[PDF] Biografi Abu Ubaidah bin Al-Jarroh - Manusia Paling Amanah dari Ummat | Nor Kandir
Abu Ubaidah bin
Al-Jarroh
Hati akan hidup dengan
menyebut orang-orang sholih dari hamba-hamba Alloh ﷻ, apalagi jika mereka adalah orang-orang
terbaik dari umat ini. Yaitu orang-orang yang hidup pada masa turunnya wahyu,
menemani Rosul ﷺ, menyebarkan Islam, memimpin
untuk menjadikan mereka teladan, dan membuat marah orang-orang munafik. Ini
adalah beberapa cuplikan dari perjalanan hidup salah satu dari mereka, yaitu
tentang keutamaan, kebaikan, kezuhudan, akhlak, jihad, pengorbanan, serta
kedermawanan dan infaqnya.
Dia termasuk golongan
orang-orang yang pertama masuk Islam sebelum Nabi ﷺ masuk ke rumah Al-Arqom bin Al-Arqom. Allah berfirman:
وَالسَّابِقُونَ
الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Dan orang-orang yang
terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari (golongan) Muhajirin dan
Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh rida kepada
mereka dan mereka pun ridho kepada Alloh. Dan Alloh menyediakan bagi mereka
Jannah-Jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Taubah: 100)
Dia adalah salah satu
dari kaum Muhajirin, berperang bersama Rosululloh ﷺ, dan memimpin para Shohabat dan Tabi’in dalam
pertempuran-pertempuran besar. Cukup baginya keutamaan: bahwa Nabi ﷺ telah bersaksi baginya masuk Jannah. Dia adalah Abu Ubaidah
Amir bin Al-Jarroh, orang yang terpercaya bagi umat ini Rodhiyallahu ‘Anhu.
Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan bahwa Rosululloh ﷺ bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ
أُمَّةٍ أَمِينًا، وَإِنَّ أَمِينَنَا -أَيَّتُهَا الأُمَّة- أَبُو عُبَيْدَةَ عَامِرُ
بْنُ الجَرَّاحِ
“Sesungguhnya setiap umat
punya orang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya bagi kita —wahai umat—
adalah Abu Ubaidah Amir bin Al-Jarroh.” (HR. Asy-Syaikhon)
Umar bin Al-Khoththob Rodhiyallahu
‘Anhu berkata,
مَا تَعَرَّضْتُ
لِلْإِمَارَةِ وَمَا أَحْبَبْتُهَا، غَيْرَ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ أَتَوْا
رَسُولَ اللهِ ﷺ فَاشْتَكُوا إِلَيْهِ عَامِلَهُمْ، فَقَالَ: «لَأَبْعَثَنَّ عَلَيْكُمُ
الأَمِينَ»، قَالَ عُمَرُ: فَكُنْتُ فِيمَنْ تَطَاوَلَ رَجَاءَ أَنْ يَبْعَثَنِي، فَبَعَثَ
أَبَا عُبَيْدَةَ
“Aku tidak pernah meminta
kepemimpinan dan aku tidak menyukainya, tetapi ada sekelompok orang dari
penduduk Najron datang menemui Rosululloh ﷺ lalu
mengeluhkan amil (petugas penarik Zakat) mereka. Nabi ﷺ lalu bersabda, ‘Aku akan mengutus orang yang terpercaya untuk
kalian.’ Umar berkata, ‘Aku termasuk orang yang berharap ditunjuk, ternyata
Nabi ﷺ menunjuk Abu Ubaidah.’” (HR. Al-Hakim, dia
menshohihkannya dan Adz-Dzahabi menyetujuinya)
Ketika Mu’adz bin Jabal
mendengar bahwa sebagian penduduk Syam menganggap Abu Ubaidah lemah pada masa
pengepungan Damaskus, dan lebih mengunggulkan Kholid bin Al-Walid daripadanya,
Mu’adz marah dan berkata,
أَبِأَبِي عُبَيْدَةَ
يُظَنّ؟! وَاللهِ إِنَّهُ لَمْنَ خَيْرَةِ مَنْ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ
“Apakah kalian
berprasangka buruk kepada Abu Ubaidah?! Demi Alloh, sungguh dia adalah salah satu
yang terbaik berjalan di muka bumi.”
Abu Ubaidah tidak
mencapai kedudukan yang mulia di sisi Alloh ﷻ, di sisi Rosul-Nya ﷺ, dan di sisi para Shohabat Rodhiyallahu ‘Anhum, kecuali
karena dia adalah orang yang pertama masuk Islam, pengorbanannya dengan segala
yang berharga di jalan Alloh ﷻ, dengan kezuhudan di dunia dan mengutamakan agama Alloh ﷻ daripada kepentingan dirinya sendiri, dan
karena akhlak dan tabiatnya yang baik.
Adapun jihad di jalan
Alloh ﷻ,
sungguh dia ikut dalam pertempuran bersama Rosululloh ﷺ.
Ketika Rosululloh ﷺ wafat, Abu Ubaidah tetap berjihad di masa kekholifahan
Ash-Shiddiq Rodhiyallahu ‘Anhu, dan awal kekholifahan Al-Faruq Rodhiyallahu
‘Anhu hingga dia menjadi pemimpin pasukan, dan komandan Muslimin dalam
Pertempuran Al-Yarmuk yang mana Alloh menghancurkan pasukan Romawi dan membunuh
banyak dari mereka.
Sungguh dia Rodhiyallahu
‘Anhu memiliki posisi yang dikenal dan kepahlawanan yang terpuji selama
jihadnya yang panjang. Dia tetap teguh dalam Perang Uhud bersama Rosululloh ﷺ ketika orang-orang lari. Dia adalah orang yang mencabut 2 (dua)
mata rantai topi besi dari pipi Rosululloh ﷺ dengan
2 (dua) gigi depannya, hingga gigi depannya copot. Dia merasakan sakit demi
Rosululloh ﷺ. Tapi giginya yang ompong
terlihat bagus sehingga dikatakan, “Tidak pernah terlihat ompong yang lebih
bagus daripada ompong Abu Ubaidah.” Ini adalah contoh yang diberikan Abu
Ubaidah dalam kecintaannya kepada Rosululloh ﷺ, dan
pengorbanannya untuknya dengan segala sesuatu.
Dalam riwayat lain,
Al-Mughiroh berkata kepada Abu Ubaidah Rodhiyallahu ‘Anhu, “Sesungguhnya
Rosululloh ﷺ telah mengangkatmu sebagai
pemimpin kami, dan Ibnu An-Nabighoh tidak punya urusan denganmu, maksudnya Amru
bin Al-‘Ash.” Abu Ubaidah berkata,
إِنَّ رَسُولَ
اللهِ ﷺ أَمَرَنَا أَن نَتَطَاوَعَ، فَأَنَا أُطِيعُهُ لِقَوْلِ رَسُولِ اللهِ ﷺ
“Sesungguhnya
Rosululloh ﷺ memerintahkan kami untuk saling
menaati, maka aku menaatinya karena ucapan Rosululloh ﷺ.”
Dia menang atas dirinya
sendiri dan hawa nafsunya, mengalahkan setan, dan tidak menjadikan perselisihan
sebagai tempat. Kemenangan atas diri sendiri inilah yang membuat pasukan para
Shohabat Rodhiyallahu ‘Anhum menang atas kekuatan kezoliman dan serangan
dari orang-orang musyrik Arab, orang-orang munafik, orang-orang Yahudi, Persia,
dan Romawi. Islam telah menghancurkan kezoliman pemimpin dan politisi mereka,
dan banyak dari mereka masuk ke dalam agama Alloh ﷻ berbondong-bondong.
Orang-orang musyrik Arab
dengan keberanian mereka, orang-orang munafik dengan intrik mereka, orang-orang
Yahudi dengan tipu daya dan pengkhianatan mereka, serta Persia dan Romawi
dengan jumlah dan peralatan mereka, tidak mampu bertahan di hadapan pasukan
Islam. Karena individu-individu mereka menang atas diri mereka sendiri, dan
mengalahkan keinginan mereka demi Islam. Intrik-intrik tidak berguna bagi
mereka, konspirasi dan tipu daya tidak bermanfaat bagi mereka, sehingga mereka
menjadi satu barisan melawan musuh-musuh mereka, meskipun jumlah dan
perlengkapannya sedikit. Tapi minoritas seperti Abu Ubaidah Rodhiyallahu
‘Anhu ini kuat dari dalam, kokoh dalam bangunannya, kekuatan musuh akan
runtuh di hadapan mereka, tidak peduli siapa mereka.
Nama Abu Ubaidah
Dia adalah: Amir
bin Abdullah bin Al-Jarroh bin Hilal bin Fihr.
Nama kun-yahnya adalah
Abu Ubaidah dan ini ia biasanya dipanggil.
Ibu Abu Ubaidah
Umaimah binti Ghonam bin Jabir bin Umairoh. (Ath-Thobaqot
Al-Kubro, Ibnu Sa’ad, 3/312)
Sifat Fisik Abu
Ubaidah
Abu Ubaidah bin Al-Jarroh
Rodhiyallahu ‘Anhu adalah seorang laki-laki yang kurus, wajahnya cekung,
janggutnya tipis, tinggi, condong ke depan, punggungnya membungkuk, 2 gigi
depannya ompong. Kedua gigi depannya copot dari akarnya. Dia menyemir rambut
kepala dan janggutnya dengan hina dan katam. (Ath-Thobaqot Al-Kubro, Ibnu Sa’ad,
3/312)
Masuk Islamnya
Abu Ubaidah
Yazid bin Ruman berkata, “Utsman
bin Madz’un, Ubaidah bin Al-Harits, Abdurrohman bin Auf, Abu Salamah bin Abdul
Asad, dan Abu Ubaidah bin Al-Jarroh pergi menemui Rosululloh ﷺ. Rosululloh ﷺ
menawarkan Islam kepada mereka dan memberitahu mereka tentang
syariat-syariatnya. Mereka pun masuk Islam pada saat yang bersamaan. Itu
terjadi sebelum Rosululloh ﷺ masuk
ke rumah Al-Arqom bin Abi Al-Arqom.” (Ath-Thobaqot Al-Kubro, Ibnu Sa’ad,
3/313, Siyar A’lam An-Nubala, Adz-Dzahabi, 1/7-8)
Keutamaan Abu
Ubaidah
1. At-Tirmidzi
meriwayatkan dari Abdurrohman bin Auf Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Rosululloh
ﷺ bersabda,
أبو بكر في الجنة،
وعمر في الجنة، وعثمان في الجنة، وعلي في الجنة، وطلحة في الجنة، والزبير في الجنة،
وعبدالرحمن بن عوف في الجنة، وسعد بن أبي وقاص في الجنة، وسعيد بن زيد في الجنة، وأبو
عبيدة بن الجراح في الجنة
‘Abu Bakr di Jannah, Umar
di Jannah, Utsman di Jannah, Ali di Jannah, Tholhah di Jannah, Az-Zubair di
Jannah, Abdurrohman bin Auf di Jannah, Sa’ad bin Abi Waqqosh di Jannah, Sa’id
bin Zaid di Jannah, dan Abu Ubaidah bin Al-Jarroh di Jannah.’” (Hadits
Shohih, Shohih Sunan At-Tirmidzi, Al-Albani, hadits: 2946)
2. Asy-Syaikhon
meriwayatkan dari Hudzaifah Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata,
جاء أهل نجران
إلى النبي ﷺ فقالوا: ابعث لنا رجلًا أمينًا، فقال: لأَبْعَثَنَّ إليكم رجلًا أمينًا
حق أمين، فاستشرف له الناس، فبعث أبا عبيدة بن الجراح
“Penduduk Najron datang
menemui Nabi ﷺ lalu mereka berkata, ‘Kirimkan
kepada kami seorang laki-laki yang terpercaya.’ Nabi ﷺ berkata, ‘Sungguh aku akan mengirimkan kepada kalian seorang
laki-laki yang sangat terpercaya.’ Orang-orang lalu memandang kepadanya, lalu
Nabi ﷺ mengutus Abu Ubaidah bin
Al-Jarroh.” (HR. Al-Bukhori no. 4381 dan Muslim no. 2420)
3. Asy-Syaikhon
meriwayatkan dari Anas, dari Nabi ﷺ, dia
bersabda,
لكل أمة أمين،
وأمين هذه الأمة أبو عبيدة بن الجراح
“Setiap umat punya
seorang yang terpercaya, dan yang terpercaya di umat ini adalah Abu Ubaidah bin
Al-Jarroh.” (HR. Al-Bukhori no. 4382 dan Muslim no. 2419)
4. At-Tirmidzi
meriwayatkan dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Rosululloh
ﷺ bersabda,
نعم الرجل أبو
بكر، نعم الرجل عمر، نعم الرجل أبو عبيدة بن الجراح، نعم الرجل أسيد بن حضير، نعم الرجل
ثابت بن قيس بن شماس، نعم الرجل معاذ بن جبل، نعم الرجل معاذ بن عمرو بن الجموح
‘Sebaik-baik laki-laki
adalah Abu Bakr, sebaik-baik laki-laki adalah Umar, sebaik-baik laki-laki
adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarroh, sebaik-baik laki-laki adalah Usaid bin
Hudhoir, sebaik-baik laki-laki adalah Tsabit bin Qois bin Syammas, sebaik-baik
laki-laki adalah Mu’adz bin Jabal, sebaik-baik laki-laki adalah Mu’adz bin Amru
bin Al-Jamuh.’” (Hadits Shohih, Shohih Sunan At-Tirmidzi, Al-Albani, hadits:
2984)
5. Muslim meriwayatkan
dari Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, dia ditanya, “Siapa yang akan Rosululloh
ﷺ jadikan pengganti jika dia menjadikannya
pengganti?” Aisyah berkata, “Abu Bakr.” Lalu ditanya, “Kemudian siapa setelah
Abu Bakr?” Dia berkata, “Umar.” Kemudian ditanya, “Siapa setelah Umar?” Dia
berkata, “Abu Ubaidah bin Al-Jarroh,” lalu dia berhenti. (HR. Muslim no.
2385)
6. At-Tirmidzi
meriwayatkan dari Abdullah bin Syaqiq, dia berkata, “Aku berkata kepada Aisyah Rodhiyallahu
‘Anha, ‘Siapa dari para Shohabat Nabi ﷺ yang
paling dia cintai?’ Dia berkata, ‘Abu Bakr.’ Aku berkata, ‘Lalu siapa?’ Dia
berkata, ‘Kemudian Umar.’ Aku berkata, ‘Kemudian siapa?’ Dia berkata, ‘Kemudian
Abu Ubaidah bin Al-Jarroh.’ Aku berkata, ‘Kemudian siapa?’ Aisyah pun diam.” (Hadits
Shohih, Shohih Sunan At-Tirmidzi, Al-Albani, hadits: 2892)
7. Adz-Dzahabi berkata,
كان أبو عبيدة
معدودًا فيمن جمع حفظ القرآن العظيم
“Abu Ubaidah termasuk
orang yang telah menghafal Al-Qur’anul Azhim (yakni 30 juz).” (Siyar A’lam
An-Nubala, Adz-Dzahabi, 1/15-16)
Ilmu Abu Ubaidah
Abu Ubaidah meriwayatkan
15 (lima belas) Hadits sebagaimana dalam Musnad Baqi bin Makhlad. Dia punya 1
Hadits di kitab Shohih Muslim, juga 1 Hadits di Sunan At-Tirmidzi.
Yang meriwayatkan Hadits
darinya adalah Al-‘Irbadh bin Sariyah, Jabir bin Abdillah, Abu Umamah
Al-Bahili, Samuroh bin Jundub, Aslam mantan budak Umar bin Al-Khoththob,
Abdurrohman bin Ghonam, dan yang lainnya. (Siyar A’lam An-Nubala,
Adz-Dzahabi, 1/6)
Akhlak Abu
Ubaidah
Musa bin Uqbah berkata, “Nabi
ﷺ menunjuk Amr bin Al-‘Ash sebagai pemimpin
Perang Dzatus Salasil, yang berlokasi di pinggiran awal Syam. Amr merasa takut
(karena jumlah musuh), lalu dia mengirim permintaan bantuan. Nabi ﷺ pun menunjuk orang-orang dari kaum Muhajirin yang pertama. Abu Bakr
dan Umar meminta ditunjuk bersama beberapa orang lainnya. Nabi ﷺ menunjuk Abu Ubaidah bin Al-Jarroh sebagai bantuan bagi Amr bin
Al-‘Ash. Ketika mereka tiba di hadapan Amr, Amr berkata, ‘Aku adalah pemimpin
kalian.’ Para Muhajirin berkata, ‘Kamu adalah pemimpin sahabat-sahabatmu, dan
Abu Ubaidah adalah pemimpin para Muhajirin.’ Amru berkata, ‘Kalian adalah
bantuanku.’ Ketika Abu Ubaidah melihatnya, dan dia adalah orang yang mulia
akhlaknya dan selalu mengikuti perintah dan janji Rosululloh ﷺ, dia berkata:
تَعْلَمُ يَا
عَمْرُو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ لِي: إِنْ قَدِمْتَ عَلَى صَاحِبِكَ فَتَطَاوَعَا،
وَإِنَّكَ إِنْ عَصَيْتَنِي أَطَعْتُكَ
Wahai Amr, kamu tahu
bahwa Rosululloh ﷺ berkata kepadaku:
“Jika kamu mendatangi temanmu (yakni Amr), maka salinglah kerjasama.” Sungguh
jika kamu tidak menaatiku, aku akan menaatimu. (Al-Ishobah, Ibnu Hajar
Al-Asqolani, 2/244)
Hijroh Abu
Ubaidah
Abu Ubaidah bin Al-Jarroh
Rodhiyallahu ‘Anhu berhijroh ke Habasyah lalu ke Madinah. Rosululloh ﷺ mempersaudarakan dia dengan Sa’ad bin Mu’adz. (Al-Ishobah,
Ibnu Hajar Al-Asqolani, 2/244)
Ketakutan Abu
Ubaidah
Qotadah berkata, “Abu
Ubaidah bin Al-Jarroh berkata, ‘Sungguh aku berharap menjadi seekor kambing
jantan, lalu keluargaku menyembelihku, lalu memakan dagingku, lalu meminum
kuahku.’” (Ath-Thobaqot Al-Kubro, Ibnu Sa’ad, 3/315)
Meskipun amal-amalnya
yang agung, kedudukannya yang pertama dalam Islam, dan jihadnya yang panjang,
dia tidak merasa aman dari makar Alloh ﷻ. Bersamaan dengan harapannya kepada Alloh ﷻ, dia takut kepada-Nya, dia berkata Rodhiyallahu
‘Anhu, “Sungguh aku berharap menjadi seekor kambing jantan, lalu keluargaku
menyembelihku, lalu memakan dagingku, lalu meminum kuahku.”
Ini diucapkan oleh Abu
Ubaidah Rodhiyallahu ‘Anhu, dan dia takut kepada Alloh ﷻ dengan ketakutan ini, padahal dia adalah
seorang yang menemani Rosululloh ﷺ,
seorang yang pertama masuk Islam, zuhud di dunia, dan berjihad di jalan Alloh ﷻ. Lalu apa yang bisa kita katakan?!
Zuhud Abu
Ubaidah
Umar bin Al-Khoththob
mengirim uang 4.000 dirham (≈ Rp 154,7 juta). dan 400 dinar (≈ Rp 2,04 miliar) kepada
Abu Ubaidah. Dia berkata kepada utusannya, “Lihat apa yang dia lakukan.” Utusan
itu berkata, “Abu Ubaidah membagikannya.” Dia berkata, “Kemudian Umar mengirim
uang yang sama kepada Mu’adz dan mengatakan hal yang sama kepada utusannya. Mu’adz
pun membagikannya kecuali sedikit. Istrinya berkata, ‘Kita membutuhkannya.’”
Ketika sang utusan memberi tahu Umar, dia berkata,
الحَمْدُ لِلهِ
الَّذِي جَعَلَ فِي الإِسْلَامِ مَنْ يَصْنَعُ هَذَا
“Segala puji bagi Alloh
yang menjadikan di dalam Islam orang yang melakukan hal ini.” (Ath-Thobaqot
Al-Kubro, Ibnu Sa’ad, 3/315-316)
Sungguh Abu Ubaidah Rodhiyallahu
‘Anhu adalah orang yang zuhud terhadap dunia. Kezuhudannya adalah
kenyataan, bukan dibuat-buat dan bukan kepura-puraan, dan bukan zuhud karena
kekurangan, tetapi karena kekayaan dan kelapangan. Dia adalah pemimpin Syam
untuk Umar bin Al-Khoththob Rodhiyallahu ‘Anhu. Umar datang ke Syam
untuk memeriksa keadaan orang-orang, lalu dia berkata kepada Abu Ubaidah, “Ayo
kita pergi ke rumahmu.” Dia berkata, “Apa yang akan kamu lakukan di rumahku?!
Kamu hanya ingin melihatku menangis.” Umar berkata, “Aku masuk, lalu aku tidak
melihat apa-apa.” Umar berkata, “Di mana barang-barangmu?! Aku hanya melihat
karung, mangkok, dan tempat minum. Dan kamu adalah seorang pemimpin?! Apa kamu
punya makanan?!” Abu Ubaidah lalu berdiri menuju karung dan mengambil beberapa
potongan roti darinya. Umar pun menangis. Lalu Abu Ubaidah berkata kepadanya, “Sudah
aku katakan kepadamu bahwa kamu akan menangis melihatku wahai Amirul Mu’minin.
Cukup bagimu apa yang membuatmu bisa beristirahat.” Umar berkata, “Dunia telah
mengubah kita semua, kecuali kamu wahai Abu Ubaidah.”
Betapa luar biasanya
jiwa-jiwa agung itu yang dikuasai oleh para pemiliknya, lalu mereka mengikatnya
dan mewajibkannya untuk berpegang pada Kitab Alloh ﷻ dan Sunnah Rosul-Nya ﷺ. Mereka tidak peduli dengan dunia padahal dunia sudah ada di
bawah kaki mereka, dan mereka menguasainya dengan tangan mereka. Dengan
demikian, bumi tunduk kepada mereka, dan mereka membebaskan banyak negeri.
Jihad Abu
Ubaidah
Abu Ubaidah Rodhiyallahu
‘Anhu ikut Perang Badar, Uhud, dan semua pertempuran bersama Rosululloh ﷺ. Abu Ubaidah adalah salah satu dari para komandan yang dikirim
ke Syam, mereka adalah yang membebaskan Damaskus. Ketika Umar bin Al-Khoththob
berkuasa, dia memecat Kholid bin Al-Walid dan mengangkat Abu Ubaidah. Lalu Kholid
berkata,
ولِيَ عليكم أمين
هذه الأمة
“Telah diangkat seorang
yang terpercaya bagi umat ini sebagai pemimpin kalian.” Abu Ubaidah lalu
berkata, “Aku mendengar Rosululloh ﷺ
bersabda,
إن خالدًا لَسيف
من سيوف الله
‘Sesungguhnya Kholid
adalah salah satu dari pedang-pedang Alloh.’” (Asad Al-Ghoobah, Ibnul Atsir,
3/23, Shifatush Shofwah, Ibnul Jauzi, 1/365)
Abu Ubaidah
dalam Perang Badar
Contoh lain dari
pengorbanan Abu Ubaidah Rodhiyallahu ‘Anhu yang jarang ditemukan pada
manusia, contoh ini menunjukkan dengan jelas bahwa agama Alloh ﷻ di hati Abu Ubaidah lebih penting daripada
hal lainnya. Dia tidak setia kecuali karena Alloh, dan dia tidak memusuhi
kecuali karena-Nya yang Mahasuci.
Ayah (kafir) dari Abu
Ubaidah bin Al-Jarroh Rodhiyallahu ‘Anhu menghadang anaknya yaitu Abu
Ubaidah pada Perang Badar. Abu Ubaidah lalu menjauhinya. Ketika ayahnya
terus-terusan mengganggunya, Abu Ubaidah mendatanginya dan membunuhnya. Lalu
Alloh ﷻ
menurunkan ayat ini mengenai dirinya saat dia membunuh ayahnya:
﴿لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ
أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ
الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ
حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾
“Kamu tidak akan
menemukan suatu kaum yang beriman kepada Alloh dan hari Akhir, saling berkasih
sayang dengan orang-orang yang menentang Alloh dan Rosul-Nya, sekalipun
orang-orang itu bapak-bapak mereka, atau anak-anak mereka, atau saudara-saudara
mereka, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang di dalam
hatinya telah ditanamkan Alloh keimanan dan Alloh telah menguatkan mereka
dengan ruh (pertolongan) dari-Nya. Dan Alloh akan memasukkan mereka ke dalam
Jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Alloh
ridho kepada mereka, dan mereka pun ridho kepada-Nya. Mereka itulah golongan
Alloh. Ketahuilah, sesungguhnya golongan Alloh itulah yang beruntung.” (QS.
Al-Mujadilah: 22) (Hilyatul Auliya, Abu Nu’aim Al-Ashbahani, 1/101)
Abu Ubaidah membunuh
ayahnya pada pertempuran pertama dalam Islam antara keimanan dan kekufuran.
Untuk membuktikan bahwa agama Alloh ﷻ tidak ada kompromi di dalamnya, untuk
menanamkan rasa takut di hati orang-orang musyrik, dan untuk memberi tahu mereka
bahwa Mu’minin memiliki kesiapan yang sempurna untuk mengorbankan orang yang
paling dekat, dan segala yang berharga dan mahal di jalan Alloh ﷻ.
Ini adalah keimanan dan
keyakinan, lalu bagaimana jika ditambah dengan mengutamakan agama Alloh ﷻ daripada kepentingan diri dan hawa nafsu.
Dan tidak ada yang bisa mewujudkan ini kecuali hamba-hamba Alloh ﷻ yang tulus.
Abu Ubaidah
dalam Perang Uhud
Ibnu Sa’ad meriwayatkan
dari Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, dia berkata, “Abu Bakr Ash-Shiddiq
berkata, ‘Ketika Perang Uhud, wajah Rosululloh ﷺ terluka
karena 2 mata rantai dari topi besi yang dipakai di kepala masuk ke tulang
pipinya. Aku pun bergegas lari menuju Rosululloh ﷺ. Tiba-tiba ada seseorang yang datang dari arah timur terbang
bagai burung. Aku berkata, ‘Ya Alloh, jadikanlah ia kabar gembira.’ Sampai kami
menemui Rosululloh ﷺ, ternyata Abu Ubaidah bin
Al-Jarroh mendahuluiku. Dia berkata, ‘Aku memohon kepadamu dengan nama Alloh
wahai Abu Bakr, biarkan aku yang mencabutnya dari pipi Rosululloh ﷺ.’ Abu Bakr berkata, ‘Aku pun membiarkannya.’ Abu Ubaidah lalu
mengambil salah satu mata rantai topi besi itu dengan salah satu gigi depannya,
lalu mencabutnya. Dia pun terjatuh ke belakang dan gigi depan Abu Ubaidah
copot. Lalu dia mengambil mata rantai yang lain dengan gigi depan yang lainnya,
lalu gigi itu pun copot. Jadilah Abu Ubaidah seorang yang ompong dan Abu
Ubaidah adalah manusia yang paling baik ompongnya.’” (Ath-Thobaqot Al-Kubro,
Ibnu Sa’ad, 3/313)
Abu Ubaidah
Pemimpin Perang Al-Khobth
Jabir bin Abdillah
berkata, “Rosululloh ﷺ mengutus kami bersama Abu
Ubaidah bin Al-Jarroh dan kami 300 lebih beberapa orang. Rosululloh ﷺ membekali kami 1 (satu) karung kurma. Maka Abu Ubaidah memberikan kami segenggam-segenggam darinya.
Ketika kami menghabiskannya, dia memberi kami sebutir demi sebutir. Ketika kami
tidak lagi memiliki apapun, kami merasa sangat kelaparan. Kemudian kami memukul-mukul
pohon dengan busur kami untuk merontokkan daunnya, lalu kami memakannya dan
meminum air di atasnya sampai kami dijuluki pasukan Al-Khobth (memukul-mukul
pohon). Kemudian kami mengambil jalur di pinggir pantai. Lalu kami melihat
hewan mati seperti bukit yang disebut Al-Anbar. Abu Ubaidah berkata, ‘Ini
bangkai, jangan kalian makan.’ Kemudian dia berkata, ‘Tetapi kita pasukan Rosululloh
ﷺ yang di jalan Alloh, dan kita darurat.’
Kami lalu memakannya selama 20 malam atau 15 malam. Sungguh 13 orang di antara
kami duduk di tempat matanya dan Abu Ubaidah menegakkan salah satu tulang
rusuknya, lalu dia meletakkannya di atas unta yang paling besar. Ketika kami
sampai di hadapan Rosululloh ﷺ, beliau
bertanya, “Apa yang menahan kalian (untuk segera kembali pulang)?” Abu Ubaidah
menjawab, “Kami mengejar unta-unta Quroisy.” Lalu kami menceritakan kisah hewan
itu kepada beliau. Rosululloh ﷺ
berkata, “Itu adalah rizqi yang diberikan Alloh kepada kalian. Apakah kalian
membawa sesuatu darinya?” Kami menjawab, “Ya.’” (Ath-Thobaqot Al-Kubro, Ibnu
Sa’ad, 3/314)
Khobth: Memukul pohon dengan tongkat agar daunnya
rontok, dan nama daun yang rontok itu adalah khobth. (An-Nihayah fi
Ghorib Al-Hadits, Ibnul Atsir, 2/11)
Abu Ubaidah
Menggelorakan Jihad
Aslam mantan budak Umar
bin Al-Khoththob berkata, “Telah sampai berita kepada Umar bahwa Abu Ubaidah
terkepung di Syam, dan musuh mengalahkannya. Umar pun menulis surat kepadanya, ‘Amma
ba’du, sesungguhnya tidak ada kesulitan yang menimpa seorang hamba Mu’min
kecuali Alloh akan menjadikan kelapangan setelahnya. Dan sungguh 1 (satu)
kesulitan tidak akan mengalahkan 2 (dua) kemudahan.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
“Wahai orang-orang
beriman, sabarlah dan kuatkan kesabaran kalian. Ribatlah dan bertaqwalah agar
kalian beruntung.” (QS. Ali Imron: 200)
Aslam berkata, ‘Abu
Ubaidah lalu menulis surat kepadanya, ‘Amma ba’du, sesungguhnya Alloh
berfirman,
اعْلَمُوا أَنَّمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ
فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ
يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ
وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ
الْغُرُورِ
(QS. Al-Hadid: 20).’
Aslam berkata, ‘Umar pun
keluar membawa suratnya, lalu membacakannya di atas mimbar. Dia berkata,
يا أهل المدينة،
إنما يُعرِّض بكم أبو عبيدة، أو بي، ارغبوا في الجهاد
‘Wahai penduduk Madinah,
sesungguhnya Abu Ubaidah menyindir kalian atau aku, ayo Jihad!’” (Siyar
A’lam An-Nubala, Adz-Dzahabi, 1/15-16)
Kedudukannya di
Sisi Abu Bakr
Ahmad meriwayatkan dari
Ibnu Abbas (dari Umar) bahwa Abu Bakr Ash-Shiddiq Rodhiyallahu ‘Anhu
berkata kepada kaum Muhajirin dan Anshor di Saqifah Bani Sa’idah,
قد رضيتُ لكم
أحد هذين الرجلين أيهما شئتم
“Sungguh aku ridho kepada
kalian salah satu dari 2 (dua) orang ini, siapa saja yang kalian kehendaki.”
Lalu dia memegang tanganku (Umar) dan tangan Abu Ubaidah bin Al-Jarroh. (Hadits
Shohih, Musnad Ahmad, 1/453)
Abu Ubaidah mengambil
alih Baitul Mal Muslimin pada masa kekholifahan Abu Bakr Ash-Shiddiq. (Siyar
A’lam An-Nubala, Adz-Dzahabi, 1/15)
Kedudukannya di
Sisi Umar
1. Ahmad meriwayatkan
dari Syuroih bin Ubaid dan Rosyid bin Sa’ad dan yang lainnya, mereka berkata, “Ketika
Umar bin Al-Khoththob Rodhiyallahu ‘Anhu tiba di Sargh, dia diberi tahu
bahwa di Syam ada wabah yang parah. Dia berkata,
إن أدركني أجلي
وأبو عبيدة بن الجراح حيٌّ استخلفته، فإن سألني الله: لم استخلفته على أمة محمد صلى
الله عليه وسلم؟ قلت: إني سمعت رسولك صلى الله عليه وسلم يقول: إن لكل نبي أمينًا،
وأميني أبو عبيدة بن الجراح، فأنكر القوم ذلك، وقالوا: ما بال عُليا قريش؛ يعنون: بني
فهر، ثم قال: فإن أدركني أجلي وقد تُوفِّي أبو عبيدة، استخلفت معاذ بن جبل، فإن سألني
ربي عز وجل: لم استخلفته؟ قلت: سمعت رسولك صلى الله عليه وسلم يقول: إنه يُحشر يوم
القيامة بين يدي العلماء نبذةً
‘Telah sampai kabar kepadaku
bahwa wabah ganas ada di Syam. Jika ajalku tiba dan Abu Ubaidah bin Al-Jarroh
masih hidup, aku akan mengangkatnya sebagai pengganti. Jika Alloh menanyaiku, ‘Kenapa
kamu mengangkatnya sebagai pengganti untuk umat Muhammad ﷺ?’ Aku akan menjawab, ‘Sungguh aku mendengar Rosulmu ﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya setiap Nabi punya orang yang
terpercaya, dan orang yang terpercaya bagiku adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarroh.’
Orang-orang lalu mengingkari hal itu dan berkata, ‘Lantas bagaimana dengan
pemuka Quroisy?’ Maksud mereka adalah Bani Fihr. Kemudian Umar berkata, ‘Jika
ajalku tiba dan Abu Ubaidah telah meninggal, aku akan mengangkat Mu’adz bin
Jabal sebagai pengganti. Jika Rabb-ku Azza wa Jalla menanyaiku, ‘Kenapa
kamu mengangkatnya sebagai pengganti?’ Aku akan menjawab, ‘Aku mendengar
Rosulmu ﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya dia akan
dikumpulkan pada hari Kiamat di hadapan para ulama sebagai sebuah potongan.’” (Hadits
Hasan lighoirihi, sanadnya tsiqoh, Musnad Ahmad, 1/263, hadits: 108)
2. Abu Nu’aim
meriwayatkan dari Aslam, mantan budak Umar, bahwa Umar bin Al-Khoththob Rodhiyallahu
‘Anhu berkata kepada para sahabatnya,
تمنوا فقال رجل:
أتمنى لو أن لي هذه الدار مملوءة ذهبًا أنفقه في سبيل الله، ثم قال: تمنوا، فقال رجل
أتمنى لو أنها مملوءة لؤلؤًا وزبرجدًا وجوهرًا، أنفقه في سبيل الله، وأتصدق، ثم قال:
تمنوا، فقالوا: ما ندري يا أمير المؤمنين؟ فقال عمر: أتمنى لو أن هذه الدار مملوءة
رجالًا مثل أبي عبيدة بن الجراح
“Berandai-andailah.” Lalu
seorang laki-laki berkata, “Aku berandai-andai seandainya rumah ini penuh
dengan emas yang aku infakkan di jalan Alloh.” Kemudian dia berkata, “Berandai-andailah.”
Seorang laki-laki lalu berkata, “Aku berandai-andai seandainya rumah ini penuh
dengan mutiara, permata, dan berlian, lalu aku infakkan di jalan Alloh dan
bersedekah.” Kemudian dia berkata, “Berandai-andailah.” Mereka berkata, “Kami
tidak tahu wahai Amirul Mu’minin.” Umar berkata, “Aku berandai-andai seandainya
rumah ini penuh dengan laki-laki seperti Abu Ubaidah bin Al-Jarroh.” (Hilyatul
Auliya, Abu Nu’aim Al-Ashbahani, 1/102)
3. Urwah bin Az-Zubair Rodhiyallahu
‘Anhu berkata, “Ketika Umar Rodhiyallahu ‘Anhu tiba di Syam,
orang-orang dan para pembesar Islam menemuinya. Lalu Umar bertanya, ‘Di mana
saudaraku?’ Mereka berkata, ‘Siapa?’ Umar berkata, ‘Abu Ubaidah.’ Mereka
berkata, ‘Dia akan datang kepadamu sekarang.’ Ketika dia mendatanginya, Umar
turun dan memeluknya. Kemudian dia masuk ke rumahnya, lalu dia tidak melihat
apa-apa di rumahnya kecuali pedangnya, perisainya, dan pelana untanya. Umar
lalu berkata kepadanya,
ألا اتخذت ما
اتخذ أصحابك؟ أثاثًا جديدًا، فقال: يا أمير المؤمنين، هذا يبلغني المقيل
‘Kenapa kamu tidak punya
barang-barang baru seperti yang teman-temanmu punya?’ Dia berkata, ‘Wahai
Amirul Mu’minin, ini sudah cukup untukku beristirahat.’” (Hilyatul Auliya,
Abu Nu’aim Al-Ashbahani, 1/102)
Wafat Abu Ubaidah
Dengan semua keutamaan
yang agung, posisi yang dikenal, dan keajaiban yang tidak ada habisnya dalam
perjalanan hidup Abu Ubaidah Rodhiyallahu ‘Anhu, apakah dia melihat
amalnya itu, atau merasa sombong dengannya?! Tidak, justru dia Rodhiyallahu
‘Anhu merendahkan dirinya, menganggap remeh dirinya, dia melihat bahwa
persaingan dalam keutamaan hanyalah dengan ketaatan, dia berkata Rodhiyallahu
‘Anhu,
يا أيها الناس:
إني امرؤ من قريش، وما منكم من أحمر ولا أسود يفضلني بتقوى إلا وددت أني في مَسْلَاخِه
“Wahai manusia,
sesungguhnya aku adalah seorang laki-laki dari Quroisy, dan tidak ada di antara
kalian yang berkulit merah atau hitam yang lebih utama dariku dalam ketakwaan,
kecuali sungguh aku berharap aku bisa ada di kulitnya.”
Abu Ubaidah bin Al-Jarroh
wafat di Amwas, Yordania, karena wabah, pada tahun 18 H, pada masa kekholifahan
Umar bin Al-Khoththob. Umur Abu Ubaidah adalah 58 (lima puluh delapan) tahun. (Ath-Thobaqot
Al-Kubro, Ibnu Sa’ad, 3/317)
Ketika Abu Ubaidah bin
Al-Jarroh Rodhiyallahu ‘Anhu wafat, Mu’adz bin Jabal Rodhiyallahu ‘Anhu
berkhutbah lalu berkata,
أيها الناس: إنكم
فُجِعتم برجل، والله ما رأيت من عباد الله قط أقلَّ حقدًا، ولا أبرَّ صدرًا، ولا أبعدَ
غائلة، ولا أشد حياءً للعاقبة، ولا أنصح للعامة – منه؛
فترحموا عليه
“Wahai manusia, sungguh
kalian telah kehilangan seorang laki-laki. Demi Alloh, aku tidak pernah melihat
dari hamba-hamba Alloh seorang pun yang lebih sedikit rasa dengkinya, lebih
suci hatinya, lebih jauh kejahatannya, lebih malu terhadap akibat, dan lebih tulus
dalam memberi nasihat kepada masyarakat daripadanya. Maka mohonkanlah rohmat
untuknya.” (Al-Ishobah, Ibnu Hajar Al-Asqolani, 2/245)
Itu adalah perjalanan
hidup Abu Ubaidah Rodhiyallahu ‘Anhu yang wafat karena wabah, dan wabah
adalah mati syahid. Abu Sa’id Al-Maqburi Rohimahullah meriwayatkan, dia
berkata, “Ketika Abu Ubaidah terkena wabah, dia berkata, ‘Wahai Mu’adz,
sholatlah (jadi imam) bersama orang-orang.’ Mu’adz lalu sholat bersama
orang-orang, lalu Abu Ubaidah wafat. Mu’adz lalu berdiri di hadapan orang-orang
dan mendorong mereka untuk bertaubat, lalu berkata, ‘Sungguh kalian --wahai
manusia-- telah kehilangan seorang laki-laki. Demi Alloh, aku tidak berani
mengklaim bahwa aku pernah melihat seorang hamba Alloh yang paling sedikit
caciannya, lebih suci hatinya, lebih jauh kejahatannya, lebih besar
kecintaannya pada Akhirat, dan lebih tulus dalam memberi nasihat kepada
masyarakat daripadanya. Maka mohonkanlah rohmat untuknya, semoga Alloh
merahmatinya. Lalu keluarlah ke padang untuk mensholatinya. Demi Alloh, tidak
akan ada yang memimpin kalian seperti dia selamanya.’ Lalu orang-orang
berkumpul, dan Abu Ubaidah dibawa keluar. Mu’adz lalu maju dan mensholatinya,
sampai ketika dia dibawa ke kuburannya, Mu’adz bin Jabal, Amru bin Al-‘Ash, dan
Adh-Dhohhak bin Qois masuk ke kuburannya. Ketika mereka meletakkannya di liang
lahatnya, dan mereka keluar lalu menaburkan tanah di atasnya, Mu’adz bin Jabal
berkata,
يا أبا عبيدة،
لأُثنينّ عليك، ولا أقول باطلاً أخافُ أن يلحقني بها من الله مقت، كنت والله ما علمت
من الذاكرين الله كثيرًا، ومن الذين يمشون على الأرض هونًا، وإذا خاطبهم الجاهلون قالوا
سلامًا، ومن الذين إذا أنفقوا لم يسرفوا ولم يقتروا وكان بين ذلك قوامًا، وكنت والله
من المخبتين المتواضعين الذين يرحمون اليتيم والمسكين، ويبغضون الخائنين المتكبرين
‘Wahai Abu Ubaidah, aku
akan memujimu, dan aku tidak akan mengatakan kebatilan karena aku takut
kemurkaan Alloh akan menimpaku karenanya. Demi Alloh, sungguh yang aku tahu
kamu adalah orang yang banyak berdzikir kepada Alloh, dan orang-orang yang
berjalan di muka bumi dengan rendah hati, dan jika orang-orang bodoh berbicara
kepada mereka, mereka mengucapkan salam. Dan orang-orang yang jika berinfaq
tidak berlebihan dan tidak pelit, tetapi berada di tengah-tengah. Dan demi
Alloh, kamu adalah orang-orang yang rendah hati yang mengasihani anak yatim dan
orang miskin, dan membenci para pengkhianat dan orang-orang sombong.’” (HR.
Al-Hakim)
Semoga Alloh ﷻ merohmati Abu Ubaidah bin Al-Jarroh dengan
rohmat yang luas, dan membalasnya dengan sebaik-baik balasan dari sisi Islam.
Kita memohon kepada Alloh
ﷻ agar mengumpulkan kita
bersamanya di Firdaus Al-A’la di Jannah.
***