[PDF] Kesepakatan Salaf dalam Aqidah - Harb bin Ismail Al-Kirmani (280 H)

Unduh PDF


* قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ: حَدَّثَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ حَرْبُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ: هَذَا مَذْهَبُ أَئِمَّةِ الْعِلْمِ، وَأَصْحَابِ الْأَثَرِ، وَأَهْلِ السُّنَّةِ الْمُتَمَسِّكِينَ بِعُرُوقِهَا الْمَعْرُوفِينَ بِهَا، الْمُقْتَدَى بِهِمْ فِيهَا، مِنْ لَدُنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ إِلَى يَوْمِنَا هَذَا، وَأَدْرَكْتُ مَنْ أَدْرَكْتُ مِنْ عُلَمَاءِ أَهْلِ الْعِرَاقِ وَالْحِجَازِ وَالشَّامِ وَغَيْرِهِمْ عَلَيْهَا، فَمَنْ خَالَفَ شَيْئًا مِنْ هَذِهِ الْمَذَاهِبِ، أَوْ طَعَنَ فِيهَا، أَوْ عَابَ قَائِلَهَا، فَهُوَ مُخَالِفٌ، مُبْتَدِعٌ، خَارِجٌ مِنَ الْجَمَاعَةِ، زَائِلٌ عَنْ مَنْهَجِ السُّنَّةِ وَسَبِيلِ الْحَقِّ.

Abu Al-Qosim berkata: Abu Muhammad Harb bin Isma’il menceritakan kepada kami: Ini adalah madzhab para imam ilmu, para pengikut Atsar (yaitu Hadits), dan Ahlus Sunnah. (Mereka) yang berpegang teguh pada urat-urat (pokok-pokok)nya, yang dikenal dengannya, yang diikuti (jejaknya), (mereka) yang berasal dari zaman para Shohabat Nabi hingga hari ini. saya mendapati ulama yang saya temui dari kalangan Ahli ‘Iraq, Hijaz, dan Syam serta selain mereka, (berada) di atas madzhab (aqidah) ini. Siapa  yang menyelisihi sesuatu dari madzhab ini, atau mencelanya, atau mencela orang yang mengatakannya, maka dia adalah orang yang menyelisihi, ahli bid’ah (pelaku bid’ah), keluar dari Al-Jama’ah (kaum Muslimin), dan menyimpang dari jalan Sunnah dan jalan kebenaran.

قَالَ: وَهُوَ مَذْهَبُ أَحْمَدَ وَإِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مَخْلَدٍ، وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ الْحُمَيْدِيِّ، وَسَعِيدِ بْنِ مَنْصُورٍ، وَغَيْرِهِمْ مِمَّنْ جَالَسْنَا وَأَخَذْنَا عَنْهُمُ الْعِلْمَ، فَكَانَ مِنْ قَوْلِهِمْ:

Dia (Harb) berkata: ini adalah madzhab Ahmad, dan Ishaq bin Ibrohim bin Makhlad, dan ‘Abdullah bin Az-Zubair Al-Humaidi, dan Sa’id bin Manshur, serta selain mereka dari orang-orang yang kami duduk bersama dan kami mengambil ilmu dari mereka. Maka di antara ucapan mereka adalah:

Definis Iman

* الْإِيمَانُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ، وَنِيَّةٌ، وَتَمَسُّكٌ بِالسُّنَّةِ.

Iman adalah perkataan, perbuatan, niat, dan berpegang teguh pada Sunnah.

* وَالْإِيمَانُ يَزِيدُ وَيَنْقُصُ.

iman itu bertambah dan berkurang.

* وَالِاسْتِثْنَاءُ فِي الْإِيمَانِ سُنَّةٌ مَاضِيَةٌ عِنْدَ الْعُلَمَاءِ.

pengecualian dalam iman (dengan mengucapkan in syaa Alloh) adalah sunnah yang berlaku di kalangan para ulama.

* قَالَ: وَإِذَا سُئِلَ الرَّجُلُ: أَمُؤْمِنٌ أَنْتَ؟ فَإِنَّهُ يَقُولُ: أَنَا مُؤْمِنٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ، أَوْ مُؤْمِنٌ أَرْجُو، أَوْ يَقُولُ: آمَنْتُ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ.

Jika seseorang ditanya, “Apakah engkau seorang Mu’min?”, maka ia menjawab, “Saya Mu’min in syaa Alloh (jika Alloh menghendaki)”, atau “Mu’min, saya berharap”, atau dia berkata, “Saya beriman kepada Alloh, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, dan Rosul-Rosul-Nya.”

* وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ الْإِيمَانَ قَوْلٌ بِلَا عَمَلٍ؛ فَهُوَ مُرْجِئٌ.

Siapa  yang mengklaim bahwa iman hanyalah perkataan tanpa perbuatan; maka dia adalah seorang Murji’ah.

* وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ الْإِيمَانَ هُوَ الْقَوْلُ، وَالْأَعْمَالَ شَرَائِعُ؛ فَهُوَ مُرْجِئٌ.

Siapa  yang mengklaim bahwa iman adalah perkataan, sementara perbuatan adalah syariat; maka dia adalah seorang Murji’ah.

* وَإِنْ زَعَمَ أَنَّ الْإِيمَانَ لَا يَزِيدُ وَلَا يَنْقُصُ فَهُوَ مُرْجِئٌ.

jika seseorang mengklaim bahwa iman tidak bertambah dan tidak berkurang, maka dia adalah seorang Murji’ah.

* وَإِنْ قَالَ: إِنَّ الْإِيمَانَ يَزِيدُ وَلَا يَنْقُصُ، فَقَدْ قَالَ بِقَوْلِ الْمُرْجِئَةِ.

jika ia berkata bahwa iman itu bertambah tetapi tidak berkurang, maka ia telah mengucapkan ucapan kaum Murji’ah.

* وَمَنْ لَمْ يَرَ الِاسْتِثْنَاءَ فِي الْإِيمَانِ؛ فَهُوَ مُرْجِئٌ.

Siapa  yang tidak memandang pengecualian (in syaa Alloh) dalam iman, maka dia adalah seorang Murji’ah.

* وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ إِيمَانَهُ كَإِيمَانِ جِبْرِيلَ أَوِ الْمَلَائِكَةِ فَهُوَ مُرْجِئٌ، وَأَخْبَثُ مِنَ الْمُرْجِئِ، فَهُوَ كَاذِبٌ.

Siapa yang mengklaim bahwa imannya sama dengan imannya Jibril atau Malaikat, maka dia adalah seorang Murji’ah. Bahkan lebih keji dari Murji’ah, dan dia adalah seorang pendusta.

* وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ النَّاسَ لَا يَتَفَاضَلُونَ فِي الْإِيمَانِ فَقَدْ كَذَبَ.

Siapa yang mengklaim bahwa manusia tidak memiliki kelebihan (perbedaan) dalam iman, maka sungguh ia telah berdusta (keliru).

* وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ الْمَعْرِفَةَ تَنْفَعُ فِي الْقَلْبِ وَإِنْ لَمْ يَتَكَلَّمْ بِهَا فَهُوَ جَهْمِيٌّ.

Siapa yang mengklaim bahwa ma’rifah (mengenal Allah) bermanfaat di dalam hati meskipun ia tidak mengucapkannya (yakni tidak bersyahadat), maka dia adalah seorang Jahmiyah.

* وَمَنْ زَعَمَ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ عِنْدَ اللَّهِ مُسْتَكْمِلُ الْإِيمَانِ، فَهَذَا مِنْ أَشْنَعِ قَوْلِ الْمُرْجِئَةِ وَأَقْبَحِهِ.

Siapa yang mengklaim bahwa dia adalah seorang Mu’min di sisi Alloh dan imannya telah sempurna, maka ini termasuk perkataan Murji’ah yang paling buruk dan paling jelek.

Takdir

* قَالَ: وَالْقَدَرُ خَيْرُهُ وَشَرُّهُ، وَقَلِيلُهُ وَكَثِيرُهُ، وَظَاهِرُهُ وَبَاطِنُهُ، وَحُلْوُهُ وَمُرُّهُ، وَمَحْبُوبُهُ وَمَكْرُوهُهُ، وَحَسَنُهُ وَسَيِّئُهُ، وَأَوَّلُهُ وَآخِرُهُ مِنَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، قَضَاءٌ قَضَاهُ عَلَى عِبَادِهِ.

Qodar (takdir), baik dan buruknya, sedikit dan banyaknya, zhohir (terlihat) dan batinnya, manis dan pahitnya, yang disukai dan yang dibenci, yang baik dan yang buruk, awal dan akhirnya, semua itu dari Alloh –tabaroka wa ta’ala–. Itu adalah ketetapan yang telah Dia tetapkan atas hamba-hamba-Nya.

وَقَدَرٌ قَدَّرَهُ عَلَيْهِمْ، لَا يَعْدُو أَحَدٌ مِنْهُمْ مَشِيئَةَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، لَا يُجَاوِزُ قَضَاءَهُ، بَلْ هُمْ كُلُّهُمْ صَائِرُونَ إِلَى مَا خَلَقَهُمْ لَهُ، وَوَاقِعُونَ فِيمَا قَدَّرَ عَلَيْهِمْ لَا مَحَالَةَ، وَهُوَ عَدْلٌ مِنْهُ- عَزَّ رَبُّنَا وَجَلَّ-.

ketetapan yang telah Dia tetapkan atas mereka, tidak ada seorang pun dari mereka yang dapat melampaui kehendak Alloh –’Azza wa Jalla–, dan tidak melampaui ketetapan-Nya. Bahkan mereka semua akan menuju kepada apa yang Dia ciptakan untuk mereka, dan akan terjadi pada mereka apa yang telah Dia tetapkan atas mereka. itu adalah keadilan dari-Nya –’Azza Robbuna wa Jalla–.

* وَالزِّنَا، وَالسَّرِقَةُ، وَشُرْبُ الْخَمْرِ، وَقَتْلُ النَّفْسِ، وَأَكْلُ مَالِ الْحَرَامِ، وَالشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالذُّنُوبُ، وَالْمَعَاصِي كُلُّهَا بِقَضَاءٍ وَقَدَرٍ مِنَ اللَّهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَكُونَ لِأَحَدٍ مِنَ الْخَلْقِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ، بَلْ لِلَّهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُ عَلَى خَلْقِهِ ﴿لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ﴾.

zina, pencurian, minum khomr, pembunuhan, memakan harta harom, syirik kepada Alloh, dosa-dosa, dan semua kemaksiatan, semuanya terjadi dengan qodho’ (ketetapan) dan qodar (takdir) dari Alloh, tanpa ada hujjah (beralasan maksiat dengan takdir) bagi seorang pun dari makhluk atas Alloh. Sebaliknya, bagi Alloh-lah hujjah (dengan diutusnya Rosul) yang sempurna atas makhluk-Nya.

﴿لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

“Dia tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat, dan merekalah yang akan ditanya.” (QS. Al-Anbiya’: 23)

* وَعِلْمُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَاضٍ فِي خَلْقِهِ بِمَشِيئَةٍ مِنْهُ، قَدْ عَلِمَ مِنْ إِبْلِيسَ وَمِنْ غَيْرِهِ مِمَّنْ عَصَاهُ -مِنْ لَدُنْ أَنْ عُصِيَ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ- الْمَعْصِيَةَ وَخَلَقَهُمْ لَهَا، وَعَلِمَ الطَّاعَةَ مِنْ أَهْلِ طَاعَتِهِ وَخَلَقَهُمْ لَهَا، فَكُلٌّ يَعْمَلُ لِمَا خُلِقَ لَهُ، وَصَائِرٌ إِلَى مَا قُضِيَ عَلَيْهِ، وَعُلِمَ مِنْهُ، وَلَا يَعْدُو أَحَدٌ مِنْهُمْ قَدَرَ اللَّهِ وَمَشِيئَتَهُ، وَاللَّهُ الْفَعَّالُ لِمَا يُرِيدُ.

ilmu Alloh –’Azza wa Jalla– telah berlaku pada makhluk-Nya dengan kehendak-Nya. Sungguh Dia telah mengetahui kemaksiatan dari Iblis dan selainnya dari orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya –Robb kita tabaroka wa ta’ala– sejak Dia dimaksiati hingga hari Kiamat, dan Dia menciptakan mereka untuk itu. Dia mengetahui ketaatan dari para ahli ketaatan, dan Dia menciptakan mereka untuk itu. Maka setiap orang beramal untuk apa yang ia diciptakan, dan akan menuju kepada apa yang telah ditetapkan atasnya. apa yang telah diketahui darinya, tidak ada seorang pun dari mereka yang dapat melampaui takdir dan kehendak Alloh. Alloh adalah Maha Berbuat terhadap apa yang Dia kehendaki.

* فَمَنْ زَعَمَ أَنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى شَاءَ لِعِبَادِهِ الَّذِينَ عَصَوْهُ الْخَيْرَ وَالطَّاعَةَ، وَأَنَّ الْعِبَادَ شَاءُوا لِأَنْفُسِهِمُ الشَّرَّ وَالْمَعْصِيَةَ، فَعَمِلُوا عَلَى مَشِيئَتِهِمْ، فَقَدْ زَعَمَ أَنَّ مَشِيئَةَ الْعِبَادِ أَغْلَبُ مِنْ مَشِيئَةِ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ذِكْرُهُ، فَأَيُّ افْتِرَاءٍ عَلَى اللَّهِ أَكْثَرُ مِنْ هَذَا؟!

Siapa  yang mengklaim bahwa Alloh –tabaroka wa ta’ala– menghendaki kebaikan dan ketaatan bagi hamba-hamba-Nya yang bermaksiat, sementara para hamba menghendaki keburukan dan kemaksiatan bagi diri mereka sendiri, lalu mereka beramal sesuai dengan kehendak mereka, maka sungguh ia telah mengklaim bahwa kehendak para hamba lebih menguasai dari kehendak Alloh –tabaroka wa ta’ala–. Maka tuduhan dusta apa lagi yang lebih besar daripada ini?

* وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ أَحَدًا مِنَ الْخَلْقِ صَائِرٌ إِلَى غَيْرِ مَا خُلِقَ لَهُ، فَقَدْ نَفَى قُدْرَةَ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ، وَهَذَا إِفْكٌ عَلَى اللَّهِ وَكَذِبٌ عَلَيْهِ.

Siapa yang mengklaim bahwa seseorang dari makhluk akan menuju kepada selain apa yang ia diciptakan, maka sungguh ia telah meniadakan kekuasaan Alloh atas makhluk-Nya. ini adalah kebohongan besar terhadap Alloh dan dusta atas-Nya.

* وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ الزِّنَا لَيْسَ بِقَدَرٍ، قِيلَ لَهُ: أَرَأَيْتَ هَذِهِ الْمَرْأَةَ الَّتِي حَمَلَتْ مِنَ الزِّنَا، وَجَاءَتْ بِوَلَدٍ، هَلْ شَاءَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يَخْلُقَ هَذَا الْوَلَدَ؟ وَهَلْ مَضَى هَذَا فِي سَابِقِ عِلْمِهِ؟ فَإِنْ قَالَ: لَا، فَقَدْ زَعَمَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ خَالِقًا، وَهَذَا قَوْلٌ يُضَارِعُ الشِّرْكَ بَلْ هُوَ الشِّرْكُ.

Siapa  yang mengklaim bahwa zina tidak dengan takdir, maka katakan kepadanya: “Bagaimana pendapatmu tentang wanita ini yang hamil karena zina, lalu melahirkan seorang anak? Apakah Alloh –’Azza wa Jalla– menghendaki untuk menciptakan anak ini? apakah hal ini telah berlaku dalam ilmu-Nya yang terdahulu?” Jika ia menjawab, “Tidak,” maka ia telah mengklaim bahwa bersama Alloh ada pencipta lain. ini adalah perkataan yang mirip dengan syirik, bahkan ini adalah syirik.

* وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ السَّرِقَةَ، وَشُرْبَ الْخَمْرِ، وَأَكْلَ الْمَالِ الْحَرَامِ لَيْسَ بِقَضَاءٍ وَقَدَرٍ مِنَ اللَّهِ؛ فَقَدْ زَعَمَ أَنَّ هَذَا الْإِنْسَانَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يَأْكُلَ بِرِزْقِ غَيْرِهِ، وَهَذَا الْقَوْلُ يُضَارِعُ قَوْلَ الْمَجُوسِيَّةِ وَالنَّصْرَانِيَّةِ، بَلْ أَكَلَ رِزْقَهُ، وَقَضَى اللَّهُ لَهُ أَنْ يَأْكُلَهُ مِنَ الْوَجْهِ الَّذِي أَكَلَهُ.

Siapa yang mengklaim bahwa pencurian, minum khomr, dan memakan harta harom tidak terjadi dengan qodho’ (ketetapan) dan qodar (takdir) dari Alloh. Maka ia telah mengklaim bahwa manusia ini mampu memakan rezeki orang lain. perkataan ini mirip dengan perkataan kaum Majusi dan Nashroni. Padahal, ia memakan rezekinya, dan Alloh telah menetapkan baginya untuk memakannya dari cara yang ia makan.

* وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ قَتْلَ النَّفْسِ لَيْسَ بِقَدَرٍ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَأَنَّ ذَلِكَ لَيْسَ بِمَشِيئَتِهِ فِي خَلْقِهِ، فَقَدْ زَعَمَ أَنَّ الْمَقْتُولَ مَاتَ بِغَيْرِ أَجَلِهِ، فَأَيُّ كُفْرٍ بِاللَّهِ أَوْضَحُ مِنْ هَذَا؟

Siapa yang mengklaim bahwa pembunuhan tidak terjadi dengan takdir dari Alloh –’Azza wa Jalla–, dan bahwa itu bukan dengan kehendak-Nya atas makhluk-Nya. Maka sungguh ia telah mengklaim bahwa orang yang terbunuh itu mati bukan pada ajalnya. Maka kekufuran apa yang lebih jelas dari ini?

بَلْ ذَلِكَ كُلُّهُ بِقَضَاءٍ مِنَ اللَّهِ وَقَدَرٍ، وَكُلُّ ذَلِكَ بِمَشِيئَتِهِ فِي خَلْقِهِ، وَتَدْبِيرِهِ فِيهِمْ، وَمَا جَرَى فِي سَابِقِ عِلْمِهِ لَهُمْ، وَهُوَ الْعَدْلُ الْحَقُّ الَّذِي يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ.

Sebaliknya, semua itu terjadi dengan ketetapan dan takdir dari Alloh. semua itu dengan kehendak-Nya atas makhluk-Nya. dengan pengaturan-Nya terhadap mereka. dengan apa yang telah terjadi dalam ilmu-Nya yang terdahulu bagi mereka. Dia adalah Al-’Adl (Maha Adil), Al-Haq (Maha Benar), yang melakukan apa yang Dia kehendaki.

* وَمَنْ أَقَرَّ بِالْعِلْمِ لَزِمَهُ الْإِقْرَارُ بِالْقَدَرِ وَالْمَشِيئَةِ عَلَى الصِّغَرِ وَالْقَمَاءَةِ، وَاللَّهُ الضَّارُّ النَّافِعُ، الْمُضِلُّ الْهَادِي، فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ.

Siapa yang mengakui ilmu, maka wajib baginya mengakui takdir dan kehendak, meskipun dalam hal yang paling kecil dan hina. Alloh adalah Adh-Dhorr (Maha Pemberi Bahaya), An-Nafi’ (Maha Pemberi Manfaat), Al-Mudhill (Maha Menyesatkan), Al-Hadi (Maha Pemberi Petunjuk), maka Mahasuci Alloh, sebaik-baik pencipta.

Pelaku Dosa Besar

* وَلَا نَشْهَدُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ أَنَّهُ فِي النَّارِ لِذَنْبٍ عَمِلَهُ، وَلَا لِكَبِيرَةٍ أَتَى بِهَا، إِلَّا أَنْ يَكُونَ فِي ذَلِكَ حَدِيثٌ، فَيُرْوَى الْحَدِيثُ كَمَا جَاءَ عَلَى مَا رُوِيَ، وَنُصَدِّقُ بِهِ، وَنَقْبَلُ، وَنَعْلَمُ أَنَّهُ كَمَا جَاءَ، وَلَا نَنُصُّ الشَّهَادَةَ، وَلَا نَشْهَدُ عَلَى أَحَدٍ أَنَّهُ فِي الْجَنَّةِ لِصَلَاحِ عَمَلِهِ، أَوْ بِخَيْرٍ أَتَى بِهِ، إِلَّا أَنْ يَكُونَ فِي ذَلِكَ حَدِيثٌ، فَيُرْوَى الْحَدِيثُ كَمَا جَاءَ عَلَى مَا رُوِيَ، نُصَدِّقُ بِهِ، وَنَقْبَلُ، وَنَعْلَمُ أَنَّهُ كَمَا جَاءَ، وَلَا نَنُصُّ الشَّهَادَةَ.

kami tidak bersaksi terhadap seorang pun dari Ahli Qiblah (kaum Muslimin) bahwa ia berada di dalam Neraka karena dosa apapun yang ia lakukan, tidak juga karena dosa besar yang ia kerjakan. Kecuali jika ada Hadits yang menerangkan hal tersebut (seperti kabar Abu Jahal di Neraka), maka Hadits tersebut diriwayatkan sebagaimana adanya, dan kami membenarkannya, kami menerimanya, dan kami tahu bahwa itu sebagaimana yang datang. kami tidak menetapkan kesaksian degan tegas dan pasti (kecuali dengan dalil yang jelas dari Al-Qur’an atau Sunnah). kami tidak bersaksi atas seorang pun bahwa ia berada di dalam Surga karena kebaikan amalnya, atau kebaikan yang ia perbuat. Kecuali jika ada Hadits yang menerangkan hal tersebut (seperti kabar Abu Bakr di Surga), maka Hadits tersebut diriwayatkan sebagaimana adanya, kami membenarkannya, kami menerimanya, dan kami tahu bahwa itu sebagaimana yang datang. kami tidak menetapkan kesaksian degan tegas dan pasti (kecuali dengan dalil yang jelas dari Al-Qur’an atau Sunnah).

Khilafah

* وَالْخِلَافَةُ فِي قُرَيْشٍ مَا بَقِيَ مِنَ النَّاسِ اثْنَانِ، لَيْسَ لِأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ أَنْ يُنَازِعَهُمْ فِيهَا، وَلَا يَخْرُجَ عَلَيْهِمْ، وَلَا يُقِرَّ لِغَيْرِهِمْ بِهَا إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ.

khilafah (kepemimpinan) berada di tangan suku Quroisy selama masih ada dua orang dari manusia yang tersisa. Tidak ada hak bagi seorang pun dari manusia untuk membantah mereka dalam hal itu, dan tidak boleh memberontak terhadap mereka, dan tidak boleh mengakui kepemimpinan orang lain selain mereka hingga hari Kiamat.[1]

* وَالْجِهَادُ مَاضٍ قَائِمٌ مَعَ الْأَئِمَّةِ بَرُّوا أَوْ فَجَرُوا، وَلَا يُبْطِلُهُ جَوْرُ جَائِرٍ وَلَا عَدْلُ عَادِلٍ.

Jihad terus berlangsung bersama para imam, baik mereka berbuat baik maupun berbuat maksiat. kezholiman orang yang zholim tidak membatalkannya, begitu juga keadilan orang yang adil.

* وَالْجُمُعَةُ وَالْعِيدَانِ وَالْحَجُّ مَعَ السُّلْطَانِ، وَإِنْ لَمْ يَكُونُوا بَرَرَةً عُدُولًا وَلَا أَتْقِيَاءَ.

Sholat Jumat, dua Sholat ‘Id, dan Haji, (dilaksanakan) bersama penguasa, meskipun mereka tidak sholih (berbuat kebaikan) dan tidak adil, dan tidak bertaqwa.

* وَدَفْعُ الْخَرَاجِ، وَالصَّدَقَاتِ، وَالْأَعْشَارِ، وَالْفَيْءِ، وَالْغَنِيمَةِ إِلَى الْأُمَرَاءِ، عَدَلُوا فِيهَا أَمْ جَارُوا.

penyerahan khoroj (pajak tanah), Zakat, persepuluhan, fa’i (harta rampasan perang tanpa pertempuran), dan ghonimah (harta rampasan perang dengan pertempuran) adalah kepada para amir (pemimpin), baik mereka berlaku adil maupun zholim.

* وَالِانْقِيَادُ لِمَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَمْرَكَ، لَا تَنْزِعُ يَدَكَ مِنْ طَاعَتِهِ، وَلَا تَخْرُجُ عَلَيْهِ بِسَيْفِكَ، حَتَّى يَجْعَلَ اللَّهُ لَكَ فَرَجًا وَمَخْرَجًا، وَأَنْ لَا تَخْرُجَ عَلَى السُّلْطَانِ وَتَسْمَعَ وَتُطِيعَ، لَا تَنْكُثُ بَيْعَتَهُ، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَهُوَ مُبْتَدِعٌ، مُخَالِفٌ، مُفَارِقٌ لِلْجَمَاعَةِ.

Wajibnya tunduk kepada orang yang Alloh –Azza wa Jalla– jadikan penguasa atas dirimu. Janganlah engkau melepaskan ketaatan darinya, dan janganlah engkau keluar melawannya dengan pedangmu, sampai Alloh memberikan kepadamu jalan keluar. tidak boleh keluar melawan penguasa dan (wajib) mendengar serta taat. janganlah engkau membatalkan bai’atnya. Siapa  yang melakukan hal itu, maka ia adalah seorang ahli bid’ah, orang yang menyimpang, dan memisahkan diri dari Al-Jama’ah.

* وَإِنْ أَمَرَكَ السُّلْطَانُ بِأَمْرٍ هُوَ لِلَّهِ مَعْصِيَةٌ، فَلَيْسَ لَكَ أَنْ تُطِيعَهُ الْبَتَّةَ، وَلَيْسَ لَكَ أَنْ تَخْرُجَ عَلَيْهِ، وَلَا تَمْنَعَهُ حَقَّهُ.

jika penguasa memerintahkanmu dengan sesuatu yang merupakan kemaksiatan kepada Alloh, maka kamu tidak boleh menaatinya sama sekali. Tetapi kamu tetap tidak boleh keluar melawannya, dan tidak boleh menghalangi haknya.

* وَالْإِمْسَاكُ فِي الْفِتْنَةِ سُنَّةٌ مَاضِيَةٌ، وَاجِبٌ لُزُومُهَا، فَإِنِ ابْتُلِيتَ فَقَدِّمْ نَفْسَكَ وَمَالَكَ دُونَ دِينِكَ، وَلَا تُعِنْ عَلَى الْفِتْنَةِ بِيَدٍ، وَلَا لِسَانٍ، وَلَكِنِ اكْفُفْ يَدَكَ، وَلِسَانَكَ، وَهَوَاكَ، وَاللَّهُ الْمُعِينُ.

menahan diri dari fitnah (ujian) adalah sunnah (ajaran Nabi ) yang berlaku, yang wajib untuk diikuti. Jika engkau diuji, maka dahulukan dirimu dan hartamu di atas agamamu. janganlah kamu membantu fitnah dengan tangan, maupun lisan, tetapi tahanlah tanganmu, lisanmu, dan hawa nafsumu. Alloh adalah Yang Maha Penolong.

* وَالْكَفُّ عَنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ، لَا تُكَفِّرُ أَحَدًا مِنْهُمْ بِذَنْبٍ، وَلَا تُخْرِجُهُ مِنَ الْإِسْلَامِ بِعَمَلٍ؛ إِلَّا أَنْ يَكُونَ فِي ذَلِكَ حَدِيثٌ، فَيُرْوَى الْحَدِيثُ كَمَا جَاءَ، وَكَمَا رُوِيَ، وَتُصَدِّقُ بِهِ، وَتَقْبَلُهُ وَتَعْلَمُ أَنَّهُ كَمَا رُوِيَ، نَحْوَ تَرْكِ الصَّلَاةِ، وَشُرْبِ الْخَمْرِ، وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ، أَوْ يَبْتَدِعُ بِدْعَةً يُنْسَبُ صَاحِبُهَا إِلَى الْكُفْرِ، وَالْخُرُوجِ مِنَ الْإِسْلَامِ، وَاتَّبِعِ الْأَثَرَ فِي ذَلِكَ وَلَا تُجَاوِزْهُ.

Wajib menahan diri (tidak mengkafirkan) terhadap Ahli Qiblah. Janganlah kamu mengkafirkan seorang pun dari mereka karena dosa. janganlah kamu mengeluarkannya dari Islam karena suatu perbuatan. Kecuali jika ada Hadits yang menjelaskan hal tersebut, maka Hadits itu diriwayatkan sebagaimana adanya. sebagaimana ia diriwayatkan, maka kamu membenarkannya, dan menerimanya, serta kamu mengetahui bahwa itu sebagaimana yang diriwayatkan, seperti meninggalkan Sholat, minum khomr (dengan menghalalkannya), dan yang serupa dengan itu. Atau ia membuat bid’ah yang pemiliknya dinisbatkan kepada kekufuran, dan keluar dari Islam. ikutilah Atsar (Hadits) dalam hal itu dan janganlah melampauinya.

Sholat di Belakang Ahli Bid’ah

* وَلَا أُحِبُّ الصَّلَاةَ خَلْفَ أَهْلِ الْبِدَعِ، وَلَا الصَّلَاةَ عَلَى مَنْ مَاتَ مِنْهُمْ.

saya tidak suka Sholat di belakang ahli bid’ah, dan tidak (suka) mensholati janazah dari mereka yang telah mati.

Dajjal

* وَالْأَعْوَرُ الدَّجَّالُ خَارِجٌ لَا شَكَّ فِي ذَلِكَ وَلَا ارْتِيَابَ، وَهُوَ أَكْذَبُ الْكَاذِبِينَ.

Dajjal yang buta sebelah matanya, pasti akan keluar, tidak ada keraguan dan kebimbangan dalam hal itu. dia adalah pendusta yang paling dusta.

Fitnah Kubur

* وَعَذَابُ الْقَبْرِ حَقٌّ، يُسْأَلُ الْعَبْدُ عَنْ رَبِّهِ، وَعَنْ نَبِيِّهِ، وَعَنْ دِينِهِ، وَيُرَى مَقْعَدُهُ مِنَ الْجَنَّةِ أَوِ النَّارِ.

Adzab (siksa) kubur adalah benar. Hamba akan ditanya tentang Robbnya, tentang Nabinya, dan tentang agamanya. akan diperlihatkan tempatnya di Surga atau Neraka.

* وَمُنْكَرٌ وَنَكِيرٌ حَقٌّ، وَهُمَا فَتَّانَا الْقُبُورِ؛ نَسْأَلُ اللَّهَ الثَّبَاتَ.

Mungkar serta Nakir adalah benar. keduanya adalah penguji di kuburan. Kami memohon keteguhan kepada Alloh.

Telaga

* وَحَوْضُ مُحَمَّدٍ ﷺ حَقٌّ، حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتُهُ، وَلَهُ آنِيَةٌ يَشْرَبُونَ بِهَا مِنْهُ.

telaga Muhammad adalah benar. Sebuah telaga yang akan didatangi oleh umatnya, dan mereka memiliki bejana-bejana untuk minum darinya.

Jembatan

* وَالصِّرَاطُ حَقٌّ، يُوضَعُ عَلَى سَوَاءِ جَهَنَّمَ، فَيَمُرُّ النَّاسُ عَلَيْهِ، وَالْجَنَّةُ مِنْ وَرَاءِ ذَلِكَ، نَسْأَلُ اللَّهَ السَّلَامَةَ وَالْجَوَازَ.

Shiroth (jembatan) adalah benar, yang diletakkan di atas pertengahan Jahannam. Maka manusia akan melewatinya, dan Surga berada di balik itu. Kami memohon keselamatan dan kelulusan dari Alloh.

Timbangan

* وَالْمِيزَانُ حَقٌّ، تُوزَنُ بِهِ الْحَسَنَاتُ وَالسَّيِّئَاتُ، كَمَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تُوزَنَ بِهِ.

Mizan (timbangan) adalah benar, yang dengannya ditimbang kebaikan dan keburukan, sebagaimana Alloh kehendaki untuk ditimbang dengannya.

Terompet

* وَالصُّورُ حَقٌّ، يُنْفَخُ فِيهِ إِسْرَافِيلُ فَيَمُوتُ الْخَلْقُ ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ الْأُخْرَى فَيَقُومُونَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ لِلْحِسَابِ، وَفَصْلِ الْقَضَاءِ، وَالثَّوَابِ، وَالْعِقَابِ، وَالْجَنَّةِ وَالنَّارِ.

Ash-Shur (terompet) adalah benar, Isrofil meniupnya, lalu makhluk-makhluk mati. Kemudian ditiup lagi (untuk yang kedua kalinya), maka mereka bangkit menghadap Robb semesta alam untuk dihisab (dihitung), dan diputuskan hukuman, pahala, siksa, Surga, dan Neraka.

Lauhul Mahfuzh

* وَاللَّوْحُ الْمَحْفُوظُ حَقٌّ، يُسْتَنْسَخُ مِنْهُ أَعْمَالُ الْعِبَادِ، لِمَا سَبَقَتْ فِيهِ مِنَ الْمَقَادِيرِ وَالْقَضَاءِ.

Lauh Mahfuzh adalah benar. Dari sana disalin perbuatan para hamba, berdasarkan apa yang telah mendahului di dalamnya berupa takdir dan ketetapan.

Pena

* وَالْقَلَمُ حَقٌّ كَتَبَ اللَّهُ بِهِ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ، وَأَحْصَاهُ فِي الذِّكْرِ، فَتَبَارَكَ رَبُّنَا وَتَعَالَى.

Qolam (pena) adalah benar, Alloh menulis dengannya takdir segala sesuatu. Dia menghimpunnya dalam Adz-Dzikr (Lauhul Mahfuzh), maka Mahasuci Robb kita dan Maha Tinggi.

Syafa’at

* وَالشَّفَاعَةُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَقٌّ، يَشْفَعُ قَوْمٌ فِي قَوْمٍ، فَلَا يَصِيرُونَ إِلَى النَّارِ، وَيَخْرُجُ قَوْمٌ مِنَ النَّارِ بَعْدَمَا دَخَلُوهَا بِشَفَاعَةِ الشَّافِعِينَ، وَيَخْرُجُ قَوْمٌ مِنَ النَّارِ بِرَحْمَةِ اللَّهِ بَعْدَ مَا يُلْبِثُهُمْ فِيهَا مَا شَاءَ اللَّهُ، وَقَوْمٌ يُخَلَّدُونَ فِي النَّارِ أَبَدًا، وَهُمْ أَهْلُ الشِّرْكِ وَالتَّكْذِيبِ وَالْجُحُودِ وَالْكُفْرِ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.

syafa’at pada hari Kiamat adalah benar. Sebagian kaum memberi syafa’at kepada sebagian kaum yang lain, sehingga mereka tidak jadi masuk Neraka. sebagian kaum dikeluarkan dari Neraka setelah mereka memasukinya, dengan syafa’at para pemberi syafa’at. sebagian kaum dikeluarkan dari Neraka dengan rohmat Alloh setelah mereka tinggal di dalamnya selama Alloh kehendaki. sebagian kaum akan kekal di dalam Neraka selama-lamanya, yaitu orang-orang musyrik, pendusta, orang-orang yang mengingkari, dan orang-orang yang kufur kepada Alloh –’Azza wa Jalla–.

Surga dan Neraka

* وَيُذْبَحُ الْمَوْتُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ.

kematian akan disembelih pada hari Kiamat di antara Surga dan Neraka.

* وَقَدْ خُلِقَتِ الْجَنَّةُ وَمَا فِيهَا، وَخُلِقَتِ النَّارُ وَمَا فِيهَا، خَلَقَهُمَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ خَلَقَ الْخَلْقَ لَهُمَا، لَا يَفْنِيَانِ وَلَا يَفْنَى مَا فِيهِمَا أَبَدًا.

Surga beserta isinya telah diciptakan, dan Neraka beserta isinya telah diciptakan. Alloh –’Azza wa Jalla– telah menciptakan keduanya. Kemudian Dia menciptakan makhluk untuk keduanya. Keduanya tidak akan sirna dan apa yang ada di dalamnya tidak akan sirna selama-lamanya.

فَإِنِ احْتَجَّ مُبْتَدِعٌ أَوْ زِنْدِيقٌ بِقَوْلِ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ﴿كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ﴾ وَبِنَحْوِ هَذَا مِنْ مُتَشَابِهِ الْقُرْآنِ، فَقُلْ لَهُ: كُلُّ شَيْءٍ مِمَّا كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْفَنَاءَ وَالْهَلَاكَ هَالِكٌ، وَالْجَنَّةُ وَالنَّارُ خُلِقَتَا لِلْبَقَاءِ لَا لِلْفَنَاءِ، وَلَا لِلْهَلَاكِ، وَهُمَا مِنَ الْآخِرَةِ لَا مِنَ الدُّنْيَا.

Maka jika ada seorang ahli bid’ah atau zanadiqoh (munafik yang terang-terangan memusuhi Islam) berhujjah dengan firman Alloh –tabaroka wa ta’ala–:

﴿كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ

“Segala sesuatu pasti akan binasa, kecuali Wajah-Nya.” (QS. Al-Qoshosh: 88)

dengan ayat-ayat mutasyabih yang serupa dengan ini, maka katakanlah kepadanya: “Segala sesuatu dari apa yang Alloh telah tetapkan atasnya kefanaan dan kebinasaan akan binasa, dan Surga dan Neraka diciptakan untuk kekekalan bukan untuk kefanaan, dan bukan untuk kebinasaan. keduanya adalah bagian dari Akhirat, bukan dari dunia.”

* وَالْحُورُ الْعِينُ لَا يَمُتْنَ عِنْدَ قِيَامِ السَّاعَةِ، وَلَا عِنْدَ النَّفْخَةِ، وَلَا أَبَدًا؛ لِأَنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى خَلَقَهُنَّ لِلْبَقَاءِ لَا لِلْفَنَاءِ، وَلَمْ يُكْتَبْ عَلَيْهِنَّ الْمَوْتُ، فَمَنْ قَالَ بِخِلَافِ ذَلِكَ فَهُوَ مُبْتَدِعٌ، مُخَالِفٌ، وَقَدْ ضَلَّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ.

bidadari-bidadari Surga tidak akan mati ketika Kiamat terjadi, tidak juga saat tiupan (terompet), dan tidak juga selama-lamanya. Karena Alloh –tabaroka wa ta’ala– menciptakan mereka untuk kekekalan, bukan untuk kefanaan. kematian tidaklah ditetapkan atas mereka. Siapa  yang mengatakan sebaliknya, maka dia adalah ahli bid’ah, orang yang menyimpang, dan sungguh ia telah tersesat dari jalan yang lurus.

Jarak Langit dan Bumi

* وَخَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَوَاتٍ بَعْضَهَا فَوْقَ بَعْضٍ، وَسَبْعَ أَرَضِينَ بَعْضَهَا أَسْفَلَ مِنْ بَعْضٍ، وَبَيْنَ الْأَرْضِ الْعُلْيَا وَالسَّمَاءِ الدُّنْيَا مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ، وَبَيْنَ كُلِّ سَمَاءَيْنِ مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ، وَالْمَاءُ فَوْقَ السَّمَاءِ الْعُلْيَا السَّابِعَةِ، وَعَرْشُ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ فَوْقَ الْمَاءِ، وَاللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَى الْعَرْشِ.

Alloh menciptakan tujuh langit, sebagian di atas sebagian yang lain. Alloh juga menciptakan tujuh bumi, sebagian di bawah sebagian yang lain. Jarak antara bumi paling atas dan langit dunia adalah perjalanan sejauh 500 tahun. Jarak antara setiap langit adalah perjalanan 500 tahun. Air berada di atas langit tertinggi yang ketujuh. ‘Arsy (Singgasana) Ar-Rohman, Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia, berada di atas air. Alloh berada di atas ‘Arsy.

Kursi

* وَالْكُرْسِيُّ مَوْضِعُ قَدَمَيْهِ.

Kursi (dari Alloh) adalah tempat kedua kaki-Nya.

Ilmu-Nya di Mana-mana

* وَهُوَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَمَا فِي الْأَرَضِينَ السَّبْعِ، وَمَا بَيْنَهُنَّ، وَمَا تَحْتَهُنَّ، وَمَا تَحْتَ الثَّرَى، وَمَا فِي قَعْرِ الْبِحَارِ، وَمَنْبَتَ كُلِّ شَعْرَةٍ، وَكُلِّ شَجَرَةٍ، وَكُلِّ زَرْعٍ، وَكُلِّ نَبْتٍ، وَمَسْقِطَ كُلِّ وَرَقَةٍ، وَعَدَدَ ذَلِكَ كُلِّهِ، وَعَدَدَ الْحَصَى، وَالرَّمْلِ، وَالتُّرَابِ، وَمَثَاقِيلَ الْجِبَالِ، وَقَطْرَ الْأَمْطَارِ، وَأَعْمَالَ الْعِبَادِ، وَآثَارَهُمْ، وَكَلَامَهُمْ، وَأَنْفَاسَهُمْ، وَتَمْتَمَتَهُمْ، وَمَا تُوَسْوِسُ بِهِ صُدُورُهُمْ، يَعْلَمُ كُلَّ شَيْءٍ، لَا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ.

Dia (Alloh) mengetahui apa yang ada di tujuh langit dan apa yang ada di tujuh bumi, apa yang ada di antara keduanya, apa yang ada di bawahnya, dan apa yang ada di bawah tumpukan tanah. Alloh mengetahui apa yang ada di dasar lautan, tempat tumbuhnya setiap helai rambut, setiap pohon, setiap tanaman, setiap tumbuhan, tempat jatuhnya setiap daun, jumlah semua itu, jumlah kerikil, pasir, dan debu. Alloh juga mengetahui bobot gunung, jumlah tetesan air hujan, perbuatan para hamba, jejak-jejak mereka, ucapan mereka, napas mereka, bisikan mereka, dan apa yang dibisikkan oleh dada mereka. Alloh mengetahui segala sesuatu, tidak ada sedikit pun dari hal-hal tersebut yang tersembunyi dari-Nya.

* وَهُوَ عَلَى الْعَرْشِ فَوْقَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، وَدُونَهُ حُجُبٌ مِنْ نَارٍ وَنُورٍ وَظُلْمَةٍ، وَمَا هُوَ أَعْلَمُ بِهَا،

Alloh berada di atas ‘Arsy, di atas langit yang ketujuh. Di bawah-Nya ada penghalang-penghalang dari api, cahaya, dan kegelapan, dan apa yang Alloh lebih mengetahuinya.

فَإِنِ احْتَجَّ مُبْتَدِعٌ أَوْ مُخَالِفٌ أَوْ زِنْدِيقٌ بِقَوْلِ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى اسْمُهُ: ﴿وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ﴾ وَبِقَوْلِهِ ﴿وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ﴾ وَبِقَوْلِهِ: ﴿مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ﴾ إِلَى قَوْلِهِ: ﴿إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا﴾ وَنَحْوِ ذَلِكَ مِنْ مُتَشَابِهِ الْقُرْآنِ، فَقُلْ: إِنَّمَا يَعْنِي بِذَلِكَ الْعِلْمَ،

Jika seorang ahli bid’ah, orang yang menyimpang, atau seorang zindiq (munafik) berdalil dengan firman Alloh (bahwa Allah di mana-mana bukan di atas): “Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qoof: 16), atau dengan firman-Nya: “Dia bersama kalian di mana pun kalian berada.” (QS. Al-Hadid: 4), atau dengan firman-Nya: “Tidaklah ada pembicaraan rahasia tiga orang, melainkan Dia (Alloh) adalah yang keempat dari mereka.” sampai firman-Nya: “...melainkan Dia (Alloh) bersama mereka di mana pun mereka berada.” (QS. Al-Mujadilah: 7), atau ayat-ayat serupa lainnya dari ayat-ayat yang mutasyabih (samar maknanya), maka katakanlah: “Makna yang dimaksud dari ayat-ayat tersebut adalah ilmu (pengetahuan)-Nya.”

لِأَنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَى الْعَرْشِ فَوْقَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ الْعُلْيَا، يَعْلَمُ ذَلِكَ كُلَّهُ، وَهُوَ بَائِنٌ مِنْ خَلْقِهِ، لَا يَخْلُو مِنْ عِلْمِهِ مَكَانٌ.

Ini karena Alloh berada di atas ‘Arsy, di atas langit ketujuh yang tertinggi. Alloh mengetahui semua makhluk, dan Dia terpisah dari makhluk-Nya. Tidak ada satu tempat pun yang luput dari ilmu-Nya.

Arsy

* وَلِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَرْشٌ، وَلِلْعَرْشِ حَمَلَةٌ يَحْمِلُونَهُ.

Alloh memiliki ‘Arsy, dan ‘Arsy itu memiliki para Malaikat yang memikulnya.

وَلَهُ حَدٌّ، اللَّهُ أَعْلَمُ بِحَدِّهِ.

Alloh memiliki batasan, dan Alloh lebih mengetahui batasan-Nya itu.

وَاللَّهُ عَلَى عَرْشِهِ عَزَّ ذِكْرُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُهُ.

Alloh berada di atas ‘Arsy-Nya. Maha Perkasa penyebutan-Nya, Maha Tinggi keagungan-Nya, dan tiada tuhan selain Dia.

Sifat Alloh

* وَاللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى سَمِيعٌ لَا يَشُكُّ، بَصِيرٌ لَا يَرْتَابُ، عَلِيمٌ لَا يَجْهَلُ، جَوَادٌ لَا يَبْخَلُ، حَلِيمٌ لَا يَعْجَلُ، حَفِيظٌ لَا يَنْسَى، يَقْظَانُ لَا يَسْهُو، رَقِيبٌ، لَا يَغْفُلُ، يَتَكَلَّمُ، وَيَتَحَرَّكُ، وَيَسْمَعُ وَيُبْصِرُ، وَيَنْظُرُ، وَيَقْبِضُ وَيَبْسُطُ، وَيَضْحَكُ، وَيَفْرَحُ وَيُحِبُّ، وَيَكْرَهُ وَيُبْغِضُ، وَيَرْضَى وَيَسْخَطُ، وَيَغْضَبُ وَيَرْحَمُ، وَيَعْفُو وَيَغْفِرُ، وَيُعْطِي وَيَمْنَعُ.

Alloh adalah Maha Mendengar, tidak ragu. Maha Melihat, tidak bimbang. Maha Mengetahui, tidak bodoh. Maha Pemurah, tidak kikir. Maha Penyantun, tidak tergesa-gesa. Maha Menjaga, tidak lupa. Maha Waspada, tidak lengah. Maha Mengawasi, tidak lalai. Alloh berbicara, bergerak, mendengar, melihat, memandang, menggenggam, melapangkan, tertawa, gembira, mencintai, membenci, ridho, murka, marah, menyayangi, memaafkan, mengampuni, memberi, dan menahan.

Turun ke Langit Dunia

* وَيَنْزِلُ كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا كَيْفَ شَاءَ وَكَمَا شَاءَ ﴿لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ﴾.

Alloh turun setiap malam ke langit dunia sesuai kehendak-Nya dan sebagaimana yang Dia kehendaki. “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. As-Syuro: 11).

Membolak-balikkan Qolbu

* وَقُلُوبُ الْعِبَادِ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ، يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ، وَيُوعِيهَا مَا أَرَادَ.

Hati para hamba berada di antara dua jari dari jari-jemari Ar-Rohman. Alloh membolak-balikkannya sesuai kehendak-Nya, dan memberinya pemahaman sesuai apa yang Dia inginkan.

Menciptakan Adam dalam Bentuk-Nya

* وَخَلَقَ آدَمَ بِيَدِهِ عَلَى صُورَتِهِ.

Alloh menciptakan Adam dengan Tangan-Nya sesuai dengan bentuk-Nya.

Langit dan Bumi dalam Genggaman-Nya

* وَالسَّمَوَاتُ وَالْأَرَضُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي كَفِّهِ وَقَبْضَتِهِ.

Langit dan bumi pada hari Kiamat berada di telapak tangan dan genggaman-Nya.

Meletakkan Kaki-Nya di Jahannam

* وَيَضَعُ قَدَمَهُ فِي جَهَنَّمَ فَتُزْوَى.

Alloh meletakkan kaki-Nya di Jahannam, lalu Jahannam pun menyusut.

Mengeluarkan dengan Tangan-Nya

* وَيُخْرِجُ قَوْمًا مِنَ النَّارِ بِيَدِهِ.

Alloh mengeluarkan satu kaum dari Naar (Neraka) dengan Tangan-Nya.

Melihat Wajah Alloh

* وَيَنْظُرُ أَهْلُ الْجَنَّةِ إِلَى وَجْهِهِ، يَزُورُونَهُ فَيُكْرِمَهُمْ، وَيَتَجَلَّى لَهُمْ فَيُعْطِيَهُمْ.

Penduduk Jannah (Surga) akan melihat Wajah-Nya, mengunjungi-Nya, lalu Alloh pun memuliakan mereka. Alloh menampakkan Diri-Nya kepada mereka, lalu Dia memberikan karunia kepada mereka.

Dihadapkan kepada Alloh

* وَيُعْرَضُ عَلَيْهِ الْعِبَادُ يَوْمَ الْفَصْلِ وَالدِّينِ، فَيَتَوَلَّى حِسَابَهُمْ بِنَفْسِهِ، لَا يَلِي، ذَلِكَ غَيْرُهُ عَزَّ رَبُّنَا وَجَلَّ، وَهُوَ عَلَى مَا يَشَاءُ قَدِيرٌ.

Para hamba akan dihadapkan kepada Alloh pada hari pemisahan dan pembalasan. Alloh akan mengurus perhitungan amal mereka sendiri. Tidak ada selain-Nya yang akan mengurusnya. Maha Perkasa Robb kita lagi Maha Agung. Dan Dia Maha Kuasa atas apa pun yang Dia kehendaki.

Al-Quran Kalamullah

* وَالْقُرْآنُ كَلَامُ اللَّهِ تَكَلَّمَ بِهِ لَيْسَ بِمَخْلُوقٍ، فَمَنْ زَعَمَ أَنَّ الْقُرْآنَ مَخْلُوقٌ فَهُوَ جَهْمِيٌّ كَافِرٌ.

Al-Qur’an adalah kalam (firman) Alloh. Dia berfirman dengannya, dan Al-Qur’an bukanlah makhluk. Siapa pun yang mengklaim Al-Qur’an adalah makhluk, maka dia adalah Jahmi (pengikut Jahm bin Shofwan) yang kafir.

وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ الْقُرْآنَ كَلَامُ اللَّهِ وَوَقَفَ، وَلَمْ يَقُلْ: لَيْسَ بِمَخْلُوقٍ، فَهُوَ أَكْفَرُ مِنَ الْأَوَّلِ وَأَخْبَثُ قَوْلًا.

Siapa pun yang mengklaim Al-Qur’an adalah kalam Alloh, tetapi dia berhenti dan tidak mengatakan: “Al-Qur’an bukan makhluk,” maka dia lebih kafir dari orang sebelumnya dan ucapannya lebih keji.

وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ أَلْفَاظَنَا بِالْقُرْآنِ وَتِلَاوَتَنَا لَهُ مَخْلُوقَةٌ وَالْقُرْآنُ كَلَامُ اللَّهِ فَهُوَ جَهْمِيٌّ خَبِيثٌ مُبْتَدِعٌ. وَمَنْ لَمْ يُكَفِّرْ هَؤُلَاءِ الْقَوْمَ وَالْجَهْمِيَّةَ كُلَّهُمْ فَهُوَ مِثْلُهُمْ.

Siapa pun yang mengklaim bahwa lafal-lafal kita ketika membaca Al-Qur’an dan bacaan kita terhadapnya adalah makhluk, sedangkan Al-Qur’an adalah kalam Alloh, maka dia adalah seorang Jahmi yang keji lagi ahli bid’ah. Siapa tidak mengkafirkan kaum ini dan seluruh golongan Jahmiyyah, maka dia seperti mereka.

﴿وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا﴾ وَنَاوَلَهُ التَّوْرَاةَ مِنْ يَدِهِ إِلَى يَدِهِ، وَلَمْ يَزَلِ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مُتَكَلِّمًا عَالِمًا ﴿فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ﴾.

“Alloh telah berbicara kepada Musa dengan pembicaraan yang sebenarnya.” (QS. An-Nisa’: 164). Alloh menyerahkan Taurot kepadanya dari Tangan-Nya ke tangan Musa. Alloh senantiasa Maha Berbicara lagi Maha Mengetahui. “Maka Maha Suci Alloh, sebaik-baik Pencipta.” (QS. Al-Mu’minun: 14).

Mimpi

* وَالرُّؤْيَا مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَهِيَ حَقٌّ إِذَا رَأَى صَاحِبُهَا شَيْئًا فِي مَنَامِهِ مِمَّا لَيْسَ هُوَ ضِغْثٌ، فَقَصَّهَا عَلَى عَالِمٍ، وَصَدَقَ فِيهَا، وَأَوَّلَهَا الْعَالِمُ عَلَى أَصْلِ تَأْوِيلِهَا الصَّحِيحِ وَلَمْ يُحَرِّفْ، فَالرُّؤْيَا وَتَأْوِيلُهَا حِينَئِذٍ حَقٌّ،

Mimpi yang benar (ar-ru’ya ash-shodiqah) berasal dari Alloh , dan itu adalah kebenaran. Ini terjadi jika orang yang bermimpi melihat sesuatu dalam tidurnya yang bukan dhighth (mimpi kosong atau buruk), lalu dia menceritakannya kepada seorang ‘alim (ulama), dan dia jujur dalam ceritanya. Kemudian ‘alim tersebut menafsirkannya sesuai dengan kaidah penafsiran yang benar dan tidak menyimpangkannya. Maka, mimpi dan penafsirannya pada saat itu adalah kebenaran.

وَقَدْ كَانَتِ الرُّؤْيَا مِنَ النَّبِيِّينَ وَحْيًا، فَأَيُّ جَاهِلٍ بِأَجْهَلَ مِمَّنْ يَطْعَنُ فِي الرُّؤْيَا، وَيَزْعُمُ أَنَّهَا لَيْسَتْ بِشَيْءٍ، وَبَلَغَنِي أَنَّ مَنْ قَالَ: هَذَا الْقَوْلَ لَا يَرَى الِاغْتِسَالَ مِنَ الِاحْتِلَامِ،

Sungguh mimpi (ru’yā) pada para Nabi itu merupakan wahyu. Maka siapakah orang yang lebih bodoh daripada orang yang merendahkan (menganggap remeh) mimpi, dan mengira bahwa mimpi itu bukanlah sesuatu (yang berarti). Dan telah sampai kepadaku bahwa orang yang mengatakan perkataan ini (bahwa mimpi bukan apa-apa), ia juga berpendapat tidak wajib mandi karena ihtilām (mimpi basah).

وَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: «إِنَّ رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ كَلَامٌ يُكَلِّمُ بِهِ الرَّبُّ عَبْدَهُ».

Sungguh, telah diriwayatkan dari Nabi : “Sesungguhnya mimpi seorang Mu’min adalah kalam (ucapan) yang Robb berfirman dengannya kepada hamba-Nya.” (HR. Ibnu Abi Ashim, As-Sunnah no. 486)

وَقَالَ: «الرُّؤْيَا مِنَ اللَّهِ»، وَبِاللَّهِ التَّوْفِيقُ.

Nabi juga bersabda: “Mimpi (yang benar) berasal dari Alloh.” (HR. Al-Bukhori no. 5747 dan Muslim no. 2261)

Hanya kepada Alloh kita memohon taufiq (pertolongan).

Shohabat Nabi

* وَمِنَ السُّنَّةِ الْوَاضِحَةِ الْبَيِّنَةِ الثَّابِتَةِ الْمَعْرُوفَةِ ذِكْرُ مَحَاسِنِ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ كُلِّهِمْ أَجْمَعِينَ، وَالْكَفُّ عَنْ ذِكْرِ مَسَاوِيهِمْ وَالْخِلَافِ الَّذِي شَجَرَ بَيْنَهُمْ،

Termasuk Sunnah yang jelas, terang, dan tetap, adalah menyebutkan kebaikan seluruh Shohabat Rosululloh , dan menahan diri dari menyebutkan keburukan mereka serta perselisihan yang terjadi di antara mereka.

فَمَنْ سَبَّ أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، أَوْ أَحَدًا مِنْهُمْ، أَوْ تَنَقَّصَهُ، أَوْ طَعَنَ عَلَيْهِمْ، أَوْ عَرَّضَ بِعَيْبِهِمْ، أَوْ عَابَ أَحَدًا مِنْهُمْ، بِقَلِيلٍ أَوْ كَثِيرٍ، أَوْ دَقَّ أَوْ جَلَّ مِمَّا يَتَطَرَّقُ بِهِ إِلَى الْوَقِيعَةِ فِي أَحَدٍ مِنْهُمْ، فَهُوَ مُبْتَدِعٌ رَافِضِيٌّ خَبِيثٌ مُخَالِفٌ، لَا قَبِلَ اللَّهُ صَرْفَهُ وَلَا عَدْلَهُ،

Maka siapa pun yang mencaci Shohabat Rosululloh , atau salah satu dari mereka, atau merendahkan mereka, atau mencela mereka, atau menyinggung aib mereka, atau menjelek-jelekkan salah satu dari mereka, baik sedikit maupun banyak, baik hal yang remeh maupun yang besar, yang mengarah pada merendahkan salah satu dari mereka, maka dia adalah seorang ahli bid’ah, Rofidhy (Syiah), keji, dan menyimpang. Semoga Alloh tidak menerima amal ibadah wajib dan sunnahnya.

بَلْ حُبُّهُمْ سُنَّةٌ، وَالدُّعَاءُ لَهُمْ قُرْبَةٌ، وَالِاقْتِدَاءُ بِهِمْ وَسِيلَةٌ، وَالْأَخْذُ بِآثَارِهِمْ فَضِيلَةٌ.

Mencintai para Shohabat adalah Sunnah, mendoakan mereka adalah sebuah ibadah, meneladani mereka adalah wasilah (perantara) untuk mendapatkan kebaikan, dan mengikuti jejak mereka adalah sebuah keutamaan.

وَخَيْرُ هَذِهِ الْأُمَّةِ بَعْدَ النَّبِيِّ ﷺ أَبُو بَكْرٍ، وَخَيْرُهُمْ بَعْدَ أَبِي بَكْرٍ عُمَرُ، وَخَيْرُهُمْ بَعْدَ عُمَرَ عُثْمَانُ، وَقَالَ قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ وَأَهْلِ السُّنَّةِ: وَخَيْرُهُمْ بَعْدَ عُثْمَانَ عَلِيٌّ، وَوَقَفَ قَوْمٌ عَلَى عُثْمَانَ، وَهُمْ خُلَفَاءُ رَاشِدُونَ مَهْدِيُّونَ.

Sebaik-baik umat ini setelah Nabi adalah Abu Bakr Rodhiyallahu ‘Anhu, kemudian Umar Rodhiyallahu ‘Anhu, kemudian Utsman Rodhiyallahu ‘Anhu, dan sebagian ulama dari kalangan Ahli Sunnah mengatakan bahwa yang terbaik setelah Utsman adalah Ali Rodhiyallahu ‘Anhu. Ada juga sebagian ulama yang berhenti sampai Utsman (dalam menyebutkan urutan keutamaan). Mereka semua adalah para Khulafa’ur Rosyidin (Kholifah yang mendapat petunjuk) dan Al-Mahdiyyun (yang dibimbing).

ثُمَّ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ ﷺ بَعْدَ هَؤُلَاءِ الْأَرْبَعَةِ خَيْرُ النَّاسِ، لَا يَجُوزُ لِأَحَدٍ أَنْ يَذْكُرَ شَيْئًا مِنْ مَسَاوِئِهِمْ، وَلَا يَطْعَنَ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ بِعَيْبٍ، وَلَا بِنَقْصٍ وَلَا وَقِيعَةٍ،

Kemudian, para Shohabat Nabi Muhammad setelah empat orang ini adalah sebaik-baik manusia. Tidak diperbolehkan bagi siapa pun untuk menyebutkan keburukan mereka, mencela salah satu dari mereka, atau merendahkan mereka.

فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالْوَاجِبُ عَلَى السُّلْطَانِ تَأْدِيبُهُ وَعُقُوبَتُهُ، لَيْسَ لَهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُ، بَلْ يُعَاقِبَهُ ثُمَّ يَسْتَتِيبُهُ، فَإِنْ تَابَ قَبِلَ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَتُبْ أَعَادَ عَلَيْهِ الْعُقُوبَةَ ثُمَّ خَلَّدَهُ الْحَبْسَ، حَتَّى يَتُوبَ وَيُرَاجِعَ، فَهَذَا السُّنَّةُ فِي أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ ﷺ.

Siapa pun yang melakukan hal tersebut, maka wajib bagi penguasa untuk mendidiknya dan menghukumnya. Penguasa tidak boleh memaafkannya, tetapi harus menghukumnya, lalu memintanya bertaubat. Jika dia bertaubat, maka diterima taubatnya. Jika tidak bertaubat, maka hukuman diulangi lagi, lalu dia dipenjara selamanya sampai dia bertaubat dan kembali (ke jalan yang benar). Inilah Sunnah terkait para Shohabat Muhammad .

وَنَعْرِفُ لِلْعَرَبِ حَقَّهَا، وَفَضْلَهَا، وَسَابِقَتَهَا، وَنُحِبُّهُمْ لِحَدِيثِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ: «حُبُّ الْعَرَبِ إِيمَانٌ وَبُغْضُهُمْ نِفَاقٌ».

Kami mengakui hak, keutamaan, dan kepeloporan bangsa Arob. Kami mencintai mereka karena Hadits Rosululloh : “Mencintai Arob adalah bagian dari Iman (keimanan), dan membenci mereka adalah nifaq (kemunafikan).” (HR. Al-Hakim, 4/97)

وَلَا نَقُولُ بِقَوْلِ الشُّعُوبِيَّةِ وَأَرَاذِلِ الْمَوَالِي الَّذِينَ لَا يُحِبُّونَ الْعَرَبَ، وَلَا يُقِرُّونَ لَهُمْ بِفَضْلٍ، فَإِنَّ قَوْلَهُمْ: بِدْعَةٌ وَخِلَافٌ.

Kami tidak mengikuti perkataan Syu’ubiyyah (kelompok yang merendahkan bangsa Arob) dan orang-orang rendahan dari Mawali (orang-orang non-Arob yang baru masuk Islam) yang tidak mencintai bangsa Arob dan tidak mengakui keutamaan mereka. Sebab, perkataan mereka adalah bid’ah dan penyimpangan.

Meninggalkan Ikhtiar

* وَمَنْ حَرَّمَ الْمَكَاسِبَ وَالتِّجَارَاتِ، وَطَلَبَ الْمَالَ مِنْ وُجُوهِهَا؛ فَقَدْ جَهِلَ وَأَخْطَأَ، وَخَالَفَ، بَلِ الْمَكَاسِبُ مِنْ وُجُوهِهَا حَلَالٌ، قَدْ أَحَلَّهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، وَرَسُولُهُ ﷺ، وَالْعُلَمَاءُ مِنَ الْأُمَّةِ.

Siapa mengharomkan mata pencaharian dan perniagaan, serta mencari harta dari cara-cara yang dibenarkan, maka dia telah bodoh, keliru, dan menyimpang. Sesungguhnya, mata pencaharian dari cara-cara yang dibenarkan adalah halal, yang telah dihalalkan oleh Alloh , Rosul-Nya , dan para ulama dari umat ini.

فَالرَّجُلُ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ وَعِيَالِهِ، وَيَبْتَغِيَ مِنْ فَضْلِ رَبِّهِ، فَإِنْ تَرَكَ ذَلِكَ عَلَى أَنَّهُ لَا يَرَى الْكَسْبَ فَهُوَ مُخَالِفٌ، وَكُلُّ أَحَدٍ أَحَقُّ بِمَالِهِ الَّذِي وَرِثَهُ، أَوِ اسْتَفَادَهُ، أَوِ أُوصِيَ لَهُ بِهِ، أَوِ اكْتَسَبَهُ، لَا كَمَا يَقُولُ الْمُتَكَلِّمُونَ الْمُخَالِفُونَ.

Oleh karena itu, seseorang wajib berusaha untuk dirinya sendiri dan keluarganya, serta mencari karunia dari Robb-nya. Jika dia meninggalkan hal itu karena tidak menganggap penting mata pencaharian, maka dia adalah orang yang menyimpang. Setiap orang lebih berhak atas hartanya yang dia warisi, dapatkan, diwasiatkan kepadanya, atau dia usahakan, tidak seperti yang dikatakan oleh para mutakallimun (ahli ilmu kalam) yang menyimpang.

Berpegang Pada Atsar

* وَالدِّينُ إِنَّمَا هُوَ كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَآثَارٌ، وَسُنَنٌ، وَرِوَايَاتٌ صِحَاحٌ عَنِ الثِّقَاتِ بِالْأَخْبَارِ الصَّحِيحَةِ الْقَوِيَّةِ الْمَعْرُوفَةِ الْمَشْهُورَةِ، يَرْوِيهَا الثِّقَةُ الْأَوَّلُ الْمَعْرُوفُ عَنِ الثَّانِي الثِّقَةِ الْمَعْرُوفِ، يُصَدِّقُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا، حَتَّى يَنْتَهِيَ ذَلِكَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ، أَوْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ، أَوِ التَّابِعِينَ، أَوْ تَابِعِ التَّابِعِينَ، أَوْ مَنْ بَعْدَهُمْ مِنَ الْأَئِمَّةِ الْمَعْرُوفِينَ، الْمُقْتَدَى بِهِمْ، الْمُتَمَسِّكِينَ بِالسُّنَّةِ، وَالْمُتَعَلِّقِينَ بِالْأَثَرِ، الَّذِينَ لَا يُعْرَفُونَ بِبِدْعَةٍ، وَلَا يُطْعَنُ عَلَيْهِمْ بِكَذِبٍ، وَلَا يُرْمَوْنَ بِخِلَافٍ، وَلَيْسُوا أَصْحَابَ قِيَاسٍ، وَلَا رَأْيٍ؛

Sesungguhnya Ad-Diin (agama) itu hanyalah Kitabulloh (Al-Qur’an), atsar (riwayat dari Shohabat atau Tabi’in), sunan (jamak dari sunnah), dan riwayat-riwayat yang shohih dari orang-orang tsiqqoh (terpercaya). Hal itu berasal dari riwayat-riwayat yang shohih, kuat, terkenal, dan masyhur.

Riwayat tersebut diceritakan oleh orang tsiqqoh pertama yang dikenal, dari orang tsiqqoh kedua yang dikenal, yang mana sebagian mereka membenarkan sebagian yang lain, hingga riwayat itu sampai kepada Nabi , atau kepada para Shohabat Nabi, atau para Tabi’in, atau Tabi’ut Tabi’in, atau orang-orang setelah mereka dari kalangan para imam yang dikenal, yang diteladani, yang berpegang teguh pada Sunnah, dan berpegang pada atsar. Mereka adalah orang-orang yang tidak dikenal sebagai ahli bid’ah, tidak dicela karena kebohongan, dan tidak dituduh menyimpang. Mereka juga bukan para penganut qiyas (analogi) dan ro’yi (akal pikiran).

لِأَنَّ الْقِيَاسَ فِي الدِّينِ بَاطِلٌ، وَالرَّأْيَ كَذَلِكَ وَأَبْطَلَ مِنْهُ، وَأَصْحَابُ الرَّأْيِ وَالْقِيَاسِ فِي الدِّينِ مُبْتَدِعَةٌ جَهَلَةٌ ضُلَّالٌ؛ إِلَّا أَنْ يَكُونَ فِي ذَلِكَ أَثَرٌ عَمَّنْ سَلَفَ مِنَ الْأَئِمَّةِ الثِّقَاتِ، فَالْأَخْذُ بِالْأَثَرِ أَوْلَى.

Sebab, qiyas dalam agama adalah batil (tidak sah), demikian pula ro’yi, bahkan lebih batil. Para penganut ro’yi dan qiyas dalam agama adalah ahli bid’ah, bodoh, dan sesat. Hal ini kecuali jika ada atsar (riwayat) dari para imam tsiqqoh yang terdahulu, maka mengambil atsar itu lebih utama.

Taqlid

* وَمَنْ زَعَمَ أَنَّهُ لَا يَرَى التَّقْلِيدَ، وَلَا يُقَلِّدُ دِينَهُ أَحَدًا؛ فَهَذَا قَوْلُ فَاسِقٍ مُبْتَدِعٍ عَدُوٍّ لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ ﷺ، لِدِينِهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِسُنَّةِ نَبِيِّهِ عَلَيْهِ السَّلَامُ،

Siapa mengklaim bahwa dia tidak berpegang pada taqlid (mengikuti pendapat ahli Hadits) dan tidak menaati agama seseorang pun, maka ini adalah perkataan seorang fasiq, ahli bid’ah, dan musuh bagi Alloh, Rosul-Nya , agama-Nya, kitab-Nya, dan Sunnah Nabi-Nya.

إِنَّمَا يُرِيدُ بِذَلِكَ إِبْطَالَ الْأَثَرِ، وَتَعْطِيلَ الْعِلْمِ، وَإِطْفَاءَ السُّنَّةِ، وَالتَّفَرُّدَ بِالرَّأْيِ، وَالْكَلَامِ، وَالْبِدْعَةِ، وَالْخِلَافِ فَعَلَى قَائِلِ هَذَا الْقَوْلِ، لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ.

Dia hanya ingin membatalkan atsar, menghentikan ilmu, memadamkan Sunnah, dan sendirian dalam berpendapat, berdalil dengan ilmu kalam, bid’ah, dan penyimpangan. Maka bagi orang yang mengucapkan perkataan ini, laknat Alloh, para malaikat, dan seluruh manusia.

فَهَذَا مِنْ أَخْبَثِ قَوْلِ الْمُبْتَدِعَةِ، وَأَقْرَبِهَا إِلَى الضَّلَالَةِ وَالرَّدَى، بَلْ هُوَ ضَلَالَةٌ زَعَمَ أَنَّهُ لَا يَرَى التَّقْلِيدَ، وَقَدْ قَلَّدَ دِينَهُ أَبَا حَنِيفَةَ وَبِشْرًا الْمَرِيسِيَّ، وَأَصْحَابَهُ،

Ini adalah salah satu perkataan ahli bid’ah yang paling keji dan paling dekat dengan kesesatan dan kehancuran, bahkan itu adalah kesesatan. Dia mengklaim bahwa dia tidak perlu berpegang pada taqlid, padahal dia taqlid dalam agamanya kepada Abu Hanifah (204 H) dan Bisyr Al-Marisi (218 H) serta para pengikutnya.

فَأَيُّ عَدُوٍّ لِدِينِ اللَّهِ أَعْدَى مِمَّنْ يُرِيدُ أَنْ يُطْفِئَ السُّنَنَ، وَيُبْطِلَ الْآثَارَ وَالرِّوَايَاتِ، وَيَزْعُمَ أَنَّهُ لَا يَرَى التَّقْلِيدَ وَقَدْ قَلَّدَ دِينَهُ مَنْ قَدْ سَمَّيْتُ لَكَ، وَهُمْ أَئِمَّةُ الضَّلَالِ، وَرُءُوسُ الْبِدَعِ، وَقَادَةُ الْمُخَالِفِينَ، فَعَلَى قَائِلِ هَذَا الْقَوْلِ غَضَبُ اللَّهِ.

Maka, musuh agama Alloh mana yang lebih memusuhi daripada orang yang ingin memadamkan sunan (jamak dari sunnah), membatalkan atsar (riwayat) dan riwayat-riwayat (Hadits), dan mengklaim bahwa dia tidak berpegang pada taqlid padahal dia telah taqlid dalam agamanya kepada orang-orang yang telah aku sebutkan. Mereka adalah para imam kesesatan, pemimpin para ahli bid’ah, dan para pimpinan orang-orang yang menyimpang. Maka bagi orang yang mengucapkan perkataan ini, kemurkaan Alloh menimpanya.

* فَهَذِهِ الْمَذَاهِبُ وَالْأَقَاوِيلُ الَّتِي وَصَفْتُ مَذَاهِبَ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، وَالْأَثَرِ، وَأَصْحَابِ الرِّوَايَاتِ، وَحَمَلَةِ الْعِلْمِ، الَّذِينَ أَدْرَكْنَاهُمْ، وَأَخَذْنَا عَنْهُمُ الْحَدِيثَ، وَتَعَلَّمْنَا مِنْهُمُ السُّنَنَ، وَكَانُوا أَئِمَّةً مَعْرُوفِينَ، ثِقَاتٍ، أَهْلَ صِدْقٍ، وَأَمَانَةٍ، يُقْتَدَى بِهِمْ، وَيُؤْخَذُ عَنْهُمْ، وَلَمْ يَكُونُوا أَصْحَابَ بِدَعٍ، وَلَا خِلَافٍ، وَلَا تَخْلِيطٍ،

Maka, madz-hab (jalan) dan perkataan yang telah aku jelaskan ini adalah madz-hab dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah (penganut Sunnah dan persatuan), para Atsar (pengikut riwayat), para ahli Hadits, dan para pembawa ilmu yang telah kami temui. Dari mereka kami mengambil Hadits, dan dari mereka kami mempelajari sunan. Mereka adalah para imam yang terkenal, terpercaya, orang-orang yang jujur dan amanah, yang diteladani dan diambil ilmunya. Mereka bukanlah ahli bid’ah, tidak menyimpang, dan tidak mencampuradukkan (kebenaran dengan kebatilan).

وَهُوَ قَوْلُ أَئِمَّتِهِمْ، وَعُلَمَائِهِمُ الَّذِينَ كَانُوا قَبْلَهُمْ، فَتَمَسَّكُوا بِذَلِكَ رَحِمَكُمُ اللَّهُ، وَتَعَلَّمُوهُ وَعَلِّمُوهُ، وَبِاللَّهِ التَّوْفِيقُ.

Ini juga merupakan perkataan para imam dan ulama mereka yang hidup sebelum mereka. Maka berpegang teguhlah pada hal ini, Rohimakumullah (semoga Alloh merahmati kalian). Pelajarilah dan ajarkanlah. Hanya kepada Alloh kami memohon taufiq.

Panggilan Ahli Bid’ah

* وَلِأَصْحَابِ الْبِدَعِ نَبْزٌ وَأَلْقَابٌ وَأَسْمَاءٌ، لَا تُشْبِهُ أَسْمَاءَ الصَّالِحِينَ، وَلَا الْأَئِمَّةِ، وَلَا الْعُلَمَاءِ مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ﷺ، فَمِنْ أَسْمَائِهِمْ:

para ahli bid’ah (pelaku bid’ah) memiliki nama-nama panggilan dan julukan yang buruk, yang tidak menyerupai nama-nama orang sholih, tidak pula para imam, dan tidak pula para ulama dari umat Muhammad . Di antara nama-nama mereka adalah:

* الْمُرْجِئَةُ: وَهُمُ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّ الْإِيمَانَ قَوْلٌ بِلَا عَمَلٍ، وَأَنَّ الْإِيمَانَ هُوَ الْقَوْلُ، وَالْأَعْمَالُ شَرَائِعُ، وَأَنَّ الْإِيمَانَ مُجَرَّدٌ، وَأَنَّ النَّاسَ لَا يَتَفَاضَلُونَ فِي الْإِيمَانِ، وَأَنَّ إِيمَانَهُمْ وَإِيمَانَ الْمَلَائِكَةِ وَالْأَنْبِيَاءِ وَاحِدٌ، وَأَنَّ الْإِيمَانَ لَا يَزِيدُ وَلَا يَنْقُصُ، وَأَنَّ الْإِيمَانَ لَيْسَ فِيهِ اسْتِثْنَاءٌ، وَأَنَّ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ، وَلَمْ يَعْمَلْ فَهُوَ مُؤْمِنٌ حَقًّا، وَأَنَّهُمْ مُؤْمِنُونَ عِنْدَ اللَّهِ بِلَا اسْتِثْنَاءٍ، هَذَا كُلُّهُ قَوْلُ الْمُرْجِئَةِ، وَهُوَ أَخْبَثُ الْأَقَاوِيلِ، وَأَضَلُّهُ وَأَبْعَدُهُ مِنَ الْهُدَى.

Murji’ah: Mereka adalah orang-orang yang mengklaim bahwa iman adalah perkataan tanpa perbuatan. Mereka mengklaim bahwa iman adalah perkataan, dan perbuatan adalah syariat. bahwa iman itu murni (tidak berhubungan dengan perbuatan), dan bahwa manusia tidak memiliki kelebihan dalam iman. bahwa iman mereka sama dengan iman para Malaikat dan para Nabi. bahwa iman tidak bertambah dan tidak berkurang. bahwa dalam iman tidak ada pengecualian (in syaa Alloh). Siapa yang beriman dengan lisannya, tetapi tidak beramal, maka dia adalah Mu’min yang sebenarnya. bahwa mereka adalah Mu’min di sisi Alloh tanpa pengecualian. Ini semua adalah perkataan Murji’ah, dan itu adalah perkataan yang paling keji, paling sesat, dan paling jauh dari petunjuk.

* وَالْقَدَرِيَّةُ: هُمُ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّ إِلَيْهِمُ الِاسْتِطَاعَةَ وَالْمَشِيئَةَ وَالْقُدْرَةَ، وَأَنَّهُمْ يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمُ الْخَيْرَ وَالشَّرَّ، وَالضُّرَّ وَالنَّفْعَ، وَالطَّاعَةَ وَالْمَعْصِيَةَ، وَالْهُدَى وَالضَّلَالَةَ، وَأَنَّ الْعِبَادَ يَعْمَلُونَ بَدْءًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَكُونَ سَبَقَ لَهُمْ ذَلِكَ فِي عِلْمِ اللَّهِ، وَقَوْلُهُمْ يُضَارِعُ قَوْلَ الْمَجُوسِيَّةِ وَالنَّصْرَانِيَّةِ، وَهُوَ أَصْلُ الزَّنْدَقَةِ.

Qodariyah: Mereka adalah orang-orang yang mengklaim bahwa kemampuan, kehendak, dan kekuasaan ada pada diri mereka. bahwa mereka memiliki kuasa atas diri mereka sendiri dalam hal kebaikan dan keburukan, bahaya dan manfaat, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan. bahwa para hamba beramal secara mandiri, tanpa ada takdir yang mendahului dari ilmu Alloh. perkataan mereka mirip dengan perkataan kaum Majusiyah dan Nashroniyah, dan itu adalah asal mula dari zanadiqoh (kemunafikan yang terang-terangan).

* وَالْمُعْتَزِلَةُ: وَهُمْ يَقُولُونَ بِقَوْلِ الْقَدَرِيَّةِ، وَيَدِينُونَ بِدِينِهِمْ، وَيُكَذِّبُونَ بِعَذَابِ الْقَبْرِ، وَالشَّفَاعَةِ، وَالْحَوْضِ، وَلَا يَرَوْنَ الصَّلَاةَ خَلْفَ أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ، وَلَا الْجُمُعَةَ إِلَّا وَرَاءَ مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ رَأْيِهِمْ وَهَوَاهُمْ، وَيَزْعُمُونَ أَنَّ أَعْمَالَ الْعِبَادِ لَيْسَتْ فِي اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ.

Mu’tazilah: Mereka berpendapat seperti perkataan Qodariyah. mereka beragama dengan agama mereka. Mereka mendustakan ‘adzab (siksa) kubur, syafa’at, dan telaga (Al-Haudh). Mereka tidak mau Sholat di belakang seorang pun dari Ahli Qiblah (kaum Muslimin). tidak pula Sholat Jumat, kecuali di belakang orang yang berpendapat sama dengan mereka dan sejalan dengan hawa nafsu mereka. mereka mengklaim bahwa perbuatan para hamba tidak ada di Lauh Mahfuzh.

* وَالْبَكْرِيَّةُ: وَهُمْ قَدَرِيَّةٌ، وَهُمْ أَصْحَابُ الْحَبَّةِ وَالْقِيرَاطِ، وَالدَّانِقِ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّ مَنْ أَخَذَ حَبَّةً، أَوْ قِيرَاطًا، أَوْ دَانِقًا فَهُوَ كَافِرٌ، وَقَوْلُهُمْ يُضَاهِئُ قَوْلَ الْخَوَارِجِ.

Bakriyah: mereka adalah golongan Qadariyyah. Mereka adalah pengikut (paham) ‘habbah, qīroth, dan dāniq (satuan kecil dari timbangan/uang), yaitu orang-orang yang beranggapan bahwa siapa saja yang mengambil (tanpa hak) walaupun hanya satu butir (habbah), atau satu qīroth, atau satu dāniq, maka dia kafir. Perkataan mereka menyerupai perkataan kaum Khowārij.

* وَالْجَهْمِيَّةُ: أَعْدَاءُ اللَّهِ؛ وَهُمُ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّ الْقُرْآنَ مَخْلُوقٌ، وَأَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يُكَلِّمْ مُوسَى، وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِمُتَكَلِّمٍ وَلَا يَتَكَلَّمُ، وَلَا يَنْطِقُ، وَلَا يُرَى، وَلَا يُعْرَفُ لِلَّهِ مَكَانٌ، وَلَيْسَ لِلَّهِ عَرْشٌ، وَلَا كُرْسِيٌّ، وَكَلَامٌ كَثِيرٌ أَكْرَهُ حِكَايَتَهُ، وَهُمْ كُفَّارٌ، زَنَادِقَةٌ، أَعْدَاءُ اللَّهِ فَاحْذَرُوهُمْ.

Jahmiyyah: Musuh-musuh Alloh. Mereka adalah orang-orang yang mengklaim bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. bahwa Alloh –’Azza wa Jalla– tidak berbicara kepada Musa. bahwa Alloh tidak berbicara, dan tidak berucap. tidak dapat dilihat, dan tempat Alloh tidak dapat diketahui, dan Alloh tidak memiliki ‘Arsy maupun Kursi. banyak lagi perkataan-perkataan yang saya enggan untuk menceritakannya. mereka adalah orang-orang kafir, zanadiqoh (munafik parah), musuh-musuh Alloh, maka berhati-hatilah terhadap mereka.

* وَالْوَاقِفَةُ: وَهُمُ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّا نَقُولُ إِنَّ الْقُرْآنَ كَلَامُ اللَّهِ، وَلَا نَقُولُ غَيْرُ مَخْلُوقٍ وَهُمْ شَرُّ الْأَصْنَافِ وَأَخْبَثُهَا.

Waqifah: Mereka adalah orang-orang yang mengklaim bahwa kami berkata Al-Qur’an adalah firman Alloh, tetapi kami tidak mengatakan “bukan makhluk.” mereka adalah kelompok yang paling buruk dan paling keji.

* وَاللَّفْظِيَّةُ: وَهُمُ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّا نَقُولُ إِنَّ الْقُرْآنَ كَلَامُ اللَّهِ، وَلَكِنْ أَلْفَاظُنَا بِالْقُرْآنِ وَتِلَاوَتُنَا وَقِرَاءَتُنَا لَهُ مَخْلُوقَةٌ، وَهُمْ جَهْمِيَّةٌ فُسَّاقٌ.

Lafzhiyyah: Mereka adalah orang-orang yang mengklaim bahwa kami berkata Al-Qur’an adalah firman Alloh, tetapi lafal-lafal kami saat membaca Al-Qur’an dan bacaan kami terhadapnya adalah makhluk. mereka adalah Jahmiyyah yang fasiq.

* وَالرَّافِضَةُ: وَهُمُ الَّذِينَ يَتَبَرَّءُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ، وَيَسُبُّونَهُمْ، وَيَنْتَقِصُونَهُمْ، وَيُكَفِّرُونَ الْأُمَّةَ إِلَّا نَفَرًا يَسِيرًا، وَلَيْسَتِ الرَّافِضَةُ مِنَ الْإِسْلَامِ فِي شَيْءٍ.

Rofidhoh: Mereka adalah orang-orang yang berlepas diri dari para Shohabat Nabi . Mereka mencaci-maki mereka, merendahkan mereka, dan mengkafirkan seluruh umat Islam kecuali segelintir dari mereka. Rofidhoh bukanlah bagian dari Islam sedikit pun.

* وَالْمَنْصُورِيَّةُ: وَهُمْ رَافِضَةٌ، أَخْبَثُ الرَّوَافِضِ، وَهُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ: مَنْ قَتَلَ أَرْبَعِينَ رَجُلًا مِمَّنْ خَالَفَ هَوَاهُمْ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَهُمُ الَّذِينَ يَخْنُقُونَ النَّاسَ وَيَسْتَحِلُّونَ أَمْوَالَهُمْ، وَهُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ: أَخْطَأَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ بِالرِّسَالَةِ، وَهَذَا هُوَ الْكُفْرُ الْوَاضِحُ الَّذِي لَا يَشُوبُهُ إِيمَانٌ فَنَعُوذُ بِاللَّهِ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ.

Manshuriyah: Mereka adalah Rofidhoh, Rofidhoh yang paling keji. Mereka adalah orang-orang yang berkata: “Siapa  yang membunuh 40 orang dari orang-orang yang menyelisihi hawa nafsu mereka, maka dia akan masuk Surga.” Mereka adalah orang-orang yang mencekik manusia dan menghalalkan harta mereka. mereka adalah orang-orang yang berkata: “Jibril telah keliru dalam menyampaikan risalah.” ini adalah kekufuran yang jelas yang tidak dicampuri keimanan. Maka kami berlindung kepada Alloh dan kami berlindung kepada Alloh dari itu.

* وَالسَّبَئِيَّةُ: وَهُمْ رَافِضَةٌ كَذَّابُونَ، وَهُمْ قَرِيبٌ مِمَّنْ ذَكَرْتُ مُخَالِفُونَ لِلْأَئِمَّةِ. وَالرَّافِضَةُ أَسْوَأُ أَثَرًا فِي الْإِسْلَامِ مِنْ أَهْلِ الْكُفْرِ مِنْ أَهْلِ الْحَرْبِ.

Saba’iyyah: Mereka adalah Rofidhoh yang pendusta. mereka dekat dengan orang-orang yang saya sebutkan tadi, mereka menyelisihi para imam. Rofidhoh lebih buruk dampaknya dalam Islam daripada orang-orang kafir dari kalangan ahli harbi (orang yang memerangi Islam).

وَصِنْفٌ مِنَ الرَّافِضَةِ يَقُولُونَ: عَلِيٌّ فِي السَّحَابِ، وَيَقُولُونَ عَلِيٌّ يُبْعَثُ قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَهَذَا كُلُّهُ كَذِبٌ وَزُورٌ وَبُهْتَانٌ.

sekelompok dari Rofidhoh berkata: “‘Ali berada di awan,” dan mereka berkata “‘Ali akan dibangkitkan sebelum hari Kiamat.” ini semua adalah dusta, kebohongan, dan fitnah.

* وَالزَّيْدِيَّةُ: وَهُمْ رَافِضَةٌ وَهُمُ الَّذِينَ يَتَبَرَّءُونَ مِنْ عُثْمَانَ، وَطَلْحَةَ، وَالزُّبَيْرِ، وَعَائِشَةَ، وَيَرَوْنَ الْقِتَالَ مَعَ كُلِّ مَنْ خَرَجَ مِنْ وَلَدِ عَلِيٍّ، بَرًّا كَانَ أَوْ فَاجِرًا حَتَّى يَغْلِبَ أَوْ يُغْلَبَ.

Zaidiyyah: Mereka adalah Rofidhoh. mereka adalah orang-orang yang berlepas diri dari ‘Utsman, Tholhah, Az-Zubair, dan ‘Aisyah. Mereka memandang bolehnya berperang bersama setiap orang dari keturunan ‘Ali yang memberontak, baik dia orang yang sholih maupun fajir (berbuat dosa), sampai ia menang atau dikalahkan.

* وَالْخَشَبِيَّةُ: وَهُمْ يَقُولُونَ بِقَوْلِ الزَّيْدِيَّةِ وَالشِّيعَةِ، وَهُمْ فِي مَا زَعَمُوا يَنْتَحِلُونَ حُبَّ آلِ مُحَمَّدٍ ﷺ، دُونَ النَّاسِ، وَكَذَبُوا، بَلْ هُمْ خَاصَّةُ الْمُبْغِضِينَ لِآلِ مُحَمَّدٍ ﷺ دُونَ النَّاسِ، إِنَّمَا شِيعَةُ آلِ مُحَمَّدٍ الْمُتَّقُونَ، أَهْلُ السُّنَّةِ وَالْأَثَرِ، مَنْ كَانُوا وَحَيْثُ كَانُوا، الَّذِينَ يُحِبُّونَ آلَ مُحَمَّدٍ ﷺ وَجَمِيعَ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ ﷺ، وَلَا يَذْكُرُونَ أَحَدًا مِنْهُمْ بِسُوءٍ، وَلَا عَيْبٍ، وَلَا مَنْقَصَةٍ، فَمَنْ ذَكَرَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ بِسُوءٍ، أَوْ طَعَنَ عَلَيْهِ بِعَيْبٍ، أَوْ تَبَرَّأَ مِنْ أَحَدٍ مِنْهُمْ، أَوْ سَبَّهُمْ، أَوْ عَرَّضَ بِسَبِّهِمْ وَشَتْمِهِمْ؛ فَهُوَ رَافِضِيٌّ، مُخَالِفٌ، خَبِيثٌ، ضَالٌّ.

Khosyabiyyah: Mereka berpendapat seperti perkataan Zaidiyyah dan Syi’ah. mereka dalam apa yang mereka klaim, menisbatkan diri mencintai keluarga Muhammad tanpa orang lain. mereka dusta. Bahkan mereka adalah orang-orang yang membenci keluarga Muhammad secara khusus tanpa orang lain. Sesungguhnya pengikut keluarga Muhammad adalah orang-orang yang bertaqwa, Ahlus Sunnah dan Ahli Atsar (pengikut Hadits), di mana pun mereka berada. Mereka adalah orang-orang yang mencintai keluarga Muhammad dan seluruh Shohabat Muhammad . tidak menyebutkan salah seorang dari mereka dengan keburukan, aib, atau kekurangan. Siapa  yang menyebutkan salah seorang dari Shohabat Muhammad dengan keburukan, atau mencelanya, atau berlepas diri dari salah seorang dari mereka, atau mencaci-maki mereka, atau mengisyaratkan untuk mencaci dan mencela mereka; maka dia adalah Rofidhi, orang yang menyimpang, keji, lagi sesat.

* وَأَمَّا الْخَوَارِجُ فَمَرَقُوا مِنَ الدِّينِ، وَفَارَقُوا الْمِلَّةَ، وَشَرَدُوا عَنِ الْإِسْلَامِ، وَشَذُّوا عَنِ الْجَمَاعَةِ، وَضَلُّوا عَنْ سَبِيلِ الْهُدَى، وَخَرَجُوا عَلَى السُّلْطَانِ وَالْأَئِمَّةِ، وَسَلُّوا السَّيْفَ عَلَى الْأُمَّةِ، وَاسْتَحَلُّوا دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ، وَكَفَّرُوا مَنْ خَالَفَهُمْ إِلَّا مَنْ قَالَ بِقَوْلِهِمْ، وَكَانَ عَلَى مِثْلِ قَوْلِهِمْ وَرَأْيِهِمْ، وَثَبَتَ مَعَهُمْ فِي دَارِ ضَلَالَتِهِمْ، وَهُمْ يَشْتُمُونَ أَصْحَابَ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَأَصْهَارَهُ وَأَخْتَانَهُ، وَيَتَبَرَّءُونَ مِنْهُمْ، وَيَرْمُونَهُمْ بِالْكُفْرِ وَالْعَظَائِمِ، وَيَرَوْنَ خِلَافَهُمْ فِي شَرَائِعِ الدِّينِ وَسُنَنِ الْإِسْلَامِ، وَلَا يُؤْمِنُونَ بِعَذَابِ الْقَبْرِ، وَلَا الْحَوْضِ، وَلَا الشَّفَاعَةِ، وَلَا يُخْرِجُوا أَحَدًا مِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَهُمْ يَقُولُونَ: مَنْ كَذَبَ كَذْبَةً، أَوْ أَتَى صَغِيرَةً، أَوْ كَبِيرَةً مِنَ الذُّنُوبِ، فَمَاتَ مِنْ غَيْرِ تَوْبَةٍ فَهُوَ كَافِرٌ، فَهُوَ فِي النَّارِ، خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا، وَهُمْ يَقُولُونَ بِقَوْلِ الْبَكْرِيَّةِ فِي الْحَبَّةِ وَالْقِيرَاطِ.

Adapun Khowarij, maka mereka telah keluar dari agama. mereka telah meninggalkan agama Islam, dan mereka telah menyimpang dari Al-Jama’ah (mayoritas kaum Muslimin). mereka telah sesat dari jalan petunjuk. mereka memberontak terhadap penguasa dan para imam. Mereka telah menghunus pedang terhadap umat ini. mereka telah menghalalkan darah dan harta mereka. mereka mengkafirkan orang yang menyelisihi mereka, kecuali orang yang berpendapat seperti perkataan mereka, dan sejalan dengan pendapat mereka, dan tetap bersama mereka di tempat kesesatan mereka. mereka mencaci-maki para Shohabat Muhammad , besan-besan dan ipar-iparnya. mereka berlepas diri dari mereka. mereka menuduh mereka dengan kekafiran dan dosa-dosa besar. mereka melihat bahwa penyimpangan mereka dalam syariat agama dan Sunnah-sunnah Islam. mereka tidak beriman dengan ‘adzab kubur, telaga (Al-Haudh), dan syafa’at. mereka tidak memandang bahwa ada orang yang dikeluarkan dari Neraka. mereka berkata: “Siapa  yang berdusta dengan satu kebohongan, atau melakukan dosa kecil, atau dosa besar, lalu ia meninggal tanpa bertaubat, maka ia adalah kafir. ia akan kekal di dalam Neraka selama-lamanya.” mereka berpendapat sama dengan Bakriyyah dalam hal sebutir gandum dan se-qiroth.

وَهُمْ قَدَرِيَّةٌ، جَهْمِيَّةٌ، مُرْجِئَةٌ، رَافِضَةٌ وَلَا يَرَوْنَ جَمَاعَةً إِلَّا خَلْفَ إِمَامِهِمْ، وَهُمْ يَرَوْنَ تَأْخِيرَ الصَّلَاةِ عَنْ وَقْتِهَا، وَيَرَوْنَ الصَّوْمَ قَبْلَ رُؤْيَةِ الْهِلَالِ، وَالْفِطْرَ قَبْلَ رُؤْيَتِهِ، وَهُمْ يَرَوْنَ النِّكَاحَ بِغَيْرِ وَلِيٍّ وَلَا سُلْطَانٍ، وَيَرَوْنَ الْمُتْعَةَ فِي دِينِهِمْ، وَيَرَوْنَ الدِّرْهَمَ بِالدِّرْهَمَيْنِ يَدًا بِيَدٍ حَلَالًا، وَهُمْ لَا يَرَوْنَ الصَّلَاةَ فِي الْخِفَافِ، وَلَا الْمَسْحَ عَلَيْهَا، وَهُمْ لَا يَرَوْنَ لِلسُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ طَاعَةً، وَلَا لِقُرَيْشٍ عَلَيْهِمْ خِلَافَةً، وَأَشْيَاءُ كَثِيرَةٌ يُخَالِفُونَ فِيهَا الْإِسْلَامَ وَأَهْلَهُ، فَكَفَى بِقَوْمٍ ضَلَالَةً أَنْ يَكُونَ هَذَا رَأْيَهُمْ وَمَذْهَبَهُمْ وَدِينَهُمْ، وَلَيْسُوا مِنَ الْإِسْلَامِ فِي شَيْءٍ، وَهُمُ الْمَارِقَةُ.

mereka adalah Qodariyah, Jahmiyah, Murji’ah, dan Rofidhoh. Mereka tidak memandang Sholat berjamaah kecuali di belakang imam mereka. mereka menganggap boleh menunda Sholat dari waktunya. mereka menganggap boleh berpuasa sebelum melihat hilal, dan berbuka sebelum melihatnya. mereka menganggap boleh menikah tanpa wali dan tanpa penguasa. mereka menganggap boleh mut’ah (nikah kontrak) dalam agama mereka. mereka menganggap boleh satu dirham dengan dua dirham secara tunai. mereka tidak menganggap boleh Sholat memakai khuff (sepatu kulit). mereka tidak memandang ketaatan kepada penguasa atas mereka. tidak pula khilafah bagi Quroisy atas mereka. banyak lagi hal-hal yang mereka selisihi dalam Islam dan kaumnya. Maka cukuplah kesesatan bagi suatu kaum ketika ini adalah pendapat, madzhab, dan agama mereka. mereka bukanlah bagian dari Islam sedikit pun. mereka adalah Al-Mariqoh (orang-orang yang keluar dari agama).

وَمِنْ أَسْمَاءِ الْخَوَارِجِ:

Di antara nama-nama Khowarij adalah:

* الْحَرُورِيَّةُ: وَهُمْ أَهْلُ حَرَوْرَاءَ.

Haruriyyah: Mereka adalah penduduk Haruro’ (nama tempat di dekat Kufah).

* وَالْأَزَارِقَةُ: وَهُمْ أَصْحَابُ نَافِعِ بْنِ الْأَزْرَقِ، وَقَوْلُهُمْ أَخْبَثُ الْأَقَاوِيلِ، وَأَبْعَدُهَا مِنَ الْإِسْلَامِ وَالسُّنَّةِ.

Azariqoh: Mereka adalah pengikut Nafi’ bin Al-Azroq. perkataan mereka adalah perkataan yang paling keji, dan paling jauh dari Islam dan Sunnah.

* وَالنَّجْدِيَّةُ: وَهُمْ أَصْحَابُ نَجْدَةَ بْنِ عَامِرٍ الْحَرُورِيِّ.

Najdiyyah: Mereka adalah pengikut Najdah bin ‘Amir Al-Haruri.

* وَالْإِبَاضِيَّةُ: وَهُمْ أَصْحَابُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ إِبَاضٍ.

Ibadhiyyah: Mereka adalah pengikut ‘Abdullah bin Ibadh.

* وَالصُّفْرِيَّةُ: وَهُمْ أَصْحَابُ دَاوُدَ بْنِ النُّعْمَانِ حِينَ قِيلَ لَهُ: إِنَّكَ صِفْرٌ مِنَ الْعِلْمِ.

Shufriyyah: Mereka adalah pengikut Dawud bin An-Nu’man, ketika dikatakan kepadanya: “Sungguh engkau kosong dari ilmu.”

* وَالْبَيْهَسِيَّةُ، وَالْمَيْمُونِيَّةُ، وَالْخَازِمِيَّةُ.

Baihasiyyah, dan Maimuniyyah, dan Khozimiyyah.

كُلُّ هَؤُلَاءِ خَوَارِجُ، فُسَّاقٌ، مُخَالِفُونَ لِلسُّنَّةِ، خَارِجُونَ مِنَ الْمِلَّةِ، أَهْلُ بِدْعَةٍ وَضَلَالَةٍ، وَهُمْ لُصُوصٌ قُطَّاعٌ قَدْ عَرَفْنَاهُمْ بِذَلِكَ.

Mereka semua adalah Khowarij, orang-orang fasik, yang menyimpang dari Sunnah, yang keluar dari agama, ahli bid’ah, dan kesesatan. mereka adalah pencuri dan perampok, sungguh kami telah mengenal mereka dengan itu.

* وَالشُّعُوبِيَّةُ: وَهُمْ أَصْحَابُ بِدْعَةٍ وَضَلَالَةٍ، وَهُمْ يَقُولُونَ: إِنَّ الْعَرَبَ وَالْمَوَالِيَ عِنْدَنَا وَاحِدٌ، لَا يَرَوْنَ لِلْعَرَبِ حَقًّا، وَلَا يَعْرِفُونَ لَهُمْ فَضْلًا، وَلَا يُحِبُّونَهُمْ، بَلْ يُبْغِضُونَ الْعَرَبَ، وَيُضْمِرُونَ لَهُمُ الْغِلَّ وَالْحَسَدَ وَالْبَغْضَةَ فِي قُلُوبِهِمْ، هَذَا قَوْلٌ قَبِيحٌ، ابْتَدَعَهُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْعِرَاقِ وَتَابَعَهُ نَفَرٌ يَسِيرٌ، فَقُتِلَ عَلَيْهِ.

Syu’ubiyyah: Mereka adalah ahli bid’ah dan kesesatan. Mereka berkata: “Sesungguhnya kaum ‘Arob dan maula (orang yang dulunya budak atau bukan ‘Arob) di sisi kami adalah sama,” mereka tidak memandang adanya hak bagi kaum ‘Arob, dan tidak mengetahui keutamaan mereka, dan tidak mencintai mereka. Sebaliknya, mereka membenci kaum ‘Arob, dan menyembunyikan di dalam hati mereka kebencian, kedengkian, dan permusuhan terhadap mereka. Ini adalah perkataan yang buruk, yang dibuat-buat oleh seorang laki-laki dari penduduk ‘Iraq, dan diikuti oleh sekelompok kecil orang. Lalu ia dibunuh karenanya.

* وَأَصْحَابُ الرَّأْيِ: وَهُمْ مُبْتَدِعَةٌ ضُلَّالٌ، أَعْدَاءُ السُّنَّةِ وَالْأَثَرِ، يَرَوْنَ الدِّينَ رَأْيًا وَقِيَاسًا وَاسْتِحْسَانًا، وَهُمْ يُخَالِفُونَ الْآثَارَ، وَيُبْطِلُونَ الْحَدِيثَ، وَيَرُدُّونَ عَلَى الرَّسُولِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ، وَيَتَّخِذُونَ أَبَا حَنِيفَةَ وَمَنْ قَالَ بِقَوْلِهِ إِمَامًا، يَدِينُونَ بِدِينِهِمْ، وَيَقُولُونَ بِقَوْلِهِمْ، فَأَيُّ ضَلَالَةٍ بِأَبْيَنَ مِمَّنْ قَالَ بِهَذَا، أَوْ كَانَ عَلَى مِثْلِ هَذَا، يَتْرُكُ قَوْلَ الرَّسُولِ وَأَصْحَابِهِ، وَيَتَّبِعُ رَأْيَ أَبِي حَنِيفَةَ وَأَصْحَابِهِ؟ فَكَفَى بِهَذَا غَيًّا وَطُغْيَانًا وَرَدًّا.

Ahlur Ro’yi (kelompok yang mengandalkan akal): Mereka adalah ahli bid’ah yang sesat, musuh-musuh Sunnah dan atsar (Hadits). Mereka memandang agama sebagai pendapat, qiyas (analogi), dan istihsan (menganggap baik). mereka menyelisihi atsar (Hadits). Mereka membatalkan Hadits, dan menolak Rosul . mereka menjadikan Abu Hanifah dan orang-orang yang berpendapat seperti perkataannya sebagai imam. Mereka beragama dengan agama mereka, dan berkata dengan perkataan mereka. Maka kesesatan mana yang lebih jelas daripada orang yang berkata seperti ini, atau yang berpendapat seperti ini? Ia meninggalkan perkataan Rosul dan para Shohabatnya, dan mengikuti pendapat Abu Hanifah dan para muridnya. Maka cukuplah ini sebagai kesesatan, kedzholiman, dan penolakan.

* وَالْوِلَايَةُ بِدْعَةٌ، وَالْبَرَاءَةُ بِدْعَةٌ؛ وَهُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ: نَتَوَلَّى فُلَانًا، وَنَتَبَرَّأُ مِنْ فُلَانٍ، وَهَذَا الْقَوْلُ بِدْعَةٌ فَاحْذَرُوهُ.

Wilayah (menganggap baik seseorang pemimpin) adalah bid’ah, dan Bara’ah (berlepas diri dari pemimpin lainnya) adalah bid’ah. mereka adalah orang-orang yang berkata: “Kami menganggap baik fulan, dan kami berlepas diri dari fulan.” perkataan ini adalah bid’ah, maka berhati-hatilah kalian darinya.

* فَمَنْ قَالَ بِشَيْءٍ مِنْ هَذِهِ الْأَقَاوِيلِ، أَوْ رَآهَا، أَوْ هَوِيَهَا، أَوْ رَضِيَهَا، أَوْ أَحَبَّهَا؛ فَقَدْ خَالَفَ السُّنَّةَ، وَخَرَجَ مِنَ الْجَمَاعَةِ، وَتَرَكَ الْأَثَرَ، وَقَالَ بِالْخِلَافِ، وَدَخَلَ فِي الْبِدْعَةِ، وَزَالَ عَنِ الطَّرِيقِ، وَمَا تَوْفِيقُنَا إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا، وَبِهِ اسْتَعَنَّا، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ.

Maka siapa yang mengucapkan salah satu dari perkataan ini, atau memandangnya, atau menyukainya, atau meridhoinya, atau mencintainya, maka sungguh ia telah menyelisihi Sunnah. ia telah keluar dari Al-Jama’ah (mayoritas kaum Muslimin). ia telah meninggalkan atsar (Hadits). ia telah berpendapat dengan penyimpangan. ia telah masuk ke dalam bid’ah. ia telah menyimpang dari jalan yang benar.

tidak ada taufiq bagi kita kecuali dari Alloh. Kepada-Nya kita bertawakkal, dan kepada-Nya kita memohon pertolongan, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Alloh.

Menjuluki Jelek Ahlus Sunnah

* وَقَدْ أَحْدَثَ أَهْلُ الْأَهْوَاءِ وَالْبِدَعِ وَالْخِلَافِ أَسْمَاءَ شَنِيعَةً قَبِيحَةً، فَسَمَّوْا بِهَا أَهْلَ السُّنَّةِ، يُرِيدُونَ بِذَلِكَ عَيْبَهُمْ وَالطَّعْنَ عَلَيْهِمْ، وَالْوَقِيعَةَ فِيهِمْ، وَالْإِزْرَاءَ بِهِمْ عِنْدَ السُّفَهَاءِ وَالْجُهَّالِ.

Ahli hawa dan ahli bid’ah serta ahli penyimpangan telah mengada-adakan nama-nama yang jelek lagi buruk, lalu mereka menamakan Ahlus Sunnah dengannya, mereka ingin dengan hal itu untuk mencela mereka, dan mencaci maki mereka, dan menjatuhkan mereka, dan merendahkan mereka di hadapan orang-orang yang bodoh dan awam.

* فَأَمَّا الْمُرْجِئَةُ فَإِنَّهُمْ يُسَمُّونَ أَهْلَ السُّنَّةِ شُكَّاكًا، وَكَذَبَتِ الْمُرْجِئَةُ، بَلْ هُمْ أَوْلَى بِالشَّكِّ، وَبِالتَّكْذِيبِ أَشْبَهُ.

Adapun kaum Murji’ah, maka sesungguhnya mereka menamakan Ahlus Sunnah sebagai syukkak (orang-orang yang ragu). kaum Murji’ah telah berdusta, bahkan mereka lebih pantas untuk diragukan, dan lebih mirip dengan kedustaan.

* وَأَمَّا الْقَدَرِيَّةُ: فَإِنَّهُمْ يُسَمُّونَ أَهْلَ السُّنَّةِ وَالْإِثْبَاتِ مُجَبِّرَةً، وَكَذَبَتِ الْقَدَرِيَّةُ، بَلْ هُمْ أَوْلَى بِالْكَذِبِ وَالْخِلَافِ، نَفَوْا قُدْرَةَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَنْ خَلْقِهِ، وَقَالُوا لَهُ مَا لَيْسَ بِأَهْلٍ لَهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى.

Adapun kaum Qodariyah, maka sesungguhnya mereka menamakan Ahlus Sunnah dan Ahli Itsbat (yang menetapkan takdir) sebagai mujbiroh (orang-orang yang dipaksa). kaum Qodariyah telah berdusta, bahkan mereka lebih pantas dengan kedustaan dan penyimpangan, mereka meniadakan kekuasaan Alloh –’Azza wa Jalla– atas makhluk-Nya, dan mereka mengatakan bagi-Nya apa yang Dia tidak pantas mendapatkannya –tabaroka wa ta’ala–.

* وَأَمَّا الْجَهْمِيَّةُ: فَإِنَّهُمْ يُسَمُّونَ أَهْلَ السُّنَّةِ مُشَبِّهَةً، وَكَذَبَتِ الْجَهْمِيَّةُ أَعْدَاءُ اللَّهِ، بَلْ هُمْ أَوْلَى بِالتَّشْبِيهِ وَالتَّكْذِيبِ، افْتَرَوْا عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ الْكَذِبَ، وَقَالُوا عَلَى اللَّهِ الزُّورَ وَالْإِفْكَ وَكَفَرُوا فِي قَوْلِهِمْ.

Adapun kaum Jahmiyah, maka sesungguhnya mereka menamakan Ahlus Sunnah sebagai musyabbihah (orang-orang yang menyerupakan Alloh dengan makhluk-Nya). kaum Jahmiyah, musuh-musuh Alloh, telah berdusta, bahkan mereka lebih pantas dengan penyerupaan dan pendustaan, mereka telah mengada-adakan kedustaan atas Alloh –’Azza wa Jalla–, dan mereka mengatakan perkataan kebohongan dan tuduhan dusta atas Alloh, dan mereka kafir dengan perkataan mereka.

* وَأَمَّا الرَّافِضَةُ: فَإِنَّهُمْ يُسَمُّونَ أَهْلَ السُّنَّةِ نَاصِبَةً، وَكَذَبَتِ الرَّافِضَةُ، بَلْ هُمْ أَوْلَى بِهَذَا الِاسْمِ؛ إِذْ نَاصَبُوا أَصْحَابَ مُحَمَّدٍ ﷺ السَّبَّ وَالشَّتْمَ، وَقَالُوا فِيهِمْ غَيْرَ الْحَقِّ، وَنَسَبُوهُمْ إِلَى غَيْرِ الْعَدْلِ كَذِبًا وَظُلْمًا، وَجُرْأَةً عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاسْتِخْفَافًا لِحَقِّ الرَّسُولِ ﷺ، وَهُمْ وَاللَّهِ أَوْلَى بِالتَّعْيِيرِ وَالِانْتِقَامِ مِنْهُمْ.

Adapun kaum Rofidhoh, maka sesungguhnya mereka menamakan Ahlus Sunnah sebagai nasibah (pembenci ahlul bait). kaum Rofidhoh telah berdusta, bahkan mereka yang lebih pantas dengan nama ini, karena mereka telah memasang permusuhan kepada para Shohabat Muhammad dengan mencaci dan mencela, dan mereka mengatakan tentang mereka selain kebenaran, dan mereka menisbatkan mereka kepada ketidakadilan dengan dusta, kezholiman, dan keberanian terhadap Alloh –’Azza wa Jalla–, dan meremehkan hak Rosul . demi Alloh, mereka lebih pantas untuk dicela dan dibalas dendam.

* وَأَمَّا الْخَوَارِجُ: فَإِنَّهُمْ يُسَمُّونَ أَهْلَ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ مُرْجِئَةً، وَكَذَبَتِ الْخَوَارِجُ فِي قَوْلِهِمْ، بَلْ هُمُ الْمُرْجِئَةُ، يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ عَلَى إِيمَانٍ وَحَقٍّ دُونَ النَّاسِ، وَمَنْ خَالَفَهُمْ كُفَّارٌ.

Adapun kaum Khowarij, maka sesungguhnya mereka menamakan Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagai murji’ah. kaum Khowarij telah berdusta dalam perkataan mereka, bahkan merekalah Murji’ah, mereka mengklaim bahwa mereka berada di atas keimanan dan kebenaran tanpa orang lain, dan siapa yang menyelisihi mereka, maka ia kafir.

* وَأَمَّا أَصْحَابُ الرَّأْيِ وَالْقِيَاسِ: فَإِنَّهُمْ يُسَمُّونَ أَصْحَابَ السُّنَّةِ، نَابِتَةً وَحَشْوِيَّةً، وَكَذَبَ أَصْحَابُ الرَّأْيِ أَعْدَاءُ اللَّهِ، بَلْ هُمُ النَّابِتَةُ وَالْحَشْوِيَّةُ، تَرَكُوا أَثَرَ الرَّسُولِ ﷺ وَحَدِيثَهُ، وَقَالُوا بِالرَّأْيِ، وَقَاسُوا الدِّينَ بِالِاسْتِحْسَانِ، وَحَكَمُوا بِخِلَافِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، وَهُمْ أَصْحَابُ بِدْعَةٍ، جَهَلَةٌ، ضُلَّالٌ، طُلَّابُ دُنْيَا بِالْكَذِبِ وَالْبُهْتَانِ.

Adapun ahlur ro’yi (kelompok yang mengandalkan akal) dan ahli qiyas (kelompok yang mengandalkan analogi), maka sesungguhnya mereka menamakan Ahlus Sunnah sebagai nabitah (orang yang baru belajar) dan hasyawiyah (orang bodoh yang hanya tahu tekstual). ahlur ro’yi, musuh-musuh Alloh, telah berdusta, bahkan merekalah nabitah dan hasyawiyah, mereka meninggalkan atsar (Hadits) Rosul dan Haditsnya, dan mereka berpendapat dengan ro’yi (pendapat), dan mereka meng-qiyas-kan agama dengan istihsan (menganggap baik), dan mereka menghukumi dengan menyelisihi Kitab dan Sunnah, dan mereka adalah ahli bid’ah, bodoh, sesat, dan pencari (dunia).

فَرَحِمَ اللَّهُ عَبْدًا قَالَ بِالْحَقِّ وَاتَّبَعَ الْأَثَرَ، وَتَمَسَّكَ بِالسُّنَّةِ، وَاقْتَدَى بِالصَّالِحِينَ، وَجَانَبَ أَهْلَ الْبِدَعِ وَتَرَكَ مُجَالَسَتَهُمْ وَمُحَادَثَتَهُمْ احْتِسَابًا وَطَلَبًا لِلْقُرْبَةِ مِنَ اللَّهِ وَإِعْزَازِ دِينِهِ، وَمَا تَوْفِيقُنَا إِلَّا بِاللَّهِ.

Maka semoga Alloh merohmati seorang hamba yang berkata dengan kebenaran, mengikuti atsar (Hadits), berpegang teguh pada Sunnah, meneladani orang-orang sholih, dan menjauhi ahli bid’ah, serta meninggalkan duduk-duduk dan berbicara dengan mereka demi mencari pahala dan mendekatkan diri kepada Alloh dan memuliakan agama-Nya. tidak ada taufiq bagi kami kecuali dari Alloh.

اللَّهُمَّ ادْحَضْ بَاطِلَ الْمُرْجِئَةِ، وَأَوْهِنْ كَيْدَ الْقَدَرِيَّةِ، وَأَزِلْ دَوْلَةَ الرَّافِضَةِ، وَامْحَقْ شُبَهَ أَصْحَابِ الرَّأْيِ، وَاكْفِنَا مُؤْنَةَ الْخَارِجِيَّةِ، وَعَجِّلِ الِانْتِقَامَ مِنَ الْجَهْمِيَّةِ.

Ya Alloh, hancurkanlah kebatilan Murji’ah, lemahkanlah tipu daya Qodariyah, lenyapkanlah kekuasaan Rofidhoh, hapuskanlah keraguan ahlur ro’yi, lindungilah kami dari kejahatan Khowarij, dan segerakanlah pembalasan terhadap Jahmiyah.

***

Pentahqiq berkata:

Dengan ini akidah ini berakhir. segala puji bagi Alloh Robb semesta alam.

وَصَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

semoga sholawat dan salam serta keberkahan terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, dan kepada keluarga serta seluruh Shohabatnya.

***


 



[1] Khilafah pada asalnya memang disyaratkan dari Quroisy sesuai hadits Nabi , dan hal itu berlaku pada masa kekhalifahan setelah beliau; namun setelah khilafah runtuh, kepemimpinan umat tetap sah meski dipegang oleh selain Quroisy, baik dalam bentuk raja maupun presiden, selama mereka Muslim, menjaga agama, serta tidak menampakkan kekufuran yang nyata, karena tujuan utama imamah adalah menjaga persatuan, keamanan, dan kemaslahatan umat, sehingga kepemimpinan raja-raja Arab atau presiden Muslim masa kini tetap sah secara syariat meskipun tidak memenuhi syarat Quroisy.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url