[PDF] Tarjamah Matan Abu Suja' - Al-Ghoyah wat Taqrib

Unduh PDF

PENDAHULUAN

Dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ وَآلِهِ الطَّاهِرِينَ وَصَحَابَتِهِ أَجْمَعِينَ.

Segala puji bagi Alloh, Robb semesta alam. Semoga sholawat senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Muhammad, seorang Nabi, beserta seluruh keluarga dan Shohabatnya yang suci.

قَالَ الْقَاضِي أَبُو شُجَاعٍ أَحْمَدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ أَحْمَدَ الْأَصْفَهَانِي رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى:

Al-Qodhi Abu Syuja’ Ahmad bin Al-Husain bin Ahmad Al-Ashfahani Rohimahullah Ta’ala berkata:

سَأَلَنِي بَعْضُ الْأَصْدِقَاءِ حَفِظَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى أَنْ أَعْمَلَ مُخْتَصَرًا فِي الْفِقْهِ عَلَى مَذْهَبِ الْإِمَامِ الشَّافِعِيِّ رَحْمَةُ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ وَرِضْوَانِهِ فِي غَايَةِ الِاخْتِصَارِ وَنِهَايَةِ الْإِيجَازِ لِيَقْرُبَ عَلَى الْمُتَعَلِّمِ دَرْسُهُ وَيَسْهُلَ عَلَى الْمُبْتَدِئِ حِفْظُهُ، وَأَنْ أُكْثِرَ فِيهِ مِنَ التَّقْسِيمَاتِ وَحَصْرِ الْخِصَالِ

Beberapa sahabat—semoga Alloh menjaga mereka—meminta saya untuk menyusun sebuah ringkasan fikih berdasarkan madzhab Imam Asy-Syafi’i—semoga rohmat dan ridho Alloh tercurah kepadanya. Ringkasan ini diharapkan dibuat sesingkat dan sepadat mungkin, agar mudah dipelajari oleh pelajar dan gampang dihafal oleh pemula. Mereka juga meminta agar saya memperbanyak penggunaan skema pembagian dan poin-poin ringkas di dalamnya.

فَأَجَبْتُهُ إِلَى ذَلِكَ طَالِبًا لِلثَّوَابِ رَاغِبًا إِلَى اللَّهِ تَعَالَى فِي التَّوْفِيقِ لِلصَّوَابِ، إِنَّهُ عَلَى مَا يَشَاءُ قَدِيرٌ وَبِعِبَادِهِ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

Maka, saya pun memenuhi permintaan tersebut, dengan harapan meraih pahala dan memohon kepada Alloh Ta’ala agar diberi pertolongan untuk menuju kebenaran. Sungguh, Dia Maha Kuasa atas apa yang Dia kehendaki, dan Dia Maha Lembut lagi Maha Mengetahui terhadap hamba-hamba-Nya.

KITAB BERSUCI (THOHAROH)

الْمِيَاهُ الَّتِي يَجُوزُ التَّطْهِيرُ بِهَا سَبْعُ مِيَاهٍ: مَاءُ السَّمَاءِ، وَمَاءُ الْبَحْرِ، وَمَاءُ النَّهْرِ، وَمَاءُ الْبِئْرِ، وَمَاءُ الْعَيْنِ، وَمَاءُ الثَّلْجِ، وَمَاءُ الْبَرَدِ.

Air yang boleh digunakan untuk bersuci ada 7 macam: air dari langit (hujan), air laut, air sungai, air sumur, air dari mata air, air salju, dan air embun beku (es).

[Pembagian Air]

ثُمَّ الْمِيَاهُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ:

Selanjutnya, air itu terbagi menjadi 4 jenis:

طَاهِرٌ مُطَهِّرٌ غَيْرُ مَكْرُوهٍ: وَهُوَ الْمَاءُ الْمُطْلَقُ.

[1] Suci dan menyucikan, tidak makruh: Ini adalah air mutlak (air murni yang belum tercampur apa-apa).

وَطَاهِرٌ مُطَهِّرٌ مَكْرُوهٌ: وَهُوَ الْمَاءُ الْمُشَمَّسُ.

[2] Suci dan menyucikan, tetapi makruh: Ini adalah air musyammas, yaitu air yang dipanaskan oleh terik matahari (dalam wadah logam selain emas dan perak di negeri yang sangat panas).

وَطَاهِرٌ غَيْرُ مُطَهِّرٍ: وَهُوَ الْمَاءُ الْمُسْتَعْمَلُ وَالْمُتَغَيِّرُ بِمَا خَالَطَهُ مِنَ الطَّاهِرَاتِ.

[3] Suci tetapi tidak menyucikan: Ini adalah air musta’mal (air yang telah digunakan untuk bersuci wajib) dan air yang sifatnya telah berubah karena tercampur dengan benda-benda suci lainnya.

وَمَاءٌ نَجِسٌ: وَهُوَ الَّذِي حَلَّتْ فِيهِ نَجَاسَةٌ، وَهُوَ دُونَ الْقُلَّتَيْنِ أَوْ كَانَ قُلَّتَيْنِ فَتَغَيَّرَ.

[4] Air najis: Ini adalah air yang kemasukan najis, dengan kondisi: (a) volumenya kurang dari 2 qullah, atau (b) volumenya sudah 2 qullah tetapi sifatnya (warna, bau, atau rasa) berubah.

وَالْقُلَّتَانِ: خَمْسُ مِائَةِ رِطْلٍ بَغْدَادِيٍّ تَقْرِيبًا فِي الْأَصَحِّ.

Ukuran 2 qullah itu menurut perkiraan pendapat yang paling shohih adalah 500 rithl Baghdad.

فَصْلٌ: وَجُلُودُ الْمَيْتَةِ تَطْهُرُ بِالدِّبَاغِ إِلَّا جِلْدَ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيرِ وَمَا تَوَلَّدَ مِنْهُمَا أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا وَعَظْمُ الْمَيْتَةِ وَشَعْرُهَا نَجِسٌ إِلَّا الْآدَمِيَّ.

Fasl: Kulit bangkai bisa menjadi suci dengan cara disamak (diba’), kecuali kulit anjing, babi, dan hewan apa pun yang terlahir dari keduanya atau dari salah satunya. Tulang dan rambut bangkai hukumnya najis, kecuali tulang dan rambut manusia.

[Wadah atau Bejana]

فَصْلٌ: وَلَا يَجُوزُ اسْتِعْمَالُ أَوَانِي الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَيَجُوزُ اسْتِعْمَالُ غَيْرِهِمَا مِنَ الْأَوَانِي.

Fasl: Tidak boleh menggunakan wadah atau bejana yang terbuat dari emas dan perak, namun boleh menggunakan wadah dari bahan selain keduanya.

[Siwak]

فَصْلٌ: وَالسِّوَاكُ مُسْتَحَبٌّ فِي كُلِّ حَالٍ إِلَّا بَعْدَ الزَّوَالِ لِلصَّائِمِ.

Fasl: Bersiwak itu hukumnya dianjurkan (mustahab) dalam setiap keadaan, kecuali bagi orang yang sedang ber-Puasa setelah matahari tergelincir (masuk waktu Zhuhur).

وَهُوَ فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ أَشَدُّ اسْتِحْبَابًا: عِنْدَ تَغَيُّرِ الْفَمِ مِنْ أَزْمٍ وَغَيْرِهِ، وَعِنْدَ الْقِيَامِ مِنَ النَّوْمِ، وَعِنْدَ الْقِيَامِ إِلَى الصَّلَاةِ.

Anjuran bersiwak menjadi lebih kuat lagi pada 3 kondisi berikut: [1] ketika bau mulut berubah karena lama tidak makan atau sebab lainnya, [2] ketika bangun dari tidur, [3] ketika hendak mengerjakan Sholat.

[Rukun Wudhu]

فَصْلٌ: وَفُرُوضُ الْوُضُوءِ سِتَّةُ أَشْيَاءَ: النِّيَّةُ عِنْدَ غَسْلِ الْوَجْهِ، وَغَسْلُ الْوَجْهِ، وَغَسْلُ الْيَدَيْنِ مَعَ الْمِرْفَقَيْنِ، وَمَسْحُ بَعْضِ الرَّأْسِ، وَغَسْلُ الرِّجْلَيْنِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ، وَالتَّرْتِيبُ عَلَى مَا ذَكَرْنَاهُ.

Fasl: Rukun wudhu ada 6: [1] niat bersamaan ketika pertama kali membasuh wajah, [2] membasuh wajah, [3] membasuh kedua tangan sampai ke siku, [4] mengusap sebagian kepala, [5] membasuh kedua kaki sampai ke mata kaki, [6] tertib seperti urutan yang disebutkan.

[Sunnah Wudhu]

وَسُنَنُهُ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ: التَّسْمِيَةُ، وَغَسْلُ الْكَفَّيْنِ قَبْلَ إِدْخَالِهِمَا الْإِنَاءَ، وَالْمَضْمَضَةُ، وَالِاسْتِنْشَاقُ، وَمَسْحُ الْأُذُنَيْنِ ظَاهِرِهِمَا وَبَاطِنِهِمَا بِمَاءٍ جَدِيدٍ، وَتَخْلِيلُ اللِّحْيَةِ الْكَثَّةِ، وَتَخْلِيلُ أَصَابِعِ الْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ، وَتَقْدِيمُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى، وَالطَّهَارَةُ ثَلَاثًا ثَلَاثًا، وَالْمُوَالَاةُ.

Fasl: Sunnah-sunnah wudhu ada 10: [1] membaca basmalah, [2] mencuci kedua telapak tangan sebelum memasukkannya ke dalam wadah air, [3] berkumur (madhmadhah), [4] menghirup air ke hidung (istinsyaq), [5] mengusap seluruh bagian telinga, baik luar maupun dalam, dengan air yang baru (bukan sisa air usapan kepala), [6] menyela-nyela jenggot yang tebal, [7] menyela-nyela jari-jemari tangan dan kaki, [8] mendahulukan bagian tubuh yang kanan daripada yang kiri, [9] melakukan setiap basuhan atau usapan sebanyak 3 kali, [10] berkesinambungan (muwalah), artinya tidak ada jeda yang terlalu lama di antara setiap gerakan wudhu.

[Istinja’]

فَصْلٌ: وَالِاسْتِنْجَاءُ وَاجِبٌ مِنَ الْبَوْلِ وَالْغَائِطِ.

Fasl: Istinja’ (bersuci setelah buang air) hukumnya wajib, baik setelah buang air kecil maupun buang air besar.

وَالْأَفْضَلُ أَنْ يَسْتَنْجِيَ بِالْأَحْجَارِ ثُمَّ يُتْبِعَهَا بِالْمَاءِ، وَيَجُوزُ أَنْ يَقْتَصِرَ عَلَى الْمَاءِ أَوْ عَلَى ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ يُنْقِي بِهِنَّ الْمَحَلَّ، فَإِذَا أَرَادَ الِاقْتِصَارَ عَلَى أَحَدِهِمَا فَالْمَاءُ أَفْضَلُ.

Yang paling utama adalah ber-istinja’ dengan batu terlebih dahulu, lalu menyempurnakannya dengan air. Namun, boleh juga jika hanya menggunakan air saja, atau cukup dengan 3 buah batu yang bisa membersihkan area keluarnya najis. Jika harus memilih salah satu dari keduanya, maka air lebih utama.

وَيُجْتَنَبُ اسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ وَاسْتِدْبَارُهَا فِي الصَّحْرَاءِ، وَيُجْتَنَبُ الْبَوْلُ وَالْغَائِطُ فِي الْمَاءِ الرَّاكِدِ وَتَحْتَ الشَّجَرَةِ الْمُثْمِرَةِ وَفِي الطَّرِيقِ وَالظِّلِّ وَالثُّقْبِ، وَلَا يَتَكَلَّمُ عَلَى الْبَوْلِ وَالْغَائِطِ، وَلَا يَسْتَقْبِلُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَلَا يَسْتَدْبِرُهُمَا.

Ketika buang hajat di tempat terbuka (seperti padang pasir), hindarilah menghadap atau membelakangi qiblat. Hindari juga buang air kecil atau besar di air yang tergenang, di bawah pohon yang sedang berbuah, di tengah jalan yang dilalui orang, di tempat orang berteduh, dan di dalam lubang. Jangan berbicara saat buang air kecil atau besar, dan jangan menghadap atau membelakangi matahari dan bulan secara langsung.

[Yang Membatalkan Wudhu]

فَصْلٌ: وَالَّذِي يَنْقُضُ الْوُضُوءَ سِتَّةُ أَشْيَاءَ: مَا خَرَجَ مِنَ السَّبِيلَيْنِ، وَالنَّوْمُ عَلَى غَيْرِ هَيْئَةِ الْمُتَمَكِّنِ، وَزَوَالُ الْعَقْلِ بِسُكْرٍ أَوْ مَرَضٍ، وَلَمْسُ الرَّجُلِ الْمَرْأَةَ الْأَجْنَبِيَّةَ مِنْ غَيْرِ حَائِلٍ، وَمَسُّ فَرْجِ الْآدَمِيِّ بِبَاطِنِ الْكَفِّ، وَمَسُّ حَلْقَةِ دُبُرِهِ عَلَى الْجَدِيدِ.

Fasl: Yang membatalkan wudhu ada 6: [1] apa pun yang keluar dari 2 jalan (qubul dan dubur), [2] tidur dalam posisi yang tidak mapan (seperti tidur berbaring, di mana ada kemungkinan sesuatu keluar dari dubur tanpa disadari), [3] hilangnya akal, baik karena mabuk maupun sakit, [4] sentuhan kulit antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom tanpa ada penghalang, [5] menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan bagian dalam, [6] menyentuh lingkaran dubur, menurut pendapat yang baru (qaul jadid).

[Yang Mewajibkan Mandi]

فَصْلٌ: وَالَّذِي يُوجِبُ الْغُسْلَ سِتَّةُ أَشْيَاءَ:

Fasl: Yang mewajibkan seseorang untuk mandi (mandi wajib atau ghusl) ada 6.

ثَلَاثَةٌ تَشْتَرِكُ فِيهَا الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ وَهِيَ: الْتِقَاءُ الْخِتَانَيْنِ، وَإِنْزَالُ الْمَنِيِّ، وَالْمَوْتُ.

Tiga di antaranya berlaku untuk laki-laki dan perempuan, yaitu: [1] bertemunya 2 alat kelamin (melakukan hubungan suami-istri), [2] keluarnya air mani, [3] kematian.

وَثَلَاثَةٌ تَخْتَصُّ بِهَا النِّسَاءُ وَهِيَ: الْحَيْضُ، وَالنِّفَاسُ، وَالْوِلَادَةُ.

Tiga lainnya khusus bagi perempuan, yaitu: [1] haidh, [2] nifas (darah yang keluar setelah melahirkan), [3] melahirkan (wiladah).

[Rukun Mandi Wajib]

فَصْلٌ: وَفَرَائِضُ الْغُسْلِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: النِّيَّةُ، وَإِزَالَةُ النَّجَاسَةِ إِنْ كَانَتْ عَلَى بَدَنِهِ، وَإِيصَالُ الْمَاءِ إِلَى جَمِيعِ الشَّعَرِ وَالْبَشَرَةِ.

Fasl: Rukun mandi wajib ada 3: [1] niat, [2] menghilangkan najis yang mungkin ada di badannya, [3] meratakan air ke seluruh rambut dan kulit.

[Sunnah Mandi Wajib]

وَسُنَنُهُ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: التَّسْمِيَةُ، وَالْوُضُوءُ قَبْلَهُ، وَإِمْرَارُ الْيَدِ عَلَى الْجَسَدِ، وَالْمُوَالَاةُ، وَتَقْدِيمُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى.

Fasl: Sunnah-sunnahnya ada 5: [1] membaca basmalah, [2] berwudhu terlebih dahulu sebelum mandi, [3] menggosokkan tangan ke seluruh tubuh, [4] berkesinambungan (muwalah), [5] mendahulukan bagian tubuh yang kanan daripada yang kiri.

[Mandi yang Disunnahkan]

فَصْلٌ: وَالِاغْتِسَالَاتُ الْمَسْنُونَةُ سَبْعَةَ عَشَرَ غُسْلًا: غُسْلُ الْجُمُعَةِ، وَالْعِيدَيْنِ، وَالِاسْتِسْقَاءِ، وَالْخُسُوفِ، وَالْكُسُوفِ، وَالْغُسْلُ مِنْ غَسْلِ الْمَيِّتِ، وَالْكَافِرِ إِذَا أَسْلَمَ، وَالْمَجْنُونِ، وَالْمُغْمَى عَلَيْهِ إِذَا أَفَاقَا، وَالْغُسْلُ عِنْدَ الْإِحْرَامِ وَلِدُخُولِ مَكَّةَ، وَلِلْوُقُوفِ بِعَرَفَةَ، وَلِلْمَبِيتِ بِمُزْدَلِفَةَ، وَلِرَمْيِ الْجِمَارِ الثَّلَاثِ، وَلِلطَّوَافِ، وَلِلسَّعْيِ، وَلِدُخُولِ مَدِينَةِ الرَّسُولِ ﷺ.

Fasl: Mandi yang hukumnya sunnah ada 17, yaitu: [1] mandi untuk Sholat Jum’at, [2-3] Sholat ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha, [4] Sholat Istisqo’ (minta hujan), [5] Sholat Khusuf (gerhana bulan) dan Sholat Kusuf (gerhana matahari), [6] mandi setelah memandikan janazah, [7] mandi bagi orang kafir saat masuk Islam, [8] orang gila sadar, [9] orang yang pingsan sadar, [10] saat hendak ber-ihrom, [11] saat hendak masuk kota Makkah, [12] saat wukuf di Arofah, [13] saat bermalam di Muzdalifah, [14] saat akan melempar 3 jumroh, [15] saat akan Thowaf, [16] saat akan Sa’i, dan [17] saat akan masuk ke kota Rosul .

[Mengusap Khuff]

فَصْلٌ: وَالْمَسْحُ عَلَى الْخُفَّيْنِ جَائِزٌ بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ: أَنْ يَبْتَدِئَ لُبْسَهُمَا بَعْدَ كَمَالِ الطَّهَارَةِ، وَأَنْ يَكُونَا سَاتِرَيْنِ لِمَحَلِّ غَسْلِ الْفَرْضِ مِنَ الْقَدَمَيْنِ، وَأَنْ يَكُونَا مِمَّا يُمْكِنُ تَتَابُعُ الْمَشْيِ عَلَيْهِمَا.

Fasl: Mengusap khuff (sepatu kulit yang menutupi mata kaki) dibolehkan dengan 3 syarat: [1] memakainya setelah berada dalam keadaan suci yang sempurna (setelah berwudhu), [2] khuff tersebut menutupi bagian kaki yang wajib dibasuh saat wudhu (yakni sampai mata kaki), [3] khuff tersebut terbuat dari bahan yang kuat untuk dipakai berjalan terus-menerus.

وَيَمْسَحُ الْمُقِيمُ يَوْمًا وَلَيْلَةً، وَالْمُسَافِرُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ بِلَيَالِيهِنَّ. وَابْتِدَاءُ الْمُدَّةِ مِنْ حِينِ يُحْدِثُ بَعْدَ لُبْسِ الْخُفَّيْنِ.

Orang yang sedang tidak bepergian (muqim) boleh mengusap khuff selama sehari semalam, sedangkan seorang musafir boleh melakukannya selama 3 hari 3 malam. Permulaan waktu dihitung sejak ia ber-hadats pertama kali setelah memakai khuff tersebut.

فَإِنْ مَسَحَ فِي الْحَضَرِ ثُمَّ سَافَرَ أَوْ مَسَحَ فِي السَّفَرِ ثُمَّ أَقَامَ أَتَمَّ مَسْحَ مُقِيمٍ.

Apabila seseorang mulai mengusap khuff ketika ia dalam keadaan mukim (tidak safar), kemudian ia melakukan safar, maka hitungan batas waktunya mengikuti hukum mukim, yaitu sehari semalam. Begitu juga sebaliknya, jika ia mulai mengusap khuff dalam keadaan safar, lalu sampai di tempat tujuan dan menjadi mukim, maka ia tetap menyempurnakan batas waktu dengan hukum mukim, yaitu sehari semalam.

وَيَبْطُلُ الْمَسْحُ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: بِخَلْعِهِمَا، وَانْقِضَاءِ الْمُدَّةِ، وَمَا يُوجِبُ الْغُسْلَ.

Mengusap khuff menjadi batal karena 3 hal: [1] melepas khuff tersebut, [2] habisnya masa berlaku (sehari semalam atau 3 hari 3 malam), [3] terjadinya sesuatu yang mewajibkan mandi wajib.

[Syarat Tayamum]

فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ التَّيَمُّمِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: وُجُودُ الْعُذْرِ بِسَفَرٍ أَوْ مَرَضٍ، وَدُخُولُ وَقْتِ الصَّلَاةِ، وَطَلَبُ الْمَاءِ، وَتَعَذُّرُ اسْتِعْمَالِهِ وَإِعْوَازُهُ بَعْدَ الطَّلَبِ، وَالتُّرَابُ الطَّاهِرُ لَهُ غُبَارٌ؛ فَإِنْ خَالَطَهُ جِصٌّ أَوْ رَمْلٌ لَمْ يَجُزْ.

Fasl: Syarat tayamum ada 5: [1] adanya halangan (‘udzur), baik karena bepergian atau karena sakit, [2] sudah masuknya waktu Sholat, [3] sudah berusaha mencari air, [4] benar-benar tidak bisa menggunakan air (karena sakit) atau tidak menemukan air setelah berusaha mencarinya, [5] menggunakan debu yang suci dan bertebaran (bukan debu padat yang menempel). Jika debu itu tercampur dengan kapur atau pasir, maka tidak boleh digunakan.

[Rukun Tayamum]

وَفَرَائِضُهُ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: النِّيَّةُ، وَمَسْحُ الْيَدَيْنِ مَعَ الْمِرْفَقَيْنِ، وَالتَّرْتِيبُ.

Rukun-rukunnya ada 4: [1] niat, [2] mengusap wajah, [3] mengusap kedua tangan sampai ke siku, [4] tertib.

[Sunnah Tayamum]

وَسُنَنُهُ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: التَّسْمِيَةُ، وَتَقْدِيمُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى، وَالْمُوَالَاةُ.

Sunnah-sunnahnya ada 3: [1] membaca basmalah, [2] mendahulukan yang kanan daripada yang kiri, [3] berkesinambungan (muwalah).

[Yang Membatalkan Tayamum]

وَالَّذِي يُبْطِلُ التَّيَمُّمَ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: مَا أَبْطَلَ الْوُضُوءَ، وَرُؤْيَةُ الْمَاءِ فِي غَيْرِ وَقْتِ الصَّلَاةِ، وَالرِّدَّةُ.

Yang membatalkan tayamum ada 3 hal: [1] segala sesuatu yang membatalkan wudhu, [2] melihat atau menemukan air di luar waktu Sholat (jika tayamumnya karena ketiadaan air), [3] murtad (keluar dari Islam).

وَصَاحِبُ الْجَبَائِرِ يَمْسَحُ عَلَيْهَا وَيُتَمِّمُ وَيُصَلِّي وَلَا إِعَادَةَ عَلَيْهِ إِنْ كَانَ وَضْعُهَا عَلَى طُهْرٍ.

Orang yang memakai perban (jabiroh) cukup mengusap di atas perbannya, lalu bertayamum, dan kemudian Sholat. Ia tidak perlu mengulangi Sholatnya jika ia memasang perban tersebut dalam keadaan suci.

وَيَتَيَمَّمُ لِكُلِّ فَرِيضَةٍ، وَيُصَلِّي بِتَيَمُّمٍ وَاحِدٍ مَا شَاءَ مِنَ النَّوَافِلِ.

Seseorang harus bertayamum untuk setiap Sholat fardhu. Namun dengan satu tayamum, ia boleh mengerjakan Sholat sunnah sebanyak yang ia mau.

[Najis]

فَصْلٌ: وَكُلُّ مَائِعٍ خَرَجَ مِنَ السَّبِيلَيْنِ نَجِسٌ إِلَّا الْمَنِيَّ.

Fasl: Setiap benda cair yang keluar dari 2 jalan (qubul dan dubur) hukumnya najis, kecuali air mani.

وَغَسْلُ جَمِيعِ الْأَبْوَالِ وَالْأَرْوَاثِ وَاجِبٌ إِلَّا بَوْلَ الصَّبِيِّ الَّذِي لَمْ يَأْكُلِ الطَّعَامَ فَإِنَّهُ يَطْهُرُ بِرَشِّ الْمَاءِ عَلَيْهِ.

Mencuci (apapun yang terkena) semua jenis air kencing dan kotoran hukumnya wajib, kecuali air kencing bayi laki-laki yang belum makan makanan lain selain ASI. Untuk membersihkannya, cukup dengan memercikkan air (meratakan air tanpa perlu digosok) ke area yang terkena najis.

وَلَا يُعْفَى عَنْ شَيْءٍ مِنَ النَّجَاسَاتِ إِلَّا الْيَسِيرَ مِنَ الدَّمِ وَالْقَيْحِ وَمَا لَا نَفْسَ لَهُ سَائِلَةٌ إِذَا وَقَعَ فِي الْإِنَاءِ وَمَاتَ فِيهِ فَإِنَّهُ لَا يُنَجِّسُهُ.

Tidak ada najis yang dimaafkan kecuali sedikit darah dan nanah. Begitu pula hewan yang darahnya tidak mengalir (seperti lalat) jika jatuh ke dalam bejana berisi cairan dan mati di dalamnya, maka ia tidak membuat cairan itu menjadi najis.

وَالْحَيَوَانُ كُلُّهُ طَاهِرٌ إِلَّا الْكَلْبَ وَالْخِنْزِيرَ وَمَا تَوَلَّدَ مِنْهُمَا أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا.

Semua hewan hukumnya suci, kecuali anjing, babi, dan hewan apa pun yang lahir dari keduanya atau dari salah satunya.

وَالْمَيْتَةُ كُلُّهَا نَجِسَةٌ إِلَّا السَّمَكَ وَالْجَرَادَ وَالْآدَمِيَّ.

Semua bangkai hukumnya najis, kecuali ikan, belalang, dan janazah manusia.

وَيُغْسَلُ الْإِنَاءُ مِنْ وُلُوغِ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيرِ سَبْعَ مَرَّاتٍ، إِحْدَاهُنَّ بِالتُّرَابِ. وَيُغْسَلُ مِنْ سَائِرِ النَّجَاسَاتِ مَرَّةً تَأْتِي عَلَيْهِ، وَالثَّلَاثُ أَفْضَلُ.

Bejana yang terkena jilatan anjing dan babi harus dicuci sebanyak 7 kali, salah satunya dicampur dengan debu (tanah). Adapun untuk najis-najis lainnya, cukup dicuci sekali hingga najisnya hilang, namun mencucinya 3 kali lebih baik.

وَإِذَا تَخَلَّلَتِ الْخَمْرَةُ بِنَفْسِهَا طَهُرَتْ، وَإِنْ خُلِّلَتْ بِطَرْحِ شَيْءٍ فِيهَا لَمْ تَطْهُرْ.

Jika khomr (minuman keras) berubah menjadi cuka dengan sendirinya, maka ia menjadi suci. Tetapi jika ia diubah menjadi cuka dengan cara memasukkan sesuatu ke dalamnya, maka ia tidak menjadi suci.

[Jenis Darah Wanita]

فَصْلٌ: وَيَخْرُجُ مِنَ الْفَرْجِ ثَلَاثَةُ دِمَاءٍ: دَمُ الْحَيْضِ، وَالنِّفَاسِ، وَالِاسْتِحَاضَةِ.

Fasl: Ada 3 jenis darah yang keluar dari kemaluan wanita: darah haidh, darah nifas, dan darah istihadhoh.

فَالْحَيْضُ: هُوَ الدَّمُ الْخَارِجُ مِنْ فَرْجِ الْمَرْأَةِ عَلَى سَبِيلِ الصِّحَّةِ مِنْ غَيْرِ سَبَبِ الْوِلَادَةِ، وَلَوْنُهُ أَسْوَدُ مُحْتَدِمٌ لَذَّاعٌ.

Haidh adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita dalam kondisi sehat, bukan karena sebab melahirkan. Warnanya cenderung hitam, terasa panas (saat keluar), dan menyengat/nyeri (yakni bau anyir kuat dan kadang menimbulkan rasa sakit di rahim atau perut).

وَالنِّفَاسُ: هُوَ الدَّمُ الْخَارِجُ عَقِبَ الْوِلَادَةِ.

Nifas adalah darah yang keluar setelah proses melahirkan.

وَالِاسْتِحَاضَةُ: هُوَ الدَّمُ الْخَارِجُ فِي غَيْرِ أَيَّامِ الْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ.

Istihadhoh adalah darah yang keluar di luar masa haidh dan nifas.

[Durasi Haidh, Nifas, dan Kehamilan]

وَأَقَلُّ الْحَيْضِ: يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ، وَأَكْثَرُهُ: خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا، وَغَالِبُهُ: سِتٌّ أَوْ سَبْعٌ.

Masa haidh paling singkat adalah sehari semalam, paling lama adalah 15 hari, dan umumnya berlangsung selama 6 atau 7 hari.

وَأَقَلُّ النِّفَاسِ: لَحْظَةٌ، وَأَكْثَرُهُ: سِتُّونَ يَوْمًا، وَغَالِبُهُ: أَرْبَعُونَ يَوْمًا.

Masa nifas paling singkat adalah sesaat (setetes), paling lama adalah 60 hari, dan umumnya berlangsung selama 40 hari.

وَأَقَلُّ الطُّهْرِ بَيْنَ الْحَيْضَتَيْنِ: خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا، وَلَا حَدَّ لِأَكْثَرِهِ.

Masa suci di antara 2 haidh paling singkat adalah 15 hari, dan tidak ada batasan untuk waktu paling lamanya.

وَأَقَلُّ زَمَنٍ تَحِيضُ فِيهِ الْمَرْأَةُ: تِسْعُ سِنِينَ.

Usia minimal seorang wanita mengalami haidh adalah 9 tahun.

وَأَقَلُّ الْحَمْلِ: سِتَّةُ أَشْهُرٍ، وَأَكْثَرُهُ: أَرْبَعُ سِنِينَ، وَغَالِبُهُ: تِسْعَةُ أَشْهُرٍ.

Durasi kehamilan paling singkat adalah 6 bulan, paling lama adalah 4 tahun, dan umumnya berlangsung selama 9 bulan.

[Larangan bagi Wanita Haidh, Orang Junub, dan Orang Berhadats]

وَيَحْرُمُ بِالْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ ثَمَانِيَةُ أَشْيَاءَ: الصَّلَاةُ، وَالصَّوْمُ، وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ، وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ، وَدُخُولُ الْمَسْجِدِ، وَالطَّوَافُ، وَالْوَطْءُ، وَالِاسْتِمْتَاعُ بِمَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ.

Selama masa haidh dan nifas, wanita dilarang melakukan 8 hal: [1] Sholat, [2] Puasa, [3] membaca Al-Qur’an, [4] menyentuh dan membawa mushaf Al-Qur’an, [5] masuk ke dalam Masjid, [6] thowaf, [7] berhubungan suami-istri (wath’u), [8] bersenang-senang di area antara pusar dan lutut.

وَيَحْرُمُ عَلَى الْجُنُبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: الصَّلَاةُ، وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ، وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ، وَالطَّوَافُ، وَاللَّبْثُ فِي الْمَسْجِدِ.

Bagi orang yang sedang dalam keadaan junub (belum mandi wajib), dilarang melakukan 5 hal: [1] Sholat, [2] membaca Al-Qur’an, [3] menyentuh dan membawa mushaf Al-Qur’an, [4] thowaf, [5] berdiam diri di dalam Masjid.

وَيَحْرُمُ عَلَى الْمُحْدِثِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: الصَّلَاةُ، وَالطَّوَافُ، وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ.

Bagi orang yang sedang ber-hadats (tidak punya wudhu), dilarang melakukan 3 hal: [1] Sholat, [2] Thowaf, [3] menyentuh dan membawa mushaf Al-Qur’an.

 

KITAB SHOLAT

[Waktu Sholat]

الصَّلَاةُ الْمَفْرُوضَةُ خَمْسٌ:

Sholat yang diwajibkan ada 5:

الظُّهْرُ: وَأَوَّلُ وَقْتِهَا زَوَالُ الشَّمْسِ، وَآخِرُهُ إِذَا صَارَ ظِلُّ كُلِّ شَيْءٍ مِثْلَهُ بَعْدَ ظِلِّ الزَّوَالِ.

Zhuhur: Waktu awalnya adalah saat matahari telah tergelincir ke arah barat (zawal), dan waktu akhirnya adalah ketika bayangan suatu benda menjadi sama panjang dengan benda itu sendiri, setelah ditambahkan panjang bayangan saat zawal.

وَالْعَصْرُ: وَأَوَّلُ وَقْتِهَا الزِّيَادَةُ عَلَى ظِلِّ الْمِثْلِ، وَآخِرُهُ فِي الِاخْتِيَارِ إِلَى ظِلِّ الْمِثْلَيْنِ، وَفِي الْجَوَازِ إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ.

‘Ashr: Waktu awalnya adalah saat panjang bayangan benda melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu akhirnya terbagi 2: waktu ikhtiyar (pilihan utama) adalah sampai panjang bayangan menjadi 2 kali lipat panjang benda, sedangkan waktu jawaz (masih dibolehkan) adalah sampai matahari terbenam (sempurna).

وَالْمَغْرِبُ: وَوَقْتُهَا وَاحِدٌ وَهُوَ غُرُوبُ الشَّمْسِ، وَبِمِقْدَارِ مَا يُؤَذَّنُ، وَيُتَوَضَّأُ، وَيُسْتَرُ الْعَوْرَةُ، وَيُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَيُصَلِّي خَمْسَ رَكَعَاتٍ.

Maghrib: Waktunya hanya satu, yaitu setelah matahari terbenam (sempurna). Durasinya diperkirakan cukup untuk melakukan adzan, berwudhu, menutup aurot, melaksanakan iqomah, dan Sholat sebanyak 5 roka’at.

وَالْعِشَاءُ: وَأَوَّلُ وَقْتِهَا إِذَا غَابَ الشَّفَقُ الْأَحْمَرُ، وَآخِرُهُ فِي الِاخْتِيَارِ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ، وَفِي الْجَوَازِ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ الثَّانِي.

‘Isya: Waktu awalnya adalah ketika mega merah di ufuk barat telah hilang. Waktu akhirnya terbagi 2: waktu ikhtiyar adalah sampai sepertiga malam pertama, sedangkan waktu jawaz adalah sampai terbit fajar yang kedua (fajar shodiq).

وَالصُّبْحُ: وَأَوَّلُ وَقْتِهَا طُلُوعُ الْفَجْرِ الثَّانِي، وَآخِرُهُ فِي الِاخْتِيَارِ إِلَى الْإِسْفَارِ، وَفِي الْجَوَازِ إِلَى طُلُوعِ الشَّمْسِ.

Shubuh: Waktu awalnya adalah saat terbit fajar yang kedua. Waktu akhirnya terbagi 2: waktu ikhtiyar adalah sampai langit menguning terang (isfar), sedangkan waktu jawaz adalah sampai matahari terbit.

[Syarat Wajib Sholat]

فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الصَّلَاةِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ وَالْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَهُوَ حَدُّ التَّكْلِيفِ.

Fasl: Syarat yang membuat seseorang wajib melaksanakan Sholat ada 3: Islam, baligh (dewasa), dan berakal. Inilah yang disebut sebagai batas dikenakannya beban syariat (haddud taklif).

[Sholat yang Disunnahkan]

وَالصَّلَوَاتُ الْمَسْنُونَةُ خَمْسٌ: الْعِيدَانِ، وَالْكُسُوفَانِ، وَالِاسْتِسْقَاءُ.

Sholat yang disunnahkan ada 5 jenis: [1-2] Sholat ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha, [3-4] Sholat gerhana matahari dan gerhana bulan (kusufain), dan [5] Sholat Istisqo’ (minta hujan).

وَالسُّنَنُ التَّابِعَةُ لِلْفَرَائِضِ سَبْعَ عَشْرَةَ رَكْعَةً: رَكْعَتَا الْفَجْرِ، وَأَرْبَعٌ قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَانِ بَعْدَهُ، وَأَرْبَعٌ قَبْلَ الْعَصْرِ، وَرَكْعَتَانِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ، وَثَلَاثٌ بَعْدَ الْعِشَاءِ يُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ.

Adapun Sholat sunnah yang mengiringi Sholat fardhu (sunnah rowatib) berjumlah 17 roka’at: 2 roka’at sebelum Shubuh, 4 roka’at sebelum Zhuhur dan 2 roka’at sesudahnya, 4 roka’at sebelum ‘Ashr, 2 roka’at setelah Maghrib, dan 3 roka’at setelah ‘Isya, di mana salah satunya adalah Sholat Witir.

وَثَلَاثُ نَوَافِلَ مُؤَكَّدَاتٍ: صَلَاةُ اللَّيْلِ، وَصَلَاةُ الضُّحَى، وَصَلَاةُ التَّرَاوِيحِ.

Ada 3 Sholat sunnah lainnya yang sangat ditekankan (nawafil mu’akkadah): Sholat Malam, Sholat Dhuha, dan Sholat Tarowih.

[Syarat Sah Sholat]

فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ الصَّلَاةِ قَبْلَ الدُّخُولِ فِيهَا خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: طَهَارَةُ الْأَعْضَاءِ مِنَ الْحَدَثِ وَالنَّجَسِ، وَسَتْرُ الْعَوْرَةِ بِلِبَاسٍ طَاهِرٍ، وَالْوُقُوفُ عَلَى مَكَانٍ طَاهِرٍ، وَالْعِلْمُ بِدُخُولِ الْوَقْتِ، وَاسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ.

Fasl: Syarat-syarat Sholat yang harus dipenuhi sebelum memulainya ada 5: [1]       anggota badan harus suci dari hadats (kecil dan besar) dan dari najis, [2] menutup aurot dengan pakaian yang suci, [3]      berdiri di atas tempat yang suci, [4] yakin bahwa waktu Sholat telah masuk, [5] menghadap ke arah qiblat.

وَيَجُوزُ تَرْكُ الْقِبْلَةِ فِي حَالَتَيْنِ: فِي شِدَّةِ الْخَوْفِ، وَفِي النَّافِلَةِ فِي السَّفَرِ عَلَى الرَّاحِلَةِ.

Menghadap qiblat boleh ditinggalkan dalam 2 keadaan: saat kondisi sangat mencekam (penuh ketakutan), dan saat melaksanakan Sholat sunnah di atas kendaraan dalam perjalanan.

[Rukun Sholat]

فَصْلٌ: وَأَرْكَانُ الصَّلَاةِ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ رُكْنًا: النِّيَّةُ، وَالْقِيَامُ مَعَ الْقُدْرَةِ، وَتَكْبِيرَةُ الْإِحْرَامِ، وَقِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ وَبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ آيَةٌ مِنْهَا، وَالرُّكُوعُ، وَالطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ، وَالرَّفْعُ، وَاعْتِدَالٌ، وَالطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ، وَالسُّجُودُ، وَالطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ، وَالْجُلُوسُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ، وَالطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ، وَالْجُلُوسُ الْأَخِيرُ، وَالتَّشَهُّدُ فِيهِ، وَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ فِيهِ، وَالتَّسْلِيمَةُ الْأُولَى، وَنِيَّةُ الْخُرُوجِ مِنَ الصَّلَاةِ، وَتَرْتِيبُ الْأَرْكَانِ عَلَى مَا ذَكَرْنَاهُ.

Fasl: Rukun Sholat ada 18: [1] niat, [2] berdiri bagi yang mampu, [3] takbirotul ihrom (mengucapkan “Allohu Akbar” untuk memulai Sholat), [4] membaca surat Al-Fatihah, dengan “Bismillaahirrohmaanirrohiim” sebagai salah satu ayatnya, [5] ruku’, [6] thuma’ninah (tenang sejenak) saat ruku’, [7] bangkit dari ruku’ (i’tidal), [8] thuma’ninah saat i’tidal, [9] sujud, [10] thuma’ninah saat sujud, [11] duduk di antara 2 sujud, [12] thuma’ninah saat duduk di antara 2 sujud, [13] duduk terakhir (untuk tasyahud), [14] membaca tasyahud pada saat duduk terakhir, [15] membaca sholawat untuk Nabi pada saat duduk terakhir, [16] mengucapkan salam yang pertama, [17] niat untuk keluar dari Sholat (bersamaan dengan salam), [18] melakukan semua rukun di atas secara berurutan (tartib).

[Sunnah dalam Sholat]

وَسُنَنُهَا قَبْلَ الدُّخُولِ فِيهَا شَيْئَانِ: الْأَذَانُ، وَالْإِقَامَةُ.

Sunnah dalam Sholat yang dilakukan sebelum masuk ke dalam Sholat ada 2: yaitu adzan dan iqomah.

وَبَعْدَ الدُّخُولِ فِيهَا شَيْئَانِ: التَّشَهُّدُ الْأَوَّلُ، وَالْقُنُوتُ فِي الصُّبْحِ وَفِي الْوِتْرِ فِي النِّصْفِ الثَّانِي مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ.

Sunnah yang dilakukan setelah masuk ke dalam Sholat juga ada 2: yaitu Tasyahud Awal, dan membaca doa Qunut pada Sholat Shubuh serta pada Sholat Witir di separuh kedua pada bulan Romadhon.

وَهَيْأَتُهَا خَمْسَ عَشْرَةَ خَصْلَةً: رَفْعُ الْيَدَيْنِ عِنْدَ تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ وَعِنْدَ الرُّكُوعِ وَالرَّفْعِ مِنْهُ، وَوَضْعُ الْيَمِينِ عَلَى الشِّمَالِ، وَالتَّوَجُّهُ، وَالِاسْتِعَاذَةُ، وَالْجَهْرُ فِي مَوْضِعِهِ، وَالْإِسْرَارُ فِي مَوْضِعِهِ، وَالتَّأْمِينُ، وَقِرَاءَةُ سُورَةٍ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ، وَالتَّكْبِيرَاتُ عِنْدَ الرَّفْعِ وَالْخَفْضِ، وَقَوْلُ «سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ»، وَالتَّسْبِيحُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ، وَوَضْعُ الْيَدَيْنِ عَلَى الْفَخِذَيْنِ فِي الْجُلُوسِ يَبْسُطُ الْيُسْرَى وَيَقْبِضُ الْيُمْنَى إِلَّا الْمُسَبِّحَةَ فَإِنَّهُ يُشِيرُ بِهَا مُتَشَهِّدًا، وَالِافْتِرَاشُ فِي جَمِيعِ الْجَلَسَاتِ، وَالتَّوَرُّكُ فِي الْجَلْسَةِ الْأَخِيرَةِ، وَالتَّسْلِيمَةُ الثَّانِيَةُ.

Adapun hai’at Sholat (sunnah-sunnah berupa gerakan atau bacaan pelengkap) ada 15: [1] mengangkat kedua tangan saat takbirotul ihrom, saat akan ruku’, dan saat bangkit dari ruku’, [2] meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, [3] membaca doa tawajjuh (iftitah), [4] membaca isti’adzah (ta’awwudz), [5] mengeraskan bacaan pada tempatnya (roka’at pertama dan kedua pada: Shubuh, Maghrib, ‘Isya), [6] memelankan bacaan pada tempatnya (semua roka’at Zhuhur dan ‘Ashr, serta roka’at ketiga Maghrib dan roka’at ketiga dan keempat ‘Isya), [7] mengucapkan “Aamiin” setelah Al-Fatihah, [8] membaca surat lain setelah Al-Fatihah, [9] mengucapkan takbir (Allohu Akbar) saat akan turun atau bangkit, [10] mengucapkan “Sami’Allohu liman hamidah, robbana lakal hamd” saat bangkit dari ruku’, [11] membaca tasbih saat ruku’ dan sujud, [12] meletakkan kedua tangan di atas paha saat duduk, dengan membentangkan telapak tangan kiri dan menggenggam jari tangan kanan kecuali jari telunjuk, yang digunakan untuk berisyarat saat membaca syahadat, [13] duduk iftirosy (menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan) pada semua posisi duduk, [14] duduk tawarruk (mengeluarkan kaki kiri ke arah kanan dan duduk di atas lantai) pada duduk terakhir, [15] mengucapkan salam yang kedua.

[Perbedaan Sholat Lelaki dengan Wanita]

فَصْلٌ: وَالْمَرْأَةُ تُخَالِفُ الرَّجُلَ فِي خَمْسَةِ أَشْيَاءَ:

Fasl: Wanita berbeda dengan laki-laki dalam 5 hal saat Sholat:

فَالرَّجُلُ: يُجَافِي مِرْفَقَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ، وَيُقِلُّ بَطْنَهُ عَنْ فَخِذَيْهِ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ، وَيَجْهَرُ فِي مَوَاضِعِ الْجَهْرِ، وَإِذَا نَابَهُ شَيْءٌ فِي الصَّلَاةِ سَبَّحَ، وَعَوْرَةُ الرَّجُلِ مَا بَيْنَ سُرَّتِهِ وَرُكْبَتِهِ.

Laki-laki: [1] Merenggangkan kedua sikunya dari sisi tubuhnya; [2] mengangkat perutnya dari pahanya saat ruku’ dan sujud; [3] mengeraskan suara pada tempat-tempat yang disunnahkan untuk mengeraskan suara; [4] jika terjadi sesuatu dalam Sholat (misalnya imam lupa), ia mengingatkan dengan membaca tasbih; dan [5] aurot laki-laki adalah antara pusar dan lututnya.

وَالْمَرْأَةُ: تَضُمُّ بَعْضَهَا إِلَى بَعْضٍ، وَتَخْفِضُ صَوْتَهَا بِحَضْرَةِ الرِّجَالِ الْأَجَانِبِ، وَإِذَا نَابَهَا شَيْءٌ فِي الصَّلَاةِ صَفَّقَتْ، وَجَمِيعُ بَدَنِ الْحُرَّةِ عَوْرَةٌ إِلَّا وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا، وَالْأَمَةُ كَالرَّجُلِ.

Wanita: [1] Merapatkan satu bagian tubuhnya ke bagian tubuh yang lain; [2] merendahkan suaranya jika di hadapan laki-laki yang bukan mahrom; [3] jika terjadi sesuatu dalam Sholat, ia mengingatkan dengan cara menepuk tangan; [4] seluruh tubuh wanita merdeka adalah aurot kecuali wajah dan kedua telapak tangannya; [5] adapun aurot budak wanita adalah seperti aurot laki-laki.

[Yang Membatalkan Sholat]

فَصْلٌ: وَالَّذِي يُبْطِلُ الصَّلَاةَ أَحَدَ عَشَرَ شَيْئًا: الْكَلَامُ الْعَمْدُ، وَالْعَمَلُ الْكَثِيرُ، وَالْحَدَثُ، وَحُدُوثُ النَّجَاسَةِ، وَانْكِشَافُ الْعَوْرَةِ، وَتَغَيُّرُ النِّيَّةِ، وَاسْتِدْبَارُ الْقِبْلَةِ، وَالْأَكْلُ وَالشُّرْبُ، وَالْقَهْقَهَةُ، وَالرِّدَّةُ.

Fasl: Yang membatalkan Sholat ada 11 hal: [1] berbicara dengan sengaja, [2] melakukan banyak gerakan (di luar gerakan Sholat), [3] berhadats, [4] terkena najis (yang tidak dimaafkan), [5] terbukanya aurot, [6] mengubah niat (misalnya, niat keluar dari Sholat), [7] membelakangi qiblat, [8] makan, [9] minum, [10] tertawa terbahak-bahak, [11] murtad (keluar dari Islam).

[Rincian dalam Sholat Fardhu]

فَصْلٌ: وَرَكَعَاتُ الْفَرَائِضِ سَبْعَ عَشْرَةَ رَكْعَةً، فِيهَا: أَرْبَعٌ وَثَلَاثُونَ سَجْدَةً، وَأَرْبَعٌ وَتِسْعُونَ تَكْبِيرَةً، وَتِسْعُ تَشَهُّدَاتٍ، وَعَشْرُ تَسْلِيمَاتٍ، وَمِائَةٌ وَثَلَاثٌ وَخَمْسُونَ تَسْبِيحَةً.

Fasl: Jumlah roka’at Sholat fardhu dalam sehari semalam adalah 17 roka’at. Di dalamnya terdapat: 34 kali sujud, 94 kali takbir, 9 kali tasyahud, 10 kali salam, dan 153 kali tasbih.

وَجُمْلَةُ الْأَرْكَانِ فِي الصَّلَاةِ مِائَةٌ وَسِتَّةٌ وَعِشْرُونَ رُكْنًا: فِي الصُّبْحِ وَثَلَاثُونَ رُكْنًا، وَفِي الْمَغْرِبِ اثْنَانِ وَأَرْبَعُونَ رُكْنًا، وَفِي الرُّبَاعِيَّةِ أَرْبَعَةٌ وَخَمْسُونَ رُكْنًا.

Secara keseluruhan, jumlah rukun dalam Sholat sehari semalam adalah 126 rukun. Rinciannya: pada Sholat Shubuh ada 30 rukun; pada Sholat Maghrib ada 42 rukun; dan pada Sholat yang 4 roka’at ada 54 rukun.

وَمَنْ عَجَزَ عَنِ الْقِيَامِ فِي الْفَرِيضَةِ صَلَّى جَالِسًا، وَمَنْ عَجَزَ عَنِ الْجُلُوسِ صَلَّى مُضْطَجِعًا.

Siapa tidak mampu berdiri saat Sholat fardhu, ia boleh Sholat sambil duduk. Siapa tidak mampu duduk, ia boleh Sholat sambil berbaring.

[Sujud Sahwi]

فَصْلٌ: وَالْمَتْرُوكُ مِنَ الصَّلَاةِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: فَرْضٌ، وَسُنَّةٌ، وَهَيْئَةٌ.

Fasl: Perkara yang ditinggalkan dalam Sholat ada 3 jenis: rukun (fardhu), sunnah (sunnah ab’adh), dan hai’ah.

فَالْفَرْضُ لَا يَنُوبُ عَنْهُ سُجُودُ السَّهْوِ، بَلْ إِنْ ذَكَرَهُ وَالزَّمَانُ قَرِيبٌ أَتَى بِهِ، وَبَنَى عَلَيْهِ، وَسَجَدَ لِلسَّهْوِ.

Jika yang ditinggalkan adalah rukun, maka tidak bisa diganti dengan sujud sahwi. Jika ia teringat dalam waktu dekat, ia harus segera melakukan rukun yang tertinggal itu, lalu melanjutkan Sholatnya, dan diakhiri dengan sujud sahwi.

وَالسُّنَّةُ لَا يَعُودُ إِلَيْهَا بَعْدَ التَّلَبُّسِ بِالْفَرْضِ لَكِنَّهُ يَسْجُدُ لِلسَّهْوِ عَنْهَا.

Jika yang ditinggalkan adalah sunnah (seperti tasyahud awal), ia tidak perlu kembali untuk melakukannya jika sudah terlanjur mengerjakan rukun berikutnya, tetapi ia harus melakukan sujud sahwi sebelum salam.

وَالْهَيْئَةُ لَا يَعُودُ إِلَيْهَا بَعْدَ تَرْكِهَا وَلَا يَسْجُدُ لِلسَّهْوِ عَنْهَا.

Jika yang ditinggalkan adalah hai’ah (seperti doa iftitah), ia tidak perlu kembali untuk melakukannya dan juga tidak perlu sujud sahwi karenanya.

وَإِذَا شَكَّ فِي عَدَدِ مَا أَتَى بِهِ مِنَ الرَّكَعَاتِ، بَنَى عَلَى الْيَقِينِ وَهُوَ الْأَقَلُّ وَسَجَدَ لِلسَّهْوِ.

Apabila seseorang ragu mengenai jumlah roka’at yang telah ia kerjakan, maka ia harus mengambil jumlah yang paling sedikit karena itulah yang diyakini, lalu ia menyempurnakan Sholatnya dan melakukan sujud sahwi.

وَسُجُودُ السَّهْوِ سُنَّةٌ، وَمَحَلُّهُ قَبْلَ السَّلَامِ.

Sujud sahwi hukumnya sunnah, dan dilakukan sebelum salam.

[Waktu yang Dilarang untuk Sholat]

فَصْلٌ: وَخَمْسَةُ أَوْقَاتٍ لَا يُصَلَّى فِيهَا إِلَّا صَلَاةٌ لَهَا سَبَبٌ: بَعْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، وَعِنْدَ طُلُوعِهَا حَتَّى تَتَكَامَلَ وَتَرْتَفِعَ قَدْرَ رُمْحٍ، وَإِذَا اسْتَوَتْ حَتَّى تَزُولَ، وَبَعْدَ صَلَاةِ الْعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ، وَعِنْدَ الْغُرُوبِ حَتَّى يَتَكَامَلَ غُرُوبُهَا.

Fasl: Ada 5 waktu di mana tidak boleh melakukan Sholat, kecuali Sholat yang memiliki sebab tertentu (seperti Sholat janazah atau tahiyatul Masjid): [1] setelah selesai Sholat Shubuh sampai matahari terbit, [2] saat matahari sedang terbit sampai ia sempurna terbit dan naik setinggi tombak (± 15 setelah terbit), [3] saat matahari tepat berada di tengah langit (istiwa’) sampai ia tergelincir (± 15 sebelum Zhuhur), [4] setelah selesai Sholat ‘Ashr sampai matahari terbenam, [5] saat matahari sedang terbenam sampai proses terbenamnya sempurna.

[Sholat Berjama’ah]

فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الْجَمَاعَةِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ، وَعَلَى الْمَأْمُومِ أَنْ يَنْوِيَ الِائْتِمَامَ دُونَ الْإِمَامِ.

Fasl: Sholat berjama’ah hukumnya sunnah yang sangat ditekankan (sunnah muakkadah). Seorang makmum wajib berniat untuk menjadi makmum, sedangkan imam tidak wajib berniat menjadi imam.

وَيَجُوزُ أَنْ يَأْتَمَّ الْحُرُّ بِالْعَبْدِ وَالْبَالِغُ بِالْمُرَاهِقِ، وَلَا تَصِحُّ قُدْوَةُ رَجُلٍ بِامْرَأَةٍ وَلَا قَارِئٍ بِأُمِّيٍّ.

Boleh seorang yang merdeka bermakmum kepada seorang budak, dan seorang yang sudah baligh bermakmum kepada anak yang mendekati baligh (murohiq). Namun, tidak sah seorang laki-laki menjadi makmum bagi seorang wanita, dan tidak sah seorang yang bisa membaca (Al-Fatihah) bermakmum kepada orang yang ummi (tidak bisa membacanya).

وَأَيُّ مَوْضِعٍ صَلَّى فِي الْمَسْجِدِ بِصَلَاةِ الْإِمَامِ فِيهِ وَهُوَ عَالِمٌ بِصَلَاتِهِ أَجْزَأَهُ مَا لَمْ يَتَقَدَّمْ عَلَيْهِ، وَإِنْ صَلَّى خَارِجَ الْمَسْجِدِ وَالْمَأْمُومُ قَرِيبًا مِنْهُ وَهُوَ عَالِمٌ بِصَلَاتِهِ وَلَا حَائِلَ هُنَاكَ جَازَ.

Di mana pun posisi seseorang Sholat di dalam Masjid mengikuti imam, selama ia mengetahui gerakan imam, maka Sholatnya sah, asalkan posisinya tidak mendahului imam. Jika ia Sholat di luar Masjid namun posisinya dekat dengan imam, ia mengetahui gerakan Sholat imam, dan tidak ada penghalang antara keduanya, maka itu dibolehkan.

[Sholat Musafir]

فَصْلٌ: وَيَجُوزُ لِلْمُسَافِرِ قَصْرُ الصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ بِخَمْسِ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ سَفَرُهُ فِي غَيْرِ مَعْصِيَةٍ، وَأَنْ تَكُونَ مَسَافَتُهُ سِتَّةَ عَشَرَ فَرْسَخًا بِلَا إِيَابٍ، وَأَنْ يَكُونَ مُؤَدِّيًا لِلصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ، وَأَنْ يَنْوِيَ الْقَصْرَ مَعَ الْإِحْرَامِ، وَأَنْ لَا يَأْتَمَّ بِمُقِيمٍ.

Fasl: Seorang musafir (orang yang bepergian) boleh men-qoshor (meringkas) Sholat yang 4 roka’at menjadi 2 roka’at dengan 5 syarat: [1] perjalanannya bukan untuk tujuan maksiat, [2] jarak tempuhnya mencapai 16 farsakh (sekitar 89 km) untuk sekali jalan, [3] Sholat yang di-qoshor adalah Sholat yang 4 roka’at, [4] ia berniat untuk melakukan qoshor bersamaan dengan takbirotul ihrom, [5] ia tidak bermakmum kepada orang yang Sholat sempurna (muqim).

وَيَجُوزُ لِلْمُسَافِرِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ فِي وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ، وَبَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ فِي وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ.

Seorang musafir boleh men-jama’ (menggabungkan) antara Zhuhur dan ‘Ashr di salah satu waktu dari keduanya (baik di waktu Zhuhur maupun di waktu ‘Ashr). Ia juga boleh men-jama’ antara Maghrib dan ‘Isya di salah satu waktu dari keduanya.

وَيَجُوزُ لِلْحَاضِرِ فِي الْمَطَرِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَهُمَا فِي وَقْتِ الْأُولَى مِنْهُمَا.

Orang yang tidak bepergian pun boleh men-jama’ Sholat (Zhuhur dengan ‘Ashr, atau Maghrib dengan ‘Isya) jika turun hujan, namun hanya boleh dilakukan pada waktu Sholat yang pertama (jama’ taqdim).

[Sholat Jum’at]

فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الْجُمُعَةِ سَبْعَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ، وَالْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَالذُّكُورِيَّةُ، وَالصِّحَّةُ، وَالِاسْتِيطَانُ.

Fasl: Syarat wajibnya Sholat Jum’at ada 7: [1] Islam, [2] baligh, [3] berakal, [4] merdeka, [5] laki-laki, [6] sehat, dan [7] merupakan penduduk tetap (istithon).

وَشَرَائِطُ فِعْلِهَا ثَلَاثَةٌ: أَنْ تَكُونَ الْبَلَدُ مِصْرًا أَوْ قَرْيَةً، وَأَنْ يَكُونَ الْعَدَدُ أَرْبَعِينَ مِنْ أَهْلِ الْجُمُعَةِ، وَأَنْ يَكُونَ الْوَقْتُ بَاقِيًا؛ فَإِنْ خَرَجَ الْوَقْتُ أَوْ عَدِمَتِ الشُّرُوطُ صُلِّيَتْ ظُهْرًا.

Syarat sah pelaksanaannya ada 3: [1] dilaksanakan di sebuah kota besar (mishr) atau desa, [2] jumlah jama’ah mencapai 40 orang dari kalangan yang wajib Sholat Jum’at, [3] waktu Zhuhur masih ada. Jika waktu Zhuhur telah habis atau salah satu syarat tidak terpenuhi, maka yang dikerjakan adalah Sholat Zhuhur biasa.

وَفَرَائِضُهَا ثَلَاثَةٌ: خُطْبَتَانِ يَقُومُ فِيهِمَا، وَيَجْلِسُ بَيْنَهُمَا، وَأَنْ تُصَلَّى رَكْعَتَيْنِ فِي جَمَاعَةٍ.

Rukun-rukunnya ada 3: [1] dua khutbah, [2] khotib berdiri saat menyampaikannya dan duduk di antara keduanya, [3] Sholat 2 roka’at secara berjama’ah.

وَهَيْأَتُهَا أَرْبَعُ خِصَالٍ: الْغُسْلُ، وَتَنْظِيفُ الْجَسَدِ، وَلُبْسُ الثِّيَابِ الْبِيضِ، وَأَخْذُ الظُّفُرِ وَالطِّيبُ.

Amalan sunnahnya (hai’at) ada 4: [1] mandi, [2] membersihkan badan, [3] memakai pakaian putih, [4] serta memotong kuku dan memakai wewangian.

وَيُسْتَحَبُّ الْإِنْصَاتُ فِي وَقْتِ الْخُطْبَةِ، وَمَنْ دَخَلَ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ يَجْلِسُ.

Sangat dianjurkan untuk diam dan mendengarkan saat khutbah berlangsung. Siapa masuk Masjid saat imam sedang berkhutbah, hendaklah ia Sholat 2 roka’at yang ringan (tahiyatul Masjid), lalu duduk.

[Sholat Dua Hari Raya]

فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الْعِيدَيْنِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ: وَهِيَ رَكْعَتَانِ يُكَبِّرُ فِي الْأُولَى سَبْعًا سِوَى تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ وَفِي الثَّانِيَةِ خَمْسًا سِوَى تَكْبِيرَةِ الْقِيَامِ، وَيَخْطُبُ بَعْدَهَا خُطْبَتَيْنِ، يُكَبِّرُ فِي الْأُولَى تِسْعًا وَفِي الثَّانِيَةِ سَبْعًا.

Fasl: Sholat ‘Idain (Idul Fithri dan Idul Adha) hukumnya sunnah yang sangat ditekankan. Sholat ini terdiri dari 2 roka’at; pada roka’at pertama bertakbir 7 kali selain takbirotul ihrom, dan pada roka’at kedua bertakbir 5 kali selain takbir saat bangkit dari sujud. Setelah Sholat, imam menyampaikan 2 khutbah, di mana pada khutbah pertama ia bertakbir 9 kali dan pada khutbah kedua 7 kali.

وَيُكَبِّرُ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ مِنْ لَيْلَةِ الْعِيدِ إِلَى أَنْ يَدْخُلَ الْإِمَامُ فِي الصَّلَاةِ، وَفِي الْأَضْحَى خَلْفَ الصَّلَوَاتِ الْمَفْرُوضَاتِ مِنْ صُبْحِ يَوْمِ عَرَفَةَ إِلَى الْعَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ.

Takbir (pada Hari Raya Idul Fithri) dianjurkan sejak terbenamnya matahari di malam ‘Id sampai imam masuk untuk memulai Sholat. Adapun pada Hari Raya Idul Adha, takbir (muqoyyad) dikumandangkan setelah Sholat-Sholat fardhu, dimulai dari Shubuh hari Arofah hingga waktu ‘Ashr di hari terakhir Tasyriq.

[Sholat Gerhana (Kusuf)]

فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الْكُسُوفِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ، فَإِنْ فَاتَتْ لَمْ تُقْضَ، وَيُصَلِّي لِكُسُوفِ الشَّمْسِ وَخُسُوفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ، فِي كُلِّ رَكْعَةٍ قِيَامَانِ يُطِيلُ الْقِرَاءَةَ فِيهِمَا وَرُكُوعَانِ يُطِيلُ التَّسْبِيحَ فِيهِمَا دُونَ السُّجُودِ، وَيَخْطُبُ بَعْدَهَا خُطْبَتَيْنِ، وَيُسِرُّ فِي كُسُوفِ الشَّمْسِ وَيَجْهَرُ فِي خُسُوفِ الْقَمَرِ.

Fasl: Sholat gerhana hukumnya sunnah yang sangat ditekankan. Jika waktunya terlewat, tidak perlu di-qodho. Untuk gerhana matahari (kusuf) dan gerhana bulan (khusuf), Sholat dilakukan sebanyak 2 roka’at. Dalam setiap roka’at, ada 2 kali berdiri (dengan bacaan surat yang panjang) dan 2 kali ruku’ (dengan tasbih yang panjang), namun sujudnya tetap seperti biasa. Setelah Sholat, imam menyampaikan 2 khutbah. Bacaan pada Sholat gerhana matahari dipelankan (sirr), sedangkan pada Sholat gerhana bulan dikeraskan (jahr).

[Sholat Minta Hujan (Istisqo’)]

فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الِاسْتِسْقَاءِ مَسْنُونَةٌ، فَيَأْمُرُهُمُ الْإِمَامُ بِالتَّوْبَةِ وَالصَّدَقَةِ وَالْخُرُوجِ مِنَ الْمَظَالِمِ وَمُصَالَحَةِ الْأَعْدَاءِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ، ثُمَّ يَخْرُجُ بِهِمْ فِي الْيَوْمِ الرَّابِعِ فِي ثِيَابِ بَذْلَةٍ وَاسْتِكَانَةٍ وَتَضَرُّعٍ.

Fasl: Sholat Istisqo’ hukumnya sunnah. Imam hendaknya memerintahkan jama’ah untuk bertaubat, bersedekah, menyelesaikan kezholiman, berdamai dengan musuh, dan ber-Puasa selama 3 hari. Kemudian pada hari keempat, imam keluar bersama mereka dengan mengenakan pakaian sederhana, dalam keadaan tunduk dan penuh harap.

وَيُصَلِّي بِهِمْ رَكْعَتَيْنِ كَصَلَاةِ الْعِيدَيْنِ، ثُمَّ يَخْطُبُ بَعْدَهُمَا وَيُحَوِّلُ رِدَاءَهُ، وَيُكْثِرُ مِنَ الدُّعَاءِ وَالِاسْتِغْفَارِ، وَيَدْعُو بِدُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ.

Imam memimpin mereka Sholat 2 roka’at seperti Sholat ‘Id. Setelah itu, ia berkhutbah dan membalikkan posisi selendangnya (sebagai simbol harapan perubahan kondisi). Ia memperbanyak doa dan istighfar, dan membaca doa yang dibaca oleh Rosulullah .

وَهُوَ: «اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْيَا رَحْمَةٍ وَلَا تَجْعَلْهَا سُقْيَا عَذَابٍ وَلَا مَحْقٍ وَلَا بَلَاءٍ وَلَا هَدْمٍ وَلَا غَرَقٍ

Doa tersebut adalah: “Ya Alloh, jadikanlah hujan ini sebagai siraman rohmat, dan jangan jadikan ia sebagai siraman adzab, kehancuran, bencana, perobohan, atau penenggelaman.”

اللَّهُمَّ عَلَى الظِّرَابِ وَالْآكَامِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ.

“Ya Alloh, turunkanlah hujan ini di atas dataran-dataran tinggi, perbukitan, tempat-tempat tumbuhnya pepohonan, dan di dasar lembah-lembah.”

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا.

“Ya Alloh, turunkanlah di sekitar kami, bukan (sebagai bencana) yang menimpa kami.”

اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا هَنِيئًا مَرِيئًا مُرِيعًا سَحًّا عَامًّا غَدَقًا طَبَقًا مُجَلَّلًا دَائِمًا إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

“Ya Alloh, berilah kami hujan yang menolong, yang menyegarkan, yang menyehatkan, yang menyuburkan, yang deras, yang merata, yang melimpah, yang menggenangi, yang terus-menerus hingga Hari Kiamat.”

اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ.

“Ya Alloh, berilah kami hujan, dan jangan jadikan kami termasuk orang-orang yang putus asa.”

اللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلَادِ مِنَ الْجَهْدِ وَالْجُوعِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُو إِلَّا إِلَيْكَ.

“Ya Alloh, sesungguhnya para hamba dan negeri ini sedang dilanda kesulitan, kelaparan, dan kesempitan yang tidak dapat kami adukan kecuali kepada-Mu.”

اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ، وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا لَا يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ.

“Ya Alloh, tumbuhkanlah untuk kami tanam-tanaman, deraskanlah untuk kami air susu ternak, turunkanlah kepada kami dari keberkahan langit, dan tumbuhkanlah untuk kami dari keberkahan bumi. Angkatlah dari kami bencana yang tidak dapat diangkat oleh selain-Mu.”

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ، إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا»

“Ya Alloh, sesungguhnya kami memohon ampun kepada-Mu, karena Engkau Maha Pengampun, maka kirimkanlah hujan yang deras dari langit untuk kami.”

وَيَغْتَسِلُ فِي الْوَادِي إِذَا سَالَ وَيُسَبِّحُ لِلرَّعْدِ وَالْبَرْقِ.

(Disunnahkan) mandi di lembah jika airnya sudah mengalir, serta bertasbih ketika mendengar petir dan melihat kilat.

[Sholat dalam Keadaan Takut (Khouf)]

فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الْخَوْفِ عَلَى ثَلَاثَةِ أَضْرُبٍ:

Fasl: Sholat Khouf dapat dilakukan dalam 3 model:

أَحَدُهُمَا أَنْ يَكُونَ الْعَدُوُّ فِي غَيْرِ جِهَةِ الْقِبْلَةِ، فَيُفَرِّقُهُمُ الْإِمَامُ فِرْقَتَيْنِ فِرْقَةٌ تَقِفُ فِي وَجْهِ الْعَدُوِّ وَفِرْقَةٌ خَلْفَهُ، فَيُصَلِّي بِالْفِرْقَةِ الَّتِي خَلْفَهُ رَكْعَةً ثُمَّ تُتِمُّ لِنَفْسِهَا، وَتَمْضِي إِلَى وَجْهِ الْعَدُوِّ، وَتَأْتِي الطَّائِفَةُ الْأُخْرَى فَيُصَلِّي بِهَا رَكْعَةً ثُمَّ تُتِمُّ لِنَفْسِهَا وَيُسَلِّمُ بِهَا.

Pertama: Jika musuh berada di arah selain qiblat: Imam membagi pasukannya menjadi 2 kelompok. Satu kelompok berjaga menghadap musuh, dan satu kelompok Sholat di belakang imam. Imam Sholat satu roka’at bersama kelompok yang di belakangnya, kemudian kelompok ini menyempurnakan sendiri Sholatnya (satu roka’at lagi), lalu mereka maju untuk berjaga menggantikan kelompok pertama. Kemudian, kelompok yang tadi berjaga datang, dan imam Sholat satu roka’at bersama mereka, lalu imam menyelesaikan Sholatnya. Kelompok kedua ini kemudian menyempurnakan Sholat mereka sendiri dan imam menunggu untuk salam bersama mereka.

وَالثَّانِي أَنْ يَكُونَ الْعَدُوُّ فِي جِهَةِ الْقِبْلَةِ فَيَصُفُّهُمُ الْإِمَامُ صَفَّيْنِ، وَيُحْرِمُ بِهِمْ، فَإِذَا سَجَدَ سَجَدَ مَعَهُ أَحَدُ الصَّفَّيْنِ، وَوَقَفَ الصَّفُّ الْآخَرُ يَحْرُسُهُمْ، فَإِذَا رَفَعَ سَجَدُوا وَلَحِقُوهُ.

Kedua: Jika musuh berada di arah qiblat: Imam menyusun pasukan dalam 2 barisan dan memulai Sholat bersama semuanya. Ketika imam sujud, salah satu barisan ikut sujud bersamanya sementara barisan yang lain tetap berdiri menjaga. Ketika imam bangkit dari sujud, barisan yang tadinya berjaga kemudian sujud dan menyusul imam.

وَالثَّالِثُ أَنْ يَكُونَ فِي شِدَّةِ الْخَوْفِ وَالْتِحَامِ الْحَرْبِ، فَيُصَلِّي كَيْفَ أَمْكَنَهُ رَاجِلًا أَوْ رَاكِبًا مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ وَغَيْرَ مُسْتَقْبِلٍ لَهَا.

Ketiga: Jika kondisi sangat genting dan pertempuran berkecamuk: Maka setiap orang Sholat sesuai kemampuannya, baik sambil berjalan kaki atau di atas kendaraan, baik menghadap qiblat maupun tidak.

[Pakaian Sutra dan Emas]

فَصْلٌ: وَيَحْرُمُ عَلَى الرِّجَالِ لُبْسُ الْحَرِيرِ، وَالتَّخَتُّمُ بِالذَّهَبِ وَيَحِلُّ لِلنِّسَاءِ، وَقَلِيلُ الذَّهَبِ وَكَثِيرُهُ فِي التَّحْرِيمِ سَوَاءٌ.

Fasl: Diharomkan bagi laki-laki untuk memakai pakaian sutra dan cincin emas, namun keduanya halal bagi perempuan. Sedikit ataupun banyak emas, hukum haromnya bagi laki-laki adalah sama.

وَإِذَا كَانَ بَعْضُ الثَّوْبِ إِبْرِيسَمًا وَبَعْضُهُ قُطْنًا أَوْ كَتَّانًا جَازَ لُبْسُهُ مَا لَمْ يَكُنِ الْإِبْرِيسَمُ غَالِبًا.

Jika sebagian kain terbuat dari sutra dan sebagian lainnya dari katun atau linen, maka boleh dipakai selama bahan sutranya tidak lebih dominan.

[Hukum Seputar Janazah]

فَصْلٌ: وَيَلْزَمُ فِي الْمَيِّتِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: غُسْلُهُ، وَتَكْفِينُهُ، وَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ، وَدَفْنُهُ.

Fasl: Ada 4 kewajiban terhadap janazah: memandikannya, mengkafaninya, men-Sholatkannya, dan menguburkannya.

[Memandikan Janazah]

وَاثْنَانِ لَا يُغْسَلَانِ وَلَا يُصَلَّى عَلَيْهِمَا: الشَّهِيدُ فِي مَعْرَكَةِ الْمُشْرِكِينَ، وَالسَّقْطُ الَّذِي لَمْ يَسْتَهِلَّ صَارِخًا.

Ada 2 jenis orang yang tidak dimandikan dan tidak di-Sholatkan: orang yang mati syahid di medan perang melawan kaum musyrikin, dan bayi keguguran yang tidak sempat bersuara (menangis) saat lahir.

وَيُغْسَلُ الْمَيِّتُ وِتْرًا، وَيَكُونُ فِي أَوَّلِ غَسْلِهِ سِدْرٌ وَفِي آخِرِهِ شَيْءٌ مِنْ كَافُورٍ.

Janazah (dianjurkan) dimandikan dalam hitungan ganjil. Pada basuhan pertama, dianjurkan menggunakan daun bidara, dan pada basuhan terakhir menggunakan sedikit kapur barus.

[Mengkafani Janazah]

وَيُكَفَّنُ فِي ثَلَاثَةِ أَثْوَابٍ بِيضٍ، لَيْسَ فِيهَا قَمِيصٌ وَلَا عِمَامَةٌ.

Janazah laki-laki dikafani dengan 3 helai kain putih, tanpa baju kurung ataupun sorban.

[Mensholati Janazah]

وَيُكَبَّرُ عَلَيْهِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ: يَقْرَأُ الْفَاتِحَةَ بَعْدَ الْأُولَى، وَيُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ ﷺ بَعْدَ الثَّانِيَةِ، وَيَدْعُو لِلْمَيِّتِ بَعْدَ الثَّالِثَةِ

Janazah di-Sholatkan dengan 4 kali takbir: [1] setelah takbir pertama, membaca Al-Fatihah; [2] setelah takbir kedua, membaca sholawat untuk Nabi , [3] setelah takbir ketiga, mendoakan janazah.

«اللَّهُمَّ هَذَا عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدَيْكَ خَرَجَ مِنْ رَوْحِ الدُّنْيَا وَسِعَتِهَا وَمَحْبُوبِهِ وَأَحِبَّائِهِ فِيهَا إِلَى ظُلْمَةِ الْقَبْرِ وَمَا هُوَ لَاقِيهِ،

Yaitu dengan mengucapkan: “Ya Alloh, ini adalah hamba-Mu, anak dari 2 hamba-Mu. Ia telah keluar dari kesenangan dan kelapangan dunia, serta dari orang-orang yang ia cintai di dalamnya, menuju kegelapan kubur dan apa yang akan ia temui.

كَانَ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ، وَأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا.

Dulu ia bersaksi bahwa tiada yang berhak disembah selain Engkau semata, tiada sekutu bagi-Mu, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rosul-Mu, dan Engkau lebih mengetahui keadaannya daripada kami.

اللَّهُمَّ إِنَّهُ نَزَلَ بِكَ وَأَنْتَ خَيْرُ مَنْزُولٍ بِهِ، وَأَصْبَحَ فَقِيرًا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ، وَقَدْ جِئْنَاكَ رَاغِبِينَ إِلَيْكَ شُفَعَاءَ لَهُ.

Ya Alloh, sesungguhnya ia kini datang kepada-Mu, dan Engkaulah sebaik-baik tempat bersinggah. Ia kini sangat membutuhkan rohmat-Mu, sementara Engkau tidak butuh untuk mengazabnya. Kami datang kepada-Mu dengan penuh harap, memohonkan syafa’at untuknya.

اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِي إِحْسَانِهِ، وَإِنْ كَانَ مُسِيئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ، وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ رِضَاكَ، وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَهُ، وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ، وَجَافِ الْأَرْضَ عَنْ جَنْبَيْهِ، وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ الْأَمْنَ مِنْ عَذَابِكَ، وَحَتَّى تَبْعَثَهُ آمِنًا إِلَى جَنَّتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ»

Ya Alloh, jika ia adalah orang baik, maka tambahkanlah kebaikannya. jika ia adalah orang yang berbuat buruk, maka maafkanlah kesalahannya. Pertemukanlah ia dengan ridho-Mu berkat rohmat-Mu. Lindungilah ia dari fitnah dan azab kubur. Lapangkanlah kuburnya untuknya, dan jauhkanlah himpitan bumi dari kedua sisi tubuhnya. Pertemukanlah ia, dengan rohmat-Mu, pada keamanan dari azab-Mu, hingga Engkau membangkitkannya dalam keadaan aman menuju Surga-Mu, wahai Yang Paling Pengasih di antara para pengasih.”

وَيَقُولُ بَعْدَ الرَّابِعَةِ: «اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ، وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ»، وَيُسَلِّمُ بَعْدَ الرَّابِعَةِ.

[4] Setelah takbir keempat, membaca: “Ya Alloh, janganlah Engkau halangi kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau beri kami cobaan sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.” Kemudian mengucapkan salam setelah takbir keempat.

[Menguburkan Janazah]

وَيُدْفَنُ فِي لَحْدٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ، وَيُسَلُّ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ بِرِفْقٍ وَيَقُولُ الَّذِي يُلْحِدُهُ: «بِسْمِ اللَّهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ».

Janazah dikuburkan di dalam liang lahad dengan posisi menghadap qiblat. Janazah dimasukkan ke dalam liang dari arah kepala secara perlahan. Orang yang memasukkannya ke liang lahad mengucapkan: “Bismillah wa ‘ala millati Rosulillah (Dengan nama Alloh dan di atas agama Rosulullah )”.

وَيُضْجَعُ فِي الْقَبْرِ بَعْدَ أَنْ يُعَمَّقَ قَامَةً وَبَسْطَةً، وَيُسْطَحَ الْقَبْرُ وَلَا يُبْنَى عَلَيْهِ وَلَا يُجَصَّصُ.

Janazah dibaringkan di dalam kubur setelah digali sedalam tinggi orang dewasa ditambah satu rentangan tangan. Permukaan kubur diratakan, tidak dibangun bangunan di atasnya, dan tidak dilapisi semen.

وَلَا بَأْسَ بِالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ مِنْ غَيْرِ نَوْحٍ، وَلَا شَقِّ جَيْبٍ.

Tidak mengapa menangisi janazah selama tidak disertai dengan ratapan histeris (niyahah) atau merobek-robek kerah baju.

وَيُعَزَّى أَهْلُهُ إِلَى ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ دَفْنِهِ، وَلَا يُدْفَنُ اثْنَانِ فِي قَبْرٍ إِلَّا لِحَاجَةٍ.

Keluarga janazah dihibur (di-ta’ziyah) hingga 3 hari setelah pemakaman. Tidak boleh menguburkan 2 janazah dalam satu liang kubur kecuali ada kebutuhan mendesak.

 

KITAB ZAKAT

[Jenis Harta Wajib Zakat]

تَجِبُ الزَّكَاةُ فِي خَمْسَةِ أَشْيَاءَ وَهِيَ: الْمَوَاشِي، وَالْأَثْمَانُ، وَالزُّرُوعُ، وَالثِّمَارُ، وَعُرُوضُ التِّجَارَةِ.

Zakat menjadi wajib pada 5 jenis harta: [1] hewan ternak (onta, sapi, kambing), [2] harta berharga (emas dan perak), [3] hasil pertanian (tanaman), [4] hasil perkebunan (buah-buahan), dan [5] barang dagangan.

فَأَمَّا الْمَوَاشِي فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِي ثَلَاثَةِ أَجْنَاسٍ مِنْهَا وَهِيَ: الْإِبِلُ وَالْبَقَرُ وَالْغَنَمُ. وَشَرَائِطُ وُجُوبِهَا سِتَّةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَالْمِلْكُ التَّامُّ، وَالنِّصَابُ، وَالْحَوْلُ، وَالسَّوْمُ.

Hewan Ternak: Zakat wajib pada 3 jenis hewan ternak, yaitu: unta, sapi (termasuk kerbau), dan kambing (termasuk domba). Syarat wajibnya ada 6: Islam, merdeka, kepemilikan penuh, mencapai jumlah minimal (nishob), telah dimiliki selama satu tahun (haul), dan digembalakan di padang rumput (bukan diberi pakan di kandang).

وَأَمَّا الْأَثْمَانُ فَشَيْئَانِ: الذَّهَبُ وَالْفِضَّةُ. وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الزَّكَاةِ فِيهَا خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَالْمِلْكُ التَّامُّ، وَالنِّصَابُ، وَالْحَوْلُ.

Harta Berharga: Ada 2 jenis, yaitu emas dan perak. Syarat wajibnya ada 5: Islam, merdeka, kepemilikan penuh, mencapai nishob, dan telah dimiliki selama satu tahun (haul).

وَأَمَّا الزُّرُوعُ فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيهَا بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ مِمَّا يَزْرَعُهُ الْآدَمِيُّونَ، وَأَنْ يَكُونَ قُوتًا مُدَّخَرًا، وَأَنْ يَكُونَ نِصَابًا وَهُوَ خَمْسَةُ أَوْسُقٍ لَا قِشْرَ عَلَيْهَا.

Hasil Pertanian: Zakat menjadi wajib dengan 3 syarat: merupakan tanaman yang biasa ditanam manusia, merupakan makanan pokok yang bisa disimpan lama, dan telah mencapai nishob, yaitu 5 wasaq (setelah bersih dari kulitnya).

وَأَمَّا الثِّمَارُ فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِي شَيْئَيْنِ مِنْهَا: ثَمَرَةُ النَّخْلِ وَثَمَرَةُ الْكَرْمِ. وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الزَّكَاةِ فِيهَا أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَالْمِلْكُ التَّامُّ، وَالنِّصَابُ.

Hasil Perkebunan: Zakat wajib pada 2 jenis buah: buah kurma dan buah anggur. Syarat wajibnya ada 4: Islam, merdeka, kepemilikan penuh, dan mencapai nishob.

وَأَمَّا عُرُوضُ التِّجَارَةِ، فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيهَا بِالشَّرَائِطِ الْمَذْكُورَةِ فِي الْأَثْمَانِ.

Barang Dagangan: Zakat wajib pada barang dagangan dengan syarat-syarat yang sama seperti pada emas dan perak.

[Nishob Unta]

فَصْلٌ: وَأَوَّلُ نِصَابِ الْإِبِلِ خَمْسٌ وَفِيهَا شَاةٌ، وَفِي عَشْرٍ شَاتَانِ، وَفِي خَمْسَ عَشْرَةَ ثَلَاثُ شِيَاهٍ، وَفِي عِشْرِينَ أَرْبَعُ شِيَاهٍ، وَفِي خَمْسٍ وَعِشْرِينَ بِنْتُ مَخَاضٍ، وَفِي سِتٍّ وَثَلَاثِينَ بِنْتُ لَبُونٍ، وَفِي سِتٍّ وَأَرْبَعِينَ حِقَّةٌ، وَفِي إِحْدَى وَسِتِّينَ جَذَعَةٌ، وَفِي سِتٍّ وَسَبْعِينَ بِنْتُ لَبُونٍ، وَفِي إِحْدَى وَتِسْعِينَ حِقَّتَانِ، وَفِي مِائَةٍ وَإِحْدَى وَعِشْرِينَ ثَلَاثُ بَنَاتِ لَبُونٍ، ثُمَّ فِي كُلِّ أَرْبَعِينَ بِنْتُ لَبُونٍ، وَفِي كُلِّ خَمْسِينَ حِقَّةٌ.

Fasl: Nishob (batas minimal) untuk unta adalah sebagai berikut:

5 ekor unta, Zakatnya 1 ekor kambing.

10 ekor unta, Zakatnya 2 ekor kambing.

15 ekor unta, Zakatnya 3 ekor kambing.

20 ekor unta, Zakatnya 4 ekor kambing.

25 ekor unta, Zakatnya 1 ekor unta betina umur 1 tahun (bintu makhodh).

36 ekor unta, Zakatnya 1 ekor unta betina umur 2 tahun (bintu labun).

46 ekor unta, Zakatnya 1 ekor unta betina umur 3 tahun (hiqqoh).

61 ekor unta, Zakatnya 1 ekor unta betina umur 4 tahun (jadza’ah).

76 ekor unta, Zakatnya 2 ekor unta betina umur 2 tahun (bintu labun).

91 ekor unta, Zakatnya 2 ekor unta betina umur 3 tahun (hiqqoh).

121 ekor unta, Zakatnya 3 ekor unta betina umur 2 tahun (bintu labun).

Selanjutnya, setiap kelipatan 40 ekor, Zakatnya 1 ekor unta betina umur 2 tahun (bintu labun), dan setiap kelipatan 50 ekor, Zakatnya 1 ekor unta betina umur 3 tahun (hiqqoh).

[Nishob Sapi]

فَصْلٌ: وَأَوَّلُ نِصَابِ الْبَقَرِ ثَلَاثُونَ وَفِيهَا تَبِيعٌ، وَفِي أَرْبَعِينَ مُسِنَّةٌ، وَعَلَى هَذَا فَقِسْ.

Fasl: Nishob awal untuk sapi adalah 30 ekor, Zakatnya 1 ekor sapi jantan umur 1 tahun (tabi’). Jika mencapai 40 ekor, Zakatnya 1 ekor sapi betina umur 2 tahun (musinnah). Begitulah perhitungannya dan seterusnya.

[Nishob Kambing]

فَصْلٌ: وَأَوَّلُ نِصَابِ الْغَنَمِ أَرْبَعُونَ وَفِيهَا شَاةٌ جَذَعَةٌ مِنَ الضَّأْنِ أَوْ ثَنِيَّةٌ مِنَ الْمَعْزِ، وَفِي مِائَةٍ وَإِحْدَى وَعِشْرِينَ شَاتَانِ، وَفِي مِائَتَيْنِ وَوَاحِدَةٍ ثَلَاثُ شِيَاهٍ، وَفِي أَرْبَعِمِائَةٍ أَرْبَعُ شِيَاهٍ، ثُمَّ فِي كُلِّ مِائَةٍ شَاةٌ.

Fasl: Nishob awal untuk kambing adalah 40 ekor, Zakatnya 1 ekor kambing (domba umur 1 tahun atau kambing kacang umur 2 tahun). Jika mencapai 121 ekor, Zakatnya 2 ekor kambing. Jika mencapai 201 ekor, Zakatnya 3 ekor kambing. Jika mencapai 400 ekor, Zakatnya 4 ekor kambing. Selanjutnya, setiap kelipatan 100 ekor, Zakatnya 1 ekor kambing.

[Gabungan Ternak (Kholithon)]

فَصْلٌ: وَالْخَلِيطَانِ يُزَكِّيَانِ زَكَاةَ الْوَاحِدِ بِسَبْعَةِ شَرَائِطَ: إِذَا كَانَ الْمَرَاحُ وَاحِدًا، وَالْمَسْرَحُ وَاحِدًا، وَالْمَرْعَى وَاحِدًا، وَالْفَحْلُ وَاحِدًا، وَالْمَشْرَبُ وَاحِدًا، وَالْحَالِبُ وَاحِدًا، وَمَوْضِعُ الْحَلْبِ وَاحِدًا.

Fasl: Dua orang yang menggabungkan ternaknya akan membayar Zakat seolah-olah ternak itu milik satu orang, jika memenuhi 7 syarat: [1] kandang istirahatnya satu, [2] tempat penggembalaannya satu, [3] padang rumputnya satu, [4] pejantannya satu (digunakan bersama), [5] sumber air minumnya satu, [6] petugas pemerahnya satu, dan [7] tempat pemerahan susunya satu.

[Nishob Emas dan Perak]

فَصْلٌ: وَنِصَابُ الذَّهَبِ: عِشْرُونَ مِثْقَالًا وَفِيهِ رُبْعُ الْعُشْرِ وَهُوَ نِصْفُ مِثْقَالٍ، وَفِيمَا زَادَ بِحِسَابِهِ.

Fasl: Nishob emas adalah 20 mitsqol (sekitar 85 gram), Zakatnya seperempat dari sepersepuluh (2,5%), yaitu setengah mitsqal [yakni bila seseorang punya emas 20 mitsqol (85 gram), maka zakatnya ½ mitsqol (2,125 gram emas). Jika lebih dari nishob, zakat dihitung proporsional 2,5% dari total]. Kelebihannya dihitung secara proporsional.

وَنِصَابُ الْوَرِقِ: مِائَتَا دِرْهَمٍ وَفِيهِ رُبْعُ الْعُشْرِ وَهُوَ خَمْسَةُ دَرَاهِمَ وَفِيمَا زَادَ بِحِسَابِهِ، وَلَا تَجِبُ فِي الْحُلِيِّ الْمُبَاحِ زَكَاةٌ.

Nishob perak adalah 200 dirham (sekitar 595 gram), Zakatnya seperempat dari sepersepuluh (2,5%), yaitu 5 dirham. Kelebihannya dihitung secara proporsional. Tidak ada Zakat pada perhiasan yang mubah (dipakai).

[Nishob Hasil Pertanian dan Perkebunan]

فَصْلٌ: وَنِصَابُ الزُّرُوعِ وَالثِّمَارِ: خَمْسَةُ أَوْسُقٍ، وَهِيَ أَلْفٌ وَسِتُّمِائَةِ رِطْلٍ بِالْعِرَاقِيِّ، وَفِيمَا زَادَ بِحِسَابِهِ، وَفِيهَا إِنْ سُقِيَتْ بِمَاءِ السَّمَاءِ أَوِ السَّيْحِ الْعُشْرُ، وَإِنْ سُقِيَتْ بِدُولَابٍ أَوْ نَضْحٍ نِصْفُ الْعُشْرِ.

Fasl: Nishob untuk hasil pertanian dan perkebunan adalah 5 wasaq, yaitu setara dengan 1.600 rithl Irak (sekitar 653 kg). Kelebihannya dihitung secara proporsional. Kadar Zakatnya adalah 10% jika diairi oleh air hujan atau aliran sungai alami, dan 5% jika diairi dengan alat penyiram atau kincir (membutuhkan biaya).

[Barang Dagangan, Hasil Tambang, dan Harta Karun]

فَصْلٌ: وَتُقَوَّمُ عُرُوضُ التِّجَارَةِ عِنْدَ آخِرِ الْحَوْلِ بِمَا اشْتُرِيَتْ بِهِ، وَيَخْرُجُ مِنْ ذَلِكَ رُبْعُ الْعُشْرِ.

Fasl: Barang dagangan dinilai harganya pada akhir tahun (haul) berdasarkan harga belinya, lalu dikeluarkan Zakatnya sebesar 2,5%.

وَمَا اسْتُخْرِجَ مِنْ مَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ يُخْرَجُ مِنْهُ رُبْعُ الْعُشْرِ فِي الْحَالِ.

Hasil yang diekstrak dari tambang emas dan perak, dikeluarkan Zakatnya sebesar 2,5% pada saat itu juga (saat ditemukan).

وَمَا يُوجَدُ مِنَ الرِّكَازِ فَفِيهِ الْخُمُسُ.

Adapun harta temuan (rikaz), Zakatnya adalah seperlima (20%).

[Zakat Fithri]

فَصْلٌ: وَتَجِبُ زَكَاةُ الْفِطْرِ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ، وَبِغُرُوبِ الشَّمْسِ مِنْ آخِرِ يَوْمٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ، وَوُجُودُ الْفَضْلِ عَنْ قُوتِهِ وَقُوتِ عِيَالِهِ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ.

Fasl: Zakat Fithri menjadi wajib karena 3 hal: [1] Islam, [2] mendapati terbenamnya matahari di hari terakhir bulan Romadhon, dan [3] memiliki kelebihan makanan pokok untuk dirinya dan keluarganya pada hari itu.

وَيُزَكِّي عَنْ نَفْسِهِ وَعَمَّنْ تَلْزَمُهُ نَفَقَتُهُ مِنَ الْمُسْلِمِينَ صَاعًا مِنْ قُوتِ بَلَدِهِ، وَقَدْرُهُ خَمْسَةُ أَرْطَالٍ وَثُلُثٌ بِالْعِرَاقِيِّ.

Seseorang wajib membayarkan Zakat untuk dirinya dan untuk orang-orang Muslim yang menjadi tanggungannya. Zakatnya berupa satu sho’ (sekitar 2,5 - 3 kg) dari makanan pokok di daerahnya, yang ukurannya setara dengan 5 sepertiga rithl Irak.

[Delapan Golongan Penerima Zakat]

فَصْلٌ: وَتُدْفَعُ الزَّكَاةُ إِلَى الْأَصْنَافِ الثَّمَانِيَةِ الَّذِينَ ذَكَرَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْعَزِيزِ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ [التوبة: 60]

Fasl: Zakat disalurkan kepada 8 golongan yang telah disebutkan oleh Alloh Ta’ala dalam Kitab-Nya yang mulia, dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Zakat itu hanyalah untuk: [1] orang fakir, [2] orang miskin, [3] amil Zakat, [4] orang yang dilunakkan hatinya (muallaf), [5] untuk (memerdekakan) hamba sahaya, [6] untuk (membebaskan) orang yang berutang, [7] untuk jalan Alloh (fi sabilillah), dan [8] untuk orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil)...” (QS. At-Taubah: 60)

وَإِلَى مَنْ يُوجَدُ مِنْهُمْ وَلَا يَقْتَصِرُ عَلَى أَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ كُلِّ صِنْفٍ إِلَّا الْعَامِلَ.

Zakat diberikan kepada siapa saja yang ditemukan dari golongan-golongan tersebut, dan tidak boleh diberikan kurang dari 3 orang untuk setiap golongan, kecuali untuk ‘amil (petugas Zakat).

وَخَمْسَةٌ لَا يَجُوزُ دَفْعُهَا إِلَيْهِمْ: الْغَنِيُّ بِمَالٍ أَوْ كَسْبٍ، وَالْعَبْدُ، وَبَنُو هَاشِمٍ، وَبَنُو الْمُطَّلِبِ، وَالْكَافِرُ، وَمَنْ تَلْزَمُ الْمُزَكِّي نَفَقَتُهُ، لَا يَدْفَعُهَا إِلَيْهِمْ بِاسْمِ الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ.

Ada 5 golongan yang tidak boleh menerima Zakat: [1] orang kaya (baik karena harta maupun pekerjaan), [2] budak, [3] keturunan Bani Hasyim dan Bani Al-Muththolib, [4] orang kafir, dan [5] orang yang nafkahnya menjadi tanggungan si pembayar Zakat (tidak boleh diberikan kepada mereka atas nama fakir dan miskin).

KITAB PUASA

[Syarat Wajib Puasa]

وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الصِّيَامِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ، وَالْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْقُدْرَةُ عَلَى الصَّوْمِ.

Syarat wajibnya Puasa ada 4: [1] Islam, [2] baligh (dewasa), [3] berakal, dan [4] mampu untuk ber-Puasa.

[Rukun Puasa]

وَفَرَائِضُ الصَّوْمِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: النِّيَّةُ، وَالْإِمْسَاكُ عَنِ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، وَالْجِمَاعِ، وَتَعَمُّدُ الْقَيْءِ.

Rukun Puasa ada 4: [1] niat, [2] menahan diri dari makan dan minum, [3] menahan diri dari hubungan suami-istri, [4] menahan diri dari muntah yang disengaja.

[Yang Membatalkan Puasa]

وَالَّذِي يُفْطِرُ بِهِ الصَّائِمُ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ: مَا وَصَلَ عَمْدًا إِلَى الْجَوْفِ أَوِ الرَّأْسِ، وَالْحُقْنَةُ فِي أَحَدِ السَّبِيلَيْنِ، وَالْقَيْءُ عَمْدًا، وَالْوَطْءُ عَمْدًا فِي الْفَرْجِ، وَالْإِنْزَالُ عَنْ مُبَاشَرَةٍ، وَالْحَيْضُ، وَالنِّفَاسُ، وَالْجُنُونُ، وَالْإِغْمَاءُ كُلَّ الْيَوْمِ، وَالرِّدَّةُ.

Yang membatalkan Puasa ada 10: [1] masuknya sesuatu secara sengaja ke dalam rongga tubuh (jauf) atau kepala, [2] memasukkan sesuatu melalui salah satu dari 2 jalan (qubul atau dubur), seperti pengobatan dengan enema, [3] muntah dengan sengaja, [4] berhubungan badan secara sengaja di kemaluan, [5] keluarnya mani karena sentuhan fisik langsung, [6] haidh, [7] nifas, [8] gila, [9] pingsan sepanjang hari, [10] murtad.

[Yang Dianjurkan dalam Puasa]

وَيُسْتَحَبُّ فِي الصَّوْمِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: تَعْجِيلُ الْفِطْرِ، وَتَأْخِيرُ السَّحُورِ، وَتَرْكُ الْهَجْرِ مِنَ الْكَلَامِ.

Ada 3 hal yang dianjurkan saat ber-Puasa: [1] menyegerakan berbuka, [2] mengakhirkan makan sahur, [3] meninggalkan perkataan yang tidak berguna dan jorok.

[Hari yang Diharomkan Berpuasa]

وَيَحْرُمُ صِيَامُ خَمْسَةِ أَيَّامٍ: الْعِيدَانِ، وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ الثَّلَاثَةُ.

Diharomkan ber-Puasa pada 5 hari: hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha, serta 3 hari Tasyriq sesudahnya.

وَيُكْرَهُ صَوْمُ يَوْمِ الشَّكِّ إِلَّا أَنْ يُوَافِقَ عَادَةً لَهُ أَوْ يَصِلَهُ بِمَا قَبْلَهُ.

Dimakruhkan ber-Puasa pada yaum asy-syakk (hari yang diragukan, tanggal 30 Sya’ban), kecuali jika Puasa itu bertepatan dengan kebiasaan Puasa sunnahnya atau ia menyambungnya dengan Puasa hari sebelumnya.

وَمَنْ وَطِئَ فِي نَهَارِ رَمَضَانَ عَامِدًا فِي الْفَرْجِ فَعَلَيْهِ الْقَضَاءُ وَالْكَفَّارَةُ وَهِيَ عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا لِكُلِّ مِسْكِينٍ مُدٌّ.

Siapa berhubungan badan di siang hari Romadhon secara sengaja melalui kemaluan, maka ia wajib meng-qodho (mengganti) Puasanya dan membayar kaffarot (denda). Kaffarotnya berupa: memerdekakan seorang budak Mu’min. Jika tidak menemukan, maka ber-Puasa selama 2 bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, maka memberi makan 6 puluh orang miskin, masing-masing satu mudd (± 0,75 kg).

وَمَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ مِنْ رَمَضَانَ أُطْعِمَ عَنْهُ لِكُلِّ يَوْمٍ مُدٌّ.

Siapa meninggal dan masih memiliki utang Puasa Romadhon, maka utangnya dibayar dengan cara memberi makan (satu orang miskin) sebesar satu mudd untuk setiap hari Puasa yang ditinggalkan.

وَالشَّيْخُ إِذَا عَجَزَ عَنِ الصَّوْمِ يُفْطِرُ وَيُطْعِمُ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مُدًّا.

Orang tua yang sudah sangat lemah dan tidak mampu ber-Puasa, boleh berbuka dan wajib membayar fidyah dengan memberi makan satu orang miskin sebesar satu mudd untuk setiap harinya.

وَالْحَامِلُ وَالْمُرْضِعُ إِنْ خَافَتَا عَلَى أَنْفُسِهِمَا أَفْطَرَتَا وَعَلَيْهِمَا الْقَضَاءُ، وَإِنْ خَافَتَا عَلَى أَوْلَادِهِمَا أَفْطَرَتَا وَعَلَيْهِمَا الْقَضَاءُ وَالْكَفَّارَةُ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مُدٌّ، وَهُوَ رِطْلٌ وَثُلُثٌ بِالْعِرَاقِيِّ.

Wanita hamil dan menyusui, jika khawatir akan kesehatan diri mereka sendiri, boleh berbuka dan hanya wajib meng-qodho. Namun, jika mereka khawatir akan kesehatan anak mereka, maka mereka boleh berbuka, dan wajib meng-qodho serta membayar kaffarot (fidyah) sebesar satu mudd untuk setiap hari. Ukuran satu mudd adalah satu sepertiga rithl Irak.

وَالْمَرِيضُ وَالْمُسَافِرُ سَفَرًا طَوِيلًا يُفْطِرَانِ وَيَقْضِيَانِ.

Orang sakit dan musafir yang menempuh perjalanan jauh boleh berbuka, dan keduanya wajib meng-qodho Puasanya.

[I’tikaf]

فَصْلٌ: وَالِاعْتِكَافُ سُنَّةٌ مُسْتَحَبَّةٌ، وَلَهُ شَرْطَانِ: النِّيَّةُ وَاللَّبْثُ فِي الْمَسْجِدِ.

Fasl: I’tikaf adalah ibadah sunnah yang dianjurkan. I’tikaf memiliki 2 syarat: niat dan berdiam diri di dalam Masjid.

وَلَا يَخْرُجُ مِنَ الِاعْتِكَافِ الْمَنْذُورِ إِلَّا لِحَاجَةِ الْإِنْسَانِ أَوْ عُذْرٍ مِنْ حَيْضٍ أَوْ مَرَضٍ لَا يُمْكِنُ الْمَقَامُ مَعَهُ، وَيَبْطُلُ بِالْوَطْءِ.

Seseorang tidak boleh keluar dari i’tikaf yang dinadzarkan kecuali untuk kebutuhan mendesak sebagai manusia (seperti buang hajat) atau karena udzur seperti haidh atau sakit yang tidak memungkinkan untuk tetap berada di Masjid. I’tikaf menjadi batal karena hubungan suami-istri.

 

KITAB HAJI

[Syarat Wajib Haji]

وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الْحَجِّ سَبْعَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ، وَالْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَوُجُودُ الزَّادِ وَالرَّاحِلَةِ، وَتَخْلِيَةُ الطَّرِيقِ، وَإِمْكَانُ الْمَسِيرِ.

Syarat wajibnya Haji ada 7: [1] Islam, [2] baligh, [3] berakal, [4] merdeka, [5] memiliki bekal dan kendaraan, [6] perjalanan yang aman, dan [7] memungkinkan untuk melakukan perjalanan.

[Rukun Haji dan Umroh]

وَأَرْكَانُ الْحَجِّ أَرْبَعَةٌ: الْإِحْرَامُ مَعَ النِّيَّةِ، وَالْوُقُوفُ بِعَرَفَةَ، وَالطَّوَافُ بِالْبَيْتِ، وَالسَّعْيُ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ.

Rukun Haji ada 4: [1] Ihrom disertai niat, [2] Wukuf di Arofah, [3] Thowaf di Baitullah (Ka’bah), [4] Sa’i antara Shofa dan Marwah.

وَأَرْكَانُ الْعُمْرَةِ أَرْبَعَةٌ: الْإِحْرَامُ، وَالطَّوَافُ، وَالسَّعْيُ، وَالْحَلْقُ أَوِ التَّقْصِيرُ فِي أَحَدِ الْقَوْلَيْنِ.

Rukun ‘Umroh ada 4: [1] Ihrom, [2] Thowaf, [3] Sa’i, dan [4] Halq (menggundul) atau Taqshir (memendekkan rambut), menurut salah satu dari 2 pendapat.

[Wajib Haji]

وَوَاجِبَاتُ الْحَجِّ غَيْرُ الْأَرْكَانِ ثَلَاثَةٌ: الْإِحْرَامُ مِنَ الْمِيقَاتِ، وَرَمْيُ الْجِمَارِ الثَّلَاثِ، وَالْحَلْقُ.

Kewajiban-kewajiban Haji selain rukun ada 3: [1] Ihrom dari miqot (batas tempat memulai Haji yang telah ditentukan), [2] Melempar 3 Jumroh, [3] Halq (mencukur rambut).

[Sunnah Haji]

وَسُنَنُ الْحَجِّ سَبْعٌ: الْإِفْرَادُ وَهُوَ تَقْدِيمُ الْحَجِّ عَلَى الْعُمْرَةِ، وَالتَّلْبِيَةُ، وَطَوَافُ الْقُدُومِ، وَالْمَبِيتُ بِمُزْدَلِفَةَ، وَرَكْعَتَا الطَّوَافِ، وَالْمَبِيتُ بِمِنَى، وَطَوَافُ الْوَدَاعِ.

Sunnah-sunnah Haji ada 7: [1] Haji Ifrod (mengerjakan Haji terlebih dahulu baru ‘Umroh), [2] membaca talbiyah, [3] thowaf qudum (thowaf pertama datang), [4] bermalam di Muzdalifah, [5] Sholat sunnah 2 roka’at setelah thowaf, [6] bermalam di Mina, [7] thowaf wada’ (thowaf perpisahan).

وَيَتَجَرَّدُ الرَّجُلُ عِنْدَ الْإِحْرَامِ مِنَ الْمَخِيطِ، وَيَلْبَسُ إِزَارًا وَرِدَاءً أَبْيَضَيْنِ.

Saat berihrom, laki-laki harus melepaskan pakaian berjahit (pakaian yang ada lubang leher dan lengan), dan mengenakan sehelai kain sarung (izar) dan sehelai kain selendang (rida’) yang berwarna putih.

[Larangan Ihrom]

فَصْلٌ: وَيَحْرُمُ عَلَى الْمُحْرِمِ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ: لُبْسُ الْمَخِيطِ، وَتَغْطِيَةُ الرَّأْسِ مِنَ الرَّجُلِ وَالْوَجْهِ مِنَ الْمَرْأَةِ، وَتَرْجِيلُ الشَّعَرِ، وَحَلْقُهُ، وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ، وَالطِّيبُ، وَقَتْلُ الصَّيْدِ، وَعَقْدُ النِّكَاحِ، وَالْوَطْءُ، وَالْمُبَاشَرَةُ بِشَهْوَةٍ.

Fasl: Ada 10 hal yang dilarang bagi orang yang sedang berihrom: [1]     mengenakan pakaian berjahit (bagi laki-laki), [2] menutup kepala (bagi laki-laki) dan menutup wajah (bagi perempuan), [3]      menyisir rambut, [4] mencukur rambut, [5]    memotong kuku, [6] memakai wewangian, [7] membunuh hewan buruan, [8]      melangsungkan akad nikah, [9] berhubungan suami-istri, [10] bercumbu dengan syahwat.

[Fidyah]

وَفِي جَمِيعِ ذَلِكَ: الْفِدْيَةُ إِلَّا عَقْدَ النِّكَاحِ فَإِنَّهُ لَا يَنْعَقِدُ، وَلَا يُفْسِدُهُ إِلَّا الْوَطْءُ فِي الْفَرْجِ، وَلَا يَخْرُجُ مِنْهُ بِالْفَسَادِ.

Untuk semua pelanggaran di atas, dikenakan fidyah (denda), kecuali akad nikah, karena akadnya menjadi tidak sah. Haji tidak menjadi rusak kecuali karena melakukan hubungan suami-istri di kemaluan. Namun, meskipun Hajinya rusak, ia tidak bisa keluar dari ihromnya begitu saja (tetap harus menyelesaikan rangkaian ibadah).

وَمَنْ فَاتَهُ الْوُقُوفُ بِعَرَفَةَ تَحَلَّلَ بِعَمَلِ عُمْرَةٍ، وَعَلَيْهِ الْقَضَاءُ وَالْهَدْيُ.

Siapa ketinggalan wukuf di Arofah, maka ia harus tahallul (keluar dari ihrom) dengan cara mengerjakan amalan ‘Umroh, dan ia wajib meng-qodho (mengganti) Hajinya di tahun berikutnya serta membayar hadyu (denda berupa sembelihan hewan).

وَمَنْ تَرَكَ رُكْنًا لَمْ يَحِلَّ مِنْ إِحْرَامِهِ حَتَّى يَأْتِيَ بِهِ.

Siapa meninggalkan salah satu rukun Haji, maka ia tidak bisa keluar dari ihromnya sampai ia melaksanakan rukun tersebut.

 

KITAB JUAL BELI DAN MUAMALAH LAINNYA

الْبُيُوعُ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: بَيْعُ عَيْنٍ مُشَاهَدَةٍ فَجَائِزٌ، وَبَيْعُ شَيْءٍ مَوْصُوفٍ فِي الذِّمَّةِ فَجَائِزٌ إِذَا وُجِدَتِ الصِّفَةُ عَلَى مَا وُصِفَ بِهِ، وَبَيْعُ عَيْنٍ غَائِبَةٍ لَمْ تُشَاهَدْ وَلَمْ تُوصَفْ فَلَا يَجُوزُ.

Transaksi jual beli itu ada 3 macam: [1] jual beli barang yang ada di depan mata dan bisa dilihat: Ini hukumnya boleh. [2] Jual beli barang yang sifat-sifatnya dijelaskan secara rinci (sistem pesan): Ini hukumnya boleh, asalkan barang yang diterima nantinya sesuai dengan deskripsi yang telah disepakati. [3] Jual beli barang yang tidak ada di tempat, tidak bisa dilihat, dan juga tidak dijelaskan sifatnya: Ini hukumnya tidak boleh.

وَيَصِحُّ بَيْعُ كُلِّ طَاهِرٍ مُنْتَفَعٍ بِهِ مَمْلُوكٍ، وَلَا يَصِحُّ بَيْعُ عَيْنٍ نَجِسَةٍ وَلَا مَا لَا مَنْفَعَةَ فِيهِ.

Pada dasarnya, sah menjual setiap benda yang suci, bisa diambil manfaatnya, dan dimiliki secara sah. Sebaliknya, tidak sah menjual benda yang najis dan benda yang tidak memiliki manfaat.

[Riba]

فَصْلٌ: وَالرِّبَا فِي الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْمَطْعُومَاتِ

Fasl: Riba terjadi pada emas, perak, dan bahan makanan.

فَلَا يَجُوزُ بَيْعُ الذَّهَبِ بِالذَّهَبِ وَلَا الْفِضَّةِ كَذَلِكَ إِلَّا مُتَمَاثِلًا نَقْدًا

Tidak boleh menjual emas dengan emas, atau perak dengan perak, kecuali dengan takaran yang sama persis dan diserahterimakan saat itu juga (tunai).

وَلَا بَيْعُ مَا ابْتَاعَهُ حَتَّى يَقْبِضَهُ

Tidak boleh menjual barang yang sudah dibeli sebelum barang itu diterima (diserahterimakan).

وَلَا بَيْعُ اللَّحْمِ بِالْحَيَوَانِ

Tidak boleh menjual daging dengan hewan hidup.

وَيَجُوزُ بَيْعُ الذَّهَبِ بِالْفِضَّةِ مُتَفَاضِلًا نَقْدًا

Boleh menjual emas dengan perak dengan takaran yang berbeda, asalkan diserahterimakan saat itu juga (tunai).

وَكَذَلِكَ الْمَطْعُومَاتُ، لَا يَجُوزُ بَيْعُ الْجِنْسِ مِنْهَا بِمِثْلِهِ إِلَّا مُتَمَاثِلًا نَقْدًا، وَيَجُوزُ بَيْعُ الْجِنْسِ مِنْهَا بِغَيْرِهِ مُتَفَاضِلًا نَقْدًا،

Begitu pula dengan bahan makanan: tidak boleh menjual satu jenis bahan makanan dengan jenis yang sama (misal: gandum dengan gandum) kecuali dengan takaran yang sama dan tunai. Namun, boleh menjual satu jenis bahan makanan dengan jenis yang lain (misal: gandum dengan garam) dengan takaran yang berbeda, asalkan diserahterimakan secara tunai.

وَلَا يَجُوزُ بَيْعُ الْغَرَرِ

Tidak boleh melakukan jual beli yang mengandung unsur ketidakpastian (ghoror).

[Opsi dalam Jual Beli (Khiyar)]

فَصْلٌ: وَالْمُتَبَايِعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، وَلَهُمَا أَنْ يَشْتَرِطَا الْخِيَارَ إِلَى ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ، وَإِذَا وُجِدَ بِالْمَبِيعِ عَيْبٌ فَلِلْمُشْتَرِي رَدُّهُ

Fasl: Penjual dan pembeli memiliki hak pilih (khiyar) untuk melanjutkan atau membatalkan transaksi selama mereka belum berpisah dari tempat akad. Keduanya juga boleh menyepakati adanya hak pilih selama maksimal 3 hari. Jika ditemukan ada cacat pada barang yang dibeli, maka pembeli berhak untuk mengembalikannya.

وَلَا يَجُوزُ بَيْعُ الثَّمَرَةِ مُطْلَقًا إِلَّا بَعْدَ بُدُوِّ صَلَاحِهَا

Tidak boleh menjual buah-buahan secara mutlak kecuali setelah tampak kelayakannya (mulai matang).

وَلَا بَيْعُ مَا فِيهِ الرِّبَا بِجِنْسِهِ رَطْبًا إِلَّا اللَّبَنَ

Tidak boleh menjual barang ribawi (seperti kurma) dengan sejenisnya dalam keadaan masih basah, kecuali susu.

[Jual Beli Pesanan (Salam)]

فَصْلٌ: وَيَصِحُّ السَّلَمُ حَالًا وَمُؤَجَّلًا فِيمَا تَكَامَلَ فِيهِ خَمْسُ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ مَضْبُوطًا بِالصِّفَةِ، وَأَنْ يَكُونَ جِنْسًا لَمْ يَخْتَلِطْ بِهِ غَيْرُهُ، وَلَمْ تَدْخُلْهُ النَّارُ لِإِحَالَتِهِ، وَأَنْ لَا يَكُونَ مُعَيَّنًا، وَلَا مِنْ مُعَيَّنٍ.

Fasl: Jual beli dengan sistem pesanan (salam), baik yang diserahkan langsung maupun yang ditunda, hukumnya sah jika memenuhi 5 syarat terkait barangnya: [1] barang tersebut bisa dideskripsikan sifat-sifatnya secara akurat, [2] barang tersebut merupakan satu jenis yang tidak tercampur dengan jenis lain, [3] barang tersebut belum diolah dengan api yang mengubah wujudnya, [4] barang tersebut bukanlah barang yang spesifik (misalnya: “padi dari sawah yang ini”), [5] barang tersebut bukan berasal dari stok tertentu yang sudah ditentukan.

ثُمَّ لِصِحَّةِ السَّلَمِ فِيهِ ثَمَانِيَةُ شَرَائِطَ: وَهُوَ أَنْ يَصِفَهُ بَعْدَ ذِكْرِ جِنْسِهِ وَنَوْعِهِ بِالصِّفَاتِ الَّتِي يَخْتَلِفُ بِهَا الثَّمَنُ، وَأَنْ يَذْكُرَ قَدْرَهُ بِمَا يَنْفِي الْجَهَالَةَ عَنْهُ، وَإِنْ كَانَ مُؤَجَّلًا ذَكَرَ وَقْتَ مَحَلِّهِ، وَأَنْ يَكُونَ مَوْجُودًا عِنْدَ الِاسْتِحْقَاقِ فِي الْغَالِبِ، وَأَنْ يَذْكُرَ مَوْضِعَ قَبْضِهِ، وَأَنْ يَكُونَ الثَّمَنُ مَعْلُومًا، وَأَنْ يَتَقَابَضَا قَبْلَ التَّفَرُّقِ، وَأَنْ يَكُونَ عَقْدُ السَّلَمِ نَاجِزًا لَا يَدْخُلُهُ خِيَارُ الشَّرْطِ.

Selanjutnya, agar akad salam ini sah, ada 8 syarat tambahan: [1] menjelaskan sifat-sifat barang tersebut setelah menyebutkan jenis dan macamnya, yaitu sifat-sifat yang bisa memengaruhi harga, [2] menyebutkan ukurannya dengan jelas untuk menghilangkan ketidakpastian, [3] jika penyerahannya ditunda, harus disebutkan kapan waktu penyerahannya, [4] barang tersebut pada umumnya ada dan tersedia saat waktu penyerahan tiba, [5] menyebutkan di mana lokasi serah terima barangnya, [6] harga barangnya harus diketahui dengan jelas, [7] pembayaran (harga) harus lunas di muka sebelum kedua belah pihak berpisah, [8] akad salam harus bersifat langsung dan tidak boleh ada syarat opsi pembatalan (khiyar syarth).

[Gadai (Rohn)]

فَصْلٌ: وَكُلُّ مَا جَازَ بَيْعُهُ جَازَ رَهْنُهُ فِي الدُّيُونِ إِذَا اسْتَقَرَّ ثُبُوتُهَا فِي الذِّمَّةِ، وَلِلرَّاهِنِ الرُّجُوعُ فِيهِ مَا لَمْ يَقْبِضْهُ، وَلَا يَضْمَنُهُ الْمُرْتَهِنُ إِلَّا بِالتَّعَدِّي، وَإِذَا قَبَضَ بَعْضَ الْحَقِّ لَمْ يَخْرُجْ شَيْءٌ مِنَ الرَّهْنِ حَتَّى يُقْضَى جَمِيعُهُ.

Fasl: Setiap barang yang boleh dijual, maka boleh juga digadaikan untuk menjamin utang yang sudah pasti dan menjadi tanggungan. Pihak yang menggadaikan (rohin) berhak membatalkan gadai selama barangnya belum diserahkan. Penerima gadai (murtahin) tidak bertanggung jawab atas kerusakan barang gadai, kecuali jika ia melakukan kelalaian atau pelanggaran. Jika sebagian utang sudah dibayar, hal itu tidak melepaskan sebagian pun dari barang gadai sampai seluruh utangnya lunas.

[Larangan Bertransaksi (Hajr)]

فَصْلٌ: وَالْحَجْرُ عَلَى سِتَّةٍ: الصَّبِيِّ، وَالْمَجْنُونِ، وَالسَّفِيهِ الْمُبَذِّرِ لِمَالِهِ، وَالْمُفْلِسِ الَّذِي ارْتَكَبَتْهُ الدُّيُونُ، وَالْمَرِيضِ فِيمَا زَادَ عَلَى الثُّلُثِ، وَالْعَبْدِ الَّذِي لَمْ يُؤْذَنْ لَهُ فِي التِّجَارَةِ.

Fasl: Larangan untuk melakukan transaksi keuangan (hajr) berlaku atas 6 golongan: [1] anak kecil, [2] orang gila, [3] orang boros yang menghambur-hamburkan hartanya (safih), [4] orang yang bangkrut dan dililit utang (muflis), [5] orang yang sakit parah (yang diduga akan meninggal), terkait tindakannya atas harta yang melebihi sepertiga dari total hartanya, [6] seorang budak yang tidak diizinkan oleh tuannya untuk berdagang.

وَتَصَرُّفُ الصَّبِيِّ وَالْمَجْنُونِ وَالسَّفِيهِ غَيْرُ صَحِيحٍ، وَتَصَرُّفُ الْمُفْلِسِ يَصِحُّ فِي ذِمَّتِهِ دُونَ أَعْيَانِ مَالِهِ، وَتَصَرُّفُ الْمَرِيضِ فِيمَا زَادَ عَلَى الثُّلُثِ مَوْقُوفٌ عَلَى إِجَازَةِ الْوَرَثَةِ مِنْ بَعْدِهِ، وَتَصَرُّفُ الْعَبْدِ يَكُونُ فِي ذِمَّتِهِ يُتْبَعُ بِهِ بَعْدَ عِتْقِهِ.

Transaksi yang dilakukan oleh anak kecil, orang gila, dan orang boros (safih) dianggap tidak sah. Transaksi yang dilakukan oleh orang bangkrut (muflis) sah sebatas menjadi tanggungannya, namun tidak berlaku pada aset hartanya yang ada. Transaksi yang dilakukan oleh orang sakit parah atas hartanya yang lebih dari sepertiga, statusnya tergantung pada persetujuan ahli waris setelah ia meninggal. Transaksi yang dilakukan oleh budak akan menjadi utang yang menjadi tanggungannya dan bisa ditagih setelah ia merdeka.

[Perdamaian (Shulh)]

فَصْلٌ: وَيَصِحُّ الصُّلْحُ مَعَ الْإِقْرَارِ فِي الْأَمْوَالِ، وَمَا أَفْضَى إِلَيْهَا وَهُوَ نَوْعَانِ: إِبْرَاءٌ وَمُعَاوَضَةٌ.

Fasl: Perdamaian (shulh) dengan adanya pengakuan, sah dilakukan dalam sengketa harta dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Ada 2 jenis perdamaian: ibro’ dan mu’awadhoh.

فَالْإِبْرَاءُ: اقْتِصَارُهُ مِنْ حَقِّهِ عَلَى بَعْضِهِ، وَلَا يَجُوزُ تَعْلِيقُهُ عَلَى شَرْطٍ

Ibro’ (Pembebasan): Yaitu seseorang merelakan sebagian haknya dan hanya mengambil sebagian lainnya. Perdamaian jenis ini tidak boleh digantungkan pada suatu syarat.

وَالْمُعَاوَضَةُ عُدُولُهُ عَنْ حَقِّهِ إِلَى غَيْرِهِ، وَيَجْرِي عَلَيْهِ حُكْمُ الْبَيْعِ

Mu’awadhah (Kompensasi): Yaitu seseorang mengalihkan haknya kepada sesuatu yang lain (sebagai ganti rugi). Perdamaian jenis ini tunduk pada hukum jual beli.

وَيَجُوزُ لِلْإِنْسَانِ أَنْ يُشَرِّعَ رَوْشَنًا فِي طَرِيقٍ نَافِذٍ بِحَيْثُ لَا يَتَضَرَّرُ الْمَارُّ بِهِ، وَلَا يَجُوزُ فِي الدَّرْبِ الْمُشْتَرَكِ إِلَّا بِإِذْنِ الشُّرَكَاءِ

Seseorang boleh membangun balkon atau jendela yang menjorok ke jalan umum, selama tidak mengganggu orang yang lewat. Namun, hal ini tidak boleh dilakukan di jalan atau gang milik bersama kecuali atas izin semua pemilik.

وَيَجُوزُ تَقْدِيمُ الْبَابِ فِي الدَّرْبِ الْمُشْتَرَكِ، وَلَا يَجُوزُ تَأْخِيرُهُ إِلَّا بِإِذْنِ الشُّرَكَاءِ

Diperbolehkan untuk memajukan posisi pintu di gang milik bersama, tetapi tidak boleh memundurkannya kecuali atas izin semua pemilik.

[Pengalihan Utang (Hawalah)]

فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ الْحَوَالَةِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: رِضَا الْمُحِيلِ وَقَبُولُ الْمُحْتَالِ، وَكَوْنُ الْحَقِّ مُسْتَقِرًّا فِي الذِّمَّةِ، وَاتِّفَاقُ مَا فِي ذِمَّةِ الْمُحِيلِ وَالْمُحَالِ عَلَيْهِ فِي الْجِنْسِ وَالنَّوْعِ وَالْحُلُولِ وَالتَّأْجِيلِ، وَتَبْرَأُ بِهَا ذِمَّةُ الْمُحِيلِ.

Fasl: Syarat sahnya pengalihan utang (hawalah) ada 4: [1] kerelaan dari pihak yang mengalihkan utang (debitur pertama), [2] penerimaan dari pihak yang piutangnya dialihkan (kreditur), [3] utang tersebut haruslah utang yang sudah pasti, [4] adanya kesamaan antara utang yang dialihkan oleh debitur pertama dan utang yang ditanggung oleh debitur kedua dalam hal jenis, macam, serta waktu jatuh temponya (tunai atau ditangguhkan). Dengan terlaksananya hawalah, maka tanggungan utang dari debitur pertama menjadi lunas.

[Penjaminan Utang (Dhomman)]

فَصْلٌ: وَيَصِحُّ ضَمَانُ الدُّيُونِ الْمُسْتَقِرَّةِ فِي الذِّمَّةِ إِذَا عُلِمَ قَدْرُهَا، وَلِصَاحِبِ الْحَقِّ مُطَالَبَةُ مَنْ شَاءَ مِنَ الضَّامِنِ وَالْمَضْمُونِ عَنْهُ إِذَا كَانَ الضَّمَانُ عَلَى مَا بَيَّنَّا، وَإِذَا غَرِمَ الضَّامِنُ رَجَعَ عَلَى الْمَضْمُونِ عَنْهُ إِذَا كَانَ الضَّمَانُ وَالْقَضَاءُ بِإِذْنِهِ، وَلَا يَصِحُّ ضَمَانُ الْمَجْهُولِ وَلَا مَا لَمْ يَجِبْ إِلَّا دَرْكَ الْمَبِيعِ.

Fasl: Boleh menjamin utang-utang yang sudah pasti ada di dalam tanggungan, selama jumlahnya diketahui. Pemberi utang (kreditur) berhak menagih kepada siapa pun yang ia kehendaki, baik kepada penjamin maupun kepada yang dijamin. Jika penjamin telah melunasi utang tersebut, ia berhak meminta ganti kepada orang yang ia jamin, dengan syarat penjaminan dan pelunasan itu dilakukan atas izin dari orang yang dijamin. Tidak sah menjamin utang yang tidak jelas jumlahnya, atau utang yang belum ada, kecuali jaminan atas barang yang dijual (jika ternyata barang itu milik orang lain).

[Penjaminan Diri (Kafalah)]

فَصْلٌ: وَالْكَفَالَةُ بِالْبَدَنِ جَائِزَةٌ إِذَا كَانَ عَلَى الْمَكْفُولِ بِهِ حَقٌّ لِآدَمِيٍّ.

Fasl: Penjaminan atas badan seseorang (kafalah bil badan) diperbolehkan, jika orang yang dijamin tersebut memiliki hak atau kewajiban yang harus ditunaikan kepada orang lain.

[Kemitraan (Syarikah)]

فَصْلٌ: وَلِلشَّرِكَةِ خَمْسُ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ عَلَى نَاضٍ مِنَ الدَّرَاهِمِ وَالدَّنَانِيرِ، وَأَنْ يَتَّفِقَا فِي الْجِنْسِ وَالنَّوْعِ، وَأَنْ يَخْلِطَا الْمَالَيْنِ، وَأَنْ يَأْذَنَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا لِصَاحِبِهِ فِي التَّصَرُّفِ، وَأَنْ يَكُونَ الرِّبْحُ وَالْخُسْرَانُ عَلَى قَدْرِ الْمَالَيْنِ.

Fasl: Kemitraan (usaha bersama) memiliki 5 syarat: [1] modalnya harus berupa uang tunai (misalnya) dinar dan dirham, [2] para pihak harus sepakat dalam jenis dan macam mata uangnya, [3] kedua modal harus dicampurkan menjadi satu, [4] masing-masing pihak harus memberi izin kepada mitranya untuk mengelola harta tersebut, [5] keuntungan dan kerugian harus dibagi sesuai dengan porsi modal masing-masing.

وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا فَسْخُهَا مَتَى شَاءَ، وَإِذَا مَاتَ أَحَدُهُمَا أَوْ بَطَلَتْ.

Setiap mitra berhak untuk membubarkan kemitraan ini kapan pun ia mau. Jika salah satu mitra meninggal dunia, maka kemitraan tersebut batal.

[Perwakilan (Wakalah)]

فَصْلٌ: وَكُلُّ مَا جَازَ لِلْإِنْسَانِ التَّصَرُّفُ فِيهِ بِنَفْسِهِ جَازَ لَهُ أَنْ يُوَكِّلَ فِيهِ أَوْ يَتَوَكَّلَ،

Fasl: Segala sesuatu yang boleh dilakukan sendiri oleh seseorang, maka ia boleh mewakilkannya kepada orang lain atau menjadi wakil untuk urusan tersebut.

وَالْوَكَالَةُ عَقْدٌ جَائِزٌ، لِكُلٍّ مِنْهُمَا فَسْخُهَا مَتَى شَاءَ، وَتَنْفَسِخُ بِمَوْتِ أَحَدِهِمَا، وَالْوَكِيلُ أَمِينٌ فِيمَا يَقْبِضُهُ وَفِيمَا يَصْرِفُهُ، وَلَا يَضْمَنُ إِلَّا بِالتَّفْرِيطِ.

Wakalah (pemberian kuasa) adalah akad yang bersifat tidak mengikat, di mana masing-masing pihak boleh membatalkannya kapan pun. Akad ini juga batal dengan sendirinya jika salah satu pihak meninggal dunia. Seorang wakil (penerima kuasa) adalah pemegang amanah atas apa yang ia terima dan apa yang ia belanjakan. Ia tidak menanggung ganti rugi kecuali jika ia lalai.

وَلَا يَجُوزُ أَنْ يَبِيعَ وَيَشْتَرِيَ إِلَّا بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ: أَنْ يَبِيعَ بِثَمَنِ الْمِثْلِ، وَأَنْ يَكُونَ نَقْدًا بِنَقْدِ الْبَلَدِ، وَلَا يَجُوزُ أَنْ يَبِيعَ مِنْ نَفْسِهِ، وَلَا يُقِرَّ عَلَى مُوَكِّلِهِ.

Seorang wakil tidak boleh melakukan jual beli kecuali dengan 3 syarat: [1] ia harus menjual dengan harga pasar, [2] harus dilakukan secara tunai dengan mata uang negara setempat, [3] ia tidak boleh menjual kepada dirinya sendiri. Ia juga tidak boleh membuat pengakuan (yang merugikan) atas nama orang yang memberinya kuasa.

[Pengakuan (Iqror)]

فَصْلٌ: وَالْمُقَرُّ بِهِ ضَرْبَانِ: حَقُّ اللَّهِ تَعَالَى وَحَقٌّ لِآدَمِيٍّ.

Fasl: Pengakuan yang dibuat ada 2 jenis: pengakuan terkait hak Alloh Ta’ala dan pengakuan terkait hak sesama manusia.

فَحَقُّ اللَّهِ تَعَالَى: يَصِحُّ الرُّجُوعُ فِيهِ عَنِ الْإِقْرَارِ بِهِ، وَحَقُّ الْآدَمِيِّ: لَا يَصِحُّ الرُّجُوعُ فِيهِ عَنِ الْإِقْرَارِ بِهِ.

Untuk pengakuan yang terkait hak Alloh, seseorang boleh menarik kembali pengakuannya.  Untuk pengakuan yang terkait hak sesama manusia, seseorang tidak boleh menarik kembali pengakuannya.

وَتَفْتَقِرُ صِحَّةُ الْإِقْرَارِ إِلَى ثَلَاثَةِ شَرَائِطَ: الْبُلُوغِ، وَالْعَقْلِ، وَالِاخْتِيَارِ، وَإِنْ كَانَ بِمَالٍ اعْتُبِرَ فِيهِ شَرْطٌ رَابِعٌ وَهُوَ الرُّشْدُ.

Sahnya sebuah pengakuan bergantung pada 3 syarat: [1] orang yang mengaku sudah baligh, [2] berakal, dan [3] dalam keadaan bebas (tidak dipaksa). Jika pengakuan itu menyangkut harta, maka ada syarat keempat, yaitu ia harus cakap secara finansial (rusyd).

وَإِذَا أَقَرَّ بِمَجْهُولٍ رَجَعَ إِلَيْهِ فِي بَيَانِهِ، وَيَصِحُّ الِاسْتِثْنَاءُ فِي الْإِقْرَارِ إِذَا وَصَلَهُ بِهِ وَهُوَ فِي حَالِ الصِّحَّةِ وَالْمَرَضِ سَوَاءٌ.

Jika seseorang mengaku atas sesuatu yang tidak jelas, maka ia akan dimintai penjelasan lebih lanjut. Pengecualian dalam sebuah pengakuan dianggap sah jika diucapkan menyambung langsung setelah pengakuan tersebut. Hal ini berlaku sama, baik saat ia dalam keadaan sehat maupun sakit.

[Pinjam Meminjam (‘Ariyah)]

فَصْلٌ: وَكُلُّ مَا يُمْكِنُ الِانْتِفَاعُ بِهِ مَعَ بَقَاءِ عَيْنِهِ جَازَتْ إِعَارَتُهُ إِذَا كَانَتْ مَنَافِعُهُ آثَارًا، وَتَجُوزُ الْعَارِيَةُ مُطْلَقَةً وَمُقَيَّدَةً بِمُدَّةٍ وَهِيَ مَضْمُونَةٌ عَلَى الْمُسْتَعِيرِ بِقِيمَتِهَا يَوْمَ تَلَفِهَا.

Fasl: Setiap benda yang bisa dimanfaatkan tanpa merusak wujud aslinya boleh dipinjamkan, selama manfaatnya berupa hasil pakai. Peminjaman boleh dilakukan secara mutlak (tanpa batas waktu) atau dibatasi dengan durasi tertentu. Barang pinjaman tersebut menjadi tanggungan peminjam; jika rusak, ia wajib menggantinya sesuai dengan harga barang tersebut pada hari kerusakan terjadi.

[Mengambil Paksa (Ghoshob)]

فَصْلٌ: وَمَنْ غَصَبَ مَالًا لِأَحَدٍ لَزِمَهُ رَدُّهُ وَأَرْشُ نَقْصِهِ وَأُجْرَةُ مِثْلِهِ، فَإِنْ تَلِفَ ضَمِنَهُ بِمِثْلِهِ إِنْ كَانَ لَهُ مِثْلٌ وَبِقِيمَتِهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ مِثْلٌ أَكْثَرُ مَا كَانَتْ مِنْ يَوْمِ الْغَصْبِ إِلَى يَوْمِ التَّلَفِ.

Fasl: Siapa mengambil paksa harta milik orang lain, ia wajib mengembalikannya, membayar kompensasi atas penurunan nilainya, dan membayar biaya sewa yang setara. Jika barang itu rusak atau hilang, ia wajib menggantinya dengan barang yang serupa jika ada. Jika tidak ada barang yang serupa, ia wajib menggantinya dengan nilai tertinggi barang tersebut, dihitung sejak hari pengambilan paksa hingga hari kerusakan.

[Hak Beli Rekan Kongsi (Syuf’ah)]

فَصْلٌ: وَالشُّفْعَةُ وَاجِبَةٌ بِالْخُلْطَةِ دُونَ الْجِوَارِ فِيمَا يَنْقَسِمُ دُونَ مَا لَا يَنْقَسِمُ وَفِي كُلِّ مَا لَا يَنْتَقِلُ مِنَ الْأَرْضِ كَالْعَقَارِ وَغَيْرِهِ بِالثَّمَنِ الَّذِي وَقَعَ عَلَيْهِ الْبَيْعُ وَهِيَ عَلَى الْفَوْرِ، فَإِنْ أَخَّرَهَا مَعَ الْقُدْرَةِ عَلَيْهَا بَطَلَتْ، وَإِذَا تَزَوَّجَ امْرَأَةً عَلَى شِقْصٍ أَخَذَهُ الشَّفِيعُ بِمَهْرِ الْمِثْلِ، وَإِذَا كَانَ الشُّفَعَاءُ جَمَاعَةً اسْتَحَقُّوهَا عَلَى قَدْرِ الْأَمْلَاكِ.

Fasl: Hak Syuf’ah (hak untuk membeli lebih dulu) wajib ada karena kepemilikan bersama (khulthoh), bukan karena sekadar bertetangga. Hak ini berlaku pada aset yang bisa dibagi, seperti properti, dan tidak berlaku pada aset yang tidak bisa dibagi. Hak beli ini harus ditebus dengan harga yang sama dengan harga penawaran jual. Hak ini harus segera dieksekusi; jika ditunda-tunda padahal mampu melakukannya, maka hak tersebut gugur. Jika seorang wanita menikah dengan mahar berupa bagian dari aset bersama, maka rekan kongsi berhak mengambil bagian aset itu dengan cara membayar mahar yang setara (mahr al-mitsl). Jika rekan kongsi yang berhak ada beberapa orang, maka mereka berhak atas bagian tersebut sesuai dengan porsi kepemilikan masing-masing.

[Bagi Hasil (Mudhorobah)]

فَصْلٌ: وَلِلْقِرَاضِ أَرْبَعَةُ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ إِلَى نَاضٍ مِنَ الدَّرَاهِمِ وَالدَّنَانِيرِ، وَأَنْ يَأْذَنَ رَبُّ الْمَالِ لِلْعَامِلِ فِي التَّصَرُّفِ مُطْلَقًا أَوْ فِيمَا لَا يَنْقَطِعُ وُجُودُهُ غَالِبًا، وَأَنْ يَشْتَرِطَ لَهُ جُزْءًا مَعْلُومًا مِنَ الرِّبْحِ، وَأَنْ لَا يُقَدَّرَ بِمُدَّةٍ.

Fasl: Akad qirodh (bagi hasil) memiliki 4 syarat: [1] modalnya harus berupa uang tunai (misalnya) dinar dan dirham, [2] pemilik modal harus memberi izin kepada pengelola untuk bertransaksi secara umum, atau pada bidang yang barangnya tidak pernah putus ketersediaannya, [4] pemilik modal harus menetapkan bagian keuntungan yang jelas untuk pengelola, [4] akad tersebut tidak boleh dibatasi oleh jangka waktu tertentu.

وَلَا ضَمَانَ عَلَى الْعَامِلِ إِلَّا بِعُدْوَانٍ، وَإِذَا حَصَلَ رِبْحٌ وَخُسْرَانٌ جَبَرَ الْخُسْرَانُ بِالرِّبْحِ.

Pengelola tidak menanggung kerugian apa pun kecuali jika ia melakukan pelanggaran. Jika dalam usaha terdapat keuntungan dan kerugian, maka kerugian itu akan ditutupi oleh keuntungan terlebih dahulu.

[Bagi Hasil Perkebunan (Musaqoh)]

فَصْلٌ: وَالْمُسَاقَاةُ جَائِزَةٌ عَلَى النَّخْلِ وَالْكَرْمِ، وَلَهَا شَرْطَانِ:  أَحَدُهُمَا: أَنْ يُقَدِّرَهَا بِمُدَّةٍ مَعْلُومَةٍ، وَالثَّانِي: أَنْ يُعَيِّنَ لِلْعَامِلِ جُزْءًا مَعْلُومًا مِنَ الثَّمَرَةِ.

Fasl: Akad musaqoh (perjanjian mengurus kebun dengan sistem bagi hasil) diperbolehkan pada pohon kurma dan anggur. Akad ini memiliki 2 syarat: [1] harus ditentukan dalam jangka waktu yang jelas, [2] harus ditentukan bagian yang jelas dari hasil panen untuk si pengelola.

ثُمَّ الْعَمَلُ فِيهَا عَلَى ضَرْبَيْنِ: عَمَلٌ يَعُودُ نَفْعُهُ إِلَى الثَّمَرَةِ فَهُوَ عَلَى الْعَامِلِ، وَعَمَلٌ يَعُودُ نَفْعُهُ إِلَى الْأَرْضِ فَهُوَ عَلَى رَبِّ الْمَالِ.

Selanjutnya, pekerjaan dalam akad ini ada 2 jenis: [1] pekerjaan yang manfaatnya kembali kepada buah (seperti penyiraman dan pemupukan), ini menjadi tanggung jawab pengelola. [2] Pekerjaan yang manfaatnya kembali kepada tanah (seperti perbaikan saluran irigasi), ini menjadi tanggung jawab pemilik kebun.

[Sewa Menyewa (Ijaroh)]

فَصْلٌ: وَكُلُّ مَا أَمْكَنَ الِانْتِفَاعُ بِهِ مَعَ بَقَاءِ عَيْنِهِ صَحَّتْ إِجَارَتُهُ إِذَا قُدِّرَتْ مَنْفَعَتُهُ بِأَحَدِ أَمْرَيْنِ بِمُدَّةٍ أَوْ عَمَلٍ، وَإِطْلَاقُهَا يَقْتَضِي تَعْجِيلَ الْأُجْرَةِ إِلَّا أَنْ يُشْتَرَطَ التَّأْجِيلُ

Fasl: Setiap hal yang bisa dimanfaatkan dengan tetap menjaga keutuhan wujudnya, sah untuk disewakan, jika manfaatnya dapat diukur dengan salah satu dari 2 cara: dengan durasi waktu atau dengan jenis pekerjaan. Secara umum, akad sewa menuntut pembayaran di muka, kecuali jika disepakati untuk ditangguhkan.

وَلَا تَبْطُلُ الْإِجَارَةُ بِمَوْتِ أَحَدِ الْمُتَعَاقِدَيْنِ، وَتَبْطُلُ بِتَلَفِ الْعَيْنِ الْمُسْتَأْجَرَةِ، وَلَا ضَمَانَ عَلَى الْأَجِيرِ إِلَّا بِعُدْوَانٍ.

Akad sewa tidak batal karena kematian salah satu pihak yang berakad, namun akan batal jika aset yang disewakan rusak atau hancur. Penyewa tidak bertanggung jawab atas kerusakan kecuali jika ia melakukan pelanggaran.

[Sayembara (Ja’alah)]

فَصْلٌ: وَالْجَعَالَةُ جَائِزَةٌ، وَهُوَ أَنْ يُشْتَرَطَ فِي رَدِّ ضَالَّتِهِ عِوَضًا مَعْلُومًا، فَإِذَا رَدَّهَا رَادٌّ اسْتَحَقَّ ذَلِكَ الْعِوَضَ الْمَشْرُوطَ.

Fasl: Sayembara (ja’alah) diperbolehkan. Contohnya adalah seseorang mensyaratkan imbalan yang jelas bagi siapa saja yang berhasil menemukan barangnya yang hilang. Jika ada yang menemukannya, maka ia berhak mendapatkan imbalan yang telah disyaratkan tersebut.

[Kerja Sama Pertanian (Muzaro’ah)]

فَصْلٌ: وَإِذَا دَفَعَ إِلَى رَجُلٍ أَرْضًا لِيَزْرَعَهَا وَشَرَطَ لَهُ جُزْءًا مَعْلُومًا مِنْ زَرْعِهَا لَمْ يَجُزْ، وَإِنْ أَكْرَاهَا إِيَّاهَا بِذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ أَوْ شَرَطَ لَهُ طَعَامًا مَعْلُومًا فِي ذِمَّتِهِ جَازَ.

Fasl: Jika seseorang menyerahkan tanah kepada orang lain untuk ditanami dan menjanjikannya bagian tertentu dari hasil panen, maka akad ini tidak sah. Namun, jika ia menyewakan tanah itu dengan bayaran emas atau perak, atau menjanjikan imbalan berupa makanan dengan jumlah yang jelas sebagai upahnya, maka itu diperbolehkan.

[Membuka Lahan Mati]

فَصْلٌ: وَإِحْيَاءُ الْمَوَاتِ جَائِزٌ بِشَرْطَيْنِ: أَنْ يَكُونَ الْمُحْيِي مُسْلِمًا، وَأَنْ تَكُونَ الْأَرْضُ حُرَّةً لَمْ يَجْرِ عَلَيْهَا مِلْكٌ لِمُسْلِمٍ.

Fasl: Menghidupkan (membuka) lahan mati diperbolehkan dengan 2 syarat: orang yang membukanya adalah seorang Muslim, dan tanah tersebut adalah tanah bebas yang belum pernah dimiliki oleh seorang Muslim.

وَصِفَةُ الْإِحْيَاءِ: مَا كَانَ فِي الْعَادَةِ عِمَارَةً لِلْمُحْيَا.

Kriteria “menghidupkan” lahan adalah apa pun yang secara adat dianggap sebagai upaya memakmurkan lahan tersebut.

وَيَجِبُ بَذْلُ الْمَاءِ بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ: أَنْ يَفْضُلَ عَنْ حَاجَتِهِ، وَأَنْ يَحْتَاجَ إِلَيْهِ غَيْرُهُ لِنَفْسِهِ أَوْ لِبَهِيمَتِهِ، وَأَنْ يَكُونَ مِمَّا يُسْتَخْلَفُ فِي بِئْرٍ أَوْ عَيْنٍ.

Wajib memberikan kelebihan air kepada yang membutuhkan dengan 3 syarat: [1] air tersebut berlebih dari kebutuhan pemiliknya, [2] orang lain membutuhkannya untuk dirinya atau ternaknya, [3] dan air itu berasal dari sumber yang dapat pulih seperti sumur atau mata air.

[Wakaf (Waqf)]

فَصْلٌ: وَالْوَقْفُ جَائِزٌ بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ مِمَّا يُنْتَفَعُ بِهِ مَعَ بَقَاءِ عَيْنِهِ، وَأَنْ يَكُونَ عَلَى أَصْلٍ مَوْجُودٍ وَفَرْعٍ لَا يَنْقَطِعُ، وَأَنْ لَا يَكُونَ فِي مَحْظُورٍ

Fasl: Wakaf diperbolehkan dengan 3 syarat: [1] aset yang diwakafkan adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan dengan tetap menjaga keutuhan wujudnya, [2] wakaf tersebut ditujukan kepada pihak yang ada dan manfaatnya tidak akan terputus, [3] tujuannya bukan untuk sesuatu yang dilarang syariat.

وَهُوَ عَلَى مَا شَرَطَ الْوَاقِفُ مِنْ تَقْدِيمٍ أَوْ تَأْخِيرٍ أَوْ تَسْوِيَةٍ أَوْ تَفْضِيلٍ.

Pengelolaan wakaf harus sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh si pewakaf, baik dalam urutan prioritas, penyetaraan, maupun pembagian.

[Hibah (Pemberian)]

فَصْلٌ: وَكُلُّ مَا جَازَ بَيْعُهُ جَازَتْ هِبَتُهُ، وَلَا تَلْزَمُ الْهِبَةُ إِلَّا بِالْقَبْضِ، وَإِذَا قَبَضَهَا الْمَوْهُوبُ لَهُ لَمْ يَكُنْ لِلْوَاهِبِ أَنْ يَرْجِعَ فِيهَا إِلَّا أَنْ يَكُونَ وَالِدًا

Fasl: Setiap barang yang boleh dijual, maka boleh juga dihibahkan. Hibah tidak mengikat kecuali setelah diterima oleh penerima. Apabila penerima telah menerima barang hibah, maka pemberi tidak boleh memintanya kembali, kecuali jika pemberi adalah orang tua (kepada anaknya).

وَإِذَا أَعْمَرَ شَيْئًا أَوْ أَرْقَبَهُ كَانَ لِلْمُعْمَرِ أَوْ لِلْمُرْقَبِ وَلِوَرَثَتِهِ مِنْ بَعْدِهِ

Jika seseorang memberikan sesuatu dengan skema ‘umro (pemberian seumur hidup) atau ‘ruqba’, maka barang itu menjadi milik penerima dan ahli warisnya setelah ia meninggal.

[Barang Temuan (Luqothoh)]

فَصْلٌ: وَإِذَا وُجِدَ لُقَطَةٌ فِي مَوَاتٍ أَوْ طَرِيقٍ فَلَهُ أَخْذُهَا أَوْ تَرْكُهَا، وَأَخْذُهَا أَوْلَى مِنْ تَرْكِهَا إِنْ كَانَ عَلَى ثِقَةٍ مِنَ الْقِيَامِ بِهَا.

Fasl: Jika seseorang menemukan barang temuan (luqothoh) di tanah tak bertuan atau di jalan, ia boleh mengambilnya atau membiarkannya. Mengambilnya lebih utama daripada membiarkannya, jika ia yakin bisa amanah untuk menjaganya.

وَإِذَا أَخَذَهَا وَجَبَ عَلَيْهِ أَنْ يُعَرِّفَ سِتَّةَ أَشْيَاءَ: وِعَاءَهَا، وَعِفَاصَهَا، وَوِكَاءَهَا، وَجِنْسَهَا، وَعَدَدَهَا، وَوَزْنَهَا.

Jika ia mengambilnya, ia wajib mengenali 6 ciri barang tersebut: [1] wadahnya, [2] pembungkusnya, [3] ikatannya, [4] jenisnya, [5] jumlahnya, dan [6] beratnya.

وَيَحْفَظُهَا فِي حِرْزٍ مِثْلِهَا، ثُمَّ إِذَا أَرَادَ تَمَلُّكَهَا عَرَّفَهَا سَنَةً عَلَى أَبْوَابِ الْمَسَاجِدِ، وَفِي الْمَوْضِعِ الَّذِي وَجَدَهَا فِيهِ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ صَاحِبَهَا كَانَ لَهُ أَنْ يَتَمَلَّكَهَا بِشَرْطِ الضَّمَانِ.

Ia harus menyimpannya di tempat yang layak. Kemudian, jika ia ingin memilikinya, ia harus mengumumkannya selama satu tahun di pintu-pintu Masjid dan di lokasi barang itu ditemukan. Jika pemiliknya tidak kunjung ditemukan, ia boleh memilikinya dengan syarat menanggung ganti rugi (jika suatu saat pemiliknya datang).

وَاللُّقَطَةُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَضْرُبٍ

Barang temuan ada 4 jenis:

أَحَدُهَا مَا يَبْقَى عَلَى الدَّوَامِ فَهَذَا حُكْمُهُ

1. Barang yang tahan lama: Inilah hukum yang berlaku untuknya (diumumkan setahun).

الثَّانِي مَا لَا يَبْقَى كَالطَّعَامِ الرَّطْبِ، فَهُوَ مُخَيَّرٌ بَيْنَ أَكْلِهِ وَغُرْمِهِ أَوْ بَيْعِهِ وَحِفْظِ ثَمَنِهِ

2. Barang yang tidak tahan lama seperti makanan basah: Penemu boleh memilih antara memakannya lalu mengganti harganya, atau menjualnya lalu menyimpan uangnya.

الثَّالِثُ مَا يَبْقَى بِعِلَاجٍ كَالرُّطَبِ فَيَفْعَلُ مَا فِيهِ الْمَصْلَحَةُ مِنْ بَيْعِهِ وَحِفْظِ ثَمَنِهِ أَوْ تَجْفِيفِهِ وَحِفْظِهِ

3. Barang yang bisa tahan lama jika diolah seperti kurma basah: Penemu harus melakukan apa yang paling maslahat, baik itu menjualnya lalu menyimpan uangnya, atau mengeringkannya lalu menyimpannya.

الرَّابِعُ مَا يَحْتَاجُ إِلَى نَفَقَةٍ كَالْحَيَوَانِ وَهُوَ ضَرْبَانِ: حَيَوَانٌ لَا يَمْتَنِعُ بِنَفْسِهِ فَهُوَ مُخَيَّرٌ بَيْنَ أَكْلِهِ وَغُرْمِ ثَمَنِهِ أَوْ تَرْكِهِ وَالتَّطَوُّعِ بِالْإِنْفَاقِ عَلَيْهِ أَوْ بَيْعِهِ وَحِفْظِ ثَمَنِهِ،

4. Barang yang butuh biaya perawatan (seperti hewan): Ini terbagi 2. Pertama, hewan yang tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Penemu boleh memilih antara 3 opsi: [1] memakannya lalu mengganti harganya, [2] membiarkannya dan merawatnya secara sukarela, atau [3] menjualnya dan menyimpan uangnya.

وَحَيَوَانٌ يَمْتَنِعُ بِنَفْسِهِ فَإِنْ وَجَدَهُ فِي الصَّحْرَاءِ تَرَكَهُ وَإِنْ وَجَدَهُ فِي الْحَضَرِ فَهُوَ مُخَيَّرٌ بَيْنَ الْأَشْيَاءِ الثَّلَاثَةِ فِيهِ.

Kedua, hewan yang bisa melindungi dirinya sendiri. Jika ditemukan di padang liar, biarkan saja. Jika ditemukan di pemukiman, maka penemu boleh memilih di antara 3 opsi yang sama seperti pada hewan jenis pertama.

[Anak Temuan (Laqith)]

فَصْلٌ: وَإِذَا وُجِدَ لَقِيطٌ بِقَارِعَةِ الطَّرِيقِ فَأَخْذُهُ وَتَرْبِيَتُهُ وَكَفَالَتُهُ وَاجِبَةٌ عَلَى الْكِفَايَةِ، وَلَا يُقَرُّ إِلَّا فِي يَدِ أَمِينٍ، فَإِنْ وُجِدَ مَعَهُ مَالٌ أُنْفِقَ عَلَيْهِ الْحَاكِمُ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يُوجَدْ مَعَهُ مَالٌ فَنَفَقَتُهُ فِي بَيْتِ الْمَالِ.

Fasl: Jika ditemukan seorang anak terlantar di pinggir jalan, maka mengambil, merawat, dan menanggungnya adalah kewajiban kolektif (wajib kifayah). Anak tersebut tidak boleh diserahkan kecuali kepada orang yang terpercaya. Jika ditemukan harta bersamanya, maka hakim akan menafkahinya dari harta tersebut. Jika tidak ditemukan harta bersamanya, maka nafkahnya ditanggung oleh kas negara (baitul mal).

[Titipan (Wadi’ah)]

فَصْلٌ: وَالْوَدِيعَةُ أَمَانَةٌ، وَيُسْتَحَبُّ قَبُولُهَا لِمَنْ قَامَ بِالْأَمَانَةِ فِيهَا، وَلَا يَضْمَنُ إِلَّا بِالتَّعَدِّي، وَقَوْلُ الْمُودِعِ مَقْبُولٌ فِي رَدِّهَا عَلَى الْمُودَعِ،

Fasl: Barang titipan (wadi’ah) adalah sebuah amanah. Dianjurkan untuk menerima titipan bagi orang yang mampu menjaga amanah. Penerima titipan tidak menanggung ganti rugi kecuali jika ia melakukan pelanggaran. Perkataan penerima titipan bahwa ia telah mengembalikan barangnya dapat diterima.

وَعَلَيْهِ أَنْ يَحْفَظَهَا فِي حِرْزٍ مِثْلِهَا، وَإِذَا طُولِبَ بِهَا فَلَمْ يُخْرِجْهَا مَعَ الْقُدْرَةِ عَلَيْهَا حَتَّى تَلِفَتْ ضَمِنَ.

Ia wajib menyimpan barang titipan di tempat yang layak. Jika pemilik meminta barangnya kembali, namun ia tidak memberikannya padahal mampu, hingga akhirnya barang itu hilang atau rusak, maka ia wajib menanggung ganti rugi.

 

KITAB WARIS DAN WASIAT

[Jumlah Ahli Waris]

الْوَارِثُونَ مِنَ الرِّجَالِ عَشَرَةٌ: الِابْنُ، وَابْنُ الِابْنِ وَإِنْ سَفُلَ، وَالْأَبُ، وَالْجَدُّ وَإِنْ عَلَا، وَالْأَخُ، وَابْنُ الْأَخِ وَإِنْ تَرَاخَى، وَالْعَمُّ، وَابْنُ الْعَمِّ وَإِنْ تَبَاعَدَا، وَالزَّوْجُ، وَالْمَوْلَى الْمُعْتِقُ.

Ahli waris dari kalangan laki-laki ada 10: [1] anak laki-laki, [2] cucu laki-laki (dari anak laki-laki, dan seterusnya ke bawah), [3] ayah, [4] kakek (dari pihak ayah, dan seterusnya ke atas), [5] saudara laki-laki, [6] anak laki-laki dari saudara laki-laki (dan seterusnya ke bawah), [7] paman, [8] anak laki-laki dari paman (dan seterusnya), [9] suami, [10] tuan yang pernah memerdekakan si mayit (yakni bekas budaknya).

الْوَارِثَاتُ مِنَ النِّسَاءِ سَبْعٌ: الْبِنْتُ، وَبِنْتُ الِابْنِ، وَالْأُمُّ، وَالْجَدَّةُ، وَالْأُخْتُ، وَالزَّوْجَةُ، وَالْمَوْلَاةُ الْمُعْتِقَةُ.

Ahli waris dari kalangan perempuan ada 7: [1] anak perempuan, [2] cucu perempuan (dari anak laki-laki), [3] ibu, [4] nenek, [5] saudara perempuan, [6] istri, [7] nyonya yang pernah memerdekakan si mayit.

[Ahli Waris yang Tidak Terhalang]

وَمَنْ لَا يَسْقُطُ بِحَالٍ خَمْسَةٌ: الزَّوْجَانِ، وَالْأَبَوَانِ، وَوَلَدُ الصُّلْبِ.

Ada 5 orang yang tidak akan pernah terhalang hak warisnya dalam kondisi apa pun: [1] suami, [2] istri, [3] ayah, [4] ibu, dan [5] anak kandung.

[Yang Tidak Berhak Mewarisi]

وَمَنْ لَا يَرِثُ بِحَالٍ سَبْعَةٌ: الْعَبْدُ، وَالْمُدَبَّرُ، وَأُمُّ الْوَلَدِ، وَالْمُكَاتَبُ، وَالْقَاتِلُ، وَالْمُرْتَدُّ، وَأَهْلُ مِلَّتَيْنِ.

Ada 7 golongan yang tidak berhak mewarisi dalam kondisi apa pun: [1] budak, [2] budak mudabbar (yang dijanjikan merdeka setelah tuannya wafat), [3] ummu walad (budak wanita yang melahirkan anak tuannya), [4] budak mukatab (yang sedang mencicil kemerdekaannya), [5] pembunuh, [6] orang murtad, dan [7] orang yang berbeda agama dengan si mayit.

[Urutan ‘Ashobah Terdekat]

وَأَقْرَبُ الْعَصَبَاتِ: الِابْنُ ثُمَّ ابْنُهُ ثُمَّ الْأَبُ ثُمَّ أَبُوهُ ثُمَّ الْأَخُ لِلْأَبِ وَالْأُمِّ ثُمَّ الْأَخُ لِلْأَبِ ثُمَّ ابْنُ الْأَخِ لِلْأَبِ وَالْأُمِّ ثُمَّ ابْنُ الْأَخِ لِلْأَبِ ثُمَّ الْعَمُّ: عَلَى هَذَا التَّرْتِيبِ ثُمَّ ابْنُهُ، فَإِنْ عَدِمَتِ الْعَصَبَاتُ فَالْمَوْلَى الْمُعْتِقُ.

Urutan kerabat terdekat yang menerima sisa harta warisan (‘ashobah) adalah: [1] anak laki-laki, kemudian cucu laki-lakinya, [2] kemudian ayah, [3] kemudian kakeknya, [4] kemudian saudara laki-laki seayah-seibu, [5] kemudian saudara laki-laki seayah, [6] kemudian anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah-seibu, [7] kemudian anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah, [8] kemudian paman: mengikuti urutan kekerabatan ini, [9] kemudian anak paman. Jika semua kerabat ‘ashobah ini tidak ada, maka hak waris jatuh kepada tuan yang telah memerdekakannya.

 

KITAB NIKAH DAN HUKUM TERKAITNYA

النِّكَاحُ مُسْتَحَبٌّ لِمَنْ يَحْتَاجُ إِلَيْهِ، وَيَجُوزُ لِلْحُرِّ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ أَرْبَعِ حَرَائِرَ، وَلِلْعَبْدِ بَيْنَ اثْنَيْنِ، وَلَا يَنْكِحُ الْحُرُّ أَمَةً إِلَّا بِشَرْطَيْنِ: عَدَمِ صَدَاقِ الْحُرَّةِ وَخَوْفِ الْعَنَتِ.

Nikah dianjurkan bagi orang yang membutuhkannya. Seorang laki-laki merdeka boleh menikahi hingga 4 orang wanita merdeka, sedangkan seorang budak boleh menikahi hingga 2 orang wanita. Seorang laki-laki merdeka tidak boleh menikahi seorang budak wanita kecuali dengan 2 syarat: tidak mampu membayar mahar untuk wanita merdeka, dan khawatir akan terjerumus ke dalam perzinaan.

[Pandangan Laki-laki kepada Wanita]

وَنَظَرُ الرَّجُلِ إِلَى الْمَرْأَةِ عَلَى سَبْعَةِ أَضْرُبٍ: أَحَدُهَا: نَظْرَةٌ إِلَى أَجْنَبِيَّةٍ لِغَيْرِ حَاجَةٍ فَغَيْرُ جَائِزٍ. وَالثَّانِي: نَظْرَةٌ إِلَى زَوْجَتِهِ أَوْ أَمَتِهِ فَيَجُوزُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى مَا عَدَا الْفَرْجِ مِنْهُمَا. وَالثَّالِثُ: نَظْرَةٌ إِلَى ذَوَاتِ مَحَارِمِهِ أَوْ أَمَتِهِ الْمُزَوَّجَةِ فَيَجُوزُ فِيمَا عَدَا مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ. وَالرَّابِعُ: النَّظَرُ لِأَجْلِ النِّكَاحِ فَيَجُوزُ إِلَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ. وَالْخَامِسُ: النَّظَرُ لِلْمُدَاوَاةِ فَيَجُوزُ إِلَى الْمَوَاضِعِ الَّتِي يُحْتَاجُ إِلَيْهَا. وَالسَّادِسُ: النَّظَرُ لِلشَّهَادَةِ أَوْ لِلْمُعَامَلَةِ فَيَجُوزُ إِلَى الْوَجْهِ خَاصَّةً. وَالسَّابِعُ: النَّظَرُ إِلَى الْأَمَةِ عِنْدَ ابْتِيَاعِهَا فَيَجُوزُ إِلَى الْمَوَاضِعِ الَّتِي يُحْتَاجُ إِلَى تَقْلِيبِهَا.

Pandangan laki-laki kepada wanita terbagi menjadi 7 jenis: [1] melihat wanita yang bukan mahrom tanpa ada keperluan: Ini tidak diperbolehkan, [2] melihat istri atau budak wanitanya sendiri: Boleh melihat bagian tubuh mana pun selain kemaluan keduanya, [3] melihat wanita yang merupakan mahromnya atau budak wanitanya yang sudah menikah: Boleh melihat bagian tubuh mana pun selain area di antara pusar dan lutut, [4] melihat untuk tujuan pernikahan (khitbah): Boleh melihat wajah dan kedua telapak tangannya, [5] melihat untuk keperluan pengobatan: Boleh melihat bagian tubuh yang memang perlu diobati, [6] melihat untuk keperluan persaksian atau transaksi: Boleh melihat wajahnya saja, [7] melihat budak wanita saat hendak membelinya: Boleh melihat bagian-bagian tubuh yang biasanya perlu diperiksa.

[Wali dan Saksi Nikah]

فَصْلٌ: وَلَا يَصِحُّ عَقْدُ النِّكَاحِ إِلَّا بِوَلِيٍّ وَشَاهِدَيْ عَدْلٍ.

Fasl: Akad nikah tidak sah kecuali dengan adanya seorang wali dan 2 orang saksi yang adil.

وَيَفْتَقِرُ الْوَلِيُّ وَالشَّاهِدَانِ إِلَى سِتَّةِ شَرَائِطَ: الْإِسْلَامِ، وَالْبُلُوغِ، وَالْعَقْلِ، وَالْحُرِّيَّةِ، وَالذُّكُورَةِ، وَالْعَدَالَةِ إِلَّا أَنَّهُ لَا يَفْتَقِرُ نِكَاحُ الذِّمِّيَّةِ إِلَى إِسْلَامِ الْوَلِيِّ، وَلَا نِكَاحُ الْأَمَةِ إِلَى عَدَالَةِ السَّيِّدِ.

Seorang wali dan kedua saksi harus memenuhi 6 syarat: [1] Islam, [2] baligh, [3] berakal, [4] merdeka, [5] laki-laki, dan [6] adil. Ada pengecualian: pernikahan wanita dzimmiyah (non-Muslim yang tunduk pada pemerintahan Islam) tidak mensyaratkan walinya harus Islam, dan pernikahan seorang budak wanita tidak mensyaratkan tuannya (sebagai wali) harus adil.

وَأَوْلَى الْوُلَاةِ: الْأَبُ ثُمَّ الْجَدُّ أَبُو الْأَبِ ثُمَّ الْأَخُ لِلْأَبِ وَالْأُمِّ ثُمَّ الْأَخُ لِلْأَبِ ثُمَّ ابْنُ الْأَخِ لِلْأَبِ وَالْأُمِّ ثُمَّ ابْنُ الْأَخِ لِلْأَبِ ثُمَّ الْعَمُّ ثُمَّ ابْنُهُ عَلَى هَذَا التَّرْتِيبِ.

Urutan wali yang paling utama adalah: Ayah, kemudian kakek (ayah dari ayah), kemudian saudara laki-laki seayah-seibu, kemudian saudara laki-laki seayah, kemudian anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah-seibu, kemudian anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah, kemudian paman, kemudian anak paman, sesuai urutan ini.

فَإِذَا عَدِمَتِ الْعَصَبَاتُ فَالْمَوْلَى الْمُعْتِقُ ثُمَّ عَصَبَاتُهُ ثُمَّ الْحَاكِمُ.

Jika kerabat ‘ashobah tidak ada, maka walinya adalah tuan yang pernah memerdekakannya, kemudian kerabat ‘ashobah dari tuan tersebut, kemudian hakim (pemerintah).

وَلَا يَجُوزُ أَنْ يُصَرِّحَ بِخِطْبَةِ مُعْتَدَّةٍ، وَيَجُوزُ أَنْ يُعَرِّضَ لَهَا وَيَنْكِحَهَا بَعْدَ انْقِضَاءِ عِدَّتِهَا.

Tidak boleh meminang secara terang-terangan wanita yang sedang dalam masa ‘iddah. Namun, boleh memberikan isyarat (sindiran), dan menikahinya setelah masa ‘iddah-nya selesai.

وَالنِّسَاءُ عَلَى ضَرْبَيْنِ: ثَيِّبَاتٌ وَأَبْكَارٌ. فَالْبِكْرُ يَجُوزُ لِلْأَبِ وَالْجَدِّ إِجْبَارُهَا عَلَى النِّكَاحِ، وَالثَّيِّبُ لَا يَجُوزُ تَزْوِيجُهَا إِلَّا بَعْدَ بُلُوغِهَا وَإِذْنِهَا.

Wanita terbagi menjadi 2: tsayyib (janda atau pernah menikah) dan abkar (perawan). Seorang ayah atau kakek boleh menikahkan anak/cucu perempuannya yang masih perawan tanpa persetujuannya (ijbar). Adapun wanita tsayyib, tidak boleh dinikahkan kecuali setelah ia baligh dan memberikan izinnya.

[Wanita yang Harom Dinikahi]

فَصْلٌ: وَالْمُحَرَّمَاتُ بِالنَّصِّ أَرْبَعَ عَشْرَةَ:

Fasl: Wanita yang harom dinikahi berdasarkan dalil Al-Qur’an ada 14:

سَبْعٌ بِالنَّسَبِ: وَهُنَّ الْأُمُّ وَإِنْ عَلَتْ، وَالْبِنْتُ وَإِنْ سَفُلَتْ، وَالْأُخْتُ، وَالْخَالَةُ، وَالْعَمَّةُ، وَبِنْتُ الْأَخِ، وَبِنْتُ الْأُخْتِ.

Tujuh karena Nasab: [1] ibu (dan seterusnya ke atas), [2] anak perempuan (dan seterusnya ke bawah), [3] saudara perempuan, [4] bibi dari pihak ibu (kholah), [5] bibi dari pihak ayah (‘ammah), [6] anak perempuan dari saudara laki-laki, dan [7] anak perempuan dari saudara perempuan.

وَاثْنَتَانِ بِالرَّضَاعِ: الْأُمُّ الْمُرْضِعَةُ وَالْأُخْتُ مِنْ الرَّضَاعِ.

Dua karena Persusuan: Ibu yang menyusui dan saudara perempuan sepersusuan.

وَأَرْبَعٌ بِالْمُصَاهَرَةِ: أُمُّ الزَّوْجَةِ، وَالرَّبِيبَةُ إِذَا دَخَلَ بِالْأُمِّ، وَزَوْجَةُ الْأَبِ، وَزَوْجَةُ الِابْنِ.

Empat karena Pernikahan: [1] ibu dari istri (mertua), [2] anak tiri (jika sudah berhubungan badan dengan ibunya), [3] istri dari ayah (ibu tiri), dan [4] istri dari anak (menantu).

وَوَاحِدَةٌ مِنْ جِهَةِ الْجَمْعِ: وَهِيَ أُخْتُ الزَّوْجَةِ.

Satu karena Penggabungan: Yaitu saudara perempuan dari istri (ipar).

وَلَا يُجْمَعُ بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَعَمَّتِهَا وَلَا بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَخَالَتِهَا.

Tidak boleh menggabungkan (dalam satu pernikahan) seorang wanita dengan bibinya (baik dari pihak ayah maupun ibu).

وَيَحْرُمُ مِنَ الرَّضَاعِ مَا يَحْرُمُ مِنَ النَّسَبِ.

Hukum harom karena persusuan sama dengan hukum harom karena nasab.

وَتُرَدُّ الْمَرْأَةُ بِخَمْسَةِ عُيُوبٍ: بِالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَالْبَرَصِ، وَالرَّتْقِ، وَالْقَرْنِ.

Seorang wanita bisa “dikembalikan” (pernikahannya dibatalkan) karena 5 cacat: [1] gila, [2] kusta, [3] sopak (vitiligo), [4] rotq (vagina tersumbat), dan [5] qorn (adanya tulang yang tumbuh di vagina).

وَيُرَدُّ الرَّجُلُ بِخَمْسَةِ عُيُوبٍ: بِالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَالْبَرَصِ، الْجَبِّ، وَالْعُنَّةِ.

Seorang laki-laki bisa “dikembalikan” karena 5 cacat: [1] gila, [2] kusta, [3] sopak, [4] jabb (kemaluannya terpotong), dan [5] ‘unnah (impoten).

[Mahar]

فَصْلٌ: وَيُسْتَحَبُّ تَسْمِيَةُ الْمَهْرِ فِي النِّكَاحِ، فَإِنْ لَمْ يُسَمَّ صَحَّ الْعَقْدُ.

Fasl: Dianjurkan untuk menyebutkan mahar dalam akad nikah. Jika tidak disebutkan, akadnya tetap sah.

وَوَجَبَ الْمَهْرُ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: أَنْ يَفْرِضَهُ الزَّوْجُ عَلَى نَفْسِهِ، أَوْ يَفْرِضَهُ الْحَاكِمُ، أَوْ يَدْخُلَ بِهَا فَيَجِبُ مَهْرُ الْمِثْلِ.

Mahar menjadi wajib karena 3 hal: [1] suami telah menetapkannya untuk dirinya sendiri, [2] hakim yang menetapkannya, atau [3] suami telah berhubungan badan dengannya, yang dalam kasus ini wajib dibayarkan mahar yang setara (mahr al-mitsl).

وَلَيْسَ لِأَقَلِّ الصَّدَاقِ وَلَا لِأَكْثَرِهِ حَدٌّ، وَيَجُوزُ أَنْ يَتَزَوَّجَهَا عَلَى مَنْفَعَةٍ مَعْلُومَةٍ، وَيَسْقُطُ بِالطَّلَاقِ قَبْلَ الدُّخُولِ بِهَا نِصْفُ الْمَهْرِ.

Tidak ada batasan minimal maupun maksimal untuk jumlah mahar. Boleh menikahi seorang wanita dengan mahar berupa jasa (manfaat) yang jelas. Setengah dari mahar menjadi gugur jika terjadi talak sebelum berhubungan badan.

[Walimah]

فَصْلٌ: وَالْوَلِيمَةُ عَلَى الْعُرْسِ مُسْتَحَبَّةٌ، وَالْإِجَابَةُ إِلَيْهَا وَاجِبَةٌ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ.

Fasl: Mengadakan walimah (resepsi) pernikahan hukumnya dianjurkan. Memenuhi undangannya hukumnya wajib, kecuali ada uzur.

[Pembagian Giliran Antar Istri]

فَصْلٌ: وَالتَّسْوِيَةُ فِي الْقَسْمِ بَيْنَ الزَّوْجَاتِ وَاجِبَةٌ، وَلَا يَدْخُلُ عَلَى غَيْرِ الْمَقْسُومِ لَهَا بِغَيْرِ حَاجَةٍ، وَإِذَا أَرَادَ السَّفَرَ أَقْرَعَ بَيْنَهُنَّ وَخَرَجَ بِالَّتِي تَخْرُجُ لَهَا الْقُرْعَةُ، وَإِذَا تَزَوَّجَ جَدِيدَةً خَصَّهَا بِسَبْعِ لَيَالٍ إِنْ كَانَتْ بِكْرًا وَبِثَلَاثٍ إِنْ كَانَتْ ثَيِّبًا.

Fasl: Berlaku adil dalam pembagian giliran (malam) di antara para istri hukumnya wajib. Suami tidak boleh mendatangi istri yang bukan gilirannya tanpa ada keperluan. Jika hendak bepergian, ia harus mengundi di antara para istrinya dan pergi bersama istri yang namanya keluar dalam undian. Jika ia menikahi istri baru, ia harus memberinya giliran khusus selama 7 malam jika ia seorang perawan, dan 3 malam jika ia seorang janda.

وَإِذَا خَافَ نُشُوزَ الْمَرْأَةِ: وَعَظَهَا فَإِنْ أَبَتْ إِلَّا النُّشُوزَ هَجَرَهَا، فَإِنْ أَقَامَتْ عَلَيْهِ هَجَرَهَا وَضَرَبَهَا، وَيَسْقُطُ بِالنُّشُوزِ قَسْمُهَا وَنَفَقَتُهَا.

Jika seorang suami khawatir istrinya akan melakukan nusyuz (pembangkangan), maka ia harus menasihatinya. Jika sang istri tetap membangkang, maka ia boleh memisahkan diri dari tempat tidurnya. Jika ia tetap bersikeras, suami boleh memukulnya (dengan pukulan yang tidak menyakitkan). Akibat dari nusyuz adalah gugurnya hak giliran dan hak nafkah bagi sang istri.

[Gugat Cerai (Khulu’)]

فَصْلٌ: وَالْخُلْعُ جَائِزٌ عَلَى عِوَضٍ مَعْلُومٍ، وَتَمْلِكُ بِهِ الْمَرْأَةُ نَفْسَهَا وَلَا رَجْعَةَ لَهُ عَلَيْهَا إِلَّا بِنِكَاحٍ جَدِيدٍ، وَيَجُوزُ الْخُلْعُ فِي الطُّهْرِ وَفِي الْحَيْضِ، وَلَا يَلْحَقُ الْمُخْتَلِعَةَ الطَّلَاقُ.

Fasl: Khulu’ (gugat cerai dari pihak istri) diperbolehkan dengan adanya imbalan (‘iwadh) yang jelas. Dengan khulu’, wanita tersebut memiliki hak penuh atas dirinya, dan suami tidak bisa rujuk kembali kepadanya kecuali dengan akad nikah yang baru. Khulu’ boleh dilakukan baik dalam keadaan suci maupun haidh, dan talak tidak akan jatuh lagi pada wanita yang sudah melakukan khulu’.

[Talak]

فَصْلٌ: وَالطَّلَاقُ ضَرْبَانِ: صَرِيحٌ وَكِنَايَةٌ.

Fasl: Talak ada 2 jenis: shorih (jelas) dan kinayah (sindiran).

فَالصَّرِيحُ ثَلَاثَةُ أَلْفَاظٍ: الطَّلَاقُ، وَالْفِرَاقُ، وَالسَّرَاحُ، وَلَا يَفْتَقِرُ صَرِيحُ الطَّلَاقِ إِلَى النِّيَّةِ.

Talak Shorih ada 3 lafazh: talak, firoq (pisah), dan saroh (lepas). Talak dengan lafazh yang jelas ini tidak memerlukan niat.

وَالْكِنَايَةُ: كُلُّ لَفْظٍ احْتَمَلَ الطَّلَاقَ وَغَيْرَهُ، وَيَفْتَقِرُ إِلَى النِّيَّةِ.

Talak Kinayah adalah setiap lafazh yang bisa bermakna talak atau makna lainnya, dan ini memerlukan niat.

وَالنِّسَاءُ فِيهِ ضَرْبَانِ:

Wanita dalam hal ini ada 2 jenis:

ضَرْبٌ فِي طَلَاقِهِنَّ سُنَّةٌ وَبِدْعَةٌ، وَهُنَّ ذَوَاتُ الْحَيْضِ، فَالسُّنَّةُ: أَنْ يُوقِعَ الطَّلَاقَ فِي طُهْرٍ غَيْرِ مُجَامَعٍ فِيهِ، وَالْبِدْعَةُ: أَنْ يُوقِعَ الطَّلَاقَ فِي الْحَيْضِ أَوْ فِي طُهْرٍ جَامَعَهَا فِيهِ.

Jenis yang dalam talaknya ada istilah sunnah dan bid’ah. Mereka adalah wanita yang masih mengalami haidh. Talak sunnah adalah menjatuhkan talak saat istri dalam keadaan suci dan belum digauli. Talak bid’ah adalah menjatuhkan talak saat istri sedang haidh atau saat suci tetapi sudah digauli.

وَضَرْبٌ لَيْسَ فِي طَلَاقِهِنَّ سُنَّةٌ وَلَا بِدْعَةٌ، وَهُنَّ أَرْبَعٌ: الصَّغِيرَةُ، وَالْآيِسَةُ، وَالْحَامِلُ، وَالْمُخْتَلِعَةُ الَّتِي لَمْ يَدْخُلْ بِهَا.

Jenis yang dalam talaknya tidak ada istilah sunnah maupun bid’ah. Mereka ada 4: [1] anak kecil, [2] wanita yang sudah menopause, [3] wanita hamil, dan [4] wanita yang telah melakukan khulu’ yang belum pernah digauli.

[Sifat Talak]

فَصْلٌ: وَيَمْلِكُ الْحُرُّ ثَلَاثَ تَطْلِيقَاتٍ، وَالْعَبْدُ تَطْلِيقَتَيْنِ، وَيَصِحُّ الِاسْتِثْنَاءُ فِي الطَّلَاقِ إِذَا وَصَلَهُ بِهِ، وَيَصِحُّ تَعْلِيقُهُ بِالصِّفَةِ وَالشَّرْطِ، وَلَا يَقَعُ الطَّلَاقُ قَبْلَ النِّكَاحِ.

Fasl: Seorang laki-laki merdeka memiliki hak 3 kali talak, sedangkan seorang budak memiliki 2 kali talak. Pengecualian dalam ucapan talak dianggap sah jika diucapkan menyambung langsung. Sah juga menggantungkan talak pada suatu sifat atau syarat. Talak tidak akan jatuh sebelum adanya pernikahan.

وَأَرْبَعٌ لَا يَقَعُ طَلَاقُهُمْ: الصَّبِيُّ، وَالْمَجْنُونُ، وَالنَّائِمُ، وَالْمُكْرَهُ.

Ada 4 golongan orang yang talaknya tidak dianggap jatuh: [1] anak kecil, [2] orang gila, [3] orang yang sedang tidur, dan [4] orang yang dipaksa.

[Rujuk]

فَصْلٌ: وَإِذَا طَلَّقَ امْرَأَتَهُ وَاحِدَةً أَوْ اثْنَتَيْنِ فَلَهُ مُرَاجَعَتُهَا مَا لَمْ تَنْقَضِ عِدَّتُهَا، فَإِنِ انْقَضَتْ عِدَّتُهَا حَلَّ لَهُ نِكَاحُهَا بِعَقْدٍ جَدِيدٍ، وَتَكُونُ مَعَهُ عَلَى مَا بَقِيَ مِنَ الطَّلَاقِ.

Fasl: Jika seorang suami mentalak istrinya 1 atau 2 kali, ia berhak untuk rujuk selama istrinya belum habis masa ‘iddah-nya. Jika masa ‘iddah-nya sudah habis, ia boleh menikahinya kembali dengan akad yang baru, dan sisa hak talaknya tetap berlaku.

فَإِنْ طَلَّقَهَا ثَلَاثًا لَمْ تَحِلَّ لَهُ إِلَّا بَعْدَ وُجُودِ خَمْسِ شَرَائِطَ: انْقِضَاءِ عِدَّتِهَا مِنْهُ، وَتَزْوِيجِهَا بِغَيْرِهِ، وَدُخُولِهِ بِهَا، وَإِصَابَتِهَا، وَبَيْنُونَتِهَا مِنْهُ، وَانْقِضَاءِ عِدَّتِهَا مِنْهُ.

Jika ia telah mentalaknya 3 kali, maka wanita itu tidak halal lagi baginya kecuali setelah terpenuhi 5 syarat: [1] masa ‘iddah-nya dari suami pertama telah selesai, [2] ia menikah dengan laki-laki lain, [3] suami kedua telah berhubungan badan dengannya, [4] keduanya telah merasakan hubungan suami-istri, [5] ia bercerai dari suami kedua, dan masa ‘iddah-nya dari suami kedua telah selesai.

[Ila’]

فَصْلٌ: وَإِذَا حَلَفَ أَنْ لَا يَطَأَ زَوْجَتَهُ مُطْلَقًا أَوْ مُدَّةً تَزِيدُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ فَهُوَ مُؤْلٍ، وَيُؤَجَّلُ لَهُ إِنْ سَأَلَتْ ذَلِكَ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ، ثُمَّ يُخَيَّرُ بَيْنَ الْفَيْئَةِ وَالتَّكْفِيرِ أَوِ الطَّلَاقِ، فَإِنِ امْتَنَعَ طَلَّقَ عَلَيْهِ الْحَاكِمُ.

Fasl: Jika seorang suami bersumpah untuk tidak menggauli istrinya selamanya atau untuk jangka waktu lebih dari 4 bulan, maka ia disebut melakukan ila’. Ia diberi tenggat waktu selama 4 bulan jika istrinya meminta (kepada hakim). Setelah 4 bulan, ia diberi pilihan antara kembali menggauli istrinya dan membayar kaffarot sumpah, atau mentalaknya. Jika ia menolak kedua pilihan tersebut, maka hakim akan menjatuhkan talak atas namanya.

[Zhihar]

فَصْلٌ: وَالظِّهَارُ أَنْ يَقُولَ الرَّجُلُ لِزَوْجَتِهِ أَنْتِ عَلَيَّ كَظَهْرِ أُمِّي، فَإِذَا قَالَ ذَلِكَ وَلَمْ يُتْبِعْهُ بِالطَّلَاقِ صَارَ عَائِدًا، وَلَزِمَتْهُ الْكَفَّارَةُ وَالْكَفَّارَةُ: عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ سَلِيمَةٍ مِنَ الْعُيُوبِ الْمُضِرَّةِ بِالْعَمَلِ وَالْكَسْبِ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا لِكُلِّ مِسْكِينٍ مُدٌّ، وَلَا يَحِلُّ لِلْمُظَاهِرِ وَطْؤُهَا حَتَّى يُكَفِّرَ.

Fasl: Zhihar adalah ucapan seorang suami kepada istrinya, “Bagiku, engkau seperti punggung ibuku.” Jika ia mengucapkan ini dan tidak langsung mengikutinya dengan talak, maka ia dianggap telah menarik kembali ucapannya dan wajib membayar kaffarot. Kaffarot-nya adalah: memerdekakan seorang budak Mu’min yang sehat dari cacat yang mengganggu pekerjaan. Jika tidak menemukan, maka ber-Puasa selama 2 bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, maka memberi makan 60 orang miskin, masing-masing satu mudd. Tidak halal bagi pelaku zhihar untuk menggauli istrinya sampai ia membayar kaffarot.

[Tuduhan Zina (Qodzaf) dan Li’an]

فَصْلٌ: وَإِذَا رَمَى الرَّجُلُ زَوْجَتَهُ بِالزِّنَا فَعَلَيْهِ حَدُّ الْقَذْفِ إِلَّا أَنْ يُقِيمَ الْبَيِّنَةَ أَوْ يُلَاعِنَ فَيَقُولُ عِنْدَ الْحَاكِمِ فِي الْجَامِعِ عَلَى الْمِنْبَرِ فِي جَمَاعَةٍ مِنَ النَّاسِ: أَشْهَدُ بِاللَّهِ إِنَّنِي لَمِنَ الصَّادِقِينَ فِيمَا رَمَيْتُ بِهِ زَوْجَتِي فُلَانَةَ مِنَ الزِّنَا وَإِنَّ هَذَا الْوَلَدَ مِنَ الزِّنَا وَلَيْسَ مِنِّي أَرْبَعَ مَرَّاتٍ، وَيَقُولُ فِي الْمَرَّةِ الْخَامِسَةِ بَعْدَ أَنْ يَعِظَهُ الْحَاكِمُ: وَعَلَيَّ لَعْنَةُ اللَّهِ إِنْ كُنْتُ مِنَ الْكَاذِبِينَ.

Fasl: Jika seorang suami menuduh istrinya berzina, maka ia akan dikenai hukuman cambuk bagi penuduh (had al-qodzaf), kecuali jika ia bisa mendatangkan bukti atau melakukan li’an. Li’an dilakukan dengan mengucapkan di hadapan hakim di Masjid di atas mimbar di depan banyak orang: “Aku bersaksi dengan nama Alloh bahwa aku termasuk orang yang benar dalam tuduhan zina yang aku tujukan kepada istriku, Fulanah, dan sesungguhnya anak ini adalah hasil perzinaan dan bukan dariku,” sebanyak 4 kali. Pada kali kelima, setelah dinasihati oleh hakim, ia berkata: “semoga laknat Alloh menimpaku jika aku termasuk orang-orang yang berdusta.”

وَيَتَعَلَّقُ بِلِعَانِهِ خَمْسَةُ أَحْكَامٍ: سُقُوطُ الْحَدِّ عَنْهُ، وَوُجُوبُ الْحَدِّ عَلَيْهَا، وَزَوَالُ الْفِرَاشِ، وَنَفْيُ الْوَلَدِ، وَالتَّحْرِيمُ عَلَى الْأَبَدِ.

Dengan li’an suami, timbul 5 konsekuensi hukum: [1] gugurnya hukuman cambuk darinya, [2] wajibnya hukuman cambuk atas istrinya, [3] putusnya ikatan pernikahan, [4] penafian anak, dan [5] keharoman untuk menikah lagi selamanya.

وَيَسْقُطُ الْحَدُّ عَلَيْهَا بِأَنْ تَلْتَعِنَ فَتَقُولَ: أَشْهَدُ بِاللَّهِ إِنَّ فُلَانًا هَذَا لَمِنَ الْكَاذِبِينَ فِيمَا رَمَانِي بِهِ مِنَ الزِّنَا أَرْبَعَ مَرَّاتٍ، وَتَقُولُ فِي الْخَامِسَةِ بَعْدَ أَنْ يَعِظَهَا الْحَاكِمُ: وَعَلَيَّ غَضَبُ اللَّهِ إِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِينَ.

Hukuman cambuk bagi sang istri akan gugur jika ia juga melakukan li’an dengan berkata: “Aku bersaksi dengan nama Alloh bahwa Fulan ini (suaminya) termasuk orang yang berdusta atas tuduhan zina yang ia tujukan kepadaku,” sebanyak 4 kali. Pada kali kelima, setelah dinasihati oleh hakim, ia berkata: “semoga murka Alloh menimpaku jika ia termasuk orang-orang yang benar.”

[‘Iddah (Masa Tunggu)]

فَصْلٌ: وَالْمُعْتَدَّةُ عَلَى ضَرْبَيْنِ: مُتَوَفًّى عَنْهَا وَغَيْرُ مُتَوَفًّى عَنْهَا.

Fasl: Wanita yang menjalani ‘iddah ada 2 jenis: yang ditinggal mati suami dan yang tidak.

فَالْمُتَوَفَّى عَنْهَا: إِنْ كَانَتْ حَامِلًا فَعِدَّتُهَا بِوَضْعِ الْحَمْلِ، وَإِنْ كَانَتْ حَائِلًا فَعِدَّتُهَا أَرْبَعَةُ أَشْهُرٍ وَعَشْرٌ.

Yang Ditinggal Mati: Jika ia sedang hamil, ‘iddah-nya adalah sampai ia melahirkan. Jika ia tidak hamil, ‘iddah-nya adalah 4 bulan 10 hari.

وَغَيْرُ الْمُتَوَفَّى عَنْهَا: إِنْ كَانَتْ حَامِلًا فَعِدَّتُهَا بِوَضْعِ الْحَمْلِ، وَإِنْ كَانَتْ حَائِلًا وَهِيَ مِنْ ذَوَاتِ الْحَيْضِ فَعِدَّتُهَا ثَلَاثَةُ قُرُوءٍ وَهِيَ الْأَطْهَارُ، وَإِنْ كَانَتْ صَغِيرَةً أَوْ آيِسَةً فَعِدَّتُهَا ثَلَاثَةُ أَشْهُرٍ.

Yang Tidak Ditinggal Mati (karena cerai): Jika ia sedang hamil, ‘iddah-nya adalah sampai ia melahirkan. Jika ia tidak hamil dan masih mengalami haidh, ‘iddah-nya adalah 3 kali quru’ (3 kali masa suci). Jika ia masih kecil atau sudah menopause, ‘iddah-nya adalah 3 bulan.

وَالْمُطَلَّقَةُ قَبْلَ الدُّخُولِ بِهَا لَا عِدَّةَ عَلَيْهَا، وَعِدَّةُ الْأَمَةِ بِالْحَمْلِ كَعِدَّةِ الْحُرَّةِ، وَبِالْإِقْرَاءِ أَنْ تَعْتَدَّ بِقُرْأَيْنِ، وَبِالشُّهُورِ عَنِ الْوَفَاةِ أَنْ تَعْتَدَّ بِشَهْرَيْنِ وَخَمْسِ لَيَالٍ، وَعَنِ الطَّلَاقِ أَنْ تَعْتَدَّ بِشَهْرٍ وَنِصْفٍ، فَإِنِ اعْتَدَّتْ بِشَهْرَيْنِ كَانَ أَوْلَى.

Wanita yang ditalak sebelum pernah digauli tidak memiliki masa ‘iddah. ‘Iddah bagi budak wanita yang hamil sama seperti wanita merdeka. Jika dengan siklus haidh, ‘iddah-nya adalah 2 kali quru’. Jika dengan bulan, untuk ditinggal mati, ‘iddah-nya 2 bulan 5 malam. Untuk talak, ‘iddah-nya 1,5 bulan, namun jika ia menjalaninya 2 bulan, itu lebih utama.

[Nafkah dan Hak selama ‘Iddah]

فَصْلٌ: وَيَجِبُ لِلْمُعْتَدَّةِ الرَّجْعِيَّةِ السُّكْنَى وَالنَّفَقَةُ، وَيَجِبُ لِلْبَائِنِ السُّكْنَى دُونَ النَّفَقَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ حَامِلًا.

Fasl: Wanita dalam ‘iddah talak roj’i (yang masih bisa dirujuk) berhak mendapatkan tempat tinggal dan nafkah. Wanita dalam ‘iddah talak ba’in (yang tidak bisa dirujuk) hanya berhak mendapatkan tempat tinggal tanpa nafkah, kecuali jika ia sedang hamil.

وَيَجِبُ عَلَى الْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا: الْإِحْدَادُ وَهُوَ الِامْتِنَاعُ مِنَ الزِّينَةِ وَالطِّيبِ، وَعَلَى الْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا وَالْمَبْتُوتَةِ مُلَازَمَةُ الْبَيْتِ إِلَّا لِحَاجَةٍ.

Wanita yang ditinggal mati suaminya wajib menjalani ihdad, yaitu menahan diri dari berhias dan memakai wewangian. Baik wanita yang ditinggal mati suaminya maupun yang ditalak bain, keduanya wajib menetap di rumah dan tidak keluar kecuali ada keperluan.

[Mengosongkan Rahim (Istibro’)]

فَصْلٌ: وَمَنِ اسْتَحْدَثَ مِلْكَ أَمَةٍ حَرُمَ عَلَيْهِ الِاسْتِمْتَاعُ بِهَا حَتَّى يَسْتَبْرِئَهَا إِنْ كَانَتْ مِنْ ذَوَاتِ الْحَيْضِ بِحَيْضَةٍ، وَإِنْ كَانَتْ مِنْ ذَوَاتِ الشُّهُورِ بِشَهْرٍ فَقَطْ، وَإِنْ كَانَتْ مِنْ ذَوَاتِ الْحَمْلِ بِالْوَضْعِ، وَإِذَا مَاتَ سَيِّدُ أُمِّ الْوَلَدِ اسْتَبْرَأَتْ نَفْسَهَا كَالْأَمَةِ.

Fasl: Siapa baru saja memiliki seorang budak wanita (yang baru saja dibeli), harom baginya untuk bersenang-senang dengannya sampai ia melakukan istibro’ (memastikan rahimnya kosong). Jika budak wanita itu masih haidh, istibro’-nya adalah dengan satu kali siklus haidh. Jika ia dihitung dengan bulan, maka cukup satu bulan. Jika ia sedang hamil, maka dengan melahirkan. Jika tuan dari seorang ummu walad meninggal, maka budak wanita itu melakukan istibro’ untuk dirinya sendiri sebagaimana budak wanita biasa.

[Penyusuan (Rodho’ah)]

فَصْلٌ: وَإِذَا أَرْضَعَتِ الْمَرْأَةُ بِلَبَنِهَا وَلَدًا صَارَ الرَّضِيعُ وَلَدَهَا بِشَرْطَيْنِ: أَحَدُهُمَا أَنْ يَكُونَ لَهُ دُونَ الْحَوْلَيْنِ، وَالثَّانِي أَنْ تُرْضِعَهُ خَمْسَ رَضَعَاتٍ مُتَفَرِّقَاتٍ،

Fasl: Jika seorang wanita menyusui seorang bayi dengan air susunya, maka bayi itu menjadi anaknya dengan 2 syarat: [1] usia bayi tersebut di bawah 2 tahun, [2] ia menyusuinya sebanyak 5 kali susuan yang terpisah.

وَيَصِيرُ زَوْجُهَا أَبًا لَهُ، وَيَحْرُمُ عَلَى الْمُرْضِعِ التَّزْوِيجُ إِلَيْهَا وَإِلَى كُلِّ مَنْ نَاسَبَهَا، وَيَحْرُمُ عَلَيْهَا التَّزْوِيجُ إِلَى الْمُرْضِعِ وَوَلَدِهِ دُونَ مَنْ كَانَ فِي دَرَجَتِهِ أَوْ أَعْلَى طَبَقَةً مِنْهُ.

Suami dari wanita yang menyusui itu menjadi ayah bagi si bayi. Harom bagi si bayi untuk menikah dengan ibu susuannya dan dengan siapa pun yang memiliki hubungan nasab dengannya. Harom pula bagi ibu susuan untuk menikah dengan anak susuannya dan keturunannya, tetapi tidak harom bagi anak susuannya untuk menikah dengan kerabat ibu susuan yang sederajat atau lebih tinggi tingkatannya.

[Nafkah]

فَصْلٌ: وَنَفَقَةُ الْعَمُودَيْنِ مِنَ الْأَهْلِ وَاجِبَةٌ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْمَوْلُودِينَ.

Fasl: Nafkah untuk keluarga garis vertikal (orang tua dan anak) adalah wajib.

فَأَمَّا الْوَالِدُونَ: فَتَجِبُ نَفَقَتُهُمْ بِشَرْطَيْنِ: الْفَقْرِ وَالزَّمَانَةِ أَوِ الْفَقْرِ وَالْجُنُونِ.

Untuk Orang Tua: Nafkah wajib diberikan kepada mereka dengan 2 syarat: [1] mereka fakir dan sudah tua renta, atau [2] fakir dan gila.

وَأَمَّا الْمَوْلُودُونَ: فَتَجِبُ نَفَقَتُهُمْ بِثَلَاثِ شَرَائِطَ: الْفَقْرِ وَالصِّغَرِ أَوِ الْفَقْرِ وَالزَّمَانَةِ أَوِ الْفَقْرِ وَالْجُنُونِ.

Untuk Anak: Nafkah wajib diberikan kepada mereka dengan 3 syarat: [1] mereka fakir dan masih kecil, atau [2] fakir dan cacat permanen, atau [3] fakir dan gila.

وَنَفَقَةُ الرَّقِيقِ وَالْبَهَائِمِ وَاجِبَةٌ، وَلَا يُكَلَّفُونَ مِنَ الْعَمَلِ مَا لَا يُطِيقُونَ، وَنَفَقَةُ الزَّوْجَةِ الْمُمَكَّنَةِ مِنْ نَفْسِهَا وَاجِبَةٌ وَهِيَ مُقَدَّرَةٌ:

Nafkah untuk budak dan hewan ternak adalah wajib, dan mereka tidak boleh dibebani pekerjaan di luar batas kemampuan mereka. Nafkah untuk istri yang taat dan menyerahkan dirinya kepada suami adalah wajib, dan besarannya telah ditentukan:

فَإِنْ كَانَ الزَّوْجُ مُوسِرًا فَمُدَّانِ مِنْ غَالِبِ قُوتِهَا وَمِنَ الْأَدَمِ وَالْكِسْوَةِ مَا جَرَتْ بِهِ الْعَادَةُ.

Jika suami kaya, maka nafkahnya 2 mudd dari makanan pokok sang istri, beserta lauk-pauk dan pakaian yang sesuai dengan kebiasaan.

وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَمُدٌّ مِنْ غَالِبِ قُوتِ الْبَلَدِ وَمَا يَأْتَدِمُ بِهِ الْمُعْسِرُونَ وَيَكْسُونَهُ.

Jika suami miskin, maka nafkahnya satu mudd dari makanan pokok daerah setempat, beserta lauk-pauk dan pakaian yang biasa dipakai orang miskin.

وَإِنْ كَانَ مُتَوَسِّطًا فَمُدٌّ وَنِصْفٌ وَمِنَ الْأَدَمِ وَالْكِسْوَةِ الْوَسَطِ.

Jika suami berada di tingkat menengah, maka nafkahnya satu setengah mudd, dengan lauk-pauk dan pakaian tingkat menengah.

وَإِنْ كَانَتْ مِمَّنْ يَخْدِمُ مِثْلَهَا فَعَلَيْهِ إِخْدَامُهَا.

Jika sang istri berasal dari kalangan yang biasa dilayani (memiliki pembantu), maka suami wajib menyediakan pelayan untuknya.

وَإِنْ أَعْسَرَ بِنَفَقَتِهَا فَلَهَا فَسْخُ النِّكَاحِ، وَكَذَلِكَ إِنْ أَعْسَرَ بِالصَّدَاقِ قَبْلَ الدُّخُولِ.

Jika suami tidak mampu memberikan nafkah, maka istri berhak untuk membatalkan pernikahan. Demikian pula jika suami tidak mampu membayar mahar sebelum berhubungan badan.

[Hak Asuh Anak (Hadhonah)]

فَصْلٌ: وَإِذَا فَارَقَ الرَّجُلُ زَوْجَتَهُ وَلَهُ مِنْهَا وَلَدٌ فَهِيَ أَحَقُّ بِحَضَانَتِهِ إِلَى سَبْعِ سِنِينَ، ثُمَّ يُخَيَّرُ بَيْنَ أَبَوَيْهِ، فَأَيُّهُمَا اخْتَارَ سُلِّمَ إِلَيْهِ.

Fasl: Jika seorang pria bercerai dari istrinya dan mereka memiliki anak, maka sang ibu lebih berhak atas pengasuhan anak tersebut hingga berusia 7 tahun. Setelah itu, anak tersebut diberi pilihan antara ayah atau ibunya. Siapa pun yang ia pilih, maka ia akan diserahkan kepadanya.

وَشَرَائِطُ الْحَضَانَةِ سَبْعٌ: الْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَالدِّينُ، وَالْعِفَّةُ، وَالْأَمَانَةُ، وَالْإِقَامَةُ، وَالْخُلُوُّ مِنْ زَوْجٍ، فَإِنِ اخْتَلَّ مِنْهَا شَرْطٌ سَقَطَتْ.

Syarat-syarat pengasuhan anak ada 7: [1] berakal, [2] merdeka, [3] beragama (Islam), [4] menjaga kehormatan diri, [5] amanah, [6] tinggal menetap (tidak sering berpindah), dan [7] tidak bersuami (bagi ibu). Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka hak asuhnya gugur.

 

KITAB KEJAHATAN (JINAYAT)

[Jenis Pembunuhan]

الْقَتْلُ عَلَى ثَلَاثَةِ أَضْرُبٍ: عَمْدٌ مَحْضٌ، وَخَطَأٌ مَحْضٌ، وَعَمْدُ خَطَأٍ.

Ada tiga jenis pembunuhan: murni sengaja, murni keliru, dan sengaja yang keliru.

فَالْعَمْدُ الْمَحْضُ: أَنْ يَعْمِدَ إِلَى ضَرْبِهِ بِمَا يَقْتُلُ غَالِبًا، وَيَقْصِدَ قَتْلَهُ بِذَلِكَ، فَيَجِبُ الْقَوَدُ عَلَيْهِ، فَإِنْ عَفَا عَنْهُ وَجَبَتْ دِيَةٌ مُغَلَّظَةٌ حَالَّةٌ فِي مَالِ الْقَاتِلِ.

Pembunuhan murni sengaja: Seseorang memukul atau menyerang orang lain dengan alat yang biasanya bisa membunuh, dan ia memang berniat untuk membunuhnya. Hukumannya adalah qishosh (dihukum mati). Kalau keluarga korban memaafkan pelaku, maka pelaku harus membayar diyat mughollazhoh (denda berat) yang dibayar langsung dari harta si pembunuh.

وَالْخَطَأُ الْمَحْضُ: أَنْ يَرْمِيَ إِلَى شَيْءٍ فَيُصِيبَ رَجُلًا فَيَقْتُلَهُ، فَلَا قَوَدَ عَلَيْهِ، بَلْ تَجِبُ عَلَيْهِ دِيَةٌ مُخَفَّفَةٌ عَلَى الْعَاقِلَةِ مُؤَجَّلَةٌ فِي ثَلَاثِ سِنِينَ.

Pembunuhan murni keliru: Seseorang melempar sesuatu ke suatu benda, tetapi tidak sengaja mengenai orang lain hingga meninggal. Hukumannya tidak ada qishosh. Pelaku harus membayar diyat mukhoffafah (denda ringan) yang dibayar oleh keluarga besarnya (aqilah) dan boleh dicicil selama tiga tahun.

وَعَمْدُ الْخَطَأِ: أَنْ يَقْصِدَ ضَرْبَهُ بِمَا لَا يَقْتُلُ غَالِبًا فَيَمُوتَ، فَلَا قَوَدَ عَلَيْهِ، بَلْ تَجِبُ دِيَةٌ مُغَلَّظَةٌ عَلَى الْعَاقِلَةِ مُؤَجَّلَةٌ فِي ثَلَاثِ سِنِينَ.

Pembunuhan sengaja yang keliru: Seseorang bermaksud memukul orang lain dengan alat yang biasanya tidak mematikan, tetapi orang itu justru meninggal. Hukumannya tidak ada qishosh. Pelaku harus membayar diyat mughollazhoh (denda berat) yang dibayar oleh keluarga besarnya (aqilah) dan boleh dicicil selama tiga tahun.

[Syarat Qishosh]

وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الْقِصَاصِ أَرْبَعَةٌ: أَنْ يَكُونَ الْقَاتِلُ بَالِغًا عَاقِلًا، وَأَنْ لَا يَكُونَ وَالِدًا لِلْمَقْتُولِ، وَأَنْ لَا يَكُونَ الْمَقْتُولُ أَنْقَصَ مِنَ الْقَاتِلِ بِكُفْرٍ أَوْ رِقٍّ.

Agar seseorang bisa dihukum qishosh, ada beberapa syarat: [1] pembunuhnya harus sudah dewasa dan [2] berakal sehat, [3] pembunuhnya bukan orang tua dari korban, [4] korban tidak boleh lebih rendah derajatnya dari pembunuh misalnya karena orang kafir atau budak.

وَتُقْتَلُ الْجَمَاعَةُ بِالْوَاحِدِ.

Jika ada sekelompok orang yang membunuh satu orang, maka semua yang terlibat bisa dihukum mati.

وَكُلُّ شَخْصَيْنِ جَرَى الْقِصَاصُ بَيْنَهُمَا فِي النَّفْسِ يَجْرِي بَيْنَهُمَا فِي الْأَطْرَافِ. وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الْقِصَاصِ فِي الْأَطْرَافِ بَعْدَ الشَّرَائِطِ الْمَذْكُورَةِ اثْنَانِ: الِاشْتِرَاكُ فِي الِاسْمِ الْخَاصِّ، الْيُمْنَى بِالْيُمْنَى، وَالْيُسْرَى بِالْيُسْرَى، وَأَنْ لَا يَكُونَ بِأَحَدِ الطَّرَفَيْنِ شَلَلٌ.

Syarat-syarat qishosh untuk melukai atau memotong anggota badan hampir sama dengan syarat qishosh untuk pembunuhan, ditambah dua syarat lagi: [1] jenis anggota badannya harus sama (tangan kanan dibalas dengan tangan kanan, dan tangan kiri dibalas dengan tangan kiri), [2] anggota badan yang luka atau terpotong tidak boleh lumpuh.

وَكُلُّ عُضْوٍ أُخِذَ مِنْ مَفْصِلٍ فَفِيهِ الْقِصَاصُ، وَلَا قِصَاصَ فِي الْجُرُوحِ إِلَّا فِي الْمُوَضِّحَةِ.

Qishosh bisa dilakukan pada anggota badan yang dipotong dari persendian. Namun, untuk luka biasa, qishosh hanya berlaku jika luka itu mencapai tulang.

[Diyat (Denda)]

فَصْلٌ: وَالدِّيَةُ عَلَى ضَرْبَيْنِ: مُغَلَّظَةٍ وَمُخَفَّفَةٍ.

Diyat ada dua jenis: diyat mughollazhoh (denda berat) dan diyat mukhoffafah (denda ringan).

فَالْمُغَلَّظَةُ: مِائَةٌ مِنَ الْإِبِلِ: ثَلَاثُونَ حِقَّةً، وَثَلَاثُونَ جَذَعَةً، وَأَرْبَعُونَ خَلِفَةً فِي بُطُونِهَا أَوْلَادُهَا.

Diyat mughollazhoh adalah 100 ekor unta yang terdiri dari: 30 unta hiqqoh (berumur 3-4 tahun), 30 unta jadza’ah (berumur 4-5 tahun), dan 40 unta betina hamil (kholifah).

وَالْمُخَفَّفَةُ: مِائَةٌ مِنَ الْإِبِلِ: عِشْرُونَ حِقَّةً، وَعِشْرُونَ جَذَعَةً، وَعِشْرُونَ بِنْتَ لَبُونٍ، وَعِشْرُونَ ابْنَ لَبُونٍ، وَعِشْرُونَ بِنْتَ مَخَاضٍ.

Diyat mukhoffafah adalah 100 ekor unta yang terdiri dari: 20 unta hiqqoh, 20 unta jadza’ah, 20 unta bintu labun (berumur 2-3 tahun), 20 unta ibnu labun (berumur 2-3 tahun), dan 20 unta bintu makhodh (berumur 1-2 tahun).

فَإِنْ عَدِمَتِ الْإِبِلُ انْتَقَلَ إِلَى قِيمَتِهَا، وَقِيلَ يَنْتَقِلُ إِلَى أَلْفِ دِينَارٍ أَوْ اثْنَيْ عَشَرَ أَلْفَ دِرْهَمٍ. وَإِنْ غُلِّظَتْ زِيدَ عَلَيْهَا الثُّلُثُ.

Jika tidak ada unta, maka bisa diganti dengan harganya. Ada juga yang mengatakan bisa diganti dengan 1.000 dinar emas atau 12.000 dirham perak. Jika dendanya berat, maka ditambah sepertiganya.

وَتُغَلَّظُ دِيَةُ الْخَطَأِ فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ: إِذَا قُتِلَ فِي الْحَرَمِ، أَوْ فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ، أَوْ قُتِلَ ذَا رَحِمٍ مُحَرَّمٍ.

Diyat untuk pembunuhan tidak sengaja bisa menjadi berat dalam tiga keadaan: [1] terjadi di tanah suci (Makkah), [2] terjadi di bulan-bulan Harom (Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharrom, dan Rojab), [3] korbannya adalah kerabat dekat (misalnya paman atau bibi).

وَدِيَةُ الْمَرْأَةِ عَلَى النِّصْفِ مِنْ دِيَةِ الرَّجُلِ، وَدِيَةُ الْيَهُودِيِّ وَالنَّصْرَانِيِّ ثُلُثُ دِيَةِ الْمُسْلِمِ، وَأَمَّا الْمَجُوسِيُّ فَفِيهِ ثُلُثَا عَشْرِ دِيَةِ الْمُسْلِمِ.

Diyat untuk perempuan adalah setengah dari diyat laki-laki. Diyat untuk orang Yahudi dan Nashroni adalah sepertiga diyat Muslim. Sedangkan diyat untuk orang Majusi adalah 1/15 (perlu dicek lagi terjemah ini) diyat Muslim.

وَتُكْمَلُ دِيَةُ النَّفْسِ فِي قَطْعِ الْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ وَالْأَنْفِ وَالْأُذُنَيْنِ وَالْعَيْنَيْنِ وَالْجُفُونِ الْأَرْبَعَةِ وَاللِّسَانِ وَالشَّفَتَيْنِ وَذَهَابِ الْكَلَامِ وَذَهَابِ الْبَصَرِ وَذَهَابِ السَّمْعِ وَذَهَابِ الشَّمِّ وَذَهَابِ الْعَقْلِ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَيَيْنِ.

Diyat penuh (seperti diyat nyawa) juga diberikan jika seseorang kehilangan fungsi anggota badannya, seperti: Kedua tangan, kedua kaki, hidung, kedua telinga, kedua mata, empat kelopak mata, lidah, dua bibir; kehilangan kemampuan berbicara, melihat, mendengar, mencium, atau berakal; kehilangan alat kelamin pria dan dua testis.

وَفِي الْمُوَضِّحَةِ وَالسِّنِّ خَمْسٌ مِنَ الْإِبِلِ، وَفِي كُلِّ عُضْوٍ لَا مَنْفَعَةَ فِيهِ حُكُومَةٌ.

Untuk luka yang mencapai tulang atau gigi, dendanya 5 ekor unta. Sedangkan untuk anggota tubuh yang tidak punya fungsi penting, dendanya ditentukan oleh hakim.

وَدِيَةُ الْعَبْدِ قِيمَتُهُ، وَدِيَةُ الْجَنِينِ الْحُرِّ غُرَّةُ عَبْدٍ أَوْ أَمَةٍ، وَدِيَةُ الْجَنِينِ الرَّقِيقِ عُشْرُ قِيمَةِ أُمِّهِ.

Diyat untuk budak adalah seharga budak itu sendiri. Diyat untuk janin yang merdeka adalah seorang budak laki-laki atau perempuan. Diyat untuk janin budak adalah sepersepuluh harga ibunya.

[Sumpah dan Lauts]

فَصْلٌ: وَإِذَا اقْتَرَنَ بِدَعْوَى الدَّمِ لَوْثٌ يَقَعُ بِهِ فِي النَّفْسِ صِدْقُ الْمُدَّعِي حَلَفَ الْمُدَّعِي خَمْسِينَ يَمِينًا وَاسْتَحَقَّ الدِّيَةَ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ لَوْثٌ فَالْيَمِينُ عَلَى الْمُدَّعَى عَلَيْهِ.

Jika ada lauts (petunjuk kuat) bahwa seseorang itu pelakunya, maka orang yang menuduh harus bersumpah 50 kali untuk mendapatkan diyat. Namun jika tidak ada lauts (indikasi kuat), maka sumpah berada di pihak tergugat.

وَعَلَى قَاتِلِ النَّفْسِ الْمُحَرَّمَةِ كَفَّارَةٌ: عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ سَلِيمَةٍ مِنَ الْعُيُوبِ الْمُضِرَّةِ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ.

Pelaku pembunuhan jiwa yang diharomkan wajib juga membayar tebusan (kaffaroh), yaitu: memerdekakan budak Muslim yang tidak cacat. Jika tidak bisa, maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut.

 

KITAB HUKUMAN (HUDUD)

[Zina]

وَالزَّانِي عَلَى ضَرْبَيْنِ: مُحْصَنٌ وَغَيْرُ مُحْصَنٍ.

Pelaku zina ada dua jenis: sudah menikah (muhshon) dan belum menikah (ghoiru muhshon).

فَالْمُحْصَنُ حَدُّهُ الرَّجْمُ، وَغَيْرُ الْمُحْصَنِ حَدُّهُ مِائَةُ جَلْدَةٍ، وَتَغْرِيبُ عَامٍ، إِلَى مَسَافَةِ الْقَصْرِ.

Muhshon (sudah menikah) dihukum rojm (dilempari batu sampai meninggal). Ghoiru muhshon (belum menikah) dihukum 100 kali cambukan dan diasingkan selama satu tahun.

وَشَرَائِطُ الْإِحْصَانِ أَرْبَعٌ: الْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَوُجُودُ الْوَطْءِ فِي نِكَاحٍ صَحِيحٍ.

Syarat seseorang disebut muhshon ada 4: [1] sudah dewasa, [2] berakal sehat, [3] orang merdeka, [4] pernah berhubungan suami-istri dalam pernikahan yang sah.

وَالْعَبْدُ وَالْأَمَةُ حَدُّهُمَا نِصْفُ حَدِّ الْحُرِّ، وَحُكْمُ اللِّوَاطِ وَإِتْيَانِ الْبَهَائِمِ كَحُكْمِ الزِّنَا، وَمَنْ وَطِئَ فِيمَا دُونَ الْفَرْجِ عُزِّرَ وَلَا يُبْلَغُ بِالتَّعْزِيرِ أَدْنَى الْحُدُودِ.

Hukuman untuk budak laki-laki dan perempuan adalah setengah dari hukuman orang merdeka. Hukuman untuk sodomi dan hubungan dengan hewan sama seperti hukuman zina. Jika seseorang melakukan perbuatan kurang dari zina (misalnya berciuman), ia bisa diberi hukuman cambuk, tetapi tidak sampai batas hukuman zina.

[Qodzaf (Menuduh Zina)]

فَصْلٌ: وَإِذَا قَذَفَ غَيْرَهُ بِالزِّنَا فَعَلَيْهِ حَدُّ الْقَذْفِ بِثَمَانِيَةِ شَرَائِطَ، ثَلَاثَةٌ مِنْهَا فِي الْقَاذِفِ، وَهُوَ أَنْ يَكُونَ بَالِغًا عَاقِلًا، وَأَنْ لَا يَكُونَ وَالِدًا لِلْمَقْذُوفِ، وَخَمْسَةٌ فِي الْمَقْذُوفِ، وَهُوَ أَنْ يَكُونَ مُسْلِمًا بَالِغًا عَاقِلًا حُرًّا عَفِيفًا.

Jika seseorang menuduh orang lain berzina, ia harus dihukum cambuk sebanyak 80 kali. Hukuman ini berlaku jika memenuhi syarat berikut: Syarat untuk si penuduh (qodzaf): [1] sudah dewasa dan berakal sehat, [2] bukan orang tua dari orang yang dituduh. Syarat untuk orang yang dituduh: [1] beragama Islam, [2] sudah dewasa dan berakal sehat, [3] orang merdeka, [4] menjaga diri dari perbuatan keji.

وَيُحَدُّ الْحُرُّ ثَمَانِينَ وَالْعَبْدُ أَرْبَعِينَ.

Hukuman cambuk bagi orang merdeka adalah 80 kali, sedangkan bagi budak 40 kali.

وَيَسْقُطُ حَدُّ الْقَذْفِ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ إِقَامَةِ الْبَيِّنَةِ أَوْ عَفْوِ الْمَقْذُوفِ أَوِ اللِّعَانِ فِي حَقِّ الزَّوْجَةِ.

Hukuman ini bisa gugur jika: [1] penuduh bisa menghadirkan bukti, [2] orang yang dituduh memaafkan, [3] ada li’an (sumpah) untuk kasus suami-istri.

[Khomr (Miras)]

فَصْلٌ: وَمَنْ شَرِبَ خَمْرًا أَوْ شَرَابًا مُسْكِرًا يُحَدُّ أَرْبَعِينَ وَيَجُوزُ أَنْ يُبْلَغَ بِهِ ثَمَانِينَ عَلَى وَجْهِ التَّعْزِيرِ،

Siapa yang minum khomr atau minuman memabukkan lainnya, dihukum cambuk 40 kali, dan bisa ditambah hingga 80 kali sebagai hukuman tambahan.

وَيَجِبُ عَلَيْهِ بِأَحَدِ أَمْرَيْنِ بِالْبَيِّنَةِ أَوِ الْإِقْرَارِ وَلَا يُحَدُّ بِالْقَيْءِ وَالِاسْتِنْكَاهِ.

Hukuman ini bisa dijatuhkan jika ada saksi atau pengakuan dari si pelaku. Tidak bisa dihukum hanya karena muntah atau bau mulut.

[Pencurian]

فَصْلٌ: وَتُقْطَعُ يَدُ السَّارِقِ بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ أَنْ يَكُونَ بَالِغًا عَاقِلًا وَأَنْ يَسْرِقَ نِصَابًا قِيمَتُهُ رُبْعُ دِينَارٍ مِنْ حِرْزٍ مِثْلِهِ لَا مِلْكَ لَهُ فِيهِ وَلَا شُبْهَةَ فِي مَالِ الْمَسْرُوقِ مِنْهُ

Tangan pencuri dipotong dengan tiga syarat: [1] ia harus baligh dan berakal, [2] ia mencuri harta yang mencapai nishob senilai seperempat dinar, dari tempat penyimpanan yang layak, dan [3] ia tidak memiliki bagian kepemilikan di dalamnya serta tidak ada syubhat pada harta yang dicuri.

وَتُقْطَعُ يَدُهُ الْيُمْنَى مِنْ مَفْصِلِ الْكُوعِ فَإِنْ سَرَقَ ثَانِيًا قُطِعَتْ رِجْلُهُ الْيُسْرَى فَإِنْ سَرَقَ ثَالِثًا قُطِعَتْ يَدُهُ الْيُسْرَى فَإِنْ سَرَقَ رَابِعًا قُطِعَتْ رِجْلُهُ الْيُمْنَى فَإِنْ سَرَقَ بَعْدَ ذَلِكَ عُزِّرَ وَقِيلَ يُقْتَلُ صَبْرًا.

Tangan kanan pencuri dipotong di pergelangan tangan. Jika mencuri lagi, kaki kirinya dipotong. Jika mencuri untuk ketiga kalinya, tangan kirinya dipotong. Jika mencuri untuk keempat kalinya, kaki kanannya dipotong. Jika mencuri lagi setelah itu, ia bisa diberi hukuman lain, atau bahkan dibunuh dengan dipenjara.

[Begal Jalanan]

فَصْلٌ: وَقُطَّاعُ الطَّرِيقِ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ: إِنْ قَتَلُوا وَلَمْ يَأْخُذُوا الْمَالَ قُتِلُوا، فَإِنْ قَتَلُوا وَأَخَذُوا الْمَالَ قُتِلُوا وَصُلِبُوا، وَإِنْ أَخَذُوا الْمَالَ وَلَمْ يَقْتُلُوا قُطِعَتْ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ، فَإِنْ أَخَافُوا السَّبِيلَ وَلَمْ يَأْخُذُوا مَالًا وَلَمْ يَقْتُلُوا حُبِسُوا وَعُزِّرُوا.

Hukuman untuk begal ada empat jenis: [1] jika hanya membunuh dan tidak mengambil harta, maka mereka dihukum mati; [2] jika membunuh dan mengambil harta, maka mereka dihukum mati lalu disalib; [3] jika hanya mengambil harta dan tidak membunuh, maka tangan kanan dan kaki kiri mereka dipotong secara bersilangan; [4] jika hanya menakut-nakuti tanpa membunuh atau mengambil harta, maka mereka dipenjara dan dihukum cambuk.

وَمَنْ تَابَ مِنْهُمْ قَبْلَ الْقُدْرَةِ عَلَيْهِ سَقَطَتْ عَنْهُ الْحُدُودُ وَأُخِذَ بِالْحُقُوقِ.

Jika para begal ini bertaubat sebelum ditangkap, hukuman-hukuman ini gugur, tetapi mereka tetap harus mengganti kerugian yang sudah mereka sebabkan.

[Pembelaan Diri]

فَصْلٌ: وَمَنْ قَصَدَ بِأَذًى فِي نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ حَرِيمِهِ فَقَاتَلَ عَنْ ذَلِكَ وَقُتِلَ فَلَا ضَمَانَ عَلَيْهِ وَعَلَى رَاكِبِ الدَّابَّةِ ضَمَانُ مَا أَتْلَفَتْهُ دَابَّتُهُ.

Jika seseorang diserang dan terancam nyawanya, hartanya, atau kehormatannya, dan ia melawan hingga pelaku terbunuh, ia tidak perlu membayar ganti rugi. Namun, jika ada hewan yang merusak sesuatu, pemilik hewan tersebut wajib membayar ganti rugi.

[Pemberontak]

فَصْلٌ: وَيُقَاتَلُ أَهْلُ الْبَغْيِ بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونُوا فِي مَنْعَةٍ، وَأَنْ يَخْرُجُوا عَنْ قَبْضَةِ الْإِمَامِ، وَأَنْ يَكُونَ لَهُمْ تَأْوِيلٌ سَائِغٌ.

Pemberontak yang melawan pemimpin bisa diperangi jika memenuhi 3 syarat: [1] mereka punya kekuatan dan perlindungan, [2] mereka memberontak dari pemerintahan yang sah, [3] mereka punya alasan yang dimaklumi (meskipun keliru).

وَلَا يُقْتَلُ أَسِيرُهُمْ، وَلَا يُغْنَمُ مَالُهُمْ، وَلَا يُذَفَّفُ عَلَى جَرِيحِهِمْ.

Jika pemberontak ditangkap, mereka tidak boleh dibunuh. Harta mereka tidak boleh dirampas, dan yang terluka tidak boleh dibunuh.

[Murtad]

فَصْلٌ: وَمَنِ ارْتَدَّ عَنِ الْإِسْلَامِ اسْتُتِيبَ ثَلَاثًا، فَإِنْ تَابَ وَإِلَّا قُتِلَ وَلَمْ يُغَسَّلْ، وَلَمْ يُصَلَّ عَلَيْهِ، وَلَمْ يُدْفَنْ فِي مَقَابِرِ الْمُسْلِمِينَ.

Orang yang keluar dari agama Islam harus diminta bertaubat 3 kali. Jika ia mau bertaubat, maka ia dibiarkan. Jika tidak, ia dihukum mati. Janazahnya tidak boleh dimandikan, tidak disholatkan, dan tidak dikuburkan di pemakaman Muslim.

[Meninggalkan Sholat]

فَصْلٌ: وَتَارِكُ الصَّلَاةِ عَلَى ضَرْبَيْنِ:

Orang yang tidak Sholat ada dua jenis:

أَحَدُهُمَا: أَنْ يَتْرُكَهَا غَيْرَ مُعْتَقِدٍ لِوُجُوبِهَا فَحُكْمُهُ حُكْمُ الْمُرْتَدِّ.

Pertama: Orang yang tidak Sholat karena tidak percaya Sholat itu wajib. Hukumannya sama dengan orang murtad.

وَالثَّانِي: أَنْ يَتْرُكَهَا كَسَلًا مُعْتَقِدًا لِوُجُوبِهَا فَيُسْتَتَابُ فَإِنْ تَابَ وَصَلَّى وَإِلَّا قُتِلَ حَدًّا، وَكَانَ حُكْمُهُ حُكْمَ الْمُسْلِمِينَ.

Kedua: Orang yang tidak Sholat karena malas, padahal ia percaya Sholat itu wajib. Ia diminta bertaubat. Jika ia bertaubat dan Sholat, maka dibiarkan. Jika tidak, ia dihukum mati, dan janazahnya diperlakukan sebagai janazah Muslim.

KITAB JIHAD

[Syarat Wajib Jihad]

وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الْجِهَادِ سَبْعُ خِصَالٍ: الْإِسْلَامُ، وَالْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَالذُّكُورَةُ، وَالصِّحَّةُ، وَالطَّاقَةُ عَلَى الْقِتَالِ.

Syarat wajibnya Jihad ada 7: [1] Islam, [2] baligh, [3] berakal, [4] merdeka, [5] laki-laki, [6] sehat, dan [7] memiliki kemampuan untuk berperang.

وَمَنْ أُسِرَ مِنَ الْكُفَّارِ فَعَلَى ضَرْبَيْنِ: ضَرْبٌ يَصِيرُ رَقِيقًا بِنَفْسِ السَّبْيِ وَهُمُ الصِّبْيَانُ وَالنِّسَاءُ، وَضَرْبٌ لَا يَرِقُّ بِنَفْسِ السَّبْيِ وَهُمُ الرِّجَالُ الْبَالِغُونَ.

Tawanan dari pihak musuh ada 2 jenis: [1] jenis pertama adalah mereka yang langsung menjadi budak begitu ditawan, yaitu anak-anak dan para wanita, [2] jenis kedua adalah mereka yang tidak langsung menjadi budak, yaitu para laki-laki dewasa.

وَالْإِمَامُ مُخَيَّرٌ فِيهِمْ بَيْنَ أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ: الْقَتْلِ، وَالِاسْتِرْقَاقِ، وَالْمَنِّ، وَالْفِدْيَةِ بِالْمَالِ أَوْ بِالرِّجَالِ، يَفْعَلُ مِنْ ذَلِكَ مَا فِيهِ الْمَصْلَحَةُ.

Imam (pemimpin) memiliki 4 pilihan terhadap tawanan laki-laki dewasa tersebut: [1] dibunuh, [2] dijadikan budak, [3] dibebaskan tanpa tebusan, atau [4] dibebaskan dengan tebusan (baik berupa harta maupun pertukaran tawanan). Imam akan memilih opsi yang paling membawa maslahat bagi kaum Muslimin.

وَمَنْ أَسْلَمَ قَبْلَ الْأَسْرِ أَحْرَزَ مَالَهُ وَدَمَهُ وَصِغَارَ أَوْلَادِهِ.

Siapa masuk Islam sebelum ditawan, maka harta, darah, dan anak-anak kecilnya terlindungi.

وَيُحْكَمُ لِلصَّبِيِّ بِالْإِسْلَامِ عِنْدَ وُجُودِ ثَلَاثَةِ أَسْبَابٍ: أَنْ يُسْلِمَ أَحَدُ أَبَوَيْهِ، أَوْ يَسْبِيَهُ مُسْلِمٌ مُنْفَرِدًا عَنْ أَبَوَيْهِ، أَوْ يُوجَدَ لَقِيطًا فِي دَارِ الْإِسْلَامِ.

Seorang anak dihukumi sebagai Muslim jika ada salah satu dari 3 sebab: [1] salah satu orang tuanya masuk Islam, [2] ia ditawan oleh seorang Muslim terpisah dari orang tuanya, atau [3] ia ditemukan sebagai anak terlantar di wilayah kekuasaan Islam.

[Harta Rampasan Perang (Ghonimah)]

فَصْلٌ: وَمَنْ قَتَلَ قَتِيلًا أُعْطِيَ سَلَبُهُ.

Fasl: Siapa berhasil membunuh musuh dalam pertempuran, ia berhak mendapatkan salab (harta pribadi yang melekat pada musuh tersebut).

وَتُقَسَّمُ الْغَنِيمَةُ بَعْدَ ذَلِكَ عَلَى خَمْسَةِ أَخْمَاسٍ:

Setelah itu, sisa harta rampasan perang (ghonimah) dibagi menjadi 5 bagian:

فَيُعْطَى أَرْبَعَةُ أَخْمَاسِهَا لِمَنْ شَهِدَ الْوَقْعَةَ: لِلْفَارِسِ ثَلَاثَةُ أَسْهُمٍ، وَلِلرَّاجِلِ سَهْمٌ، وَلَا يُسْهَمُ إِلَّا لِمَنِ اسْتَكْمَلَتْ فِيهِ خَمْسُ شَرَائِطَ: الْإِسْلَامُ وَالْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَالْحُرِّيَّةُ وَالذُّكُورَةُ، فَإِنِ اخْتَلَّ شَرْطٌ مِنْ ذَلِكَ رُضِخَ لَهُ وَلَمْ يُسْهَمْ لَهُ.

Empat perlima bagian diberikan kepada para pejuang yang ikut serta dalam pertempuran: pasukan berkuda mendapatkan 3 bagian, dan pasukan pejalan kaki mendapatkan satu bagian. Seseorang tidak akan mendapatkan bagian kecuali jika memenuhi 5 syarat: [1] Islam, [2] baligh, [3] berakal, [4] merdeka, [5] dan laki-laki. Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi, ia hanya diberi pesangon (rodhkh), bukan bagian khusus.

وَيُقْسَمُ لَهُ الْخُمُسُ عَلَى خَمْسَةِ أَسْهُمٍ: سَهْمٌ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ يُصْرَفُ بَعْدَهُ لِلْمَصَالِحِ، وَسَهْمٌ لِذَوِي الْقُرْبَى وَهُمْ بَنُو هَاشِمٍ وَبَنُو الْمُطَّلِبِ، وَسَهْمٌ لِلْيَتَامَى، وَسَهْمٌ لِلْمَسَاكِينِ، وَسَهْمٌ لِأَبْنَاءِ السَّبِيلِ.

Seperlima bagian sisanya dibagi lagi menjadi 5: [1] satu bagian untuk Rosulullah yang setelah beliau wafat digunakan untuk kemaslahatan umum, [2] satu bagian untuk kerabat dekat Nabi : Bani Hasyim dan Bani Al-Muththolib, [3] satu bagian untuk anak-anak yatim, [4] satu bagian untuk orang-orang miskin, dan [5] satu bagian untuk para musafir (ibnu sabil).

[Harta Fai’]

فَصْلٌ: وَيُقْسَمُ مَالُ الْفَيْءِ عَلَى خَمْسِ فِرَقٍ: يُصْرَفُ خُمْسُهُ عَلَى مَنْ يُصْرَفُ عَلَيْهِمْ خُمُسُ الْغَنِيمَةِ وَيُعْطَى أَرْبَعَةُ أَخْمَاسِهِ لِلْمُقَاتِلَةِ وَفِي مَصَالِحِ الْمُسْلِمِينَ.

Fasl: Harta fai’ (harta musuh yang didapat tanpa pertempuran) dibagi untuk 5 kelompok: seperlimanya dibagikan kepada golongan yang sama dengan penerima seperlima ghonimah. Empat perlima sisanya diberikan kepada para pejuang dan untuk kemaslahatan kaum Muslimin.

[Jizyah]

فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الْجِزْيَةِ خَمْسُ خِصَالٍ: الْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَالذُّكُورَةُ، وَأَنْ يَكُونَ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أَوْ مِمَّنْ لَهُ شُبْهَةُ كِتَابٍ.

Fasl: Syarat wajibnya jizyah (pajak perlindungan bagi non-Muslim di wilayah Islam) ada 5: [1] baligh, [2] berakal, [3] merdeka, [4] laki-laki, dan [5] berasal dari kalangan Ahli Kitab atau yang memiliki kemiripan dengan Ahli Kitab.

وَأَقَلُّ الْجِزْيَةِ: دِينَارٌ فِي كُلِّ حَوْلٍ، وَيُؤْخَذُ مِنَ الْمُتَوَسِّطِ دِينَارَانِ، وَمِنَ الْمُوسِرِ أَرْبَعَةُ دَنَانِيرَ، وَيَجُوزُ أَنْ يُشْتَرَطَ عَلَيْهِمُ الضِّيَافَةُ فَضْلًا عَنْ مِقْدَارِ الْجِزْيَةِ.

Besaran minimal jizyah adalah satu dinar setiap tahun. Dari kalangan menengah diambil 2 dinar, dan dari kalangan kaya diambil 4 dinar. Boleh juga mensyaratkan kepada mereka untuk menyediakan jamuan (untuk pasukan Muslim) di luar dari besaran jizyah.

وَيَتَضَمَّنُ عَقْدُ الْجِزْيَةِ أَرْبَعَةَ أَشْيَاءَ: أَنْ يُؤَدُّوا الْجِزْيَةَ عَنْ أَيْدٍ، وَأَنْ تَجْرِيَ عَلَيْهِمْ أَحْكَامُ الْإِسْلَامِ، وَأَنْ لَا يَذْكُرُوا دِينَ الْإِسْلَامِ إِلَّا بِخَيْرٍ، وَأَنْ لَا يَفْعَلُوا مَا فِيهِ ضَرَرٌ عَلَى الْمُسْلِمِينَ.

Akad jizyah mencakup 4 hal: [1] mereka harus membayar jizyah dengan tunduk, [2] hukum-hukum Islam berlaku atas mereka, [3] mereka tidak boleh menyebut agama Islam kecuali dengan kebaikan, dan [4] mereka tidak boleh melakukan sesuatu yang merugikan kaum Muslimin.

وَيُعْرَفُونَ بِلُبْسِ الْغِيَارِ، وَشَدِّ الزِّنَّارِ، وَيُمْنَعُونَ مِنْ رُكُوبِ الْخَيْلِ.

Mereka dibedakan dengan mengenakan pakaian khusus dan mengikat pinggang khas (zinnar), serta dilarang menunggangi kuda.

 

KITAB BURUAN DAN SEMBELIHAN

[Tata Cara Penyembelihan]

وَمَا قُدِرَ عَلَى ذَكَاتِهِ فَذَكَاتُهُ فِي حَلْقِهِ وَلَبَّتِهِ، وَمَا لَمْ يُقْدَرْ عَلَى ذَكَاتِهِ فَذَكَاتُهُ عَقْرُهُ حَيْثُ قُدِرَ عَلَيْهِ.

Hewan yang bisa dikendalikan, maka cara penyembelihannya adalah di leher dan pangkal lehernya. Adapun hewan yang tidak bisa dikendalikan (misalnya, hewan liar atau yang mengamuk), cara penyembelihannya adalah dengan melukainya di bagian tubuh mana pun yang memungkinkan.

وَكَمَالُ الذَّكَاةِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: قَطْعُ الْحُلْقُومِ، وَالْمَرِيءِ، وَالْوَدْجَيْنِ. وَالْمُجْزِئُ مِنْهَا شَيْئَانِ: قَطْعُ الْحُلْقُومِ وَالْمَرِيءِ.

Kesempurnaan penyembelihan adalah dengan memotong 4 saluran: saluran pernapasan (hulqum), saluran makanan (mari’), dan 2 urat leher (wadjain). Batas minimal sahnya sembelihan adalah terpotongnya saluran pernapasan dan saluran makanan.

وَيَجُوزُ الِاصْطِيَادُ بِكُلِّ جَارِحَةٍ مُعَلَّمَةٍ مِنَ السِّبَاعِ، وَمِنْ جَوَارِحِ الطَّيْرِ.

Boleh berburu dengan menggunakan hewan pemburu yang terlatih, baik dari jenis binatang buas maupun dari jenis burung pemangsa.

وَشَرَائِطُ تَعْلِيمِهَا أَرْبَعَةٌ: أَنْ تَكُونَ إِذَا أُرْسِلَتْ اسْتَرْسَلَتْ، وَإِذَا زُجِرَتْ انْزَجَرَتْ، وَإِذَا قَتَلَتْ صَيْدًا لَمْ تَأْكُلْ مِنْهُ شَيْئًا، وَأَنْ يَتَكَرَّرَ ذَلِكَ مِنْهَا. فَإِنْ عَدِمَتْ أَحَدَ الشَّرَائِطِ لَمْ يَحِلَّ مَا أَخَذَتْهُ إِلَّا أَنْ يُدْرِكَ حَيًّا فَيُذَكَّى.

Syarat hewan pemburu dianggap terlatih ada 4: [1] jika diperintah, ia langsung berangkat; [2] jika dilarang, ia langsung berhenti; [3] jika ia berhasil membunuh buruan, ia tidak memakannya sedikit pun; [4] perilaku ini terjadi berulang kali. Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka hasil buruannya tidak halal dimakan, kecuali jika hewan buruan itu masih sempat didapati dalam keadaan hidup lalu disembelih secara syar’i.

وَتَجُوزُ الذَّكَاةُ بِكُلِّ مَا يَجْرَحُ إِلَّا بِالسِّنِّ وَالظُّفُرِ، وَتَحِلُّ ذَكَاةُ كُلِّ مُسْلِمٍ وَكِتَابِيٍّ، وَلَا تَحِلُّ ذَبِيحَةُ مَجُوسِيٍّ وَلَا وَثَنِيٍّ، وَذَكَاةُ الْجَنِينِ بِذَكَاةِ أُمِّهِ إِلَّا أَنْ يُوجَدَ حَيًّا فَيُذَكَّى، وَمَا قُطِعَ مِنْ حَيٍّ فَهُوَ مَيْتٌ إِلَّا الشُّعُورَ الْمُنْتَفَعَ بِهَا فِي الْمَفَارِشِ وَالْمَلَابِسِ.

Penyembelihan boleh dilakukan dengan alat apa pun yang bisa melukai, kecuali dengan gigi dan kuku. Sembelihan setiap Muslim dan Ahli Kitab hukumnya halal. Sembelihan seorang Majusi dan penyembah berhala tidak halal. Penyembelihan janin cukup dengan menyembelih induknya, kecuali jika janin itu ditemukan dalam keadaan hidup, maka ia harus disembelih secara terpisah. Bagian tubuh yang terpotong dari hewan yang masih hidup hukumnya bangkai, kecuali rambut dan bulu yang bisa dimanfaatkan untuk permadani dan pakaian.

[Hewan yang Harom]

فَصْلٌ: وَكُلُّ حَيَوَانٍ اسْتَطَابَتْهُ الْعَرَبُ فَهُوَ حَلَالٌ إِلَّا مَا وَرَدَ الشَّرْعُ بِتَحْرِيمِهِ، وَكُلُّ حَيَوَانٍ اسْتَخْبَثَتْهُ الْعَرَبُ فَهُوَ حَرَامٌ إِلَّا مَا وَرَدَ الشَّرْعُ بِإِبَاحَتِهِ

Fasl: Setiap hewan yang dianggap baik oleh bangsa Arob, maka ia halal, kecuali ada dalil syariat yang mengharomkannya. Setiap hewan yang dianggap menjijikkan oleh bangsa Arob, maka ia harom, kecuali ada dalil syariat yang menghalalkannya.

وَيَحْرُمُ مِنَ السِّبَاعِ مَا لَهُ نَابٌ قَوِيٌّ يَعْدُو بِهِ، وَيَحْرُمُ مِنَ الطُّيُورِ مَا لَهُ مِخْلَبٌ قَوِيٌّ يَجْرَحُ بِهِ

Diharomkan dari binatang buas, setiap yang memiliki taring kuat untuk menyerang. Diharomkan dari jenis burung, setiap yang memiliki cakar kuat untuk mencengkeram.

وَيَحِلُّ لِلْمُضْطَرِّ فِي الْمَخْمَصَةِ أَنْ يَأْكُلَ مِنَ الْمَيْتَةِ الْمُحَرَّمَةِ مَا يَسُدُّ بِهِ رَمَقَهُ

Bagi orang yang dalam keadaan terpaksa karena kelaparan, ia boleh memakan bangkai yang harom sekadar untuk menyambung hidup.

وَمَيْتَتَانِ حَلَالَانِ السَّمَكُ وَالْجَرَادُ، وَدَمَانِ حَلَالَانِ الْكَبِدُ وَالطِّحَالُ

Dua jenis bangkai yang halal adalah ikan dan belalang. Dua jenis darah yang halal adalah hati dan limpa.

[Qurban (Udh-hiyyah)]

فَصْلٌ: وَالْأُضْحِيَّةُ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ، وَيُجْزِئُ فِيهَا الْجَذَعُ مِنَ الضَّأْنِ، وَالثَّنِيُّ مِنَ الْمَعْزِ، وَالثَّنِيُّ مِنَ الْإِبِلِ، وَالثَّنِيُّ مِنَ الْبَقَرِ، وَتُجْزِئُ الْبَدَنَةُ عَنْ سَبْعَةٍ، وَالْبَقَرَةُ عَنْ سَبْعَةٍ، وَالشَّاةُ عَنْ وَاحِدٍ.

Fasl: Kurban hukumnya sunnah yang sangat ditekankan. Hewan yang sah untuk kurban adalah domba yang sudah berumur satu tahun (jadzaah), atau kambing, unta, dan sapi yang sudah berumur 2 tahun (tsani). Satu unta bisa untuk 7 orang, satu sapi untuk 7 orang, dan satu kambing untuk satu orang.

وَأَرْبَعٌ لَا تُجْزِئُ فِي الضَّحَايَا: الْعَوْرَاءُ الْبَيِّنُ عَوَرُهَا، وَالْعَرْجَاءُ الْبَيِّنُ عَرَجُهَا، وَالْمَرِيضَةُ الْبَيِّنُ مَرَضُهَا، وَالْعَجْفَاءُ الَّتِي ذَهَبَ مُخُّهَا مِنَ الْهُزَالِ.

Empat jenis hewan yang tidak sah untuk kurban: [1] yang buta sebelah secara jelas, [2] yang pincang secara jelas, [3] yang sakit secara jelas, dan [4] yang kurus kering hingga hilang sumsum tulangnya.

وَيُجْزِئُ: الْخَصِيُّ، وَالْمَكْسُورُ الْقَرْنِ، وَلَا تُجْزِئُ: الْمَقْطُوعَةُ الْأُذُنِ وَالذَّنَبِ.

Sah berkurban dengan hewan yang dikebiri dan yang patah tanduknya. Tidak sah berkurban dengan hewan yang telinga atau ekornya terpotong.

وَوَقْتُ الذَّبْحِ: مِنْ وَقْتِ صَلَاةِ الْعِيدِ إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ.

Waktu penyembelihan adalah sejak selesai Sholat ‘Id hingga terbenamnya matahari di hari Tasyriq terakhir.

وَيُسْتَحَبُّ عِنْدَ الذَّبْحِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: التَّسْمِيَةُ، وَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ، وَاسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ، وَالتَّكْبِيرُ، وَالدُّعَاءُ بِالْقَبُولِ.

Dianjurkan saat menyembelih untuk melakukan 5 hal: [1] membaca basmalah, [2] bersholawat kepada Nabi , [3] menghadap qiblat, [4] bertakbir, dan [5] berdoa agar kurbannya diterima.

وَلَا يَأْكُلُ الْمُضَحِّي شَيْئًا مِنَ الْأُضْحِيَّةِ الْمَنْذُورَةِ، وَيَأْكُلُ مِنَ الْمُتَطَوَّعِ بِهَا، وَلَا يَبِيعُ مِنَ الْأُضْحِيَّةِ، وَيُطْعِمُ الْفُقَرَاءَ وَالْمَسَاكِينَ.

Orang yang berkurban tidak boleh memakan sedikit pun dari daging kurban yang dinadzarkan. Ia boleh memakan dari kurban sunnah. Ia tidak boleh menjual bagian apa pun dari hewan kurban, dan hendaknya memberikan dagingnya kepada kaum fakir dan miskin.

[Aqiqoh]

فَصْلٌ: وَالْعَقِيقَةُ مُسْتَحَبَّةٌ وَهِيَ الذَّبِيحَةُ عَنِ الْمَوْلُودِ يَوْمَ سَابِعِهِ، وَيُذْبَحُ عَنِ الْغُلَامِ شَاتَانِ وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ، وَيُطْعِمُ الْفُقَرَاءَ وَالْمَسَاكِينَ.

Fasl: Aqiqah hukumnya dianjurkan. Ia adalah sembelihan untuk bayi yang baru lahir pada hari ketujuhnya. Untuk anak laki-laki disembelih 2 ekor kambing, dan untuk anak perempuan satu ekor kambing. (Sebagian) dagingnya diberikan kepada kaum fakir dan miskin.

 

KITAB PERLOMBAAN DAN MEMANAH

وَتَصِحُّ الْمُسَابَقَةُ عَلَى الدَّوَابِّ وَالْمُنَاضَلَةُ بِالسِّهَامِ إِذَا كَانَتِ الْمَسَافَةُ مَعْلُومَةً وَصِفَةُ الْمُنَاضَلَةِ مَعْلُومَةً.

Perlombaan dengan hewan tunggangan (seperti kuda, unta) dan perlombaan memanah dengan anak panah, hukumnya sah apabila jarak perlombaan sudah ditentukan dan sifat perlombaan memanah juga jelas (misalnya jumlah anak panah yang dilepas, target yang dikenai, dll.).

[Hadiah yang Boleh]

وَيُخْرِجُ الْعِوَضَ أَحَدُ الْمُتَسَابِقَيْنِ حَتَّى إِنَّهُ إِذَا سَبَقَ اسْتَرَدَّهُ، وَإِنْ سَبَقَ أَخَذَهُ صَاحِبُهُ لَهُ

Hadiahnya boleh disediakan oleh salah satu peserta; jika ia menang, ia mengambil kembali hadiahnya, dan jika lawannya yang menang, maka lawannya berhak mengambil hadiah itu.

[Hadiah yang Terlarang]

وَإِنْ أَخْرَجَاهُ مَعًا لَمْ يَجُزْ إِلَّا أَنْ يُدْخِلَا بَيْنَهُمَا مُحَلِّلًا: إِنْ سَبَقَ أَخَذَ الْعِوَضَ وَإِنْ سَبَقَ لَمْ يَغْرَمْ.

Tetapi jika keduanya sama-sama iuran hadiah (‘iwadh), maka tidak boleh hukumnya, kecuali jika mereka memasukkan seorang “muhallil” (peserta tambahan). Jika muhallil itu menang, maka ia berhak mengambil hadiah. Jika ia kalah, maka ia tidak menanggung apa-apa (tidak ada kewajiban membayar).

 

KITAB SUMPAH DAN NADZAR

[Sumpah]

وَلَا يَنْعَقِدُ الْيَمِينُ إِلَّا بِاللَّهِ تَعَالَى أَوْ بِاسْمٍ مِنْ أَسْمَائِهِ أَوْ صِفَةٍ مِنْ صِفَاتِ ذَاتِهِ، وَمَنْ حَلَفَ بِصَدَقَةِ مَالِهِ فَهُوَ مُخَيَّرٌ بَيْنَ الصَّدَقَةِ أَوْ كَفَّارَةِ الْيَمِينِ، وَلَا شَيْءَ فِي لَغْوِ الْيَمِينِ.

Sumpah tidak dianggap sah kecuali dengan nama Alloh Ta’ala, salah satu dari nama-nama-Nya, atau salah satu dari sifat-sifat Dzat-Nya. Siapa bersumpah akan menyedekahkan hartanya (jika melanggar), maka ia boleh memilih antara benar-benar bersedekah atau membayar kaffarot sumpah. Tidak ada konsekuensi untuk sumpah yang tidak disengaja (laghwu al-yamin).

وَمَنْ حَلَفَ أَنْ لَا يَفْعَلَ شَيْئًا فَأَمَرَ غَيْرَهُ بِفِعْلِهِ لَمْ يَحْنَثْ، وَمَنْ حَلَفَ عَلَى فِعْلِ أَمْرَيْنِ فَفَعَلَ أَحَدَهُمَا لَمْ يَحْنَثْ.

Siapa bersumpah tidak akan melakukan sesuatu, lalu ia menyuruh orang lain melakukannya, maka ia tidak dianggap melanggar sumpah. Siapa bersumpah akan melakukan 2 hal, lalu ia baru melakukan salah satunya, maka ia belum dianggap melanggar sumpah.

وَكَفَّارَةُ الْيَمِينِ هُوَ مُخَيَّرٌ فِيهَا بَيْنَ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: عِتْقِ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ، أَوْ إِطْعَامِ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ كُلُّ مِسْكِينٍ مُدًّا أَوْ كِسْوَتِهِمْ ثَوْبًا ثَوْبًا، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ.

Kaffarot (denda) pelanggaran sumpah adalah memilih salah satu dari 3 hal: [1] memerdekakan seorang budak Mu’min, [2] memberi makan 10 orang miskin (masing-masing satu mudd, ± 0,75kg), atau [3] memberi mereka pakaian. Jika tidak mampu melakukan ketiganya, maka ber-Puasa selama 3 hari.

[Nadzar]

فَصْلٌ: وَالنَّذْرُ يَلْزَمُ فِي الْمُجَازَاةِ عَلَى مُبَاحٍ وَطَاعَةٍ، كَقَوْلِهِ: إِنْ شَفَى اللَّهُ مَرِيضِي فَلِلَّهِ عَلَيَّ أَنْ أُصَلِّيَ أَوْ أَصُومَ أَوْ أَتَصَدَّقَ، وَيَلْزَمُهُ مِنْ ذَلِكَ مَا يَقَعُ عَلَيْهِ الِاسْمُ

Fasl: Nadzar menjadi wajib jika terkait balasan atas sesuatu yang mubah atau ketaatan. Contohnya ucapan, “Jika Alloh menyembuhkan penyakitku, maka aku bernadzar kepada Alloh untuk Sholat, atau puasa, atau bersedekah.” Maka ia wajib melakukan apa yang telah disebutkannya itu.

وَلَا نَذْرَ فِي مَعْصِيَةٍ كَقَوْلِهِ: إِنْ قَتَلْتُ فُلَانًا فَلِلَّهِ عَلَيَّ كَذَا

Tidak ada nadzar dalam hal maksiat, seperti ucapan, “Jika aku berhasil membunuh si Fulan, maka aku bernadzar untuk Alloh begini dan begitu.”

وَلَا يَلْزَمُ النَّذْرُ عَلَى تَرْكِ مُبَاحٍ كَقَوْلِهِ لَا آكُلُ لَحْمًا وَلَا أَشْرَبُ لَبَنًا وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.

Nadzar untuk meninggalkan hal yang mubah juga tidak wajib dipenuhi, seperti ucapan, “Aku tidak akan makan daging,” atau “Aku tidak akan minum susu,” dan sejenisnya.

 

KITAB PERADILAN DAN PERSAKSIAN

وَلَا يَجُوزُ أَنْ يَلِيَ الْقَضَاءَ إِلَّا مَنِ اسْتَكْمَلَتْ فِيهِ خَمْسَ عَشْرَةَ خَصْلَةً: الْإِسْلَامُ، وَالْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَالذُّكُورَةُ، وَالْعَدَالَةُ، وَمَعْرِفَةُ أَحْكَامِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، وَمَعْرِفَةُ الْإِجْمَاعِ، وَمَعْرِفَةُ الِاخْتِلَافِ، وَمَعْرِفَةُ طُرُقِ الِاجْتِهَادِ، وَمَعْرِفَةُ طَرْفٍ مِنْ لِسَانِ الْعَرَبِ، وَمَعْرِفَةُ تَفْسِيرِ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى، وَأَنْ يَكُونَ سَمِيعًا، وَأَنْ يَكُونَ بَصِيرًا، وَأَنْ يَكُونَ كَاتِبًا، وَأَنْ يَكُونَ مُسْتَيْقِظًا.

Tidak boleh menjabat sebagai hakim (qodhi) kecuali orang yang telah memenuhi 15 kriteria: [1] Islam, [2] baligh, [3] berakal, [4] merdeka, [5] laki-laki, [6] adil, [7] mengetahui hukum-hukum dari Al-Kitab dan As-Sunnah, [8] mengetahui ijma’, [9] mengetahui perbedaan pendapat ulama, [10] mengetahui metode ijtihad, [11] mengetahui dasar-dasar bahasa Arob dan mengetahui tafsir Kitabullah, [12] dapat mendengar, [13] dapat melihat, [14] bisa menulis, dan [15] selalu waspada (teliti, tidak lengah).

وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَجْلِسَ فِي وَسَطِ الْبَلَدِ فِي مَوْضِعٍ بَارِزٍ لِلنَّاسِ وَلَا حَاجِبَ لَهُ، وَلَا يَقْعُدَ لِلْقَضَاءِ فِي الْمَسْجِدِ.

Dianjurkan bagi hakim untuk duduk di tengah kota di tempat yang mudah diakses oleh masyarakat dan tanpa penghalang. Jangan menjadikan Masjid sebagai tempat pengadilan.

وَيُسَوِّيَ بَيْنَ الْخَصْمَيْنِ فِي ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: فِي الْمَجْلِسِ، وَاللَّفْظِ، وَاللَّحْظِ.

Hakim harus berlaku adil kepada kedua belah pihak yang bersengketa dalam 3 hal: [1] tempat duduk, [2] ucapan, dan [3] pandangan mata.

وَلَا يَجُوزُ أَنْ يَقْبَلَ الْهَدِيَّةَ مِنْ أَهْلِ عَمَلِهِ.

Tidak boleh menerima hadiah dari penduduk di wilayah kerjanya (karena khawatir suap).

وَيَجْتَنِبَ الْقَضَاءَ فِي عَشَرَةِ مَوَاضِعَ: عِنْدَ الْغَضَبِ، وَالْجُوعِ، وَالْعَطَشِ، وَشِدَّةِ الشَّهْوَةِ، وَالْحُزْنِ، وَالْفَرَحِ الْمُفْرِطَيْنِ، وَعِنْدَ الْمَرَضِ، وَمُدَافَعَةِ الْأَخْبَثَيْنِ، وَعِنْدَ النُّعَاسِ، وَشِدَّةِ الْحَرِّ وَالْبَرْدِ.

Hindari menjatuhkan putusan dalam 10 kondisi: [1] saat marah, [2] lapar, [3] haus, [4] syahwat memuncak, [5] sangat sedih, [6] sangat gembira, [7] sakit, [8] menahan buang air besar atau kecil, [9] mengantuk, dan [10] cuaca sangat panas atau dingin.

وَلَا يَسْأَلَ الْمُدَّعِيَ عَلَيْهِ إِلَّا بَعْدَ كَمَالِ الدَّعْوَى، وَلَا يُحْلِفَهُ إِلَّا بَعْدَ سُؤَالِ الْمُدَّعِي، وَلَا يُلَقِّنَ خَصْمًا حُجَّتَهُ وَلَا يُفْهِمَهُ كَلَامًا وَلَا يَتَعَنَّتَ بِالشُّهَدَاءِ، وَلَا يَقْبَلَ الشَّهَادَةَ إِلَّا مِمَّنْ ثَبَتَتْ عَدَالَتُهُ، وَلَا يَقْبَلَ شَهَادَةَ عَدُوٍّ عَلَى عَدُوِّهِ، وَلَا شَهَادَةَ وَالِدٍ لِوَلَدِهِ، وَلَا وَلَدٍ لِوَالِدِهِ، وَلَا يَقْبَلَ كِتَابَ قَاضٍ إِلَى قَاضٍ آخَرَ فِي الْأَحْكَامِ إِلَّا بَعْدَ شَهَادَةِ شَاهِدَيْنِ يَشْهَدَانِ بِمَا فِيهِ.

Tidak boleh bagi seorang qodhi (hakim) untuk: [1] menanyakan kepada tergugat (pihak yang dituduh atau dituntut) kecuali setelah dakwaan penggugat sempurna dan jelas, [2] menyuruh tergugat bersumpah kecuali setelah diminta oleh penggugat, [3] menuntun salah satu pihak dengan memberikan dalil atau mengajarkan hujjah kepadanya, [4] menjelaskan perkataan atau memberi pemahaman khusus kepada salah satu pihak yang dapat menguntungkan posisinya, [5] memberatkan urusan saksi dengan cara yang menyulitkan mereka, [6] menerima kesaksian kecuali dari orang yang sudah terbukti keadilannya, [7] menerima kesaksian musuh terhadap musuhnya, [8] menerima kesaksian seorang ayah untuk anaknya, atau seorang anak untuk ayahnya, [9] menerima surat keputusan seorang qodhi kepada qodhi lain dalam masalah hukum kecuali setelah ada kesaksian dari dua orang saksi yang membenarkan isi surat tersebut.

[Juru Pembagi Harta (Qosim)]

فَصْلٌ: وَيَفْتَقِرُ الْقَاسِمُ إِلَى سَبْعَةِ شَرَائِطَ: الْإِسْلَامِ، وَالْبُلُوغِ، وَالْعَقْلِ، وَالْحُرِّيَّةِ، وَالذُّكُورَةِ، وَالْعَدَالَةِ، وَالْحِسَابِ.

Fasl: Seorang juru pembagi (misalnya, pembagi warisan yang diperselisihkan) harus memenuhi 7 syarat: [1] Islam, [2] baligh, [3] berakal, [4] merdeka, [5] laki-laki, [6] adil, dan [7] mengerti ilmu hitung.

فَإِنْ تَرَاضَى الشَّرِيكَانِ بِمَنْ يَقْسِمُ بَيْنَهُمَا لَمْ يَفْتَقِرْ إِلَى ذَلِكَ،

Apabila dua orang yang berserikat (pemilik bersama) sama-sama ridho menunjuk seseorang untuk melakukan pembagian harta mereka, maka orang yang ditunjuk itu tidak disyaratkan memiliki syarat-syarat yang disebutkan sebelumnya.

وَإِذَا كَانَ فِي الْقِسْمَةِ تَقْوِيمٌ لَمْ يُقْتَصَرْ فِيهِ عَلَى أَقَلَّ مِنَ اثْنَيْنِ،

Jika dalam pembagian itu diperlukan penilaian harga (taqwīm), (misalnya untuk menaksir nilai tanah atau barang), maka tidak boleh cukup dilakukan oleh satu orang, melainkan minimal harus dua orang penaksir (agar lebih adil dan objektif).

وَإِذَا دَعَا أَحَدُ الشَّرِيكَيْنِ شَرِيكَهُ إِلَى قِسْمَةِ مَا لَا ضَرَرَ فِيهِ لَزِمَ الْآخَرَ إِجَابَتُهُ.

Apabila salah satu pihak dari dua orang yang berserikat mengajak rekannya untuk melakukan pembagian terhadap sesuatu yang bisa dibagi tanpa menimbulkan mudhorot (bahaya atau kerugian), maka pihak lainnya wajib menerima ajakan tersebut.

[Bukti dan Sumpah]

فَصْلٌ: وَإِذَا كَانَ مَعَ الْمُدَّعِي بَيِّنَةٌ سَمِعَهَا الْحَاكِمُ، وَحَكَمَ لَهُ بِهَا، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ بَيِّنَةٌ فَالْقَوْلُ قَوْلُ الْمُدَّعَى عَلَيْهِ بِيَمِينِهِ، فَإِنْ نَكَلَ عَنِ الْيَمِينِ رُدَّتْ عَلَى الْمُدَّعِي فَيَحْلِفُ وَيَسْتَحِقُّ

Fasl: Jika penggugat memiliki bukti, maka hakim harus mendengarnya dan memutuskan berdasarkan bukti tersebut. Jika ia tidak memiliki bukti, maka perkataan tergugatlah yang diterima, disertai sumpahnya. Jika tergugat menolak bersumpah, maka sumpah dikembalikan kepada penggugat; ia lalu bersumpah dan berhak memenangkan perkara.

وَإِذَا تَدَاعَيَا شَيْئًا فِي يَدِ أَحَدِهِمَا فَالْقَوْلُ قَوْلُ صَاحِبِ الْيَدِ بِيَمِينِهِ، وَإِنْ كَانَ فِي أَيْدِيهِمَا تَحَالَفَا وَجُعِلَ بَيْنَهُمَا

Jika 2 orang saling mengklaim sesuatu yang berada di tangan salah satunya, maka perkataan pihak yang memegang barang itulah yang diterima, disertai sumpahnya. Jika barang itu berada di tangan keduanya, maka keduanya saling bersumpah dan barang itu dibagi 2.

وَمَنْ حَلَفَ عَلَى فِعْلِ نَفْسِهِ حَلَفَ عَلَى الْبَتِّ وَالْقَطْعِ، وَمَنْ حَلَفَ عَلَى فِعْلِ غَيْرِهِ فَإِنْ كَانَ إِثْبَاتًا حَلَفَ عَلَى الْبَتِّ وَالْقَطْعِ وَإِنْ كَانَ نَفْيًا حَلَفَ عَلَى نَفْيِ الْعِلْمِ

Siapa bersumpah atas perbuatannya sendiri, ia harus bersumpah secara pasti dan tegas (tidak boleh ragu). Siapa bersumpah atas perbuatan orang lain, jika sumpahnya untuk menetapkan sesuatu, ia bersumpah secara pasti dan tegas juga, dan jika untuk menafikan, ia bersumpah atas dasar ketidaktahuannya (seperti: Demi Allah, saya tidak tahu kalau dia mencurinya).

[Kesaksian]

فَصْلٌ: وَلَا تُقْبَلُ الشَّهَادَةُ إِلَّا مِمَّنِ اجْتَمَعَتْ فِيهِ خَمْسُ خِصَالٍ: الْإِسْلَامُ، وَالْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَالْعَدَالَةُ.

Fasl: Kesaksian tidak diterima kecuali dari orang yang memenuhi 5 kriteria: [1] Islam, [2] baligh, [3] berakal, [4] merdeka, dan [5] adil.

وَلِلْعَدَالَةِ خَمْسُ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ مُجْتَنِبًا لِلْكَبَائِرِ، غَيْرَ مُصِرٍّ عَلَى الْقَلِيلِ مِنَ الصَّغَائِرِ، سَلِيمَ السَّرِيرَةِ، مَأْمُونَ الْغَضَبِ، مُحَافِظًا عَلَى مُرُوءَةِ مِثْلِهِ.

Sifat adil memiliki 5 syarat: [1] menjauhi dosa-dosa besar, [2] tidak terus-menerus melakukan dosa kecil, [3] berhati bersih (maksudnya tidak dikenal sebagai orang yang menyimpan keburukan tersembunyi, seperti kemunafikan, kedengkian, atau permusuhan terhadap kaum muslimin), [4] dapat mengendalikan amarah, [5] dan menjaga muruah (kewibawaan) yang sepantasnya.

[Hak dalam Persaksian]

فَصْلٌ: وَالْحُقُوقُ ضَرْبَانِ حُقُوقُ اللَّهِ تَعَالَى وَحُقُوقُ الْآدَمِيِّينَ.

Fasl: Hak itu ada 2 jenis: hak Alloh Ta’ala dan hak sesama manusia.

فَأَمَّا حُقُوقُ الْآدَمِيِّينَ فَهِيَ عَلَى ثَلَاثَةِ أَضْرُبٍ:

Hak sesama manusia terbagi 3:

ضَرْبٌ لَا يُقْبَلُ فِيهِ إِلَّا شَاهِدَانِ ذَكَرَانِ وَهُوَ مَا لَا يُقْصَدُ مِنْهُ الْمَالُ وَيُطَّلَعُ عَلَيْهِ الرِّجَالُ

Hak yang tidak diterima kesaksiannya kecuali dari 2 orang saksi laki-laki. Ini adalah perkara yang tidak terkait harta dan biasanya diketahui oleh umumnya laki-laki (seperti nikah).

وَضَرْبٌ يُقْبَلُ فِيهِ شَاهِدَانِ أَوْ رَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ أَوْ شَاهِدٌ وَيَمِينُ الْمُدَّعِي وَهُوَ مَا كَانَ الْقَصْدُ مِنْهُ الْمَالُ

Hak yang bisa diterima kesaksiannya dari 2 orang laki-laki, atau satu laki-laki dan 2 perempuan, atau satu saksi ditambah sumpah penggugat. Ini adalah perkara yang terkait harta.

وَضَرْبٌ يُقْبَلُ فِيهِ رَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ أَوْ أَرْبَعُ نِسْوَةٍ وَهُوَ مَا لَا يُطَّلَعُ عَلَيْهِ الرِّجَالُ

Hak yang bisa diterima kesaksiannya dari satu laki-laki dan 2 perempuan, atau 4 orang perempuan. Ini adalah perkara yang biasanya tidak diketahui oleh kaum laki-laki (seperti kelahiran dan cacat pada wanita).

وَأَمَّا حُقُوقُ اللَّهِ تَعَالَى فَلَا تُقْبَلُ فِيهَا النِّسَاءُ، وَهِيَ عَلَى ثَلَاثَةِ أَضْرُبٍ: ضَرْبٌ لَا يُقْبَلُ فِيهِ أَقَلُّ مِنْ أَرْبَعَةٍ وَهُوَ الزِّنَا، وَضَرْبٌ يُقْبَلُ فِيهِ اثْنَانِ وَهُوَ مَا سِوَى الزِّنَا مِنَ الْحُدُودِ، وَضَرْبٌ يُقْبَلُ فِيهِ وَاحِدٌ وَهُوَ هِلَالُ رَمَضَانَ.

Hak Alloh tidak menerima kesaksian dari perempuan, dan terbagi 3: [1] hak yang tidak diterima kesaksiannya kurang dari 4 orang, yaitu zina, [2] hak yang diterima kesaksiannya dari 2 orang, yaitu hukuman had selain zina, [3] hak yang diterima kesaksiannya dari satu orang, yaitu penetapan hilal Romadhon.

وَلَا تُقْبَلُ شَهَادَةُ الْأَعْمَى إِلَّا فِي خَمْسَةِ مَوَاضِعَ: الْمَوْتِ، وَالنَّسَبِ، وَالْمِلْكِ الْمُطْلَقِ، وَالتَّرْجَمَةِ، وَمَا شَهِدَ بِهِ قَبْلَ الْعَمَى، وَمَا شَهِدَ بِهِ عَلَى الْمَضْبُوطِ.

Kesaksian orang buta tidak diterima kecuali dalam 5 perkara: [1] kematian, [2] nasab, [3] kepemilikan mutlak, [4] terjemahan, dan [5] kesaksian atas sesuatu yang ia saksikan sebelum ia buta atau atas sesuatu yang bisa ia pastikan.

وَلَا تُقْبَلُ شَهَادَةُ جَارٍ لِنَفْسِهِ نَفْعًا وَلَا دَافِعٍ عَنْهَا ضَرَرًا.

Tidak diterima kesaksian seseorang yang akan mendatangkan keuntungan bagi dirinya atau menolak kerugian dari dirinya.

 

KITAB PEMBEBASAN BUDAK

وَيَصِحُّ الْعِتْقُ مِنْ كُلِّ مَالِكٍ جَائِزِ التَّصَرُّفِ فِي مِلْكِهِ. وَيَقَعُ بِصَرِيحِ الْعِتْقِ وَالْكِتَابَةِ مَعَ النِّيَّةِ.

Pembebasan budak (ʿitq) sah dilakukan oleh setiap pemilik yang sah secara syari dalam mengelola harta miliknya. Pembebasan itu terjadi dengan lafazh tegas ‘pembebasan’, atau dengan akad kitabah (perjanjian tebus diri) disertai niat.

وَإِذَا أَعْتَقَ بَعْضَ عَبْدٍ عَتَقَ جَمِيعُهُ، وَإِنْ أَعْتَقَ شِرْكًا لَهُ فِي عَبْدٍ وَهُوَ مُوسِرٌ سَرَى الْعِتْقُ إِلَى بَاقِيهِ، وَكَانَ عَلَيْهِ قِيمَةُ نَصِيبِ شَرِيكِهِ.

Apabila seseorang (yang memiliki budak 100%) memerdekakan sebagian dari budak tersebut, maka otomatis seluruh budak itu menjadi merdeka. Dan jika seseorang (memiliki sebagian hak kepemilikan misalnya 50% lalu) memerdekakan bagian kepemilikan dirinya dalam seorang budak padahal ia mampu (secara finansial menebus seluruhnya), maka kemerdekaan itu berlaku bagi seluruh budak tersebut, dan ia wajib membayar nilai bagian milik temannya (sekutunya).

وَمَنْ مَلَكَ وَاحِدًا مِنْ وَالِدَيْهِ أَوْ مَوْلُودَيْهِ عَتَقَ عَلَيْهِ.

Siapa memiliki salah satu dari orang tua atau anaknya (sebagai budak), maka budak itu otomatis merdeka.

[Wala’ (Hak Mewarisi Budak)]

فَصْلٌ: وَالْوَلَاءُ مِنْ حُقُوقِ الْعِتْقِ، وَحُكْمُهُ حُكْمُ التَّعْصِيبِ عِنْدَ عَدَمِهِ، وَيَنْتَقِلُ الْوَلَاءُ عَنِ الْمُعْتِقِ إِلَى الذُّكُورِ مِنْ عَصَبَتِهِ، وَتَرْتِيبُ الْعَصَبَاتِ فِي الْوَلَاءِ كَتَرْتِيبِهِمْ فِي الْإِرْثِ، وَلَا يَجُوزُ بَيْعُ الْوَلَاءِ وَلَا هِبَتُهُ.

Fasl: Walā’ (hubungan perwalian karena memerdekakan budak) termasuk hak-hak dari pembebasan budak. Hukumnya sama dengan hukum ‘ashobah (ahli waris laki-laki dari jalur ayah) ketika tidak ada ahli waris (dzawul furudh) [misalnya budak yang merdeka wafat tanpa memiliki kerabat maka warisannya menjadi hak mantan majikannya atau kerabat si majikan jika majikan tersebut wafat]. Walā’ itu bisa berpindah dari orang yang memerdekakan kepada para lelaki dari ‘ashobah-nya (saat ia meninggal misalnya). Urutan para ‘ashobah dalam masalah walā’ sama sebagaimana urutan mereka dalam warisan. Tidak boleh menjual atau menghadiahkan walā’.

[Tadbir (Memerdekakan Budak Bersyarat)]

فَصْلٌ: وَمَنْ قَالَ لِعَبْدِهِ: إِذَا مُتُّ فَأَنْتَ حُرٌّ فَهُوَ مُدَبَّرٌ يُعْتَقُ بَعْدَ وَفَاتِهِ مِنْ ثُلُثِهِ، وَيَجُوزُ لَهُ أَنْ يَبِيعَهُ فِي حَالِ حَيَاتِهِ، وَيَبْطُلُ تَدْبِيرُهُ، وَحُكْمُ الْمُدَبَّرِ فِي حَالِ حَيَاةِ السَّيِّدِ كَحُكْمِ الْعَبْدِ الْقِنِّ.

Fasl: Siapa berkata kepada budaknya, “Jika aku mati, maka engkau merdeka,” maka budak itu disebut mudabbar. Ia akan merdeka setelah tuannya wafat, dan pembebasannya diambil dari sepertiga harta peninggalan tuannya (yakni budak tersebut yang awalnya aset tuannya otomatis merdeka yang dipotong langsung syariat dari warisan). Tuannya boleh menjual budak tersebut semasa hidupnya, yang dengan itu akan membatalkan status tadbir-nya. Hukum seorang mudabbar selama tuannya masih hidup adalah sama seperti budak biasa.

[Kitabah (Kontrak Pembebasan Diri)]

فَصْلٌ: وَالْكِتَابَةُ مُسْتَحَبَّةٌ إِذَا سَأَلَهَا الْعَبْدُ وَكَانَ مَأْمُونًا مُكْتَسِبًا، وَلَا تَصِحُّ إِلَّا بِمَالٍ مَعْلُومٍ وَيَكُونُ مُؤَجَّلًا إِلَى أَجَلٍ مَعْلُومٍ.

Fasl: Kitabah (akad pembebasan diri dengan cara mencicil) dianjurkan jika budak tersebut memintanya, asal budak tersebut adalah orang yang dapat dipercaya serta mampu bekerja. Akad ini tidak sah kecuali dengan nilai cicilan yang jelas dan diangsur hingga batas waktu yang jelas.

أَقَلُّهُ نَجْمَانِ، وَهِيَ مِنْ جِهَةِ السَّيِّدِ لَازِمَةٌ وَمِنْ جِهَةِ الْمُكَاتَبِ جَائِزَةٌ، فَلَهُ فَسْخُهَا مَتَى شَاءَ.

Minimal ada 2 kali angsuran. Akad ini bersifat mengikat dari sisi tuan (tidak boleh dibatalkan sepihak oleh tuannya), namun bersifat boleh (tidak mengikat) dari sisi budak; ia boleh membatalkannya kapan pun ia mau.

وَلِلْمُكَاتَبِ التَّصَرُّفُ فِيمَا فِي يَدِهِ مِنَ الْمَالِ وَعَلَى السَّيِّدِ أَنْ يَضَعَ عَنْهُ مِنْ مَالِ الْكِتَابَةِ مَا يَسْتَعِينُ بِهِ عَلَى أَدَاءِ نُجُومِ الْكِتَابَةِ، وَلَا يُعْتَقُ إِلَّا بِأَدَاءِ جَمِيعِ الْمَالِ.

Seorang budak mukatab (yang menjalani akad ini) berhak mengelola harta yang ada di tangannya. Tuan wajib (sebagian pendapat: sunnah) memberikan keringanan sebagian dari cicilan untuk membantunya melunasi angsuran. Ia tidak akan merdeka sampai seluruh cicilan lunas.

[Ummu Walad]

فَصْلٌ: وَإِذَا أَصَابَ السَّيِّدُ أَمَتَهُ فَوَضَعَتْ مَا تَبَيَّنَ فِيهِ شَيْءٌ مِنْ خَلْقِ آدَمِيٍّ: حَرُمَ عَلَيْهِ بَيْعُهَا وَرَهْنُهَا وَهِبَتُهَا، وَجَازَ لَهُ التَّصَرُّفُ فِيهَا بِالِاسْتِخْدَامِ وَالْوَطْءِ.

Fasl: Jika seorang tuan menggauli budak wanitanya, lalu budak itu melahirkan sesuatu yang sudah tampak bentuk manusia padanya, maka harom bagi tuannya untuk menjual, menggadaikan, atau menghibahkannya. Tuannya hanya boleh memanfaatkannya sebagai pelayan dan menggaulinya.

وَإِذَا مَاتَ السَّيِّدُ عَتَقَتْ مِنْ رَأْسِ مَالِهِ قَبْلَ الدُّيُونِ وَالْوَصَايَا، وَوَلَدُهَا مِنْ غَيْرِهِ بِمَنْزِلَتِهَا.

Ketika tuannya meninggal, budak wanita itu otomatis merdeka, dan pembebasannya diambil dari modal pokok harta peninggalan (yakni budak yang awalnya aset tuannya otomatis dipotong syariat dari warisan), bahkan sebelum utang dan wasiat dibayarkan. Anak si budak wanita tersebut yang berasal dari laki-laki lain statusnya sama sepertinya (sama merdeka).

وَمَنْ أَصَابَ أَمَةَ غَيْرِهِ بِنِكَاحٍ فَالْوَلَدُ مِنْهَا مَمْلُوكٌ لِسَيِّدِهَا، وَإِنْ أَصَابَهَا بِشُبْهَةٍ فَوَلَدُهُ مِنْهَا حُرٌّ، وَعَلَيْهِ قِيمَتُهُ لِلسَّيِّدِ، وَإِنْ مَلَكَ الْأَمَةَ الْمُطَلَّقَةَ بَعْدَ ذَلِكَ لَمْ تَصِرْ أُمَّ وَلَدٍ لَهُ بِالْوَطْءِ فِي النِّكَاحِ، وَصَارَتْ أُمَّ وَلَدٍ لَهُ بِالْوَطْءِ بِالشُّبْهَةِ عَلَى أَحَدِ الْقَوْلَيْنِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ.

Siapa menggauli budak wanita milik orang lain melalui pernikahan yang sah, maka anak yang lahir darinya menjadi milik tuannya (pemilik budak tersebut). Jika ia menggaulinya karena syubhat (dalam keadaan menyangka halal), maka anak yang lahir darinya berstatus merdeka, dan ia wajib membayar harganya kepada tuan budak. Apabila ia kemudian membeli budak wanita tersebut setelah dicerai (dari pernikahan), maka budak itu tidak otomatis menjadi ummu walad baginya karena telah digauli lewat akad nikah yang sah. Tetapi ia bisa menjadi ummu walad baginya bila pernah digauli melalui syubhat —menurut salah satu pendapat— dan Allah-lah yang lebih mengetahui

***

 

📖 Resensi Buku

Data Buku

Judul: Matan Abu Syuja’ (Al-Ghoyah wat Taqrib)

Penulis: Al-Qodhi Abu Syuja’ Ahmad bin Al-Husain bin Ahmad Al-Ashfahani (593 H)

Penerbit Arab: ‘Ālam Al-Kutub

Pentarjamah: Nor Kandir, ST., BA

Penerbit Indonesia: Pustaka Syabab

Tahun: Cetakan ke-1, 1447 H / 2025

Isi dan Sistematika

Buku ini merupakan terjemahan dan penjelasan ringkas dari kitab fiqih klasik dalam madzhab Syafi’i. Matan Abu Syuja’ adalah salah satu teks dasar yang sudah berabad-abad dipelajari, dihafal, dan diajarkan di pesantren maupun majelis ilmu di berbagai negeri Muslim.

Struktur kitab sangat sistematis, terbagi ke dalam bab-bab pokok fiqih, seperti:

Ibadah: Thoharoh, Sholat, Zakat, Puasa, Haji.

Muamalah: Jual beli, riba, gadai, wakaf, hibah, titipan.

Munakahat: Nikah, mahar, talak, rujuk, ‘iddah, nafkah, hadhonah.

Jinayah & Hudud: Pembunuhan, qishosh, diyat, zina, qodzaf, pencurian, murtad.

Jihad, peradilan, perbudakan, nadzar, sumpah, dan bab-bab lainnya.

Penyajian ringkas dan berbentuk poin-poin membuat kitab ini mudah dihafalkan serta dijadikan pegangan awal sebelum mempelajari kitab fiqih yang lebih luas seperti Al-Majmu’ karya An-Nawawi atau Al-Mughni karya Ibnu Qudamah. Yang lebih ringan adalah Safinatun Najah karena membatasi fiqih ibadah saja.

Keunggulan Buku

Ringkas & Padat – Hanya memuat pokok-pokok hukum sehingga cepat dipahami dan mudah dihafal.

Sistematika Jelas – Banyak pembagian (taqsim) sehingga cocok untuk santri pemula.

Terjemah Maknawi – Penerjemah menggunakan gaya tafsiriyah, sehingga bahasa lebih mudah dipahami masyarakat awam tanpa kehilangan makna fiqihnya.

Dilengkapi Subbab – Untuk memudahkan pembaca modern, penerjemah menambahkan subjudul dalam tanda kurung siku.

Nilai Penting

Kitab ini adalah pintu masuk yang sangat penting dalam kajian fiqih Syafi’i. Hampir semua pesantren tradisional menjadikan Matan Abu Syuja’ sebagai bacaan wajib santri pemula sebelum naik ke level kitab syarah seperti Kifayatul Akhyar atau Fathul Qorib.

Selain nilai ilmiahnya, karya ini juga sarat nilai historis karena telah dipakai sebagai bahan ajar selama lebih dari 800 tahun.

Sasaran Pembaca

1.  Santri pemula di pesantren yang baru mulai belajar fiqih.

2.  Pelajar umum yang ingin mengenal dasar-dasar hukum Islam dalam madzhab Syafi’i.

3.  Pengajar fiqih yang membutuhkan referensi ringkas untuk kelas dasar.

Kesimpulan

Buku Matan Abu Syuja’ adalah karya fiqih klasik yang tetap relevan hingga kini. Terjemahan ini menghadirkan bahasa yang mudah dipahami tanpa mengurangi keaslian teks Arabnya. Ia bagaikan fondasi bangunan ilmu fiqih Syafi’i: sederhana namun kokoh.

Cocok dijadikan bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin menapaki tangga ilmu syariat secara bertahap, dari dasar menuju yang lebih luas.[]

 


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url