkan oleh An-Nasa’i,
Al-Hakim, dan Ahmad)
4. Memohon Perlindungan dari
Kemiskinan, Kekurangan, dan Kehinaan
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ
الْفَقْرِ وَالْقِلَّةِ وَالذِّلَّةِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ
“Ya
Alloh, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kemiskinan, kekurangan, dan
kehinaan. Aku juga berlindung kepada-Mu dari berbuat zholim atau dizholimi.”
(Shohih. Terdapat dalam Shohih
Al-Jami’ Ash-Shoghiir)
5. Ambillah Pemberian Selama Bukan
Suap dalam Urusan Agama
خُذُوا الْعَطَاءَ مَا دَامَ عَطَاءً
فَإِذَا صَارَ رِشْوَةً عَلَى الدِّينِ فَلَا تَأْخُذُوهُ، وَلَسْتُمْ بِتَارِكِيهِ
تَمْنَعُكُمُ الْحَاجَةُ وَالْفَقْرُ
“Ambillah
pemberian selama itu adalah pemberian. Tetapi, jika telah menjadi suap atas
(urusan) agama, maka janganlah kamu mengambilnya. Kamu tidak akan
meninggalkannya, karena kebutuhan dan kemiskinan akan mendorongmu dari suap.”
(Dho’if. Dikeluarkan oleh Ath-Thobarani
dalam Ash-Shoghiir dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah dan Al-Khothib
dalam Tarikh Baghdad)
6. Pahala Shodaqoh yang Salah
Sasaran
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ أنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: لَأَتَصَدَّقَنَّ اللَّيْلَةَ بِصَدَقَةٍ،
فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدِ سَارِقٍ، فَأَصْبَحُوْا يَتَحَدَّثُوْنَ:
تُصُدِّقَ عَلَى سَارِقٍ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ، لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ...
ثُمَّ تَصَدَّقَ مَرَّةً أُخْرَى عَلَى امْرَأَةٍ فَصَادَفَتْ صَدَقَتُهُ زَانِيَةً،
فَأَصْبَحَ النَّاسُ يَتَحَدَّثُوْنَ بِذَلِكَ: تُصُدِّقَ اللَّيْلَةَ عَلَى زَانِيَةٍ،
فَجَاءَهُ فِي الْمَنَامِ مَنْ قَالَ لَهُ: أَمَّا صَدَقَتُكَ عَلَى سَارِقٍ فَلَعَلَّهُ
أَنْ يَسْتَعْفِفَ عَنْ سَرِقَتِهِ، وَأَمَّا صَدَقَتُكَ عَلَى زَانِيَةٍ فَلَعَلَّهَا
أَنْ تَسْتَعْفِفَ عَنْ زِنَاهَا.
Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu
sungguh Rosululloh ﷺ bersabda: Seorang lelaki berkata: “Sungguh aku akan bershodaqoh
malam ini.” Maka ia keluar membawa shodaqohnya lalu ia letakkan di tangan
seorang pencuri. Kemudian keesokan harinya orang-orang membicarakan: “Ada pencuri yang dapat shodaqoh.” Lelaki itu berkata: “Ya Alloh, bagi-Mu segala puji, sungguh aku
akan bershodaqoh lagi...” Kemudian ia bershodaqoh lagi pada kesempatan lain kepada
seorang wanita, shodaqohnya tepat diberikan kepada seorang pezina. Keesokan
harinya orang-orang membicarakan hal itu: “Seorang pezina dapat shodaqoh.” Lalu datang kepadanya dalam mimpi
seseorang yang berkata kepadanya: “Adapun shodaqohmu kepada seorang pencuri,
semoga saja itu dapat menjadikannya menjaga diri dari mencuri lagi. Adapun
shodaqohmu kepada seorang pezina, semoga saja itu dapat menjadikannya menjaga
diri dari berzina lagi.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Al-Bukhori, Muslim, An-Nasa’i, dan Ahmad)
7. Larangan Menghukumi Ketika
Marah
لاَ يَقْضِي الْقَاضِيْ وَهُوَ غَضْبَانُ
“Seorang
qodhi (hakim)
tidak boleh memutuskan (perkara) saat ia sedang marah.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Asy-Syaikhon dan selain keduanya, dan Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)
8. Tidak Boleh Menimbulkan Bahaya
لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
“Tidak
boleh membahayakan diri sendiri
maupun membahayakan orang lain.”
(Shohih.
Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan selainnya, dan keshohihannya dari
kumpulan jalur-jalur dan syahid-nya (penguatnya). Hadits
ini ada di dalam Al-Irwaa’)
9. Dosa Paling Besar
سُئِلَ الرَّسُوْلُ ﷺ أَيُّ الذَّنْبِ
أَعْظَمُ؟ قَالَ: أَنْ تَجْعَلَ لِلّٰهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟
قَالَ: أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ مَخَافَةَ أَنْ يُطْعَمَ مَعَكَ.
Rosululloh ﷺ ditanya: “Dosa apakah yang paling besar?”
Beliau ﷺ menjawab: “Membuat tandingan bagi Alloh, padahal Dia-lah yang
menciptakanmu.” Orang itu berkata: “Lalu apa lagi?” Beliau ﷺ menjawab: “Membunuh
anakmu karena takut ia akan makan bersamamu (memberatkan tanggunganmu).” (Shohih)
10. Kekaguman Abu Dzarr terhadap
Orang Miskin
رُوِيَ عَنْ أَبِي ذَرٍّ أَنَّهُ قَالَ:
عَجِبْتُ لِمَنْ لَا يَجِدُ الْقُوْتَ فِي بَيْتِهِ كَيْفَ لَا يَخْرُجُ عَلَى النَّاسِ
شَاهِرًا سَيْفَهُ.
Diriwayatkan dari Abu Dzarr rodhiyallahu
‘anhu, sungguh ia berkata: Aku kagum pada orang yang tidak memiliki makanan di rumahnya, bagaimana mungkin ia akan keluar melawan orang-orang sambil menghunuskan
pedangnya?
(Ghorib [asing]. Belum ada studi tentang
Hadits ini)
11. Doa, Ruqyah, dan Pengobatan
Termasuk Takdir Alloh
عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي خُزَامَةَ
عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ
رُقًى نَسْتَرْقِيهَا وَدَوَاءً نَتَدَاوَى بِهِ وَتُقَاةً نَتَّقِيْهَا هَلْ تَرُدُّ
مِنْ قَدَرِ اللهِ شَيْئًا؟ قَالَ: هِيَ مِنْ قَدَرِ اللهِ.
Dari Az-Zuhri dari Abu Khuzamah dari
ayahnya, ia berkata: Aku bertanya kepada Rosululloh ﷺ, aku berkata: “Ya
Rosululloh, bagaimana pendapatmu tentang ruqyah yang kami minta dibacakan, obat
yang kami gunakan untuk berobat, dan penjagaan (perlindungan) yang kami gunakan
untuk melindungi diri, apakah semua itu dapat menolak sesuatu dari takdir
Alloh?” Beliau ﷺ menjawab: “Itu semua adalah bagian dari takdir Alloh.”
(Hasan. Dikeluarkan oleh
At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Ahmad. Al-Haitsami menyebutkan syahid
(penguat) untuk Hadits ini dari Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhuma, ia
berkata: Seseorang berkata: “Ya Rosululloh, apakah obat bermanfaat dari
takdir?” Beliau ﷺ bersabda: “Obat itu termasuk dari takdir, dan terkadang ia
bermanfaat dengan idzin Alloh.” Diriwayatkan oleh Ath-Thobarani dan di dalamnya
ada Sholih bin Basyiir Al-Murri dan ia dho’if)
12. Doa Nabi ﷺ untuk Anas bin Malik
دَعَا لِصَاحِبِهِ وَخَادِمِهِ أَنَسٍ:
اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ.
Beliau ﷺ mendoakan Shohabatnya dan pembantunya,
Anas rodhiyallahu ‘anhu: “Ya Alloh, perbanyaklah hartanya.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Al-Bukhori, Muslim, At-Tirmidzi, Ath-Thoyalisi, dan Ahmad dari jalur Qotadah
dari Anas rodhiyallahu ‘anhu dari Ummu Sulaim rodhiyallahu ‘anha,
sungguh ia berkata: “Ya Rosululloh, Anas pembantumu, doakanlah ia kepada
Alloh.” Maka beliau ﷺ berdoa: “Ya Alloh, perbanyaklah harta dan anaknya, dan
berkahilah baginya atas apa yang Engkau berikan kepadanya.” Ada jalur lain yang
diriwayatkan oleh Humaid dari Anas rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi ﷺ masuk menemui Ummu
Sulaim, lalu Ummu Sulaim menyuguhkannya kurma dan mentega. Beliau ﷺ bersabda: “Kembalikan
mentega kalian ke dalam wadahnya, dan kurma kalian ke dalam tempatnya, karena
sungguh aku sedang Puasa.” Kemudian beliau ﷺ berdiri menuju salah satu sudut rumah,
lalu Sholat sunnah dan berdoa untuk Ummu Sulaim dan keluarga rumahnya. Ummu
Sulaim berkata: “Ya Rosululloh, sungguh aku punya permintaan khusus.” Beliau ﷺ bersabda: “Apa itu?” Ia
berkata: “Pembantumu, Anas.” Maka tidak ada satu pun kebaikan Akhiroh maupun
dunia melainkan beliau ﷺ mendoakannya untukku: “Ya Alloh, karuniakanlah ia harta dan
anak, dan berkahilah baginya di dalamnya.” Anas berkata: “Sungguh aku termasuk
dari orang yang
paling banyak hartanya di kalangan Anshor, dan keponakanku Ummu Aminah
menceritakan kepadaku bahwa yang dimakamkan dari keturunanku saat Al-Hajjaj
tiba di Bashroh adalah lebih dari 120 orang.” Dikeluarkan oleh Al-Bukhori,
Ath-Thoyalisi, dan Ahmad. Ada jalur ketiga yang diriwayatkan oleh Tsabit dari Anas rodhiyallahu
‘anhu, semisal Hadits di atas dan ditambah: “Tidak ada seorang pun di
kalangan Anshor yang lebih banyak hartanya dariku.” Kemudian Anas rodhiyallahu
‘anhu berkata: “Wahai Tsabit, aku tidak memiliki emas dan perak kecuali
cincinku.” (Dikeluarkan oleh Muslim dan Ahmad, dan tambahan itu milik Ahmad)
13. Keutamaan Harta Abu Bakar
Ash-Shiddiq
مَا نَفَعَنِي مَالٌ كَمَالِ أَبِي
بَكْرٍ
“Tidak
ada harta yang memberikan manfaat bagiku seperti manfaatnya harta Abu Bakar.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Ibnu
Majah, Ath-Thohawi, Ibnu Hibban, Ahmad, dan Ibnu ‘Asakir dari Abu Huroiroh rodhiyallahu
‘anhu, ia berkata: Rosululloh ﷺ bersabda: “Tidak ada harta yang memberikan
manfaat bagiku sama sekali seperti manfaatnya harta Abu Bakar.” Abu Bakar rodhiyallahu
‘anhu pun menangis dan berkata: “Ya Rosululloh, bukankah aku dan hartaku
hanyalah milikmu, ya Rosululloh?” Sanad Hadits ini shohih. Hadits Abu
Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu memiliki jalur lain dengan lafazh: “Tidak
ada seorang pun yang memiliki jasa atas kami melainkan telah kami balas,
kecuali Abu Bakar, sungguh ia memiliki jasa atas kami, Alloh ﷻ yang
akan membalasnya pada Hari Kiamat. Tidak ada harta seorang pun yang memberikan
manfaat bagiku sama sekali seperti manfaatnya harta Abu Bakar. Jika aku boleh
mengangkat seorang kekasih, sungguh aku akan mengangkat Abu Bakar sebagai
kekasih, tetapi sungguh Shohabat kalian (Nabi Muhammad ﷺ) adalah kekasih Alloh ﷻ.”
Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dan ia berkata: “Hadits hasan ghorib,”
demikian yang ia katakan, tetapi sanad Hadits ini dho’if)
14. Sifat Serakah Manusia
لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ
مِنْ ذَهَبٍ لَابْتَغَى ثَالِثًا، وَلَوْ كَانَ لَهُ ثَالِثًا لَابْتَغَى رَابِعًا،
وَلَا يَمْلَأُ عَيْنَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ.
“Sekiranya
anak Adam memiliki dua lembah berisi emas, sungguh ia akan mencari lembah
ketiga. Sekiranya ia memiliki lembah ketiga, sungguh ia akan mencari lembah
keempat. Tidak ada yang akan memenuhi mata anak Adam melainkan tanah (kubur).”
(Shohih. Dengan lafazh: Sekiranya
anak Adam memiliki dua lembah harta, sungguh ia akan mencari lembah ketiga, dan
tidak ada yang akan memenuhi rongga (dalam riwayat lain: mata) anak Adam
melainkan tanah (kubur), dan Alloh ﷻ
menerima taubat siapa yang bertaubat. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori dengan
redaksi ini dan riwayat yang lain juga miliknya, dan Muslim dan Ahmad)
15. Jaminan Rizqi dan Perintah
Berikhtiar Secara Baik
إِنَّ رُوْحَ الْقُدُسِ نَفَثَ فِي
رَوْعِي أَنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا، فَاتَّقُوا اللهَ
وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ.
“Sungguh
Ruhul Qudus (Jibril ‘alaihissalam) membisikkan ke dalam jiwaku bahwa suatu jiwa tidak
akan mati sampai ia menyempurnakan rizqinya. Maka bertaqwalah kepada Alloh ﷻ dan
bersungguh-sungguhlah secara baik dalam mencari (rizqi).”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Abu ‘Ubaid
dalam Ghorib Al-Hadits dan Al-Qudho’i dalam Musnad Asy-Syihab
dengan sanad shohih. Dikeluarkan juga oleh Al-Hakim, dan terdapat dengan
lafazh: Janganlah kamu menganggap lambat rizqi, karena sungguh seorang hamba
tidak akan mati sampai ia meraih rizqi terakhir yang menjadi bagiannya, maka
bersungguh-sungguhlah secara baik dalam mencari rizqi, yaitu: mengambil yang
halal dan meninggalkan yang harom. Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan
Abu Abdur Rozzaq. Al-Hakim berkata: “Shohih sesuai syarat Asy-Syaikhon,”
dan Adz-Dzahabi menyepakatinya)
16. Kekayaan Sejati Adalah
Kekayaan Jiwa
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ
إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ.
“Kekayaan
bukanlah karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan hanyalah kekayaan jiwa
(hati).”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori,
At-Tirmidzi, Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah. Ahmad menambahkan dari jalur Yazid
bin Al-Ashom: “Demi Alloh, aku tidak mengkhawatirkan kemiskinan atas kalian,
tetapi aku mengkhawatirkan atas kalian sifat ingin menumpuk-numpuk harta (takatsur),
tetapi aku mengkhawatirkan atas kalian kesengajaan (al-’amd, dalam
melakukan dosa).” Sanad Hadits ini shohih sesuai syarat Muslim)
17. Ridho dengan Pembagian Alloh ﷻ
ارْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ
أَغْنَى النَّاسِ.
‘Ridholah
dengan apa yang Alloh ﷻ bagikan untukmu, niscaya kamu akan menjadi manusia paling kaya.”
(Dho’if. Dikeluarkan oleh
At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu ‘Asakir dari jalur Abu Thoriq dari Al-Hasan dari
Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rosululloh ﷺ bersabda: “Siapa yang
mengambil dariku kalimat-kalimat ini, lalu ia mengamalkannya atau
mengajarkannya kepada siapa yang mengamalkannya?” Abu Huroiroh rodhiyallahu
‘anhu berkata: “Aku berkata: ‘Aku, ya Rosululloh.’“ Lalu beliau ﷺ memegang tanganku dan
menghitung 5 (lima) perkara: “Bertaqwalah pada perkara-perkara yang harom,
niscaya kamu menjadi manusia paling rajin beribadah. Ridholah dengan apa yang
Alloh ﷻ bagikan untukmu, niscaya kamu menjadi manusia paling kaya.
Berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya kamu menjadi seorang Mu’min. Cintai
untuk orang lain apa yang kamu cintai untuk dirimu sendiri, niscaya kamu
menjadi seorang Muslim. Janganlah memperbanyak tertawa, karena sungguh banyak
tertawa itu mematikan hati.” At-Tirmidzi berkata: “Hadits ghorib dan Al-Hasan
tidak mendengar dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu”)
18. Kemenangan bagi yang Qona’ah
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِيَ لِلْإِسْلَامِ
وَكَانَ رِزْقُهُ كَفَافًا وَقَنِعَ بِهِ.
“Sungguh
telah beruntung siapa yang diberi petunjuk kepada Islam, dan rizqinya cukup,
lalu ia merasa qona’ah (puas) dengannya.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim,
At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
19. Pengulangan Hadits ke-1
نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلرَّجُلِ
الصَّالِحِ.
“Sebaik-baik
harta yang sholih (baik) adalah bagi lelaki yang sholih.”
(Shohih)
20. Hasad dan Benci
دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمُ
الْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ، هِيَ الْحَالِقَةُ، لَا أَقُوْلُ تَحْلِقُ الشَّعْرَ وَلَكِنْ
تَحْلِقُ الدِّينَ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ حَتَّى
تُؤْمِنُوْا، وَلَا تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَفَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِمَا يُثَبِّتُ
ذَاكُمْ لَكُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ.
“Telah
merambat kepada kalian penyakit umat-umat sebelum kalian, yaitu kedengkian
(hasad) dan kebencian (baghdo’). Itulah pencukur. Aku tidak mengatakan
mencukur rambut, tetapi mencukur agama. Demi Dzat yang jiwaku ada di
tangan-Nya, kamu tidak akan masuk Jannah sampai kamu beriman, dan kamu tidak
akan beriman sampai kamu saling mencintai. Maukah aku beritahu kamu sesuatu
yang dapat menguatkan itu semua bagi kalian? Tebarkanlah salam di antara
kalian.”
(Dho’if. Dikeluarkan oleh
At-Tirmidzi)
21. Perintah Bersaudara
وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا.
“Dan
jadilah kamu hamba-hamba Alloh ﷻ yang
bersaudara.”
(Shohih)
22. Ikatlah Lalu Bertawakkal
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ لِلْأَعْرَابِيِّ
الَّذِي تَرَكَ النَّاقَةَ سَائِبَةً مُتَوَكِّلًا عَلَى اللهِ فَقَالَ لَهُ: اِعْقِلْهَا
وَتَوَكَّلْ.
Nabi ﷺ bersabda kepada seorang A’robi (Arob Badui) yang
meninggalkan untanya terlepas sambil bertawakkal kepada Alloh ﷻ:
“Ikatlah unta itu lalu bertawakkallah.”
(Hasan. Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi
dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Seseorang berkata:
“Ya Rosululloh, apakah aku ikat untaku dan bertawakkal, atau aku lepaskan dan
bertawakkal?” Beliau ﷺ bersabda: “Ikatlah unta itu lalu bertawakkallah.” Lihatlah
penjelasannya,
dan di bagian akhirnya disebutkan: “Dan di dalam syahid (penguat) ini hatiku
merasa tenang akan ketetapan Hadits ini, meskipun hanya dalam tingkatan hasan
pada kondisi yang paling minimal”)
23. Rizqi seperti Rizqi Burung
لَوْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ
تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا تَرْزُقُ الطَّيْرُ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا.
“Sekiranya
kamu bertawakkal kepada Alloh ﷻ dengan sebenar-benar
tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rizqi kepadamu sebagaimana Dia memberikan
rizqi kepada burung: ia pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan
kembali di sore hari dalam keadaan perut kenyang.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Abdulloh bin Al-Mubarok, Ibnu Abi Ad-Dunya, Al-Hakim,
Ahmad, dan Al-Qudho’i)
24. Rizqi di Bawah Bayangan Tombak
جُعِلَ رِزْقِيْ تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِيْ.
“Rizqiku
dijadikan di bawah bayangan tombakku.”
(Shohih. Ini adalah potongan dari
Hadits yang dikeluarkan dalam Hijaab Al-Mar’ah Al-Muslimah dari Abdulloh
bin Umar rodhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rosululloh ﷺ bersabda: “Aku diutus
menjelang Hari Kiamat dengan pedang hingga Alloh ﷻ
diibadahi sendirian, tiada sekutu bagi-Nya. Dan rizqiku dijadikan di bawah
bayangan tombakku. Kehinaan dan kerendahan dijadikan bagi siapa yang
menyelisihi perintahku. Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari
mereka.”)
25. Teguran Umar bin Khoththob
terhadap Orang yang Tidak Bekerja
رُوِيَ أَنَّ عُمَرَ رَأَى بَعْدَ الصَّلَاةِ
قَوْمًا قَابِعِينَ فِي الْمَسْجِدِ بِدَعْوَى التَّوَكُّلِ عَلَى اللهِ فَعَلَاهُمْ
بِدِرَّتِهِ وَقَالَ: لَا يَقْعُدَنَّ أَحَدُكُمْ عَنْ طَلَبِ الرِّزْقِ وَيَقُوْلُ:
اللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ، وَقَدْ عَلِمَ أَنَّ السَّمَاءَ لَا تُمْطِرُ ذَهَبًا وَلَا
فِضَّةً، وَإِنَّ اللهَ يَقُوْلُ: ﴿فَإِذَا
قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللهِ﴾.
Diriwayatkan sungguh Umar rodhiyallahu
‘anhu melihat setelah Sholat, sekelompok kaum yang berdiam di Masjid dengan
dalih bertawakkal kepada Alloh ﷻ,
maka ia memukul mereka dengan cambuknya dan berkata: “Janganlah salah seorang
dari kalian duduk (malas) dari mencari rizqi dan berkata: ‘Ya Alloh, berikanlah
aku rizqi,’ padahal ia tahu sungguh langit tidak menurunkan hujan emas maupun
perak. Dan sungguh Alloh ﷻ berfirman:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا
فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ
‘Apabila
Sholat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi dan carilah karunia
Alloh ﷻ.’ (QS. Al-Jumu’ah: 10)
(Al-Albani mendiamkan Hadits ini, artinya
tidak menilainya)
26. Mencari Karunia Alloh ﷻ adalah Keadaan Terbaik
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ:
مَا مِنْ حَالٍ يَأْتِيْنِيْ عَلَيْهَا الْمَوْتُ – بَعْدَ الْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ – أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ يَأْتِيْنِيْ وَأَنَا أَلْتَمِسُ
مِنْ فَضْلِ اللهِ.
Dari Umar bin Al-Khoththob rodhiyallahu
‘anhu, ia berkata: “Tidak ada satu keadaan pun saat kematian datang
kepadaku – setelah Jihad di jalan Alloh ﷻ –
yang lebih aku cintai daripada kematian itu datang kepadaku saat aku sedang
mencari karunia Alloh ﷻ.”
(Al-Albani mendiamkan Hadits ini.
Diriwayatkan dalam kitab-kitab Al-Adab. Lihat Al-Faqd Al-Farid)
27. Pedagang yang Jujur dan
Terpercaya
اَلتَّاجِرُ الصَّدُوْقُ الْأَمِيْنُ
مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ.
“Pedagang
yang jujur dan terpercaya akan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq, dan para
syuhada.”
(Dho’if)
28. Pahala Menanam
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَزْرَعُ زَرْعًا
أَوْ يَغْرِسُ غَرْسًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيْمَةٌ إِلَّا
كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ.
“Tidak
ada seorang Muslim pun yang menanam suatu tanaman atau menanam pohon, lalu
dimakan oleh burung, manusia, atau hewan ternak melainkan itu akan menjadi shodaqoh
baginya.”
(Shohih)
29. Makan dari Hasil Usaha Sendiri
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا
مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ.
“Tidak
ada seorang pun yang makan makanan sama sekali yang lebih baik daripada ia
makan dari hasil usahanya sendiri.”
(Shohih)
30. Lelah Mencari yang Halal
مَنْ بَاتَ كَالًّا مِنْ طَلَبِ الْحَلَالِ
بَاتَ مَغْفُوْرًا لَهُ.
“Siapa
yang tidur dalam keadaan lelah karena mencari (rizqi) yang halal, ia tidur
dalam keadaan diampuni.”
(Munkar. Dikeluarkan oleh Ibnu
‘Asakir dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
Aku melihat Nabi ﷺ pada suatu hari sedang membentangkan kedua tangannya lalu
beliau ﷺ bersabda (Hadits di atas) dengan tambahan di awalnya dengan
lafazh: Tidak ada makanan yang dimakan oleh seorang hamba yang lebih dicintai
oleh Alloh ﷻ daripada hasil usaha tangannya. Siapa yang tidur...)
31. Mencari Kayu Bakar Lebih Baik
daripada Meminta-Minta
لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ
فَيَأْتِي بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا يَكُفُّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ
خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوْهُ.
“Sungguh
siapa mengambil talinya lalu ia datang dengan seikat kayu bakar di atas
punggungnya, lalu ia menjualnya, sehingga Alloh ﷻ
menjaga wajahnya (dari kehinaan meminta-minta) dengan usaha itu, maka itu lebih
baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberinya atau
menolaknya.”
(Shohih)
32. Para Nabi yang Menggembala
Kambing
مَا بَعَثَ اللهُ نَبِيًّا إِلَّا وَرَعَى
الْغَنَمَ. قَالُوْا: وَأَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا
عَلَى قَرَارِيْطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ.
“Tidaklah
Alloh ﷻ mengutus seorang Nabi pun melainkan ia pernah menggembala
kambing.”
Para Shohabat berkata: “Apakah engkau juga, ya Rosululloh?” Beliau ﷺ bersabda: “Ya, aku dahulu
menggembalakannya dengan upah beberapa qirooth (satuan kecil mata uang)
untuk penduduk Makkah.”
(Shohih)
33. Da’ud ‘alaihissalam
Makan dari Hasil Usahanya
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا
مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ
مِنْ عَمَلِ يَدِهِ.
“Tidak
ada seorang pun yang makan makanan sama sekali yang lebih baik daripada ia
makan dari hasil usahanya sendiri. Sungguh Nabi Alloh Da’ud ‘alaihissalam
dahulu makan dari hasil usahanya sendiri.”
(Shohih)
34. Pekerjaan Para Nabi
مِنْ حَدِيْثِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ
دَاوُدَ كَانَ زَرَّادًا يَصْنَعُ الزَّرَدَ وَالدُّرُوْعَ، وَكَانَ آدَمُ حَرَّاثًا،
وَكَانَ نُوْحٌ نَجَّارًا، وَكَانَ إِدْرِيْسُ خَيَّاطًا، وَكَانَ مُوْسَى رَاعِيًا.
(Ini adalah) dari Hadits Ibnu Abbas rodhiyallahu
‘anhuma: Sungguh Da’ud ‘alaihissalam dahulu adalah seorang pembuat
baju besi yang membuat zirah dan perisai. Adam ‘alaihissalam dahulu
adalah seorang petani. Nuh ‘alaihissalam dahulu adalah seorang tukang
kayu. Idris ‘alaihissalam dahulu adalah seorang penjahit. Musa ‘alaihissalam
dahulu adalah seorang penggembala.
(Aku tidak melihatnya marfu’ [disandarkan kepada Nabi ﷺ])
35. Bepergian untuk Menjadi Kaya
سَافِرُوا تَسْتَغْنُوا.
“Bepergianlah
(merantaulah) niscaya kamu akan menjadi kaya.”
(Dho’if. Matannya goncang.
Dikeluarkan oleh Ath-Thobarani dalam Al-Ausath dari Hadits Abu Huroiroh rodhiyallahu
‘anhu secara marfu’ dengan lafazh: Berperanglah niscaya kamu
mendapat harta rampasan, berpuasalah niscaya kamu sehat, dan bepergianlah
niscaya kamu menjadi kaya)
36. Keutamaan Mati di Negeri Orang
تُوُفِّيَ رَجُلٌ بِالْمَدِيْنَةِ مِمَّنْ
وُلِدُوا فِيْهَا، فَصَلَّى عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ وَقَالَ: لَيْتَهُ مَاتَ فِي
غَيْرِ مَوْلِدِهِ. فَقَالَ رَجُلٌ: وَلِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ: إِنَّ الرَّجُلَ
إِذَا مَاتَ غَرِيْبًا قِيْسَ لَهُ مِنْ مَوْلِدِهِ إِلَى مُنْقَطَعِ أَثَرِهِ فِي
الْجَنَّةِ.
Seorang lelaki meninggal dunia di Madinah
dari kalangan yang lahir di sana. Rosululloh ﷺ mensholatkannya lalu bersabda: “Andaikan
ia mati bukan di tempat kelahirannya.” Seseorang bertanya: “Mengapa demikian,
ya Rosululloh?” Beliau ﷺ bersabda: “Sungguh jika seseorang mati sebagai seorang yang
asing (perantau), akan diukur baginya (tempatnya) dari tempat kelahirannya
hingga batas akhir jejaknya di Jannah.”
(Hasan. Dikeluarkan oleh An-Nasa’i,
Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Ahmad)
37. Doa Nabi ﷺ atas Orang yang Meninggal di Negeri Orang
وَقَفَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ عَلَى قَبْرِ
رَجُلٍ بِالْمَدِيْنَةِ فَقَالَ: يَا لَوْ مَاتَ غَرِيْبًا.
Rosululloh ﷺ berdiri di atas kuburan seorang lelaki di
Madinah lalu bersabda: “Duhai, andaikan ia mati sebagai seorang yang asing
(perantau).”
(Aku tidak menemukan dengan lafazh ini)
38. Shodaqoh Bukan untuk Orang
Kaya atau Orang Kuat yang Mampu Bekerja
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَدِيٍّ الْخِيَارِ:
أَنَّ رَجُلَيْنِ أَخْبَرَاهُ أَنَّهُمَا أَتَيَا النَّبِيَّ ﷺ يَسْأَلَانِهِ عَنِ
الصَّدَقَةِ، فَقَلَّبَ فِيْهِمَا الْبَصَرَ وَرَآهُمَا جَلْدَيْنِ، فَقَالَ: إِنْ
شِئْتُمَا أَعْطَيْتُكُمَا، وَلَا حَظَّ فِيْهَا لِغَنِيٍّ وَلَا لِقَوِيٍّ مُكْتَسِبٍ.
Dari Abdulloh bin ‘Adi Al-Khoiyyar rodhiyallahu
‘anhu: Sungguh dua lelaki memberitahunya bahwa keduanya mendatangi Nabi ﷺ meminta Shodaqoh kepada
beliau. Beliau ﷺ memutar pandangannya kepada keduanya dan melihat keduanya
adalah orang yang kuat, lalu beliau ﷺ bersabda: “Jika kamu berdua mau, aku akan
memberimu, tetapi tidak ada bagian di dalamnya bagi orang kaya dan bagi orang
kuat yang mampu mencari nafkah.”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)
39. Larangan Shodaqoh untuk Orang
Kaya
لَا تَحِلُّ الصَّدَقَةُ لِغَنِيٍّ
وَلَا لِذِي مِرَّةٍ سَوِيٍّ.
“Shodaqoh
tidak halal diberikan kepada orang kaya dan tidak pula kepada orang yang kuat dan sempurna (anggota
badannya).”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)
40. Bahaya Meminta-Minta
مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ
حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ.
“Seorang
lelaki senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia datang pada Hari
Kiamat, sementara di wajahnya tidak tersisa sepotong daging pun.”
(Shohih. Muttafaq ‘alaih dari Hadits
Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma, dan lafazh ini milik Muslim. Hadits ini
ada di dalam Ghooyah Al-Maroom dengan lafazh lain)
41. Bekerja Lebih Baik daripada
Meminta-Minta
أَنَّ رَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ أَتَى
النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: أَمَا فِي بَيْتِكَ شَيْءٌ؟ قَالَ: بَلَى حِلْسٌ نَلْبَسُ بَعْضَهُ
وَنَبْسُطُ بَعْضَهُ وَقَعْبٌ نَشْرَبُ فِيْهِ الْمَاءَ. قَالَ: ائْتِنِي بِهِمَا.
فَأَتَاهُ بِهِمَا، فَأَخَذَهُمَا رَسُوْلُ اللهِ ﷺ وَقَالَ: مَنْ يَشْتَرِي هَذَيْنِ؟
قَالَ رَجُلٌ: أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمٍ. قَالَ: مَنْ يَزِيدُ عَلَى دِرْهَمٍ؟ مَرَّتَيْنِ
أَوْ ثَلَاثًا، قَالَ رَجُلٌ: أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمَيْنِ. فَأَعْطَاهُمَا إِيَّاهُ
وَأَخَذَ الدِّرْهَمَيْنِ وَأَعْطَاهُمَا الْأَنْصَارِيَّ وَقَالَ: اِشْتَرِ بِأَحَدِهِمَا
طَعَامًا وَانْبِذْهُ إِلَى أَهْلِكَ وَاشْتَرِ بِالْآخَرِ قَدُوْمًا فَأْتِنِي بِهِ.
فَشَدَّ فِيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ عُوْدًا بِيَدِهِ ثُمَّ قَالَ لَهُ: اِذْهَبْ فَاحْتَطِبْ
وَبِعْ وَلَا أَرَيَنَّكَ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا. فَذَهَبَ الرَّجُلُ يَحْتَطِبُ
وَيَبِيعُ فَجَاءَ وَقَدْ أَصَابَ عَشْرَةَ دَرَاهِمَ، فَاشْتَرَى بِبَعْضِهَا ثَوْبًا
وَبِبَعْضِهَا طَعَامًا، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: هَذَا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَجِيْءَ
الْمَسْأَلَةُ نُكْتَةً فِي وَجْهِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا
تَصْلُحُ إِلَّا لِثَلَاثَةٍ: لِذِي فَقْرٍ مُدْقِعٍ أَوْ لِذِي غُرْمٍ مُفْظِعٍ أَوْ
لِذِي دَمٍ مُوْجِعٍ.
Seorang lelaki dari kaum Anshor mendatangi
Nabi ﷺ lalu beliau ﷺ bertanya kepadanya: “Apakah di rumahmu ada sesuatu?” Ia
menjawab: “Ya, ada sehelai permadani yang sebagian kami kenakan dan sebagian
kami hamparkan, serta sebuah mangkuk yang kami gunakan untuk minum air.” Beliau
ﷺ
bersabda: “Bawakan keduanya kepadaku.” Lelaki itu membawakannya. Rosululloh ﷺ mengambil keduanya lalu
bersabda: “Siapa yang mau membeli kedua benda ini?” Seorang lelaki berkata:
“Aku mengambilnya dengan 1 dirham.” Beliau ﷺ bersabda: “Siapa yang menambah lebih dari
1 dirham?” (Beliau ﷺ mengulanginya) 2 atau 3 kali. Seorang lelaki berkata: “Aku
mengambilnya dengan 2 dirham.” Beliau ﷺ memberikannya kepada lelaki itu, mengambil
2 dirham, dan memberikannya kepada lelaki Anshor tadi. Beliau ﷺ bersabda: “Belilah dengan
salah satunya makanan dan berikan kepada keluargamu. Belilah dengan yang lain
sebuah kapak, lalu bawakan kepadaku.” Rosululloh ﷺ mengikatkan kayu pada
kapak itu dengan tangan beliau sendiri, kemudian bersabda kepadanya: “Pergilah,
carilah kayu bakar dan jual, dan janganlah aku melihatmu selama 15 hari.”
Lelaki itu pun pergi mencari kayu bakar dan menjualnya. Ia datang kembali dan
telah menghasilkan 10 dirham. Ia membeli dengan sebagiannya pakaian dan dengan
sebagiannya makanan. Rosululloh ﷺ bersabda: “Ini lebih baik bagimu daripada
kamu datang dengan meminta-minta, yang akan menjadi noda di wajahmu pada Hari
Kiamat. Sungguh meminta-minta tidaklah pantas kecuali bagi 3 (tiga) jenis
orang: bagi siapa yang sangat miskin (melarat), bagi siapa yang memiliki hutang
besar yang menyulitkan, atau bagi siapa yang menanggung pembayaran (ganti rugi)
darah yang menyakitkan.”
(Dho’if. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)
42. Menyambung Silaturahmi
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.
“Siapa
yang beriman kepada Alloh ﷻ dan Hari Akhir, hendaklah
ia menyambung silaturahmi.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Asy-Syaikhon dan selain keduanya. Hadits ini dikeluarkan dalam Misykah
Al-Mashobiih)
43. Kewajiban Berbakti pada
Keluarga Dekat
أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ
وَمَوْلَاكَ الَّذِي يَلِي ذَاكَ حَقٌّ وَاجِبٌ وَرَحِمٌ مَوْصُوْلَةٌ.
“(Berbaktilah
kepada) ibumu,
ayahmu, saudarimu, saudaramu, dan kerabatmu yang paling dekat dengan itu. Itu
adalah hak yang wajib dan hubungan kekerabatan yang harus disambung.”
(Hasan. Dikeluarkan oleh Abu Dawud
dan Al-Bukhori dalam Al-Adab Al-Mufrad)
44. Prioritas Kekerabatan
أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ
ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ.
“Ibumu,
ayahmu, saudarimu, saudaramu, kemudian yang paling dekat denganmu, lalu yang
paling dekat denganmu.”
(Shohih.
Dikeluarkan oleh An-Nasa’i dari Thoriq Al-Muharibi rodhiyallahu ‘anhu,
ia berkata: Kami tiba di Madinah, ternyata Rosululloh ﷺ sedang
berdiri di atas mimbar berkhutbah kepada orang-orang, dan beliau ﷺ
bersabda: “Tangan yang memberi lebih tinggi (mulia). Mulailah
dengan siapa yang wajib kamu nafkahi: Ibumu dan ayahmu...”)
45. Siapa yang Harus Diberi
Kebaktian
عَنْ كُلَيْبِ بْنِ مَنْفَعَةَ الْحَنَفِيِّ
عَنْ جَدِّهِ أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَبَرُّ؟
قَالَ: أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ وَمَوْلَاكَ الَّذِي يَلِي ذَاكَ حَقٌّ
وَاجِبٌ وَرَحِمٌ مَوْصُوْلَةٌ.
Dari Kulaib bin Manfa’ah Al-Hanafi dari
kakeknya, sungguh ia mendatangi Nabi ﷺ lalu berkata: “Ya Rosululloh, siapa yang
harus aku berbakti kepadanya?” Beliau ﷺ bersabda: “Ibumu, ayahmu, saudarimu,
saudaramu, dan kerabatmu yang paling dekat dengan itu. Itu adalah hak yang
wajib dan hubungan kekerabatan yang harus disambung.”
(Hasan)
46. Siapa yang Harus Dinafkahi
عَنْ طَارِقٍ الْمُحَارِبِيِّ قَالَ:
قَدِمْتُ الْمَدِيْنَةَ فَإِذَا رَسُوْلُ اللهِ ﷺ قَائِمٌ عَلَى الْمِنْبَرِ يَخْطُبُ
النَّاسَ وَهُوَ يَقُوْلُ: يَدُ الْمُعْطِي الْعُلْيَا وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ:
أُمَّكَ وَأَبَاكَ فَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ.
Dari Thoriq Al-Muharibi rodhiyallahu
‘anhu, ia berkata: Aku tiba di Madinah, ternyata Rosululloh ﷺ sedang berdiri di atas
mimbar berkhutbah kepada orang-orang, dan beliau ﷺ bersabda: “Tangan yang
memberi lebih tinggi (mulia). Mulailah dengan siapa yang wajib kamu nafkahi:
Ibumu dan ayahmu, lalu saudarimu dan saudaramu, kemudian yang paling dekat
denganmu, lalu yang paling dekat denganmu.”
(Shohih)
47. Prioritas Utama dalam Berbuat
Baik
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ:
يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ:
ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟
قَالَ: أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ فَأَدْنَاكَ.
Seorang lelaki datang kepada Nabi ﷺ lalu berkata: “Ya
Rosululloh, siapa orang yang paling berhak aku pergauli dengan baik?” Beliau ﷺ bersabda: “Ibumu.” Lelaki
itu berkata: “Lalu siapa lagi?” Beliau ﷺ bersabda: “Ibumu.” Lelaki itu berkata:
“Lalu siapa lagi?” Beliau ﷺ bersabda: “Ibumu.” Lelaki itu berkata: “Lalu siapa lagi?”
Beliau ﷺ bersabda: “Ayahmu, kemudian yang paling dekat denganmu, lalu
yang paling dekat denganmu.”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Ghooyah
Al-Maroom dan Al-Irwaa’)
48. Prioritas dalam Berbakti
عَنْ مُعَاوِيَةَ الْقُشَيْرِيِّ قَالَ:
قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: أُمَّكَ. قُلْتُ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ:
أُمَّكَ. قُلْتُ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبَاكَ ثُمَّ الْأَقْرَبَ فَالْأَقْرَبَ.
Dari Mu’awiyah Al-Qusyairi rodhiyallahu
‘anhu, ia berkata: Aku bertanya: “Ya Rosululloh, siapa yang harus aku
berbakti kepadanya?” Beliau ﷺ bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya: “Lalu siapa lagi?” Beliau ﷺ bersabda: “Ibumu.” Aku
bertanya: “Lalu siapa lagi?” Beliau ﷺ bersabda: “Ayahmu, kemudian yang paling
dekat lalu yang paling dekat.”
(Hasan. Dikeluarkan oleh Abu Dawud,
At-Tirmidzi, Al-Hakim, dan Ahmad)
49. Nafkah Anak Sesuai Kebutuhan
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ لِهِنْدَ: خُذِيْ
مَا يَكْفِيْكِ وَوَلَدَكِ بِالْمَعْرُوْفِ.
Nabi ﷺ bersabda kepada Hindun rodhiyallahu
‘anha: “Ambillah apa yang mencukupi dirimu dan anakmu secara ma’ruf
(patut).”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’
(2158))
50. Anak Adalah Hasil Usaha Orang
Tua
إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلْتُمْ مِنْ
كَسْبِكُمْ وَإِنَّ أَوْلَادَكُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ وَكُلُوْهُ هَنِيْئًا مَرِيْئًا.
“Sungguh
sebaik-baik yang kamu makan adalah dari hasil usahamu, dan sungguh anak-anakmu
adalah bagian dari hasil usahamu, maka makanlah itu dengan nikmat dan baik.”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’
(1626))
51. Prioritas Shodaqoh dan Nafkah
اِبْدَأْ بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْهَا،
فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ أَهْلِكَ شَيْءٌ فَلِذَوِي
قَرَابَتِكَ، فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ عَنْ ذِي قَرَابَتِكَ فَهَكَذَا وَهَكَذَا.
“Mulailah
dari dirimu sendiri dengan
mengalokasikan untuknya. Jika ada sisa, maka untuk
keluargamu. Jika ada sisa dari keluargamu, maka untuk kerabatmu. Jika ada sisa
dari kerabatmu, maka begini dan begitu (untuk orang lain).”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)
52. Kewajiban Menafkahi Yatim
إِنَّ عُمَرَ جَبَرَ عُصْبَةَ صَبِيٍّ
عَلَى أَنْ يُنْفِقُوا عَلَيْهِ الرِّجَالُ دُوْنَ النِّسَاءِ.
“Sungguh
Umar rodhiyallahu ‘anhu memaksa sekelompok kerabat laki-laki dari
seorang anak kecil untuk menafkahinya, yaitu para lelaki (saja) bukan para
wanita.”
(Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dari ‘Amr bin
Syu’aib dari Sa’id bin Al-Musayyib bahwa Umar rodhiyallahu ‘anhu
memaksa... dst. Dan ia berkata: “Hadits ini munqothi’ (terputus), yaitu antara
Ibnu Al-Musayyib dan Umar rodhiyallahu ‘anhu. Belum ada studi tentang
Hadits ini.”)
53. Menafkahi Yatim oleh Kerabat
Jauh
جَاءَ وَلِيُّ يَتِيْمٍ إِلَى عُمَرَ
بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ: أَنْفِقْ عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: لَوْ لَمْ أَجِدْ إِلَّا
أَقْصَى عَشِيرَتِهِ لَفَرَضْتُ عَلَيْهِمْ.
Seorang wali anak yatim datang kepada Umar
bin Al-Khoththob rodhiyallahu ‘anhu lalu ia berkata: “Nafkahilah anak
itu.” Kemudian ia berkata: “Andai aku tidak mendapati kecuali kerabatnya yang
paling jauh, niscaya aku akan mewajibkan atas mereka.”
(Aku tidak menemukannya saat ini. Belum ada
studi tentang Hadits ini)
54. Berobat Adalah Perintah Alloh ﷻ
يَا عِبَادَ اللهِ تَدَاوَوْا فَإِنَّ
الَّذِي خَلَقَ الدَّاءَ خَلَقَ الدَّوَاءَ.
“Wahai
hamba-hamba Alloh ﷻ, berobatlah, karena sungguh Dzat yang menciptakan penyakit
telah menciptakan pula obatnya.”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Ghooyah
Al-Maroom (292))
55. Nishob Zakat Pertanian
فِيْمَا سَقَتِ السَّمَاءُ الْعُشْرُ
وَفِيْمَا سُقِيَ بِآلَةٍ نِصْفُ الْعُشْرِ.
“Pada
tanaman yang diairi oleh air hujan ada 1/10 (yakni 10%) kewajiban Zakatnya, dan pada tanaman
yang diairi dengan alat ada 1/20 (yakni
5%) kewajiban Zakatnya.”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’
dan Ar-Roudh An-Nadhiir)
56. Zakat Fithroh
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَا: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ
وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ.
Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhuma
berkata: “Rosululloh
ﷺ
mewajibkan Zakat Fithroh sebagai penyucian bagi orang yang Puasa dari perbuatan
sia-sia dan ucapan kotor, dan sebagai makanan bagi para miskin.”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)
57. Rukun Islam
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ:
شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ
الصَّلَاةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ
إِلَيْهِ سَبِيْلًا.
“Islam
dibangun di atas 5 (lima) perkara: Bersaksi bahwa tiada yang berhak disembah
selain Alloh ﷻ dan sungguh Muhammad adalah Rosul Alloh ﷺ, mendirikan Sholat,
menunaikan Zakat, Puasa Romadhon, dan Haji ke Baitulloh bagi siapa yang mampu
menempuh perjalanan ke sana.”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)
58. Hubungan Sholat dan Zakat
قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْعُوْدٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أُمِرْتُمْ بِإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَمَنْ
لَمْ يُزَكِّ فَلَا صَلَاةَ لَهُ.
Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu
berkata: “Kalian diperintahkan untuk mendirikan Sholat dan menunaikan Zakat. Siapa
yang tidak berzakat, maka tidak sah Sholat baginya.”
(Dho’if. Dikeluarkan oleh Ath-Thobaroni dalam Al-Mu’jam
Al-Kabiir dan sanadnya dho’if)
59. Keutamaan Berbagai Ibadah
اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ الْإِيْمَانِ،
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيْزَانَ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
تَمْلَآنِ أَوْ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَالصَّلَاةُ نُوْرٌ،
وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ،
كُلُّ النَّاسِ يَغْدُوْ فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا.
“Kesucian
(bersuci) adalah separuh dari keimanan. Bacaan Alhamdulillahi (Segala
puji bagi Alloh ﷻ) memenuhi timbangan. Bacaan Subhaanallohi walhamdulillahi
(Maha Suci Alloh ﷻ dan segala puji bagi Alloh ﷻ)
memenuhi atau mengisi antara langit dan bumi. Sholat adalah cahaya. Shodaqoh
adalah bukti. Kesabaran adalah pelita. Al-Qur’an adalah pembela (hujjah) bagimu
atau penuntut (hujjah) atasmu. Setiap manusia berpagi-pagi lalu menjual
dirinya; ada yang membebaskannya (dari Naar) atau membinasakannya (ke Naar).”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim,
An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ad-Darimi, dan Ahmad dari Abu Malik Al-Asy’ari rodhiyallahu
‘anhu)
60. Ancaman bagi yang Enggan
Berzakat
مَنْ آتَاهُ اللهُ مَالًا فَلَمْ يُؤَدِّ
زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيْبَتَانِ
يُطَوِّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَعْنِي شِدْقَيْهِ
ثُمَّ يَقُوْلُ: أَنَا مَالُكَ، أَنَا كَنْزُكَ. ثُمَّ تَلَا النَّبِيُّ ﷺ: ﴿وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللهُ
مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا
بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ﴾.
“Siapa
yang Alloh ﷻ berikan harta kepadanya, lalu ia tidak menunaikan Zakatnya,
maka akan diwujudkan kepadanya pada Hari Kiamat ular besar yang botak (jenis ular
berbisa) yang memiliki dua taring. Ular itu melilit lehernya pada Hari Kiamat,
kemudian mengambil kedua tulang rahangnya (yaitu kedua pipinya) seraya berkata:
“Aku adalah hartamu, aku adalah simpanan hartamu.” Kemudian Nabi ﷺ membaca ayat:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ
بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ
سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Dan
janganlah sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang Alloh ﷻ
berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kekikiran itu baik bagi
mereka. Sebenarnya kekikiran itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka kikirkan
itu akan dikalungkan kelak di leher mereka pada Hari Kiamat.” (QS. Ali ‘Imron: 180)
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Al-Bukhori, An-Nasa’i, dan Ahmad dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu)
61. Akibat Tidak Menunaikan Zakat
مَا مَنَعَ قَوْمٌ زَكَاةً إِلَّا ابْتَلَاهُمُ
اللهُ بِالسِّنِيْنَ.
“Tidaklah
suatu kaum menahan Zakat melainkan Alloh ﷻ akan
menguji mereka dengan kekeringan yang berkepanjangan.”
(Hasan. Hadits ini ada di dalam Silsilah
Ash-Shohiihah (106))
62. Menahan Zakat dan Hujan
وَلَمْ يَمْنَعُوْا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ
إِلَّا مُنِعُوْا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوْا.
“Mereka
tidaklah menahan Zakat harta mereka melainkan mereka akan ditahan dari
mendapatkan tetesan air (hujan) dari langit. Kalau bukan karena hewan-hewan
ternak, niscaya mereka tidak akan dihujani.”
(Hasan. Hadits ini ada di dalam Silsilah
Ash-Shohiihah dengan nomor 106)
63. Zakat yang Merusak Harta
مَا خَالَطَتِ الصَّدَقَةُ – أَوْ قَالَ الزَّكَاةُ – مَالًا إِلَّا أَفْسَدَتْهُ.
“Tidaklah
Shodaqoh – atau ia berkata Zakat – bercampur dengan suatu harta melainkan ia
akan merusaknya.”
(Dho’if. Dikeluarkan oleh
Al-Humaidi)
64. Ancaman bagi yang Menolak
Zakat
مَنْ أَعْطَاهَا مُؤْتَجِرًا فَلَهُ
أَجْرُهَا، وَمَنْ مَنَعَهَا فَأَنَا آخِذُهَا وَشَطْرَ مَالِهِ غُرْمَةً مِنْ غُرَمَاتِ
رَبِّنَا لَا يَحِلُّ لِآلِ مُحَمَّدٍ مِنْهَا شَيْءٌ.
“Siapa
yang memberikannya (Zakat) dengan mengharap pahala, maka ia mendapatkan
pahalanya. Siapa yang menolaknya, maka aku (penguasa) akan mengambilnya ditambah (mengambil)
separuh hartanya sebagai denda dari denda-denda Robb kami. Tidak halal sedikit
pun dari harta itu bagi keluarga Muhammad ﷺ.”
(Hasan. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)
65. Keharusan Memerangi Orang yang
Membedakan Sholat dan Zakat
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: لَمَّا
تُوُفِّيَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ وَاسْتُخْلِفَ أَبُو بَكْرٍ بَعْدَهُ وَكَفَرَ مَنْ كَفَرَ
مِنَ الْعَرَبِ قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ لِأَبِي بَكْرٍ: كَيْفَ تُقَاتِلُ النَّاسَ
وَقَدْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُوْلُوْا
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، فَمَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ فَقَدْ عَصَمَ مِنِّي
مَالَهُ وَنَفْسَهُ إِلَّا بِحَقِّهِ وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ. فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ:
وَاللهِ لَأُقَاتِلَنَّ مَنْ فَرَّقَ بَيْنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ، فَإِنَّ الزَّكَاةَ
حَقُّ الْمَالِ، وَاللهِ لَئِنْ مَنَعُوْنِي عِقَالًا كَانُوْا يُؤَدُّوْنَهُ لِرَسُوْلِ
اللهِ ﷺ لَقَاتَلْتُهُمْ عَلَى مَنْعِهِ. فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: فَوَاللهِ
مَا هُوَ إِلَّا أَنْ رَأَيْتُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ شَرَحَ صَدْرَ أَبِي بَكْرٍ
لِلْقِتَالِ فَعَرَفْتُ أَنَّهُ الْحَقُّ.
Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu,
ia berkata: Ketika Rosululloh ﷺ wafat dan Abu Bakar rodhiyallahu
‘anhu menjadi Kholifah setelahnya, dan siapa yang kufur dari kalangan Arab
menjadi kufur, Umar bin Al-Khoththob rodhiyallahu ‘anhu berkata kepada
Abu Bakar rodhiyallahu ‘anhu: “Bagaimana engkau memerangi orang-orang,
padahal Rosululloh ﷺ telah bersabda: ‘Aku
diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan laa ilaaha illa Allah. Siapa yang
mengucapkannya, sungguh ia telah menjaga harta dan jiwanya dariku, kecuali
dengan haknya, dan perhitungannya ada pada Alloh.” Abu Bakar rodhiyallahu
‘anhu berkata: “Demi Alloh, sungguh aku akan memerangi siapa yang
memisahkan antara Sholat dan Zakat, karena sungguh Zakat adalah haknya harta.
Demi Alloh, andai mereka menahan dariku seutas tali kekang unta yang dahulu
mereka tunaikan kepada Rosululloh ﷺ sungguh aku akan
memerangi mereka karena penahanan itu.” Umar bin Al-Khoththob rodhiyallahu
‘anhu berkata: “Demi Alloh, tidak lain adalah aku melihat Alloh ﷻ sungguh
telah melapangkan dada Abu Bakar rodhiyallahu ‘anhu untuk berperang,
maka aku tahu sungguh itu adalah kebenaran.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi dari Abu Huroiroh rodhiyallahu
‘anhu)
66. Mengubah Kemungkaran
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ
بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ
وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ.
“Siapa
di antara kamu yang melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan
tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka
dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim,
Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dari Hadits Abu Sa’id
Al-Khudri rodhiyallahu ‘anhu)
67. Melunasi Hutang Alloh ﷻ
أَنَّ رَجُلًا جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ
ﷺ فَقَالَ: إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ، فَأَقْضِيْهِ عَنْهَا؟
فَقَالَ: لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكَ دَيْنٌ أَكُنْتَ قَاضِيَهُ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ.
قَالَ: فَدَيْنُ اللهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى.
Seorang
lelaki datang kepada Nabi ﷺ lalu berkata: “Sungguh ibuku meninggal dunia dan ia memiliki
tanggungan Puasa 1 bulan, apakah aku harus mengqodho’-nya untuknya?” Beliau ﷺ bersabda: “Andai ibumu
memiliki hutang, apakah kamu akan melunasinya untuknya?” Ia menjawab: “Ya.”
Beliau ﷺ bersabda: “Maka hutang Alloh ﷻ
lebih berhak untuk dilunasi.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim,
At-Tirmidzi, Ad-Darimi, Ibnu Majah, dan Ahmad. At-Tirmidzi berkata: “Hadits hasan
shohih,” dan lafazhnya (demikian pula Ibnu Majah) adalah 2 bulan
berturut-turut. Dalam riwayat Ahmad: Seorang lelaki datang kepada Nabi ﷺ lalu berkata: “Sungguh
saudariku bernadzar untuk Haji dan ia telah meninggal.” Beliau ﷺ bersabda: “Bagaimana
pendapatmu andai ia memiliki... Hadits ini shohih sesuai syarat Asy-Syaikhon)
68. Dosa Syahid yang Diampuni
Kecuali Hutang
يُغْفَرُ لِلشَّهِيْدِ كُلُّ ذَنْبٍ
إِلَّا الدَّيْنَ.
“Dosa orang yang mati syahid diampuni kecuali hutang.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim dan
Ahmad dari Hadits Abdulloh bin ‘Amr rodhiyallahu ‘anhuma secara marfu’)
69. Zakat Diambil dari Orang Kaya
dan Dikembalikan kepada Orang Miskin
أَمَرَ النَّبِيُّ ﷺ مُعَاذًا حِيْنَ
بَعَثَهُ إِلَى الْيَمَنِ أَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً
تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ
لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ
لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ.
Nabi ﷺ memerintahkan Mu’adz rodhiyallahu ‘anhu
ketika beliau ﷺ mengutusnya ke Yaman: “Beritahukan kepada mereka bahwa Alloh ﷻ
mewajibkan atas mereka shodaqoh (Zakat) yang diambil dari orang-orang kaya
mereka lalu dikembalikan kepada orang-orang miskin mereka. Jika mereka
menaatimu untuk itu, maka jauhilah harta-harta pilihan mereka. Dan takutlah
(waspadalah) terhadap doa orang yang terzholimi, karena sungguh tidak ada
penghalang antara doa itu dengan Alloh ﷻ.”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)
70. Menerima Petugas Zakat
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَتِيْكٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ: سَيَأْتِيْكُمْ رَكْبٌ مُبْغِضُوْنَ فَإِذَا
أَتَوْكُمْ فَرَحِّبُوْا بِهِمْ وَخَلُّوْا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَا يَبْتَغُوْنَ فَإِنْ
عَدَلُوْا فَلِأَنْفُسِهِمْ وَإِنْ ظَلَمُوْا فَعَلَيْهَا فَإِنَّ تَمَامَ زَكَاتِهِمْ
رِضَاهُمْ وَلْيَدْعُوْا لَكُمْ.
Dari Jabir bin ‘Atik rodhiyallahu ‘anhu,
sungguh Rosululloh ﷺ bersabda: “Akan datang kepada kalian sekelompok penunggang kuda
yang tidak disukai (petugas Zakat). Jika mereka datang kepadamu, sambutlah
mereka dengan gembira dan biarkan mereka melakukan apa yang mereka cari. Jika
mereka berbuat adil, maka itu untuk diri mereka sendiri. Jika mereka berbuat
zholim, maka itu menjadi tanggungan mereka. Karena sungguh kesempurnaan Zakat
mereka adalah keridhoan mereka (orang yang berzakat), dan hendaklah mereka mendoakan
kebaikan untukmu.”
(Dho’if. Dikeluarkan oleh Abu Dawud,
Ibnu Abi Syaibah, dan Al-Baihaqi)
71. Telah Lunas Zakat Setelah
Diserahkan kepada Rosululloh ﷺ
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ
رَجُلًا قَالَ لِرَسُوْلِ اللهِ ﷺ: إِذَا أَدَّيْتُ الزَّكَاةَ إِلَى رَسُوْلِكَ فَقَدْ
بَرِئْتُ مِنْهَا إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ؟ قَالَ: نَعَمْ إِذَا أَدَّيْتَهَا إِلَى
رَسُوْلِي فَقَدْ بَرِئْتُ مِنْهَا إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَلَكَ أَجْرُهَا وَإِثْمُهَا
عَلَى مَنْ بَدَّلَهَا.
Dari Anas rodhiyallahu ‘anhu,
sungguh seorang lelaki berkata kepada Rosululloh ﷺ: “Jika aku menunaikan
Zakat kepada utusanmu, sungguh aku telah terbebas dari tanggungan Zakat itu di
hadapan Alloh ﷻ dan Rosul-Nya?” Beliau ﷺ bersabda: “Ya, jika kamu telah
menunaikannya kepada utusanku, sungguh kamu telah terbebas dari tanggungan
Zakat itu di hadapan Alloh ﷻ dan Rosul-Nya, dan kamu
mendapatkan pahalanya. Adapun dosanya ditanggung oleh siapa yang mengubahnya.”
(Dho’if. Dikeluarkan oleh Ahmad dari
jalur Sa’id bin Abi Hilal dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu)
72. Menyerahkan Zakat kepada
Pemerintah
عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ
أَبِيْهِ قَالَ: اِجْتَمَعَ عِنْدِي نَفَقَةٌ فِيْهَا صَدَقَةٌ فَسَأَلْتُ سَعْدَ بْنَ
أَبِي وَقَّاصٍ وَابْنَ عُمَرَ وَأَبَا هُرَيْرَةَ وَأَبَا سَعِيْدٍ الْخُدْرِيَّ أَنْ
أَقْسِمَهَا أَوْ أَدْفَعَهَا لِلسُّلْطَانِ، مَا اخْتَلَفَ عَلَيَّ مِنْهُمْ أَحَدٌ.
وَفِي رِوَايَةٍ فَقُلْتُ لَهُمْ: هَذَا السُّلْطَانُ يَفْعَلُ مَا تَرَوْنَ (كَانَ
هَذَا فِي عَهْدِ بَنِي أُمَيَّةَ) فَسَأَدْفَعُ إِلَيْهِمْ زَكَاتِي؟ فَقَالُوْا كُلُّهُمْ:
نَعَمْ فَادْفَعْهَا.
Dari Suhail bin Abi Sholih dari ayahnya, ia
berkata: Terkumpul padaku nafkah yang di dalamnya ada shodaqoh (Zakat). Aku
bertanya kepada Sa’d bin Abi Waqqosh rodhiyallahu ‘anhu, Ibnu Umar rodhiyallahu
‘anhuma, Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu, dan Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallahu
‘anhu: Apakah aku membagikannya sendiri atau aku serahkan kepada penguasa?
Tidak ada seorang pun dari mereka yang berselisih denganku. Dalam satu riwayat:
Aku berkata kepada mereka: “Penguasa ini melakukan apa yang kamu lihat (Ini
terjadi pada masa Bani Umayyah), apakah aku serahkan Zakatku kepada mereka?”
Mereka semua menjawab: “Ya, serahkanlah.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Abu ‘Ubaid
dalam Al-Amwaal dan Al-Baihaqi dari jalur Suhail bin Abi Sholih. Sanad
Hadits ini shohih sesuai syarat Muslim)
73. Penyerahan Zakat kepada
Penguasa
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا
قَالَ: ادْفَعُوْا صَدَقَاتِكُمْ إِلَى مَنْ وَلَّاهُ اللهُ أَمْرَكُمْ فَمَنْ بَرَّ
فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَثِمَ فَعَلَيْهَا.
Dari Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma,
ia berkata: Serahkanlah shodaqoh (Zakat) kalian kepada siapa yang Alloh ﷻ
serahkan urusan kalian kepadanya. Siapa yang berbuat baik, maka kebaikannya
untuk dirinya sendiri, dan siapa yang berdosa, maka dosanya menjadi
tanggungannya.”
(Atsar Shohih. Dikeluarkan
oleh Abu ‘Ubaid dalam Al-Amwaal)
74. Perintah Menyerahkan Zakat
kepada Penguasa
عَنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّهُ
قَالَ لِمَوْلَى لَهُ وَهُوَ عَلَى أَمْوَالِهِ بِالطَّائِفِ: كَيْفَ تَصْنَعُ فِي
صَدَقَةِ مَالِي؟ قَالَ: مِنْهَا مَا أَتَصَدَّقُ بِهِ وَمِنْهَا مَا أَدْفَعُ إِلَى
السُّلْطَانِ. قَالَ: وَفِيْمَ أَنْتَ مِنْ ذَاكَ؟ فَقَالَ: إِنَّهُمْ يَشْتَرُوْنَ
بِهَا الْأَرْضَ وَيَتَزَوَّجُوْنَ بِهَا النِّسَاءَ. فَقَالَ: اِدْفَعْهَا إِلَيْهِمْ
فَإِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ أَمَرَنَا أَنْ نَدْفَعَهَا إِلَيْهِمْ.
Dari Al-Mughiroh bin Syu’bah rodhiyallahu
‘anhu, sungguh ia berkata kepada budak yang dibebaskannya, yang mengurus
hartanya di Tho’if: “Bagaimana kamu mengelola shodaqoh (Zakat) hartaku?” Ia
menjawab: “Sebagiannya aku shodaqohkan, dan sebagiannya aku serahkan kepada
penguasa.” Al-Mughiroh rodhiyallahu ‘anhu bertanya: “Apa yang kamu
perbuat dari yang itu?” Ia menjawab: “Sungguh mereka (para penguasa) membeli
tanah dengan uang itu dan mengawini para wanita dengannya.” Al-Mughiroh rodhiyallahu
‘anhu berkata: “Serahkanlah kepada mereka, karena sungguh Rosululloh ﷺ memerintahkan kami agar
menyerahkannya kepada mereka.”
(Atsar Dho’if. Dikeluarkan oleh
Al-Baihaqi)
75. Bagian Mustahiq Zakat
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ
لَهُ: أَعْطِنِي مِنَ الصَّدَقَاتِ. فَقَالَ لَهُ: إِنَّ اللهَ لَمْ يَرْضَ بِحُكْمِ
نَبِيٍّ وَلَا غَيْرِهِ فِي الصَّدَقَةِ حَتَّى حَكَمَ هُوَ فِيْهَا فَجَزَّأَهَا ثَمَانِيَةَ
أَجْزَاءٍ فَإِنْ كُنْتَ مِنْ تِلْكَ الْأَجْزَاءِ أَعْطَيْتُكَ حَقَّكَ.
Seorang lelaki datang kepada Nabi ﷺ lalu berkata kepada
beliau: “Berikanlah aku sebagian dari shodaqoh (Zakat).” Beliau ﷺ bersabda kepadanya:
“Sungguh Alloh ﷻ tidak ridho dengan keputusan seorang Nabi atau yang lainnya
dalam hal shodaqoh (Zakat), hingga Dia sendiri yang memutuskannya, lalu Dia
membaginya menjadi 8 (delapan) bagian. Jika kamu termasuk dari bagian-bagian
itu, aku akan memberimu hakmu.”
(Dho’if. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)
76. Definisi Orang Miskin yang
Sesungguhnya
لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِي تَرُدُّهُ
التَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ وَلَا اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ، إِنَّمَا الْمِسْكِينُ
الَّذِي يَتَعَفَّفُ. اِقْرَءُوْا إِنْ شِئْتُمْ: ﴿لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا﴾.
“Bukanlah
orang miskin (miskin) itu siapa yang ditolak hanya dengan sebutir atau dua
butir kurma, atau sepotong atau dua potong suapan makanan. Sungguh orang miskin
itu adalah siapa yang menjaga kehormatan dirinya. Bacalah jika kamu mau:
لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا
‘Mereka
tidak meminta-minta kepada orang lain dengan mendesak.’ (QS. Al-Baqoroh: 273)
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, dan Ahmad dari jalur yang
berbeda-beda dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu, dan redaksi ini milik
Al-Bukhori)
77. Definisi Orang Miskin yang
Tidak Meminta-Minta
لَيْسَ الْمِسْكِيْنُ الَّذِي يَطُوْفُ
عَلَى النَّاسِ تَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ،
وَلَكِنَّ الْمِسْكِيْنَ الَّذِي لَا يَجِدُ غِنًى يُغْنِيْهِ وَلَا يُفْطَنُ فَيُتَصَدَّقُ
عَلَيْهِ وَلَا يَقُوْمُ فَيَسْأَلُ النَّاسَ.
“Bukanlah
orang miskin (miskin) itu yang berkeliling mendatangi orang-orang, lalu ia
ditolak dengan sepotong atau dua potong suapan makanan, atau sebutir atau dua
butir kurma. Tetapi, orang miskin (miskin) itu adalah siapa yang tidak
mendapatkan kecukupan yang membuatnya kaya, tidak disadari (keadaannya)
sehingga ia diberi shodaqoh, dan tidak berdiri lalu meminta-minta kepada orang
lain.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Al-Bukhori, Muslim, An-Nasa’i, Malik bin Anas, dan Ahmad)
78. Bolehkah Orang yang Memiliki
Rumah dan Pembantu Menerima Zakat?
عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ أَنَّهُ
سُئِلَ عَنِ الرَّجُلِ تَكُوْنُ لَهُ الدَّارُ وَالْخَادِمُ أَيَأْخُذُ مِنَ الزَّكَاةِ؟
فَأَجَابَ بِأَنَّهُ يَأْخُذُ إِنِ احْتَاجَ وَلَا حَرَجَ عَلَيْهِ.
Dari Al-Hasan Al-Bashri, ia ditanya tentang
seorang lelaki yang memiliki rumah dan pembantu, apakah ia boleh mengambil (minta) Zakat? Ia menjawab
bahwa ia boleh mengambil jika membutuhkan, dan tidak ada dosa baginya.
(Atsar Dho’if. Dikeluarkan
oleh Abu ‘Ubaid dalam Al-Amwaal)
79. Makan dari Hasil Usaha Sendiri
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا
مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ.
“Tidak
ada seorang pun yang makan makanan sama sekali yang lebih baik daripada ia
makan dari hasil usahanya sendiri.”
(Shohih)
80. Zakat Tidak Halal bagi Orang
Kaya
لَا تَحِلُّ الصَّدَقَةُ لِغَنِيٍّ
وَلَا لِذِي مِرَّةٍ سَوِيٍّ.
“Shodaqoh
tidak halal bagi orang kaya dan tidak pula bagi orang yang kuat dan sempurna
(anggota badannya).”
(Shohih)
81. Shodaqoh Bukan untuk Orang
Kaya atau Orang Kuat yang Mampu Bekerja (Pengulangan)
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَدِيٍّ الْخِيَارِ:
أَنَّ رَجُلَيْنِ أَخْبَرَاهُ أَنَّهُمَا أَتَيَا النَّبِيَّ ﷺ يَسْأَلَانِهِ عَنِ
الصَّدَقَةِ، فَقَلَّبَ فِيْهِمَا الْبَصَرَ وَرَآهُمَا جَلْدَيْنِ، فَقَالَ: إِنْ
شِئْتُمَا أَعْطَيْتُكُمَا، وَلَا حَظَّ فِيْهَا لِغَنِيٍّ وَلَا لِقَوِيٍّ مُكْتَسِبٍ.
Dari Abdulloh bin ‘Adi Al-Khoiyyar rodhiyallahu
‘anhu: Sungguh dua lelaki memberitahunya bahwa keduanya mendatangi Nabi ﷺ meminta Shodaqoh kepada
beliau. Beliau ﷺ memutar pandangannya kepada keduanya dan melihat keduanya
adalah orang yang kuat, lalu beliau ﷺ bersabda: “Jika kamu berdua mau, aku akan
memberimu, tetapi tidak ada bagian di dalamnya bagi orang kaya dan bagi orang
kuat yang mampu mencari nafkah.”
(Shohih)
82. Tiga Jenis Orang yang Boleh
Meminta-Minta
عَنْ قَبِيْصَةَ بْنِ الْمُخَارِقِ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: تَحَمَّلْتُ حَمَالَةً فَأَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ أَسْأَلُهُ
فِيْهَا فَقَالَ: أَقِمْ حَتَّى تَأْتِيَنَا الصَّدَقَةُ فَنَأْمُرَ لَكَ بِهَا. ثُمَّ
قَالَ: يَا قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ:
رَجُلٌ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَهَا ثُمَّ
يُمْسِكُ، وَرَجُلٌ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ
حَتَّى يُصِيْبَ قَوَامًا مِنْ عَيْشٍ أَوْ قَالَ سَدَادًا مِنْ عَيْشٍ، وَرَجُلٌ أَصَابَتْهُ
فَاقَةٌ حَتَّى يَقُوْلَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ لَقَدْ أَصَابَتْ
فُلَانًا فَاقَةٌ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قَوَامًا مِنْ عَيْشٍ
أَوْ قَالَ سَدَادًا مِنْ عَيْشٍ، فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْمَسْأَلَةِ يَا قَبِيْصَةُ
سُحْتٌ يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا.
Dari Qubaisoh bin Al-Mukhoriq rodhiyallahu
‘anhu, ia berkata: Aku menanggung hamalah (tanggungan
denda/bayaran), lalu aku mendatangi Rosululloh ﷺ untuk meminta (bantuan) mengenai
tanggungan itu. Beliau ﷺ bersabda: “Tinggallah di sini sampai datang kepada kita
shodaqoh (Zakat), lalu kami perintahkan untuk memberimu sebagian darinya.”
Kemudian beliau ﷺ bersabda: “Ya Qubaisoh, sungguh meminta-minta tidaklah halal
kecuali bagi salah satu dari 3 (tiga) jenis orang: Seorang lelaki yang
menanggung hamalah, maka halal baginya meminta-minta sampai ia
memperolehnya, kemudian ia berhenti (meminta-minta). Seorang lelaki yang
ditimpa jaa’ihah yang menghabiskan hartanya, maka halal baginya
meminta-minta sampai ia memperoleh kecukupan dari penghidupan. Seorang lelaki yang ditimpa faaqoh
(kemiskinan) sampai 3 (tiga) orang dari kalangan cerdik pandai kaumnya berkata:
‘Sungguh si Fulan telah ditimpa faaqoh,’ maka halal baginya
meminta-minta sampai ia memperoleh qowaam dari penghidupan. Adapun
selain dari itu, meminta-minta adalah suht (harta harom), orang yang
memakannya berarti memakan suht.”
(Diriwayatkan oleh Muslim. Hadits ini ada
di dalam Al-Irwaa’)
(Hamalah: Terjadinya pertikaian dan sejenisnya
antara dua kelompok, lalu seseorang mendamaikan mereka dengan harta yang ia
tanggung atas dirinya. Jaa’ihah: Bencana yang menimpa harta seseorang. Qowaam:
Apa yang menopang urusan seseorang berupa harta dan sejenisnya. Sadaad:
Apa yang menutup kebutuhan orang yang membutuhkan dan mencukupinya. Faaqoh:
Kemiskinan. Hija: Akal)
83. Memberi sampai Cukup
جَاءَ فِي قَوْلِ عُمَرَ: إِذَا أَعْطَيْتُمْ
فَأَغْنُوْا.
Terdapat dalam perkataan Umar rodhiyallahu
‘anhu: “Jika kamu memberi, maka buatlah orang itu menjadi kaya
(tercukupi).”
(Dho’if. Dikeluarkan oleh Abu ‘Ubaid
dalam Al-Amwaal dari jalur ‘Amr bin Dinar rodhiyallahu ‘anhu, ia
berkata: Umar rodhiyallahu ‘anhu berkata. Saya berkata: Sanad ini dho’if
munqothi’. ‘Amr bin Dinar lahir 2 tahun setelah wafatnya Umar bin Al-Khoththob)
84. Perintah Menikah dan Berpuasa
مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ
فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ. وَمَنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
“Siapa
di antara kamu yang mampu baa’ah (biaya pernikahan), hendaklah ia
menikah, karena sungguh itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga
kemaluan. Siapa yang tidak mampu, hendaklah ia berpuasa, karena sungguh Puasa
itu adalah wija’ (pengekang syahwat) baginya.”
(Shohih.
Dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i,
Ad-Darimi, dan Ibnu Majah, dan Ahmad dari Hadits Ibnu Mas’ud rodhiyallahu
‘anhu. Ahmad menambahkan: “Siapa yang tidak mampu, hendaklah ia berpuasa,
karena sungguh Puasa itu adalah wija’ baginya.”)
85. Mahar yang Ringan
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ:
إِنِّي تَزَوَّجْتُ امْرَأَةً مِنَ الْأَنْصَارِ. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ﷺ: هَلْ
نَظَرْتَ إِلَيْهَا؟ فَإِنَّ فِي عُيُوْنِ الْأَنْصَارِ شَيْئًا. قَالَ: قَدْ نَظَرْتُ
إِلَيْهَا. قَالَ: عَلَى كَمْ تَزَوَّجْتَهَا؟ قَالَ: عَلَى أَرْبَعِ أَوَاقٍ. فَقَالَ
لَهُ النَّبِيُّ ﷺ: عَلَى أَرْبَعِ أَوَاقٍ كَأَنَّمَا تَنْحِتُوْنَ الْفِضَّةَ مِنْ
عَرْضِ هَذَا الْجَبَلِ، مَا عِنْدَنَا مَا نُعْطِيْكَ وَلَكِنْ عَسَى أَنْ نَبْعَثَكَ
فِي بَعْثٍ تُصِيْبُ مِنْهُ. قَالَ: فَبَعَثَ بَعْثًا إِلَى بَنِي عَبْسٍ بَعَثَ ذَلِكَ
الرَّجُلَ فِيْهِمْ.
Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu,
ia berkata: Seorang lelaki datang kepada Nabi ﷺ lalu berkata: “Sungguh aku menikahi
seorang wanita dari kalangan Anshor.” Nabi ﷺ bersabda kepadanya: “Apakah kamu sudah
melihatnya? Karena sungguh di mata kaum Anshor ada sesuatu (kekurangan).” Ia
menjawab: “Aku sudah melihatnya.” Beliau ﷺ bertanya: “Dengan mahar berapa kamu
menikahinya?” Ia menjawab: “Dengan 4 awaaq (sekitar 160 dirham
perak).” Nabi ﷺ bersabda kepadanya: “Dengan 4 awaaq, seolah-olah kamu
sedang memahat perak dari sisi gunung ini (terlalu banyak). Kami tidak punya
apa pun untuk kami berikan kepadamu, tetapi semoga saja kami mengutusmu dalam
suatu pasukan sehingga kamu mendapat bagian darinya.” Lelaki itu berkata: Maka
beliau ﷺ mengutus satu pasukan ke Bani Abs dan mengutus lelaki itu di
dalamnya.
(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim)
86. Kewajiban Menuntut Ilmu
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى
كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ
الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ.
“Menuntut
ilmu adalah kewajiban atas setiap Muslim. Dan siapa yang meletakkan ilmu pada
selain ahlinya, seperti mengalungkan permata, mutiara, dan emas kepada babi.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah
dengan lafazh ini. Diriwayatkan dari sekelompok Shohabat rodhiyallahu ‘anhum,
di antaranya Anas bin Malik, Abdulloh bin ‘Amr, Abu Sa’id Al-Khudri, Abdulloh
bin Mas’ud, dan Ali rodhiyallahu ‘anhum)
87. Berobat Adalah Perintah Alloh ﷻ (Pengulangan)
يَا عِبَادَ اللهِ تَدَاوَوْا فَإِنَّ
الَّذِي خَلَقَ الدَّاءَ خَلَقَ الدَّوَاءَ.
“Wahai
hamba-hamba Alloh ﷻ, berobatlah, karena sungguh Dzat yang menciptakan penyakit
telah menciptakan pula obatnya.”
(Shohih)
88. Bantuan kepada Saudara Muslim
اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا
يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ،
وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ
يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Seorang
Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, ia tidak menzholiminya dan tidak
menyerahkannya (kepada musuh). Siapa yang berada dalam kebutuhan saudaranya,
Alloh ﷻ akan berada dalam kebutuhannya. Siapa yang melepaskan satu
kesusahan dari seorang Muslim, Alloh ﷻ akan
melepaskan satu kesusahan darinya dari kesusahan-kesusahan Hari Kiamat. Siapa
yang menutupi (aib) seorang Muslim, Alloh ﷻ akan
menutupi (aibnya) pada Hari Kiamat.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori
dengan lafazh ini, dan Ahmad serta selain keduanya. Hadits ini ada di dalam Ash-Shohiihah
(504))
89. Rukun Islam dan Kewajiban
Zakat
بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ مَعَ النَّبِيِّ
ﷺ فِي الْمَسْجِدِ دَخَلَ رَجُلٌ عَلَى جَمَلٍ فَأَنَاخَهُ فِي الْمَسْجِدِ ثُمَّ عَقَلَهُ،
ثُمَّ قَالَ لَهُمْ: أَيُّكُمْ مُحَمَّدٌ؟ وَالنَّبِيُّ ﷺ مُتَّكِئٌ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِمْ،
فَقُلْنَا: هَذَا الرَّجُلُ الْأَبْيَضُ الْمُتَّكِئُ. فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ: يَا
ابْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ﷺ: قَدْ أَجَبْتُكَ. فَقَالَ الرَّجُلُ
لِلنَّبِيِّ ﷺ: إِنِّي سَائِلُكَ فَمُشَدِّدٌ عَلَيْكَ فِي الْمَسْأَلَةِ فَلَا تَجِدْ
عَلَيَّ فِي نَفْسِكَ. فَقَالَ: سَلْ عَمَّا بَدَا لَكَ. فَقَالَ: أَسْأَلُكَ بِرَبِّكَ
وَرَبِّ مَنْ قَبْلَكَ أَاللَّهُ أَرْسَلَكَ إِلَى النَّاسِ كُلِّهِمْ؟ فَقَالَ: اللَّهُمَّ
نَعَمْ. قَالَ: أَنْشُدُكَ بِاللهِ أَاللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ نُصَلِّيَ الصَّلَوَاتِ
الْخَمْسَ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ؟ قَالَ: اللَّهُمَّ نَعَمْ. قَالَ: أَنْشُدُكَ
بِاللهِ أَاللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ نَصُوْمَ هَذَا الشَّهْرَ مِنَ السَّنَةِ؟ قَالَ:
اللَّهُمَّ نَعَمْ. قَالَ: أَنْشُدُكَ بِاللهِ أَاللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ تَأْخُذَ هَذِهِ
الصَّدَقَةَ مِنْ أَغْنِيَائِنَا فَتَقْسِمَهَا عَلَى فُقَرَائِنَا؟ فَقَالَ النَّبِيُّ
ﷺ: اللَّهُمَّ نَعَمْ. فَقَالَ الرَّجُلُ: آمَنْتُ بِمَا جِئْتَ بِهِ، وَأَنَا رَسُوْلُ
مَنْ وَرَائِي مِنْ قَوْمِي، وَأَنَا ضِمَامُ بْنُ ثَعْلَبَةَ أَخُو بَنِي سَعْدِ بْنِ
بَكْرٍ.
Dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu,
ia berkata: Ketika kami duduk bersama Nabi ﷺ di Masjid, masuklah seorang lelaki
menunggang unta, lalu ia menambatkannya di Masjid, kemudian mengikatnya. Lalu
ia bertanya kepada mereka: “Siapa di antara kalian yang Muhammad?” Nabi ﷺ saat itu sedang bersandar
di antara mereka. Kami berkata: “Lelaki yang berkulit putih yang sedang
bersandar ini.” Lelaki itu berkata kepada beliau ﷺ: “Ya Ibnu Abdil
Muththolib.” Nabi ﷺ bersabda kepadanya: “Aku telah menjawabmu.” Lelaki itu berkata
kepada Nabi ﷺ: “Sungguh aku akan bertanya kepadamu dengan keras, maka janganlah
engkau merasa keberatan di hatimu.” Beliau ﷺ bersabda: “Bertanyalah tentang apa pun
yang terlintas di benakmu.” Ia berkata: “Aku bertanya kepadamu demi Robbmu dan
Robb siapa pun yang sebelummu, apakah Alloh ﷻ
mengutusmu kepada manusia seluruhnya?” Beliau ﷺ bersabda: “Ya Alloh, ya.” Ia berkata: “Aku
bersumpah demi Alloh, apakah Alloh ﷻ
memerintahkanmu agar kami Sholat 5 (lima) Sholat dalam sehari semalam?” Beliau ﷺ bersabda: “Ya Alloh, ya.”
Ia berkata: “Aku bersumpah demi Alloh, apakah Alloh ﷻ
memerintahkanmu agar kami Puasa sebulan ini dalam setahun?” Beliau ﷺ bersabda: “Ya Alloh, ya.”
Ia berkata: “Aku bersumpah demi Alloh, apakah Alloh ﷻ
memerintahkanmu agar mengambil Shodaqoh (Zakat) ini dari orang-orang kaya kami
lalu membagikannya kepada orang-orang miskin kami?” Nabi ﷺ bersabda: “Ya Alloh, ya.”
Lelaki itu berkata: “Aku beriman kepada apa yang engkau bawa, dan aku adalah
utusan dari kaumku yang ada di belakangku. Aku adalah Dhimaam bin Tsa’labah,
saudara Bani Sa’d bin Bakr.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori
dengan lafazh ini, dan An-Nasa’i)
90. Zakat Diletakkan pada
Tempatnya
أَنَّ زِيَادًا أَوْ بَعْضَ الْأُمَرَاءِ
بَعَثَ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ عَلَى الصَّدَقَةِ فَلَمَّا رَجَعَ قَالَ لِعِمْرَانَ:
أَيْنَ الْمَالُ؟ قَالَ: وَلِلْمَالِ أَرْسَلْتَنِي؟ أَخَذْنَاهَا مِنْ حَيْثُ كُنَّا
نَأْخُذُهَا عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ وَوَضَعْنَاهَا حَيْثُ كُنَّا نَضَعُهَا
عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ.
Dari ‘Imron bin Hushoin rodhiyallahu ‘anhu,
sungguh Ziyad atau sebagian penguasa mengutus ‘Imron bin Hushoin rodhiyallahu ‘anhu
untuk (mengurusi) Shodaqoh (Zakat). Ketika ia kembali, ia (Ziyad/penguasa)
berkata kepada ‘Imron rodhiyallahu ‘anhu: “Di mana harta itu?” ‘Imron rodhiyallahu
‘anhu berkata: “Apakah kamu mengutusku untuk harta? Kami mengambilnya dari
tempat kami dahulu mengambilnya pada masa Rosululloh ﷺ, dan kami meletakkannya
di tempat kami dahulu meletakkannya pada masa Rosululloh ﷺ.”
(Hasan. Dikeluarkan oleh Abu Dawud
dengan lafazh ini, dan Ibnu Majah)
91. Tanggung Jawab Nabi ﷺ atas Hutang Umatnya
أَنَا أَوْلَى بِكُلِّ مُسْلِمٍ مِنْ
نَفْسِهِ، مَنْ تَرَكَ مَالًا فَلِوُرَّاثِهِ، وَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا
فَإِلَيَّ وَعَلَيَّ.
“Aku
lebih utama bagi setiap Muslim daripada dirinya sendiri. Siapa yang
meninggalkan harta, maka itu untuk ahli warisnya. Siapa yang meninggalkan
hutang atau dhiyaa’ (tanggungan), maka itu menjadi tanggung jawabku dan
atasku (akan kubayar).”
(Shohih. Hadits
ini ada di dalam Al-Irwaa’ dan memiliki syahid dari Hadits Jabir rodhiyallahu
‘anhu secara marfu’ dengan lafazh: Aku lebih utama bagi Mu’min
daripada diri mereka sendiri. Siapa yang meninggalkan harta, maka itu untuk
keluarganya. Siapa yang meninggalkan hutang atau dhiyaa’, maka itu
menjadi tanggung jawabku dan atasku, dan aku lebih utama bagi Mu’min. Dikeluarkan oleh Ahmad dan Muslim secara ringkas, dan ini adalah
riwayat Ahmad)
92. Berpegang Teguh pada Sunnah
إِنَّ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى
اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِي عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ.
“Sungguh
siapa yang hidup di antara kamu, maka ia akan melihat perselisihan yang banyak.
Maka wajib atas kamu berpegang pada sunnahku dan sunnah para Kholifah yang
lurus dan mendapatkan petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah itu dengan gigi
geraham.”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)
93. Setiap Orang Adalah Pemimpin
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ
عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالْإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ
فِي أَهْلِ بَيْتِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.
“Setiap
kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
Imam (pemimpin tertinggi) adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas
kepemimpinannya. Lelaki di dalam keluarganya adalah pemimpin dan ia bertanggung
jawab atas kepemimpinannya.”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Ghooyah
Al-Maroom (269))
94. Memuliakan Tetangga
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ.
“Siapa
yang beriman kepada Alloh ﷻ dan Hari Akhir, hendaklah
ia memuliakan tetangganya.”
(Shohih. Hadits ini dikeluarkan
dalam Mukhtashor Shohih Muslim dan Shohih Al-Jami’ Ash-Shoghiir)
95. Berbuat Baik kepada Tetangga
أَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ تَكُنْ مُسْلِمًا.
“Berbuat
baiklah kepada tetanggamu, niscaya kamu menjadi seorang Muslim.” (Dho’if. Lihat
Hadits nomor 17 dari Musykilah Al-Faqr)
96. Pesan Jibril ‘alaihissalam
tentang Tetangga
مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِي بِالْجَارِ
حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ.
“Jibril
‘alaihissalam senantiasa berpesan kepadaku tentang tetangga, sehingga
aku menyangka ia akan menjadikannya sebagai ahli waris.”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)
97. Larangan Tidur Kenyang saat
Tetangga Kelaparan
لَيْسَ بِمُؤْمِنٍ مَنْ بَاتَ شَبْعَانَ
وَجَارُهُ إِلَى جَنْبِهِ جَائِعٌ وَهُوَ يَعْلَمُ.
“Bukanlah
seorang Mu’min siapa yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangganya di
sampingnya kelaparan dan ia mengetahuinya.”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Silsilah
Ash-Shohiihah (149))
98. Tanggung Jawab terhadap
Tetangga
أَيُّمَا أَهْلُ عَرْصَةٍ أَصْبَحَ
مِنْهُمُ امْرُؤٌ جَائِعٌ فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُمْ ذِمَّةُ اللهِ.
“Penduduk
manapun yang di antara mereka ada seorang lelaki yang berpagi-pagi dalam
keadaan lapar, maka telah lepas dari mereka perlindungan Alloh ﷻ.”
(Dho’if)
99. Berbagi Makanan dengan
Tetangga
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: إِنَّ خَلِيْلِي
ﷺ أَوْصَانِيْ إِذَا طَبَخْتُ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ
مِنْ جِيْرَانِكَ فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوْفٍ.
Dari Abu Dzarr rodhiyallahu ‘anhu,
ia berkata: Sungguh kekasihku ﷺ berpesan kepadaku: “Jika kamu memasak kuah (sayur berkuah),
maka perbanyaklah airnya. Kemudian lihatlah keluarga dari tetanggamu, lalu
berikanlah kepada mereka bagian darinya secara ma’ruf (patut).”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim
dengan lafazh ini, Al-Bukhori dalam Al-Adab Al-Mufrod, Ad-Darimi, dan Ahmad)
100. Prioritas Memberi Hadiah
kepada Tetangga
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا
قَالَتْ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ لِي جَارَيْنِ فَإِلَى أَيِّهِمَا أُهْدِي؟
قَالَ: إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكَ بَابًا.
Dari ‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha, ia
berkata: Aku bertanya: “Ya Rosululloh, sungguh aku memiliki dua tetangga,
kepada yang mana dari keduanya aku harus memberi hadiah?” Beliau ﷺ bersabda: “Kepada siapa
yang pintunya paling dekat denganmu.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori
dalam Al-Adab Al-Mufrod dengan lafazh ini, Ath-Thohawi dalam Musykil
Al-Aatsaar, Ath-Thoyalisi, Ahmad, dan Al-Khothib)
101. Kewajiban Berbuat Baik kepada
Tetangga Yahudi
قَالَ مُجَاهِدٌ: كُنْتُ عِنْدَ عَبْدِ
اللهِ بْنِ عُمَرَ وَغُلَامٌ لَهُ يَسْلُخُ شَاةً، فَقَالَ: يَا غُلَامُ إِذَا سَلَخْتَ
فَابْدَأْ بِجَارِنَا الْيَهُودِيِّ. حَتَّى قَالَ ذَلِكَ مِرَارًا. فَقَالَ لَهُ:
كَمْ تَقُوْلُ هَذَا؟ فَقَالَ: إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ لَمْ يَزَلْ يُوْصِيْنَا بِالْجَارِ
حَتَّى خَشِيْنَا أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ.
Mujahid berkata: Aku berada di sisi
Abdulloh bin Umar rodhiyallahu ‘anhuma, sementara ada seorang pelayannya
sedang menguliti seekor kambing. Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma berkata:
“Wahai pelayan, jika kamu selesai menguliti, mulailah dengan tetangga kita yang
Yahudi.” Hingga ia mengulanginya berkali-kali. Pelayan itu berkata kepadanya:
“Berapa kali kamu akan mengatakan ini?” Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma
berkata: “Sungguh Rosululloh ﷺ senantiasa berpesan kepada kami tentang tetangga, sehingga kami
khawatir beliau ﷺ akan menjadikannya sebagai ahli waris.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori
dalam Al-Adab Al-Mufrod, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)
102. Ancaman bagi yang Mampu
Berqurban tapi Tidak Melakukannya
مَنْ كَانَ عِنْدَهُ سَعَةٌ فَلَمْ
يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا.
“Siapa
yang memiliki kelapangan (harta) lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia
mendekati tempat Sholat kami.”
(Hasan.
Dikeluarkan oleh Ibnu Majah, Al-Khothib, dan Al-Hakim dari Abu Huroiroh rodhiyallahu
‘anhu, ia berkata: Nabi ﷺ bersabda: “Siapa yang memiliki harta lalu
ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat Sholat kami.” Dan di
lain waktu beliau ﷺ bersabda: “Siapa yang mendapati kelapangan
lalu ia tidak menyembelih (qurban), maka janganlah ia mendekati tempat Sholat
kami.” Ini adalah lafazh Al-Muqri pada riwayat
Al-Hakim. Dan pada riwayat Ahmad dengan lafazh lain: “Lalu ia tidak berqurban.”
Dan lafazh Ibnu Al-Hibban pada riwayat Al-Hakim: “Siapa yang mendapati
kelapangan untuk berqurban lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia
menghadiri tempat Sholat kami.” Dan lafazhnya pada riwayat Ibnu Majah: “Siapa
yang memiliki kelapangan dan tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati
tempat Sholat kami.”)
103. Hak Harta Selain Zakat
عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ قَالَتْ:
سَأَلْتُ النَّبِيَّ أَوْ سُئِلَ ﷺ عَنِ الزَّكَاةِ فَقَالَ: إِنَّ فِي الْمَالِ حَقًّا
سِوَى الزَّكَاةِ. ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ الَّتِي فِي الْبَقَرَةِ: ﴿لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ﴾.
Dari Fathimah binti Qois rodhiyallahu
‘anha, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi ﷺ atau beliau ﷺ ditanya tentang Zakat,
maka beliau ﷺ bersabda: “Sungguh di dalam harta ada hak (kewajiban) selain
Zakat.” Kemudian beliau ﷺ membaca ayat ini yang ada di surat Al-Baqoroh:
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوْهَكُمْ
قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
“Bukanlah
suatu kebajikan itu menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat.” (QS. Al-Baqoroh: 177).
(Dho’if)
104. Muslim sebagai Bangunan yang
Saling Menguatkan
اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ
يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.
“Seorang
Mu’min bagi Mu’min lainnya adalah seperti bangunan, yang sebagiannya menguatkan
sebagian yang lain.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Al-Bukhori, Muslim, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, dan Ahmad. Al-Bukhori menambahkan
dalam satu riwayat: “Dan beliau ﷺ menyilangkan jari-jari beliau.”
At-Tirmidzi berkata: “Hadits hasan shohih”)
105. Muslim sebagai Satu Tubuh
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِّهِمْ
وَتَعَاطُفِهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ
عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْأَعْضَاءِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ.
“Perumpamaan
kaum Mu’min dalam kecintaan mereka, kasih sayang mereka, dan kelembutan mereka
adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh mengeluh sakit, maka
seluruh anggota tubuh yang lain ikut merasakan dengan demam dan tidak bisa
tidur.”
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Mukhtashor
Muslim (1773) dan Silsilah Ash-Shohiihah (1083))
106. Persaudaraan Muslim
اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا
يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ.
“Seorang
Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, ia tidak menzholiminya dan tidak
menyerahkannya (kepada musuh).”
(Shohih)
107. Tanggung Jawab terhadap
Tetangga yang Kelaparan (Pengulangan)
أَيُّمَا أَهْلُ عَرْصَةٍ أَصْبَحَ
فِيْهِمُ امْرُؤٌ جَائِعٌ فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُمْ ذِمَّةُ اللهِ.
“Penduduk
manapun yang di antara mereka ada seorang lelaki yang berpagi-pagi dalam
keadaan lapar, maka telah lepas dari mereka perlindungan Alloh ﷻ.”
(Dho’if)
108. Kasih Sayang dan Rohmat Alloh
ﷻ
مَنْ لَا يَرْحَمُ النَّاسَ لَا يَرْحَمْهُ
اللهُ.
“Siapa
yang tidak menyayangi manusia, Alloh ﷻ
tidak akan menyayanginya.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Al-Bukhori, Muslim, At-Tirmidzi, dan Ahmad. Ahmad menambahkan dalam satu
riwayat: “Dan siapa yang tidak mengampuni, tidak akan diampuni.”)
109. Berbagi Kelebihan Makanan
مَنْ كَانَ عِنْدَهُ طَعَامُ اثْنَيْنِ
فَلْيَذْهَبْ بِثَالِثٍ، وَمَنْ كَانَ عِنْدَهُ طَعَامُ أَرْبَعَةٍ فَلْيَذْهَبْ بِخَامِسٍ
أَوْ سَادِسٍ.
“Siapa
yang memiliki makanan untuk 2 (dua) orang, hendaklah ia pergi dengan yang
ketiga. Siapa yang memiliki makanan untuk 4 (empat) orang, hendaklah ia pergi
dengan yang kelima atau keenam.”
(Shohih)
110. Persaudaraan Muslim
(Pengulangan)
اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا
يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ.
“Seorang
Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, ia tidak menzholiminya dan tidak
menyerahkannya (kepada musuh).”
(Shohih)
111. Berbagi Kelebihan Harta dan
Kebutuhan
مَنْ كَانَ مَعَهُ فَضْلُ ظَهْرٍ فَلْيَعُدْ
بِهِ عَلَى مَنْ لَا ظَهْرَ لَهُ، وَمَنْ كَانَ لَهُ فَضْلُ زَادٍ فَلْيَعُدْ بِهِ
عَلَى مَنْ لَا زَادَ لَهُ.
“Siapa
yang memiliki kelebihan kendaraan, hendaklah ia memberikannya kepada siapa yang
tidak memiliki kendaraan. Siapa yang memiliki kelebihan bekal, hendaklah ia
memberikannya kepada siapa yang tidak memiliki bekal.” (Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallahu
‘anhu berkata): Beliau ﷺ menyebutkan berbagai jenis harta, sampai kami mengira tidak ada
hak bagi seorang pun di antara kami atas kelebihan (harta).
(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim,
Abu Dawud, dan Ahmad dari Hadits Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallahu ‘anhu)
112. Memberi Makan dan Membebaskan
Tawanan
أَطْعِمُوْا الْجَائِعَ وَفُكُّوا الْعَانِيَ.
“Berilah
makan orang yang lapar dan bebaskanlah tawanan.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Al-Bukhori, Ad-Darimi, dan Ahmad dari Hadits Abu Musa Al-Asy’ari rodhiyallahu
‘anhu secara marfu’. Mereka menambahkan kecuali Ad-Darimi: “Dan
jenguklah orang yang sakit.” Dalam satu riwayat Al-Bukhori: “Dan penuhilah
undangan,” sebagai ganti “Berilah makan orang yang lapar.” Dan dalam riwayat
lain darinya: “Bebaskanlah tawanan dan penuhilah undangan.”)
113. Harta yang Sesungguhnya
يَقُوْلُ الْعَبْدُ: مَالِي مَالِي،
وَإِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلَاثٌ: مَا أَكَلَ فَأَفْنَى أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى
أَوْ أَعْطَى فَأَقْنَى، وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ.
“Seorang
hamba berkata: ‘Hartaku, hartaku!’ Padahal sungguh hartanya hanyalah 3 (tiga) perkara: apa yang ia
makan lalu ia habiskan, atau yang ia kenakan lalu ia jadikan usang, atau yang
ia berikan (shodaqohkan) lalu ia kekalkan. Adapun selain dari itu, maka ia akan
hilang dan ia tinggalkan untuk orang lain.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Muslim,
Ibnu Hibban, dan Ahmad dari Hadits Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu)
114. Harta yang Dipersiapkan dan
Harta Ahli Waris
أَيُّكُمْ مَالُ وَارِثِهِ أَحَبُّ
إِلَيْهِ مِنْ مَالِهِ؟ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا مِنَّا أَحَدٌ إِلَّا مَالُهُ
أَحَبُّ إِلَيْهِ. قَالَ: فَإِنَّ مَالَهُ مَا قَدَّمَ وَمَالُ وَارِثِهِ مَا أَخَّرَ.
“Siapa
di antara kamu yang harta ahli warisnya lebih ia cintai daripada hartanya
sendiri?”
Mereka berkata: “Ya Rosululloh, tidak ada seorang pun di antara kami melainkan
hartanya sendiri lebih ia cintai.” Beliau ﷺ bersabda: “Maka sungguh hartanya adalah
apa yang telah ia dahulukan (untuk Akhiroh), dan harta ahli warisnya adalah apa
yang ia tinggalkan.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Al-Bukhori, An-Nasa’i, dan Ath-Thohawi)
115. Hati-Hati terhadap Naar (Api
Neraka)
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا سَيُكَلِّمُهُ
اللهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ، فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلَا يَرَى
إِلَّا مَا قَدَّمَ، فَيَنْظُرُ أَشْأَمَ مِنْهُ يَعْنِي عَنْ يَسَارِهِ فَلَا يَرَى
إِلَّا مَا قَدَّمَ، فَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ تِلْقَاءَ
وَجْهِهِ. فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ.
“Tidak
ada seorang pun di antara kamu melainkan Alloh ﷻ akan
berbicara kepadanya tanpa ada penerjemah di antara-Nya dan dia. Ia melihat ke
sebelah kanannya, maka ia tidak melihat kecuali apa yang telah ia kerjakan. Ia melihat ke
sebelah kirinya, maka ia tidak melihat kecuali apa yang telah ia kerjakan. Ia melihat ke
depan, maka ia tidak melihat kecuali Naar (Api Neraka) tepat di hadapan
wajahnya. Maka takutlah (jagalah diri) dari Naar, meskipun hanya dengan
sepotong kurma.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori,
Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, dan Ahmad)
116. Shodaqoh yang Tumbuh di Sisi
Alloh ﷻ
مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ
كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلَا يَقْبَلُ اللهُ إِلَّا الطَّيِّبَ فَإِنَّ اللهَ يَقْبَلُهَا
بِيَمِينِهِ ثُمَّ يُرَبِّيْهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى
تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ.
“Siapa
yang bershodaqoh senilai sebiji kurma dari hasil usaha yang baik – dan Alloh ﷻ
tidak menerima kecuali yang baik – sungguh Alloh ﷻ akan
menerimanya dengan Tangan Kanan-Nya, kemudian Dia memeliharanya untuk
pemiliknya sebagaimana salah seorang kamu memelihara anak kudanya, hingga
shodaqoh itu menjadi seperti gunung.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Al-Bukhori, Muslim, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ad-Darimi, Ibnu Majah, dan Ahmad,
dan memiliki banyak jalur)
117. Shodaqoh Menghapus Kesalahan
اَلصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ
كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ.
“Shodaqoh
itu memadamkan kesalahan (dosa) sebagaimana air memadamkan api.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Ahmad,
At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim)
118. Naungan Shodaqoh di Hari
Kiamat
كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ
حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ.
“Setiap
orang berada di bawah naungan shodaqohnya sampai diputuskan perkara di antara
manusia.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Ahmad, dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah)
119. Keutamaan Shodaqoh Sedikit
dari Harta yang Sedikit
سَبَقَ دِرْهَمٌ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ.
فَقَالَ رَجُلٌ: وَكَيْفَ ذَاكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: رَجُلٌ لَهُ مَالٌ كَثِيرٌ
أَخَذَ مِنْ عَرْضِهِ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ تَصَدَّقَ بِهَا، وَرَجُلٌ لَيْسَ لَهُ
إِلَّا دِرْهَمَانِ فَأَخَذَ أَحَدَهُمَا فَتَصَدَّقَ بِهِ.
“Satu
dirham telah mendahului 100.000 (seratus ribu) dirham.” Seorang lelaki bertanya:
“Bagaimana itu bisa terjadi, ya Rosululloh?” Beliau ﷺ bersabda: “Seorang lelaki
memiliki harta banyak, lalu ia mengambil dari hartanya 100.000 dirham dan
bershodaqoh dengannya. Dan seorang lelaki yang tidak memiliki apa-apa kecuali 2
(dua) dirham, lalu ia mengambil salah satunya dan bershodaqoh dengannya.”
(Hasan. Dikeluarkan oleh An-Nasa’i,
Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan Ahmad)
120. Abu Ad-Dahdah Rodhiyallahu
‘Anhu Meminjamkan Kebun Kurmanya kepada Alloh ﷻ
لَمَّا نَزَلَتْ: ﴿مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ
لَهُ﴾ قَالَ
أَبُو الدَّحْدَاحِ الْأَنْصَارِيُّ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ
لَيُرِيْدُ مِنَّا الْقَرْضَ؟ قَالَ: نَعَمْ يَا أَبَا الدَّحْدَاحِ. قَالَ: أَرِنِي
يَدَكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَنَاوَلَهُ يَدَهُ، قَالَ: فَإِنِّي قَدْ أَقْرَضْتُ رَبِّي
عَزَّ وَجَلَّ حَائِطِي.
Ketika turun ayat: “Siapa yang mau
meminjamkan kepada Alloh ﷻ pinjaman yang baik (qordhon
hasanan), maka Dia akan melipatgandakan (balasan)nya untuknya?” (QS. Al-Baqoroh: 245)
Abu Ad-Dahdah Al-Anshori rodhiyallahu
‘anhu berkata: “Ya Rosululloh, sungguh Alloh ﷻ
benar-benar menghendaki pinjaman dari kami?” Beliau ﷺ bersabda: “Ya, wahai Abu
Ad-Dahdah.” Ia berkata: “Perlihatkan tanganmu kepadaku, ya Rosululloh.” Beliau ﷺ mengulurkan tangannya. Ia
berkata: “Aku
telah meminjamkan kebun kurmaku kepada Robbku ‘Azza wa Jalla.”
(Ibnu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu
berkata: Dan ia memiliki kebun yang di dalamnya ada 600 pohon kurma, dan Ummu
Ad-Dahdah beserta anak-anaknya berada di sana). Ia berkata: Maka Abu Ad-Dahdah rodhiyallahu
‘anhu datang lalu memanggilnya: “Ya Ummu Ad-Dahdah.” Ia menjawab: “Aku
sambut panggilanmu.” Ia berkata: “Keluarlah, sungguh aku telah meminjamkannya
kepada Robbku ‘Azza wa Jalla.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir
dalam Tafsir-nya, dan Ibnu Abi Hatim sebagaimana dalam Tafsir Ibnu Katsir dari
jalur Kholaf, dan sanad ini dho’if. Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan
Ath-Thobarani, dan perawi-perawi keduanya tsiqoh (terpercaya).
Perawi-perawi Abu Ya’la adalah perawi Ash-Shohih. Dan Hadits ini memiliki
penguat lainnya)
121. Menginfaqkan Harta yang
Paling Dicintai
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ يَقُوْلُ: كَانَ أَبُو طَلْحَةَ أَكْثَرَ الْأَنْصَارِ بِالْمَدِيْنَةِ مَالًا
مِنْ نَخْلٍ، وَكَانَ أَحَبَّ أَمْوَالِهِ إِلَيْهِ بَيْرُحَاءَ، وَكَانَتْ مُسْتَقْبِلَةَ
الْمَسْجِدِ، وَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ يَدْخُلُهَا وَيَشْرَبُ مِنْ مَاءٍ فِيْهَا
طَيِّبٍ. قَالَ أَنَسٌ: فَلَمَّا أُنْزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: ﴿لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ﴾ قَامَ أَبُو طَلْحَةَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ ﷺ فَقَالَ: يَا
رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُوْلُ: ﴿لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ﴾ وَإِنَّ أَحَبَّ أَمْوَالِي إِلَيَّ بَيْرُحَاءُ، وَإِنَّهَا
صَدَقَةٌ لِلَّهِ، أَرْجُو بِرَّهَا وَذُخْرَهَا عِنْدَ اللهِ، فَضَعْهَا يَا رَسُوْلَ
اللهِ حَيْثُ أَرَاكَ اللهُ. قَالَ: فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: بَخْ، ذَلِكَ مَالٌ
رَابِحٌ، ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ، وَقَدْ سَمِعْتُ مَا قُلْتَ، وَإِنِّي أَرَى أَنْ تَجْعَلَهَا
فِي الْأَقْرَبِيْنَ. فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ: أَفْعَلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَقَسَمَهَا
أَبُو طَلْحَةَ فِي أَقَارِبِهِ وَبَنِي عَمِّهِ.
Dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu,
ia berkata: Abu Tholhah rodhiyallahu ‘anhu adalah orang Anshor yang
paling banyak hartanya di Madinah berupa kebun kurma. Harta yang paling ia
cintai adalah Bairuha’, letaknya menghadap ke Masjid. Rosululloh ﷺ biasa memasukinya dan
minum dari airnya yang tawar (enak). Anas rodhiyallahu ‘anhu berkata:
Ketika ayat ini turun:
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا
مِمَّا تُحِبُّونَ
“Kamu
sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali ‘Imron: 92). Abu Tholhah rodhiyallahu
‘anhu berdiri menemui Rosululloh ﷺ lalu berkata: “Ya Rosululloh, sungguh
Alloh ﷻ Tabaroka wa Ta’ala berfirman: ‘Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.’ Dan
sungguh harta yang paling aku cintai adalah Bairuha’. Sungguh itu adalah
shodaqoh karena Alloh ﷻ. Aku berharap kebaikannya dan simpanannya di sisi Alloh ﷻ.
Maka letakkanlah ia, ya Rosululloh, di mana pun yang Alloh ﷻ
perlihatkan kepadamu.” Rosululloh ﷺ bersabda: “Bagus! Itu adalah harta yang
menguntungkan, itu adalah harta yang menguntungkan. Aku telah mendengar apa
yang kamu katakan. Sungguh aku berpendapat hendaknya kamu menjadikannya untuk
kerabat-kerabat dekat.” Abu Tholhah rodhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku
akan melakukannya, ya Rosululloh.” Maka Abu Tholhah rodhiyallahu ‘anhu
membagikannya kepada kerabat-kerabatnya dan anak-anak pamannya.
(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori
dengan lafazh ini, Muslim, Ad-Darimi, dan Ahmad dari Hadits Anas rodhiyallahu
‘anhu. Juga dikeluarkan oleh Malik bin Anas, Abu Dawud, An-Nasa’i, dan
At-Tirmidzi)
122. Amal yang Tidak Terputus
Setelah Kematian
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ
عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ
بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ.
“Apabila
seorang manusia meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali dari 3 (tiga)
perkara: shodaqoh Jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak sholih yang
mendoakannya.”
(Shohih. Hadits ini dikeluarkan
dalam Al-Irwaa’)
123. Wakaf Umar Rodhiyallahu ‘Anhu
عُمَرُ أَصَابَ أَرْضًا مِنْ أَرْضِ
خَيْبَرَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَصَبْتُ أَرْضًا بِخَيْبَرَ لَمْ أُصِبْ مَالًا
قَطُّ أَنْفَسَ عِنْدِي مِنْهَا فَمَا تَأْمُرُنِي؟ فَقَالَ ﷺ: إِنْ شِئْتَ حَبَسْتَ
أَصْلَهَا وَتَصَدَّقْتَ بِهَا. فَتَصَدَّقَ بِهَا عُمَرُ عَلَى أَنْ لَا تُبَاعَ وَلَا
تُوْهَبَ وَلَا تُوْرَثَ فِي الْفُقَرَاءِ وَذَوِي الْقُرْبَى وَالرِّقَابِ وَالضَّعِيْفِ
وَابْنِ السَّبِيْلِ. لَا جُنَاحَ عَلَى مَنْ وَلِيَهَا أَنْ يَأْكُلَ مِنْهَا بِالْمَعْرُوْفِ
وَيُطْعِمَ غَيْرَ مُتَمَوِّلٍ وَفِي لَفْظٍ: غَيْرَ مُتَأَثِّلٍ مَالًا.
Umar rodhiyallahu ‘anhu memiliki sebidang tanah di
tanah Khoibar, lalu ia berkata: “Ya Rosululloh, aku mendapatkan sebidang tanah
di Khoibar, aku belum pernah mendapatkan harta sama sekali yang lebih berharga
bagiku darinya. Apakah yang engkau perintahkan kepadaku?” Beliau ﷺ bersabda: “Jika kamu mau,
kamu tahan pokoknya (asetnya) dan kamu shodaqohkan hasilnya.” Maka Umar rodhiyallahu
‘anhu menshodaqohkannya dengan syarat tidak boleh dijual, tidak boleh
dihibahkan, dan tidak boleh diwariskan, (akan tetapi diperuntukkan) bagi para faqir, kerabat
dekat, budak, orang yang lemah, dan ibnu sabil. Tidak ada dosa bagi siapa yang
mengurusnya untuk makan darinya secara ma’ruf (patut) dan memberi makan tanpa
menumpuk harta. (Dalam lafazh lain: tanpa menjadikan harta itu sebagai
warisan.)
(Shohih. Hadits ini ada di dalam Al-Irwaa’)
124. Ancaman bagi Penimbun Makanan
مَنِ احْتَكَرَ الطَّعَامَ أَرْبَعِيْنَ
لَيْلَةً فَقَدْ بَرِئَ مِنَ اللهِ وَبَرِئَ اللهُ مِنْهُ.
“Siapa
yang menimbun makanan selama 40 (empat puluh) malam, sungguh ia telah berlepas
diri dari Alloh ﷻ dan Alloh ﷻ telah berlepas diri
darinya.”
(Dho’if. Hadits ini ada di dalam Ghooyah
Al-Maroom (324))
125. Derajat Orang Miskin yang
Rendah Hati
رُبَّ أَشْعَثَ أَغْبَرَ ذِي طِمْرَيْنِ
لَا يُؤْبَهُ لَهُ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ.
“Betapa
banyak orang yang berambut kusut, berdebu, berpakaian kumal, tidak diperhatikan
orang, sekiranya ia bersumpah atas nama Alloh ﷻ,
niscaya Alloh ﷻ akan mengabulkannya.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Ath-Thohawi dalam Al-Musykil dan Al-Hakim serta Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah.
Ditambahkan dalam satu riwayat setelah perkataan “berpakaian kumal”: “yang mata
manusia tidak memandangnya.” Hadits ini ada dalam Al-Musnad, Ash-Shohiihain,
dan selainnya dari jalur lain dari Anas rodhiyallahu ‘anhu dengan
lafazh: Sungguh di antara hamba-hamba Alloh ﷻ ada
yang sekiranya ia bersumpah atas nama Alloh ﷻ,
niscaya Alloh ﷻ akan mengabulkannya, dan di dalamnya ada kisah. Dan dari Hadits
Haritsah bin Wahb rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rosululloh ﷺ bersabda: “Maukah aku
beritahu kamu tentang penduduk Jannah? Setiap orang yang lemah, yang
direndahkan, yang sekiranya ia bersumpah atas nama Alloh ﷻ
niscaya Alloh ﷻ akan mengabulkannya. Maukah aku beritahu kamu tentang penduduk
Naar? Setiap orang yang kasar, yang sombong, dan yang angkuh.” Dikeluarkan oleh
Al-Bukhori, Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad dari Ma’bad bin Kholid dari Haritsah
bin Wahb rodhiyallahu ‘anhu)
126. Tidak Berharganya Orang
Sombong di Hari Kiamat
يَأْتِي الرَّجُلُ الْعَظِيمُ السَّمِيْنُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَلَا يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ، وَاقْرَءُوْا إِنْ
شِئْتُمْ: ﴿فَلَا
نُقِيمُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا﴾.
“Akan
datang seorang lelaki yang besar dan gemuk pada Hari Kiamat, ia tidak sebanding
(berat) di sisi Alloh ﷻ meskipun hanya seberat sayap nyamuk. Dan bacalah jika kamu mau:
فَلَا نُقِيمُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَزْنًا
‘Maka
Kami tidak akan memberikan timbangan (bobot) kepada mereka pada Hari Kiamat.’” (QS. Al-Kahfi: 105)
(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori
dan Muslim dari Hadits Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu secara marfu’)
127. Bisyaroh (Kabar Gembira)
Tentang Keamanan dan Kekayaan Umat Islam
عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ: كَانَ عِنْدَ
النَّبِيِّ ﷺ إِذْ أَتَاهُ رَجُلٌ فَشَكَا إِلَيْهِ الْفَاقَةَ ثُمَّ أَتَاهُ آخَرُ
فَشَكَا إِلَيْهِ قَطْعَ السَّبِيْلِ. فَقَالَ: يَا عَدِيُّ، هَلْ رَأَيْتَ الْحِيرَةَ؟
قَالَ: لَمْ أَرَهَا وَقَدْ أُنْبِئْتُ عَنْهَا. قَالَ: إِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَاةٌ
لَتَرَوَيَنَّ الظَّعِيْنَةَ تَرْتَحِلُ مِنَ الْحِيْرَةِ حَتَّى تَطُوْفَ بِالْكَعْبَةِ
لَا تَخَافُ أَحَدًا إِلَّا اللهَ. وَفِي رِوَايَةٍ: إِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكَ
إِلَّا قَلِيْلٌ حَتَّى تَخْرُجَ الْعَيْرُ إِلَى مَكَّةَ بِغَيْرِ خَفِيرٍ. وَأَكْمَلَ
النَّبِيُّ ﷺ حَدِيْثَهُ إِلَيْهِ فَقَالَ: وَلَئِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَاةٌ لَتُفْتَحَنَّ
كُنُوْزُ كِسْرَى. قَالَ: كِسْرَى بْنُ هُرْمُزَ؟ قَالَ: كِسْرَى بْنُ هُرْمُزَ. وَلَئِنْ
طَالَتْ بِكَ حَيَاةٌ لَتَرَوَيَنَّ الرَّجُلَ يَخْرُجُ مِلْءَ كَفِّهِ مِنْ ذَهَبٍ
أَوْ فِضَّةٍ يَطْلُبُ مَنْ يَقْبَلُهُ مِنْهُ فَلَا يَجِدُ أَحَدًا يَقْبَلُهُ مِنْهُ.
Dari ‘Adi bin Hatim rodhiyallahu ‘anhu:
Ia berada di sisi Nabi ﷺ ketika datang kepada beliau ﷺ seorang lelaki mengeluhkan kemiskinan (faqoh).
Kemudian datang lagi yang lain mengeluhkan terputusnya jalan (tidak aman). (Adi
bin Hatim rodhiyallahu ‘anhu datang kepada Nabi ﷺ untuk masuk Islam dan
Nabi ﷺ khawatir akan melemahkan semangatnya ketika ia melihat kondisi
kaumnya yang lemah dan miskin serta belum tersebarnya keamanan saat itu, maka
beliau ﷺ menyampaikan kabar gembira yang disebutkan dalam Hadits ini
untuk mendorong dan menguatkannya). Maka beliau ﷺ bersabda: “Ya ‘Adi,
apakah kamu pernah melihat Al-Hiiroh?” Ia menjawab: “Aku belum melihatnya, tetapi aku sudah
diberitahukan tentangnya.” Beliau ﷺ bersabda: “Jika umurmu panjang, sungguh
kamu akan melihat seorang wanita menempuh perjalanan dari Al-Hiiroh hingga ia Thowaf di
Ka’bah, ia tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Alloh ﷻ.”
Dalam satu riwayat: “Tidak datang kepadamu (kefakiran) kecuali sebentar saja, hingga kafilah
dagang akan keluar menuju Makkah tanpa penjaga.” ‘Adi rodhiyallahu ‘anhu
berkata: Aku berkata di dalam diriku: “Lalu di manakah para bandit Thoyyi’ yang
membuat onar di negeri itu?” Nabi ﷺ melanjutkan Hadits beliau ﷺ kepadanya lalu bersabda:
“Dan sungguh jika umurmu panjang, sungguh akan dibukakan bagimu perbendaharaan
Kisro.” Ia
bertanya: “Kisro bin Hurmuz?” Beliau ﷺ bersabda: “Kisro bin Hurmuz. Dan sungguh
jika umurmu panjang, sungguh kamu akan melihat seorang lelaki keluar membawa
emas atau perak sepenuh telapak tangannya, ia mencari siapa yang mau
menerimanya, lalu ia tidak mendapati seorang pun yang mau menerimanya.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori
dan Ahmad dari ‘Adi bin Hatim rodhiyallahu ‘anhu)
128. Harta Berlimpah hingga
Shodaqoh Ditolak
تَصَدَّقُوْا فَإِنَّهُ يَأْتِي عَلَيْكُمْ
زَمَانٌ يَمْشِي الرَّجُلُ بِصَدَقَتِهِ فَلَا يَجِدُ مَنْ يَقْبَلُهَا، يَقُوْلُ الرَّجُلُ:
لَوْ جِئْتَ بِهَا بِالْأَمْسِ لَقَبِلْتُهَا، فَأَمَّا الْيَوْمَ فَلَا حَاجَةَ لِي
بِهَا.
“Bershodaqohlah!
Karena sungguh akan datang kepada kalian suatu zaman, seorang lelaki berjalan
membawa shodaqohnya, lalu ia tidak mendapati siapa yang mau menerimanya. Lelaki
itu (yang ditawari) berkata: “Andai kamu membawanya kemarin, sungguh aku akan
menerimanya. Adapun hari ini, aku tidak membutuhkannya.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Al-Bukhori, Muslim, An-Nasa’i, dan Ahmad dari Hadits Haritsah bin Ma’bad rodhiyallahu
‘anhu)
129. Kiamat dan Melimpahnya Harta
لَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكْثُرَ
فِيْكُمُ الْمَالُ فَيَفِيْضَ حَتَّى يَهُمَّ رَبُّ الْمَالِ مَنْ يَقْبَلُ صَدَقَتَهُ،
وَحَتَّى يَعْرِضَهُ فَيَقُوْلُ الَّذِي يُعْرَضُ عَلَيْهِ: لَا أَرَبَ لِي.
“Kiamat
tidak akan terjadi sampai harta menjadi banyak di antara kamu, hingga melimpah
ruah, sampai pemilik harta merasa bingung siapa yang akan menerima shodaqohnya,
dan sampai ia menawarkannya, lalu orang yang ditawari berkata: ‘Aku tidak membutuhkan.’”
(Shohih. Dikeluarkan oleh
Al-Bukhori, Muslim, dan Ahmad dari Hadits Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu)
130. Zaman Emas untuk Shodaqoh
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ
يَطُوْفُ الرَّجُلُ فِيْهِ بِالصَّدَقَةِ مِنَ الذَّهَبِ ثُمَّ لَا يَجِدُ أَحَدًا
يَأْخُذُهَا مِنْهُ.
“Sungguh
akan datang kepada manusia suatu zaman, seorang lelaki berkeliling membawa
shodaqoh berupa emas, kemudian ia tidak mendapati seorang pun yang mau
mengambilnya darinya.”
(Shohih. Dikeluarkan oleh Al-Bukhori
dan Muslim dari Hadits Abu Musa Al-Asy’ari rodhiyallahu ‘anhu)
131. Zakat dari Orang Kaya untuk
Orang Miskin (Pengulangan)
أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ لِمُعَاذٍ
حِيْنَ بَعَثَهُ: خُذْهَا مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ وَرُدَّهَا عَلَى فُقَرَائِهِمْ.
Sungguh Nabi ﷺ bersabda kepada Mu’adz rodhiyallahu
‘anhu ketika beliau ﷺ mengutusnya: “Ambillah Zakat itu dari orang-orang kaya mereka
dan kembalikanlah kepada orang-orang miskin mereka.” (Shohih. Hadits ini
ada di dalam Al-Irwaa’)