[PDF] Keruntuhan Para Pengingkar Hari Kebangkitan - Nor Kandir
Unduh PDF
Pendahuluan
Segala puji hanya milik Alloh Subhanahu
wa Ta’ala, Robb semesta alam. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para Shohabat Rodhiyallahu
‘Anhum, serta orang-orang yang mengikuti jalan mereka hingga Hari Kiamat.
Iman kepada Hari Akhir
merupakan salah satu pilar utama dalam ajaran Islam. Tidak ada agama yang lebih
menekankan tentang adanya kehidupan setelah mati, kebangkitan dari
kubur, hisab, Surga, dan Neraka, sebagaimana ditegaskan oleh Al-Qur’an dan
Sunnah. Keyakinan ini bukan hanya sekadar doktrin, melainkan sebuah fondasi
yang membentuk pola pikir, akhlak, dan perilaku seorang Muslim.
Namun, sejak dahulu hingga
sekarang, selalu ada kelompok manusia yang mengingkari adanya Hari
Kebangkitan. Sebagian beralasan dengan logika yang sempit, sebagian lainnya
tertipu oleh kehidupan dunia, dan sebagian lagi mengikuti hawa nafsu yang
menolak adanya pertanggungjawaban setelah mati. Padahal, keberadaan Hari
Kebangkitan adalah perkara pasti yang ditegaskan oleh wahyu dan didukung
oleh akal yang sehat.
Buku ini hadir untuk membongkar
keruntuhan argumen para pengingkar Hari Kebangkitan. Metodologi
penulisannya menggabungkan dalil-dalil Al-Qur’an, Sunnah Nabi ﷺ,
serta penjelasan para ulama sepanjang zaman, sehingga memberikan hujjah yang
jelas bagi mereka yang mencari kebenaran.
Bab 1: Hakikat Iman kepada Hari Kebangkitan
1. Definisi Hari
Kebangkitan dalam Islam
Hari Kebangkitan (yaum
al-ba’ts) adalah hari ketika Alloh Ta’ala menghidupkan kembali
seluruh makhluk setelah mereka mati, untuk kemudian dikumpulkan di Padang
Mahsyar, dihisab amal perbuatannya, lalu diberi balasan dengan Surga atau
Neraka.
Dalil tentang adanya kebangkitan
ini bertebaran dalam Al-Qur’an, di antaranya firman Alloh Ta’ala:
﴿زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا
قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ
عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ﴾
“Orang-orang kafir mengira bahwa
mereka tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: ‘Tidak demikian, demi Robbku,
sungguh kalian benar-benar akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepada
kalian apa yang telah kalian kerjakan.’ Dan yang demikian itu adalah mudah bagi
Alloh.” (QS. At-Taghôbun: 7)
Ayat ini menegaskan bahwa
pengingkaran orang kafir terhadap kebangkitan hanyalah klaim batil.
Alloh bersumpah dengan Diri-Nya sendiri bahwa kebangkitan pasti terjadi.
2. Kedudukan
Iman kepada Hari Akhir dalam Rukun Iman
Dalam hadits Jibril yang
masyhur, disebutkan bahwa iman kepada Hari Akhir merupakan salah satu
rukun iman.
Dari Umar bin Khottob Rodhiyallahu
‘Anhu, ia berkata: Suatu hari ketika kami sedang duduk di sisi Rosululloh ﷺ, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang sangat putih
pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak terlihat padanya tanda-tanda safar,
dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya... Lalu ia bertanya:
“Wahai Muhammad, kabarkan kepadaku tentang iman?” Beliau ﷺ
menjawab:
«أَنْ تُؤْمِنَ
بِاللَّهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ
بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ»
“Engkau beriman kepada
Alloh, Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, Hari Akhir, dan
engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim no.
8)
Hadits ini menjelaskan bahwa
iman kepada Hari Akhir adalah bagian dari enam rukun iman yang tidak
boleh dipisahkan. Barang siapa mengingkarinya, maka ia telah keluar dari iman.
3.
Dalil-dalil Al-Qur’an tentang Hari Kebangkitan
Al-Qur’an memuat ratusan ayat
yang membicarakan tentang Hari Akhir, baik secara langsung maupun
melalui perumpamaan. Salah satunya adalah:
﴿وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ
إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ﴾
“Dan ditiuplah sangkakala, maka
seketika itu mereka keluar dari kuburnya dengan segera menuju kepada Robb
mereka.” (QS. Yâsîn: 51)
Ayat ini menggambarkan bahwa
manusia akan dibangkitkan dengan tiupan sangkakala, lalu berjalan menuju tempat
berkumpul di hadapan Alloh.
4.
Dalil-dalil Sunnah tentang Hari Kebangkitan
Selain Al-Qur’an, Sunnah Nabi ﷺ juga banyak menjelaskan tentang kebangkitan.
Dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallohu
‘Anhuma, ia berkata: Rasululloh ﷺ berdiri di
tengah-tengah kami untuk berkhutbah dengan sebuah nasihat, lalu beliau
bersabda:
«يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّكُمْ تُحْشَرُونَ إِلَى اللهِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا، ﴿كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا
إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ﴾ [الأنبياء: 104] أَلَا وَإِنَّ أَوَّلَ
الْخَلَائِقِ يُكْسَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ»
“Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dikumpulkan
menghadap Alloh dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian, dan belum
dikhitan. Sebagaimana firman Alloh: ‘Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan
pertama, begitulah Kami akan mengulanginya kembali. Sebagai suatu janji yang
pasti atas Kami. Sesungguhnya Kamilah yang akan melakukannya.’ (QS.
Al-Anbiya: 104)
Ketahuilah, sesungguhnya makhluk
yang pertama kali akan diberi pakaian pada Hari Kiamat adalah Ibrohim ‘Alaihis
Salam.’” (HR. Muslim
no. 2860)
Hadits ini menunjukkan kekuasaan
Alloh yang mutlak. Jika Alloh mampu menciptakan manusia dari ketiadaan, maka
membangkitkan kembali mereka setelah mati tentu lebih mudah bagi-Nya.
Bab 2: Sejarah Pengingkaran terhadap Hari Kebangkitan
1. Kaum Quroisy
dan Syubhat Mereka
Sejak zaman Nabi Muhammad ﷺ diutus, kaum Quroisy termasuk golongan yang paling keras
menentang ajaran tentang kebangkitan. Mereka menganggap mustahil manusia
yang sudah menjadi tulang-belulang kering bisa dihidupkan kembali.
Alloh mengabadikan perkataan
mereka dalam Al-Qur’an:
﴿وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ
مَنْ يُحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ * قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ
مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ﴾
“Dan dia membuat perumpamaan
bagi Kami dan melupakan kejadiannya; dia berkata: ‘Siapakah yang dapat
menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?’ Katakanlah: ‘Ia akan
dihidupkan oleh Dzat yang menciptakannya pertama kali, dan Dia Maha Mengetahui
tentang segala makhluk’.” (QS. Yâsîn: 78-79)
Ayat ini turun berkenaan dengan
kisah Ubay bin Kholaf,
salah seorang pembesar Quroisy. Ia pernah datang kepada Nabi ﷺ
dengan membawa tulang yang sudah rapuh, lalu menghancurkannya di hadapan beliau
sambil berkata: “Wahai Muhammad, apakah engkau mengira bahwa Alloh bisa
menghidupkan kembali ini?” Nabi ﷺ menjawab dengan tegas, lalu Alloh
menurunkan ayat ini sebagai bantahan.
Perilaku mereka mencerminkan
kesombongan. Mereka menggunakan logika dangkal tanpa mempertimbangkan kebesaran
Alloh yang telah menciptakan manusia dari tanah, lalu menjadikannya tulang dan
daging.
2. Kaum
Dahriyyah (Materialis) dalam Sejarah Islam
Selain Quroisy, ada pula
kelompok yang dikenal sebagai Dahriyyah, yaitu golongan yang berkeyakinan bahwa
kehidupan hanyalah alam semesta ini semata, tanpa ada kehidupan setelah mati.
Mereka disebut demikian karena sering berkata “dahr” (waktu),
seolah-olah waktu yang mematikan manusia, bukan Alloh.
Dalil tentang keberadaan mereka
disebutkan dalam Al-Qur’an:
﴿وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا
نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ
عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ﴾
“Dan mereka berkata: ‘Kehidupan
ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan
tidak ada yang membinasakan kita selain masa.’ Padahal mereka tidak mempunyai
ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al-Jâtsiyah: 24)
Mereka mengingkari adanya kebangkitan
dan hanya percaya pada siklus hidup-mati semata. Pemikiran seperti ini serupa
dengan ateisme modern yang menyatakan bahwa kehidupan hanyalah proses biologis
tanpa ada hari pertanggungjawaban.
3.
Aliran-aliran Filsafat yang Mengingkari Akhiroh
Dalam sejarah pemikiran Islam,
sebagian filsuf terpengaruh oleh pemikiran Yunani kuno. Ada yang menyatakan
bahwa jiwa manusia kekal tetapi tidak ada kebangkitan jasad. Ada pula
yang menganggap Hari Akhir hanyalah simbolis, bukan kenyataan hakiki.
Padahal, keyakinan semacam ini
bertentangan dengan Al-Qur’an yang secara tegas menyatakan bahwa kebangkitan
mencakup jasad dan ruh sekaligus. Hal ini tampak jelas dalam firman Alloh:
﴿أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ
* بَلَى قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ﴾
“Apakah manusia mengira bahwa
Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Bukan demikian,
bahkan Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna.” (QS.
Al-Qiyâmah: 3-4)
Ayat ini membantah keyakinan
orang-orang yang hanya mengakui keberadaan ruh, namun menolak kebangkitan
jasad. Alloh menegaskan bahwa jasad manusia, bahkan jari-jemarinya yang sangat
detail, akan dikembalikan sebagaimana semula.
4.
Pengingkaran Modern dan Ateisme
Di era modern, muncul pula
kelompok yang menolak konsep kebangkitan dengan alasan ilmiah dan
filsafat materialisme. Mereka beranggapan bahwa segala sesuatu harus bisa
dibuktikan secara empiris. Karena kebangkitan tidak bisa diobservasi
dengan pancaindra, mereka menganggapnya mitos atau ilusi.
Paham ini sejalan dengan
sekularisme dan ateisme yang hanya mengakui dunia materi. Namun, argumen mereka
sebenarnya rapuh. Sebab, banyak realitas metafisik yang tidak bisa diindra
langsung, tetapi tetap diyakini keberadaannya, seperti akal, cinta, dan energi.
Rasululloh ﷺ
telah mengabarkan tentang adanya kelompok yang menolak Hari Kiamat,
sebagaimana disebutkan dalam hadits:
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallohu
‘Anhu, Rasululloh ﷺ bersabda:
«قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: كَذَّبَنِي ابْنُ
آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَسَبَّنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا
تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ
الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ»
“Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Anak Adam
mendustakan-Ku, padahal ia tidak pantas melakukan itu. Adapun sikap
mendustakannya kepada-Ku adalah ucapannya: ‘Alloh tidak akan mengembalikan aku
sebagaimana Dia menciptakan aku pertama kali.’ Padahal, mengulang penciptaan
itu tidak lebih mudah bagi-Ku dibanding menciptakan pertama kali.” (HR. Al-Bukhori no. 4974)
Hadits ini menunjukkan bahwa
perbedaan sikap terhadap takdir dan kebangkitan memang akan selalu ada
sepanjang zaman. Namun, iman kepada keduanya merupakan ciri orang Mu’min,
sedangkan mengingkarinya merupakan ciri orang kafir.
Bab 3: Argumen Para Pengingkar Hari Kebangkitan
Walaupun dalil-dalil tentang kepastian adanya kebangkitan
sangat banyak dan jelas, namun orang-orang kafir sepanjang zaman tetap
mengemukakan berbagai alasan untuk menolaknya. Argumen mereka hanyalah keraguan
yang dibungkus dengan kata-kata logika. Berikut ini beberapa syubhat
(kerancuan) utama yang mereka lontarkan.
1. Klaim bahwa tubuh manusia hancur
dan tidak mungkin dibangkitkan
Salah satu alasan klasik para pengingkar adalah
keyakinan bahwa setelah manusia mati, tubuhnya hancur lebur menjadi tanah,
sehingga mustahil bisa kembali hidup.
Alloh Ta’ala telah mengabadikan
perkataan mereka:
﴿أَئِذَا مِتْنَا
وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ﴾
“Apakah apabila kami telah mati dan menjadi
tanah serta tulang-belulang, apakah benar-benar kami akan dibangkitkan?” (QS.
Ash-Shoffât: 16)
Mereka memandang kebangkitan sebagai hal
mustahil karena keterbatasan akal mereka. Padahal, Alloh yang mampu menciptakan
manusia dari setetes air mani tentu mampu pula mengembalikan manusia setelah
jasadnya hancur.
2. Klaim bahwa kehidupan hanyalah
dunia saja
Sebagian pengingkar berkeyakinan bahwa
kehidupan hanyalah dunia ini semata. Setelah mati, manusia tidak akan kembali
hidup. Pandangan ini sama dengan paham materialisme modern.
Alloh menyebutkan perkataan mereka:
﴿إِنْ هِيَ إِلَّا
حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ﴾
“Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan di
dunia saja. Kita mati dan kita hidup, dan kita sekali-kali tidak akan
dibangkitkan.” (QS. Al-Mu’minûn: 37)
Mereka menganggap dunia ini tujuan akhir.
Pandangan semacam ini menjerumuskan manusia pada kehidupan tanpa arah, sebab
jika tidak ada Hari Pembalasan, berarti orang baik dan orang jahat sama
saja nasibnya setelah mati.
3. Klaim bahwa akal menolak kebangkitan
Ada juga kelompok yang berkata: “Akal sehat
tidak menerima adanya kebangkitan.” Menurut mereka, tidak mungkin
sesuatu yang sudah hancur dan lenyap bisa kembali ada.
Padahal, argumen ini rapuh. Akal yang lurus
justru menerima kebangkitan, karena jika penciptaan pertama saja bisa
terjadi, tentu pengembalian yang kedua lebih mudah.
Alloh berfirman:
﴿وَهُوَ الَّذِي
يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ وَلَهُ الْمَثَلُ الْأَعْلَى
فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ﴾
“Dan Dialah yang menciptakan (makhluk) pada
permulaan, kemudian mengembalikannya, dan itu lebih mudah bagi-Nya. Dan
bagi-Nya sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ar-Rûm: 27)
Ayat ini menunjukkan bahwa logika yang benar
justru mendukung adanya kebangkitan. Yang menolak hanyalah akal yang
dibutakan hawa nafsu.
4. Klaim bahwa tidak ada bukti
empiris kebangkitan
Sebagian orang menolak kebangkitan
dengan alasan tidak ada bukti empiris. Mereka berkata: “Kami hanya percaya pada
apa yang bisa dilihat, disentuh, dan dibuktikan dengan indra.”
Pandangan ini sama dengan filsafat empirisme
yang berkembang di Barat modern. Padahal, banyak hal yang tidak bisa dilihat
mata namun keberadaannya diyakini, seperti akal, ruh, energi, bahkan gelombang
suara dan cahaya.
Dari Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, ia
berkata: Apabila orang-orang baduwi mendatangi Nabi ﷺ,
biasa bertanya “Kapan Hari Kiamat?” Lalu beliau memandang
orang paling muda dari mereka dan bersabda:
«إِنْ يَعِشْ هَذَا، لَمْ يُدْرِكْهُ الْهَرَمُ، قَامَتْ عَلَيْكُمْ
سَاعَتُكُمْ»
“Jika anak muda ini hidup lama, tidaklah ia mencapai masa tua
kecuali Kiamat kalian telah terjadi (yakni mati).” (HR. Muslim no. 2952)
Hadits ini memberi peringatan bahwa tanda-tanda
kebangkitan telah nyata. Setiap kematian adalah awal dari perjalanan
menuju Hari Akhir. Maka menuntut bukti empiris tentang kebangkitan
adalah sikap yang tidak jujur, karena tanda-tandanya sudah terlihat di depan
mata: manusia lahir, tumbuh, mati, lalu akan dibangkitkan.
Argumen-argumen para pengingkar sebenarnya
tidak lebih dari keraguan, dugaan, dan hawa nafsu. Mereka menolak sesuatu yang
pasti dengan alasan yang lemah. Padahal, dalil wahyu, akal sehat, dan fithroh
manusia semuanya menunjukkan bahwa kebangkitan itu nyata.
Bab 4: Bantahan Al-Qur’an terhadap Para Pengingkar
1. Kisah Ubay bin Kholaf yang
Membawa Tulang Berdebu
Salah satu peristiwa penting yang direkam oleh
Al-Qur’an terkait penolakan Hari Kebangkitan adalah kisah Ubay bin Kholaf,
seorang pembesar Quroisy yang terkenal angkuh. Ia pernah datang kepada Rosululloh
ﷺ
dengan membawa seonggok tulang yang telah rapuh, lalu menghancurkannya dengan
tangannya sambil berkata sinis: “Wahai Muhammad, apakah engkau mengira bahwa
Alloh bisa menghidupkan kembali ini setelah hancur?”
Peristiwa itu dijawab oleh Alloh dengan
firman-Nya:
﴿وَضَرَبَ لَنَا
مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ * قُلْ يُحْيِيهَا
الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ﴾
“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan
melupakan kejadiannya; dia berkata: ‘Siapakah yang dapat menghidupkan
tulang-belulang yang telah hancur luluh?’ Katakanlah: ‘Ia akan dihidupkan oleh
Dzat yang menciptakannya pertama kali, dan Dia Maha Mengetahui tentang segala
makhluk’.” (QS. Yâsîn: 78-79)
Ayat ini menyebutkan dua poin utama sebagai
bantahan:
Orang kafir itu melupakan asal penciptaannya.
Dahulu ia diciptakan dari tanah yang hina, lalu menjadi makhluk hidup sempurna.
Mengapa ia meragukan kebangkitan setelah mati?
Alloh adalah Dzat yang Maha Mengetahui seluruh
makhluk, dari yang besar hingga sekecil detail jari jemari. Maka tidak ada yang
sulit bagi-Nya untuk mengembalikan tulang yang hancur sekalipun.
Para mufassir menegaskan bahwa argumen Alloh
ini meruntuhkan syubhat Quroisy. Ibnu Katsir (774 H) mengatakan bahwa Siapa yang
mampu menciptakan sesuatu dari ketiadaan, maka menghidupkan kembali sesuatu
setelah hancur tentu lebih mudah bagi-Nya.
2. Dalil tentang Penciptaan Pertama
sebagai Bukti
Al-Qur’an berulang kali menekankan bahwa kebangkitan
adalah perkara yang lebih mudah daripada penciptaan pertama. Logikanya
sederhana: kalau Alloh bisa menciptakan sesuatu dari tidak ada sama sekali,
tentu menghidupkan kembali dari sisa-sisa yang ada lebih mudah.
Alloh berfirman:
﴿أَوَلَمْ يَرَوْا
أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ
بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ﴾
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa
sesungguhnya Alloh yang menciptakan langit dan bumi, dan Dia tidak merasa letih
karena menciptakannya, Dia berkuasa menghidupkan orang-orang mati? Benar,
sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Ahqôf: 33)
Dalam ayat ini, Alloh mengajak manusia untuk
merenungkan penciptaan langit dan bumi. Jika alam semesta yang begitu luas saja
bisa diciptakan tanpa kesulitan, maka membangkitkan manusia yang sudah mati
tentu lebih mudah.
Demikian pula dalam ayat lain:
﴿كَمَا بَدَأْنَا
أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ﴾
“Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan
pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji atas Kami;
sesungguhnya Kami pasti melaksanakannya.” (QS. Al-Anbiyâ’: 104)
Ayat ini menegaskan bahwa kebangkitan
adalah janji Alloh yang pasti terlaksana, sebagaimana penciptaan pertama kali
juga merupakan realita yang tak terbantahkan.
Rasululloh ﷺ juga
menegaskan hal yang sama dalam sebuah hadits:
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, Rosululloh
ﷺ
bersabda:
«كَذَّبَنِي ابْنُ
آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ
يُعِيدَنِي كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ»
“Alloh berfirman: Anak Adam mendustakan-Ku padahal ia tidak
pantas. Adapun pendustaannya terhadap-Ku adalah ucapannya: ‘Alloh tidak akan
mengembalikan aku sebagaimana Ia menciptakan aku pertama kali.’ Padahal
penciptaan pertama tidaklah lebih mudah bagi-Ku daripada pengembaliannya...” (HR.
Al-Bukhori no. 4974)
Hadits ini menjelaskan bahwa orang yang
mengingkari kebangkitan sejatinya sedang mendustakan Alloh. Padahal,
logika yang sehat justru mengakui bahwa penciptaan pertama lebih sulit daripada
mengembalikan sesuatu yang sudah ada.
3. Kebangkitan Diserupakan dengan Hujan yang Menghidupkan Bumi
Al-Qur’an menggunakan permisalan yang indah
untuk menjelaskan bagaimana manusia akan dibangkitkan kembali setelah kematian.
Perumpamaan itu adalah bumi yang mati, lalu hidup kembali setelah diturunkan
hujan.
Alloh Ta’ala berfirman:
﴿وَاللَّهُ الَّذِي
أَرْسَلَ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَسُقْنَاهُ إِلَى بَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَحْيَيْنَا
بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا كَذَلِكَ النُّشُورُ﴾
“Dan Alloh-lah yang mengirimkan angin, lalu
angin itu menggerakkan awan, lalu Kami halau awan itu ke suatu daerah yang
mati, lalu Kami hidupkan bumi itu dengan air hujan sesudah matinya. Demikianlah
kebangkitan itu.” (QS. Fâthir: 9)
Ayat ini menegaskan bahwa sebagaimana tanah
yang tandus dapat menjadi subur kembali dengan turunnya hujan, demikian pula
tubuh manusia yang hancur akan hidup kembali dengan kehendak Alloh.
Perumpamaan serupa juga terdapat pada ayat
lain:
﴿وَمِنْ آيَاتِهِ
أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ
وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ﴾
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya
ialah engkau melihat bumi kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di
atasnya, niscaya ia bergerak dan menjadi subur. Sesungguhnya Dzat yang
menghidupkannya pasti dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Mahakuasa
atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat: 39)
Alloh membuat perumpamaan tentang kebangkitan
dengan hidupnya bumi setelah kematian. Sebagaimana Alloh menghidupkan bumi yang
mati dengan hujan, maka demikian pula Alloh akan menghidupkan jasad-jasad
setelah kematian dengan tiupan sangkakala.
Perumpamaan ini mengandung pelajaran bahwa
orang beriman seharusnya semakin yakin dengan kebangkitan, sebab
tanda-tandanya bisa disaksikan langsung setiap musim hujan.
4. Mustahil bagi Manusia, tetapi
Mudah bagi Alloh
Kaum kafir Quroisy sering berdalih: “Bagaimana
mungkin tulang belulang yang sudah hancur luluh bisa disusun kembali?” Mereka
menggunakan standar kemampuan manusia untuk menolak kuasa Alloh.
Padahal, Al-Qur’an menegaskan bahwa sesuatu
yang mustahil menurut akal manusia, sangat mudah bagi Alloh.
Alloh Ta’ala berfirman:
﴿وَهُوَ الَّذِي
يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ وَلَهُ الْمَثَلُ الْأَعْلَى
فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ﴾
“Dan Dia-lah yang menciptakan (makhluk) pada
permulaan, kemudian mengembalikannya lagi, dan itu lebih mudah bagi-Nya. Dan
bagi-Nya lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dia-lah Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Ar-Rûm: 27)
Maksud dari ‘lebih mudah bagi-Nya’ adalah
sebagai perbandingan agar manusia paham. Sesungguhnya bagi Alloh semua perkara
sama mudahnya, tidak ada bedanya antara menciptakan pertama kali dengan
menghidupkan kembali.
Allah berfirman:
﴿إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ
كُنْ فَيَكُونُ﴾
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: Jadilah! Maka jadilah ia.” (QS.
Yasin: 82)
Dengan ini jelaslah bahwa dalih kaum kafir Quroisy—bahwa
kebangkitan mustahil terjadi—sebenarnya hanyalah kelemahan akal mereka.
Sebab mereka mengukur kemampuan Alloh dengan kemampuan makhluk, padahal tidak
ada perbandingan sama sekali.
5. Orang yang Dibangkitkan akan
Dihisab dan Dibalas
Di antara hikmah terbesar dari kebangkitan
adalah untuk mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatan manusia. Orang kafir
menolak kebangkitan karena mereka ingin bebas dari tanggung jawab. Namun
Al-Qur’an menegaskan bahwa setiap manusia akan dihisab dan dibalas sesuai
amalnya.
Alloh Ta’ala berfirman:
﴿أَفَحَسِبْتُمْ
أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ﴾
“Maka apakah kalian mengira bahwa Kami
menciptakan kalian secara main-main (tanpa tujuan), dan bahwa kalian tidak akan
dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minûn: 115)
Ayat ini merupakan bantahan keras terhadap
mereka yang menolak Hari Kebangkitan. Jika tidak ada kebangkitan,
berarti penciptaan manusia sia-sia, tidak ada keadilan, dan tidak ada balasan
atas amal baik maupun buruk.
Alloh juga berfirman:
﴿إِنَّ إِلَيْنَا
إِيَابَهُمْ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ﴾
“Sesungguhnya kepada Kami-lah mereka kembali,
kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (QS.
Al-Ghâsyiyah: 25-26)
Maksudnya, semua makhluk akan kembali kepada
Alloh pada Hari Kiamat, lalu Alloh akan membalas mereka sesuai dengan
amalnya, jika baik maka dengan kebaikan, jika buruk maka dengan keburukan.
Rasululloh ﷺ
bersabda:
«لَا تَزُولُ
قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ،
وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ،
وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ»
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba
pada Hari Kiamat sampai ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia
habiskan, tentang ilmunya apa yang ia amalkan dengannya, tentang hartanya dari
mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, dan tentang tubuhnya untuk apa ia
gunakan.” (HR. At-Tirmidzi no. 2417, dinyatakan shohih)
Dengan dalil ini, jelaslah bahwa kebangkitan
adalah keharusan logis agar keadilan Alloh sempurna.
6. Bukti Kekuasaan Alloh yang
Menegaskan Kebangkitan
Al-Qur’an juga menghadirkan berbagai bukti
nyata dari kekuasaan Alloh di alam semesta yang menunjukkan bahwa kebangkitan
bukan sesuatu yang mustahil.
Alloh Ta’ala berfirman:
﴿وَمَا خَلْقُكُمْ
وَلَا بَعْثُكُمْ إِلَّا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ﴾
“Dan penciptaan kalian serta kebangkitan
kalian itu hanyalah seperti (menciptakan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Alloh
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Luqmân: 28)
Dalam ayat ini, Alloh menegaskan bahwa
menciptakan seluruh manusia dari awal hingga akhir zaman, lalu membangkitkan
mereka sekaligus pada Hari Kiamat, bagi Alloh sama mudahnya dengan
menciptakan satu jiwa.
Alloh juga berfirman:
﴿أَوَلَمْ يَرَوْا
أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ
بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ﴾
“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa Alloh
yang menciptakan langit dan bumi dan tidak merasa payah dengan menciptakannya,
sanggup menghidupkan orang-orang mati? Bahkan, sesungguhnya Dia Mahakuasa atas
segala sesuatu.” (QS. Al-Ahqâf: 33)
Jika Alloh mampu menciptakan langit dan bumi
yang begitu besar tanpa merasa letih, maka bagaimana mungkin menghidupkan
kembali manusia yang kecil dianggap mustahil? Sungguh ini adalah hujjah yang
jelas atas kebangkitan.
Allah berfirman:
﴿وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِنْ شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ
وَلَا فِي الْأَرْضِ﴾
“Sesungguhnya Alloh tidak ada sesuatu pun yang
melemahkan-Nya, baik di langit maupun di bumi.” (QS. Fathir:
44)
Dalil-dalil ini memperlihatkan bahwa segala
sesuatu yang besar dan kecil, mudah dan sulit, semuanya sama bagi Alloh. Maka
tidak ada alasan logis untuk mengingkari kebangkitan, karena ia hanya
bagian kecil dari kekuasaan Alloh yang Mahaluas.
Bab 5: Bantahan As-Sunnah terhadap Para Pengingkar
1. Hadits-hadits tentang Kebangkitan
Jika Al-Qur’an sudah penuh dengan dalil yang
menegaskan adanya kebangkitan, maka As-Sunnah datang sebagai penguat,
penjelas, dan penafsir. Banyak sekali hadits-hadits shohih yang menyinggung
tentang kebangkitan, hisab, serta balasan Surga dan Neraka.
Menolak kebangkitan berarti menolak
hadits-hadits mutawatir dari Nabi ﷺ, dan
ini merupakan bentuk kekufuran yang nyata.
Berikut beberapa Hadits tentang kebangkitan:
a. Setiap manusia akan dibangkitkan dalam
keadaan terakhir kali dia mati.
Dari Aisyah, Rasululloh ﷺ
bersabda:
«تُحْشَرُونَ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا» قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ؟ فَقَالَ:
«الأَمْرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يُهِمَّهُمْ ذَاكِ»
“Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan pada Hari Kiamat
dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan.” Lalu Aisyah
berkata: “Wahai Rasululloh, apakah laki-laki dan perempuan semuanya akan saling
melihat satu sama lain?’ Beliau ﷺ
menjawab: “Wahai Aisyah, setiap orang disibukkan dengan urusannya masing-masing
hingga tidak saling melihat.’” (HR. Al-Bukhori no. 6527)
Hadits ini menunjukkan betapa mengerikannya
keadaan pada Hari Kebangkitan. Manusia tidak memikirkan selain dirinya
sendiri, sampai-sampai tidak peduli dengan keadaan orang lain meski mereka
telanjang.
b. Dikumpulkan sesuai dengan amalnya
Rasululloh ﷺ
bersabda:
«يُحْشَرُ النَّاسُ
عَلَى نِيَّاتِهِمْ»
“Manusia akan dikumpulkan sesuai dengan niat
mereka.” (HSR. Ibn Majah no. 4230)
Hadits ini mengajarkan bahwa amal yang lahir
dari niat akan menentukan keadaan seseorang di Hari Kebangkitan. Orang
yang ikhlas karena Alloh akan mendapat pertolongan, sedangkan yang beramal
karena riya’ akan dipermalukan.
c. Orang-orang kafir dihinakan pada Hari
Kebangkitan
Dari Qotadah, dari Anas, Rasululloh ﷺ ditanya: “Bagaimana orang kafir digiring dengan berjalan
menggunakan wajahnya?” Beliau menjawab:
«أَلَيْسَ الَّذِي أَمْشَاهُ عَلَى الرِّجْلَيْنِ فِي الدُّنْيَا قَادِرًا
عَلَى أَنْ يُمْشِيَهُ عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ»
“Bukankah Dzat yang menjadikannya berjalan dengan kakinya di
dunia tentu mampu menjadikanya berjalan dengan wajahnya Hari Kiamat?” Qotadah
berkata: “Benar, wahai Rob kami.” (HR. Al-Bukhari no. 4760, Muslim no. 2806)
Ini adalah bentuk penghinaan paling besar
terhadap orang-orang kafir. Sebagaimana mereka dahulu sombong di dunia, maka di
Akhiroh Alloh hinakan mereka dengan cara dibangkitkan dalam keadaan yang paling
buruk.
d. Orang-orang beriman mendapat naungan dan kemuliaan
Rasululloh ﷺ
bersabda:
«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ
اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَدْلٌ، وَشَابٌّ
نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي المَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ
تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ
امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ
بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ
ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ»
“Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan
Alloh pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: [1] pemimpin yang
adil, [2] pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Alloh, [3] seorang lelaki yang
hatinya selalu terkait dengan Masjid, dua orang yang saling mencintai karena
Alloh lalu berkumpul dan berpisah di atasnya, seorang lelaki yang diajak
berzina oleh seorang wanita cantik dan terpandang namun ia berkata ‘Aku takut
kepada Alloh’, seorang lelaki yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga
tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya, dan seorang
lelaki yang mengingat Alloh sendirian lalu berlinang air matanya.” (HR.
Al-Bukhari no. 1423, Muslim no. 1031)
Hadits ini menunjukkan perbedaan nasib antara
orang yang beriman dan yang kafir. Orang kafir dihinakan, sementara orang
beriman dimuliakan.
e. Penegasan bahwa kebangkitan adalah
bagian dari iman
Rasululloh ﷺ
bersabda ketika menjelaskan rukun iman:
«أَنْ تُؤْمِنَ
بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ
بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ»
“(Iman itu adalah) engkau beriman kepada Alloh,
Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, Hari Akhir, dan
beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim no. 8)
Iman kepada Hari Kebangkitan merupakan
bagian dari rukun iman. Maka orang yang mengingkarinya telah keluar dari
lingkaran Islam.
2. Hadits-hadits tentang Hisab
Selain menegaskan tentang kebangkitan,
As-Sunnah juga menjelaskan detail proses setelah manusia dibangkitkan, yaitu
hisab (perhitungan amal). Menolak adanya hisab berarti sama saja menolak banyak
sekali hadits shohih mutawatir.
a. Setiap manusia akan dihisab amalnya
Rasululloh ﷺ
bersabda:
«مَنْ حُوسِبَ
عُذِّبَ» قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا﴾ [الانشقاق: 8] قَالَتْ: فَقَالَ: «إِنَّمَا ذَلِكِ العَرْضُ،
وَلَكِنْ: مَنْ نُوقِشَ الحِسَابَ يَهْلِكْ»
“Sesungguhnya siapa yang dihisab secara rinci,
maka ia akan disiksa.” ‘Aisyah berkata: “Wahai Rasululloh, bukankah Alloh
berfirman: ‘Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.’ (QS.
Al-Insyiqoq: 8)?” Beliau ﷺ menjawab: “Itu hanyalah
sekedar diperlihatkan, adapun siapa yang diteliti (detail) hisabnya, pasti dia
disiksa.” (HR. Al-Bukhari no. 103, Muslim no. 2876)
Hadits ini menunjukkan bahwa hisab ada dua
macam:
Hisab ‘ardh (sekadar diperlihatkan amal) → inilah yang
dialami orang beriman.
Hisab taqrir & tadqiq (pemeriksaan detail) → inilah yang
menjerumuskan ke dalam siksa.
b. Kaki manusia tidak akan bergeser hingga
ditanya 5 perkara
Rasululloh ﷺ
bersabda:
«لَا تَزُولُ
قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ،
عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ، وَمَالِهِ مِنْ
أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ»
“Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba dari
sisi Robb-nya pada Hari Kiamat hingga ia ditanya tentang 5 hal: [1] tentang
umurnya untuk apa ia habiskan, [2] tentang masa mudanya untuk apa ia
pergunakan, [3-4] tentang hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia
belanjakan, [5] serta tentang ilmunya sejauh mana ia amalkan.” (HR.
At-Tirmidzi no. 2416, dinyatakan hasan shohih)
c. Ada orang yang dihisab dengan kemudahan dan
masuk Surga tanpa siksa
Rasululloh ﷺ
bersabda tentang kelompok yang masuk Surga tanpa hisab dan tanpa azab:
«هُمُ الَّذِينَ
لاَ يَسْتَرْقُونَ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ، وَلاَ يَكْتَوُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ»
“Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta
diruqyah, tidak meyakini kesialan, tidak melakukan pengobatan dengan besi panas
(kay), dan mereka bertawakkal sepenuhnya kepada Robb mereka.” (HR.
Al-Bukhari no. 5705, Muslim no. 220)
3. Hadits-hadits tentang Surga dan
Neraka
Dalil dari Sunnah mengenai Surga dan Neraka
tidak terhitung jumlahnya. Ini semua menjadi hujjah kuat melawan orang-orang
yang mengingkari adanya balasan Akhiroh.
a. Surga disediakan untuk orang beriman
Rasululloh ﷺ
bersabda: Allah berfirman:
«أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي
الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ
بَشَرٍ، فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ: ﴿فَلاَ تَعْلَمُ
نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ﴾»
“Aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang sholih
(di Surga) kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah
didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia. Bacalah
jika kalian mau: ‘Tidak ada satu jiwa yang tahu apa yang disembunyikan untuk
mereka dari penyejuk mata.’” (HR. Al-Bukhari no. 3244)
b. Neraka disediakan untuk orang kafir
Rasululloh ﷺ
bersabda:
«يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ
يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ، مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ
يَجُرُّونَهَا»
“Pada hari itu didatangkan Neraka Jahannam, ia
memiliki 70.000 kendali, pada setiap kendali ada 70.000 Malaikat yang
menariknya.” (HR. Muslim no. 2842)
Ini menunjukkan betapa besar dan mengerikannya
Neraka.
c. Penghuni Surga dan Neraka kekal selamanya
Rasululloh ﷺ
bersabda:
«إِذَا صَارَ
أَهْلُ الجَنَّةِ إِلَى الجَنَّةِ، وَأَهْلُ النَّارِ إِلَى النَّارِ، جِيءَ بِالْمَوْتِ
حَتَّى يُجْعَلَ بَيْنَ الجَنَّةِ وَالنَّارِ، ثُمَّ يُذْبَحُ، ثُمَّ يُنَادِي مُنَادٍ:
يَا أَهْلَ الجَنَّةِ لاَ مَوْتَ، وَيَا أَهْلَ النَّارِ لاَ مَوْتَ، فَيَزْدَادُ أَهْلُ
الجَنَّةِ فَرَحًا إِلَى فَرَحِهِمْ، وَيَزْدَادُ أَهْلُ النَّارِ حُزْنًا إِلَى حُزْنِهِمْ»
“Apabila penghuni Surga telah masuk Surga dan
penghuni Neraka telah masuk Neraka, didatangkan kematian (dalam rupa seekor
kambing yang berbulu hitam-putih) hingga diletakkan di antara Surga dan Neraka
lalu disembelih. Lalu ada penyeru yang berkata: ‘Wahai penduduk Surga! Tidak
ada kematian lagi!’ Dan dikatakan: ‘Wahai penduduk Neraka! Tidak ada kematian
lagi!’ Maka penghuni Surga semakin gembira dan penghuni Neraka semakin sedih.” (HR.
Al-Bukhari no. 6548, Muslim no. 2850)
Hadits ini menegaskan bahwa Surga dan Neraka
adalah kekal, bukan sekedar simbol atau kiasan.
4. Hadits tentang Kehinaan Orang
Kafir pada Hari
Kiamat
Di antara bentuk bantahan As-Sunnah terhadap
orang-orang yang mengingkari Hari Kebangkitan adalah penjelasan Nabi ﷺ
mengenai kehinaan, penyesalan, dan siksaan yang akan ditimpakan kepada
orang-orang kafir di hari itu. Mereka selama di dunia menolak kebangkitan
karena sombong dan tidak mau tunduk kepada kebenaran. Maka pada Hari Kiamat,
Alloh akan memperlihatkan kerendahan mereka di hadapan seluruh makhluk.
Rasululloh ﷺ
bersabda:
«يُجَاءُ بِالكَافِرِ
يَوْمَ القِيَامَةِ، فَيُقَالُ لَهُ: أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَ لَكَ مِلْءُ الأَرْضِ ذَهَبًا،
أَكُنْتَ تَفْتَدِي بِهِ؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ، فَيُقَالُ لَهُ: قَدْ كُنْتَ سُئِلْتَ
مَا هُوَ أَيْسَرُ مِنْ ذَلِكَ»
“Sesungguhnya orang kafir pada Hari Kiamat
akan didatangkan, lalu dikatakan kepadanya: ‘Bagaimana pendapatmu jika engkau
memiliki emas sepenuh bumi, apakah engkau mau menebus dirimu dengannya?’ Ia
menjawab: ‘Ya.’ Maka dikatakan kepadanya: ‘Sungguh telah diminta darimu sesuatu
yang lebih ringan daripada itu (yaitu beriman kepada Alloh), namun engkau
enggan.” (HR. Al-Bukhori no. 6538)
Hadits ini menunjukkan bahwa orang kafir akan
menyesal dengan penyesalan yang sangat dalam, sampai-sampai ia rela menebus
dirinya dengan seluruh kekayaan dunia. Namun semua itu tidak akan diterima,
karena masa untuk beriman telah berlalu.
Rasululloh ﷺ juga
bersabda:
«يُؤْتَى بِأَنْعَمِ
أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُصْبَغُ فِي النَّارِ
صَبْغَةً، ثُمَّ يُقَالُ: يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ؟ هَلْ مَرَّ
بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا، وَاللهِ يَا رَبِّ»
“Didatangkanlah seseorang yang paling banyak
merasakan kenikmatan di dunia dari kalangan penghuni Neraka pada Hari Kiamat.
Lalu ia dicelupkan sekali saja ke dalam Neraka, kemudian ditanya: ‘Wahai anak
Adam, apakah engkau pernah melihat kebaikan sedikit pun? Apakah engkau pernah
merasakan kenikmatan sedikit pun?’ Ia menjawab: ‘Tidak, demi Alloh wahai Robb.”
(HR. Muslim no. 2807)
Hadits ini menegaskan bahwa segala kenikmatan
dunia akan sirna dari ingatan orang kafir ketika ia melihat Neraka. Inilah
penghinaan terbesar: bahwa seluruh kesombongan dan kesenangan yang dulu mereka
banggakan, hilang dalam sekejap ketika berhadapan dengan azab Alloh.
Dari Qotadah, dari Anas, Rasululloh ﷺ ditanya: “Bagaimana orang kafir digiring dengan berjalan
menggunakan wajahnya?” Beliau menjawab:
«أَلَيْسَ الَّذِي أَمْشَاهُ عَلَى الرِّجْلَيْنِ فِي الدُّنْيَا قَادِرًا
عَلَى أَنْ يُمْشِيَهُ عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ»
“Bukankah Dzat yang menjadikannya berjalan dengan kakinya di
dunia tentu mampu menjadikanya berjalan dengan wajahnya Hari Kiamat?” Qotadah
berkata: “Benar, wahai Rob kami.” (HR. Al-Bukhari no. 4760, Muslim no. 2806)
Inilah bukti kehinaan orang kafir: mereka
dipaksa berjalan dengan wajahnya di hadapan seluruh makhluk, sebagai balasan
atas kesombongan mereka di dunia.
Semua hadits ini membuktikan bahwa menganggap kebangkitan
sebagai sesuatu yang mustahil hanyalah bentuk kedustaan dan kesombongan. Pada
hari itu, orang kafir tidak memiliki daya upaya, tidak bisa menebus diri, dan
hanya tersisa penyesalan yang tiada akhirnya.
Bab 6: Penjelasan Ulama tentang Kebangkitan
1. Ucapan Salaf tentang Kepastian Kebangkitan
Para ulama salaf dari generasi Shohabat, Tabi’in,
hingga Tabi’ut Tabi’in, sepakat bahwa beriman kepada Hari Kebangkitan
merupakan salah satu pilar pokok keimanan. Mereka menegaskan bahwa siapa pun
yang mengingkari adanya kebangkitan, maka ia telah keluar dari Islam.
Imam Ath-Thohawi (321 H) dalam kitab Al-‘Aqidah
Ath-Thohawiyyah berkata:
ونُؤْمِنُ بِالْبَعْثِ وَجَزَاءِ
الْأَعْمَالِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَالْعَرْضِ وَالْحِسَابِ، وَقِرَاءَةِ الْكِتَابِ،
وَالثَّوَابِ وَالْعِقَابِ، وَالصِّرَاطِ وَالْمِيزَانِ
“Kami beriman kepada kebangkitan,
balasan amal pada Hari Kiamat, perhitungan amal, penyerahan catatan,
pahala, siksa, shirath, dan timbangan.” (Al-‘Aqidah Ath-Thohawiyyah, hlm.
22)
Perkataan beliau mencerminkan akidah Ahlus
Sunnah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Imam Ar-Roziyyain berkata:
وَالبَعْثُ مِنْ بَعْدِ المَوْتِ حَقٌّ.
“Meyakini bahwa kebangkitan setelah kematian adalah benar
adanya.”
(Aqidah Ar-Roziyyain)
Ibnu Utsaimin (1421 H) dalam Ta’liq Lum’atul
I’tiqod Ibnu Qudamah (620 H) berkata:
والبعث والحشر
حق ثابت بالكتاب والسنة وإجماع المسلمين، قال الله تعالى: ﴿قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُن﴾ [التغابن:7]. وقال تعالى: ﴿قُلْ إِنَّ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ
لَمَجْمُوعُونَ إِلَى مِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ﴾
“Kebangkitan dan pengumpulan ditetapkan dengan Al-Kitab,
As-Sunnah, dan ijma. Allah berfirman: ‘Katakanlah: bahkan, demi Allah, kalian
benar-benar akan dibangkitkan.’ Juga firman-Nya: ‘Katakanlah: sesungguhnya
orang yang pertama sampai terakhir akan dikumpulkan pada hari yang telah
ditetapkan.’” (Ta’liq Lum’atul I’tiqod)
Ucapan para ulama ini menunjukkan betapa
pentingnya iman kepada Hari Kebangkitan. Tidak ada ruang toleransi untuk
mengingkarinya, karena ia adalah rukun iman yang mendasar.
2. Argumentasi Ulama terhadap
Pengingkar
Ulama Ahlus Sunnah sepanjang zaman menjelaskan
bahwa kebangkitan adalah perkara yang pasti, baik dari sisi nash maupun
akal. Berikut beberapa hujjah mereka:
a. Dalil dari kekuasaan Alloh dalam menciptakan
makhluk pertama kali
Alloh ﷻ berfirman:
﴿وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ
أَهْوَنُ عَلَيْهِ﴾
“Dialah yang menciptakan makhluk dari
permulaan, kemudian mengulanginya kembali, dan mengulanginya itu lebih mudah
bagi-Nya.” (QS. Ar-Rum: 27)
Yang mampu menciptakan makhluk dari ketiadaan,
tentu lebih mampu untuk membangkitkan mereka kembali setelah kematian.
b. Dalil dari keadilan Alloh
Kebangkitan dan hari kembali adalah keniscayaan untuk
menegakkan keadilan di antara makhluk, menampakkan kebenaran, dan menunaikan
balasan.
Sungguh tidak mungkin orang zalim dan orang
sholih diperlakukan sama. Jika tidak ada Hari Pembalasan, maka akan
sia-sia amal baik dan bebaslah kejahatan.
c. Dalil dari akal sehat manusia
Akal menuntut adanya negeri lain selain dunia
ini, di mana keadaan manusia dipilah dan amal mereka diperlihatkan dengan
jelas.
Artinya, dunia bukanlah tempat balasan. Banyak
orang sholih yang hidupnya menderita, sementara banyak penjahat hidup mewah.
Akal yang jernih akan menyimpulkan bahwa pasti ada negeri Akhiroh untuk memberi
keadilan yang sempurna.
d. Kesepakatan ulama sepanjang zaman
Siapa menghalalkan dusta atas nama Rasululloh ﷺ
atau mengingkari kebangkitan, maka sungguh ia telah kafir.
Dr. Abdul Aziz Ar-Rojihi berkata:
ومن أنكر
البعث كفر بنص القرآن، وبإجماع المسلمين، بإجماع المسلمين من أنكر بعث الأجساد؛ فهو
كافر.
“Siapa yang mengingkari Hari Kebangkitan maka ia kafir
berdasarkan nash Qur’an dan ijma Muslimin. Siapa yang mengingkari kebangkitan
jasad maka ia kafir dengan ijma Muslimin.” (Syarah Taliq Lum’ah libni
Utsaimin)
Dengan demikian, para ulama bukan hanya
menegaskan kebangkitan sebagai akidah, tetapi juga membangun argumen
rasional dan syar’i untuk membantah orang-orang yang mengingkarinya.
Bab 7: Ringkasan
1. Ringkasan Hujjah tentang Kebangkitan
Dari pembahasan sebelumnya, dapat dirangkum
beberapa poin penting:
a.
Kebangkitan adalah rukun iman yang pasti
Disebutkan berulang kali dalam Al-Qur’an dengan
lafadz yang tegas.
Rasululloh ﷺ
bersabda bahwa iman mencakup iman kepada Alloh, Malaikat, kitab, Rasul, hari
akhir, dan takdir. (HR. Muslim no. 8).
b.
Dalil Al-Qur’an sangat banyak
Alloh menegaskan kebangkitan dalam
berbagai suroh, seperti Yasin, Al-Qiyamah, Al-Hajj, dan lain-lain.
Banyak ayat yang menggunakan perumpamaan
kehidupan bumi yang mati lalu hidup kembali sebagai bukti kebangkitan
manusia.
c.
Dalil Hadits juga mutawatir
Hadits tentang pertanyaan kubur, tiupan
sangkakala, pengumpulan manusia, penyerahan catatan amal, shiroth, mizan, Surga
dan Neraka.
Semua ini diriwayatkan dari jalur yang banyak,
sehingga mustahil dusta.
d.
Ijma’ (kesepakatan) ulama salaf
Para Shohabat, Tabi’in, hingga imam besar
sepakat bahwa mengingkari kebangkitan adalah kufur.
Imam Asy-Syafi’i, Ahmad, Malik, dan lainnya
tegas menyatakan hal ini.
e.
Dalil akal
Tidak mungkin kezholiman dan kebaikan di dunia
dibiarkan tanpa balasan.
Dzat yang mampu menciptakan manusia dari
ketiadaan, tentu mampu membangkitkan mereka kembali.
2. Pelajaran Penting dari Iman
kepada Kebangkitan
a.
Menumbuhkan rasa takut dan harap
Takut kepada siksa Neraka, sekaligus berharap
kepada rahmat Surga. Hal ini menjadikan seorang Mu’min seimbang dalam
ibadahnya.
b.
Mendorong untuk beramal sholih
Setiap amal sekecil apa pun akan dibalas. Tidak
ada yang sia-sia, bahkan senyum kepada saudaramu pun bernilai ibadah.
c.
Menghibur orang sholih yang tertindas
Jika tidak ada balasan di dunia, maka pasti ada
balasan di Akhiroh. Hal ini menguatkan kesabaran dan keteguhan di jalan
kebenaran.
d.
Mencegah kezholiman
Orang yang yakin dengan Hari Pembalasan
tidak akan berani menipu, merampas, atau berbuat zholim. Karena ia sadar semua
akan dituntut di hadapan Alloh.
e.
Menanamkan tujuan hidup yang jelas
Dunia hanyalah tempat singgah. Tujuan utama
adalah keselamatan di Akhiroh.
Penutup
Jika dunia ini terasa sempit, ingatlah bahwa
Alloh telah menjanjikan negeri Akhiroh yang jauh lebih luas. Jika engkau merasa
amalmu sedikit, maka jangan berhenti—setiap sujud, setiap zikir, setiap
sedekah, semuanya akan engkau temukan kelak.
Alloh berfirman:
﴿فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ. وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
شَرًّا يَرَهُۥ﴾
“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarroh, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan
barang siapa mengerjakan kejahatan seberat dzarroh, niscaya dia akan melihat (balasannya).” (QS.
Az-Zalzalah: 7-8)
Maka jangan pernah remehkan amal sholih, dan
jangan pernah tenang dengan dosa sekecil apa pun.
Semoga Alloh menjadikan kita termasuk
orang-orang yang yakin dengan Hari Akhir, yang beramal dengan ikhlas,
serta diselamatkan dari adzab kubur dan adzab Neraka.
Semoga kita semua dikumpulkan bersama Nabi
Muhammad ﷺ
di bawah naungan Arsy-Nya, melewati shiroth dengan selamat, dan akhirnya masuk
Surga tanpa hisab.
Allohumma amin.
***