[PDF] Tarjamah Matan Abu Suja' - Al-Ghoyah wat Taqrib
Unduh PDF
PENDAHULUAN
﷽
Dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ
وَآلِهِ الطَّاهِرِينَ وَصَحَابَتِهِ أَجْمَعِينَ.
Segala puji bagi Alloh, Robb semesta alam. Semoga sholawat senantiasa
tercurah kepada junjungan kita, Muhammad, seorang Nabi, beserta seluruh
keluarga dan Shohabatnya yang suci.
قَالَ
الْقَاضِي أَبُو شُجَاعٍ أَحْمَدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ أَحْمَدَ الْأَصْفَهَانِي
رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى:
Al-Qodhi Abu Syuja’ Ahmad bin Al-Husain bin Ahmad
Al-Ashfahani Rohimahullah Ta’ala berkata:
سَأَلَنِي
بَعْضُ الْأَصْدِقَاءِ حَفِظَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى أَنْ أَعْمَلَ مُخْتَصَرًا فِي
الْفِقْهِ عَلَى مَذْهَبِ الْإِمَامِ الشَّافِعِيِّ رَحْمَةُ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ
وَرِضْوَانِهِ فِي غَايَةِ الِاخْتِصَارِ وَنِهَايَةِ الْإِيجَازِ لِيَقْرُبَ عَلَى
الْمُتَعَلِّمِ دَرْسُهُ وَيَسْهُلَ عَلَى الْمُبْتَدِئِ حِفْظُهُ، وَأَنْ أُكْثِرَ
فِيهِ مِنَ التَّقْسِيمَاتِ وَحَصْرِ الْخِصَالِ
Beberapa sahabat—semoga Alloh menjaga mereka—meminta saya
untuk menyusun sebuah ringkasan fikih berdasarkan madzhab Imam Asy-Syafi’i—semoga
rohmat dan ridho Alloh tercurah kepadanya. Ringkasan ini diharapkan dibuat
sesingkat dan sepadat mungkin, agar mudah dipelajari oleh pelajar dan gampang dihafal oleh pemula.
Mereka juga meminta agar saya memperbanyak penggunaan skema pembagian dan
poin-poin ringkas di dalamnya.
فَأَجَبْتُهُ
إِلَى ذَلِكَ طَالِبًا لِلثَّوَابِ رَاغِبًا إِلَى اللَّهِ تَعَالَى فِي التَّوْفِيقِ
لِلصَّوَابِ، إِنَّهُ عَلَى مَا يَشَاءُ قَدِيرٌ وَبِعِبَادِهِ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
Maka, saya pun memenuhi permintaan tersebut, dengan harapan
meraih pahala dan memohon kepada Alloh Ta’ala
agar diberi pertolongan untuk menuju kebenaran. Sungguh, Dia Maha Kuasa atas
apa yang Dia kehendaki, dan Dia Maha Lembut lagi Maha Mengetahui terhadap
hamba-hamba-Nya.
KITAB BERSUCI (THOHAROH)
الْمِيَاهُ
الَّتِي يَجُوزُ التَّطْهِيرُ بِهَا سَبْعُ مِيَاهٍ: مَاءُ السَّمَاءِ، وَمَاءُ الْبَحْرِ،
وَمَاءُ النَّهْرِ، وَمَاءُ الْبِئْرِ، وَمَاءُ الْعَيْنِ، وَمَاءُ الثَّلْجِ، وَمَاءُ
الْبَرَدِ.
Air yang boleh digunakan untuk bersuci ada 7 macam: air dari
langit (hujan), air laut, air sungai, air sumur, air dari mata air, air salju,
dan air embun beku (es).
[Pembagian Air]
ثُمَّ
الْمِيَاهُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ:
Selanjutnya, air itu terbagi menjadi 4 jenis:
طَاهِرٌ
مُطَهِّرٌ غَيْرُ مَكْرُوهٍ: وَهُوَ الْمَاءُ الْمُطْلَقُ.
[1] Suci
dan menyucikan, tidak makruh: Ini adalah air mutlak (air murni yang belum
tercampur apa-apa).
وَطَاهِرٌ
مُطَهِّرٌ مَكْرُوهٌ: وَهُوَ الْمَاءُ الْمُشَمَّسُ.
[2] Suci
dan menyucikan, tetapi makruh: Ini adalah air musyammas, yaitu air
yang dipanaskan oleh terik matahari (dalam wadah logam selain emas dan perak di
negeri yang sangat panas).
وَطَاهِرٌ
غَيْرُ مُطَهِّرٍ: وَهُوَ الْمَاءُ الْمُسْتَعْمَلُ وَالْمُتَغَيِّرُ بِمَا
خَالَطَهُ مِنَ الطَّاهِرَاتِ.
[3] Suci
tetapi tidak menyucikan: Ini adalah air musta’mal (air yang telah
digunakan untuk bersuci wajib) dan air yang sifatnya telah berubah karena
tercampur dengan benda-benda suci lainnya.
وَمَاءٌ
نَجِسٌ: وَهُوَ الَّذِي حَلَّتْ فِيهِ نَجَاسَةٌ، وَهُوَ دُونَ الْقُلَّتَيْنِ
أَوْ كَانَ قُلَّتَيْنِ فَتَغَيَّرَ.
[4] Air
najis: Ini
adalah air yang kemasukan najis, dengan kondisi: (a) volumenya kurang dari 2 qullah,
atau (b) volumenya sudah 2 qullah tetapi sifatnya (warna, bau, atau
rasa) berubah.
وَالْقُلَّتَانِ: خَمْسُ
مِائَةِ رِطْلٍ بَغْدَادِيٍّ تَقْرِيبًا فِي الْأَصَحِّ.
Ukuran 2 qullah
itu menurut perkiraan pendapat yang paling shohih adalah 500 rithl Baghdad.
فَصْلٌ: وَجُلُودُ
الْمَيْتَةِ تَطْهُرُ بِالدِّبَاغِ إِلَّا جِلْدَ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيرِ وَمَا تَوَلَّدَ
مِنْهُمَا أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا وَعَظْمُ الْمَيْتَةِ وَشَعْرُهَا نَجِسٌ إِلَّا الْآدَمِيَّ.
Fasl: Kulit bangkai bisa menjadi suci dengan cara
disamak (diba’), kecuali kulit anjing, babi, dan hewan apa pun yang
terlahir dari keduanya atau dari salah satunya. Tulang dan rambut bangkai
hukumnya najis, kecuali
tulang dan rambut manusia.
[Wadah atau Bejana]
فَصْلٌ: وَلَا
يَجُوزُ اسْتِعْمَالُ أَوَانِي الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَيَجُوزُ اسْتِعْمَالُ غَيْرِهِمَا
مِنَ الْأَوَانِي.
Fasl: Tidak boleh menggunakan wadah atau bejana yang
terbuat dari emas dan perak, namun boleh menggunakan wadah dari bahan selain
keduanya.
[Siwak]
فَصْلٌ:
وَالسِّوَاكُ مُسْتَحَبٌّ فِي كُلِّ حَالٍ إِلَّا بَعْدَ الزَّوَالِ
لِلصَّائِمِ.
Fasl: Bersiwak itu hukumnya dianjurkan (mustahab)
dalam setiap keadaan, kecuali bagi orang yang sedang ber-Puasa setelah matahari
tergelincir (masuk waktu Zhuhur).
وَهُوَ
فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ أَشَدُّ اسْتِحْبَابًا: عِنْدَ تَغَيُّرِ الْفَمِ مِنْ أَزْمٍ
وَغَيْرِهِ، وَعِنْدَ الْقِيَامِ مِنَ النَّوْمِ، وَعِنْدَ الْقِيَامِ إِلَى الصَّلَاةِ.
Anjuran bersiwak menjadi lebih kuat lagi pada 3 kondisi
berikut: [1] ketika bau mulut berubah karena
lama tidak makan atau sebab lainnya, [2] ketika
bangun dari tidur, [3] ketika hendak
mengerjakan Sholat.
[Rukun Wudhu]
فَصْلٌ:
وَفُرُوضُ الْوُضُوءِ سِتَّةُ أَشْيَاءَ: النِّيَّةُ
عِنْدَ غَسْلِ الْوَجْهِ، وَغَسْلُ الْوَجْهِ، وَغَسْلُ الْيَدَيْنِ مَعَ الْمِرْفَقَيْنِ،
وَمَسْحُ بَعْضِ الرَّأْسِ، وَغَسْلُ الرِّجْلَيْنِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ، وَالتَّرْتِيبُ
عَلَى مَا ذَكَرْنَاهُ.
Fasl: Rukun wudhu ada 6: [1] niat bersamaan ketika pertama kali membasuh
wajah, [2] membasuh wajah, [3] membasuh kedua tangan sampai ke siku, [4] mengusap sebagian kepala, [5] membasuh kedua kaki sampai ke mata kaki, [6] tertib seperti urutan yang disebutkan.
[Sunnah Wudhu]
وَسُنَنُهُ
عَشَرَةُ أَشْيَاءَ: التَّسْمِيَةُ، وَغَسْلُ الْكَفَّيْنِ
قَبْلَ إِدْخَالِهِمَا الْإِنَاءَ، وَالْمَضْمَضَةُ، وَالِاسْتِنْشَاقُ، وَمَسْحُ الْأُذُنَيْنِ
ظَاهِرِهِمَا وَبَاطِنِهِمَا بِمَاءٍ جَدِيدٍ، وَتَخْلِيلُ اللِّحْيَةِ الْكَثَّةِ،
وَتَخْلِيلُ أَصَابِعِ الْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ، وَتَقْدِيمُ الْيُمْنَى عَلَى
الْيُسْرَى، وَالطَّهَارَةُ ثَلَاثًا ثَلَاثًا، وَالْمُوَالَاةُ.
Fasl: Sunnah-sunnah wudhu ada 10: [1] membaca basmalah, [2] mencuci
kedua telapak tangan sebelum memasukkannya ke dalam wadah air, [3] berkumur (madhmadhah), [4] menghirup air ke hidung (istinsyaq), [5] mengusap seluruh bagian telinga, baik luar
maupun dalam, dengan air yang baru (bukan sisa air usapan kepala), [6] menyela-nyela jenggot yang tebal, [7] menyela-nyela jari-jemari tangan dan kaki, [8] mendahulukan bagian tubuh yang kanan daripada
yang kiri, [9] melakukan setiap basuhan atau
usapan sebanyak 3 kali, [10] berkesinambungan
(muwalah), artinya tidak ada jeda yang terlalu lama di antara setiap gerakan
wudhu.
[Istinja’]
فَصْلٌ:
وَالِاسْتِنْجَاءُ وَاجِبٌ مِنَ الْبَوْلِ وَالْغَائِطِ.
Fasl: Istinja’ (bersuci setelah buang air)
hukumnya wajib, baik setelah buang air kecil maupun buang air besar.
وَالْأَفْضَلُ
أَنْ يَسْتَنْجِيَ بِالْأَحْجَارِ ثُمَّ يُتْبِعَهَا بِالْمَاءِ،
وَيَجُوزُ أَنْ يَقْتَصِرَ عَلَى الْمَاءِ أَوْ عَلَى ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ يُنْقِي
بِهِنَّ الْمَحَلَّ، فَإِذَا أَرَادَ الِاقْتِصَارَ عَلَى أَحَدِهِمَا فَالْمَاءُ أَفْضَلُ.
Yang paling utama adalah ber-istinja’ dengan batu
terlebih dahulu, lalu menyempurnakannya dengan air. Namun, boleh juga jika
hanya menggunakan air saja, atau cukup dengan 3 buah batu yang bisa
membersihkan area keluarnya najis. Jika harus memilih salah satu dari keduanya,
maka air lebih utama.
وَيُجْتَنَبُ اسْتِقْبَالُ
الْقِبْلَةِ وَاسْتِدْبَارُهَا فِي الصَّحْرَاءِ، وَيُجْتَنَبُ الْبَوْلُ وَالْغَائِطُ
فِي الْمَاءِ الرَّاكِدِ وَتَحْتَ الشَّجَرَةِ الْمُثْمِرَةِ وَفِي الطَّرِيقِ وَالظِّلِّ
وَالثُّقْبِ، وَلَا يَتَكَلَّمُ عَلَى الْبَوْلِ وَالْغَائِطِ، وَلَا يَسْتَقْبِلُ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَلَا يَسْتَدْبِرُهُمَا.
Ketika buang hajat di tempat terbuka (seperti padang pasir),
hindarilah menghadap atau membelakangi qiblat. Hindari juga buang air kecil
atau besar di air yang tergenang, di bawah pohon yang sedang berbuah, di tengah
jalan yang dilalui orang, di tempat orang berteduh, dan di dalam lubang. Jangan
berbicara saat buang air kecil atau besar, dan jangan menghadap atau
membelakangi matahari dan bulan secara langsung.
[Yang Membatalkan Wudhu]
فَصْلٌ:
وَالَّذِي يَنْقُضُ الْوُضُوءَ سِتَّةُ أَشْيَاءَ: مَا
خَرَجَ مِنَ السَّبِيلَيْنِ، وَالنَّوْمُ عَلَى غَيْرِ هَيْئَةِ الْمُتَمَكِّنِ، وَزَوَالُ
الْعَقْلِ بِسُكْرٍ أَوْ مَرَضٍ، وَلَمْسُ الرَّجُلِ الْمَرْأَةَ الْأَجْنَبِيَّةَ
مِنْ غَيْرِ حَائِلٍ، وَمَسُّ فَرْجِ الْآدَمِيِّ بِبَاطِنِ الْكَفِّ، وَمَسُّ حَلْقَةِ
دُبُرِهِ عَلَى الْجَدِيدِ.
Fasl: Yang membatalkan wudhu ada 6: [1]
apa pun yang keluar dari 2 jalan (qubul dan dubur), [2]
tidur dalam posisi yang tidak mapan (seperti tidur berbaring, di mana ada
kemungkinan sesuatu keluar dari dubur tanpa disadari), [3]
hilangnya akal, baik karena mabuk maupun sakit, [4]
sentuhan kulit antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom tanpa
ada penghalang, [5] menyentuh kemaluan manusia
dengan telapak tangan bagian dalam, [6] menyentuh
lingkaran dubur, menurut pendapat yang baru (qaul jadid).
[Yang Mewajibkan Mandi]
فَصْلٌ:
وَالَّذِي يُوجِبُ الْغُسْلَ سِتَّةُ أَشْيَاءَ:
Fasl: Yang mewajibkan seseorang untuk mandi (mandi
wajib atau ghusl) ada 6.
ثَلَاثَةٌ
تَشْتَرِكُ فِيهَا الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ وَهِيَ: الْتِقَاءُ الْخِتَانَيْنِ، وَإِنْزَالُ
الْمَنِيِّ، وَالْمَوْتُ.
Tiga di antaranya berlaku untuk laki-laki dan perempuan,
yaitu: [1] bertemunya 2 alat kelamin
(melakukan hubungan suami-istri),
[2] keluarnya air mani, [3]
kematian.
وَثَلَاثَةٌ
تَخْتَصُّ بِهَا النِّسَاءُ وَهِيَ: الْحَيْضُ، وَالنِّفَاسُ، وَالْوِلَادَةُ.
Tiga
lainnya khusus bagi perempuan, yaitu: [1] haidh, [2]
nifas (darah yang keluar setelah melahirkan), [3] melahirkan
(wiladah).
[Rukun Mandi Wajib]
فَصْلٌ:
وَفَرَائِضُ الْغُسْلِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: النِّيَّةُ،
وَإِزَالَةُ النَّجَاسَةِ إِنْ كَانَتْ عَلَى بَدَنِهِ، وَإِيصَالُ الْمَاءِ إِلَى
جَمِيعِ الشَّعَرِ وَالْبَشَرَةِ.
Fasl: Rukun mandi wajib ada 3: [1] niat, [2]
menghilangkan najis yang mungkin ada di badannya, [3] meratakan
air ke seluruh rambut dan kulit.
[Sunnah Mandi Wajib]
وَسُنَنُهُ
خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: التَّسْمِيَةُ، وَالْوُضُوءُ قَبْلَهُ،
وَإِمْرَارُ الْيَدِ عَلَى الْجَسَدِ، وَالْمُوَالَاةُ، وَتَقْدِيمُ الْيُمْنَى عَلَى
الْيُسْرَى.
Fasl: Sunnah-sunnahnya ada 5: [1] membaca basmalah, [2] berwudhu
terlebih dahulu sebelum mandi, [3] menggosokkan
tangan ke seluruh tubuh, [4] berkesinambungan
(muwalah), [5] mendahulukan bagian
tubuh yang kanan daripada yang kiri.
[Mandi yang
Disunnahkan]
فَصْلٌ:
وَالِاغْتِسَالَاتُ الْمَسْنُونَةُ سَبْعَةَ عَشَرَ غُسْلًا: غُسْلُ
الْجُمُعَةِ، وَالْعِيدَيْنِ، وَالِاسْتِسْقَاءِ، وَالْخُسُوفِ، وَالْكُسُوفِ، وَالْغُسْلُ
مِنْ غَسْلِ الْمَيِّتِ، وَالْكَافِرِ إِذَا أَسْلَمَ، وَالْمَجْنُونِ، وَالْمُغْمَى
عَلَيْهِ إِذَا أَفَاقَا، وَالْغُسْلُ عِنْدَ الْإِحْرَامِ وَلِدُخُولِ مَكَّةَ، وَلِلْوُقُوفِ
بِعَرَفَةَ، وَلِلْمَبِيتِ بِمُزْدَلِفَةَ، وَلِرَمْيِ الْجِمَارِ الثَّلَاثِ، وَلِلطَّوَافِ،
وَلِلسَّعْيِ، وَلِدُخُولِ مَدِينَةِ الرَّسُولِ ﷺ.
Fasl: Mandi yang hukumnya sunnah ada 17, yaitu: [1] mandi untuk Sholat Jum’at, [2-3] Sholat ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha, [4] Sholat Istisqo’ (minta hujan), [5] Sholat Khusuf (gerhana bulan) dan Sholat Kusuf
(gerhana matahari), [6] mandi setelah
memandikan janazah, [7] mandi bagi orang
kafir saat masuk Islam, [8] orang gila
sadar, [9] orang yang pingsan sadar, [10] saat hendak ber-ihrom, [11] saat hendak masuk kota Makkah, [12] saat wukuf di Arofah, [13] saat bermalam di Muzdalifah, [14]
saat akan melempar 3 jumroh, [15] saat akan
Thowaf, [16] saat akan Sa’i, dan [17] saat akan masuk ke kota Rosul ﷺ.
[Mengusap Khuff]
فَصْلٌ:
وَالْمَسْحُ عَلَى الْخُفَّيْنِ جَائِزٌ بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ: أَنْ
يَبْتَدِئَ لُبْسَهُمَا بَعْدَ كَمَالِ الطَّهَارَةِ، وَأَنْ يَكُونَا سَاتِرَيْنِ
لِمَحَلِّ غَسْلِ الْفَرْضِ مِنَ الْقَدَمَيْنِ، وَأَنْ يَكُونَا مِمَّا يُمْكِنُ تَتَابُعُ
الْمَشْيِ عَلَيْهِمَا.
Fasl: Mengusap khuff (sepatu kulit yang menutupi mata
kaki) dibolehkan dengan 3 syarat: [1] memakainya
setelah berada dalam keadaan suci yang sempurna (setelah berwudhu), [2] khuff tersebut menutupi bagian kaki yang wajib
dibasuh saat wudhu (yakni sampai mata kaki), [3]
khuff tersebut terbuat dari bahan yang kuat untuk dipakai berjalan
terus-menerus.
وَيَمْسَحُ
الْمُقِيمُ يَوْمًا وَلَيْلَةً، وَالْمُسَافِرُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ بِلَيَالِيهِنَّ.
وَابْتِدَاءُ الْمُدَّةِ مِنْ حِينِ يُحْدِثُ بَعْدَ لُبْسِ الْخُفَّيْنِ.
Orang yang sedang tidak bepergian (muqim) boleh mengusap
khuff selama sehari semalam, sedangkan seorang musafir boleh melakukannya
selama 3 hari 3 malam. Permulaan waktu dihitung sejak ia ber-hadats pertama
kali setelah memakai khuff
tersebut.
فَإِنْ
مَسَحَ فِي الْحَضَرِ ثُمَّ سَافَرَ أَوْ مَسَحَ فِي السَّفَرِ ثُمَّ أَقَامَ أَتَمَّ
مَسْحَ مُقِيمٍ.
Apabila seseorang mulai mengusap khuff ketika ia dalam
keadaan mukim (tidak safar), kemudian ia melakukan safar, maka hitungan batas
waktunya mengikuti hukum mukim, yaitu sehari semalam. Begitu juga sebaliknya,
jika ia mulai mengusap khuff dalam keadaan safar, lalu sampai di tempat tujuan
dan menjadi mukim, maka ia tetap menyempurnakan batas waktu dengan hukum mukim,
yaitu sehari semalam.
وَيَبْطُلُ
الْمَسْحُ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: بِخَلْعِهِمَا، وَانْقِضَاءِ
الْمُدَّةِ، وَمَا يُوجِبُ الْغُسْلَ.
Mengusap khuff menjadi batal karena 3 hal: [1] melepas khuff
tersebut, [2] habisnya masa berlaku (sehari semalam
atau 3 hari 3 malam), [3] terjadinya sesuatu yang mewajibkan
mandi wajib.
[Syarat Tayamum]
فَصْلٌ:
وَشَرَائِطُ التَّيَمُّمِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: وُجُودُ
الْعُذْرِ بِسَفَرٍ أَوْ مَرَضٍ، وَدُخُولُ وَقْتِ الصَّلَاةِ، وَطَلَبُ الْمَاءِ،
وَتَعَذُّرُ اسْتِعْمَالِهِ وَإِعْوَازُهُ بَعْدَ الطَّلَبِ، وَالتُّرَابُ الطَّاهِرُ
لَهُ غُبَارٌ؛ فَإِنْ خَالَطَهُ جِصٌّ أَوْ رَمْلٌ لَمْ يَجُزْ.
Fasl: Syarat tayamum ada 5: [1]
adanya halangan (‘udzur), baik karena bepergian atau karena sakit, [2] sudah masuknya waktu Sholat, [3] sudah berusaha mencari air, [4] benar-benar tidak bisa menggunakan air (karena
sakit) atau tidak menemukan air setelah berusaha mencarinya, [5] menggunakan debu yang suci dan bertebaran (bukan
debu padat yang menempel). Jika debu itu tercampur dengan kapur atau pasir,
maka tidak boleh digunakan.
[Rukun Tayamum]
وَفَرَائِضُهُ
أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: النِّيَّةُ، وَمَسْحُ الْيَدَيْنِ
مَعَ الْمِرْفَقَيْنِ، وَالتَّرْتِيبُ.
Rukun-rukunnya ada 4: [1] niat, [2]
mengusap wajah, [3] mengusap kedua tangan sampai ke siku, [4]
tertib.
[Sunnah Tayamum]
وَسُنَنُهُ
ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: التَّسْمِيَةُ، وَتَقْدِيمُ الْيُمْنَى
عَلَى الْيُسْرَى، وَالْمُوَالَاةُ.
Sunnah-sunnahnya ada 3:
[1] membaca basmalah, [2] mendahulukan
yang kanan daripada yang kiri,
[3] berkesinambungan (muwalah).
[Yang Membatalkan Tayamum]
وَالَّذِي
يُبْطِلُ التَّيَمُّمَ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: مَا
أَبْطَلَ الْوُضُوءَ، وَرُؤْيَةُ الْمَاءِ فِي غَيْرِ وَقْتِ الصَّلَاةِ، وَالرِّدَّةُ.
Yang membatalkan tayamum ada 3 hal: [1] segala
sesuatu yang membatalkan wudhu,
[2] melihat atau menemukan air di
luar waktu Sholat (jika tayamumnya karena ketiadaan air), [3] murtad
(keluar dari Islam).
وَصَاحِبُ
الْجَبَائِرِ يَمْسَحُ عَلَيْهَا وَيُتَمِّمُ وَيُصَلِّي وَلَا إِعَادَةَ
عَلَيْهِ إِنْ كَانَ وَضْعُهَا عَلَى طُهْرٍ.
Orang yang memakai perban (jabiroh) cukup mengusap di atas
perbannya, lalu bertayamum, dan kemudian Sholat. Ia tidak perlu mengulangi
Sholatnya jika ia memasang perban tersebut dalam keadaan suci.
وَيَتَيَمَّمُ
لِكُلِّ فَرِيضَةٍ، وَيُصَلِّي بِتَيَمُّمٍ وَاحِدٍ مَا
شَاءَ مِنَ النَّوَافِلِ.
Seseorang harus bertayamum untuk setiap Sholat fardhu. Namun
dengan satu tayamum, ia boleh mengerjakan Sholat sunnah sebanyak yang ia mau.
[Najis]
فَصْلٌ:
وَكُلُّ مَائِعٍ خَرَجَ مِنَ السَّبِيلَيْنِ نَجِسٌ إِلَّا
الْمَنِيَّ.
Fasl: Setiap benda cair yang keluar dari 2 jalan
(qubul dan dubur) hukumnya najis, kecuali air mani.
وَغَسْلُ
جَمِيعِ الْأَبْوَالِ وَالْأَرْوَاثِ وَاجِبٌ إِلَّا
بَوْلَ الصَّبِيِّ الَّذِي لَمْ يَأْكُلِ الطَّعَامَ فَإِنَّهُ يَطْهُرُ بِرَشِّ الْمَاءِ
عَلَيْهِ.
Mencuci (apapun
yang terkena) semua jenis air kencing dan kotoran hukumnya wajib,
kecuali air kencing bayi laki-laki yang belum makan makanan lain selain ASI.
Untuk membersihkannya, cukup dengan memercikkan air (meratakan air tanpa perlu digosok) ke
area yang terkena najis.
وَلَا
يُعْفَى عَنْ شَيْءٍ مِنَ النَّجَاسَاتِ إِلَّا
الْيَسِيرَ مِنَ الدَّمِ وَالْقَيْحِ وَمَا لَا نَفْسَ لَهُ سَائِلَةٌ إِذَا وَقَعَ
فِي الْإِنَاءِ وَمَاتَ فِيهِ فَإِنَّهُ لَا يُنَجِّسُهُ.
Tidak ada najis yang dimaafkan kecuali sedikit darah dan
nanah. Begitu pula hewan yang darahnya tidak mengalir (seperti lalat) jika
jatuh ke dalam bejana berisi cairan dan mati di dalamnya, maka ia tidak membuat
cairan itu menjadi najis.
وَالْحَيَوَانُ
كُلُّهُ طَاهِرٌ إِلَّا الْكَلْبَ وَالْخِنْزِيرَ وَمَا تَوَلَّدَ مِنْهُمَا
أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا.
Semua hewan hukumnya suci, kecuali anjing, babi, dan hewan
apa pun yang lahir dari keduanya atau dari salah satunya.
وَالْمَيْتَةُ
كُلُّهَا نَجِسَةٌ إِلَّا السَّمَكَ وَالْجَرَادَ وَالْآدَمِيَّ.
Semua bangkai hukumnya najis, kecuali ikan, belalang, dan janazah
manusia.
وَيُغْسَلُ
الْإِنَاءُ مِنْ وُلُوغِ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيرِ سَبْعَ مَرَّاتٍ،
إِحْدَاهُنَّ بِالتُّرَابِ. وَيُغْسَلُ مِنْ سَائِرِ النَّجَاسَاتِ مَرَّةً
تَأْتِي عَلَيْهِ، وَالثَّلَاثُ أَفْضَلُ.
Bejana yang terkena jilatan anjing dan babi harus dicuci
sebanyak 7 kali, salah satunya dicampur dengan debu (tanah). Adapun untuk
najis-najis lainnya, cukup dicuci sekali hingga najisnya hilang, namun
mencucinya 3 kali lebih baik.
وَإِذَا
تَخَلَّلَتِ الْخَمْرَةُ بِنَفْسِهَا طَهُرَتْ، وَإِنْ
خُلِّلَتْ بِطَرْحِ شَيْءٍ فِيهَا لَمْ تَطْهُرْ.
Jika khomr
(minuman keras) berubah menjadi cuka dengan sendirinya, maka ia menjadi suci.
Tetapi jika ia diubah menjadi cuka dengan cara memasukkan sesuatu ke dalamnya,
maka ia tidak menjadi suci.
[Jenis Darah Wanita]
فَصْلٌ:
وَيَخْرُجُ مِنَ الْفَرْجِ ثَلَاثَةُ دِمَاءٍ: دَمُ
الْحَيْضِ، وَالنِّفَاسِ، وَالِاسْتِحَاضَةِ.
Fasl: Ada 3 jenis darah yang keluar dari kemaluan
wanita: darah haidh,
darah nifas, dan darah istihadhoh.
فَالْحَيْضُ: هُوَ
الدَّمُ الْخَارِجُ مِنْ فَرْجِ الْمَرْأَةِ عَلَى سَبِيلِ الصِّحَّةِ مِنْ غَيْرِ
سَبَبِ الْوِلَادَةِ، وَلَوْنُهُ أَسْوَدُ مُحْتَدِمٌ لَذَّاعٌ.
Haidh adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita dalam
kondisi sehat, bukan karena sebab melahirkan. Warnanya cenderung hitam, terasa
panas (saat keluar),
dan menyengat/nyeri (yakni bau
anyir kuat dan kadang menimbulkan rasa sakit di rahim atau perut).
وَالنِّفَاسُ: هُوَ
الدَّمُ الْخَارِجُ عَقِبَ الْوِلَادَةِ.
Nifas adalah darah yang keluar setelah proses melahirkan.
وَالِاسْتِحَاضَةُ: هُوَ
الدَّمُ الْخَارِجُ فِي غَيْرِ أَيَّامِ الْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ.
Istihadhoh
adalah darah yang keluar di luar masa haidh dan nifas.
[Durasi Haidh, Nifas,
dan Kehamilan]
وَأَقَلُّ
الْحَيْضِ: يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ، وَأَكْثَرُهُ: خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا،
وَغَالِبُهُ: سِتٌّ أَوْ سَبْعٌ.
Masa haidh
paling singkat adalah sehari semalam, paling lama adalah 15 hari, dan umumnya berlangsung selama 6
atau 7 hari.
وَأَقَلُّ
النِّفَاسِ: لَحْظَةٌ، وَأَكْثَرُهُ: سِتُّونَ يَوْمًا، وَغَالِبُهُ:
أَرْبَعُونَ يَوْمًا.
Masa nifas
paling singkat adalah sesaat (setetes), paling lama adalah 60 hari, dan umumnya berlangsung selama 40 hari.
وَأَقَلُّ
الطُّهْرِ بَيْنَ الْحَيْضَتَيْنِ: خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا،
وَلَا حَدَّ لِأَكْثَرِهِ.
Masa suci di antara 2 haidh paling singkat adalah 15 hari, dan tidak ada batasan untuk waktu paling lamanya.
وَأَقَلُّ
زَمَنٍ تَحِيضُ فِيهِ الْمَرْأَةُ: تِسْعُ سِنِينَ.
Usia minimal seorang wanita mengalami haidh adalah 9 tahun.
وَأَقَلُّ
الْحَمْلِ: سِتَّةُ أَشْهُرٍ، وَأَكْثَرُهُ: أَرْبَعُ سِنِينَ، وَغَالِبُهُ:
تِسْعَةُ أَشْهُرٍ.
Durasi kehamilan paling singkat adalah 6 bulan, paling lama
adalah 4 tahun, dan umumnya berlangsung selama 9 bulan.
[Larangan bagi Wanita
Haidh, Orang Junub, dan Orang Berhadats]
وَيَحْرُمُ
بِالْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ ثَمَانِيَةُ أَشْيَاءَ: الصَّلَاةُ،
وَالصَّوْمُ، وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ، وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ، وَدُخُولُ الْمَسْجِدِ،
وَالطَّوَافُ، وَالْوَطْءُ، وَالِاسْتِمْتَاعُ بِمَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ.
Selama masa haidh
dan nifas, wanita
dilarang melakukan 8 hal: [1] Sholat, [2] Puasa, [3]
membaca Al-Qur’an, [4] menyentuh dan membawa mushaf Al-Qur’an, [5]
masuk ke dalam Masjid, [6] thowaf, [7] berhubungan
suami-istri (wath’u), [8] bersenang-senang
di area antara pusar dan lutut.
وَيَحْرُمُ
عَلَى الْجُنُبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: الصَّلَاةُ، وَقِرَاءَةُ
الْقُرْآنِ، وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ، وَالطَّوَافُ، وَاللَّبْثُ فِي الْمَسْجِدِ.
Bagi orang yang sedang dalam keadaan junub (belum mandi
wajib), dilarang melakukan 5 hal: [1] Sholat, [2] membaca Al-Qur’an, [3]
menyentuh dan membawa mushaf Al-Qur’an, [4] thowaf, [5] berdiam diri di dalam Masjid.
وَيَحْرُمُ
عَلَى الْمُحْدِثِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: الصَّلَاةُ،
وَالطَّوَافُ، وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ.
Bagi orang yang sedang ber-hadats (tidak punya wudhu),
dilarang melakukan 3 hal: [1]
Sholat, [2] Thowaf, [3] menyentuh dan membawa mushaf Al-Qur’an.
KITAB SHOLAT
[Waktu Sholat]
الصَّلَاةُ الْمَفْرُوضَةُ خَمْسٌ:
Sholat yang diwajibkan ada 5:
الظُّهْرُ: وَأَوَّلُ وَقْتِهَا زَوَالُ الشَّمْسِ،
وَآخِرُهُ إِذَا صَارَ ظِلُّ كُلِّ شَيْءٍ مِثْلَهُ بَعْدَ ظِلِّ الزَّوَالِ.
Zhuhur: Waktu awalnya adalah saat matahari telah tergelincir
ke arah barat (zawal), dan waktu akhirnya adalah ketika bayangan suatu
benda menjadi sama panjang dengan benda itu sendiri, setelah ditambahkan
panjang bayangan saat zawal.
وَالْعَصْرُ: وَأَوَّلُ وَقْتِهَا الزِّيَادَةُ
عَلَى ظِلِّ الْمِثْلِ، وَآخِرُهُ فِي الِاخْتِيَارِ إِلَى ظِلِّ الْمِثْلَيْنِ، وَفِي
الْجَوَازِ إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ.
‘Ashr: Waktu awalnya adalah saat panjang bayangan
benda melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu akhirnya terbagi 2: waktu ikhtiyar
(pilihan utama) adalah sampai panjang bayangan menjadi 2 kali lipat panjang
benda, sedangkan waktu jawaz (masih dibolehkan) adalah sampai matahari
terbenam (sempurna).
وَالْمَغْرِبُ: وَوَقْتُهَا وَاحِدٌ وَهُوَ غُرُوبُ
الشَّمْسِ، وَبِمِقْدَارِ مَا يُؤَذَّنُ، وَيُتَوَضَّأُ، وَيُسْتَرُ الْعَوْرَةُ، وَيُقِيمُ
الصَّلَاةَ، وَيُصَلِّي خَمْسَ رَكَعَاتٍ.
Maghrib: Waktunya hanya satu, yaitu setelah matahari
terbenam (sempurna).
Durasinya diperkirakan cukup untuk melakukan adzan, berwudhu, menutup aurot,
melaksanakan iqomah, dan Sholat sebanyak 5 roka’at.
وَالْعِشَاءُ: وَأَوَّلُ وَقْتِهَا إِذَا غَابَ
الشَّفَقُ الْأَحْمَرُ، وَآخِرُهُ فِي الِاخْتِيَارِ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ، وَفِي
الْجَوَازِ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ الثَّانِي.
‘Isya: Waktu awalnya adalah ketika mega merah di ufuk
barat telah hilang. Waktu akhirnya terbagi 2: waktu ikhtiyar adalah
sampai sepertiga malam pertama, sedangkan waktu jawaz adalah sampai terbit
fajar yang kedua (fajar shodiq).
وَالصُّبْحُ: وَأَوَّلُ وَقْتِهَا طُلُوعُ الْفَجْرِ
الثَّانِي، وَآخِرُهُ فِي الِاخْتِيَارِ إِلَى الْإِسْفَارِ، وَفِي الْجَوَازِ إِلَى
طُلُوعِ الشَّمْسِ.
Shubuh: Waktu awalnya adalah saat terbit fajar yang
kedua. Waktu akhirnya terbagi 2: waktu ikhtiyar adalah sampai langit
menguning terang (isfar), sedangkan waktu jawaz adalah sampai
matahari terbit.
[Syarat Wajib Sholat]
فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الصَّلَاةِ
ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ وَالْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَهُوَ حَدُّ التَّكْلِيفِ.
Fasl: Syarat yang membuat seseorang wajib
melaksanakan Sholat ada 3: Islam, baligh (dewasa), dan berakal. Inilah yang
disebut sebagai batas dikenakannya beban syariat (haddud taklif).
[Sholat yang
Disunnahkan]
وَالصَّلَوَاتُ الْمَسْنُونَةُ خَمْسٌ: الْعِيدَانِ، وَالْكُسُوفَانِ،
وَالِاسْتِسْقَاءُ.
Sholat yang disunnahkan ada 5 jenis: [1-2] Sholat ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha, [3-4] Sholat gerhana matahari dan gerhana
bulan (kusufain), dan [5] Sholat
Istisqo’ (minta hujan).
وَالسُّنَنُ التَّابِعَةُ لِلْفَرَائِضِ
سَبْعَ عَشْرَةَ رَكْعَةً: رَكْعَتَا الْفَجْرِ، وَأَرْبَعٌ قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَانِ
بَعْدَهُ، وَأَرْبَعٌ قَبْلَ الْعَصْرِ، وَرَكْعَتَانِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ، وَثَلَاثٌ
بَعْدَ الْعِشَاءِ يُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ.
Adapun Sholat sunnah yang mengiringi Sholat fardhu (sunnah rowatib)
berjumlah 17 roka’at: 2 roka’at sebelum Shubuh, 4 roka’at sebelum Zhuhur dan 2 roka’at
sesudahnya, 4 roka’at sebelum ‘Ashr, 2 roka’at setelah Maghrib, dan 3 roka’at
setelah ‘Isya, di mana salah satunya adalah Sholat Witir.
وَثَلَاثُ نَوَافِلَ مُؤَكَّدَاتٍ: صَلَاةُ اللَّيْلِ، وَصَلَاةُ
الضُّحَى، وَصَلَاةُ التَّرَاوِيحِ.
Ada 3 Sholat sunnah lainnya yang sangat ditekankan (nawafil
mu’akkadah): Sholat Malam, Sholat Dhuha, dan Sholat Tarowih.
[Syarat Sah Sholat]
فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ الصَّلَاةِ
قَبْلَ الدُّخُولِ فِيهَا خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: طَهَارَةُ الْأَعْضَاءِ مِنَ الْحَدَثِ
وَالنَّجَسِ، وَسَتْرُ الْعَوْرَةِ بِلِبَاسٍ طَاهِرٍ، وَالْوُقُوفُ عَلَى مَكَانٍ
طَاهِرٍ، وَالْعِلْمُ بِدُخُولِ الْوَقْتِ، وَاسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ.
Fasl: Syarat-syarat Sholat yang harus dipenuhi
sebelum memulainya ada 5: [1] anggota badan harus suci dari hadats
(kecil dan besar) dan dari najis, [2] menutup aurot dengan pakaian yang suci, [3] berdiri
di atas tempat yang suci, [4] yakin bahwa
waktu Sholat telah masuk, [5] menghadap ke
arah qiblat.
وَيَجُوزُ تَرْكُ الْقِبْلَةِ فِي
حَالَتَيْنِ: فِي شِدَّةِ
الْخَوْفِ، وَفِي النَّافِلَةِ فِي السَّفَرِ عَلَى الرَّاحِلَةِ.
Menghadap qiblat boleh ditinggalkan dalam 2 keadaan: saat
kondisi sangat mencekam (penuh ketakutan), dan saat melaksanakan Sholat sunnah
di atas kendaraan dalam perjalanan.
[Rukun Sholat]
فَصْلٌ: وَأَرْكَانُ الصَّلَاةِ
ثَمَانِيَةَ عَشَرَ رُكْنًا: النِّيَّةُ، وَالْقِيَامُ مَعَ الْقُدْرَةِ، وَتَكْبِيرَةُ
الْإِحْرَامِ، وَقِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ وَبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ آيَةٌ
مِنْهَا، وَالرُّكُوعُ، وَالطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ، وَالرَّفْعُ، وَاعْتِدَالٌ، وَالطُّمَأْنِينَةُ
فِيهِ، وَالسُّجُودُ، وَالطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ، وَالْجُلُوسُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ،
وَالطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ، وَالْجُلُوسُ الْأَخِيرُ، وَالتَّشَهُّدُ فِيهِ، وَالصَّلَاةُ
عَلَى النَّبِيِّ ﷺ فِيهِ، وَالتَّسْلِيمَةُ الْأُولَى، وَنِيَّةُ الْخُرُوجِ مِنَ
الصَّلَاةِ، وَتَرْتِيبُ الْأَرْكَانِ عَلَى مَا ذَكَرْنَاهُ.
Fasl: Rukun Sholat ada 18: [1]
niat, [2] berdiri bagi yang mampu, [3] takbirotul ihrom (mengucapkan “Allohu Akbar”
untuk memulai Sholat), [4] membaca surat
Al-Fatihah, dengan “Bismillaahirrohmaanirrohiim” sebagai salah satu ayatnya, [5] ruku’, [6]
thuma’ninah (tenang sejenak) saat ruku’, [7]
bangkit dari ruku’ (i’tidal), [8] thuma’ninah
saat i’tidal, [9] sujud, [10] thuma’ninah saat sujud, [11] duduk di antara 2 sujud, [12] thuma’ninah saat duduk di antara 2 sujud, [13] duduk terakhir (untuk tasyahud), [14] membaca tasyahud pada saat duduk terakhir, [15] membaca sholawat untuk Nabi ﷺ pada saat duduk
terakhir, [16] mengucapkan salam yang
pertama, [17] niat untuk keluar dari Sholat
(bersamaan dengan salam), [18] melakukan
semua rukun di atas secara berurutan (tartib).
[Sunnah dalam Sholat]
وَسُنَنُهَا قَبْلَ الدُّخُولِ فِيهَا
شَيْئَانِ: الْأَذَانُ،
وَالْإِقَامَةُ.
Sunnah dalam Sholat yang dilakukan sebelum masuk ke dalam
Sholat ada 2: yaitu
adzan dan iqomah.
وَبَعْدَ الدُّخُولِ فِيهَا شَيْئَانِ: التَّشَهُّدُ الْأَوَّلُ، وَالْقُنُوتُ
فِي الصُّبْحِ وَفِي الْوِتْرِ فِي النِّصْفِ الثَّانِي مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ.
Sunnah yang dilakukan setelah masuk ke dalam Sholat juga ada 2: yaitu Tasyahud
Awal, dan membaca doa Qunut pada Sholat Shubuh serta pada Sholat Witir di
separuh kedua pada bulan
Romadhon.
وَهَيْأَتُهَا خَمْسَ عَشْرَةَ خَصْلَةً: رَفْعُ الْيَدَيْنِ عِنْدَ تَكْبِيرَةِ
الْإِحْرَامِ وَعِنْدَ الرُّكُوعِ وَالرَّفْعِ مِنْهُ، وَوَضْعُ الْيَمِينِ عَلَى الشِّمَالِ،
وَالتَّوَجُّهُ، وَالِاسْتِعَاذَةُ، وَالْجَهْرُ فِي مَوْضِعِهِ، وَالْإِسْرَارُ فِي
مَوْضِعِهِ، وَالتَّأْمِينُ، وَقِرَاءَةُ سُورَةٍ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ، وَالتَّكْبِيرَاتُ
عِنْدَ الرَّفْعِ وَالْخَفْضِ، وَقَوْلُ «سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا
لَكَ الْحَمْدُ»، وَالتَّسْبِيحُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ، وَوَضْعُ الْيَدَيْنِ
عَلَى الْفَخِذَيْنِ فِي الْجُلُوسِ يَبْسُطُ الْيُسْرَى وَيَقْبِضُ الْيُمْنَى إِلَّا
الْمُسَبِّحَةَ فَإِنَّهُ يُشِيرُ بِهَا مُتَشَهِّدًا، وَالِافْتِرَاشُ فِي جَمِيعِ
الْجَلَسَاتِ، وَالتَّوَرُّكُ فِي الْجَلْسَةِ الْأَخِيرَةِ، وَالتَّسْلِيمَةُ الثَّانِيَةُ.
Adapun hai’at Sholat (sunnah-sunnah berupa gerakan
atau bacaan pelengkap) ada 15: [1]
mengangkat kedua tangan saat takbirotul ihrom, saat akan ruku’, dan saat
bangkit dari ruku’, [2] meletakkan tangan
kanan di atas tangan kiri, [3] membaca doa tawajjuh
(iftitah), [4] membaca isti’adzah (ta’awwudz),
[5] mengeraskan bacaan pada tempatnya (roka’at
pertama dan kedua pada: Shubuh, Maghrib, ‘Isya), [6]
memelankan bacaan pada tempatnya (semua roka’at Zhuhur dan ‘Ashr, serta roka’at
ketiga Maghrib dan roka’at ketiga dan keempat ‘Isya), [7]
mengucapkan “Aamiin” setelah Al-Fatihah, [8]
membaca surat lain setelah Al-Fatihah, [9]
mengucapkan takbir (Allohu Akbar) saat akan turun atau bangkit, [10] mengucapkan “Sami’Allohu liman hamidah,
robbana lakal hamd” saat bangkit dari ruku’, [11]
membaca tasbih saat ruku’ dan sujud, [12]
meletakkan kedua tangan di atas paha saat duduk, dengan membentangkan telapak
tangan kiri dan menggenggam jari tangan kanan kecuali jari telunjuk, yang
digunakan untuk berisyarat saat membaca syahadat, [13]
duduk iftirosy (menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki
kanan) pada semua posisi duduk, [14] duduk tawarruk
(mengeluarkan kaki kiri ke arah kanan dan duduk di atas lantai) pada duduk
terakhir, [15] mengucapkan salam yang kedua.
[Perbedaan Sholat Lelaki dengan Wanita]
فَصْلٌ: وَالْمَرْأَةُ تُخَالِفُ
الرَّجُلَ فِي خَمْسَةِ أَشْيَاءَ:
Fasl: Wanita berbeda dengan laki-laki dalam 5 hal
saat Sholat:
فَالرَّجُلُ: يُجَافِي مِرْفَقَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ،
وَيُقِلُّ بَطْنَهُ عَنْ فَخِذَيْهِ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ، وَيَجْهَرُ فِي مَوَاضِعِ
الْجَهْرِ، وَإِذَا نَابَهُ شَيْءٌ فِي الصَّلَاةِ سَبَّحَ، وَعَوْرَةُ الرَّجُلِ مَا
بَيْنَ سُرَّتِهِ وَرُكْبَتِهِ.
Laki-laki: [1] Merenggangkan
kedua sikunya dari sisi tubuhnya; [2] mengangkat
perutnya dari pahanya saat ruku’ dan sujud; [3]
mengeraskan suara pada tempat-tempat yang disunnahkan untuk mengeraskan suara; [4] jika terjadi sesuatu dalam Sholat (misalnya
imam lupa), ia mengingatkan dengan membaca tasbih; dan [5]
aurot laki-laki adalah antara pusar dan lututnya.
وَالْمَرْأَةُ: تَضُمُّ بَعْضَهَا إِلَى بَعْضٍ،
وَتَخْفِضُ صَوْتَهَا بِحَضْرَةِ الرِّجَالِ الْأَجَانِبِ، وَإِذَا نَابَهَا شَيْءٌ
فِي الصَّلَاةِ صَفَّقَتْ، وَجَمِيعُ بَدَنِ الْحُرَّةِ عَوْرَةٌ إِلَّا وَجْهَهَا
وَكَفَّيْهَا، وَالْأَمَةُ كَالرَّجُلِ.
Wanita: [1] Merapatkan
satu bagian tubuhnya ke bagian tubuh yang lain; [2]
merendahkan suaranya jika di hadapan laki-laki yang bukan mahrom; [3] jika terjadi sesuatu dalam Sholat, ia
mengingatkan dengan cara menepuk tangan; [4]
seluruh tubuh wanita merdeka adalah aurot kecuali wajah dan kedua telapak
tangannya; [5] adapun aurot budak wanita
adalah seperti aurot laki-laki.
[Yang Membatalkan Sholat]
فَصْلٌ: وَالَّذِي يُبْطِلُ الصَّلَاةَ
أَحَدَ عَشَرَ شَيْئًا: الْكَلَامُ الْعَمْدُ، وَالْعَمَلُ الْكَثِيرُ، وَالْحَدَثُ،
وَحُدُوثُ النَّجَاسَةِ، وَانْكِشَافُ الْعَوْرَةِ، وَتَغَيُّرُ النِّيَّةِ، وَاسْتِدْبَارُ
الْقِبْلَةِ، وَالْأَكْلُ وَالشُّرْبُ، وَالْقَهْقَهَةُ، وَالرِّدَّةُ.
Fasl: Yang membatalkan Sholat ada 11 hal: [1] berbicara dengan sengaja, [2] melakukan banyak gerakan (di luar gerakan
Sholat), [3] berhadats, [4] terkena najis (yang tidak dimaafkan), [5] terbukanya aurot, [6]
mengubah niat (misalnya, niat keluar dari Sholat), [7]
membelakangi qiblat, [8] makan, [9] minum, [10]
tertawa terbahak-bahak, [11] murtad (keluar
dari Islam).
[Rincian dalam Sholat
Fardhu]
فَصْلٌ: وَرَكَعَاتُ الْفَرَائِضِ
سَبْعَ عَشْرَةَ رَكْعَةً، فِيهَا: أَرْبَعٌ وَثَلَاثُونَ سَجْدَةً، وَأَرْبَعٌ وَتِسْعُونَ
تَكْبِيرَةً، وَتِسْعُ تَشَهُّدَاتٍ، وَعَشْرُ تَسْلِيمَاتٍ، وَمِائَةٌ وَثَلَاثٌ وَخَمْسُونَ
تَسْبِيحَةً.
Fasl: Jumlah roka’at Sholat fardhu dalam sehari
semalam adalah 17 roka’at.
Di dalamnya terdapat: 34 kali sujud, 94 kali takbir, 9 kali tasyahud, 10 kali
salam, dan 153 kali tasbih.
وَجُمْلَةُ الْأَرْكَانِ فِي الصَّلَاةِ
مِائَةٌ وَسِتَّةٌ وَعِشْرُونَ رُكْنًا: فِي الصُّبْحِ وَثَلَاثُونَ رُكْنًا،
وَفِي الْمَغْرِبِ اثْنَانِ وَأَرْبَعُونَ رُكْنًا، وَفِي الرُّبَاعِيَّةِ أَرْبَعَةٌ
وَخَمْسُونَ رُكْنًا.
Secara keseluruhan, jumlah rukun dalam Sholat sehari semalam
adalah 126 rukun.
Rinciannya: pada Sholat Shubuh ada 30 rukun; pada Sholat Maghrib ada 42 rukun; dan pada Sholat yang 4
roka’at ada 54 rukun.
وَمَنْ عَجَزَ عَنِ الْقِيَامِ فِي
الْفَرِيضَةِ صَلَّى جَالِسًا، وَمَنْ عَجَزَ عَنِ الْجُلُوسِ صَلَّى مُضْطَجِعًا.
Siapa tidak mampu berdiri saat Sholat fardhu, ia boleh
Sholat sambil duduk. Siapa tidak mampu duduk, ia boleh Sholat sambil berbaring.
[Sujud Sahwi]
فَصْلٌ: وَالْمَتْرُوكُ مِنَ الصَّلَاةِ
ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: فَرْضٌ، وَسُنَّةٌ، وَهَيْئَةٌ.
Fasl: Perkara yang ditinggalkan dalam Sholat ada 3
jenis: rukun (fardhu),
sunnah (sunnah ab’adh), dan hai’ah.
فَالْفَرْضُ لَا يَنُوبُ عَنْهُ سُجُودُ السَّهْوِ،
بَلْ إِنْ ذَكَرَهُ وَالزَّمَانُ قَرِيبٌ أَتَى بِهِ، وَبَنَى عَلَيْهِ، وَسَجَدَ لِلسَّهْوِ.
Jika yang ditinggalkan adalah rukun, maka tidak bisa diganti dengan sujud sahwi. Jika
ia teringat dalam waktu dekat, ia harus segera melakukan rukun yang tertinggal
itu, lalu melanjutkan Sholatnya, dan diakhiri dengan sujud sahwi.
وَالسُّنَّةُ لَا يَعُودُ إِلَيْهَا بَعْدَ التَّلَبُّسِ
بِالْفَرْضِ لَكِنَّهُ يَسْجُدُ لِلسَّهْوِ عَنْهَا.
Jika yang ditinggalkan adalah sunnah (seperti
tasyahud awal), ia tidak perlu kembali untuk melakukannya jika sudah terlanjur
mengerjakan rukun berikutnya, tetapi ia harus melakukan sujud sahwi sebelum
salam.
وَالْهَيْئَةُ لَا يَعُودُ إِلَيْهَا بَعْدَ تَرْكِهَا
وَلَا يَسْجُدُ لِلسَّهْوِ عَنْهَا.
Jika yang ditinggalkan adalah hai’ah (seperti doa
iftitah), ia tidak perlu kembali untuk melakukannya dan juga tidak perlu sujud
sahwi karenanya.
وَإِذَا شَكَّ فِي عَدَدِ مَا أَتَى
بِهِ مِنَ الرَّكَعَاتِ، بَنَى عَلَى الْيَقِينِ وَهُوَ الْأَقَلُّ وَسَجَدَ لِلسَّهْوِ.
Apabila seseorang ragu mengenai jumlah roka’at yang telah ia
kerjakan, maka ia harus mengambil jumlah yang paling sedikit karena itulah yang
diyakini, lalu ia menyempurnakan Sholatnya dan melakukan sujud sahwi.
وَسُجُودُ السَّهْوِ سُنَّةٌ، وَمَحَلُّهُ
قَبْلَ السَّلَامِ.
Sujud sahwi hukumnya sunnah, dan dilakukan sebelum salam.
[Waktu yang Dilarang
untuk Sholat]
فَصْلٌ: وَخَمْسَةُ أَوْقَاتٍ لَا
يُصَلَّى فِيهَا إِلَّا صَلَاةٌ لَهَا سَبَبٌ: بَعْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ حَتَّى
تَطْلُعَ الشَّمْسُ، وَعِنْدَ طُلُوعِهَا حَتَّى تَتَكَامَلَ وَتَرْتَفِعَ قَدْرَ رُمْحٍ،
وَإِذَا اسْتَوَتْ حَتَّى تَزُولَ، وَبَعْدَ صَلَاةِ الْعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ،
وَعِنْدَ الْغُرُوبِ حَتَّى يَتَكَامَلَ غُرُوبُهَا.
Fasl: Ada 5 waktu di mana tidak boleh melakukan
Sholat, kecuali Sholat yang memiliki sebab tertentu (seperti Sholat janazah
atau tahiyatul Masjid): [1] setelah selesai
Sholat Shubuh sampai matahari terbit, [2] saat
matahari sedang terbit sampai ia sempurna terbit dan naik setinggi tombak (± 15 setelah terbit), [3] saat matahari tepat berada di tengah langit (istiwa’)
sampai ia tergelincir (±
15 sebelum Zhuhur), [4] setelah selesai
Sholat ‘Ashr sampai matahari terbenam, [5] saat
matahari sedang terbenam sampai proses terbenamnya sempurna.
[Sholat Berjama’ah]
فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الْجَمَاعَةِ
سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ، وَعَلَى الْمَأْمُومِ أَنْ يَنْوِيَ الِائْتِمَامَ دُونَ
الْإِمَامِ.
Fasl: Sholat berjama’ah hukumnya sunnah yang sangat
ditekankan (sunnah mu’akkadah).
Seorang makmum wajib berniat untuk menjadi makmum, sedangkan imam tidak wajib
berniat menjadi imam.
وَيَجُوزُ أَنْ يَأْتَمَّ الْحُرُّ
بِالْعَبْدِ وَالْبَالِغُ بِالْمُرَاهِقِ، وَلَا تَصِحُّ قُدْوَةُ رَجُلٍ بِامْرَأَةٍ
وَلَا قَارِئٍ بِأُمِّيٍّ.
Boleh seorang yang merdeka bermakmum kepada seorang budak,
dan seorang yang sudah baligh bermakmum kepada anak yang mendekati baligh (murohiq).
Namun, tidak sah seorang laki-laki menjadi makmum bagi seorang wanita, dan tidak
sah seorang yang bisa membaca (Al-Fatihah) bermakmum kepada orang yang ummi
(tidak bisa membacanya).
وَأَيُّ مَوْضِعٍ صَلَّى فِي الْمَسْجِدِ
بِصَلَاةِ الْإِمَامِ فِيهِ وَهُوَ عَالِمٌ بِصَلَاتِهِ أَجْزَأَهُ مَا لَمْ يَتَقَدَّمْ
عَلَيْهِ، وَإِنْ صَلَّى خَارِجَ الْمَسْجِدِ وَالْمَأْمُومُ قَرِيبًا مِنْهُ وَهُوَ
عَالِمٌ بِصَلَاتِهِ وَلَا حَائِلَ هُنَاكَ جَازَ.
Di mana pun posisi seseorang Sholat di dalam Masjid
mengikuti imam, selama ia mengetahui gerakan imam, maka Sholatnya sah, asalkan
posisinya tidak mendahului imam. Jika ia Sholat di luar Masjid namun posisinya
dekat dengan imam, ia mengetahui gerakan Sholat imam, dan tidak ada penghalang
antara keduanya, maka itu dibolehkan.
[Sholat Musafir]
فَصْلٌ: وَيَجُوزُ لِلْمُسَافِرِ قَصْرُ
الصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ بِخَمْسِ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ سَفَرُهُ فِي غَيْرِ
مَعْصِيَةٍ، وَأَنْ تَكُونَ مَسَافَتُهُ سِتَّةَ عَشَرَ فَرْسَخًا بِلَا إِيَابٍ، وَأَنْ
يَكُونَ مُؤَدِّيًا لِلصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ، وَأَنْ يَنْوِيَ الْقَصْرَ مَعَ الْإِحْرَامِ،
وَأَنْ لَا يَأْتَمَّ بِمُقِيمٍ.
Fasl: Seorang musafir (orang yang bepergian) boleh
men-qoshor (meringkas) Sholat yang 4 roka’at menjadi 2 roka’at dengan 5 syarat:
[1] perjalanannya bukan untuk tujuan maksiat,
[2] jarak tempuhnya mencapai 16 farsakh
(sekitar 89 km) untuk sekali jalan, [3] Sholat
yang di-qoshor adalah Sholat yang 4 roka’at, [4]
ia berniat untuk melakukan qoshor bersamaan dengan takbirotul ihrom, [5] ia tidak bermakmum kepada orang yang Sholat
sempurna (muqim).
وَيَجُوزُ لِلْمُسَافِرِ أَنْ يَجْمَعَ
بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ فِي وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ، وَبَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ
فِي وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ.
Seorang musafir boleh men-jama’ (menggabungkan) antara
Zhuhur dan ‘Ashr di salah satu waktu dari keduanya (baik di waktu Zhuhur maupun
di waktu ‘Ashr). Ia juga boleh men-jama’ antara Maghrib dan ‘Isya di salah satu
waktu dari keduanya.
وَيَجُوزُ لِلْحَاضِرِ فِي الْمَطَرِ
أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَهُمَا فِي وَقْتِ الْأُولَى مِنْهُمَا.
Orang yang tidak bepergian pun boleh men-jama’ Sholat
(Zhuhur dengan ‘Ashr, atau Maghrib dengan ‘Isya) jika turun hujan, namun hanya
boleh dilakukan pada waktu Sholat yang pertama (jama’ taqdim).
[Sholat Jum’at]
فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الْجُمُعَةِ
سَبْعَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ، وَالْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ،
وَالذُّكُورِيَّةُ، وَالصِّحَّةُ، وَالِاسْتِيطَانُ.
Fasl: Syarat wajibnya Sholat Jum’at ada 7: [1] Islam, [2] baligh, [3] berakal, [4] merdeka, [5] laki-laki, [6] sehat, dan [7] merupakan penduduk tetap (istithon).
وَشَرَائِطُ فِعْلِهَا ثَلَاثَةٌ: أَنْ تَكُونَ الْبَلَدُ مِصْرًا
أَوْ قَرْيَةً، وَأَنْ يَكُونَ الْعَدَدُ أَرْبَعِينَ مِنْ أَهْلِ الْجُمُعَةِ، وَأَنْ
يَكُونَ الْوَقْتُ بَاقِيًا؛ فَإِنْ خَرَجَ الْوَقْتُ أَوْ عَدِمَتِ الشُّرُوطُ صُلِّيَتْ
ظُهْرًا.
Syarat sah pelaksanaannya ada 3: [1]
dilaksanakan di sebuah kota besar (mishr) atau desa, [2] jumlah jama’ah mencapai 40 orang dari kalangan
yang wajib Sholat Jum’at, [3] waktu Zhuhur
masih ada. Jika waktu Zhuhur telah
habis atau salah satu syarat tidak terpenuhi, maka yang dikerjakan adalah
Sholat Zhuhur biasa.
وَفَرَائِضُهَا ثَلَاثَةٌ: خُطْبَتَانِ يَقُومُ فِيهِمَا،
وَيَجْلِسُ بَيْنَهُمَا، وَأَنْ تُصَلَّى رَكْعَتَيْنِ فِي جَمَاعَةٍ.
Rukun-rukunnya ada 3: [1]
dua khutbah, [2] khotib berdiri saat menyampaikannya
dan duduk di antara keduanya, [3] Sholat 2
roka’at secara berjama’ah.
وَهَيْأَتُهَا أَرْبَعُ خِصَالٍ: الْغُسْلُ، وَتَنْظِيفُ الْجَسَدِ،
وَلُبْسُ الثِّيَابِ الْبِيضِ، وَأَخْذُ الظُّفُرِ وَالطِّيبُ.
Amalan sunnahnya (hai’at) ada 4: [1] mandi, [2] membersihkan
badan, [3] memakai pakaian putih, [4] serta memotong kuku dan
memakai wewangian.
وَيُسْتَحَبُّ الْإِنْصَاتُ فِي
وَقْتِ الْخُطْبَةِ، وَمَنْ دَخَلَ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ
ثُمَّ يَجْلِسُ.
Sangat dianjurkan untuk diam dan mendengarkan saat
khutbah berlangsung. Siapa masuk Masjid saat imam sedang berkhutbah, hendaklah
ia Sholat 2 roka’at yang ringan (tahiyatul Masjid), lalu duduk.
[Sholat Dua Hari Raya]
فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الْعِيدَيْنِ
سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ: وَهِيَ رَكْعَتَانِ يُكَبِّرُ فِي الْأُولَى سَبْعًا سِوَى
تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ وَفِي الثَّانِيَةِ خَمْسًا سِوَى تَكْبِيرَةِ الْقِيَامِ،
وَيَخْطُبُ بَعْدَهَا خُطْبَتَيْنِ، يُكَبِّرُ فِي الْأُولَى تِسْعًا وَفِي الثَّانِيَةِ
سَبْعًا.
Fasl: Sholat ‘Idain (Idul Fithri dan Idul Adha) hukumnya sunnah
yang sangat ditekankan. Sholat ini terdiri dari 2 roka’at; pada roka’at
pertama bertakbir 7 kali selain takbirotul ihrom, dan pada roka’at kedua
bertakbir 5 kali selain takbir saat bangkit dari sujud. Setelah Sholat, imam
menyampaikan 2 khutbah, di mana pada khutbah pertama ia bertakbir 9 kali dan
pada khutbah kedua 7 kali.
وَيُكَبِّرُ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ مِنْ لَيْلَةِ
الْعِيدِ إِلَى أَنْ يَدْخُلَ الْإِمَامُ فِي الصَّلَاةِ، وَفِي الْأَضْحَى خَلْفَ
الصَّلَوَاتِ الْمَفْرُوضَاتِ مِنْ صُبْحِ يَوْمِ عَرَفَةَ إِلَى الْعَصْرِ مِنْ آخِرِ
أَيَّامِ التَّشْرِيقِ.
Takbir (pada Hari Raya Idul Fithri) dianjurkan sejak
terbenamnya matahari di malam ‘Id sampai imam masuk untuk memulai Sholat. Adapun
pada Hari Raya Idul Adha, takbir (muqoyyad) dikumandangkan setelah
Sholat-Sholat fardhu, dimulai dari Shubuh hari Arofah hingga waktu ‘Ashr di
hari terakhir Tasyriq.
[Sholat Gerhana
(Kusuf)]
فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الْكُسُوفِ سُنَّةٌ
مُؤَكَّدَةٌ، فَإِنْ
فَاتَتْ لَمْ تُقْضَ، وَيُصَلِّي لِكُسُوفِ الشَّمْسِ وَخُسُوفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ،
فِي كُلِّ رَكْعَةٍ قِيَامَانِ يُطِيلُ الْقِرَاءَةَ فِيهِمَا وَرُكُوعَانِ يُطِيلُ
التَّسْبِيحَ فِيهِمَا دُونَ السُّجُودِ، وَيَخْطُبُ بَعْدَهَا خُطْبَتَيْنِ، وَيُسِرُّ
فِي كُسُوفِ الشَّمْسِ وَيَجْهَرُ فِي خُسُوفِ الْقَمَرِ.
Fasl: Sholat gerhana hukumnya sunnah yang sangat
ditekankan. Jika waktunya terlewat, tidak perlu di-qodho. Untuk gerhana
matahari (kusuf) dan gerhana bulan (khusuf), Sholat dilakukan sebanyak 2 roka’at.
Dalam setiap roka’at, ada 2 kali berdiri (dengan bacaan surat yang panjang) dan
2 kali ruku’ (dengan tasbih yang panjang), namun sujudnya tetap seperti biasa.
Setelah Sholat, imam menyampaikan 2 khutbah. Bacaan pada Sholat gerhana
matahari dipelankan (sirr), sedangkan pada Sholat gerhana bulan
dikeraskan (jahr).
[Sholat Minta Hujan
(Istisqo’)]
فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الِاسْتِسْقَاءِ
مَسْنُونَةٌ، فَيَأْمُرُهُمُ
الْإِمَامُ بِالتَّوْبَةِ وَالصَّدَقَةِ وَالْخُرُوجِ مِنَ الْمَظَالِمِ وَمُصَالَحَةِ
الْأَعْدَاءِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ، ثُمَّ يَخْرُجُ بِهِمْ فِي الْيَوْمِ الرَّابِعِ
فِي ثِيَابِ بَذْلَةٍ وَاسْتِكَانَةٍ وَتَضَرُّعٍ.
Fasl: Sholat Istisqo’ hukumnya sunnah. Imam hendaknya
memerintahkan jama’ah untuk bertaubat, bersedekah, menyelesaikan kezholiman,
berdamai dengan musuh, dan ber-Puasa selama 3 hari. Kemudian pada hari keempat,
imam keluar bersama mereka dengan mengenakan pakaian sederhana, dalam keadaan
tunduk dan penuh harap.
وَيُصَلِّي بِهِمْ رَكْعَتَيْنِ
كَصَلَاةِ الْعِيدَيْنِ، ثُمَّ يَخْطُبُ بَعْدَهُمَا وَيُحَوِّلُ رِدَاءَهُ، وَيُكْثِرُ
مِنَ الدُّعَاءِ وَالِاسْتِغْفَارِ، وَيَدْعُو بِدُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ.
Imam memimpin mereka Sholat 2 roka’at seperti Sholat ‘Id.
Setelah itu, ia berkhutbah dan membalikkan posisi selendangnya (sebagai simbol
harapan perubahan kondisi). Ia memperbanyak doa dan istighfar, dan membaca doa
yang dibaca oleh Rosulullah ﷺ.
وَهُوَ:
«اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْيَا رَحْمَةٍ وَلَا تَجْعَلْهَا سُقْيَا عَذَابٍ وَلَا
مَحْقٍ وَلَا بَلَاءٍ وَلَا هَدْمٍ وَلَا غَرَقٍ
Doa tersebut adalah: “Ya Alloh, jadikanlah hujan ini sebagai
siraman rohmat, dan jangan jadikan ia sebagai siraman adzab, kehancuran,
bencana, perobohan, atau penenggelaman.”
اللَّهُمَّ عَلَى الظِّرَابِ وَالْآكَامِ
وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ.
“Ya Alloh, turunkanlah hujan ini di atas dataran-dataran
tinggi, perbukitan, tempat-tempat tumbuhnya pepohonan, dan di dasar
lembah-lembah.”
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا.
“Ya Alloh, turunkanlah di sekitar kami, bukan (sebagai
bencana) yang menimpa kami.”
اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا
هَنِيئًا مَرِيئًا مُرِيعًا سَحًّا عَامًّا غَدَقًا طَبَقًا مُجَلَّلًا دَائِمًا إِلَى
يَوْمِ الدِّينِ.
“Ya Alloh, berilah kami hujan yang menolong, yang
menyegarkan, yang menyehatkan, yang menyuburkan, yang deras, yang merata, yang
melimpah, yang menggenangi, yang terus-menerus hingga Hari Kiamat.”
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا
تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ.
“Ya Alloh, berilah kami hujan, dan jangan jadikan kami
termasuk orang-orang yang putus asa.”
اللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلَادِ
مِنَ الْجَهْدِ وَالْجُوعِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُو إِلَّا إِلَيْكَ.
“Ya Alloh, sesungguhnya para hamba dan negeri ini sedang
dilanda kesulitan, kelaparan, dan kesempitan yang tidak dapat kami adukan
kecuali kepada-Mu.”
اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ،
وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ
لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا لَا يَكْشِفُهُ
غَيْرُكَ.
“Ya Alloh, tumbuhkanlah untuk kami tanam-tanaman,
deraskanlah untuk kami air susu ternak, turunkanlah kepada kami dari keberkahan
langit, dan tumbuhkanlah untuk kami dari keberkahan bumi. Angkatlah dari kami
bencana yang tidak dapat diangkat oleh selain-Mu.”
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ،
إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا»
“Ya Alloh, sesungguhnya kami memohon ampun kepada-Mu, karena
Engkau Maha Pengampun, maka kirimkanlah hujan yang deras dari langit untuk
kami.”
وَيَغْتَسِلُ فِي الْوَادِي إِذَا
سَالَ وَيُسَبِّحُ لِلرَّعْدِ وَالْبَرْقِ.
(Disunnahkan) mandi di lembah jika airnya
sudah mengalir, serta bertasbih ketika mendengar petir dan melihat kilat.
[Sholat dalam Keadaan
Takut (Khouf)]
فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الْخَوْفِ عَلَى
ثَلَاثَةِ أَضْرُبٍ:
Fasl: Sholat Khouf dapat dilakukan dalam 3 model:
أَحَدُهُمَا أَنْ يَكُونَ الْعَدُوُّ فِي غَيْرِ
جِهَةِ الْقِبْلَةِ، فَيُفَرِّقُهُمُ الْإِمَامُ فِرْقَتَيْنِ فِرْقَةٌ تَقِفُ فِي
وَجْهِ الْعَدُوِّ وَفِرْقَةٌ خَلْفَهُ، فَيُصَلِّي بِالْفِرْقَةِ الَّتِي خَلْفَهُ
رَكْعَةً ثُمَّ تُتِمُّ لِنَفْسِهَا، وَتَمْضِي إِلَى وَجْهِ الْعَدُوِّ، وَتَأْتِي
الطَّائِفَةُ الْأُخْرَى فَيُصَلِّي بِهَا رَكْعَةً ثُمَّ تُتِمُّ لِنَفْسِهَا وَيُسَلِّمُ
بِهَا.
Pertama: Jika musuh berada di arah
selain qiblat: Imam membagi pasukannya menjadi 2 kelompok. Satu kelompok
berjaga menghadap musuh, dan satu kelompok Sholat di belakang imam. Imam Sholat
satu roka’at bersama kelompok yang di belakangnya, kemudian kelompok ini menyempurnakan
sendiri Sholatnya (satu roka’at lagi), lalu mereka maju untuk berjaga
menggantikan kelompok pertama. Kemudian, kelompok yang tadi berjaga datang, dan
imam Sholat satu roka’at bersama mereka, lalu imam menyelesaikan Sholatnya.
Kelompok kedua ini kemudian menyempurnakan Sholat mereka sendiri dan imam
menunggu untuk salam bersama mereka.
وَالثَّانِي أَنْ يَكُونَ الْعَدُوُّ فِي جِهَةِ
الْقِبْلَةِ فَيَصُفُّهُمُ الْإِمَامُ صَفَّيْنِ، وَيُحْرِمُ بِهِمْ، فَإِذَا سَجَدَ
سَجَدَ مَعَهُ أَحَدُ الصَّفَّيْنِ، وَوَقَفَ الصَّفُّ الْآخَرُ يَحْرُسُهُمْ، فَإِذَا
رَفَعَ سَجَدُوا وَلَحِقُوهُ.
Kedua: Jika musuh berada di arah qiblat:
Imam menyusun pasukan dalam 2 barisan dan memulai Sholat bersama semuanya.
Ketika imam sujud, salah satu barisan ikut sujud bersamanya sementara barisan
yang lain tetap berdiri menjaga. Ketika imam bangkit dari sujud, barisan yang
tadinya berjaga kemudian sujud dan menyusul imam.
وَالثَّالِثُ أَنْ يَكُونَ فِي شِدَّةِ الْخَوْفِ
وَالْتِحَامِ الْحَرْبِ، فَيُصَلِّي كَيْفَ أَمْكَنَهُ رَاجِلًا أَوْ رَاكِبًا مُسْتَقْبِلَ
الْقِبْلَةِ وَغَيْرَ مُسْتَقْبِلٍ لَهَا.
Ketiga: Jika kondisi sangat genting
dan pertempuran berkecamuk: Maka setiap orang Sholat sesuai kemampuannya, baik
sambil berjalan kaki atau di atas kendaraan, baik menghadap qiblat maupun
tidak.
[Pakaian Sutra dan
Emas]
فَصْلٌ: وَيَحْرُمُ عَلَى الرِّجَالِ لُبْسُ
الْحَرِيرِ، وَالتَّخَتُّمُ بِالذَّهَبِ وَيَحِلُّ لِلنِّسَاءِ، وَقَلِيلُ الذَّهَبِ
وَكَثِيرُهُ فِي التَّحْرِيمِ سَوَاءٌ.
Fasl: Diharomkan bagi laki-laki untuk memakai pakaian
sutra dan cincin emas, namun keduanya halal bagi perempuan. Sedikit ataupun
banyak emas, hukum haromnya bagi laki-laki adalah sama.
وَإِذَا كَانَ بَعْضُ الثَّوْبِ
إِبْرِيسَمًا وَبَعْضُهُ قُطْنًا أَوْ كَتَّانًا جَازَ لُبْسُهُ مَا لَمْ يَكُنِ الْإِبْرِيسَمُ
غَالِبًا.
Jika sebagian kain terbuat dari sutra dan sebagian lainnya
dari katun atau linen, maka boleh dipakai selama bahan sutranya tidak lebih
dominan.
[Hukum Seputar Janazah]
فَصْلٌ: وَيَلْزَمُ فِي الْمَيِّتِ
أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: غُسْلُهُ، وَتَكْفِينُهُ، وَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ، وَدَفْنُهُ.
Fasl: Ada 4 kewajiban terhadap janazah:
memandikannya, mengkafaninya, men-Sholatkannya, dan menguburkannya.
[Memandikan Janazah]
وَاثْنَانِ لَا يُغْسَلَانِ وَلَا
يُصَلَّى عَلَيْهِمَا: الشَّهِيدُ فِي مَعْرَكَةِ الْمُشْرِكِينَ، وَالسَّقْطُ الَّذِي
لَمْ يَسْتَهِلَّ صَارِخًا.
Ada 2 jenis orang yang tidak dimandikan dan tidak
di-Sholatkan: orang yang mati syahid di medan perang melawan kaum musyrikin, dan
bayi keguguran yang tidak sempat bersuara (menangis) saat lahir.
وَيُغْسَلُ الْمَيِّتُ وِتْرًا،
وَيَكُونُ فِي أَوَّلِ غَسْلِهِ سِدْرٌ وَفِي آخِرِهِ شَيْءٌ مِنْ كَافُورٍ.
Janazah (dianjurkan)
dimandikan dalam hitungan ganjil. Pada basuhan pertama, dianjurkan
menggunakan daun bidara, dan pada basuhan terakhir menggunakan sedikit kapur
barus.
[Mengkafani Janazah]
وَيُكَفَّنُ فِي ثَلَاثَةِ أَثْوَابٍ بِيضٍ،
لَيْسَ فِيهَا قَمِيصٌ وَلَا عِمَامَةٌ.
Janazah laki-laki dikafani dengan 3 helai kain putih, tanpa
baju kurung ataupun sorban.
[Mensholati Janazah]
وَيُكَبَّرُ عَلَيْهِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ: يَقْرَأُ
الْفَاتِحَةَ بَعْدَ الْأُولَى، وَيُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ ﷺ بَعْدَ الثَّانِيَةِ،
وَيَدْعُو لِلْمَيِّتِ بَعْدَ الثَّالِثَةِ
Janazah di-Sholatkan dengan 4 kali takbir: [1] setelah takbir pertama, membaca Al-Fatihah; [2] setelah takbir kedua, membaca sholawat untuk
Nabi ﷺ, [3] setelah takbir
ketiga, mendoakan janazah.
«اللَّهُمَّ هَذَا
عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدَيْكَ خَرَجَ مِنْ رَوْحِ الدُّنْيَا وَسِعَتِهَا وَمَحْبُوبِهِ
وَأَحِبَّائِهِ فِيهَا إِلَى ظُلْمَةِ الْقَبْرِ وَمَا هُوَ لَاقِيهِ،
Yaitu dengan
mengucapkan: “Ya Alloh, ini adalah
hamba-Mu, anak dari 2 hamba-Mu. Ia telah keluar dari kesenangan dan kelapangan
dunia, serta dari orang-orang yang ia cintai di dalamnya, menuju kegelapan
kubur dan apa yang akan ia temui.
كَانَ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ،
وَأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا.
Dulu ia bersaksi bahwa tiada yang berhak disembah selain
Engkau semata, tiada sekutu bagi-Mu, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan
Rosul-Mu, dan Engkau lebih mengetahui keadaannya daripada kami.
اللَّهُمَّ إِنَّهُ نَزَلَ بِكَ
وَأَنْتَ خَيْرُ مَنْزُولٍ بِهِ، وَأَصْبَحَ فَقِيرًا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَنْتَ غَنِيٌّ
عَنْ عَذَابِهِ، وَقَدْ جِئْنَاكَ رَاغِبِينَ إِلَيْكَ شُفَعَاءَ لَهُ.
Ya Alloh, sesungguhnya ia kini datang kepada-Mu, dan
Engkaulah sebaik-baik tempat bersinggah. Ia kini sangat membutuhkan rohmat-Mu,
sementara Engkau tidak butuh untuk mengazabnya. Kami datang kepada-Mu dengan
penuh harap, memohonkan syafa’at untuknya.
اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ مُحْسِنًا
فَزِدْ فِي إِحْسَانِهِ، وَإِنْ كَانَ مُسِيئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ، وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ
رِضَاكَ، وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَهُ، وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ، وَجَافِ
الْأَرْضَ عَنْ جَنْبَيْهِ، وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ الْأَمْنَ مِنْ عَذَابِكَ، وَحَتَّى
تَبْعَثَهُ آمِنًا إِلَى جَنَّتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ»
Ya Alloh, jika ia adalah orang baik, maka tambahkanlah
kebaikannya. jika ia adalah orang yang berbuat buruk, maka maafkanlah
kesalahannya. Pertemukanlah ia dengan ridho-Mu berkat rohmat-Mu. Lindungilah ia
dari fitnah dan azab kubur. Lapangkanlah kuburnya untuknya, dan jauhkanlah himpitan
bumi dari kedua sisi tubuhnya. Pertemukanlah ia, dengan rohmat-Mu, pada
keamanan dari azab-Mu, hingga Engkau membangkitkannya dalam keadaan aman menuju
Surga-Mu, wahai Yang Paling Pengasih di antara para pengasih.”
وَيَقُولُ بَعْدَ الرَّابِعَةِ:
«اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ، وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ، وَاغْفِرْ لَنَا
وَلَهُ»، وَيُسَلِّمُ بَعْدَ الرَّابِعَةِ.
[4] Setelah
takbir keempat, membaca: “Ya Alloh, janganlah Engkau halangi kami dari pahalanya,
dan janganlah Engkau beri kami cobaan sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan
dia.” Kemudian mengucapkan salam setelah takbir keempat.
[Menguburkan Janazah]
وَيُدْفَنُ فِي لَحْدٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ،
وَيُسَلُّ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ بِرِفْقٍ وَيَقُولُ الَّذِي يُلْحِدُهُ: «بِسْمِ اللَّهِ
وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ».
Janazah dikuburkan di dalam liang lahad dengan posisi
menghadap qiblat. Janazah dimasukkan ke dalam liang dari arah kepala secara
perlahan. Orang yang memasukkannya ke liang lahad mengucapkan: “Bismillah wa
‘ala millati Rosulillah (Dengan nama Alloh dan di atas agama Rosulullah ﷺ)”.
وَيُضْجَعُ فِي الْقَبْرِ بَعْدَ
أَنْ يُعَمَّقَ قَامَةً وَبَسْطَةً، وَيُسْطَحَ الْقَبْرُ وَلَا يُبْنَى عَلَيْهِ وَلَا
يُجَصَّصُ.
Janazah dibaringkan di dalam kubur setelah digali sedalam
tinggi orang dewasa ditambah satu rentangan tangan. Permukaan kubur diratakan,
tidak dibangun bangunan di atasnya, dan tidak dilapisi semen.
وَلَا بَأْسَ بِالْبُكَاءِ عَلَى
الْمَيِّتِ مِنْ غَيْرِ نَوْحٍ، وَلَا شَقِّ جَيْبٍ.
Tidak mengapa menangisi janazah selama tidak disertai dengan
ratapan histeris (niyahah)
atau merobek-robek kerah baju.
وَيُعَزَّى أَهْلُهُ إِلَى ثَلَاثَةِ
أَيَّامٍ مِنْ دَفْنِهِ، وَلَا يُدْفَنُ اثْنَانِ فِي قَبْرٍ إِلَّا لِحَاجَةٍ.
Keluarga janazah dihibur (di-ta’ziyah) hingga 3 hari setelah
pemakaman. Tidak boleh menguburkan 2 janazah dalam satu liang kubur kecuali ada
kebutuhan mendesak.
KITAB ZAKAT
[Jenis Harta Wajib
Zakat]
تَجِبُ الزَّكَاةُ فِي خَمْسَةِ
أَشْيَاءَ وَهِيَ: الْمَوَاشِي،
وَالْأَثْمَانُ، وَالزُّرُوعُ، وَالثِّمَارُ، وَعُرُوضُ التِّجَارَةِ.
Zakat menjadi wajib pada 5 jenis harta: [1] hewan ternak (onta, sapi, kambing), [2] harta berharga (emas dan
perak), [3] hasil pertanian (tanaman), [4] hasil perkebunan
(buah-buahan), dan [5] barang
dagangan.
فَأَمَّا الْمَوَاشِي فَتَجِبُ الزَّكَاةُ
فِي ثَلَاثَةِ أَجْنَاسٍ مِنْهَا وَهِيَ: الْإِبِلُ وَالْبَقَرُ وَالْغَنَمُ. وَشَرَائِطُ وُجُوبِهَا سِتَّةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ، وَالْحُرِّيَّةُ،
وَالْمِلْكُ التَّامُّ، وَالنِّصَابُ، وَالْحَوْلُ، وَالسَّوْمُ.
Hewan Ternak: Zakat wajib pada 3 jenis hewan ternak,
yaitu: unta, sapi (termasuk kerbau), dan kambing (termasuk domba). Syarat
wajibnya ada 6: Islam, merdeka, kepemilikan penuh, mencapai jumlah minimal (nishob),
telah dimiliki selama satu tahun (haul), dan digembalakan di padang rumput (bukan
diberi pakan di kandang).
وَأَمَّا الْأَثْمَانُ فَشَيْئَانِ: الذَّهَبُ وَالْفِضَّةُ. وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الزَّكَاةِ فِيهَا خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ، وَالْحُرِّيَّةُ،
وَالْمِلْكُ التَّامُّ، وَالنِّصَابُ، وَالْحَوْلُ.
Harta Berharga: Ada 2 jenis, yaitu emas dan perak.
Syarat wajibnya ada 5: Islam, merdeka, kepemilikan penuh, mencapai nishob, dan telah dimiliki selama satu
tahun (haul).
وَأَمَّا الزُّرُوعُ فَتَجِبُ الزَّكَاةُ
فِيهَا بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ مِمَّا يَزْرَعُهُ الْآدَمِيُّونَ، وَأَنْ
يَكُونَ قُوتًا مُدَّخَرًا، وَأَنْ يَكُونَ نِصَابًا وَهُوَ خَمْسَةُ أَوْسُقٍ لَا
قِشْرَ عَلَيْهَا.
Hasil Pertanian: Zakat menjadi wajib dengan 3 syarat:
merupakan tanaman yang biasa ditanam manusia, merupakan makanan pokok yang bisa
disimpan lama, dan telah mencapai nishob, yaitu 5 wasaq (setelah bersih
dari kulitnya).
وَأَمَّا الثِّمَارُ فَتَجِبُ الزَّكَاةُ
فِي شَيْئَيْنِ مِنْهَا:
ثَمَرَةُ النَّخْلِ وَثَمَرَةُ الْكَرْمِ. وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الزَّكَاةِ فِيهَا أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ،
وَالْحُرِّيَّةُ، وَالْمِلْكُ التَّامُّ، وَالنِّصَابُ.
Hasil Perkebunan: Zakat wajib pada 2 jenis buah: buah
kurma dan buah anggur. Syarat wajibnya ada 4: Islam, merdeka, kepemilikan
penuh, dan mencapai nishob.
وَأَمَّا عُرُوضُ التِّجَارَةِ، فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيهَا بِالشَّرَائِطِ
الْمَذْكُورَةِ فِي الْأَثْمَانِ.
Barang Dagangan: Zakat wajib pada barang dagangan
dengan syarat-syarat yang sama seperti pada emas dan perak.
[Nishob Unta]
فَصْلٌ: وَأَوَّلُ نِصَابِ الْإِبِلِ خَمْسٌ
وَفِيهَا شَاةٌ، وَفِي عَشْرٍ شَاتَانِ، وَفِي خَمْسَ عَشْرَةَ ثَلَاثُ شِيَاهٍ، وَفِي
عِشْرِينَ أَرْبَعُ شِيَاهٍ، وَفِي خَمْسٍ وَعِشْرِينَ بِنْتُ مَخَاضٍ، وَفِي سِتٍّ
وَثَلَاثِينَ بِنْتُ لَبُونٍ، وَفِي سِتٍّ وَأَرْبَعِينَ حِقَّةٌ، وَفِي إِحْدَى وَسِتِّينَ
جَذَعَةٌ، وَفِي سِتٍّ وَسَبْعِينَ بِنْتُ لَبُونٍ، وَفِي إِحْدَى وَتِسْعِينَ حِقَّتَانِ،
وَفِي مِائَةٍ وَإِحْدَى وَعِشْرِينَ ثَلَاثُ بَنَاتِ لَبُونٍ، ثُمَّ فِي كُلِّ أَرْبَعِينَ
بِنْتُ لَبُونٍ، وَفِي كُلِّ خَمْسِينَ حِقَّةٌ.
Fasl: Nishob (batas minimal) untuk unta adalah
sebagai berikut:
5 ekor unta, Zakatnya 1 ekor kambing.
10 ekor unta, Zakatnya 2 ekor kambing.
15 ekor unta, Zakatnya 3 ekor kambing.
20 ekor unta, Zakatnya 4 ekor kambing.
25 ekor unta, Zakatnya 1 ekor unta betina umur 1 tahun
(bintu makhodh).
36 ekor unta, Zakatnya 1 ekor unta betina umur 2 tahun
(bintu labun).
46 ekor unta, Zakatnya 1 ekor unta betina umur 3 tahun
(hiqqoh).
61 ekor unta, Zakatnya 1 ekor unta betina umur 4 tahun
(jadza’ah).
76 ekor unta, Zakatnya 2 ekor unta betina umur 2 tahun
(bintu labun).
91 ekor unta, Zakatnya 2 ekor unta betina umur 3 tahun
(hiqqoh).
121 ekor unta, Zakatnya 3 ekor unta betina umur 2 tahun
(bintu labun).
Selanjutnya, setiap kelipatan 40 ekor, Zakatnya 1 ekor unta
betina umur 2 tahun (bintu labun), dan setiap kelipatan 50 ekor, Zakatnya 1
ekor unta betina umur 3 tahun (hiqqoh).
[Nishob Sapi]
فَصْلٌ: وَأَوَّلُ نِصَابِ الْبَقَرِ ثَلَاثُونَ
وَفِيهَا تَبِيعٌ، وَفِي أَرْبَعِينَ مُسِنَّةٌ، وَعَلَى هَذَا فَقِسْ.
Fasl: Nishob awal untuk sapi adalah 30 ekor, Zakatnya
1 ekor sapi jantan umur 1 tahun (tabi’). Jika mencapai 40 ekor, Zakatnya 1 ekor
sapi betina umur 2 tahun (musinnah). Begitulah perhitungannya dan seterusnya.
[Nishob Kambing]
فَصْلٌ: وَأَوَّلُ نِصَابِ الْغَنَمِ أَرْبَعُونَ
وَفِيهَا شَاةٌ جَذَعَةٌ مِنَ الضَّأْنِ أَوْ ثَنِيَّةٌ مِنَ الْمَعْزِ، وَفِي مِائَةٍ
وَإِحْدَى وَعِشْرِينَ شَاتَانِ، وَفِي مِائَتَيْنِ وَوَاحِدَةٍ ثَلَاثُ شِيَاهٍ، وَفِي
أَرْبَعِمِائَةٍ أَرْبَعُ شِيَاهٍ، ثُمَّ فِي كُلِّ مِائَةٍ شَاةٌ.
Fasl: Nishob awal untuk kambing adalah 40 ekor,
Zakatnya 1 ekor kambing (domba umur 1 tahun atau kambing kacang umur 2 tahun).
Jika mencapai 121 ekor, Zakatnya 2 ekor kambing. Jika mencapai 201 ekor,
Zakatnya 3 ekor kambing. Jika mencapai 400 ekor, Zakatnya 4 ekor kambing.
Selanjutnya, setiap kelipatan 100 ekor, Zakatnya 1 ekor kambing.
[Gabungan Ternak
(Kholithon)]
فَصْلٌ: وَالْخَلِيطَانِ يُزَكِّيَانِ زَكَاةَ
الْوَاحِدِ بِسَبْعَةِ شَرَائِطَ: إِذَا كَانَ الْمَرَاحُ وَاحِدًا، وَالْمَسْرَحُ
وَاحِدًا، وَالْمَرْعَى وَاحِدًا، وَالْفَحْلُ وَاحِدًا، وَالْمَشْرَبُ وَاحِدًا، وَالْحَالِبُ
وَاحِدًا، وَمَوْضِعُ الْحَلْبِ وَاحِدًا.
Fasl: Dua orang yang menggabungkan ternaknya akan
membayar Zakat seolah-olah ternak itu milik satu orang, jika memenuhi 7 syarat:
[1] kandang istirahatnya satu, [2] tempat penggembalaannya satu, [3] padang rumputnya satu, [4] pejantannya satu (digunakan bersama), [5] sumber air minumnya satu, [6] petugas pemerahnya satu, dan [7] tempat pemerahan susunya satu.
[Nishob Emas dan Perak]
فَصْلٌ: وَنِصَابُ الذَّهَبِ: عِشْرُونَ مِثْقَالًا وَفِيهِ
رُبْعُ الْعُشْرِ وَهُوَ نِصْفُ مِثْقَالٍ، وَفِيمَا زَادَ بِحِسَابِهِ.
Fasl: Nishob emas adalah 20 mitsqol (sekitar 85 gram),
Zakatnya seperempat dari sepersepuluh (2,5%), yaitu setengah mitsqal [yakni
bila seseorang punya emas 20 mitsqol (85 gram), maka zakatnya ½ mitsqol (2,125
gram emas). Jika lebih dari nishob, zakat dihitung proporsional 2,5% dari
total]. Kelebihannya dihitung secara proporsional.
وَنِصَابُ الْوَرِقِ: مِائَتَا دِرْهَمٍ وَفِيهِ رُبْعُ
الْعُشْرِ وَهُوَ خَمْسَةُ دَرَاهِمَ وَفِيمَا زَادَ بِحِسَابِهِ، وَلَا تَجِبُ فِي
الْحُلِيِّ الْمُبَاحِ زَكَاةٌ.
Nishob perak adalah 200 dirham (sekitar 595 gram), Zakatnya
seperempat dari sepersepuluh (2,5%), yaitu 5 dirham. Kelebihannya dihitung
secara proporsional. Tidak ada Zakat pada perhiasan yang mubah (dipakai).
[Nishob Hasil Pertanian
dan Perkebunan]
فَصْلٌ: وَنِصَابُ الزُّرُوعِ وَالثِّمَارِ: خَمْسَةُ أَوْسُقٍ، وَهِيَ أَلْفٌ
وَسِتُّمِائَةِ رِطْلٍ بِالْعِرَاقِيِّ، وَفِيمَا زَادَ بِحِسَابِهِ، وَفِيهَا إِنْ
سُقِيَتْ بِمَاءِ السَّمَاءِ أَوِ السَّيْحِ الْعُشْرُ، وَإِنْ سُقِيَتْ بِدُولَابٍ
أَوْ نَضْحٍ نِصْفُ الْعُشْرِ.
Fasl: Nishob untuk hasil pertanian dan perkebunan
adalah 5 wasaq, yaitu setara dengan 1.600 rithl Irak (sekitar 653
kg). Kelebihannya dihitung secara proporsional. Kadar Zakatnya adalah 10% jika
diairi oleh air hujan atau aliran sungai alami, dan 5% jika diairi dengan alat
penyiram atau kincir (membutuhkan biaya).
[Barang Dagangan, Hasil
Tambang, dan Harta Karun]
فَصْلٌ: وَتُقَوَّمُ عُرُوضُ التِّجَارَةِ
عِنْدَ آخِرِ الْحَوْلِ بِمَا اشْتُرِيَتْ بِهِ، وَيَخْرُجُ مِنْ ذَلِكَ رُبْعُ الْعُشْرِ.
Fasl: Barang dagangan dinilai harganya pada akhir
tahun (haul) berdasarkan harga belinya, lalu dikeluarkan Zakatnya sebesar 2,5%.
وَمَا اسْتُخْرِجَ مِنْ مَعَادِنِ
الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ يُخْرَجُ مِنْهُ رُبْعُ الْعُشْرِ فِي الْحَالِ.
Hasil yang diekstrak dari tambang emas dan perak,
dikeluarkan Zakatnya sebesar 2,5% pada saat itu juga (saat ditemukan).
وَمَا يُوجَدُ مِنَ الرِّكَازِ فَفِيهِ
الْخُمُسُ.
Adapun harta temuan (rikaz), Zakatnya adalah
seperlima (20%).
[Zakat Fithri]
فَصْلٌ: وَتَجِبُ زَكَاةُ الْفِطْرِ
بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ، وَبِغُرُوبِ الشَّمْسِ مِنْ آخِرِ يَوْمٍ
مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ، وَوُجُودُ الْفَضْلِ عَنْ قُوتِهِ وَقُوتِ عِيَالِهِ فِي ذَلِكَ
الْيَوْمِ.
Fasl: Zakat Fithri menjadi wajib karena 3 hal: [1] Islam, [2] mendapati
terbenamnya matahari di hari terakhir bulan Romadhon, dan [3] memiliki kelebihan makanan pokok untuk dirinya
dan keluarganya pada hari itu.
وَيُزَكِّي عَنْ نَفْسِهِ وَعَمَّنْ
تَلْزَمُهُ نَفَقَتُهُ مِنَ الْمُسْلِمِينَ صَاعًا مِنْ قُوتِ بَلَدِهِ، وَقَدْرُهُ
خَمْسَةُ أَرْطَالٍ وَثُلُثٌ بِالْعِرَاقِيِّ.
Seseorang wajib membayarkan Zakat untuk dirinya dan untuk
orang-orang Muslim yang menjadi tanggungannya. Zakatnya berupa satu sho’ (sekitar 2,5 - 3 kg) dari makanan
pokok di daerahnya, yang ukurannya setara dengan 5 sepertiga rithl Irak.
[Delapan Golongan
Penerima Zakat]
فَصْلٌ: وَتُدْفَعُ الزَّكَاةُ إِلَى الْأَصْنَافِ
الثَّمَانِيَةِ الَّذِينَ ذَكَرَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْعَزِيزِ فِي
قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ
وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ
وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ﴾ [التوبة: 60]
Fasl: Zakat disalurkan kepada 8 golongan yang telah
disebutkan oleh Alloh Ta’ala dalam Kitab-Nya yang mulia, dalam
firman-Nya: “Sesungguhnya Zakat itu hanyalah untuk: [1] orang fakir, [2] orang miskin, [3] amil Zakat, [4] orang yang dilunakkan
hatinya (muallaf), [5] untuk
(memerdekakan) hamba sahaya, [6] untuk
(membebaskan) orang yang berutang, [7] untuk jalan Alloh (fi sabilillah), dan [8] untuk orang yang sedang dalam
perjalanan (ibnu sabil)...” (QS. At-Taubah: 60)
وَإِلَى مَنْ يُوجَدُ مِنْهُمْ وَلَا
يَقْتَصِرُ عَلَى أَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ كُلِّ صِنْفٍ إِلَّا الْعَامِلَ.
Zakat diberikan kepada siapa saja yang ditemukan dari
golongan-golongan tersebut, dan tidak boleh diberikan kurang dari 3 orang untuk
setiap golongan, kecuali untuk ‘amil (petugas Zakat).
وَخَمْسَةٌ لَا يَجُوزُ دَفْعُهَا
إِلَيْهِمْ: الْغَنِيُّ بِمَالٍ أَوْ كَسْبٍ، وَالْعَبْدُ، وَبَنُو هَاشِمٍ، وَبَنُو
الْمُطَّلِبِ، وَالْكَافِرُ، وَمَنْ تَلْزَمُ الْمُزَكِّي نَفَقَتُهُ، لَا يَدْفَعُهَا
إِلَيْهِمْ بِاسْمِ الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ.
Ada 5 golongan yang tidak boleh menerima Zakat: [1] orang kaya (baik karena harta maupun
pekerjaan), [2] budak, [3] keturunan Bani Hasyim dan Bani Al-Muththolib, [4] orang kafir, dan [5]
orang yang nafkahnya menjadi tanggungan si pembayar Zakat (tidak boleh
diberikan kepada mereka atas nama fakir dan miskin).
KITAB PUASA
[Syarat Wajib Puasa]
وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الصِّيَامِ
أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ، وَالْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْقُدْرَةُ
عَلَى الصَّوْمِ.
Syarat wajibnya Puasa ada 4: [1] Islam, [2] baligh (dewasa), [3] berakal, dan [4] mampu untuk ber-Puasa.
[Rukun Puasa]
وَفَرَائِضُ الصَّوْمِ أَرْبَعَةُ
أَشْيَاءَ: النِّيَّةُ،
وَالْإِمْسَاكُ عَنِ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، وَالْجِمَاعِ، وَتَعَمُّدُ الْقَيْءِ.
Rukun Puasa ada 4: [1] niat, [2]
menahan diri dari makan dan minum, [3] menahan diri dari
hubungan suami-istri, [4] menahan diri dari muntah yang
disengaja.
[Yang Membatalkan Puasa]
وَالَّذِي يُفْطِرُ بِهِ الصَّائِمُ
عَشَرَةُ أَشْيَاءَ: مَا وَصَلَ عَمْدًا إِلَى الْجَوْفِ أَوِ الرَّأْسِ، وَالْحُقْنَةُ
فِي أَحَدِ السَّبِيلَيْنِ، وَالْقَيْءُ عَمْدًا، وَالْوَطْءُ عَمْدًا فِي الْفَرْجِ،
وَالْإِنْزَالُ عَنْ مُبَاشَرَةٍ، وَالْحَيْضُ، وَالنِّفَاسُ، وَالْجُنُونُ، وَالْإِغْمَاءُ
كُلَّ الْيَوْمِ، وَالرِّدَّةُ.
Yang membatalkan Puasa ada 10: [1]
masuknya sesuatu secara sengaja ke dalam rongga tubuh (jauf) atau kepala,
[2] memasukkan sesuatu melalui salah satu
dari 2 jalan (qubul atau dubur), seperti pengobatan dengan enema, [3] muntah dengan sengaja, [4] berhubungan badan secara sengaja di kemaluan, [5] keluarnya mani karena sentuhan fisik langsung,
[6] haidh, [7]
nifas, [8] gila, [9]
pingsan sepanjang hari, [10] murtad.
[Yang Dianjurkan dalam Puasa]
وَيُسْتَحَبُّ فِي الصَّوْمِ ثَلَاثَةُ
أَشْيَاءَ: تَعْجِيلُ
الْفِطْرِ، وَتَأْخِيرُ السَّحُورِ، وَتَرْكُ الْهَجْرِ مِنَ الْكَلَامِ.
Ada 3 hal yang dianjurkan saat ber-Puasa: [1] menyegerakan berbuka, [2] mengakhirkan
makan sahur, [3] meninggalkan perkataan yang tidak
berguna dan jorok.
[Hari yang Diharomkan
Berpuasa]
وَيَحْرُمُ صِيَامُ خَمْسَةِ أَيَّامٍ: الْعِيدَانِ، وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ
الثَّلَاثَةُ.
Diharomkan ber-Puasa pada 5 hari: hari raya ‘Idul Fithri dan
‘Idul Adha, serta 3 hari Tasyriq sesudahnya.
وَيُكْرَهُ صَوْمُ يَوْمِ الشَّكِّ
إِلَّا أَنْ يُوَافِقَ عَادَةً لَهُ أَوْ يَصِلَهُ بِمَا قَبْلَهُ.
Dimakruhkan ber-Puasa pada yaum asy-syakk (hari yang
diragukan, tanggal 30 Sya’ban), kecuali jika Puasa itu bertepatan dengan
kebiasaan Puasa sunnahnya atau ia menyambungnya dengan Puasa hari sebelumnya.
وَمَنْ وَطِئَ فِي نَهَارِ رَمَضَانَ
عَامِدًا فِي الْفَرْجِ فَعَلَيْهِ الْقَضَاءُ وَالْكَفَّارَةُ وَهِيَ عِتْقُ رَقَبَةٍ
مُؤْمِنَةٍ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ، فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا لِكُلِّ مِسْكِينٍ مُدٌّ.
Siapa berhubungan badan di siang hari Romadhon secara
sengaja melalui kemaluan, maka ia wajib meng-qodho (mengganti) Puasanya dan
membayar kaffarot (denda). Kaffarotnya berupa: memerdekakan seorang budak Mu’min. Jika tidak menemukan,
maka ber-Puasa selama 2 bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, maka memberi
makan 6 puluh orang miskin, masing-masing satu mudd (± 0,75 kg).
وَمَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ
مِنْ رَمَضَانَ أُطْعِمَ عَنْهُ لِكُلِّ يَوْمٍ مُدٌّ.
Siapa meninggal dan masih memiliki utang Puasa Romadhon,
maka utangnya dibayar dengan cara memberi makan (satu orang miskin) sebesar
satu mudd untuk setiap hari
Puasa yang ditinggalkan.
وَالشَّيْخُ إِذَا عَجَزَ عَنِ الصَّوْمِ
يُفْطِرُ وَيُطْعِمُ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مُدًّا.
Orang tua yang sudah sangat lemah dan tidak mampu ber-Puasa,
boleh berbuka dan wajib membayar fidyah dengan memberi makan satu orang miskin
sebesar satu mudd untuk
setiap harinya.
وَالْحَامِلُ وَالْمُرْضِعُ إِنْ
خَافَتَا عَلَى أَنْفُسِهِمَا أَفْطَرَتَا وَعَلَيْهِمَا الْقَضَاءُ، وَإِنْ خَافَتَا
عَلَى أَوْلَادِهِمَا أَفْطَرَتَا وَعَلَيْهِمَا الْقَضَاءُ وَالْكَفَّارَةُ عَنْ كُلِّ
يَوْمٍ مُدٌّ، وَهُوَ رِطْلٌ وَثُلُثٌ بِالْعِرَاقِيِّ.
Wanita hamil dan menyusui, jika khawatir akan kesehatan diri
mereka sendiri, boleh berbuka dan hanya wajib meng-qodho. Namun, jika mereka
khawatir akan kesehatan anak mereka, maka mereka boleh berbuka, dan wajib
meng-qodho serta membayar kaffarot (fidyah) sebesar satu mudd
untuk setiap hari. Ukuran satu mudd
adalah satu sepertiga rithl Irak.
وَالْمَرِيضُ وَالْمُسَافِرُ سَفَرًا
طَوِيلًا يُفْطِرَانِ وَيَقْضِيَانِ.
Orang sakit dan musafir yang menempuh perjalanan jauh boleh
berbuka, dan keduanya wajib meng-qodho Puasanya.
[I’tikaf]
فَصْلٌ: وَالِاعْتِكَافُ سُنَّةٌ
مُسْتَحَبَّةٌ، وَلَهُ شَرْطَانِ:
النِّيَّةُ وَاللَّبْثُ فِي الْمَسْجِدِ.
Fasl: I’tikaf adalah ibadah sunnah yang dianjurkan. I’tikaf
memiliki 2 syarat: niat dan berdiam diri di dalam Masjid.
وَلَا يَخْرُجُ مِنَ الِاعْتِكَافِ
الْمَنْذُورِ إِلَّا لِحَاجَةِ الْإِنْسَانِ أَوْ عُذْرٍ مِنْ حَيْضٍ أَوْ مَرَضٍ لَا
يُمْكِنُ الْمَقَامُ مَعَهُ، وَيَبْطُلُ بِالْوَطْءِ.
Seseorang tidak boleh keluar dari i’tikaf yang dinadzarkan
kecuali untuk kebutuhan mendesak sebagai manusia (seperti buang hajat) atau
karena udzur seperti haidh atau sakit yang tidak memungkinkan untuk tetap
berada di Masjid. I’tikaf menjadi batal karena hubungan suami-istri.
KITAB HAJI
[Syarat Wajib Haji]
وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الْحَجِّ سَبْعَةُ
أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ،
وَالْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَوُجُودُ الزَّادِ وَالرَّاحِلَةِ، وَتَخْلِيَةُ
الطَّرِيقِ، وَإِمْكَانُ الْمَسِيرِ.
Syarat wajibnya Haji ada 7: [1] Islam, [2] baligh, [3] berakal, [4] merdeka, [5] memiliki bekal dan kendaraan, [6] perjalanan yang aman, dan [7] memungkinkan untuk melakukan
perjalanan.
[Rukun Haji dan Umroh]
وَأَرْكَانُ الْحَجِّ أَرْبَعَةٌ: الْإِحْرَامُ مَعَ النِّيَّةِ،
وَالْوُقُوفُ بِعَرَفَةَ، وَالطَّوَافُ بِالْبَيْتِ، وَالسَّعْيُ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ.
Rukun Haji ada 4: [1] Ihrom
disertai niat, [2] Wukuf di Arofah, [3] Thowaf
di Baitullah (Ka’bah), [4] Sa’i antara Shofa dan Marwah.
وَأَرْكَانُ الْعُمْرَةِ أَرْبَعَةٌ: الْإِحْرَامُ، وَالطَّوَافُ، وَالسَّعْيُ،
وَالْحَلْقُ أَوِ التَّقْصِيرُ فِي أَحَدِ الْقَوْلَيْنِ.
Rukun ‘Umroh ada 4: [1] Ihrom, [2] Thowaf,
[3] Sa’i, dan [4] Halq (menggundul)
atau Taqshir (memendekkan rambut), menurut salah satu dari 2 pendapat.
[Wajib Haji]
وَوَاجِبَاتُ الْحَجِّ غَيْرُ الْأَرْكَانِ
ثَلَاثَةٌ: الْإِحْرَامُ
مِنَ الْمِيقَاتِ، وَرَمْيُ الْجِمَارِ الثَّلَاثِ، وَالْحَلْقُ.
Kewajiban-kewajiban Haji selain rukun ada 3: [1] Ihrom dari miqot
(batas tempat memulai Haji yang
telah ditentukan), [2] Melempar 3 Jumroh, [3] Halq
(mencukur rambut).
[Sunnah Haji]
وَسُنَنُ الْحَجِّ سَبْعٌ: الْإِفْرَادُ وَهُوَ تَقْدِيمُ
الْحَجِّ عَلَى الْعُمْرَةِ، وَالتَّلْبِيَةُ، وَطَوَافُ الْقُدُومِ، وَالْمَبِيتُ
بِمُزْدَلِفَةَ، وَرَكْعَتَا الطَّوَافِ، وَالْمَبِيتُ بِمِنَى، وَطَوَافُ الْوَدَاعِ.
Sunnah-sunnah Haji ada 7: [1]
Haji Ifrod (mengerjakan Haji terlebih dahulu baru ‘Umroh), [2] membaca talbiyah, [3]
thowaf qudum (thowaf pertama datang), [4] bermalam
di Muzdalifah, [5] Sholat sunnah 2 roka’at
setelah thowaf, [6] bermalam di Mina, [7] thowaf wada’ (thowaf perpisahan).
وَيَتَجَرَّدُ الرَّجُلُ عِنْدَ
الْإِحْرَامِ مِنَ الْمَخِيطِ، وَيَلْبَسُ إِزَارًا وَرِدَاءً أَبْيَضَيْنِ.
Saat berihrom, laki-laki harus melepaskan pakaian berjahit (pakaian yang ada lubang leher dan
lengan), dan mengenakan sehelai kain sarung (izar) dan sehelai
kain selendang (rida’) yang berwarna putih.
[Larangan Ihrom]
فَصْلٌ: وَيَحْرُمُ عَلَى الْمُحْرِمِ
عَشَرَةُ أَشْيَاءَ: لُبْسُ الْمَخِيطِ، وَتَغْطِيَةُ الرَّأْسِ مِنَ الرَّجُلِ
وَالْوَجْهِ مِنَ الْمَرْأَةِ، وَتَرْجِيلُ الشَّعَرِ، وَحَلْقُهُ، وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ،
وَالطِّيبُ، وَقَتْلُ الصَّيْدِ، وَعَقْدُ النِّكَاحِ، وَالْوَطْءُ، وَالْمُبَاشَرَةُ
بِشَهْوَةٍ.
Fasl: Ada 10 hal yang dilarang bagi orang yang sedang
berihrom: [1] mengenakan pakaian berjahit (bagi laki-laki), [2] menutup kepala
(bagi laki-laki) dan menutup wajah (bagi perempuan), [3] menyisir rambut, [4]
mencukur rambut, [5] memotong kuku, [6] memakai
wewangian, [7] membunuh hewan buruan, [8] melangsungkan
akad nikah, [9] berhubungan suami-istri, [10] bercumbu dengan syahwat.
[Fidyah]
وَفِي جَمِيعِ ذَلِكَ: الْفِدْيَةُ
إِلَّا عَقْدَ النِّكَاحِ فَإِنَّهُ لَا يَنْعَقِدُ، وَلَا يُفْسِدُهُ إِلَّا الْوَطْءُ
فِي الْفَرْجِ، وَلَا يَخْرُجُ مِنْهُ بِالْفَسَادِ.
Untuk semua pelanggaran di atas, dikenakan fidyah
(denda), kecuali akad nikah, karena akadnya menjadi tidak sah. Haji tidak
menjadi rusak kecuali karena melakukan hubungan suami-istri di kemaluan. Namun,
meskipun Hajinya rusak, ia tidak bisa keluar dari ihromnya begitu saja (tetap
harus menyelesaikan rangkaian ibadah).
وَمَنْ فَاتَهُ الْوُقُوفُ بِعَرَفَةَ
تَحَلَّلَ بِعَمَلِ عُمْرَةٍ، وَعَلَيْهِ الْقَضَاءُ وَالْهَدْيُ.
Siapa ketinggalan wukuf di Arofah, maka ia harus tahallul
(keluar dari ihrom) dengan cara mengerjakan amalan ‘Umroh, dan ia wajib
meng-qodho (mengganti) Hajinya di tahun berikutnya serta membayar hadyu (denda
berupa sembelihan hewan).
وَمَنْ تَرَكَ رُكْنًا لَمْ يَحِلَّ
مِنْ إِحْرَامِهِ حَتَّى يَأْتِيَ بِهِ.
Siapa meninggalkan salah satu rukun Haji, maka ia tidak bisa
keluar dari ihromnya sampai ia melaksanakan rukun tersebut.
KITAB JUAL BELI DAN MUAMALAH LAINNYA
الْبُيُوعُ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: بَيْعُ عَيْنٍ مُشَاهَدَةٍ فَجَائِزٌ،
وَبَيْعُ شَيْءٍ مَوْصُوفٍ فِي الذِّمَّةِ فَجَائِزٌ إِذَا وُجِدَتِ الصِّفَةُ عَلَى
مَا وُصِفَ بِهِ، وَبَيْعُ عَيْنٍ غَائِبَةٍ لَمْ تُشَاهَدْ وَلَمْ تُوصَفْ فَلَا يَجُوزُ.
Transaksi jual beli itu ada 3 macam: [1] jual
beli barang yang ada di depan mata dan bisa dilihat: Ini hukumnya boleh. [2] Jual beli barang yang sifat-sifatnya dijelaskan
secara rinci (sistem pesan): Ini hukumnya boleh, asalkan barang yang diterima
nantinya sesuai dengan deskripsi yang telah disepakati. [3] Jual
beli barang yang tidak ada di tempat, tidak bisa dilihat, dan juga tidak
dijelaskan sifatnya: Ini hukumnya tidak boleh.
وَيَصِحُّ بَيْعُ كُلِّ طَاهِرٍ مُنْتَفَعٍ
بِهِ مَمْلُوكٍ، وَلَا يَصِحُّ بَيْعُ عَيْنٍ نَجِسَةٍ وَلَا مَا لَا مَنْفَعَةَ فِيهِ.
Pada dasarnya, sah menjual setiap benda yang suci, bisa
diambil manfaatnya, dan dimiliki secara sah. Sebaliknya, tidak sah menjual
benda yang najis dan benda yang tidak memiliki manfaat.
[Riba]
فَصْلٌ: وَالرِّبَا فِي الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ
وَالْمَطْعُومَاتِ
Fasl: Riba terjadi pada emas, perak, dan bahan
makanan.
فَلَا يَجُوزُ بَيْعُ الذَّهَبِ
بِالذَّهَبِ وَلَا الْفِضَّةِ كَذَلِكَ إِلَّا مُتَمَاثِلًا نَقْدًا
Tidak boleh menjual emas dengan emas, atau perak dengan
perak, kecuali dengan takaran yang sama persis dan diserahterimakan saat itu
juga (tunai).
وَلَا بَيْعُ مَا ابْتَاعَهُ حَتَّى
يَقْبِضَهُ
Tidak boleh menjual barang yang sudah dibeli sebelum barang
itu diterima (diserahterimakan).
وَلَا بَيْعُ اللَّحْمِ بِالْحَيَوَانِ
Tidak boleh menjual daging dengan hewan hidup.
وَيَجُوزُ بَيْعُ الذَّهَبِ بِالْفِضَّةِ
مُتَفَاضِلًا نَقْدًا
Boleh menjual emas dengan perak dengan takaran yang berbeda,
asalkan diserahterimakan saat itu juga (tunai).
وَكَذَلِكَ الْمَطْعُومَاتُ، لَا
يَجُوزُ بَيْعُ الْجِنْسِ مِنْهَا بِمِثْلِهِ إِلَّا مُتَمَاثِلًا نَقْدًا، وَيَجُوزُ
بَيْعُ الْجِنْسِ مِنْهَا بِغَيْرِهِ مُتَفَاضِلًا نَقْدًا،
Begitu pula dengan bahan makanan: tidak boleh menjual satu
jenis bahan makanan dengan jenis yang sama (misal: gandum dengan gandum)
kecuali dengan takaran yang sama dan tunai. Namun, boleh menjual satu jenis
bahan makanan dengan jenis yang lain (misal: gandum dengan garam) dengan
takaran yang berbeda, asalkan diserahterimakan secara tunai.
وَلَا يَجُوزُ بَيْعُ الْغَرَرِ
Tidak boleh melakukan jual beli yang mengandung unsur
ketidakpastian (ghoror).
[Opsi dalam Jual Beli
(Khiyar)]
فَصْلٌ: وَالْمُتَبَايِعَانِ بِالْخِيَارِ
مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، وَلَهُمَا أَنْ يَشْتَرِطَا الْخِيَارَ إِلَى ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ،
وَإِذَا وُجِدَ بِالْمَبِيعِ عَيْبٌ فَلِلْمُشْتَرِي رَدُّهُ
Fasl: Penjual dan pembeli memiliki hak pilih (khiyar)
untuk melanjutkan atau membatalkan transaksi selama mereka belum berpisah dari
tempat akad. Keduanya juga boleh menyepakati adanya hak pilih selama maksimal 3
hari. Jika ditemukan ada cacat
pada barang yang dibeli, maka pembeli berhak untuk mengembalikannya.
وَلَا يَجُوزُ بَيْعُ الثَّمَرَةِ
مُطْلَقًا إِلَّا بَعْدَ بُدُوِّ صَلَاحِهَا
Tidak boleh menjual buah-buahan secara mutlak kecuali
setelah tampak kelayakannya (mulai matang).
وَلَا بَيْعُ مَا فِيهِ الرِّبَا
بِجِنْسِهِ رَطْبًا إِلَّا اللَّبَنَ
Tidak boleh menjual barang ribawi (seperti kurma) dengan
sejenisnya dalam keadaan masih basah, kecuali susu.
[Jual Beli Pesanan
(Salam)]
فَصْلٌ: وَيَصِحُّ السَّلَمُ حَالًا وَمُؤَجَّلًا
فِيمَا تَكَامَلَ فِيهِ خَمْسُ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ مَضْبُوطًا بِالصِّفَةِ، وَأَنْ
يَكُونَ جِنْسًا لَمْ يَخْتَلِطْ بِهِ غَيْرُهُ، وَلَمْ تَدْخُلْهُ النَّارُ لِإِحَالَتِهِ،
وَأَنْ لَا يَكُونَ مُعَيَّنًا، وَلَا مِنْ مُعَيَّنٍ.
Fasl: Jual beli dengan sistem pesanan (salam), baik
yang diserahkan langsung maupun yang ditunda, hukumnya sah jika memenuhi 5
syarat terkait barangnya: [1] barang
tersebut bisa dideskripsikan sifat-sifatnya secara akurat, [2] barang
tersebut merupakan satu jenis yang tidak tercampur dengan jenis lain, [3]
barang tersebut belum diolah dengan api yang mengubah wujudnya, [4]
barang tersebut bukanlah barang yang spesifik (misalnya: “padi dari
sawah yang ini”), [5] barang tersebut bukan berasal dari stok
tertentu yang sudah ditentukan.
ثُمَّ لِصِحَّةِ السَّلَمِ فِيهِ
ثَمَانِيَةُ شَرَائِطَ: وَهُوَ أَنْ يَصِفَهُ بَعْدَ ذِكْرِ جِنْسِهِ وَنَوْعِهِ بِالصِّفَاتِ
الَّتِي يَخْتَلِفُ بِهَا الثَّمَنُ، وَأَنْ يَذْكُرَ قَدْرَهُ بِمَا يَنْفِي الْجَهَالَةَ
عَنْهُ، وَإِنْ كَانَ مُؤَجَّلًا ذَكَرَ وَقْتَ مَحَلِّهِ، وَأَنْ يَكُونَ مَوْجُودًا
عِنْدَ الِاسْتِحْقَاقِ فِي الْغَالِبِ، وَأَنْ يَذْكُرَ مَوْضِعَ قَبْضِهِ، وَأَنْ
يَكُونَ الثَّمَنُ مَعْلُومًا، وَأَنْ يَتَقَابَضَا قَبْلَ التَّفَرُّقِ، وَأَنْ يَكُونَ
عَقْدُ السَّلَمِ نَاجِزًا لَا يَدْخُلُهُ خِيَارُ الشَّرْطِ.
Selanjutnya, agar akad salam ini sah, ada 8 syarat tambahan: [1] menjelaskan sifat-sifat barang tersebut setelah menyebutkan
jenis dan macamnya, yaitu sifat-sifat yang bisa memengaruhi harga, [2]
menyebutkan ukurannya dengan jelas untuk menghilangkan ketidakpastian, [3]
jika penyerahannya ditunda, harus disebutkan kapan waktu penyerahannya, [4]
barang tersebut pada umumnya ada dan tersedia saat waktu penyerahan tiba, [5]
menyebutkan di mana lokasi serah terima barangnya, [6] harga
barangnya harus diketahui dengan jelas, [7] pembayaran (harga) harus
lunas di muka sebelum kedua belah pihak berpisah, [8] akad salam harus bersifat langsung dan tidak
boleh ada syarat opsi pembatalan (khiyar syarth).
[Gadai (Rohn)]
فَصْلٌ: وَكُلُّ مَا جَازَ بَيْعُهُ جَازَ
رَهْنُهُ فِي الدُّيُونِ إِذَا اسْتَقَرَّ ثُبُوتُهَا فِي الذِّمَّةِ، وَلِلرَّاهِنِ
الرُّجُوعُ فِيهِ مَا لَمْ يَقْبِضْهُ، وَلَا يَضْمَنُهُ الْمُرْتَهِنُ إِلَّا بِالتَّعَدِّي،
وَإِذَا قَبَضَ بَعْضَ الْحَقِّ لَمْ يَخْرُجْ شَيْءٌ مِنَ الرَّهْنِ حَتَّى يُقْضَى
جَمِيعُهُ.
Fasl: Setiap barang yang boleh dijual, maka boleh
juga digadaikan untuk menjamin utang yang sudah pasti dan menjadi tanggungan.
Pihak yang menggadaikan (rohin) berhak membatalkan gadai selama
barangnya belum diserahkan. Penerima gadai (murtahin) tidak bertanggung
jawab atas kerusakan barang gadai, kecuali jika ia melakukan kelalaian atau
pelanggaran. Jika sebagian utang sudah dibayar, hal itu tidak melepaskan
sebagian pun dari barang gadai sampai seluruh utangnya lunas.
[Larangan Bertransaksi
(Hajr)]
فَصْلٌ: وَالْحَجْرُ عَلَى سِتَّةٍ: الصَّبِيِّ، وَالْمَجْنُونِ، وَالسَّفِيهِ
الْمُبَذِّرِ لِمَالِهِ، وَالْمُفْلِسِ الَّذِي ارْتَكَبَتْهُ الدُّيُونُ، وَالْمَرِيضِ
فِيمَا زَادَ عَلَى الثُّلُثِ، وَالْعَبْدِ الَّذِي لَمْ يُؤْذَنْ لَهُ فِي التِّجَارَةِ.
Fasl: Larangan untuk melakukan transaksi keuangan (hajr)
berlaku atas 6 golongan: [1] anak
kecil, [2] orang gila, [3] orang boros yang
menghambur-hamburkan hartanya (safih), [4] orang yang bangkrut dan
dililit utang (muflis),
[5] orang yang sakit parah (yang
diduga akan meninggal), terkait tindakannya atas harta yang melebihi sepertiga
dari total hartanya, [6] seorang budak yang tidak diizinkan oleh
tuannya untuk berdagang.
وَتَصَرُّفُ الصَّبِيِّ وَالْمَجْنُونِ
وَالسَّفِيهِ غَيْرُ صَحِيحٍ، وَتَصَرُّفُ الْمُفْلِسِ يَصِحُّ فِي ذِمَّتِهِ دُونَ
أَعْيَانِ مَالِهِ، وَتَصَرُّفُ الْمَرِيضِ فِيمَا زَادَ عَلَى الثُّلُثِ مَوْقُوفٌ
عَلَى إِجَازَةِ الْوَرَثَةِ مِنْ بَعْدِهِ، وَتَصَرُّفُ الْعَبْدِ يَكُونُ فِي ذِمَّتِهِ
يُتْبَعُ بِهِ بَعْدَ عِتْقِهِ.
Transaksi yang dilakukan oleh anak kecil, orang gila, dan
orang boros (safih) dianggap tidak sah. Transaksi yang dilakukan oleh
orang bangkrut (muflis) sah sebatas menjadi tanggungannya, namun tidak
berlaku pada aset hartanya yang ada. Transaksi yang dilakukan oleh orang sakit
parah atas hartanya yang lebih dari sepertiga, statusnya tergantung pada
persetujuan ahli waris setelah ia meninggal. Transaksi yang dilakukan oleh
budak akan menjadi utang yang menjadi tanggungannya dan bisa ditagih setelah ia
merdeka.
[Perdamaian (Shulh)]
فَصْلٌ: وَيَصِحُّ الصُّلْحُ مَعَ الْإِقْرَارِ
فِي الْأَمْوَالِ، وَمَا أَفْضَى إِلَيْهَا وَهُوَ نَوْعَانِ: إِبْرَاءٌ وَمُعَاوَضَةٌ.
Fasl: Perdamaian (shulh) dengan adanya
pengakuan, sah
dilakukan dalam sengketa harta dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Ada 2
jenis perdamaian: ibro’ dan mu’awadhoh.
فَالْإِبْرَاءُ: اقْتِصَارُهُ مِنْ حَقِّهِ عَلَى
بَعْضِهِ، وَلَا يَجُوزُ تَعْلِيقُهُ عَلَى شَرْطٍ
Ibro’
(Pembebasan): Yaitu seseorang merelakan sebagian haknya dan hanya mengambil
sebagian lainnya. Perdamaian jenis ini tidak boleh digantungkan pada suatu
syarat.
وَالْمُعَاوَضَةُ عُدُولُهُ عَنْ حَقِّهِ إِلَى غَيْرِهِ،
وَيَجْرِي عَلَيْهِ حُكْمُ الْبَيْعِ
Mu’awadhah (Kompensasi): Yaitu seseorang mengalihkan
haknya kepada sesuatu yang lain (sebagai ganti rugi). Perdamaian jenis ini
tunduk pada hukum jual beli.
وَيَجُوزُ لِلْإِنْسَانِ أَنْ يُشَرِّعَ
رَوْشَنًا فِي طَرِيقٍ نَافِذٍ بِحَيْثُ لَا يَتَضَرَّرُ الْمَارُّ بِهِ، وَلَا يَجُوزُ
فِي الدَّرْبِ الْمُشْتَرَكِ إِلَّا بِإِذْنِ الشُّرَكَاءِ
Seseorang boleh membangun balkon atau jendela yang menjorok
ke jalan umum, selama tidak mengganggu orang yang lewat. Namun, hal ini tidak
boleh dilakukan di jalan atau gang milik bersama kecuali atas izin semua
pemilik.
وَيَجُوزُ تَقْدِيمُ الْبَابِ فِي
الدَّرْبِ الْمُشْتَرَكِ، وَلَا يَجُوزُ تَأْخِيرُهُ إِلَّا بِإِذْنِ الشُّرَكَاءِ
Diperbolehkan untuk memajukan posisi pintu di gang milik
bersama, tetapi tidak boleh memundurkannya kecuali atas izin semua pemilik.
[Pengalihan Utang
(Hawalah)]
فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ الْحَوَالَةِ أَرْبَعَةُ
أَشْيَاءَ: رِضَا الْمُحِيلِ وَقَبُولُ الْمُحْتَالِ، وَكَوْنُ الْحَقِّ مُسْتَقِرًّا
فِي الذِّمَّةِ، وَاتِّفَاقُ مَا فِي ذِمَّةِ الْمُحِيلِ وَالْمُحَالِ عَلَيْهِ فِي
الْجِنْسِ وَالنَّوْعِ وَالْحُلُولِ وَالتَّأْجِيلِ، وَتَبْرَأُ بِهَا ذِمَّةُ الْمُحِيلِ.
Fasl: Syarat sahnya pengalihan utang (hawalah) ada 4: [1] kerelaan dari pihak yang mengalihkan utang (debitur
pertama), [2] penerimaan dari pihak yang piutangnya
dialihkan (kreditur), [3] utang tersebut haruslah utang yang
sudah pasti, [4] adanya kesamaan antara utang yang
dialihkan oleh debitur pertama dan utang yang ditanggung oleh debitur kedua
dalam hal jenis, macam, serta waktu jatuh temponya (tunai atau ditangguhkan). Dengan terlaksananya hawalah, maka tanggungan utang
dari debitur pertama menjadi lunas.
[Penjaminan Utang
(Dhomman)]
فَصْلٌ: وَيَصِحُّ ضَمَانُ الدُّيُونِ الْمُسْتَقِرَّةِ
فِي الذِّمَّةِ إِذَا عُلِمَ قَدْرُهَا، وَلِصَاحِبِ الْحَقِّ مُطَالَبَةُ مَنْ شَاءَ
مِنَ الضَّامِنِ وَالْمَضْمُونِ عَنْهُ إِذَا كَانَ الضَّمَانُ عَلَى مَا بَيَّنَّا،
وَإِذَا غَرِمَ الضَّامِنُ رَجَعَ عَلَى الْمَضْمُونِ عَنْهُ إِذَا كَانَ الضَّمَانُ
وَالْقَضَاءُ بِإِذْنِهِ، وَلَا يَصِحُّ ضَمَانُ الْمَجْهُولِ وَلَا مَا لَمْ يَجِبْ
إِلَّا دَرْكَ الْمَبِيعِ.
Fasl: Boleh menjamin utang-utang yang sudah pasti ada
di dalam tanggungan, selama jumlahnya diketahui. Pemberi utang (kreditur)
berhak menagih kepada siapa pun yang ia kehendaki, baik kepada penjamin maupun
kepada yang dijamin. Jika penjamin telah melunasi utang tersebut, ia berhak
meminta ganti kepada orang yang ia jamin, dengan syarat penjaminan dan
pelunasan itu dilakukan atas izin dari orang yang dijamin. Tidak sah menjamin
utang yang tidak jelas jumlahnya, atau utang yang belum ada, kecuali jaminan
atas barang yang dijual (jika ternyata barang itu milik orang lain).
[Penjaminan Diri
(Kafalah)]
فَصْلٌ: وَالْكَفَالَةُ بِالْبَدَنِ جَائِزَةٌ
إِذَا كَانَ عَلَى الْمَكْفُولِ بِهِ حَقٌّ لِآدَمِيٍّ.
Fasl: Penjaminan atas badan seseorang (kafalah bil badan)
diperbolehkan, jika orang yang dijamin tersebut memiliki hak atau kewajiban
yang harus ditunaikan kepada orang lain.
[Kemitraan (Syarikah)]
فَصْلٌ: وَلِلشَّرِكَةِ خَمْسُ شَرَائِطَ:
أَنْ يَكُونَ عَلَى نَاضٍ مِنَ الدَّرَاهِمِ وَالدَّنَانِيرِ، وَأَنْ يَتَّفِقَا فِي
الْجِنْسِ وَالنَّوْعِ، وَأَنْ يَخْلِطَا الْمَالَيْنِ، وَأَنْ يَأْذَنَ كُلُّ وَاحِدٍ
مِنْهُمَا لِصَاحِبِهِ فِي التَّصَرُّفِ، وَأَنْ يَكُونَ الرِّبْحُ وَالْخُسْرَانُ
عَلَى قَدْرِ الْمَالَيْنِ.
Fasl: Kemitraan (usaha bersama) memiliki 5 syarat: [1] modalnya
harus berupa uang tunai (misalnya)
dinar dan dirham, [2]
para pihak harus sepakat dalam jenis dan macam mata uangnya, [3]
kedua modal harus dicampurkan menjadi satu, [4] masing-masing
pihak harus memberi izin kepada mitranya untuk mengelola harta tersebut, [5]
keuntungan dan kerugian harus dibagi sesuai dengan porsi modal
masing-masing.
وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا فَسْخُهَا
مَتَى شَاءَ، وَإِذَا مَاتَ أَحَدُهُمَا أَوْ بَطَلَتْ.
Setiap mitra berhak untuk membubarkan kemitraan ini kapan
pun ia mau. Jika salah satu mitra meninggal dunia, maka kemitraan tersebut
batal.
[Perwakilan (Wakalah)]
فَصْلٌ: وَكُلُّ مَا جَازَ لِلْإِنْسَانِ
التَّصَرُّفُ فِيهِ بِنَفْسِهِ جَازَ لَهُ أَنْ يُوَكِّلَ فِيهِ أَوْ يَتَوَكَّلَ،
Fasl: Segala sesuatu yang boleh dilakukan sendiri
oleh seseorang, maka ia boleh mewakilkannya kepada orang lain atau menjadi
wakil untuk urusan tersebut.
وَالْوَكَالَةُ عَقْدٌ جَائِزٌ،
لِكُلٍّ مِنْهُمَا فَسْخُهَا مَتَى شَاءَ، وَتَنْفَسِخُ بِمَوْتِ أَحَدِهِمَا، وَالْوَكِيلُ
أَمِينٌ فِيمَا يَقْبِضُهُ وَفِيمَا يَصْرِفُهُ، وَلَا يَضْمَنُ إِلَّا بِالتَّفْرِيطِ.
Wakalah (pemberian kuasa) adalah akad yang bersifat tidak
mengikat, di mana masing-masing pihak boleh membatalkannya kapan pun. Akad ini
juga batal dengan sendirinya jika salah satu pihak meninggal dunia. Seorang
wakil (penerima kuasa) adalah pemegang amanah atas apa yang ia terima dan apa
yang ia belanjakan. Ia tidak menanggung ganti rugi kecuali jika ia lalai.
وَلَا يَجُوزُ أَنْ يَبِيعَ وَيَشْتَرِيَ
إِلَّا بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ: أَنْ يَبِيعَ بِثَمَنِ الْمِثْلِ، وَأَنْ يَكُونَ نَقْدًا
بِنَقْدِ الْبَلَدِ، وَلَا يَجُوزُ أَنْ يَبِيعَ مِنْ نَفْسِهِ، وَلَا يُقِرَّ عَلَى
مُوَكِّلِهِ.
Seorang wakil tidak boleh melakukan jual beli kecuali dengan
3 syarat: [1] ia harus
menjual dengan harga pasar, [2] harus dilakukan secara tunai dengan
mata uang negara setempat, [3] ia tidak boleh menjual kepada dirinya
sendiri. Ia juga tidak boleh
membuat pengakuan (yang merugikan) atas nama orang yang memberinya kuasa.
[Pengakuan (Iqror)]
فَصْلٌ: وَالْمُقَرُّ بِهِ ضَرْبَانِ:
حَقُّ اللَّهِ تَعَالَى وَحَقٌّ لِآدَمِيٍّ.
Fasl: Pengakuan yang dibuat ada 2 jenis: pengakuan
terkait hak Alloh Ta’ala dan pengakuan terkait hak sesama manusia.
فَحَقُّ اللَّهِ تَعَالَى: يَصِحُّ الرُّجُوعُ فِيهِ عَنِ
الْإِقْرَارِ بِهِ، وَحَقُّ الْآدَمِيِّ: لَا يَصِحُّ الرُّجُوعُ فِيهِ عَنِ
الْإِقْرَارِ بِهِ.
Untuk pengakuan yang terkait hak Alloh, seseorang boleh
menarik kembali pengakuannya. Untuk pengakuan yang terkait hak
sesama manusia, seseorang tidak boleh menarik kembali pengakuannya.
وَتَفْتَقِرُ صِحَّةُ الْإِقْرَارِ
إِلَى ثَلَاثَةِ شَرَائِطَ: الْبُلُوغِ، وَالْعَقْلِ، وَالِاخْتِيَارِ، وَإِنْ كَانَ
بِمَالٍ اعْتُبِرَ فِيهِ شَرْطٌ رَابِعٌ وَهُوَ الرُّشْدُ.
Sahnya sebuah pengakuan bergantung pada 3 syarat: [1] orang yang mengaku sudah
baligh, [2] berakal, dan [3] dalam keadaan bebas (tidak
dipaksa). Jika pengakuan itu menyangkut harta, maka ada syarat keempat, yaitu
ia harus cakap secara finansial (rusyd).
وَإِذَا أَقَرَّ بِمَجْهُولٍ رَجَعَ
إِلَيْهِ فِي بَيَانِهِ، وَيَصِحُّ الِاسْتِثْنَاءُ فِي الْإِقْرَارِ إِذَا وَصَلَهُ
بِهِ وَهُوَ فِي حَالِ الصِّحَّةِ وَالْمَرَضِ سَوَاءٌ.
Jika seseorang mengaku atas sesuatu yang tidak jelas, maka
ia akan dimintai penjelasan lebih lanjut. Pengecualian dalam sebuah pengakuan
dianggap sah jika diucapkan menyambung langsung setelah pengakuan tersebut. Hal
ini berlaku sama, baik saat ia dalam keadaan sehat maupun sakit.
[Pinjam Meminjam (‘Ariyah)]
فَصْلٌ: وَكُلُّ مَا يُمْكِنُ الِانْتِفَاعُ
بِهِ مَعَ بَقَاءِ عَيْنِهِ جَازَتْ إِعَارَتُهُ إِذَا كَانَتْ مَنَافِعُهُ آثَارًا،
وَتَجُوزُ الْعَارِيَةُ مُطْلَقَةً وَمُقَيَّدَةً بِمُدَّةٍ وَهِيَ مَضْمُونَةٌ عَلَى
الْمُسْتَعِيرِ بِقِيمَتِهَا يَوْمَ تَلَفِهَا.
Fasl: Setiap benda yang bisa dimanfaatkan tanpa
merusak wujud aslinya boleh dipinjamkan, selama manfaatnya berupa hasil pakai.
Peminjaman boleh dilakukan secara mutlak (tanpa batas waktu) atau dibatasi
dengan durasi tertentu. Barang pinjaman tersebut menjadi tanggungan peminjam;
jika rusak, ia wajib menggantinya sesuai dengan harga barang tersebut pada hari
kerusakan terjadi.
[Mengambil Paksa (Ghoshob)]
فَصْلٌ: وَمَنْ غَصَبَ مَالًا لِأَحَدٍ
لَزِمَهُ رَدُّهُ وَأَرْشُ نَقْصِهِ وَأُجْرَةُ مِثْلِهِ، فَإِنْ تَلِفَ ضَمِنَهُ بِمِثْلِهِ
إِنْ كَانَ لَهُ مِثْلٌ وَبِقِيمَتِهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ مِثْلٌ أَكْثَرُ مَا كَانَتْ
مِنْ يَوْمِ الْغَصْبِ إِلَى يَوْمِ التَّلَفِ.
Fasl: Siapa mengambil paksa harta milik orang lain,
ia wajib mengembalikannya, membayar kompensasi atas penurunan nilainya, dan
membayar biaya sewa yang setara. Jika barang itu rusak atau hilang, ia wajib
menggantinya dengan barang yang serupa jika ada. Jika tidak ada barang yang
serupa, ia wajib menggantinya dengan nilai tertinggi barang tersebut, dihitung
sejak hari pengambilan paksa hingga hari kerusakan.
[Hak Beli Rekan Kongsi
(Syuf’ah)]
فَصْلٌ: وَالشُّفْعَةُ وَاجِبَةٌ بِالْخُلْطَةِ
دُونَ الْجِوَارِ فِيمَا يَنْقَسِمُ دُونَ مَا لَا يَنْقَسِمُ وَفِي كُلِّ مَا لَا
يَنْتَقِلُ مِنَ الْأَرْضِ كَالْعَقَارِ وَغَيْرِهِ بِالثَّمَنِ الَّذِي وَقَعَ عَلَيْهِ
الْبَيْعُ وَهِيَ عَلَى الْفَوْرِ، فَإِنْ أَخَّرَهَا مَعَ الْقُدْرَةِ عَلَيْهَا بَطَلَتْ،
وَإِذَا تَزَوَّجَ امْرَأَةً عَلَى شِقْصٍ أَخَذَهُ الشَّفِيعُ بِمَهْرِ الْمِثْلِ،
وَإِذَا كَانَ الشُّفَعَاءُ جَمَاعَةً اسْتَحَقُّوهَا عَلَى قَدْرِ الْأَمْلَاكِ.
Fasl: Hak Syuf’ah (hak untuk membeli lebih dulu)
wajib ada karena kepemilikan bersama (khulthoh), bukan karena sekadar
bertetangga. Hak ini berlaku pada aset yang bisa dibagi, seperti properti, dan
tidak berlaku pada aset yang tidak bisa dibagi. Hak beli ini harus ditebus
dengan harga yang sama dengan harga penawaran jual. Hak ini harus segera
dieksekusi; jika ditunda-tunda padahal mampu melakukannya, maka hak tersebut
gugur. Jika seorang wanita menikah dengan mahar berupa bagian dari aset
bersama, maka rekan kongsi berhak mengambil bagian aset itu dengan cara
membayar mahar yang setara (mahr al-mitsl). Jika rekan kongsi yang
berhak ada beberapa orang, maka mereka berhak atas bagian tersebut sesuai
dengan porsi kepemilikan masing-masing.
[Bagi Hasil (Mudhorobah)]
فَصْلٌ: وَلِلْقِرَاضِ أَرْبَعَةُ شَرَائِطَ:
أَنْ يَكُونَ إِلَى نَاضٍ مِنَ الدَّرَاهِمِ وَالدَّنَانِيرِ، وَأَنْ يَأْذَنَ رَبُّ
الْمَالِ لِلْعَامِلِ فِي التَّصَرُّفِ مُطْلَقًا أَوْ فِيمَا لَا يَنْقَطِعُ وُجُودُهُ
غَالِبًا، وَأَنْ يَشْتَرِطَ لَهُ جُزْءًا مَعْلُومًا مِنَ الرِّبْحِ، وَأَنْ لَا يُقَدَّرَ
بِمُدَّةٍ.
Fasl: Akad qirodh
(bagi hasil) memiliki 4 syarat: [1] modalnya
harus berupa uang tunai (misalnya)
dinar dan dirham, [2]
pemilik modal harus memberi izin kepada pengelola untuk bertransaksi
secara umum, atau pada bidang yang barangnya tidak pernah putus ketersediaannya, [4]
pemilik modal harus menetapkan bagian keuntungan yang jelas untuk
pengelola, [4] akad tersebut tidak boleh dibatasi oleh
jangka waktu tertentu.
وَلَا ضَمَانَ عَلَى الْعَامِلِ
إِلَّا بِعُدْوَانٍ، وَإِذَا حَصَلَ رِبْحٌ وَخُسْرَانٌ جَبَرَ الْخُسْرَانُ بِالرِّبْحِ.
Pengelola tidak menanggung kerugian apa pun kecuali jika ia
melakukan pelanggaran. Jika dalam usaha terdapat keuntungan dan kerugian, maka
kerugian itu akan ditutupi oleh keuntungan terlebih dahulu.
[Bagi Hasil Perkebunan
(Musaqoh)]
فَصْلٌ: وَالْمُسَاقَاةُ جَائِزَةٌ عَلَى
النَّخْلِ وَالْكَرْمِ، وَلَهَا شَرْطَانِ:
أَحَدُهُمَا: أَنْ يُقَدِّرَهَا بِمُدَّةٍ مَعْلُومَةٍ، وَالثَّانِي:
أَنْ يُعَيِّنَ لِلْعَامِلِ جُزْءًا مَعْلُومًا مِنَ الثَّمَرَةِ.
Fasl: Akad musaqoh
(perjanjian mengurus kebun dengan sistem bagi hasil) diperbolehkan pada pohon
kurma dan anggur. Akad ini memiliki 2 syarat: [1] harus
ditentukan dalam jangka waktu yang jelas, [2] harus ditentukan bagian
yang jelas dari hasil panen untuk si pengelola.
ثُمَّ الْعَمَلُ فِيهَا عَلَى ضَرْبَيْنِ:
عَمَلٌ يَعُودُ نَفْعُهُ إِلَى الثَّمَرَةِ فَهُوَ عَلَى الْعَامِلِ، وَعَمَلٌ يَعُودُ
نَفْعُهُ إِلَى الْأَرْضِ فَهُوَ عَلَى رَبِّ الْمَالِ.
Selanjutnya, pekerjaan dalam akad ini ada 2 jenis: [1] pekerjaan yang manfaatnya
kembali kepada buah (seperti penyiraman dan pemupukan), ini menjadi tanggung
jawab pengelola. [2] Pekerjaan yang
manfaatnya kembali kepada tanah (seperti perbaikan saluran irigasi), ini
menjadi tanggung jawab pemilik kebun.
[Sewa Menyewa (Ijaroh)]
فَصْلٌ: وَكُلُّ مَا أَمْكَنَ الِانْتِفَاعُ
بِهِ مَعَ بَقَاءِ عَيْنِهِ صَحَّتْ إِجَارَتُهُ إِذَا قُدِّرَتْ مَنْفَعَتُهُ بِأَحَدِ
أَمْرَيْنِ بِمُدَّةٍ أَوْ عَمَلٍ، وَإِطْلَاقُهَا يَقْتَضِي تَعْجِيلَ الْأُجْرَةِ
إِلَّا أَنْ يُشْتَرَطَ التَّأْجِيلُ
Fasl: Setiap hal yang bisa dimanfaatkan dengan tetap
menjaga keutuhan wujudnya, sah untuk disewakan, jika manfaatnya dapat diukur
dengan salah satu dari 2 cara: dengan
durasi waktu atau dengan jenis pekerjaan. Secara umum, akad sewa menuntut
pembayaran di muka, kecuali jika disepakati untuk ditangguhkan.
وَلَا تَبْطُلُ الْإِجَارَةُ بِمَوْتِ
أَحَدِ الْمُتَعَاقِدَيْنِ، وَتَبْطُلُ بِتَلَفِ الْعَيْنِ الْمُسْتَأْجَرَةِ، وَلَا
ضَمَانَ عَلَى الْأَجِيرِ إِلَّا بِعُدْوَانٍ.
Akad sewa tidak batal karena kematian salah satu pihak yang
berakad, namun akan batal jika aset yang disewakan rusak atau hancur. Penyewa
tidak bertanggung jawab atas kerusakan kecuali jika ia melakukan pelanggaran.
[Sayembara (Ja’alah)]
فَصْلٌ: وَالْجَعَالَةُ جَائِزَةٌ، وَهُوَ
أَنْ يُشْتَرَطَ فِي رَدِّ ضَالَّتِهِ عِوَضًا مَعْلُومًا، فَإِذَا رَدَّهَا رَادٌّ
اسْتَحَقَّ ذَلِكَ الْعِوَضَ الْمَشْرُوطَ.
Fasl: Sayembara (ja’alah) diperbolehkan.
Contohnya adalah seseorang mensyaratkan imbalan yang jelas bagi siapa saja yang
berhasil menemukan barangnya yang hilang. Jika ada yang menemukannya, maka ia
berhak mendapatkan imbalan yang telah disyaratkan tersebut.
[Kerja Sama Pertanian
(Muzaro’ah)]
فَصْلٌ: وَإِذَا دَفَعَ إِلَى رَجُلٍ أَرْضًا
لِيَزْرَعَهَا وَشَرَطَ لَهُ جُزْءًا مَعْلُومًا مِنْ زَرْعِهَا لَمْ يَجُزْ، وَإِنْ
أَكْرَاهَا إِيَّاهَا بِذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ أَوْ شَرَطَ لَهُ طَعَامًا مَعْلُومًا
فِي ذِمَّتِهِ جَازَ.
Fasl: Jika seseorang menyerahkan tanah kepada orang
lain untuk ditanami dan menjanjikannya bagian tertentu dari hasil panen, maka
akad ini tidak sah. Namun, jika ia menyewakan tanah itu dengan bayaran emas
atau perak, atau menjanjikan imbalan berupa makanan dengan jumlah yang jelas
sebagai upahnya, maka itu diperbolehkan.
[Membuka Lahan Mati]
فَصْلٌ: وَإِحْيَاءُ الْمَوَاتِ جَائِزٌ
بِشَرْطَيْنِ: أَنْ يَكُونَ الْمُحْيِي مُسْلِمًا، وَأَنْ تَكُونَ الْأَرْضُ حُرَّةً
لَمْ يَجْرِ عَلَيْهَا مِلْكٌ لِمُسْلِمٍ.
Fasl: Menghidupkan (membuka) lahan mati diperbolehkan
dengan 2 syarat: orang yang membukanya adalah seorang Muslim, dan tanah
tersebut adalah tanah bebas yang belum pernah dimiliki oleh seorang Muslim.
وَصِفَةُ الْإِحْيَاءِ: مَا كَانَ
فِي الْعَادَةِ عِمَارَةً لِلْمُحْيَا.
Kriteria “menghidupkan” lahan adalah apa pun yang secara
adat dianggap sebagai upaya memakmurkan lahan tersebut.
وَيَجِبُ بَذْلُ الْمَاءِ بِثَلَاثَةِ
شَرَائِطَ: أَنْ يَفْضُلَ عَنْ حَاجَتِهِ، وَأَنْ يَحْتَاجَ إِلَيْهِ غَيْرُهُ لِنَفْسِهِ
أَوْ لِبَهِيمَتِهِ، وَأَنْ يَكُونَ مِمَّا يُسْتَخْلَفُ فِي بِئْرٍ أَوْ عَيْنٍ.
Wajib memberikan kelebihan air kepada yang membutuhkan
dengan 3 syarat: [1] air tersebut berlebih dari
kebutuhan pemiliknya, [2] orang
lain membutuhkannya untuk dirinya atau ternaknya, [3] dan air itu berasal dari sumber yang
dapat pulih seperti sumur atau mata air.
[Wakaf (Waqf)]
فَصْلٌ: وَالْوَقْفُ جَائِزٌ بِثَلَاثَةِ
شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ مِمَّا يُنْتَفَعُ بِهِ مَعَ بَقَاءِ عَيْنِهِ، وَأَنْ
يَكُونَ عَلَى أَصْلٍ مَوْجُودٍ وَفَرْعٍ لَا يَنْقَطِعُ، وَأَنْ لَا يَكُونَ فِي مَحْظُورٍ
Fasl: Wakaf diperbolehkan dengan 3 syarat: [1] aset yang diwakafkan adalah sesuatu yang dapat
dimanfaatkan dengan tetap menjaga keutuhan wujudnya, [2] wakaf
tersebut ditujukan kepada pihak yang ada dan manfaatnya tidak akan terputus, [3]
tujuannya bukan untuk sesuatu yang dilarang syariat.
وَهُوَ عَلَى مَا شَرَطَ الْوَاقِفُ
مِنْ تَقْدِيمٍ أَوْ تَأْخِيرٍ أَوْ تَسْوِيَةٍ أَوْ تَفْضِيلٍ.
Pengelolaan wakaf harus sesuai dengan syarat yang ditetapkan
oleh si pewakaf, baik dalam urutan prioritas, penyetaraan, maupun pembagian.
[Hibah (Pemberian)]
فَصْلٌ: وَكُلُّ مَا جَازَ بَيْعُهُ جَازَتْ
هِبَتُهُ، وَلَا تَلْزَمُ الْهِبَةُ إِلَّا بِالْقَبْضِ، وَإِذَا قَبَضَهَا الْمَوْهُوبُ
لَهُ لَمْ يَكُنْ لِلْوَاهِبِ أَنْ يَرْجِعَ فِيهَا إِلَّا أَنْ يَكُونَ وَالِدًا
Fasl: Setiap barang yang boleh dijual, maka boleh
juga dihibahkan. Hibah tidak mengikat kecuali setelah diterima oleh penerima.
Apabila penerima telah menerima barang hibah, maka pemberi tidak boleh
memintanya kembali, kecuali jika pemberi adalah orang tua (kepada anaknya).
وَإِذَا أَعْمَرَ شَيْئًا أَوْ أَرْقَبَهُ
كَانَ لِلْمُعْمَرِ أَوْ لِلْمُرْقَبِ وَلِوَرَثَتِهِ مِنْ بَعْدِهِ
Jika seseorang memberikan sesuatu dengan skema ‘umro’ (pemberian seumur
hidup) atau ‘ruqba’, maka barang itu menjadi milik penerima dan ahli
warisnya setelah ia meninggal.
[Barang Temuan (Luqothoh)]
فَصْلٌ: وَإِذَا وُجِدَ لُقَطَةٌ فِي مَوَاتٍ
أَوْ طَرِيقٍ فَلَهُ أَخْذُهَا أَوْ تَرْكُهَا، وَأَخْذُهَا أَوْلَى مِنْ تَرْكِهَا
إِنْ كَانَ عَلَى ثِقَةٍ مِنَ الْقِيَامِ بِهَا.
Fasl: Jika seseorang menemukan barang temuan (luqothoh) di tanah tak bertuan atau di
jalan, ia boleh mengambilnya atau membiarkannya. Mengambilnya lebih utama
daripada membiarkannya, jika ia yakin bisa amanah untuk menjaganya.
وَإِذَا أَخَذَهَا وَجَبَ عَلَيْهِ
أَنْ يُعَرِّفَ سِتَّةَ أَشْيَاءَ: وِعَاءَهَا، وَعِفَاصَهَا، وَوِكَاءَهَا، وَجِنْسَهَا،
وَعَدَدَهَا، وَوَزْنَهَا.
Jika ia mengambilnya, ia wajib mengenali 6 ciri barang
tersebut: [1] wadahnya, [2] pembungkusnya, [3]
ikatannya, [4] jenisnya, [5] jumlahnya, dan [6]
beratnya.
وَيَحْفَظُهَا فِي حِرْزٍ مِثْلِهَا،
ثُمَّ إِذَا أَرَادَ تَمَلُّكَهَا عَرَّفَهَا سَنَةً عَلَى أَبْوَابِ الْمَسَاجِدِ،
وَفِي الْمَوْضِعِ الَّذِي وَجَدَهَا فِيهِ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ صَاحِبَهَا كَانَ لَهُ
أَنْ يَتَمَلَّكَهَا بِشَرْطِ الضَّمَانِ.
Ia harus menyimpannya di tempat yang layak. Kemudian, jika
ia ingin memilikinya, ia harus mengumumkannya selama satu tahun di pintu-pintu
Masjid dan di lokasi barang itu ditemukan. Jika pemiliknya tidak kunjung
ditemukan, ia boleh memilikinya dengan syarat menanggung ganti rugi (jika suatu
saat pemiliknya datang).
وَاللُّقَطَةُ عَلَى أَرْبَعَةِ
أَضْرُبٍ
Barang temuan ada 4 jenis:
أَحَدُهَا مَا يَبْقَى عَلَى الدَّوَامِ فَهَذَا
حُكْمُهُ
1.
Barang yang tahan lama: Inilah hukum yang berlaku untuknya
(diumumkan setahun).
الثَّانِي مَا لَا يَبْقَى كَالطَّعَامِ الرَّطْبِ،
فَهُوَ مُخَيَّرٌ بَيْنَ أَكْلِهِ وَغُرْمِهِ أَوْ بَيْعِهِ وَحِفْظِ ثَمَنِهِ
2.
Barang yang tidak tahan lama seperti makanan basah: Penemu boleh
memilih antara memakannya lalu mengganti harganya, atau menjualnya lalu
menyimpan uangnya.
الثَّالِثُ مَا يَبْقَى بِعِلَاجٍ كَالرُّطَبِ
فَيَفْعَلُ مَا فِيهِ الْمَصْلَحَةُ مِنْ بَيْعِهِ وَحِفْظِ ثَمَنِهِ أَوْ تَجْفِيفِهِ
وَحِفْظِهِ
3.
Barang yang bisa tahan lama jika diolah seperti kurma basah: Penemu
harus melakukan apa yang paling maslahat, baik itu menjualnya lalu menyimpan
uangnya, atau mengeringkannya lalu menyimpannya.
الرَّابِعُ مَا يَحْتَاجُ إِلَى نَفَقَةٍ كَالْحَيَوَانِ
وَهُوَ ضَرْبَانِ: حَيَوَانٌ لَا يَمْتَنِعُ بِنَفْسِهِ فَهُوَ مُخَيَّرٌ بَيْنَ أَكْلِهِ
وَغُرْمِ ثَمَنِهِ أَوْ تَرْكِهِ وَالتَّطَوُّعِ بِالْإِنْفَاقِ عَلَيْهِ أَوْ بَيْعِهِ
وَحِفْظِ ثَمَنِهِ،
4.
Barang yang butuh biaya perawatan (seperti hewan): Ini terbagi 2. Pertama,
hewan yang tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Penemu boleh memilih antara 3
opsi: [1] memakannya lalu mengganti
harganya, [2] membiarkannya dan merawatnya
secara sukarela, atau [3] menjualnya dan
menyimpan uangnya.
وَحَيَوَانٌ يَمْتَنِعُ بِنَفْسِهِ
فَإِنْ وَجَدَهُ فِي الصَّحْرَاءِ تَرَكَهُ وَإِنْ وَجَدَهُ فِي الْحَضَرِ فَهُوَ مُخَيَّرٌ
بَيْنَ الْأَشْيَاءِ الثَّلَاثَةِ فِيهِ.
Kedua, hewan yang bisa melindungi dirinya sendiri.
Jika ditemukan di padang liar, biarkan saja. Jika ditemukan di pemukiman, maka
penemu boleh memilih di antara 3 opsi yang sama seperti pada hewan jenis
pertama.
[Anak Temuan (Laqith)]
فَصْلٌ: وَإِذَا وُجِدَ لَقِيطٌ بِقَارِعَةِ
الطَّرِيقِ فَأَخْذُهُ وَتَرْبِيَتُهُ وَكَفَالَتُهُ وَاجِبَةٌ عَلَى الْكِفَايَةِ،
وَلَا يُقَرُّ إِلَّا فِي يَدِ أَمِينٍ، فَإِنْ وُجِدَ مَعَهُ مَالٌ أُنْفِقَ عَلَيْهِ
الْحَاكِمُ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يُوجَدْ مَعَهُ مَالٌ فَنَفَقَتُهُ فِي بَيْتِ الْمَالِ.
Fasl: Jika ditemukan seorang anak terlantar di
pinggir jalan, maka mengambil, merawat, dan menanggungnya adalah kewajiban
kolektif (wajib kifayah). Anak tersebut tidak boleh diserahkan kecuali
kepada orang yang terpercaya. Jika ditemukan harta bersamanya, maka hakim akan
menafkahinya dari harta tersebut. Jika tidak ditemukan harta bersamanya, maka
nafkahnya ditanggung oleh kas negara (baitul mal).
[Titipan (Wadi’ah)]
فَصْلٌ: وَالْوَدِيعَةُ أَمَانَةٌ، وَيُسْتَحَبُّ
قَبُولُهَا لِمَنْ قَامَ بِالْأَمَانَةِ فِيهَا، وَلَا يَضْمَنُ إِلَّا بِالتَّعَدِّي،
وَقَوْلُ الْمُودِعِ مَقْبُولٌ فِي رَدِّهَا عَلَى الْمُودَعِ،
Fasl: Barang titipan (wadi’ah) adalah sebuah
amanah. Dianjurkan untuk menerima titipan bagi orang yang mampu menjaga amanah.
Penerima titipan tidak menanggung ganti rugi kecuali jika ia melakukan
pelanggaran. Perkataan penerima titipan bahwa ia telah mengembalikan barangnya
dapat diterima.
وَعَلَيْهِ أَنْ يَحْفَظَهَا فِي
حِرْزٍ مِثْلِهَا، وَإِذَا طُولِبَ بِهَا فَلَمْ يُخْرِجْهَا مَعَ الْقُدْرَةِ عَلَيْهَا
حَتَّى تَلِفَتْ ضَمِنَ.
Ia wajib menyimpan barang titipan di tempat yang layak. Jika
pemilik meminta barangnya kembali, namun ia tidak memberikannya padahal mampu,
hingga akhirnya barang itu hilang atau rusak, maka ia wajib menanggung ganti
rugi.
KITAB WARIS DAN WASIAT
[Jumlah Ahli Waris]
الْوَارِثُونَ مِنَ الرِّجَالِ عَشَرَةٌ: الِابْنُ، وَابْنُ الِابْنِ وَإِنْ
سَفُلَ، وَالْأَبُ، وَالْجَدُّ وَإِنْ عَلَا، وَالْأَخُ، وَابْنُ الْأَخِ وَإِنْ تَرَاخَى،
وَالْعَمُّ، وَابْنُ الْعَمِّ وَإِنْ تَبَاعَدَا، وَالزَّوْجُ، وَالْمَوْلَى الْمُعْتِقُ.
Ahli waris dari kalangan laki-laki ada 10: [1] anak laki-laki, [2]
cucu laki-laki (dari anak laki-laki, dan seterusnya ke bawah), [3] ayah, [4] kakek
(dari pihak ayah, dan seterusnya ke atas), [5]
saudara laki-laki, [6] anak laki-laki dari
saudara laki-laki (dan seterusnya ke bawah), [7]
paman, [8] anak laki-laki dari paman (dan
seterusnya), [9] suami, [10] tuan yang pernah memerdekakan si mayit (yakni bekas budaknya).
الْوَارِثَاتُ مِنَ النِّسَاءِ سَبْعٌ: الْبِنْتُ، وَبِنْتُ الِابْنِ،
وَالْأُمُّ، وَالْجَدَّةُ، وَالْأُخْتُ، وَالزَّوْجَةُ، وَالْمَوْلَاةُ الْمُعْتِقَةُ.
Ahli waris dari kalangan perempuan ada 7: [1] anak perempuan, [2]
cucu perempuan (dari anak laki-laki), [3] ibu,
[4] nenek, [5]
saudara perempuan, [6] istri, [7] nyonya yang pernah memerdekakan si mayit.
[Ahli Waris yang Tidak
Terhalang]
وَمَنْ لَا يَسْقُطُ بِحَالٍ خَمْسَةٌ: الزَّوْجَانِ، وَالْأَبَوَانِ،
وَوَلَدُ الصُّلْبِ.
Ada 5 orang yang tidak akan pernah terhalang hak warisnya
dalam kondisi apa pun: [1] suami,
[2] istri, [3] ayah, [4] ibu, dan [5] anak kandung.
[Yang Tidak Berhak
Mewarisi]
وَمَنْ لَا يَرِثُ بِحَالٍ سَبْعَةٌ: الْعَبْدُ، وَالْمُدَبَّرُ، وَأُمُّ
الْوَلَدِ، وَالْمُكَاتَبُ، وَالْقَاتِلُ، وَالْمُرْتَدُّ، وَأَهْلُ مِلَّتَيْنِ.
Ada 7 golongan yang tidak berhak mewarisi dalam kondisi apa
pun: [1] budak, [2] budak mudabbar (yang dijanjikan
merdeka setelah tuannya wafat), [3] ummu walad (budak wanita yang melahirkan anak tuannya), [4] budak mukatab (yang
sedang mencicil kemerdekaannya), [5] pembunuh, [6] orang
murtad, dan [7] orang yang berbeda agama
dengan si mayit.
[Urutan ‘Ashobah
Terdekat]
وَأَقْرَبُ الْعَصَبَاتِ: الِابْنُ
ثُمَّ ابْنُهُ ثُمَّ الْأَبُ ثُمَّ أَبُوهُ ثُمَّ الْأَخُ لِلْأَبِ وَالْأُمِّ ثُمَّ
الْأَخُ لِلْأَبِ ثُمَّ ابْنُ الْأَخِ لِلْأَبِ وَالْأُمِّ ثُمَّ ابْنُ الْأَخِ لِلْأَبِ
ثُمَّ الْعَمُّ: عَلَى هَذَا التَّرْتِيبِ ثُمَّ ابْنُهُ، فَإِنْ عَدِمَتِ الْعَصَبَاتُ
فَالْمَوْلَى الْمُعْتِقُ.
Urutan kerabat terdekat yang menerima sisa harta warisan (‘ashobah)
adalah: [1] anak laki-laki, kemudian
cucu laki-lakinya, [2] kemudian
ayah, [3]
kemudian kakeknya, [4] kemudian
saudara laki-laki seayah-seibu, [5] kemudian saudara laki-laki seayah, [6] kemudian anak laki-laki dari saudara
laki-laki seayah-seibu, [7] kemudian
anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah, [8] kemudian paman: mengikuti urutan kekerabatan ini, [9] kemudian anak paman. Jika
semua kerabat ‘ashobah ini tidak ada, maka hak waris jatuh kepada tuan
yang telah memerdekakannya.
KITAB NIKAH DAN HUKUM TERKAITNYA
النِّكَاحُ مُسْتَحَبٌّ لِمَنْ يَحْتَاجُ إِلَيْهِ، وَيَجُوزُ
لِلْحُرِّ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ أَرْبَعِ حَرَائِرَ، وَلِلْعَبْدِ بَيْنَ اثْنَيْنِ،
وَلَا يَنْكِحُ الْحُرُّ أَمَةً إِلَّا بِشَرْطَيْنِ: عَدَمِ صَدَاقِ الْحُرَّةِ وَخَوْفِ
الْعَنَتِ.
Nikah dianjurkan bagi orang yang membutuhkannya. Seorang
laki-laki merdeka boleh menikahi hingga 4 orang wanita merdeka, sedangkan
seorang budak boleh menikahi hingga 2 orang wanita. Seorang laki-laki merdeka
tidak boleh menikahi seorang budak wanita kecuali dengan 2 syarat: tidak mampu
membayar mahar untuk wanita merdeka, dan khawatir akan terjerumus ke dalam
perzinaan.
[Pandangan Laki-laki
kepada Wanita]
وَنَظَرُ
الرَّجُلِ إِلَى الْمَرْأَةِ عَلَى سَبْعَةِ أَضْرُبٍ: أَحَدُهَا: نَظْرَةٌ
إِلَى أَجْنَبِيَّةٍ لِغَيْرِ حَاجَةٍ فَغَيْرُ جَائِزٍ. وَالثَّانِي: نَظْرَةٌ
إِلَى زَوْجَتِهِ أَوْ أَمَتِهِ فَيَجُوزُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى مَا عَدَا الْفَرْجِ
مِنْهُمَا. وَالثَّالِثُ: نَظْرَةٌ إِلَى ذَوَاتِ مَحَارِمِهِ أَوْ أَمَتِهِ
الْمُزَوَّجَةِ فَيَجُوزُ فِيمَا عَدَا مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ. وَالرَّابِعُ:
النَّظَرُ لِأَجْلِ النِّكَاحِ فَيَجُوزُ إِلَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ. وَالْخَامِسُ:
النَّظَرُ لِلْمُدَاوَاةِ فَيَجُوزُ إِلَى الْمَوَاضِعِ الَّتِي يُحْتَاجُ إِلَيْهَا.
وَالسَّادِسُ: النَّظَرُ لِلشَّهَادَةِ أَوْ لِلْمُعَامَلَةِ فَيَجُوزُ إِلَى
الْوَجْهِ خَاصَّةً. وَالسَّابِعُ: النَّظَرُ إِلَى الْأَمَةِ عِنْدَ ابْتِيَاعِهَا
فَيَجُوزُ إِلَى الْمَوَاضِعِ الَّتِي يُحْتَاجُ إِلَى تَقْلِيبِهَا.
Pandangan laki-laki kepada wanita terbagi menjadi 7 jenis: [1] melihat wanita yang bukan mahrom tanpa ada keperluan:
Ini tidak diperbolehkan, [2] melihat istri atau budak wanitanya
sendiri: Boleh melihat bagian tubuh mana pun selain kemaluan keduanya, [3]
melihat wanita yang merupakan mahromnya atau budak wanitanya yang sudah
menikah: Boleh melihat bagian tubuh mana pun selain area di antara pusar dan
lutut, [4] melihat untuk tujuan pernikahan (khitbah): Boleh
melihat wajah dan kedua telapak tangannya, [5] melihat untuk keperluan
pengobatan: Boleh melihat bagian tubuh yang memang perlu diobati, [6]
melihat untuk keperluan persaksian atau transaksi: Boleh melihat
wajahnya saja, [7] melihat budak wanita saat hendak
membelinya: Boleh melihat bagian-bagian tubuh yang biasanya perlu diperiksa.
[Wali dan Saksi Nikah]
فَصْلٌ: وَلَا يَصِحُّ عَقْدُ النِّكَاحِ
إِلَّا بِوَلِيٍّ وَشَاهِدَيْ عَدْلٍ.
Fasl: Akad nikah tidak sah kecuali dengan adanya
seorang wali dan 2 orang saksi yang adil.
وَيَفْتَقِرُ الْوَلِيُّ وَالشَّاهِدَانِ
إِلَى سِتَّةِ شَرَائِطَ: الْإِسْلَامِ، وَالْبُلُوغِ، وَالْعَقْلِ، وَالْحُرِّيَّةِ،
وَالذُّكُورَةِ، وَالْعَدَالَةِ إِلَّا أَنَّهُ لَا يَفْتَقِرُ نِكَاحُ الذِّمِّيَّةِ
إِلَى إِسْلَامِ الْوَلِيِّ، وَلَا نِكَاحُ الْأَمَةِ إِلَى عَدَالَةِ السَّيِّدِ.
Seorang wali dan kedua saksi harus memenuhi 6 syarat: [1] Islam, [2] baligh, [3] berakal, [4] merdeka, [5] laki-laki, dan [6] adil. Ada pengecualian: pernikahan
wanita dzimmiyah (non-Muslim yang tunduk pada pemerintahan Islam) tidak
mensyaratkan walinya harus Islam, dan pernikahan seorang budak wanita tidak
mensyaratkan tuannya (sebagai wali) harus adil.
وَأَوْلَى الْوُلَاةِ: الْأَبُ ثُمَّ الْجَدُّ أَبُو
الْأَبِ ثُمَّ الْأَخُ لِلْأَبِ وَالْأُمِّ ثُمَّ الْأَخُ لِلْأَبِ ثُمَّ ابْنُ الْأَخِ
لِلْأَبِ وَالْأُمِّ ثُمَّ ابْنُ الْأَخِ لِلْأَبِ ثُمَّ الْعَمُّ ثُمَّ ابْنُهُ عَلَى
هَذَا التَّرْتِيبِ.
Urutan wali yang paling utama adalah: Ayah, kemudian kakek
(ayah dari ayah), kemudian saudara laki-laki seayah-seibu, kemudian saudara
laki-laki seayah, kemudian anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah-seibu,
kemudian anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah, kemudian paman, kemudian
anak paman, sesuai urutan ini.
فَإِذَا عَدِمَتِ الْعَصَبَاتُ فَالْمَوْلَى
الْمُعْتِقُ ثُمَّ عَصَبَاتُهُ ثُمَّ الْحَاكِمُ.
Jika kerabat ‘ashobah tidak ada, maka walinya adalah
tuan yang pernah memerdekakannya, kemudian kerabat ‘ashobah dari tuan
tersebut, kemudian hakim (pemerintah).
وَلَا يَجُوزُ أَنْ يُصَرِّحَ بِخِطْبَةِ
مُعْتَدَّةٍ، وَيَجُوزُ أَنْ يُعَرِّضَ لَهَا وَيَنْكِحَهَا بَعْدَ انْقِضَاءِ عِدَّتِهَا.
Tidak boleh meminang secara terang-terangan wanita yang
sedang dalam masa ‘iddah. Namun, boleh memberikan isyarat (sindiran), dan
menikahinya setelah masa ‘iddah-nya selesai.
وَالنِّسَاءُ عَلَى ضَرْبَيْنِ: ثَيِّبَاتٌ وَأَبْكَارٌ. فَالْبِكْرُ
يَجُوزُ لِلْأَبِ وَالْجَدِّ إِجْبَارُهَا عَلَى النِّكَاحِ، وَالثَّيِّبُ لَا يَجُوزُ
تَزْوِيجُهَا إِلَّا بَعْدَ بُلُوغِهَا وَإِذْنِهَا.
Wanita terbagi menjadi 2: tsayyib (janda atau pernah
menikah) dan abkar (perawan). Seorang ayah atau kakek boleh menikahkan
anak/cucu perempuannya yang masih perawan tanpa persetujuannya (ijbar).
Adapun wanita tsayyib, tidak boleh dinikahkan kecuali setelah ia baligh
dan memberikan izinnya.
[Wanita yang Harom
Dinikahi]
فَصْلٌ: وَالْمُحَرَّمَاتُ بِالنَّصِّ
أَرْبَعَ عَشْرَةَ:
Fasl: Wanita yang harom dinikahi berdasarkan dalil
Al-Qur’an ada 14:
سَبْعٌ بِالنَّسَبِ: وَهُنَّ الْأُمُّ وَإِنْ عَلَتْ،
وَالْبِنْتُ وَإِنْ سَفُلَتْ، وَالْأُخْتُ، وَالْخَالَةُ، وَالْعَمَّةُ، وَبِنْتُ الْأَخِ،
وَبِنْتُ الْأُخْتِ.
Tujuh karena Nasab: [1]
ibu (dan seterusnya ke atas), [2] anak
perempuan (dan seterusnya ke bawah), [3] saudara
perempuan, [4] bibi dari pihak ibu (kholah),
[5] bibi dari pihak ayah (‘ammah), [6] anak perempuan dari saudara laki-laki, dan [7] anak perempuan dari saudara perempuan.
وَاثْنَتَانِ بِالرَّضَاعِ: الْأُمُّ الْمُرْضِعَةُ وَالْأُخْتُ
مِنْ الرَّضَاعِ.
Dua karena Persusuan: Ibu yang menyusui dan saudara
perempuan sepersusuan.
وَأَرْبَعٌ بِالْمُصَاهَرَةِ: أُمُّ الزَّوْجَةِ، وَالرَّبِيبَةُ
إِذَا دَخَلَ بِالْأُمِّ، وَزَوْجَةُ الْأَبِ، وَزَوْجَةُ الِابْنِ.
Empat karena Pernikahan: [1] ibu dari istri (mertua), [2] anak tiri (jika sudah
berhubungan badan dengan ibunya), [3] istri dari ayah (ibu tiri), dan [4] istri dari anak (menantu).
وَوَاحِدَةٌ مِنْ جِهَةِ الْجَمْعِ: وَهِيَ أُخْتُ الزَّوْجَةِ.
Satu karena Penggabungan: Yaitu saudara perempuan
dari istri (ipar).
وَلَا يُجْمَعُ بَيْنَ الْمَرْأَةِ
وَعَمَّتِهَا وَلَا بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَخَالَتِهَا.
Tidak boleh menggabungkan (dalam satu pernikahan) seorang
wanita dengan bibinya (baik dari pihak ayah maupun ibu).
وَيَحْرُمُ مِنَ الرَّضَاعِ مَا
يَحْرُمُ مِنَ النَّسَبِ.
Hukum harom karena persusuan sama dengan hukum harom karena
nasab.
وَتُرَدُّ الْمَرْأَةُ بِخَمْسَةِ
عُيُوبٍ: بِالْجُنُونِ،
وَالْجُذَامِ، وَالْبَرَصِ، وَالرَّتْقِ، وَالْقَرْنِ.
Seorang wanita bisa “dikembalikan” (pernikahannya
dibatalkan) karena 5 cacat: [1] gila, [2] kusta, [3] sopak
(vitiligo), [4] rotq (vagina
tersumbat), dan [5] qorn (adanya
tulang yang tumbuh di vagina).
وَيُرَدُّ الرَّجُلُ بِخَمْسَةِ
عُيُوبٍ: بِالْجُنُونِ،
وَالْجُذَامِ، وَالْبَرَصِ، الْجَبِّ، وَالْعُنَّةِ.
Seorang laki-laki bisa “dikembalikan” karena 5 cacat: [1] gila, [2] kusta, [3] sopak, [4] jabb (kemaluannya terpotong),
dan [5] ‘unnah (impoten).
[Mahar]
فَصْلٌ: وَيُسْتَحَبُّ تَسْمِيَةُ الْمَهْرِ
فِي النِّكَاحِ، فَإِنْ لَمْ يُسَمَّ صَحَّ الْعَقْدُ.
Fasl: Dianjurkan untuk menyebutkan mahar dalam akad
nikah. Jika tidak disebutkan, akadnya tetap sah.
وَوَجَبَ الْمَهْرُ بِثَلَاثَةِ
أَشْيَاءَ: أَنْ يَفْرِضَهُ
الزَّوْجُ عَلَى نَفْسِهِ، أَوْ يَفْرِضَهُ الْحَاكِمُ، أَوْ يَدْخُلَ بِهَا فَيَجِبُ
مَهْرُ الْمِثْلِ.
Mahar menjadi wajib karena 3 hal: [1]
suami telah menetapkannya untuk dirinya sendiri, [2]
hakim yang menetapkannya, atau [3] suami
telah berhubungan badan dengannya, yang dalam kasus ini wajib dibayarkan mahar
yang setara (mahr al-mitsl).
وَلَيْسَ لِأَقَلِّ الصَّدَاقِ وَلَا لِأَكْثَرِهِ حَدٌّ، وَيَجُوزُ
أَنْ يَتَزَوَّجَهَا عَلَى مَنْفَعَةٍ مَعْلُومَةٍ، وَيَسْقُطُ بِالطَّلَاقِ قَبْلَ
الدُّخُولِ بِهَا نِصْفُ الْمَهْرِ.
Tidak ada batasan minimal maupun maksimal untuk jumlah mahar.
Boleh menikahi seorang wanita dengan mahar berupa jasa (manfaat) yang jelas.
Setengah dari mahar menjadi gugur jika terjadi talak sebelum berhubungan badan.
[Walimah]
فَصْلٌ: وَالْوَلِيمَةُ عَلَى الْعُرْسِ
مُسْتَحَبَّةٌ، وَالْإِجَابَةُ إِلَيْهَا وَاجِبَةٌ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ.
Fasl: Mengadakan walimah (resepsi) pernikahan
hukumnya dianjurkan. Memenuhi undangannya hukumnya wajib, kecuali ada uzur.
[Pembagian Giliran
Antar Istri]
فَصْلٌ: وَالتَّسْوِيَةُ فِي الْقَسْمِ
بَيْنَ الزَّوْجَاتِ وَاجِبَةٌ، وَلَا يَدْخُلُ عَلَى غَيْرِ الْمَقْسُومِ لَهَا
بِغَيْرِ حَاجَةٍ، وَإِذَا أَرَادَ السَّفَرَ أَقْرَعَ بَيْنَهُنَّ وَخَرَجَ بِالَّتِي
تَخْرُجُ لَهَا الْقُرْعَةُ، وَإِذَا تَزَوَّجَ جَدِيدَةً خَصَّهَا بِسَبْعِ لَيَالٍ
إِنْ كَانَتْ بِكْرًا وَبِثَلَاثٍ إِنْ كَانَتْ ثَيِّبًا.
Fasl: Berlaku adil dalam pembagian giliran (malam) di
antara para istri hukumnya wajib. Suami tidak boleh mendatangi istri yang bukan
gilirannya tanpa ada keperluan. Jika hendak bepergian, ia harus mengundi di antara
para istrinya dan pergi bersama istri yang namanya keluar dalam undian. Jika ia
menikahi istri baru, ia harus memberinya giliran khusus selama 7 malam jika ia
seorang perawan, dan 3 malam jika ia seorang janda.
وَإِذَا خَافَ نُشُوزَ الْمَرْأَةِ:
وَعَظَهَا فَإِنْ أَبَتْ إِلَّا النُّشُوزَ هَجَرَهَا، فَإِنْ أَقَامَتْ عَلَيْهِ هَجَرَهَا
وَضَرَبَهَا، وَيَسْقُطُ بِالنُّشُوزِ قَسْمُهَا وَنَفَقَتُهَا.
Jika seorang suami khawatir istrinya akan melakukan nusyuz
(pembangkangan), maka ia harus menasihatinya. Jika sang istri tetap
membangkang, maka ia boleh memisahkan diri dari tempat tidurnya. Jika ia tetap
bersikeras, suami boleh memukulnya (dengan pukulan yang tidak menyakitkan).
Akibat dari nusyuz adalah gugurnya hak giliran dan hak nafkah bagi sang
istri.
[Gugat Cerai (Khulu’)]
فَصْلٌ: وَالْخُلْعُ جَائِزٌ عَلَى
عِوَضٍ مَعْلُومٍ، وَتَمْلِكُ بِهِ الْمَرْأَةُ نَفْسَهَا وَلَا رَجْعَةَ لَهُ عَلَيْهَا
إِلَّا بِنِكَاحٍ جَدِيدٍ، وَيَجُوزُ الْخُلْعُ فِي الطُّهْرِ وَفِي الْحَيْضِ، وَلَا
يَلْحَقُ الْمُخْتَلِعَةَ الطَّلَاقُ.
Fasl: Khulu’ (gugat cerai dari pihak istri)
diperbolehkan dengan adanya imbalan (‘iwadh) yang jelas. Dengan khulu’,
wanita tersebut memiliki hak penuh atas dirinya, dan suami tidak bisa rujuk
kembali kepadanya kecuali dengan akad nikah yang baru. Khulu’ boleh dilakukan
baik dalam keadaan suci maupun haidh, dan talak tidak akan jatuh lagi pada
wanita yang sudah melakukan khulu’.
[Talak]
فَصْلٌ: وَالطَّلَاقُ ضَرْبَانِ: صَرِيحٌ وَكِنَايَةٌ.
Fasl: Talak ada 2 jenis: shorih (jelas) dan kinayah
(sindiran).
فَالصَّرِيحُ ثَلَاثَةُ أَلْفَاظٍ: الطَّلَاقُ، وَالْفِرَاقُ، وَالسَّرَاحُ،
وَلَا يَفْتَقِرُ صَرِيحُ الطَّلَاقِ إِلَى النِّيَّةِ.
Talak Shorih ada 3 lafazh: talak, firoq (pisah), dan saroh (lepas). Talak dengan lafazh
yang jelas ini tidak memerlukan niat.
وَالْكِنَايَةُ: كُلُّ لَفْظٍ احْتَمَلَ الطَّلَاقَ
وَغَيْرَهُ، وَيَفْتَقِرُ إِلَى النِّيَّةِ.
Talak Kinayah adalah setiap lafazh yang bisa bermakna talak
atau makna lainnya, dan ini memerlukan niat.
وَالنِّسَاءُ فِيهِ ضَرْبَانِ:
Wanita dalam hal ini ada 2 jenis:
ضَرْبٌ فِي طَلَاقِهِنَّ سُنَّةٌ
وَبِدْعَةٌ، وَهُنَّ
ذَوَاتُ الْحَيْضِ، فَالسُّنَّةُ: أَنْ يُوقِعَ الطَّلَاقَ فِي طُهْرٍ غَيْرِ
مُجَامَعٍ فِيهِ، وَالْبِدْعَةُ: أَنْ يُوقِعَ الطَّلَاقَ فِي الْحَيْضِ أَوْ
فِي طُهْرٍ جَامَعَهَا فِيهِ.
Jenis yang dalam talaknya ada istilah sunnah dan bid’ah.
Mereka adalah wanita yang masih mengalami haidh. Talak sunnah adalah
menjatuhkan talak saat istri dalam keadaan suci dan belum digauli. Talak bid’ah
adalah menjatuhkan talak saat istri sedang haidh atau saat suci tetapi sudah
digauli.
وَضَرْبٌ لَيْسَ فِي طَلَاقِهِنَّ
سُنَّةٌ وَلَا بِدْعَةٌ، وَهُنَّ أَرْبَعٌ: الصَّغِيرَةُ، وَالْآيِسَةُ، وَالْحَامِلُ،
وَالْمُخْتَلِعَةُ الَّتِي لَمْ يَدْخُلْ بِهَا.
Jenis yang dalam talaknya tidak ada istilah sunnah maupun
bid’ah. Mereka ada 4: [1] anak
kecil, [2] wanita yang sudah menopause,
[3] wanita hamil, dan [4] wanita yang telah melakukan
khulu’ yang belum pernah digauli.
[Sifat Talak]
فَصْلٌ: وَيَمْلِكُ الْحُرُّ ثَلَاثَ تَطْلِيقَاتٍ،
وَالْعَبْدُ تَطْلِيقَتَيْنِ، وَيَصِحُّ الِاسْتِثْنَاءُ فِي الطَّلَاقِ إِذَا وَصَلَهُ
بِهِ، وَيَصِحُّ تَعْلِيقُهُ بِالصِّفَةِ وَالشَّرْطِ، وَلَا يَقَعُ الطَّلَاقُ قَبْلَ
النِّكَاحِ.
Fasl: Seorang laki-laki merdeka memiliki hak 3 kali
talak, sedangkan seorang budak memiliki 2 kali talak. Pengecualian dalam ucapan
talak dianggap sah jika diucapkan menyambung langsung. Sah juga menggantungkan
talak pada suatu sifat atau syarat. Talak tidak akan jatuh sebelum adanya
pernikahan.
وَأَرْبَعٌ لَا يَقَعُ طَلَاقُهُمْ: الصَّبِيُّ، وَالْمَجْنُونُ، وَالنَّائِمُ،
وَالْمُكْرَهُ.
Ada 4 golongan orang yang talaknya tidak dianggap jatuh: [1] anak kecil, [2] orang gila, [3] orang yang sedang tidur, dan
[4] orang yang dipaksa.
[Rujuk]
فَصْلٌ: وَإِذَا طَلَّقَ امْرَأَتَهُ
وَاحِدَةً أَوْ اثْنَتَيْنِ فَلَهُ مُرَاجَعَتُهَا مَا لَمْ تَنْقَضِ عِدَّتُهَا،
فَإِنِ انْقَضَتْ عِدَّتُهَا حَلَّ لَهُ نِكَاحُهَا بِعَقْدٍ جَدِيدٍ، وَتَكُونُ مَعَهُ
عَلَى مَا بَقِيَ مِنَ الطَّلَاقِ.
Fasl: Jika seorang suami mentalak istrinya 1 atau 2 kali, ia berhak
untuk rujuk selama istrinya belum habis masa ‘iddah-nya. Jika masa ‘iddah-nya
sudah habis, ia boleh menikahinya kembali dengan akad yang baru, dan sisa hak
talaknya tetap berlaku.
فَإِنْ طَلَّقَهَا ثَلَاثًا لَمْ تَحِلَّ لَهُ إِلَّا بَعْدَ
وُجُودِ خَمْسِ شَرَائِطَ: انْقِضَاءِ عِدَّتِهَا مِنْهُ، وَتَزْوِيجِهَا بِغَيْرِهِ،
وَدُخُولِهِ بِهَا، وَإِصَابَتِهَا، وَبَيْنُونَتِهَا مِنْهُ، وَانْقِضَاءِ عِدَّتِهَا
مِنْهُ.
Jika ia telah mentalaknya 3 kali, maka wanita itu tidak
halal lagi baginya kecuali setelah terpenuhi 5 syarat: [1] masa
‘iddah-nya dari suami pertama telah selesai, [2] ia menikah dengan
laki-laki lain, [3] suami kedua telah berhubungan badan
dengannya, [4] keduanya telah merasakan hubungan
suami-istri, [5] ia bercerai dari suami kedua, dan masa ‘iddah-nya
dari suami kedua telah selesai.
[Ila’]
فَصْلٌ: وَإِذَا حَلَفَ أَنْ لَا يَطَأَ
زَوْجَتَهُ مُطْلَقًا أَوْ مُدَّةً تَزِيدُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ فَهُوَ مُؤْلٍ،
وَيُؤَجَّلُ لَهُ إِنْ سَأَلَتْ ذَلِكَ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ، ثُمَّ يُخَيَّرُ بَيْنَ
الْفَيْئَةِ وَالتَّكْفِيرِ أَوِ الطَّلَاقِ، فَإِنِ امْتَنَعَ طَلَّقَ عَلَيْهِ الْحَاكِمُ.
Fasl: Jika seorang suami bersumpah untuk tidak
menggauli istrinya selamanya atau untuk jangka waktu lebih dari 4 bulan, maka
ia disebut melakukan ila’. Ia diberi tenggat waktu selama 4 bulan jika istrinya
meminta (kepada hakim).
Setelah 4 bulan, ia diberi pilihan antara kembali menggauli istrinya dan
membayar kaffarot sumpah, atau mentalaknya. Jika ia menolak kedua
pilihan tersebut, maka hakim akan menjatuhkan talak atas namanya.
[Zhihar]
فَصْلٌ: وَالظِّهَارُ أَنْ يَقُولَ
الرَّجُلُ لِزَوْجَتِهِ أَنْتِ عَلَيَّ كَظَهْرِ أُمِّي، فَإِذَا قَالَ ذَلِكَ وَلَمْ
يُتْبِعْهُ بِالطَّلَاقِ صَارَ عَائِدًا، وَلَزِمَتْهُ الْكَفَّارَةُ وَالْكَفَّارَةُ:
عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ سَلِيمَةٍ مِنَ الْعُيُوبِ الْمُضِرَّةِ بِالْعَمَلِ وَالْكَسْبِ،
فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا لِكُلِّ مِسْكِينٍ مُدٌّ، وَلَا يَحِلُّ لِلْمُظَاهِرِ
وَطْؤُهَا حَتَّى يُكَفِّرَ.
Fasl: Zhihar adalah ucapan seorang suami kepada
istrinya, “Bagiku, engkau seperti punggung ibuku.” Jika ia mengucapkan ini dan
tidak langsung mengikutinya dengan talak, maka ia dianggap telah menarik
kembali ucapannya dan wajib membayar kaffarot. Kaffarot-nya
adalah: memerdekakan seorang budak Mu’min yang sehat dari cacat yang mengganggu
pekerjaan. Jika tidak menemukan, maka ber-Puasa selama 2 bulan berturut-turut.
Jika tidak mampu, maka memberi makan 60 orang miskin, masing-masing satu mudd. Tidak halal bagi
pelaku zhihar untuk menggauli istrinya sampai ia membayar kaffarot.
[Tuduhan Zina (Qodzaf) dan Li’an]
فَصْلٌ: وَإِذَا رَمَى الرَّجُلُ زَوْجَتَهُ
بِالزِّنَا فَعَلَيْهِ حَدُّ الْقَذْفِ إِلَّا أَنْ يُقِيمَ الْبَيِّنَةَ أَوْ
يُلَاعِنَ فَيَقُولُ عِنْدَ الْحَاكِمِ فِي الْجَامِعِ عَلَى الْمِنْبَرِ فِي جَمَاعَةٍ
مِنَ النَّاسِ: أَشْهَدُ بِاللَّهِ إِنَّنِي لَمِنَ الصَّادِقِينَ فِيمَا رَمَيْتُ
بِهِ زَوْجَتِي فُلَانَةَ مِنَ الزِّنَا وَإِنَّ هَذَا الْوَلَدَ مِنَ الزِّنَا وَلَيْسَ
مِنِّي أَرْبَعَ مَرَّاتٍ، وَيَقُولُ فِي الْمَرَّةِ الْخَامِسَةِ بَعْدَ أَنْ يَعِظَهُ
الْحَاكِمُ: وَعَلَيَّ لَعْنَةُ اللَّهِ إِنْ كُنْتُ مِنَ الْكَاذِبِينَ.
Fasl: Jika seorang suami menuduh istrinya berzina,
maka ia akan dikenai hukuman cambuk bagi penuduh (had al-qodzaf), kecuali jika ia
bisa mendatangkan bukti atau melakukan li’an. Li’an dilakukan dengan
mengucapkan di hadapan hakim di Masjid di atas mimbar di depan banyak orang: “Aku
bersaksi dengan nama Alloh bahwa aku termasuk orang yang benar dalam tuduhan
zina yang aku tujukan kepada istriku, Fulanah, dan sesungguhnya anak ini adalah
hasil perzinaan dan bukan dariku,” sebanyak 4 kali. Pada kali kelima, setelah
dinasihati oleh hakim, ia berkata: “semoga laknat Alloh menimpaku jika aku
termasuk orang-orang yang berdusta.”
وَيَتَعَلَّقُ بِلِعَانِهِ خَمْسَةُ
أَحْكَامٍ: سُقُوطُ
الْحَدِّ عَنْهُ، وَوُجُوبُ الْحَدِّ عَلَيْهَا، وَزَوَالُ الْفِرَاشِ، وَنَفْيُ الْوَلَدِ،
وَالتَّحْرِيمُ عَلَى الْأَبَدِ.
Dengan li’an suami, timbul 5 konsekuensi hukum: [1] gugurnya hukuman cambuk darinya, [2] wajibnya hukuman cambuk atas istrinya, [3] putusnya ikatan pernikahan, [4] penafian anak, dan [5]
keharoman untuk menikah lagi selamanya.
وَيَسْقُطُ الْحَدُّ عَلَيْهَا بِأَنْ تَلْتَعِنَ فَتَقُولَ: أَشْهَدُ
بِاللَّهِ إِنَّ فُلَانًا هَذَا لَمِنَ الْكَاذِبِينَ فِيمَا رَمَانِي بِهِ مِنَ الزِّنَا
أَرْبَعَ مَرَّاتٍ، وَتَقُولُ فِي الْخَامِسَةِ بَعْدَ أَنْ يَعِظَهَا الْحَاكِمُ:
وَعَلَيَّ غَضَبُ اللَّهِ إِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِينَ.
Hukuman cambuk bagi sang istri akan gugur jika ia juga
melakukan li’an dengan berkata: “Aku bersaksi dengan nama Alloh bahwa Fulan ini
(suaminya) termasuk orang yang berdusta atas tuduhan zina yang ia tujukan
kepadaku,” sebanyak 4 kali. Pada kali kelima, setelah dinasihati oleh hakim, ia
berkata: “semoga murka Alloh menimpaku jika ia termasuk orang-orang yang benar.”
[‘Iddah (Masa Tunggu)]
فَصْلٌ: وَالْمُعْتَدَّةُ عَلَى
ضَرْبَيْنِ: مُتَوَفًّى
عَنْهَا وَغَيْرُ مُتَوَفًّى عَنْهَا.
Fasl: Wanita yang menjalani ‘iddah ada 2 jenis: yang
ditinggal mati suami dan yang tidak.
فَالْمُتَوَفَّى عَنْهَا: إِنْ كَانَتْ حَامِلًا فَعِدَّتُهَا
بِوَضْعِ الْحَمْلِ، وَإِنْ كَانَتْ حَائِلًا فَعِدَّتُهَا أَرْبَعَةُ أَشْهُرٍ وَعَشْرٌ.
Yang Ditinggal Mati: Jika ia sedang hamil, ‘iddah-nya
adalah sampai ia melahirkan. Jika ia tidak hamil, ‘iddah-nya adalah 4 bulan 10
hari.
وَغَيْرُ الْمُتَوَفَّى عَنْهَا: إِنْ كَانَتْ حَامِلًا فَعِدَّتُهَا
بِوَضْعِ الْحَمْلِ، وَإِنْ كَانَتْ حَائِلًا وَهِيَ مِنْ ذَوَاتِ الْحَيْضِ فَعِدَّتُهَا
ثَلَاثَةُ قُرُوءٍ وَهِيَ الْأَطْهَارُ، وَإِنْ كَانَتْ صَغِيرَةً أَوْ آيِسَةً فَعِدَّتُهَا
ثَلَاثَةُ أَشْهُرٍ.
Yang Tidak Ditinggal Mati (karena cerai): Jika ia
sedang hamil, ‘iddah-nya adalah sampai ia melahirkan. Jika ia tidak hamil dan
masih mengalami haidh, ‘iddah-nya adalah 3 kali quru’ (3 kali masa
suci). Jika ia masih kecil atau sudah menopause, ‘iddah-nya adalah 3 bulan.
وَالْمُطَلَّقَةُ قَبْلَ الدُّخُولِ
بِهَا لَا عِدَّةَ
عَلَيْهَا، وَعِدَّةُ الْأَمَةِ بِالْحَمْلِ كَعِدَّةِ الْحُرَّةِ، وَبِالْإِقْرَاءِ
أَنْ تَعْتَدَّ بِقُرْأَيْنِ، وَبِالشُّهُورِ عَنِ الْوَفَاةِ أَنْ تَعْتَدَّ بِشَهْرَيْنِ
وَخَمْسِ لَيَالٍ، وَعَنِ الطَّلَاقِ أَنْ تَعْتَدَّ بِشَهْرٍ وَنِصْفٍ، فَإِنِ اعْتَدَّتْ
بِشَهْرَيْنِ كَانَ أَوْلَى.
Wanita yang ditalak sebelum pernah digauli tidak memiliki
masa ‘iddah. ‘Iddah bagi budak wanita yang hamil sama seperti wanita merdeka.
Jika dengan siklus haidh, ‘iddah-nya adalah 2 kali quru’. Jika dengan bulan,
untuk ditinggal mati, ‘iddah-nya 2 bulan 5 malam. Untuk talak, ‘iddah-nya 1,5 bulan, namun jika ia
menjalaninya 2 bulan, itu lebih utama.
[Nafkah dan Hak selama ‘Iddah]
فَصْلٌ: وَيَجِبُ لِلْمُعْتَدَّةِ
الرَّجْعِيَّةِ السُّكْنَى وَالنَّفَقَةُ، وَيَجِبُ لِلْبَائِنِ السُّكْنَى
دُونَ النَّفَقَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ حَامِلًا.
Fasl: Wanita dalam ‘iddah talak roj’i (yang masih bisa dirujuk) berhak
mendapatkan tempat tinggal dan nafkah. Wanita dalam ‘iddah talak ba’in (yang
tidak bisa dirujuk) hanya berhak mendapatkan tempat tinggal tanpa nafkah,
kecuali jika ia sedang hamil.
وَيَجِبُ عَلَى الْمُتَوَفَّى عَنْهَا
زَوْجُهَا: الْإِحْدَادُ
وَهُوَ الِامْتِنَاعُ مِنَ الزِّينَةِ وَالطِّيبِ، وَعَلَى الْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا
وَالْمَبْتُوتَةِ مُلَازَمَةُ الْبَيْتِ إِلَّا لِحَاجَةٍ.
Wanita yang ditinggal mati suaminya wajib menjalani ihdad,
yaitu menahan diri dari berhias dan memakai wewangian. Baik wanita yang
ditinggal mati suaminya maupun yang ditalak bain, keduanya wajib menetap di
rumah dan tidak keluar kecuali ada keperluan.
[Mengosongkan Rahim (Istibro’)]
فَصْلٌ: وَمَنِ اسْتَحْدَثَ مِلْكَ
أَمَةٍ حَرُمَ
عَلَيْهِ الِاسْتِمْتَاعُ بِهَا حَتَّى يَسْتَبْرِئَهَا إِنْ كَانَتْ مِنْ ذَوَاتِ
الْحَيْضِ بِحَيْضَةٍ، وَإِنْ كَانَتْ مِنْ ذَوَاتِ الشُّهُورِ بِشَهْرٍ فَقَطْ، وَإِنْ
كَانَتْ مِنْ ذَوَاتِ الْحَمْلِ بِالْوَضْعِ، وَإِذَا مَاتَ سَيِّدُ أُمِّ الْوَلَدِ
اسْتَبْرَأَتْ نَفْسَهَا كَالْأَمَةِ.
Fasl: Siapa baru saja memiliki seorang budak wanita (yang baru saja dibeli), harom
baginya untuk bersenang-senang dengannya sampai ia melakukan istibro’ (memastikan rahimnya
kosong). Jika budak wanita itu masih haidh, istibro’-nya adalah dengan satu kali
siklus haidh. Jika ia dihitung dengan bulan, maka cukup satu bulan. Jika ia
sedang hamil, maka dengan melahirkan. Jika tuan dari seorang ummu walad
meninggal, maka budak wanita itu melakukan istibro’ untuk dirinya sendiri sebagaimana
budak wanita biasa.
[Penyusuan (Rodho’ah)]
فَصْلٌ: وَإِذَا أَرْضَعَتِ الْمَرْأَةُ
بِلَبَنِهَا وَلَدًا صَارَ الرَّضِيعُ وَلَدَهَا بِشَرْطَيْنِ: أَحَدُهُمَا
أَنْ يَكُونَ لَهُ دُونَ الْحَوْلَيْنِ، وَالثَّانِي أَنْ تُرْضِعَهُ خَمْسَ
رَضَعَاتٍ مُتَفَرِّقَاتٍ،
Fasl: Jika seorang wanita menyusui seorang bayi
dengan air susunya, maka bayi itu menjadi anaknya dengan 2 syarat: [1] usia bayi tersebut di bawah 2 tahun, [2] ia
menyusuinya sebanyak 5 kali susuan yang terpisah.
وَيَصِيرُ زَوْجُهَا أَبًا لَهُ،
وَيَحْرُمُ عَلَى الْمُرْضِعِ التَّزْوِيجُ إِلَيْهَا وَإِلَى كُلِّ مَنْ نَاسَبَهَا،
وَيَحْرُمُ عَلَيْهَا التَّزْوِيجُ إِلَى الْمُرْضِعِ وَوَلَدِهِ دُونَ مَنْ كَانَ
فِي دَرَجَتِهِ أَوْ أَعْلَى طَبَقَةً مِنْهُ.
Suami dari wanita yang menyusui itu menjadi ayah bagi si
bayi. Harom bagi si bayi untuk menikah dengan ibu susuannya dan dengan siapa
pun yang memiliki hubungan nasab dengannya. Harom pula bagi ibu susuan untuk
menikah dengan anak susuannya dan keturunannya, tetapi tidak harom bagi anak
susuannya untuk menikah dengan kerabat ibu susuan yang sederajat atau lebih
tinggi tingkatannya.
[Nafkah]
فَصْلٌ: وَنَفَقَةُ الْعَمُودَيْنِ مِنَ
الْأَهْلِ وَاجِبَةٌ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْمَوْلُودِينَ.
Fasl: Nafkah untuk keluarga garis vertikal (orang tua
dan anak) adalah wajib.
فَأَمَّا الْوَالِدُونَ: فَتَجِبُ نَفَقَتُهُمْ بِشَرْطَيْنِ:
الْفَقْرِ وَالزَّمَانَةِ أَوِ الْفَقْرِ وَالْجُنُونِ.
Untuk Orang Tua: Nafkah wajib diberikan kepada mereka
dengan 2 syarat: [1] mereka fakir dan sudah tua
renta, atau [2] fakir dan gila.
وَأَمَّا الْمَوْلُودُونَ: فَتَجِبُ نَفَقَتُهُمْ بِثَلَاثِ
شَرَائِطَ: الْفَقْرِ وَالصِّغَرِ أَوِ الْفَقْرِ وَالزَّمَانَةِ أَوِ الْفَقْرِ وَالْجُنُونِ.
Untuk Anak: Nafkah wajib diberikan kepada mereka
dengan 3 syarat: [1] mereka fakir dan masih
kecil, atau [2] fakir dan cacat permanen,
atau [3] fakir dan gila.
وَنَفَقَةُ الرَّقِيقِ وَالْبَهَائِمِ
وَاجِبَةٌ، وَلَا يُكَلَّفُونَ مِنَ الْعَمَلِ مَا لَا يُطِيقُونَ، وَنَفَقَةُ الزَّوْجَةِ
الْمُمَكَّنَةِ مِنْ نَفْسِهَا وَاجِبَةٌ وَهِيَ مُقَدَّرَةٌ:
Nafkah untuk budak dan hewan ternak adalah wajib, dan mereka
tidak boleh dibebani pekerjaan di luar batas kemampuan mereka. Nafkah untuk
istri yang taat dan menyerahkan dirinya kepada suami adalah wajib, dan
besarannya telah ditentukan:
فَإِنْ كَانَ الزَّوْجُ مُوسِرًا فَمُدَّانِ مِنْ غَالِبِ قُوتِهَا
وَمِنَ الْأَدَمِ وَالْكِسْوَةِ مَا جَرَتْ بِهِ الْعَادَةُ.
Jika suami kaya, maka nafkahnya 2 mudd dari makanan
pokok sang istri, beserta lauk-pauk dan pakaian yang sesuai dengan kebiasaan.
وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَمُدٌّ مِنْ غَالِبِ قُوتِ الْبَلَدِ
وَمَا يَأْتَدِمُ بِهِ الْمُعْسِرُونَ وَيَكْسُونَهُ.
Jika suami miskin, maka nafkahnya satu mudd dari
makanan pokok daerah setempat, beserta lauk-pauk dan pakaian yang biasa dipakai
orang miskin.
وَإِنْ كَانَ مُتَوَسِّطًا فَمُدٌّ وَنِصْفٌ وَمِنَ الْأَدَمِ
وَالْكِسْوَةِ الْوَسَطِ.
Jika suami berada di tingkat menengah, maka nafkahnya satu
setengah mudd, dengan lauk-pauk dan pakaian tingkat menengah.
وَإِنْ كَانَتْ مِمَّنْ يَخْدِمُ مِثْلَهَا فَعَلَيْهِ إِخْدَامُهَا.
Jika sang istri berasal dari kalangan yang biasa dilayani
(memiliki pembantu), maka suami wajib menyediakan pelayan untuknya.
وَإِنْ أَعْسَرَ بِنَفَقَتِهَا فَلَهَا
فَسْخُ النِّكَاحِ، وَكَذَلِكَ إِنْ أَعْسَرَ بِالصَّدَاقِ قَبْلَ الدُّخُولِ.
Jika suami tidak mampu memberikan nafkah, maka istri berhak
untuk membatalkan pernikahan. Demikian pula jika suami tidak mampu membayar
mahar sebelum berhubungan badan.
[Hak Asuh Anak (Hadhonah)]
فَصْلٌ: وَإِذَا فَارَقَ الرَّجُلُ زَوْجَتَهُ
وَلَهُ مِنْهَا وَلَدٌ فَهِيَ أَحَقُّ بِحَضَانَتِهِ إِلَى سَبْعِ سِنِينَ، ثُمَّ يُخَيَّرُ
بَيْنَ أَبَوَيْهِ، فَأَيُّهُمَا اخْتَارَ سُلِّمَ إِلَيْهِ.
Fasl: Jika seorang pria bercerai dari istrinya dan
mereka memiliki anak, maka sang ibu lebih berhak atas pengasuhan anak tersebut
hingga berusia 7 tahun. Setelah itu, anak tersebut diberi pilihan antara ayah
atau ibunya. Siapa pun yang ia pilih, maka ia akan diserahkan kepadanya.
وَشَرَائِطُ الْحَضَانَةِ سَبْعٌ: الْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَالدِّينُ،
وَالْعِفَّةُ، وَالْأَمَانَةُ، وَالْإِقَامَةُ، وَالْخُلُوُّ مِنْ زَوْجٍ، فَإِنِ اخْتَلَّ
مِنْهَا شَرْطٌ سَقَطَتْ.
Syarat-syarat pengasuhan anak ada 7: [1] berakal, [2] merdeka, [3] beragama (Islam), [4] menjaga kehormatan diri, [5] amanah, [6] tinggal menetap (tidak sering
berpindah), dan [7] tidak bersuami (bagi ibu).
Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka hak asuhnya gugur.
KITAB KEJAHATAN (JINAYAT)
[Jenis Pembunuhan]
الْقَتْلُ عَلَى ثَلَاثَةِ أَضْرُبٍ: عَمْدٌ مَحْضٌ، وَخَطَأٌ مَحْضٌ،
وَعَمْدُ خَطَأٍ.
Ada tiga jenis pembunuhan: murni sengaja, murni keliru, dan sengaja yang keliru.
فَالْعَمْدُ الْمَحْضُ: أَنْ يَعْمِدَ إِلَى ضَرْبِهِ
بِمَا يَقْتُلُ غَالِبًا، وَيَقْصِدَ قَتْلَهُ بِذَلِكَ، فَيَجِبُ الْقَوَدُ عَلَيْهِ،
فَإِنْ عَفَا عَنْهُ وَجَبَتْ دِيَةٌ مُغَلَّظَةٌ حَالَّةٌ فِي مَالِ الْقَاتِلِ.
Pembunuhan murni sengaja: Seseorang memukul atau menyerang
orang lain dengan alat yang biasanya bisa membunuh, dan ia memang berniat untuk
membunuhnya. Hukumannya adalah qishosh
(dihukum mati). Kalau keluarga
korban memaafkan pelaku, maka pelaku harus membayar diyat mughollazhoh
(denda berat) yang dibayar langsung dari harta si pembunuh.
وَالْخَطَأُ الْمَحْضُ: أَنْ يَرْمِيَ إِلَى شَيْءٍ فَيُصِيبَ
رَجُلًا فَيَقْتُلَهُ، فَلَا قَوَدَ عَلَيْهِ، بَلْ تَجِبُ عَلَيْهِ دِيَةٌ مُخَفَّفَةٌ
عَلَى الْعَاقِلَةِ مُؤَجَّلَةٌ فِي ثَلَاثِ سِنِينَ.
Pembunuhan murni keliru: Seseorang melempar sesuatu ke suatu benda, tetapi
tidak sengaja mengenai orang lain hingga meninggal. Hukumannya tidak ada qishosh. Pelaku harus membayar diyat mukhoffafah (denda ringan)
yang dibayar oleh keluarga besarnya (‘aqilah) dan boleh dicicil selama tiga tahun.
وَعَمْدُ الْخَطَأِ: أَنْ يَقْصِدَ ضَرْبَهُ بِمَا
لَا يَقْتُلُ غَالِبًا فَيَمُوتَ، فَلَا قَوَدَ عَلَيْهِ، بَلْ تَجِبُ دِيَةٌ مُغَلَّظَةٌ
عَلَى الْعَاقِلَةِ مُؤَجَّلَةٌ فِي ثَلَاثِ سِنِينَ.
Pembunuhan sengaja yang keliru: Seseorang bermaksud
memukul orang lain dengan alat yang biasanya tidak mematikan, tetapi orang itu justru meninggal. Hukumannya tidak ada qishosh. Pelaku harus membayar diyat mughollazhoh
(denda berat) yang dibayar oleh keluarga besarnya (aqilah) dan boleh dicicil selama
tiga tahun.
[Syarat Qishosh]
وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الْقِصَاصِ
أَرْبَعَةٌ: أَنْ يَكُونَ
الْقَاتِلُ بَالِغًا عَاقِلًا، وَأَنْ لَا يَكُونَ وَالِدًا لِلْمَقْتُولِ، وَأَنْ
لَا يَكُونَ الْمَقْتُولُ أَنْقَصَ مِنَ الْقَاتِلِ بِكُفْرٍ أَوْ رِقٍّ.
Agar seseorang bisa dihukum qishosh, ada beberapa
syarat: [1] pembunuhnya harus sudah dewasa
dan [2] berakal sehat, [3] pembunuhnya bukan orang tua
dari korban, [4]
korban tidak boleh lebih rendah derajatnya dari pembunuh misalnya karena orang kafir atau budak.
وَتُقْتَلُ الْجَمَاعَةُ بِالْوَاحِدِ.
Jika ada sekelompok orang yang membunuh satu orang, maka
semua yang terlibat bisa dihukum mati.
وَكُلُّ شَخْصَيْنِ جَرَى الْقِصَاصُ
بَيْنَهُمَا فِي النَّفْسِ يَجْرِي بَيْنَهُمَا فِي الْأَطْرَافِ. وَشَرَائِطُ وُجُوبِ
الْقِصَاصِ فِي الْأَطْرَافِ بَعْدَ الشَّرَائِطِ الْمَذْكُورَةِ اثْنَانِ: الِاشْتِرَاكُ
فِي الِاسْمِ الْخَاصِّ، الْيُمْنَى بِالْيُمْنَى، وَالْيُسْرَى بِالْيُسْرَى، وَأَنْ
لَا يَكُونَ بِأَحَدِ الطَّرَفَيْنِ شَلَلٌ.
Syarat-syarat qishosh untuk melukai atau memotong
anggota badan hampir sama dengan syarat qishosh untuk pembunuhan,
ditambah dua syarat lagi: [1] jenis anggota
badannya harus sama (tangan kanan dibalas dengan tangan kanan, dan tangan kiri
dibalas dengan tangan kiri), [2] anggota
badan yang luka atau terpotong tidak boleh lumpuh.
وَكُلُّ عُضْوٍ أُخِذَ مِنْ مَفْصِلٍ
فَفِيهِ الْقِصَاصُ، وَلَا قِصَاصَ فِي الْجُرُوحِ إِلَّا فِي الْمُوَضِّحَةِ.
Qishosh bisa dilakukan pada anggota badan yang
dipotong dari persendian. Namun, untuk luka biasa, qishosh hanya berlaku
jika luka itu mencapai tulang.
[Diyat (Denda)]
فَصْلٌ: وَالدِّيَةُ عَلَى ضَرْبَيْنِ: مُغَلَّظَةٍ وَمُخَفَّفَةٍ.
Diyat ada dua jenis: diyat mughollazhoh (denda berat)
dan diyat mukhoffafah (denda ringan).
فَالْمُغَلَّظَةُ: مِائَةٌ مِنَ الْإِبِلِ: ثَلَاثُونَ
حِقَّةً، وَثَلَاثُونَ جَذَعَةً، وَأَرْبَعُونَ خَلِفَةً فِي بُطُونِهَا أَوْلَادُهَا.
Diyat mughollazhoh adalah 100 ekor unta yang terdiri dari: 30 unta
hiqqoh
(berumur 3-4 tahun), 30 unta jadza’ah (berumur 4-5 tahun), dan 40 unta
betina hamil (kholifah).
وَالْمُخَفَّفَةُ: مِائَةٌ مِنَ الْإِبِلِ: عِشْرُونَ
حِقَّةً، وَعِشْرُونَ جَذَعَةً، وَعِشْرُونَ بِنْتَ لَبُونٍ، وَعِشْرُونَ ابْنَ لَبُونٍ،
وَعِشْرُونَ بِنْتَ مَخَاضٍ.
Diyat mukhoffafah adalah 100 ekor unta yang terdiri
dari: 20 unta hiqqoh,
20 unta jadza’ah, 20 unta bintu labun (berumur 2-3 tahun), 20
unta ibnu labun (berumur 2-3 tahun), dan 20 unta bintu makhodh
(berumur 1-2 tahun).
فَإِنْ عَدِمَتِ الْإِبِلُ انْتَقَلَ
إِلَى قِيمَتِهَا، وَقِيلَ يَنْتَقِلُ إِلَى أَلْفِ دِينَارٍ أَوْ اثْنَيْ عَشَرَ أَلْفَ
دِرْهَمٍ. وَإِنْ غُلِّظَتْ زِيدَ عَلَيْهَا الثُّلُثُ.
Jika tidak ada unta, maka bisa diganti dengan harganya. Ada
juga yang mengatakan bisa diganti dengan 1.000 dinar emas atau 12.000 dirham
perak. Jika dendanya berat, maka ditambah sepertiganya.
وَتُغَلَّظُ دِيَةُ الْخَطَأِ فِي
ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ: إِذَا قُتِلَ فِي الْحَرَمِ، أَوْ فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ،
أَوْ قُتِلَ ذَا رَحِمٍ مُحَرَّمٍ.
Diyat untuk pembunuhan tidak sengaja bisa menjadi berat
dalam tiga keadaan: [1] terjadi di tanah
suci (Makkah), [2] terjadi di bulan-bulan
Harom (Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharrom, dan Rojab), [3]
korbannya adalah kerabat dekat (misalnya paman atau bibi).
وَدِيَةُ الْمَرْأَةِ عَلَى النِّصْفِ
مِنْ دِيَةِ الرَّجُلِ، وَدِيَةُ الْيَهُودِيِّ وَالنَّصْرَانِيِّ ثُلُثُ دِيَةِ الْمُسْلِمِ،
وَأَمَّا الْمَجُوسِيُّ فَفِيهِ ثُلُثَا عَشْرِ دِيَةِ الْمُسْلِمِ.
Diyat untuk perempuan adalah setengah dari diyat laki-laki.
Diyat untuk orang Yahudi dan Nashroni adalah sepertiga diyat Muslim. Sedangkan
diyat untuk orang Majusi adalah 1/15
(perlu dicek lagi terjemah ini) diyat
Muslim.
وَتُكْمَلُ دِيَةُ النَّفْسِ فِي
قَطْعِ الْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ وَالْأَنْفِ وَالْأُذُنَيْنِ وَالْعَيْنَيْنِ وَالْجُفُونِ
الْأَرْبَعَةِ وَاللِّسَانِ وَالشَّفَتَيْنِ وَذَهَابِ الْكَلَامِ وَذَهَابِ الْبَصَرِ
وَذَهَابِ السَّمْعِ وَذَهَابِ الشَّمِّ وَذَهَابِ الْعَقْلِ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَيَيْنِ.
Diyat penuh (seperti diyat nyawa) juga diberikan jika
seseorang kehilangan fungsi anggota badannya, seperti: Kedua tangan, kedua
kaki, hidung, kedua telinga, kedua mata, empat kelopak mata, lidah, dua bibir;
kehilangan kemampuan berbicara, melihat, mendengar, mencium, atau berakal; kehilangan
alat kelamin pria dan dua testis.
وَفِي الْمُوَضِّحَةِ وَالسِّنِّ
خَمْسٌ مِنَ الْإِبِلِ، وَفِي كُلِّ عُضْوٍ لَا مَنْفَعَةَ فِيهِ حُكُومَةٌ.
Untuk luka yang mencapai tulang atau gigi, dendanya 5 ekor
unta. Sedangkan untuk anggota tubuh yang tidak punya fungsi penting, dendanya
ditentukan oleh hakim.
وَدِيَةُ الْعَبْدِ قِيمَتُهُ، وَدِيَةُ
الْجَنِينِ الْحُرِّ غُرَّةُ عَبْدٍ أَوْ أَمَةٍ، وَدِيَةُ الْجَنِينِ الرَّقِيقِ عُشْرُ
قِيمَةِ أُمِّهِ.
Diyat untuk budak adalah seharga budak itu sendiri. Diyat
untuk janin yang merdeka adalah seorang budak laki-laki atau perempuan. Diyat
untuk janin budak adalah sepersepuluh harga ibunya.
[Sumpah dan Lauts]
فَصْلٌ: وَإِذَا اقْتَرَنَ بِدَعْوَى الدَّمِ
لَوْثٌ يَقَعُ بِهِ فِي النَّفْسِ صِدْقُ الْمُدَّعِي حَلَفَ الْمُدَّعِي خَمْسِينَ
يَمِينًا وَاسْتَحَقَّ الدِّيَةَ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ لَوْثٌ فَالْيَمِينُ
عَلَى الْمُدَّعَى عَلَيْهِ.
Jika ada lauts (petunjuk kuat) bahwa seseorang itu
pelakunya, maka orang yang menuduh harus bersumpah 50 kali untuk mendapatkan
diyat. Namun
jika tidak ada lauts (indikasi kuat), maka sumpah berada di pihak
tergugat.
وَعَلَى قَاتِلِ النَّفْسِ الْمُحَرَّمَةِ
كَفَّارَةٌ: عِتْقُ
رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ سَلِيمَةٍ مِنَ الْعُيُوبِ الْمُضِرَّةِ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ
شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ.
Pelaku pembunuhan jiwa yang diharomkan
wajib juga membayar
tebusan (kaffaroh), yaitu: memerdekakan
budak Muslim yang tidak cacat.
Jika tidak bisa, maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut.
KITAB
HUKUMAN (HUDUD)
[Zina]
وَالزَّانِي عَلَى ضَرْبَيْنِ: مُحْصَنٌ وَغَيْرُ مُحْصَنٍ.
Pelaku zina ada dua jenis: sudah menikah (muhshon)
dan belum menikah (ghoiru muhshon).
فَالْمُحْصَنُ حَدُّهُ الرَّجْمُ، وَغَيْرُ الْمُحْصَنِ
حَدُّهُ مِائَةُ جَلْدَةٍ، وَتَغْرِيبُ عَامٍ، إِلَى مَسَافَةِ الْقَصْرِ.
Muhshon (sudah menikah) dihukum rojm
(dilempari batu sampai meninggal). Ghoiru
muhshon (belum menikah) dihukum 100 kali cambukan dan diasingkan selama
satu tahun.
وَشَرَائِطُ الْإِحْصَانِ أَرْبَعٌ: الْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ،
وَوُجُودُ الْوَطْءِ فِي نِكَاحٍ صَحِيحٍ.
Syarat seseorang disebut muhshon ada 4:
[1] sudah
dewasa, [2] berakal sehat, [3] orang
merdeka, [4] pernah berhubungan suami-istri dalam
pernikahan yang sah.
وَالْعَبْدُ وَالْأَمَةُ حَدُّهُمَا نِصْفُ حَدِّ الْحُرِّ، وَحُكْمُ
اللِّوَاطِ وَإِتْيَانِ الْبَهَائِمِ كَحُكْمِ الزِّنَا، وَمَنْ وَطِئَ فِيمَا دُونَ
الْفَرْجِ عُزِّرَ وَلَا يُبْلَغُ بِالتَّعْزِيرِ أَدْنَى الْحُدُودِ.
Hukuman untuk budak laki-laki dan perempuan adalah setengah
dari hukuman orang merdeka. Hukuman
untuk sodomi dan hubungan dengan hewan sama seperti hukuman zina. Jika seseorang melakukan perbuatan
kurang dari zina (misalnya berciuman), ia bisa diberi hukuman cambuk, tetapi
tidak sampai batas hukuman zina.
[Qodzaf (Menuduh Zina)]
فَصْلٌ: وَإِذَا قَذَفَ غَيْرَهُ بِالزِّنَا
فَعَلَيْهِ حَدُّ الْقَذْفِ بِثَمَانِيَةِ شَرَائِطَ، ثَلَاثَةٌ مِنْهَا فِي الْقَاذِفِ،
وَهُوَ أَنْ يَكُونَ بَالِغًا عَاقِلًا، وَأَنْ لَا يَكُونَ وَالِدًا لِلْمَقْذُوفِ،
وَخَمْسَةٌ فِي الْمَقْذُوفِ، وَهُوَ أَنْ يَكُونَ مُسْلِمًا بَالِغًا عَاقِلًا حُرًّا
عَفِيفًا.
Jika seseorang menuduh orang lain berzina, ia harus dihukum
cambuk sebanyak 80 kali. Hukuman ini berlaku jika memenuhi syarat berikut: Syarat
untuk si penuduh (qodzaf): [1] sudah dewasa
dan berakal sehat, [2] bukan orang tua dari
orang yang dituduh. Syarat untuk orang yang dituduh: [1] beragama
Islam, [2] sudah dewasa dan berakal sehat, [3] orang
merdeka, [4] menjaga diri dari perbuatan keji.
وَيُحَدُّ الْحُرُّ ثَمَانِينَ وَالْعَبْدُ
أَرْبَعِينَ.
Hukuman cambuk bagi orang merdeka adalah 80 kali, sedangkan
bagi budak 40 kali.
وَيَسْقُطُ حَدُّ الْقَذْفِ بِثَلَاثَةِ
أَشْيَاءَ إِقَامَةِ الْبَيِّنَةِ أَوْ عَفْوِ الْمَقْذُوفِ أَوِ اللِّعَانِ فِي حَقِّ
الزَّوْجَةِ.
Hukuman ini bisa gugur jika: [1]
penuduh bisa menghadirkan bukti, [2] orang
yang dituduh memaafkan, [3] ada li’an
(sumpah) untuk kasus suami-istri.
[Khomr (Miras)]
فَصْلٌ: وَمَنْ شَرِبَ خَمْرًا أَوْ شَرَابًا
مُسْكِرًا يُحَدُّ أَرْبَعِينَ وَيَجُوزُ أَنْ يُبْلَغَ بِهِ ثَمَانِينَ عَلَى وَجْهِ
التَّعْزِيرِ،
Siapa
yang minum khomr atau minuman memabukkan lainnya, dihukum cambuk 40 kali, dan
bisa ditambah hingga 80 kali sebagai hukuman tambahan.
وَيَجِبُ عَلَيْهِ بِأَحَدِ أَمْرَيْنِ
بِالْبَيِّنَةِ أَوِ الْإِقْرَارِ وَلَا يُحَدُّ بِالْقَيْءِ وَالِاسْتِنْكَاهِ.
Hukuman ini bisa dijatuhkan jika ada saksi atau pengakuan
dari si pelaku. Tidak bisa dihukum hanya karena muntah atau bau mulut.
[Pencurian]
فَصْلٌ: وَتُقْطَعُ يَدُ السَّارِقِ بِثَلَاثَةِ
شَرَائِطَ أَنْ يَكُونَ بَالِغًا عَاقِلًا وَأَنْ يَسْرِقَ نِصَابًا قِيمَتُهُ رُبْعُ
دِينَارٍ مِنْ حِرْزٍ مِثْلِهِ لَا مِلْكَ لَهُ فِيهِ وَلَا شُبْهَةَ فِي مَالِ الْمَسْرُوقِ
مِنْهُ
Tangan pencuri dipotong dengan tiga syarat: [1] ia harus baligh dan berakal,
[2] ia mencuri harta yang
mencapai nishob senilai seperempat dinar, dari tempat penyimpanan yang layak,
dan [3] ia tidak memiliki bagian
kepemilikan di dalamnya serta tidak ada syubhat pada harta yang dicuri.
وَتُقْطَعُ يَدُهُ الْيُمْنَى مِنْ
مَفْصِلِ الْكُوعِ فَإِنْ سَرَقَ ثَانِيًا قُطِعَتْ رِجْلُهُ الْيُسْرَى فَإِنْ سَرَقَ
ثَالِثًا قُطِعَتْ يَدُهُ الْيُسْرَى فَإِنْ سَرَقَ رَابِعًا قُطِعَتْ رِجْلُهُ الْيُمْنَى
فَإِنْ سَرَقَ بَعْدَ ذَلِكَ عُزِّرَ وَقِيلَ يُقْتَلُ صَبْرًا.
Tangan kanan pencuri dipotong di pergelangan tangan. Jika
mencuri lagi, kaki kirinya dipotong. Jika mencuri untuk ketiga kalinya, tangan
kirinya dipotong. Jika mencuri untuk keempat kalinya, kaki kanannya dipotong.
Jika mencuri lagi setelah itu, ia bisa diberi hukuman lain, atau bahkan dibunuh dengan dipenjara.
[Begal Jalanan]
فَصْلٌ: وَقُطَّاعُ الطَّرِيقِ عَلَى
أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ: إِنْ قَتَلُوا وَلَمْ يَأْخُذُوا الْمَالَ قُتِلُوا، فَإِنْ
قَتَلُوا وَأَخَذُوا الْمَالَ قُتِلُوا وَصُلِبُوا، وَإِنْ أَخَذُوا الْمَالَ وَلَمْ
يَقْتُلُوا قُطِعَتْ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ، فَإِنْ أَخَافُوا السَّبِيلَ
وَلَمْ يَأْخُذُوا مَالًا وَلَمْ يَقْتُلُوا حُبِسُوا وَعُزِّرُوا.
Hukuman untuk begal ada empat jenis: [1] jika
hanya membunuh dan tidak mengambil harta, maka mereka dihukum mati; [2]
jika membunuh dan mengambil harta, maka mereka dihukum mati lalu disalib; [3]
jika hanya mengambil harta dan tidak membunuh, maka tangan kanan dan
kaki kiri mereka dipotong secara bersilangan; [4] jika hanya
menakut-nakuti tanpa membunuh atau mengambil harta, maka mereka dipenjara dan
dihukum cambuk.
وَمَنْ تَابَ مِنْهُمْ قَبْلَ الْقُدْرَةِ
عَلَيْهِ سَقَطَتْ عَنْهُ الْحُدُودُ وَأُخِذَ بِالْحُقُوقِ.
Jika para begal ini bertaubat sebelum ditangkap,
hukuman-hukuman ini gugur, tetapi mereka tetap harus mengganti kerugian yang
sudah mereka sebabkan.
[Pembelaan Diri]
فَصْلٌ: وَمَنْ قَصَدَ بِأَذًى فِي نَفْسِهِ
أَوْ مَالِهِ أَوْ حَرِيمِهِ فَقَاتَلَ عَنْ ذَلِكَ وَقُتِلَ فَلَا ضَمَانَ عَلَيْهِ
وَعَلَى رَاكِبِ الدَّابَّةِ ضَمَانُ مَا أَتْلَفَتْهُ دَابَّتُهُ.
Jika seseorang diserang dan terancam nyawanya, hartanya,
atau kehormatannya, dan ia melawan hingga pelaku terbunuh, ia tidak perlu
membayar ganti rugi. Namun, jika ada hewan yang merusak sesuatu, pemilik hewan
tersebut wajib membayar ganti rugi.
[Pemberontak]
فَصْلٌ: وَيُقَاتَلُ أَهْلُ الْبَغْيِ
بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونُوا فِي مَنْعَةٍ، وَأَنْ يَخْرُجُوا عَنْ قَبْضَةِ
الْإِمَامِ، وَأَنْ يَكُونَ لَهُمْ تَأْوِيلٌ سَائِغٌ.
Pemberontak yang melawan pemimpin bisa diperangi jika
memenuhi 3 syarat: [1] mereka punya kekuatan dan perlindungan, [2]
mereka memberontak dari pemerintahan yang sah, [3] mereka
punya alasan yang dimaklumi
(meskipun keliru).
وَلَا يُقْتَلُ أَسِيرُهُمْ، وَلَا
يُغْنَمُ مَالُهُمْ، وَلَا يُذَفَّفُ عَلَى جَرِيحِهِمْ.
Jika pemberontak ditangkap, mereka tidak boleh dibunuh.
Harta mereka tidak boleh dirampas, dan yang terluka tidak boleh dibunuh.
[Murtad]
فَصْلٌ: وَمَنِ ارْتَدَّ عَنِ الْإِسْلَامِ اسْتُتِيبَ ثَلَاثًا، فَإِنْ تَابَ
وَإِلَّا قُتِلَ وَلَمْ يُغَسَّلْ، وَلَمْ يُصَلَّ عَلَيْهِ، وَلَمْ يُدْفَنْ فِي مَقَابِرِ
الْمُسْلِمِينَ.
Orang yang keluar dari agama Islam harus diminta bertaubat 3 kali. Jika ia mau
bertaubat, maka ia dibiarkan.
Jika tidak, ia dihukum mati. Janazahnya
tidak boleh dimandikan, tidak disholatkan, dan tidak dikuburkan di pemakaman
Muslim.
[Meninggalkan Sholat]
فَصْلٌ: وَتَارِكُ الصَّلَاةِ عَلَى
ضَرْبَيْنِ:
Orang yang tidak Sholat ada dua jenis:
أَحَدُهُمَا: أَنْ يَتْرُكَهَا غَيْرَ مُعْتَقِدٍ
لِوُجُوبِهَا فَحُكْمُهُ حُكْمُ الْمُرْتَدِّ.
Pertama: Orang yang tidak Sholat karena
tidak percaya Sholat itu wajib. Hukumannya sama dengan orang murtad.
وَالثَّانِي: أَنْ يَتْرُكَهَا كَسَلًا مُعْتَقِدًا
لِوُجُوبِهَا فَيُسْتَتَابُ فَإِنْ تَابَ وَصَلَّى وَإِلَّا قُتِلَ حَدًّا، وَكَانَ
حُكْمُهُ حُكْمَ الْمُسْلِمِينَ.
Kedua: Orang yang tidak Sholat karena
malas, padahal ia percaya Sholat itu wajib. Ia diminta bertaubat. Jika ia
bertaubat dan Sholat, maka dibiarkan.
Jika tidak, ia dihukum mati, dan janazahnya diperlakukan sebagai janazah Muslim.
KITAB JIHAD
[Syarat Wajib Jihad]
وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الْجِهَادِ
سَبْعُ خِصَالٍ: الْإِسْلَامُ،
وَالْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَالذُّكُورَةُ، وَالصِّحَّةُ، وَالطَّاقَةُ
عَلَى الْقِتَالِ.
Syarat wajibnya Jihad ada 7: [1] Islam, [2] baligh, [3] berakal, [4] merdeka, [5] laki-laki, [6] sehat, dan [7] memiliki kemampuan untuk berperang.
وَمَنْ أُسِرَ مِنَ الْكُفَّارِ
فَعَلَى ضَرْبَيْنِ: ضَرْبٌ يَصِيرُ رَقِيقًا بِنَفْسِ السَّبْيِ وَهُمُ
الصِّبْيَانُ وَالنِّسَاءُ، وَضَرْبٌ لَا يَرِقُّ بِنَفْسِ السَّبْيِ وَهُمُ
الرِّجَالُ الْبَالِغُونَ.
Tawanan dari pihak musuh ada 2 jenis: [1] jenis pertama adalah mereka yang
langsung menjadi budak begitu ditawan, yaitu anak-anak dan para wanita, [2] jenis kedua adalah mereka yang tidak
langsung menjadi budak, yaitu para laki-laki dewasa.
وَالْإِمَامُ مُخَيَّرٌ فِيهِمْ
بَيْنَ أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ: الْقَتْلِ، وَالِاسْتِرْقَاقِ، وَالْمَنِّ، وَالْفِدْيَةِ
بِالْمَالِ أَوْ بِالرِّجَالِ، يَفْعَلُ مِنْ ذَلِكَ مَا فِيهِ الْمَصْلَحَةُ.
Imam (pemimpin) memiliki 4 pilihan terhadap tawanan
laki-laki dewasa tersebut: [1] dibunuh, [2] dijadikan budak, [3]
dibebaskan tanpa tebusan, atau [4] dibebaskan
dengan tebusan (baik berupa harta maupun pertukaran tawanan). Imam akan memilih
opsi yang paling membawa maslahat bagi kaum Muslimin.
وَمَنْ أَسْلَمَ قَبْلَ الْأَسْرِ
أَحْرَزَ مَالَهُ وَدَمَهُ وَصِغَارَ أَوْلَادِهِ.
Siapa masuk Islam sebelum ditawan, maka harta, darah, dan
anak-anak kecilnya terlindungi.
وَيُحْكَمُ لِلصَّبِيِّ بِالْإِسْلَامِ
عِنْدَ وُجُودِ ثَلَاثَةِ أَسْبَابٍ: أَنْ يُسْلِمَ أَحَدُ أَبَوَيْهِ، أَوْ يَسْبِيَهُ
مُسْلِمٌ مُنْفَرِدًا عَنْ أَبَوَيْهِ، أَوْ يُوجَدَ لَقِيطًا فِي دَارِ الْإِسْلَامِ.
Seorang anak dihukumi sebagai Muslim jika ada salah satu
dari 3 sebab: [1] salah satu orang tuanya
masuk Islam, [2] ia ditawan oleh seorang
Muslim terpisah dari orang tuanya, atau [3] ia
ditemukan sebagai anak terlantar di wilayah kekuasaan Islam.
[Harta Rampasan Perang
(Ghonimah)]
فَصْلٌ: وَمَنْ قَتَلَ قَتِيلًا أُعْطِيَ
سَلَبُهُ.
Fasl: Siapa berhasil membunuh musuh dalam
pertempuran, ia berhak mendapatkan salab (harta pribadi yang melekat
pada musuh tersebut).
وَتُقَسَّمُ الْغَنِيمَةُ بَعْدَ
ذَلِكَ عَلَى خَمْسَةِ أَخْمَاسٍ:
Setelah itu, sisa harta rampasan perang (ghonimah) dibagi
menjadi 5 bagian:
فَيُعْطَى أَرْبَعَةُ أَخْمَاسِهَا لِمَنْ شَهِدَ الْوَقْعَةَ: لِلْفَارِسِ
ثَلَاثَةُ أَسْهُمٍ، وَلِلرَّاجِلِ سَهْمٌ، وَلَا يُسْهَمُ إِلَّا لِمَنِ اسْتَكْمَلَتْ
فِيهِ خَمْسُ شَرَائِطَ: الْإِسْلَامُ وَالْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَالْحُرِّيَّةُ وَالذُّكُورَةُ،
فَإِنِ اخْتَلَّ شَرْطٌ مِنْ ذَلِكَ رُضِخَ لَهُ وَلَمْ يُسْهَمْ لَهُ.
Empat perlima bagian diberikan kepada para pejuang yang ikut
serta dalam pertempuran: pasukan berkuda mendapatkan 3 bagian, dan pasukan
pejalan kaki mendapatkan satu bagian. Seseorang tidak akan mendapatkan bagian
kecuali jika memenuhi 5 syarat: [1] Islam, [2] baligh,
[3] berakal, [4] merdeka, [5] dan laki-laki. Jika salah satu syarat
ini tidak terpenuhi, ia hanya diberi pesangon (rodhkh), bukan bagian khusus.
وَيُقْسَمُ لَهُ الْخُمُسُ عَلَى خَمْسَةِ أَسْهُمٍ: سَهْمٌ
لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ يُصْرَفُ بَعْدَهُ لِلْمَصَالِحِ، وَسَهْمٌ لِذَوِي الْقُرْبَى
وَهُمْ بَنُو هَاشِمٍ وَبَنُو الْمُطَّلِبِ، وَسَهْمٌ لِلْيَتَامَى، وَسَهْمٌ
لِلْمَسَاكِينِ، وَسَهْمٌ لِأَبْنَاءِ السَّبِيلِ.
Seperlima bagian sisanya dibagi lagi menjadi 5: [1] satu bagian untuk Rosulullah
ﷺ yang setelah beliau
wafat digunakan untuk kemaslahatan umum, [2] satu bagian untuk kerabat dekat Nabi ﷺ:
Bani Hasyim dan Bani Al-Muththolib, [3] satu bagian untuk anak-anak yatim, [4] satu bagian untuk orang-orang miskin,
dan [5] satu bagian untuk para
musafir (ibnu sabil).
[Harta Fai’]
فَصْلٌ: وَيُقْسَمُ مَالُ الْفَيْءِ
عَلَى خَمْسِ فِرَقٍ: يُصْرَفُ خُمْسُهُ عَلَى مَنْ يُصْرَفُ عَلَيْهِمْ خُمُسُ
الْغَنِيمَةِ وَيُعْطَى أَرْبَعَةُ أَخْمَاسِهِ لِلْمُقَاتِلَةِ وَفِي مَصَالِحِ الْمُسْلِمِينَ.
Fasl: Harta fai’ (harta musuh yang didapat tanpa
pertempuran) dibagi untuk 5 kelompok: seperlimanya dibagikan kepada golongan
yang sama dengan penerima seperlima ghonimah. Empat perlima sisanya diberikan
kepada para pejuang dan untuk kemaslahatan kaum Muslimin.
[Jizyah]
فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الْجِزْيَةِ
خَمْسُ خِصَالٍ: الْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَالذُّكُورَةُ، وَأَنْ
يَكُونَ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أَوْ مِمَّنْ لَهُ شُبْهَةُ كِتَابٍ.
Fasl: Syarat wajibnya jizyah (pajak perlindungan bagi
non-Muslim di wilayah Islam) ada 5: [1] baligh, [2] berakal,
[3] merdeka, [4] laki-laki, dan [5] berasal dari kalangan Ahli Kitab atau
yang memiliki kemiripan dengan Ahli Kitab.
وَأَقَلُّ الْجِزْيَةِ: دِينَارٌ فِي كُلِّ حَوْلٍ، وَيُؤْخَذُ
مِنَ الْمُتَوَسِّطِ دِينَارَانِ، وَمِنَ الْمُوسِرِ أَرْبَعَةُ دَنَانِيرَ، وَيَجُوزُ
أَنْ يُشْتَرَطَ عَلَيْهِمُ الضِّيَافَةُ فَضْلًا عَنْ مِقْدَارِ الْجِزْيَةِ.
Besaran minimal jizyah adalah satu dinar setiap
tahun. Dari kalangan menengah diambil 2 dinar, dan dari kalangan kaya diambil 4 dinar. Boleh juga mensyaratkan kepada
mereka untuk menyediakan jamuan (untuk pasukan Muslim) di luar dari besaran jizyah.
وَيَتَضَمَّنُ عَقْدُ الْجِزْيَةِ
أَرْبَعَةَ أَشْيَاءَ: أَنْ يُؤَدُّوا الْجِزْيَةَ عَنْ أَيْدٍ، وَأَنْ تَجْرِيَ
عَلَيْهِمْ أَحْكَامُ الْإِسْلَامِ، وَأَنْ لَا يَذْكُرُوا دِينَ الْإِسْلَامِ إِلَّا
بِخَيْرٍ، وَأَنْ لَا يَفْعَلُوا مَا فِيهِ ضَرَرٌ عَلَى الْمُسْلِمِينَ.
Akad jizyah mencakup 4 hal: [1] mereka harus membayar jizyah dengan
tunduk, [2] hukum-hukum Islam berlaku
atas mereka, [3] mereka tidak boleh menyebut
agama Islam kecuali dengan kebaikan, dan [4] mereka tidak boleh melakukan sesuatu yang merugikan kaum
Muslimin.
وَيُعْرَفُونَ بِلُبْسِ الْغِيَارِ،
وَشَدِّ الزِّنَّارِ، وَيُمْنَعُونَ مِنْ رُكُوبِ الْخَيْلِ.
Mereka dibedakan dengan mengenakan pakaian khusus dan
mengikat pinggang khas (zinnar), serta dilarang menunggangi kuda.
KITAB BURUAN DAN SEMBELIHAN
[Tata Cara
Penyembelihan]
وَمَا قُدِرَ عَلَى ذَكَاتِهِ فَذَكَاتُهُ
فِي حَلْقِهِ وَلَبَّتِهِ، وَمَا لَمْ يُقْدَرْ عَلَى ذَكَاتِهِ فَذَكَاتُهُ عَقْرُهُ
حَيْثُ قُدِرَ عَلَيْهِ.
Hewan yang bisa dikendalikan, maka cara penyembelihannya
adalah di leher dan pangkal lehernya. Adapun hewan yang tidak bisa dikendalikan
(misalnya, hewan liar atau yang mengamuk), cara penyembelihannya adalah dengan
melukainya di bagian tubuh mana pun yang memungkinkan.
وَكَمَالُ الذَّكَاةِ أَرْبَعَةُ
أَشْيَاءَ: قَطْعُ
الْحُلْقُومِ، وَالْمَرِيءِ، وَالْوَدْجَيْنِ. وَالْمُجْزِئُ مِنْهَا شَيْئَانِ:
قَطْعُ الْحُلْقُومِ وَالْمَرِيءِ.
Kesempurnaan penyembelihan adalah dengan memotong 4 saluran:
saluran pernapasan (hulqum), saluran makanan (mari’), dan 2 urat
leher (wadjain). Batas minimal sahnya sembelihan adalah terpotongnya
saluran pernapasan dan saluran makanan.
وَيَجُوزُ الِاصْطِيَادُ بِكُلِّ
جَارِحَةٍ مُعَلَّمَةٍ مِنَ السِّبَاعِ، وَمِنْ جَوَارِحِ الطَّيْرِ.
Boleh berburu dengan menggunakan hewan pemburu yang
terlatih, baik dari jenis binatang buas maupun dari jenis burung pemangsa.
وَشَرَائِطُ تَعْلِيمِهَا أَرْبَعَةٌ: أَنْ تَكُونَ إِذَا أُرْسِلَتْ
اسْتَرْسَلَتْ، وَإِذَا زُجِرَتْ انْزَجَرَتْ، وَإِذَا قَتَلَتْ صَيْدًا لَمْ تَأْكُلْ
مِنْهُ شَيْئًا، وَأَنْ يَتَكَرَّرَ ذَلِكَ مِنْهَا. فَإِنْ عَدِمَتْ أَحَدَ الشَّرَائِطِ
لَمْ يَحِلَّ مَا أَخَذَتْهُ إِلَّا أَنْ يُدْرِكَ حَيًّا فَيُذَكَّى.
Syarat hewan pemburu dianggap terlatih ada 4: [1] jika diperintah, ia langsung berangkat; [2] jika dilarang, ia langsung berhenti; [3] jika ia berhasil membunuh buruan, ia tidak
memakannya sedikit pun; [4] perilaku ini
terjadi berulang kali. Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka hasil
buruannya tidak halal dimakan, kecuali jika hewan buruan itu masih sempat
didapati dalam keadaan hidup lalu disembelih secara syar’i.
وَتَجُوزُ الذَّكَاةُ بِكُلِّ مَا
يَجْرَحُ إِلَّا بِالسِّنِّ وَالظُّفُرِ، وَتَحِلُّ ذَكَاةُ كُلِّ مُسْلِمٍ وَكِتَابِيٍّ،
وَلَا تَحِلُّ ذَبِيحَةُ مَجُوسِيٍّ وَلَا وَثَنِيٍّ، وَذَكَاةُ الْجَنِينِ بِذَكَاةِ
أُمِّهِ إِلَّا أَنْ يُوجَدَ حَيًّا فَيُذَكَّى، وَمَا قُطِعَ مِنْ حَيٍّ فَهُوَ مَيْتٌ
إِلَّا الشُّعُورَ الْمُنْتَفَعَ بِهَا فِي الْمَفَارِشِ وَالْمَلَابِسِ.
Penyembelihan boleh dilakukan dengan alat apa pun yang bisa
melukai, kecuali dengan gigi dan kuku. Sembelihan setiap Muslim dan Ahli Kitab
hukumnya halal. Sembelihan seorang Majusi dan penyembah berhala tidak halal.
Penyembelihan janin cukup dengan menyembelih induknya, kecuali jika janin itu
ditemukan dalam keadaan hidup, maka ia harus disembelih secara terpisah. Bagian
tubuh yang terpotong dari hewan yang masih hidup hukumnya bangkai, kecuali
rambut dan bulu yang bisa dimanfaatkan untuk permadani dan pakaian.
[Hewan yang Harom]
فَصْلٌ: وَكُلُّ حَيَوَانٍ اسْتَطَابَتْهُ
الْعَرَبُ فَهُوَ حَلَالٌ إِلَّا مَا وَرَدَ الشَّرْعُ بِتَحْرِيمِهِ، وَكُلُّ حَيَوَانٍ
اسْتَخْبَثَتْهُ الْعَرَبُ فَهُوَ حَرَامٌ إِلَّا مَا وَرَدَ الشَّرْعُ بِإِبَاحَتِهِ
Fasl: Setiap hewan yang dianggap baik oleh bangsa Arob, maka ia halal, kecuali
ada dalil syariat yang mengharomkannya. Setiap hewan yang dianggap menjijikkan
oleh bangsa Arob, maka
ia harom, kecuali ada dalil syariat yang menghalalkannya.
وَيَحْرُمُ مِنَ السِّبَاعِ مَا
لَهُ نَابٌ قَوِيٌّ يَعْدُو بِهِ، وَيَحْرُمُ مِنَ الطُّيُورِ مَا لَهُ مِخْلَبٌ قَوِيٌّ
يَجْرَحُ بِهِ
Diharomkan dari binatang buas, setiap yang memiliki taring
kuat untuk menyerang. Diharomkan dari jenis burung, setiap yang memiliki cakar
kuat untuk mencengkeram.
وَيَحِلُّ لِلْمُضْطَرِّ فِي الْمَخْمَصَةِ
أَنْ يَأْكُلَ مِنَ الْمَيْتَةِ الْمُحَرَّمَةِ مَا يَسُدُّ بِهِ رَمَقَهُ
Bagi orang yang dalam keadaan terpaksa karena kelaparan, ia
boleh memakan bangkai yang harom sekadar untuk menyambung hidup.
وَمَيْتَتَانِ حَلَالَانِ السَّمَكُ
وَالْجَرَادُ، وَدَمَانِ حَلَالَانِ الْكَبِدُ وَالطِّحَالُ
Dua jenis bangkai yang halal adalah ikan dan belalang. Dua
jenis darah yang halal adalah hati dan limpa.
[Qurban (Udh-hiyyah)]
فَصْلٌ: وَالْأُضْحِيَّةُ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ،
وَيُجْزِئُ فِيهَا الْجَذَعُ مِنَ الضَّأْنِ، وَالثَّنِيُّ مِنَ الْمَعْزِ، وَالثَّنِيُّ
مِنَ الْإِبِلِ، وَالثَّنِيُّ مِنَ الْبَقَرِ، وَتُجْزِئُ الْبَدَنَةُ عَنْ سَبْعَةٍ،
وَالْبَقَرَةُ عَنْ سَبْعَةٍ، وَالشَّاةُ عَنْ وَاحِدٍ.
Fasl: Kurban hukumnya sunnah yang sangat ditekankan.
Hewan yang sah untuk kurban adalah domba yang sudah berumur satu tahun (jadza’ah), atau kambing, unta,
dan sapi yang sudah berumur 2 tahun (tsani). Satu unta bisa untuk 7
orang, satu sapi untuk 7 orang, dan satu kambing untuk satu orang.
وَأَرْبَعٌ لَا تُجْزِئُ فِي الضَّحَايَا: الْعَوْرَاءُ الْبَيِّنُ عَوَرُهَا،
وَالْعَرْجَاءُ الْبَيِّنُ عَرَجُهَا، وَالْمَرِيضَةُ الْبَيِّنُ مَرَضُهَا، وَالْعَجْفَاءُ
الَّتِي ذَهَبَ مُخُّهَا مِنَ الْهُزَالِ.
Empat jenis hewan yang tidak sah untuk kurban: [1] yang buta sebelah secara
jelas, [2] yang pincang secara jelas, [3] yang sakit secara jelas, dan
[4] yang kurus kering hingga
hilang sumsum tulangnya.
وَيُجْزِئُ: الْخَصِيُّ، وَالْمَكْسُورُ الْقَرْنِ،
وَلَا تُجْزِئُ: الْمَقْطُوعَةُ الْأُذُنِ وَالذَّنَبِ.
Sah berkurban dengan hewan yang dikebiri dan yang patah
tanduknya. Tidak sah berkurban dengan hewan yang telinga atau ekornya
terpotong.
وَوَقْتُ الذَّبْحِ: مِنْ وَقْتِ صَلَاةِ الْعِيدِ
إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ.
Waktu penyembelihan adalah sejak selesai Sholat ‘Id hingga
terbenamnya matahari di hari Tasyriq terakhir.
وَيُسْتَحَبُّ عِنْدَ الذَّبْحِ
خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: التَّسْمِيَةُ، وَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ، وَاسْتِقْبَالُ
الْقِبْلَةِ، وَالتَّكْبِيرُ، وَالدُّعَاءُ بِالْقَبُولِ.
Dianjurkan saat menyembelih untuk melakukan 5 hal: [1] membaca basmalah, [2] bersholawat kepada Nabi ﷺ, [3] menghadap qiblat, [4] bertakbir, dan [5] berdoa
agar kurbannya diterima.
وَلَا يَأْكُلُ الْمُضَحِّي شَيْئًا
مِنَ الْأُضْحِيَّةِ الْمَنْذُورَةِ، وَيَأْكُلُ مِنَ الْمُتَطَوَّعِ بِهَا، وَلَا
يَبِيعُ مِنَ الْأُضْحِيَّةِ، وَيُطْعِمُ الْفُقَرَاءَ وَالْمَسَاكِينَ.
Orang yang berkurban tidak boleh memakan sedikit pun dari
daging kurban yang dinadzarkan. Ia boleh memakan dari kurban sunnah. Ia tidak
boleh menjual bagian apa pun dari hewan kurban, dan hendaknya memberikan
dagingnya kepada kaum fakir dan miskin.
[Aqiqoh]
فَصْلٌ: وَالْعَقِيقَةُ مُسْتَحَبَّةٌ
وَهِيَ الذَّبِيحَةُ عَنِ الْمَوْلُودِ يَوْمَ سَابِعِهِ، وَيُذْبَحُ عَنِ الْغُلَامِ
شَاتَانِ وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ، وَيُطْعِمُ الْفُقَرَاءَ وَالْمَسَاكِينَ.
Fasl: Aqiqah hukumnya dianjurkan. Ia adalah
sembelihan untuk bayi yang baru lahir pada hari ketujuhnya. Untuk anak laki-laki
disembelih 2 ekor kambing, dan untuk anak perempuan satu ekor kambing. (Sebagian) dagingnya
diberikan kepada kaum fakir dan miskin.
KITAB PERLOMBAAN DAN MEMANAH
وَتَصِحُّ
الْمُسَابَقَةُ عَلَى الدَّوَابِّ
وَالْمُنَاضَلَةُ بِالسِّهَامِ إِذَا كَانَتِ الْمَسَافَةُ مَعْلُومَةً وَصِفَةُ الْمُنَاضَلَةِ
مَعْلُومَةً.
Perlombaan dengan hewan tunggangan (seperti kuda, unta) dan
perlombaan memanah dengan anak panah, hukumnya sah apabila jarak perlombaan
sudah ditentukan dan sifat perlombaan memanah juga jelas (misalnya jumlah anak
panah yang dilepas, target yang dikenai, dll.).
[Hadiah yang Boleh]
وَيُخْرِجُ الْعِوَضَ أَحَدُ الْمُتَسَابِقَيْنِ
حَتَّى إِنَّهُ إِذَا سَبَقَ اسْتَرَدَّهُ، وَإِنْ سَبَقَ أَخَذَهُ صَاحِبُهُ لَهُ
Hadiahnya boleh disediakan oleh salah satu peserta; jika ia
menang, ia mengambil kembali hadiahnya, dan jika lawannya yang menang, maka
lawannya berhak mengambil hadiah itu.
[Hadiah yang Terlarang]
وَإِنْ أَخْرَجَاهُ مَعًا لَمْ يَجُزْ
إِلَّا أَنْ يُدْخِلَا بَيْنَهُمَا مُحَلِّلًا: إِنْ سَبَقَ أَخَذَ الْعِوَضَ وَإِنْ
سَبَقَ لَمْ يَغْرَمْ.
Tetapi jika keduanya sama-sama iuran hadiah (‘iwadh), maka tidak
boleh hukumnya, kecuali jika mereka memasukkan seorang “muhallil”
(peserta tambahan). Jika muhallil
itu menang, maka ia berhak mengambil hadiah. Jika ia kalah, maka ia tidak menanggung apa-apa (tidak ada
kewajiban membayar).
KITAB SUMPAH DAN NADZAR
[Sumpah]
وَلَا يَنْعَقِدُ الْيَمِينُ إِلَّا
بِاللَّهِ تَعَالَى أَوْ بِاسْمٍ مِنْ أَسْمَائِهِ أَوْ صِفَةٍ مِنْ صِفَاتِ ذَاتِهِ،
وَمَنْ حَلَفَ بِصَدَقَةِ مَالِهِ فَهُوَ مُخَيَّرٌ بَيْنَ الصَّدَقَةِ أَوْ كَفَّارَةِ
الْيَمِينِ، وَلَا شَيْءَ فِي لَغْوِ الْيَمِينِ.
Sumpah tidak dianggap sah kecuali dengan nama Alloh Ta’ala,
salah satu dari nama-nama-Nya, atau salah satu dari sifat-sifat Dzat-Nya. Siapa
bersumpah akan menyedekahkan hartanya (jika melanggar), maka ia boleh memilih
antara benar-benar bersedekah atau membayar kaffarot sumpah. Tidak ada
konsekuensi untuk sumpah yang tidak disengaja (laghwu al-yamin).
وَمَنْ حَلَفَ أَنْ لَا يَفْعَلَ
شَيْئًا فَأَمَرَ غَيْرَهُ بِفِعْلِهِ لَمْ يَحْنَثْ، وَمَنْ حَلَفَ عَلَى فِعْلِ أَمْرَيْنِ
فَفَعَلَ أَحَدَهُمَا لَمْ يَحْنَثْ.
Siapa bersumpah tidak akan melakukan sesuatu, lalu ia
menyuruh orang lain melakukannya, maka ia tidak dianggap melanggar sumpah. Siapa
bersumpah akan melakukan 2 hal, lalu ia baru melakukan salah satunya, maka ia
belum dianggap melanggar sumpah.
وَكَفَّارَةُ الْيَمِينِ هُوَ مُخَيَّرٌ
فِيهَا بَيْنَ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: عِتْقِ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ، أَوْ إِطْعَامِ عَشَرَةِ
مَسَاكِينَ كُلُّ مِسْكِينٍ مُدًّا أَوْ كِسْوَتِهِمْ ثَوْبًا ثَوْبًا، فَإِنْ لَمْ
يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ.
Kaffarot (denda) pelanggaran sumpah adalah memilih
salah satu dari 3 hal: [1] memerdekakan
seorang budak Mu’min, [2] memberi
makan 10 orang miskin (masing-masing satu mudd, ± 0,75kg), atau [3] memberi mereka pakaian. Jika tidak
mampu melakukan ketiganya, maka ber-Puasa selama 3 hari.
[Nadzar]
فَصْلٌ: وَالنَّذْرُ يَلْزَمُ فِي
الْمُجَازَاةِ عَلَى مُبَاحٍ وَطَاعَةٍ، كَقَوْلِهِ: إِنْ شَفَى اللَّهُ مَرِيضِي فَلِلَّهِ
عَلَيَّ أَنْ أُصَلِّيَ أَوْ أَصُومَ أَوْ أَتَصَدَّقَ، وَيَلْزَمُهُ مِنْ ذَلِكَ مَا
يَقَعُ عَلَيْهِ الِاسْمُ
Fasl: Nadzar menjadi wajib jika terkait balasan atas
sesuatu yang mubah atau ketaatan. Contohnya ucapan, “Jika Alloh menyembuhkan
penyakitku, maka aku bernadzar kepada Alloh untuk Sholat, atau puasa, atau
bersedekah.” Maka ia wajib melakukan apa yang telah disebutkannya itu.
وَلَا نَذْرَ فِي مَعْصِيَةٍ كَقَوْلِهِ:
إِنْ قَتَلْتُ فُلَانًا فَلِلَّهِ عَلَيَّ كَذَا
Tidak ada nadzar dalam hal maksiat, seperti ucapan, “Jika
aku berhasil membunuh si Fulan, maka aku bernadzar untuk Alloh begini dan
begitu.”
وَلَا يَلْزَمُ النَّذْرُ عَلَى
تَرْكِ مُبَاحٍ كَقَوْلِهِ لَا آكُلُ لَحْمًا وَلَا أَشْرَبُ لَبَنًا وَمَا أَشْبَهَ
ذَلِكَ.
Nadzar untuk meninggalkan hal yang mubah juga tidak wajib
dipenuhi, seperti ucapan, “Aku tidak akan makan daging,” atau “Aku tidak akan
minum susu,” dan sejenisnya.
KITAB PERADILAN DAN PERSAKSIAN
وَلَا يَجُوزُ أَنْ يَلِيَ الْقَضَاءَ
إِلَّا مَنِ اسْتَكْمَلَتْ فِيهِ خَمْسَ عَشْرَةَ خَصْلَةً: الْإِسْلَامُ، وَالْبُلُوغُ،
وَالْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَالذُّكُورَةُ، وَالْعَدَالَةُ، وَمَعْرِفَةُ أَحْكَامِ
الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، وَمَعْرِفَةُ الْإِجْمَاعِ، وَمَعْرِفَةُ الِاخْتِلَافِ،
وَمَعْرِفَةُ طُرُقِ الِاجْتِهَادِ، وَمَعْرِفَةُ طَرْفٍ مِنْ لِسَانِ الْعَرَبِ، وَمَعْرِفَةُ
تَفْسِيرِ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى، وَأَنْ يَكُونَ سَمِيعًا، وَأَنْ يَكُونَ بَصِيرًا،
وَأَنْ يَكُونَ كَاتِبًا، وَأَنْ يَكُونَ مُسْتَيْقِظًا.
Tidak boleh menjabat sebagai hakim (qodhi) kecuali orang
yang telah memenuhi 15 kriteria: [1] Islam, [2] baligh,
[3] berakal, [4] merdeka, [5] laki-laki, [6] adil, [7] mengetahui hukum-hukum dari Al-Kitab
dan As-Sunnah, [8] mengetahui ijma’, [9] mengetahui perbedaan
pendapat ulama, [10] mengetahui metode ijtihad, [11] mengetahui dasar-dasar
bahasa Arob dan mengetahui tafsir
Kitabullah, [12] dapat mendengar, [13] dapat melihat, [14] bisa menulis, dan [15] selalu waspada (teliti,
tidak lengah).
وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَجْلِسَ فِي
وَسَطِ الْبَلَدِ فِي مَوْضِعٍ بَارِزٍ لِلنَّاسِ وَلَا حَاجِبَ لَهُ، وَلَا يَقْعُدَ
لِلْقَضَاءِ فِي الْمَسْجِدِ.
Dianjurkan bagi hakim untuk duduk di tengah kota di tempat
yang mudah diakses oleh masyarakat dan tanpa penghalang. Jangan menjadikan
Masjid sebagai tempat pengadilan.
وَيُسَوِّيَ بَيْنَ الْخَصْمَيْنِ
فِي ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: فِي الْمَجْلِسِ، وَاللَّفْظِ، وَاللَّحْظِ.
Hakim harus berlaku adil kepada kedua belah pihak yang
bersengketa dalam 3 hal: [1] tempat
duduk, [2] ucapan, dan [3] pandangan mata.
وَلَا يَجُوزُ أَنْ يَقْبَلَ الْهَدِيَّةَ
مِنْ أَهْلِ عَمَلِهِ.
Tidak boleh menerima hadiah dari penduduk di wilayah
kerjanya (karena khawatir
suap).
وَيَجْتَنِبَ الْقَضَاءَ فِي عَشَرَةِ
مَوَاضِعَ: عِنْدَ
الْغَضَبِ، وَالْجُوعِ، وَالْعَطَشِ، وَشِدَّةِ الشَّهْوَةِ، وَالْحُزْنِ، وَالْفَرَحِ
الْمُفْرِطَيْنِ، وَعِنْدَ الْمَرَضِ، وَمُدَافَعَةِ الْأَخْبَثَيْنِ، وَعِنْدَ النُّعَاسِ،
وَشِدَّةِ الْحَرِّ وَالْبَرْدِ.
Hindari menjatuhkan putusan dalam 10 kondisi: [1] saat marah, [2]
lapar, [3] haus, [4]
syahwat memuncak, [5] sangat sedih, [6] sangat gembira, [7]
sakit, [8] menahan buang air besar atau
kecil, [9]
mengantuk, dan [10]
cuaca sangat panas atau dingin.
وَلَا يَسْأَلَ الْمُدَّعِيَ عَلَيْهِ
إِلَّا بَعْدَ كَمَالِ الدَّعْوَى، وَلَا يُحْلِفَهُ إِلَّا بَعْدَ سُؤَالِ الْمُدَّعِي،
وَلَا يُلَقِّنَ خَصْمًا حُجَّتَهُ وَلَا يُفْهِمَهُ كَلَامًا وَلَا يَتَعَنَّتَ بِالشُّهَدَاءِ،
وَلَا يَقْبَلَ الشَّهَادَةَ إِلَّا مِمَّنْ ثَبَتَتْ عَدَالَتُهُ، وَلَا يَقْبَلَ
شَهَادَةَ عَدُوٍّ عَلَى عَدُوِّهِ، وَلَا شَهَادَةَ وَالِدٍ لِوَلَدِهِ، وَلَا وَلَدٍ
لِوَالِدِهِ، وَلَا يَقْبَلَ كِتَابَ قَاضٍ إِلَى قَاضٍ آخَرَ فِي الْأَحْكَامِ إِلَّا
بَعْدَ شَهَادَةِ شَاهِدَيْنِ يَشْهَدَانِ بِمَا فِيهِ.
Tidak boleh
bagi seorang qodhi (hakim) untuk: [1] menanyakan
kepada tergugat (pihak yang dituduh atau dituntut) kecuali setelah dakwaan penggugat
sempurna dan jelas, [2] menyuruh tergugat
bersumpah kecuali setelah diminta oleh penggugat, [3]
menuntun salah satu pihak dengan memberikan dalil atau mengajarkan hujjah
kepadanya, [4] menjelaskan perkataan atau
memberi pemahaman khusus kepada salah satu pihak yang dapat menguntungkan
posisinya, [5] memberatkan urusan saksi
dengan cara yang menyulitkan mereka, [6] menerima
kesaksian kecuali dari orang yang sudah terbukti keadilannya, [7] menerima kesaksian musuh terhadap musuhnya, [8] menerima kesaksian seorang ayah untuk anaknya,
atau seorang anak untuk ayahnya, [9] menerima
surat keputusan seorang qodhi kepada qodhi lain dalam masalah hukum kecuali
setelah ada kesaksian dari dua orang saksi yang membenarkan isi surat tersebut.
[Juru Pembagi Harta (Qosim)]
فَصْلٌ: وَيَفْتَقِرُ الْقَاسِمُ
إِلَى سَبْعَةِ شَرَائِطَ: الْإِسْلَامِ، وَالْبُلُوغِ، وَالْعَقْلِ، وَالْحُرِّيَّةِ،
وَالذُّكُورَةِ، وَالْعَدَالَةِ، وَالْحِسَابِ.
Fasl: Seorang juru pembagi (misalnya, pembagi warisan yang diperselisihkan) harus
memenuhi 7 syarat: [1] Islam,
[2] baligh, [3] berakal, [4] merdeka, [5] laki-laki, [6] adil, dan [7] mengerti ilmu hitung.
فَإِنْ تَرَاضَى الشَّرِيكَانِ بِمَنْ
يَقْسِمُ بَيْنَهُمَا لَمْ يَفْتَقِرْ إِلَى ذَلِكَ،
Apabila dua orang yang berserikat (pemilik bersama)
sama-sama ridho menunjuk seseorang untuk melakukan pembagian harta mereka, maka
orang yang ditunjuk itu tidak disyaratkan memiliki syarat-syarat yang
disebutkan sebelumnya.
وَإِذَا كَانَ فِي الْقِسْمَةِ تَقْوِيمٌ
لَمْ يُقْتَصَرْ فِيهِ عَلَى أَقَلَّ مِنَ اثْنَيْنِ،
Jika dalam pembagian itu diperlukan penilaian harga (taqwīm),
(misalnya untuk
menaksir nilai tanah atau barang),
maka tidak boleh cukup dilakukan oleh satu orang, melainkan minimal harus dua
orang penaksir (agar
lebih adil dan objektif).
وَإِذَا دَعَا أَحَدُ الشَّرِيكَيْنِ
شَرِيكَهُ إِلَى قِسْمَةِ مَا لَا ضَرَرَ فِيهِ لَزِمَ الْآخَرَ إِجَابَتُهُ.
Apabila salah satu pihak dari dua orang yang berserikat
mengajak rekannya untuk melakukan pembagian terhadap sesuatu yang bisa dibagi
tanpa menimbulkan mudhorot (bahaya atau kerugian),
maka pihak lainnya wajib menerima ajakan tersebut.
[Bukti dan Sumpah]
فَصْلٌ: وَإِذَا كَانَ مَعَ الْمُدَّعِي
بَيِّنَةٌ سَمِعَهَا الْحَاكِمُ، وَحَكَمَ لَهُ بِهَا، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ بَيِّنَةٌ
فَالْقَوْلُ قَوْلُ الْمُدَّعَى عَلَيْهِ بِيَمِينِهِ، فَإِنْ نَكَلَ عَنِ الْيَمِينِ
رُدَّتْ عَلَى الْمُدَّعِي فَيَحْلِفُ وَيَسْتَحِقُّ
Fasl: Jika penggugat memiliki bukti, maka hakim harus
mendengarnya dan memutuskan berdasarkan bukti tersebut. Jika ia tidak memiliki
bukti, maka perkataan tergugatlah yang diterima, disertai sumpahnya. Jika
tergugat menolak bersumpah, maka sumpah dikembalikan kepada penggugat; ia lalu
bersumpah dan berhak memenangkan perkara.
وَإِذَا تَدَاعَيَا شَيْئًا فِي
يَدِ أَحَدِهِمَا فَالْقَوْلُ قَوْلُ صَاحِبِ الْيَدِ بِيَمِينِهِ، وَإِنْ كَانَ فِي
أَيْدِيهِمَا تَحَالَفَا وَجُعِلَ بَيْنَهُمَا
Jika 2 orang saling mengklaim sesuatu yang berada di tangan
salah satunya, maka perkataan pihak yang memegang barang itulah yang diterima,
disertai sumpahnya. Jika barang itu berada di tangan keduanya, maka keduanya
saling bersumpah dan barang itu dibagi 2.
وَمَنْ حَلَفَ عَلَى فِعْلِ نَفْسِهِ
حَلَفَ عَلَى الْبَتِّ وَالْقَطْعِ، وَمَنْ حَلَفَ عَلَى فِعْلِ غَيْرِهِ فَإِنْ كَانَ
إِثْبَاتًا حَلَفَ عَلَى الْبَتِّ وَالْقَطْعِ وَإِنْ كَانَ نَفْيًا حَلَفَ عَلَى نَفْيِ
الْعِلْمِ
Siapa bersumpah atas perbuatannya sendiri, ia harus
bersumpah secara pasti dan tegas
(tidak boleh ragu). Siapa bersumpah atas perbuatan orang lain, jika
sumpahnya untuk menetapkan sesuatu, ia bersumpah secara pasti dan tegas juga,
dan jika untuk menafikan, ia bersumpah atas dasar ketidaktahuannya (seperti:
Demi Allah, saya tidak tahu kalau dia mencurinya).
[Kesaksian]
فَصْلٌ: وَلَا تُقْبَلُ الشَّهَادَةُ إِلَّا مِمَّنِ اجْتَمَعَتْ فِيهِ
خَمْسُ خِصَالٍ: الْإِسْلَامُ، وَالْبُلُوغُ، وَالْعَقْلُ، وَالْحُرِّيَّةُ، وَالْعَدَالَةُ.
Fasl: Kesaksian tidak diterima kecuali dari orang
yang memenuhi 5 kriteria: [1] Islam,
[2] baligh, [3] berakal, [4] merdeka, dan [5] adil.
وَلِلْعَدَالَةِ
خَمْسُ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ مُجْتَنِبًا لِلْكَبَائِرِ،
غَيْرَ مُصِرٍّ عَلَى الْقَلِيلِ مِنَ الصَّغَائِرِ، سَلِيمَ السَّرِيرَةِ، مَأْمُونَ
الْغَضَبِ، مُحَافِظًا عَلَى مُرُوءَةِ مِثْلِهِ.
Sifat adil memiliki 5 syarat: [1]
menjauhi dosa-dosa besar, [2] tidak
terus-menerus melakukan dosa kecil, [3] berhati bersih
(maksudnya tidak dikenal sebagai orang yang menyimpan keburukan tersembunyi,
seperti kemunafikan, kedengkian, atau permusuhan terhadap kaum muslimin),
[4] dapat mengendalikan amarah, [5] dan menjaga muruah
(kewibawaan) yang sepantasnya.
[Hak dalam Persaksian]
فَصْلٌ: وَالْحُقُوقُ ضَرْبَانِ حُقُوقُ اللَّهِ تَعَالَى وَحُقُوقُ
الْآدَمِيِّينَ.
Fasl: Hak itu ada 2 jenis: hak Alloh Ta’ala
dan hak sesama manusia.
فَأَمَّا حُقُوقُ الْآدَمِيِّينَ فَهِيَ عَلَى ثَلَاثَةِ أَضْرُبٍ:
Hak sesama manusia terbagi 3:
ضَرْبٌ لَا يُقْبَلُ فِيهِ إِلَّا شَاهِدَانِ
ذَكَرَانِ وَهُوَ مَا لَا يُقْصَدُ مِنْهُ الْمَالُ وَيُطَّلَعُ عَلَيْهِ الرِّجَالُ
Hak yang tidak diterima kesaksiannya kecuali dari 2 orang
saksi laki-laki. Ini adalah perkara yang tidak terkait harta dan biasanya diketahui
oleh umumnya laki-laki
(seperti nikah).
وَضَرْبٌ يُقْبَلُ فِيهِ شَاهِدَانِ أَوْ
رَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ أَوْ شَاهِدٌ وَيَمِينُ الْمُدَّعِي وَهُوَ مَا كَانَ الْقَصْدُ
مِنْهُ الْمَالُ
Hak yang bisa diterima kesaksiannya dari 2 orang laki-laki,
atau satu laki-laki dan 2 perempuan, atau satu saksi ditambah sumpah penggugat.
Ini adalah perkara yang terkait
harta.
وَضَرْبٌ يُقْبَلُ فِيهِ رَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ
أَوْ أَرْبَعُ نِسْوَةٍ وَهُوَ مَا لَا يُطَّلَعُ عَلَيْهِ الرِّجَالُ
Hak yang bisa diterima kesaksiannya dari satu laki-laki dan 2
perempuan, atau 4 orang perempuan. Ini adalah perkara yang biasanya tidak
diketahui oleh kaum laki-laki (seperti kelahiran dan cacat pada wanita).
وَأَمَّا حُقُوقُ اللَّهِ تَعَالَى فَلَا تُقْبَلُ فِيهَا النِّسَاءُ،
وَهِيَ عَلَى ثَلَاثَةِ أَضْرُبٍ: ضَرْبٌ لَا يُقْبَلُ فِيهِ أَقَلُّ مِنْ أَرْبَعَةٍ
وَهُوَ الزِّنَا، وَضَرْبٌ يُقْبَلُ فِيهِ اثْنَانِ وَهُوَ مَا سِوَى الزِّنَا
مِنَ الْحُدُودِ، وَضَرْبٌ يُقْبَلُ فِيهِ وَاحِدٌ وَهُوَ هِلَالُ رَمَضَانَ.
Hak Alloh tidak menerima kesaksian dari perempuan, dan
terbagi 3: [1] hak yang tidak diterima
kesaksiannya kurang dari 4 orang, yaitu zina, [2]
hak yang diterima kesaksiannya dari 2 orang, yaitu hukuman had selain zina, [3] hak yang diterima kesaksiannya dari satu orang,
yaitu penetapan hilal Romadhon.
وَلَا تُقْبَلُ شَهَادَةُ الْأَعْمَى إِلَّا فِي خَمْسَةِ مَوَاضِعَ:
الْمَوْتِ، وَالنَّسَبِ، وَالْمِلْكِ الْمُطْلَقِ، وَالتَّرْجَمَةِ، وَمَا شَهِدَ بِهِ
قَبْلَ الْعَمَى، وَمَا شَهِدَ بِهِ عَلَى الْمَضْبُوطِ.
Kesaksian orang buta tidak diterima kecuali dalam 5 perkara:
[1] kematian, [2]
nasab, [3] kepemilikan mutlak, [4] terjemahan, dan [5]
kesaksian atas sesuatu yang ia saksikan sebelum ia buta atau atas sesuatu yang
bisa ia pastikan.
وَلَا تُقْبَلُ شَهَادَةُ جَارٍ
لِنَفْسِهِ نَفْعًا وَلَا دَافِعٍ عَنْهَا ضَرَرًا.
Tidak diterima kesaksian seseorang yang akan mendatangkan
keuntungan bagi dirinya atau menolak kerugian dari dirinya.
KITAB PEMBEBASAN BUDAK
وَيَصِحُّ الْعِتْقُ مِنْ كُلِّ
مَالِكٍ جَائِزِ التَّصَرُّفِ فِي مِلْكِهِ. وَيَقَعُ بِصَرِيحِ الْعِتْقِ وَالْكِتَابَةِ مَعَ النِّيَّةِ.
Pembebasan budak (ʿitq)
sah dilakukan oleh setiap pemilik yang sah secara syar’i dalam mengelola harta miliknya. Pembebasan itu terjadi
dengan lafazh tegas ‘pembebasan’, atau dengan akad kitabah (perjanjian
tebus diri) disertai niat.
وَإِذَا أَعْتَقَ بَعْضَ عَبْدٍ
عَتَقَ جَمِيعُهُ، وَإِنْ أَعْتَقَ شِرْكًا لَهُ فِي عَبْدٍ وَهُوَ مُوسِرٌ سَرَى الْعِتْقُ
إِلَى بَاقِيهِ، وَكَانَ عَلَيْهِ قِيمَةُ نَصِيبِ شَرِيكِهِ.
Apabila seseorang (yang memiliki budak 100%) memerdekakan
sebagian dari budak tersebut,
maka otomatis seluruh
budak itu menjadi merdeka. Dan jika seseorang (memiliki
sebagian hak kepemilikan misalnya 50% lalu) memerdekakan bagian
kepemilikan dirinya dalam seorang budak padahal ia mampu (secara finansial
menebus seluruhnya), maka kemerdekaan itu berlaku bagi seluruh budak tersebut,
dan ia wajib membayar nilai bagian milik temannya (sekutunya).
وَمَنْ مَلَكَ وَاحِدًا مِنْ وَالِدَيْهِ
أَوْ مَوْلُودَيْهِ عَتَقَ عَلَيْهِ.
Siapa memiliki salah satu dari orang tua atau anaknya
(sebagai budak), maka budak itu otomatis merdeka.
[Wala’ (Hak Mewarisi Budak)]
فَصْلٌ: وَالْوَلَاءُ مِنْ حُقُوقِ الْعِتْقِ،
وَحُكْمُهُ حُكْمُ التَّعْصِيبِ عِنْدَ عَدَمِهِ، وَيَنْتَقِلُ الْوَلَاءُ عَنِ الْمُعْتِقِ
إِلَى الذُّكُورِ مِنْ عَصَبَتِهِ، وَتَرْتِيبُ الْعَصَبَاتِ فِي الْوَلَاءِ كَتَرْتِيبِهِمْ
فِي الْإِرْثِ، وَلَا يَجُوزُ بَيْعُ الْوَلَاءِ وَلَا هِبَتُهُ.
Fasl: Walā’ (hubungan perwalian karena memerdekakan
budak) termasuk hak-hak dari pembebasan budak. Hukumnya sama dengan hukum ‘ashobah
(ahli waris laki-laki dari jalur ayah) ketika tidak ada ahli waris (dzawul
furudh) [misalnya budak yang merdeka wafat
tanpa memiliki kerabat maka warisannya menjadi hak mantan majikannya atau
kerabat si majikan jika majikan tersebut wafat]. Walā’ itu bisa berpindah
dari orang yang memerdekakan kepada para lelaki dari ‘ashobah-nya (saat
ia meninggal misalnya). Urutan para ‘ashobah dalam masalah walā’ sama
sebagaimana urutan mereka dalam warisan. Tidak boleh menjual atau menghadiahkan walā’.
[Tadbir (Memerdekakan
Budak Bersyarat)]
فَصْلٌ: وَمَنْ قَالَ لِعَبْدِهِ: إِذَا
مُتُّ فَأَنْتَ حُرٌّ فَهُوَ مُدَبَّرٌ يُعْتَقُ بَعْدَ وَفَاتِهِ مِنْ ثُلُثِهِ، وَيَجُوزُ
لَهُ أَنْ يَبِيعَهُ فِي حَالِ حَيَاتِهِ، وَيَبْطُلُ تَدْبِيرُهُ، وَحُكْمُ الْمُدَبَّرِ
فِي حَالِ حَيَاةِ السَّيِّدِ كَحُكْمِ الْعَبْدِ الْقِنِّ.
Fasl: Siapa berkata kepada budaknya, “Jika aku mati,
maka engkau merdeka,” maka budak itu disebut mudabbar. Ia akan merdeka
setelah tuannya wafat, dan pembebasannya diambil dari sepertiga harta peninggalan
tuannya (yakni budak tersebut yang awalnya aset
tuannya otomatis merdeka yang dipotong langsung syariat dari warisan). Tuannya boleh menjual
budak tersebut semasa hidupnya, yang dengan itu akan membatalkan status tadbir-nya.
Hukum seorang mudabbar selama tuannya masih hidup adalah sama seperti budak
biasa.
[Kitabah (Kontrak
Pembebasan Diri)]
فَصْلٌ: وَالْكِتَابَةُ مُسْتَحَبَّةٌ إِذَا
سَأَلَهَا الْعَبْدُ وَكَانَ مَأْمُونًا مُكْتَسِبًا، وَلَا تَصِحُّ إِلَّا بِمَالٍ
مَعْلُومٍ وَيَكُونُ مُؤَجَّلًا إِلَى أَجَلٍ مَعْلُومٍ.
Fasl: Kitabah (akad pembebasan diri dengan
cara mencicil) dianjurkan jika budak tersebut memintanya, asal budak tersebut adalah orang
yang dapat dipercaya serta mampu bekerja. Akad ini tidak sah kecuali dengan
nilai cicilan yang
jelas dan diangsur hingga batas waktu yang jelas.
أَقَلُّهُ نَجْمَانِ، وَهِيَ مِنْ
جِهَةِ السَّيِّدِ لَازِمَةٌ وَمِنْ جِهَةِ الْمُكَاتَبِ جَائِزَةٌ، فَلَهُ فَسْخُهَا
مَتَى شَاءَ.
Minimal ada 2 kali angsuran. Akad ini bersifat mengikat dari
sisi tuan (tidak boleh dibatalkan sepihak oleh tuannya), namun bersifat boleh
(tidak mengikat) dari sisi budak; ia boleh membatalkannya kapan pun ia mau.
وَلِلْمُكَاتَبِ التَّصَرُّفُ فِيمَا
فِي يَدِهِ مِنَ الْمَالِ وَعَلَى السَّيِّدِ أَنْ يَضَعَ عَنْهُ مِنْ مَالِ الْكِتَابَةِ
مَا يَسْتَعِينُ بِهِ عَلَى أَدَاءِ نُجُومِ الْكِتَابَةِ، وَلَا يُعْتَقُ إِلَّا بِأَدَاءِ
جَمِيعِ الْمَالِ.
Seorang budak mukatab (yang menjalani akad ini) berhak
mengelola harta yang ada di tangannya. Tuan wajib (sebagian pendapat: sunnah) memberikan
keringanan sebagian dari cicilan untuk membantunya melunasi angsuran. Ia tidak
akan merdeka sampai seluruh cicilan lunas.
[Ummu Walad]
فَصْلٌ: وَإِذَا أَصَابَ السَّيِّدُ أَمَتَهُ
فَوَضَعَتْ مَا تَبَيَّنَ فِيهِ شَيْءٌ مِنْ خَلْقِ آدَمِيٍّ: حَرُمَ عَلَيْهِ بَيْعُهَا
وَرَهْنُهَا وَهِبَتُهَا، وَجَازَ لَهُ التَّصَرُّفُ فِيهَا بِالِاسْتِخْدَامِ وَالْوَطْءِ.
Fasl: Jika seorang tuan menggauli budak wanitanya,
lalu budak itu melahirkan sesuatu yang sudah tampak bentuk manusia padanya,
maka harom bagi tuannya untuk menjual, menggadaikan, atau menghibahkannya.
Tuannya hanya boleh memanfaatkannya sebagai pelayan dan menggaulinya.
وَإِذَا مَاتَ السَّيِّدُ عَتَقَتْ
مِنْ رَأْسِ مَالِهِ قَبْلَ الدُّيُونِ وَالْوَصَايَا، وَوَلَدُهَا مِنْ غَيْرِهِ بِمَنْزِلَتِهَا.
Ketika tuannya meninggal, budak wanita itu otomatis merdeka,
dan pembebasannya diambil dari modal pokok harta peninggalan (yakni budak yang
awalnya aset tuannya otomatis dipotong syariat dari warisan),
bahkan sebelum utang dan wasiat dibayarkan. Anak si budak wanita tersebut yang berasal dari laki-laki
lain statusnya sama sepertinya
(sama merdeka).
وَمَنْ أَصَابَ أَمَةَ غَيْرِهِ
بِنِكَاحٍ فَالْوَلَدُ مِنْهَا مَمْلُوكٌ لِسَيِّدِهَا، وَإِنْ أَصَابَهَا بِشُبْهَةٍ
فَوَلَدُهُ مِنْهَا حُرٌّ، وَعَلَيْهِ قِيمَتُهُ لِلسَّيِّدِ، وَإِنْ مَلَكَ الْأَمَةَ
الْمُطَلَّقَةَ بَعْدَ ذَلِكَ لَمْ تَصِرْ أُمَّ وَلَدٍ لَهُ بِالْوَطْءِ فِي النِّكَاحِ،
وَصَارَتْ أُمَّ وَلَدٍ لَهُ بِالْوَطْءِ بِالشُّبْهَةِ عَلَى أَحَدِ الْقَوْلَيْنِ
وَاللَّهُ أَعْلَمُ.
Siapa
menggauli budak wanita milik orang lain melalui pernikahan yang sah, maka anak
yang lahir darinya menjadi milik tuannya (pemilik budak tersebut). Jika ia
menggaulinya karena syubhat (dalam keadaan menyangka halal), maka anak yang
lahir darinya berstatus merdeka, dan ia wajib membayar harganya kepada tuan
budak. Apabila ia kemudian membeli budak wanita tersebut setelah dicerai (dari
pernikahan), maka budak itu tidak otomatis menjadi ummu walad baginya
karena telah digauli lewat akad nikah yang sah. Tetapi ia bisa menjadi ummu
walad baginya bila pernah digauli melalui syubhat —menurut salah satu
pendapat— dan Allah-lah yang lebih mengetahui
***
📖 Resensi Buku
Data Buku
Judul: Matan Abu Syuja’ (Al-Ghoyah wat Taqrib)
Penulis: Al-Qodhi Abu Syuja’ Ahmad bin Al-Husain bin
Ahmad Al-Ashfahani (593 H)
Penerbit Arab: ‘Ālam Al-Kutub
Pentarjamah: Nor Kandir, ST., BA
Penerbit Indonesia: Pustaka Syabab
Tahun: Cetakan ke-1, 1447 H / 2025
Isi dan Sistematika
Buku ini merupakan terjemahan dan penjelasan ringkas dari
kitab fiqih klasik dalam madzhab Syafi’i. Matan Abu Syuja’ adalah salah satu
teks dasar yang sudah berabad-abad dipelajari, dihafal, dan diajarkan di
pesantren maupun majelis ilmu di berbagai negeri Muslim.
Struktur kitab sangat sistematis, terbagi ke dalam bab-bab
pokok fiqih, seperti:
Ibadah: Thoharoh, Sholat, Zakat, Puasa, Haji.
Muamalah: Jual beli, riba, gadai, wakaf, hibah,
titipan.
Munakahat: Nikah, mahar, talak, rujuk, ‘iddah,
nafkah, hadhonah.
Jinayah & Hudud: Pembunuhan, qishosh, diyat,
zina, qodzaf, pencurian, murtad.
Jihad, peradilan, perbudakan, nadzar, sumpah, dan
bab-bab lainnya.
Penyajian ringkas dan berbentuk poin-poin membuat kitab ini
mudah dihafalkan serta dijadikan pegangan awal sebelum mempelajari kitab fiqih
yang lebih luas seperti Al-Majmu’ karya An-Nawawi atau Al-Mughni
karya Ibnu Qudamah. Yang lebih ringan adalah Safinatun Najah karena membatasi fiqih ibadah saja.
Keunggulan Buku
Ringkas & Padat – Hanya memuat pokok-pokok hukum
sehingga cepat dipahami dan mudah dihafal.
Sistematika Jelas – Banyak pembagian (taqsim)
sehingga cocok untuk santri pemula.
Terjemah Maknawi – Penerjemah menggunakan gaya
tafsiriyah, sehingga bahasa lebih mudah dipahami masyarakat awam tanpa
kehilangan makna fiqihnya.
Dilengkapi Subbab – Untuk memudahkan pembaca modern,
penerjemah menambahkan subjudul dalam tanda kurung siku.
Nilai Penting
Kitab ini adalah pintu masuk yang sangat penting dalam
kajian fiqih Syafi’i. Hampir semua pesantren tradisional menjadikan Matan
Abu Syuja’ sebagai bacaan wajib santri pemula sebelum naik ke level kitab
syarah seperti Kifayatul Akhyar atau Fathul Qorib.
Selain nilai ilmiahnya, karya ini juga sarat nilai historis
karena telah dipakai sebagai bahan ajar selama lebih dari 800 tahun.
Sasaran Pembaca
1. Santri pemula di pesantren yang baru mulai belajar fiqih.
2. Pelajar umum yang ingin mengenal dasar-dasar hukum Islam dalam
madzhab Syafi’i.
3. Pengajar fiqih yang membutuhkan referensi ringkas untuk kelas
dasar.
Kesimpulan
Buku Matan Abu Syuja’ adalah karya fiqih klasik yang
tetap relevan hingga kini. Terjemahan ini menghadirkan bahasa yang mudah
dipahami tanpa mengurangi keaslian teks Arabnya. Ia bagaikan fondasi bangunan
ilmu fiqih Syafi’i: sederhana namun kokoh.
Cocok dijadikan bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin
menapaki tangga ilmu syariat secara bertahap, dari dasar menuju yang lebih
luas.[]