[PDF] ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah - Ibnu 'Utsaimin (w. 1421 H)
Unduh PDF
Kata Pengantar Penulis
Alhamdulillah (segala puji hanya milik Alloh) Robb
semesta alam. Kesudahan yang baik (Jannah) adalah bagi orang-orang yang
bertaqwa, dan tidak ada permusuhan kecuali terhadap orang-orang yang zholim.
aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain
Alloh semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Yang Maha Raja, Maha Benar, Maha
Nyata. aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba-Nya dan Rosul-Nya, penutup para Nabi dan imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertaqwa. Semoga Sholawat
Alloh tercurah atasnya dan atas keluarganya dan para Shohabatnya, serta orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik hingga hari Kiamat.
Amma ba’du:
Maka Sungguh Alloh Ta’ala
mengutus Rosul-Nya, Muhammad ﷺ, dengan petunjuk dan agama yang haq; sebagai
rohmat bagi seluruh alam, teladan bagi orang-orang yang beramal, dan hujjah
(alasan yang kuat) atas semua hamba; dan dengan sebab beliau dan apa yang Alloh
turunkan kepadanya berupa Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah), Alloh
menjelaskan segala sesuatu yang di dalamnya terdapat kebaikan bagi hamba, dan
keteguhan kondisi mereka dalam agama dan dunia mereka, yaitu berupa ‘aqidah
shohihah (benar), amalan-amalan yang lurus, akhlak-akhlak yang mulia, dan
adab-adab yang tinggi.
Maka beliau ﷺ
meninggalkan umatnya di atas jalan yang sangat jelas; malamnya seperti
siangnya, tidak ada yang menyimpang darinya kecuali orang yang binasa.
Maka umatnya yang menyambut
seruan Alloh dan Rosul-Nya menempuh jalan itu. mereka adalah sebaik-baik makhluk, dari kalangan para Shohabat,
Tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Mereka menegakkan
syari’atnya (Nabi Muhammad ﷺ), berpegang teguh pada Sunnahnya, dan
menggigitnya dengan gigi geraham mereka, yaitu: ‘aqidah, ‘ibadah, akhlak,
dan adab.
Maka mereka menjadi thoi’fah
(kelompok) yang senantiasa menampakkan kebenaran. Orang-orang yang menghina
atau menentang mereka tidak akan membahayakan mereka sampai datangnya perintah
Alloh Ta’ala, sementara mereka tetap dalam keadaan itu.
kami, alhamdulillah (segala puji hanya bagi Alloh), berjalan
di atas jejak mereka. mengambil
petunjuk dari jalan mereka yang dikuatkan oleh Al-Kitab dan As-Sunnah. Kami
mengatakan ini sebagai bentuk menceritakan nikmat Alloh, dan menjelaskan apa
yang seharusnya dianut oleh setiap Mu’min. Kami memohon kepada Alloh Ta’ala
agar meneguhkan kami dan saudara-saudara kami kaum Muslimin dengan ucapan yang
teguh (kalimat syahadat) di kehidupan dunia dan di Akhirat. Juga agar Dia menganugerahkan
kepada kami rohmat dari sisi-Nya, Sungguh Dia Maha Pemberi.
karena pentingnya masalah ini dan karena hawa nafsu manusia
yang terpecah-pecah di dalamnya. Aku ingin menulis secara ringkas ‘aqidah kami: yaitu ‘aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah.
Yaitu: Beriman kepada Alloh, para Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya,
Rosul-Rosul-Nya, hari Akhir, dan takdir yang baik dan yang buruk. Sambil
memohon kepada Alloh Ta’ala agar menjadikan (tulisan) ini ikhlas karena
wajah-Nya, sesuai dengan ridho-Nya, dan bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya.
Bab 1: Iman kepada Alloh
‘Aqidah kami: adalah beriman
kepada Alloh, para Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, hari Akhir,
dan takdir yang baik dan yang buruk.
Maka kami beriman kepada
Rububiyyah Alloh Ta’ala. Yaitu: bahwasanya Dia adalah Robb yang Maha
Pencipta, Maha Memiliki, Maha Mengatur segala urusan.
kami beriman kepada Uluhiyyah Alloh Ta’ala. Yaitu:
bahwasanya Dia adalah Ilah (sesembahan) yang hak (benar), dan setiap sesembahan
selain-Nya adalah batil (salah).
kami beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Yaitu:
bahwasanya Dia memiliki nama-nama yang husna (terindah) dan sifat-sifat yang sempurna
dan tinggi.
kami beriman kepada keesaan-Nya dalam hal itu. Yaitu:
bahwasanya tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyyah-Nya, tidak dalam uluhiyyah-Nya,
tidak pula dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Alloh Ta’ala berfirman:
﴿رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً﴾
“Robb langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan bersabarlah dalam beribadah
kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya (yang patut
disembah)?” (QS. Maryam: 65)
Kami beriman bahwasanya:
﴿اللَّهُ لا إِلَهَ إِلاّ
هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا
بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاّ
بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا
وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ﴾
“Alloh, tidak ada Ilah
(sesembahan yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Hidup lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at
di sisi Alloh tanpa izin-Nya. Alloh mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka
dan di belakang mereka. mereka
tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Alloh melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi (tempat berpijak kaki) Alloh meliputi langit dan bumi. Alloh tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Alloh Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (QS. Al-Baqoroh: 255)
kami beriman bahwasanya:
﴿هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا
إِلَهَ إِلاّ هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ هُوَ
اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلاّ هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ
الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ﴾
“Dialah Alloh Yang tiada Ilah
(sesembahan yang berhak disembah) selain Dia. Yang Mengetahui yang ghoib dan
yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Alloh Yang
tiada Ilah (sesembahan yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci,
Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang
Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan. Maha Suci Alloh
dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Alloh Yang Menciptakan, Yang
Mengadakan, Yang Membentuk rupa, Yang mempunyai Asmaaul Husna (nama-nama yang
paling baik). Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 22-24)
kami beriman bahwasanya Dia (Alloh) memiliki kerajaan langit
dan bumi.
﴿يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ
لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثاً وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَاناً
وَإِنَاثاً وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيماً إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ﴾
“Dia menciptakan apa yang Dia
kehendaki. Memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan
memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia
menganugerahkan kedua jenis itu, laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul
siapa yang Dia kehendaki. Sungguh Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS.
Asy-Syuro: 49-50)
kami beriman bahwasanya:
﴿لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَبْسُطُ الرِّزْقَ
لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ﴾
“Tidak ada sesuatu pun yang
serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Kepunyaan-Nya-lah perbendaharaan langit dan bumi. Dia melapangkan rezeki bagi
siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sungguh Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (QS. Asy-Syuro: 11-12)
kami beriman bahwasanya:
﴿وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي
الأرْضِ إِلاّ عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا
كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ﴾
“tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allohlah yang memberi rezekinya. Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya
tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud: 6)
kami beriman bahwasanya:
﴿وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ
لا يَعْلَمُهَا إِلاّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ
مِنْ وَرَقَةٍ إِلاّ يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا
يَابِسٍ إِلاّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ﴾
“pada sisi Allohlah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dia
mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan. tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya. tidak jatuh
sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang
kering, melainkan semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS.
Al-An’am: 59)
kami beriman bahwasanya Alloh:
﴿إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ
عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي
نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ﴾
“Sungguh Alloh, hanya pada
sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat. Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada
dalam rahim. tiada seorang pun
yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. tiada seorang pun yang dapat mengetahui
di bumi mana dia akan mati. Sungguh Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.
Luqman: 34)
kami beriman bahwasanya Alloh berbicara sesuai kehendak-Nya,
kapan saja Dia kehendaki, dan bagaimana saja Dia kehendaki.
﴿وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى
تَكْلِيماً﴾
“Alloh telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (QS.
An-Nisa: 164)
﴿وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى
لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ﴾
“tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu
yang telah Kami tentukan, dan Robbnya telah berfirman (langsung) kepadanya.” (QS.
Al-A’rof: 143)
﴿وَنَادَيْنَاهُ مِنْ جَانِبِ
الطُّورِ الأيْمَنِ وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيّاً﴾
“Kami telah memanggilnya dari arah kanan gunung Thuur dan Kami
telah mendekatkannya di waktu munajat.” (QS. Maryam: 52)
kami beriman bahwasanya:
﴿لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَاداً
لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي﴾
“Katakanlah: ‘Kalau sekiranya
lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Robbku, sungguh habislah
lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Robbku’.” (QS. Al-Kahfi:
109)
﴿وَلَوْ أَنَّمَا فِي الأرْضِ
مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا
نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ﴾
“seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya
tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Alloh. Sungguh Alloh Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Luqman: 27)
kami beriman bahwasanya kalimat-kalimat-Nya adalah
kalimat-kalimat yang paling sempurna. Paling jujur dalam berita, paling adil
dalam hukum, dan paling baik dalam pembicaraan. Alloh Ta’ala berfirman:
﴿وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ
صِدْقاً وَعَدْلاً﴾
“Telah sempurnalah kalimat
Robbmu (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil.” (QS. Al-An’am: 115)
Dia berfirman:
﴿وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ
حَدِيثاً﴾
“siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Alloh?” (QS.
An-Nisa: 87)
kami beriman bahwasanya Al-Qur’anul Karim adalah kalam
(firman) Alloh Ta’ala. Dia benar-benar mengucapkannya dan
menyampaikannya kepada Jibril. Lalu Jibril menurunkannya ke hati Nabi ﷺ:
﴿قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ
مِنْ رَبِّكَ بِالْحَق﴾
“Katakanlah: ‘Ruhul Qudus
(Jibril) menurunkannya dari Robbmu dengan haq (benar)’.” (QS. An-Nahl: 102)
﴿وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ
رَبِّ الْعَالَمِينَ نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ
الْمُنْذِرِينَ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ﴾
“Sungguh Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Robb
semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amiin (Jibril). Ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan, dengan
bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy-Syu’aro: 192-195)
kami beriman bahwasanya Alloh ‘Azza wa Jalla Maha
Tinggi atas makhluk-Nya, baik dzat maupun sifat-Nya. Berdasarkan firman-Nya Ta’ala:
﴿وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ﴾
“Dia adalah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (QS.
Al-Baqoroh: 255)
firman-Nya:
﴿وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ
عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ﴾
“Dialah yang berkuasa (tertinggi) di atas hamba-hamba-Nya. Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 18)
kami beriman bahwasanya Dia:
﴿خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ
فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الأمْرَ﴾
“Dia menciptakan langit dan bumi
dalam enam hari, kemudian Dia beristiwa’ di atas ‘Arsy (singgasana). Dia
mengatur urusan (makhluk-Nya).” (QS. Yunus: 3)
istiwa’-Nya di atas ‘Arsy adalah ketinggian-Nya di atasnya
dengan Dzat-Nya. Ketinggian yang khusus yang layak bagi keagungan dan
kebesaran-Nya. Tidak ada yang mengetahui bagaimana (kaifiyyah)-nya
selain Dia.
kami beriman bahwasanya Dia Ta’ala bersama makhluk-Nya
sementara Dia berada di atas ‘Arsy-Nya. Dia mengetahui keadaan mereka,
mendengar perkataan mereka, melihat perbuatan mereka, dan mengatur urusan
mereka. Dia memberi rezeki kepada yang fakir, memperbaiki yang hancur (lemah).
Dia memberikan kekuasaan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mencabut
kekuasaan dari siapa yang Dia kehendaki. Dia memuliakan siapa yang Dia
kehendaki, dan menghinakan siapa yang Dia kehendaki. Di tangan-Nya segala
kebaikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
siapa yang kondisinya seperti ini, maka Dia bersama
makhluk-Nya secara hakiki (sebenarnya) meskipun Dia di atas mereka di ‘Arsy-Nya
secara hakiki.
﴿لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ﴾
“Tidak ada sesuatu pun yang
serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.
Asy-Syuro: 11)
kami tidak mengatakan seperti yang dikatakan oleh orang-orang
Hululiyyah dari kalangan Jahmiyyah (salah satu kelompok sesat) dan selain
mereka: bahwa Dia bersama makhluk-Nya di bumi. kami berpendapat bahwa siapa pun yang mengatakan hal itu,
maka ia kafir (keluar dari Islam) atau sesat. Karena ia telah mensifati Alloh
dengan sesuatu yang tidak layak bagi-Nya berupa kekurangan-kekurangan.
kami beriman dengan apa yang dikabarkan oleh Rosul-Nya ﷺ tentang Dia: tentang
turunnya Alloh ke langit dunia.
Bahwasanya
«يَنْزِلُ كُلَّ
لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْأَخِيرُ،
فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ
يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ»
“Dia turun setiap
malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir. Lalu Dia
berfirman: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya. Siapa yang
meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, Aku
akan mengampuninya’.” (HR. Al-Bukhori)
kami beriman bahwasanya Dia Subhanahu wa Ta’ala datang
pada hari pembalasan (Kiamat) untuk memutuskan perkara di antara para hamba.
Berdasarkan firman-Nya Ta’ala:
﴿كَلاّ إِذَا دُكَّتِ الأرْضُ
دَكّاً دَكّاً وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفّاً صَفّاً وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ
يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الإنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى﴾
“Jangan (berbuat demikian).
Apabila bumi digoncangkan
dengan goncangan yang dahsyat dan datang Robbmu,
sedang Malaikat berbaris-baris, pada
hari itu diperlihatkan Naar Jahannam. Pada hari itu sadarlah manusia, akan
tetapi tidak berguna lagi kesadaran itu baginya.” (QS. Al-Fajr: 21-23)
kami beriman bahwasanya Dia Ta’ala:
﴿فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ﴾
“Maha Kuasa berbuat apa yang Dia
kehendaki.” (QS. Al-Buruj: 16)
kami beriman bahwasanya kehendak-Nya Ta’ala ada 2
jenis:
1. Kehendak kauniyyah
(penciptaan), yaitu kehendak-Nya yang pasti terjadi, dan tidak harus sesuatu yang dicintai-Nya. Ia kehendak yang bermakna masii’ah,
seperti firman-Nya Ta’ala:
﴿وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا
اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ﴾
“Kalau Alloh menghendaki,
tidaklah mereka saling membunuh. Tetapi Alloh berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS.
Al-Baqoroh: 253)
﴿إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ
أَنْ يُغْوِيَكُمْ هُوَ رَبُّكُمْ﴾
“Jika Alloh hendak menyesatkan
kamu, Dia adalah Robbmu.” (QS. Hud: 34)
2. Kehendak syar’iyyah
(syari’at/aturan), yaitu kehendak-Nya yang tidak harus terjadi, dan apa yang
dikehendaki-Nya secara syar’i pasti dicintai-Nya. Seperti firman-Nya Ta’ala:
﴿وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ
يَتُوبَ عَلَيْكُمْ﴾
“Alloh menghendaki untuk menerima
taubatmu.” (QS. An-Nisa: 27)
kami beriman bahwasanya kehendak-Nya yang kauniy dan syar’iy
adalah mengikuti hikmah-Nya. Maka setiap apa yang Dia tetapkan secara kauniy
atau setiap apa yang Dia syari’atkan untuk hamba-Nya, maka itu adalah dengan
hikmah dan berdasarkan hikmah, baik kita mengetahui hikmahnya atau akal kita
tidak mampu mencapainya.
﴿أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ
الْحَاكِمِينَ﴾
“Bukankah Alloh Hakim yang seadil-adilnya?”
(QS. At-Tin: 7)
﴿وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ
حُكْماً لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ﴾
“Dan (hukum) siapakah yang lebih
baik daripada (hukum) Alloh bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah:
50)
kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala mencintai para
wali-Nya (kekasih-Nya) dan mereka mencintai-Nya.
﴿قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ
اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ﴾
“Katakanlah: ‘Jika kamu
(benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihimu’.” (QS.
Ali ‘Imron: 31)
﴿فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ
بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ﴾
“Maka kelak Alloh akan
mendatangkan suatu kaum yang Alloh mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya.” (QS. Al-Maidah: 54)
﴿وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ﴾
“Alloh mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali ‘Imron:
146)
﴿وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ﴾
“berlaku adillah, Sungguh Alloh mencintai orang-orang yang
berlaku adil.” (QS. Al-Hujurot: 9)
﴿وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ﴾
“berbuat baiklah, Sungguh Alloh mencintai orang-orang yang
berbuat baik.” (QS. Al-Baqoroh: 195)
kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala meridhoi
(menyenangi) amalan dan perkataan yang Dia syari’atkan, dan membenci (tidak
menyukai) apa yang Dia larang dari amalan dan perkataan tersebut.
﴿إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ
اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ
لَكُمْ﴾
“Jika kamu kafir maka Sungguh
Alloh tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhoi kekafiran bagi
hamba-Nya. jika kamu bersyukur,
niscaya Dia meridhoi bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Az-Zumar: 7)
﴿وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ
انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ﴾
“Tetapi Alloh tidak menyukai
keberangkatan mereka, maka Alloh melemahkan keinginan mereka. dikatakan kepada mereka: ‘Tinggallah
kamu bersama orang-orang yang tinggal’.” (QS. At-Taubah: 46)
kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala meridhoi
orang-orang yang beriman dan beramal sholih.
﴿رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ﴾
“Alloh meridhoi mereka dan
mereka pun meridhoi-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada Robbnya.” (QS. Al-Bayyinah: 8)
kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala murka kepada siapa
pun yang pantas dimurkai dari kalangan orang-orang kafir dan selain mereka.
﴿الظَّانِّينَ بِاللَّهِ
ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ﴾
“Yang mereka menyangka terhadap
Alloh dengan sangkaan yang buruk. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan)
yang buruk dan Alloh memurkai mereka.” (QS. Al-Fath: 6)
﴿وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ
صَدْراً فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ﴾
“Akan tetapi orang yang
melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Alloh menimpanya dan bagi
mereka adzab yang besar.” (QS. An-Nahl: 106)
kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala memiliki wajah
yang disifati dengan keagungan dan kemuliaan.
﴿وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ
ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ﴾
“kekal wajah Robbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS.
Ar-Rohman: 27)
kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala memiliki 2 tangan
yang mulia lagi agung.
﴿بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ
يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ﴾
“Bahkan kedua tangan Alloh
terbentang. Dia menafkahkan (memberi rezeki) sebagaimana Dia kehendaki.” (QS.
Al-Maidah: 64)
﴿وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ
حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعاً قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ
مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ﴾
“mereka tidak mengagungkan Alloh dengan pengagungan yang
semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan
langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Robb dan Maha Tinggi Dia
dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az-Zumar: 67)
kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala memiliki 2 mata
yang hakiki (sebenarnya). Berdasarkan firman-Nya Ta’ala:
﴿وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا
وَوَحْيِنَا﴾
“buatlah bahtera itu dengan pengawasan mata Kami dan petunjuk
wahyu Kami.” (QS. Hud: 37)
Nabi ﷺ bersabda:
«حِجَابُهُ النُّورُ، لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ
مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ»
“Hijab-Nya
(penghalang-Nya) adalah cahaya. Seandainya Dia membukanya, niscaya keagungan
wajah-Nya akan membakar segala sesuatu dari makhluk-Nya yang dicapai oleh
penglihatan-Nya.” (HR. Muslim no. 293)
Ahlus Sunnah bersepakat bahwa kedua mata itu ada 2. Ini dikuatkan
oleh sabda Nabi ﷺ tentang Dajjal (pendusta besar):
«...إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّ رَبَّكُمْ
لَيْسَ بِأَعْوَر...»
“...Sungguh dia ‘awar
(buta sebelah), sedangkan Robb kalian tidak ‘awar...” (HR. Al-Bukhori dan Muslim no.
101)
kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala:
﴿لا تُدْرِكُهُ الأبْصَارُ
وَهُوَ يُدْرِكُ الأبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ﴾
“Dia tidak dapat dicapai oleh
penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu. Dialah Yang Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 103)
kami beriman bahwasanya orang-orang Mu’min akan melihat Robb
mereka pada hari Kiamat.
﴿وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ
إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ﴾
“Wajah-wajah (orang Mu’min) pada
hari itu berseri-seri. Kepada Robbnyalah mereka melihat.” (QS. Al-Qiyamah:
22-23)
kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala tidak ada yang
serupa dengan-Nya karena kesempurnaan sifat-sifat-Nya.
﴿لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ﴾
“Tidak ada sesuatu pun yang
serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.
Asy-Syuro: 11)
kami beriman bahwasanya:
﴿لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا
نَوْمٌ﴾
“Dia tidak mengantuk dan tidak
tidur” (QS. Al-Baqoroh: 255)
Karena kesempurnaan kehidupan
dan kekuasaan-Nya.
kami beriman bahwasanya Dia tidak menzholimi seorang pun
karena kesempurnaan keadilan-Nya. Dia tidak lalai terhadap perbuatan
hamba-hamba-Nya karena kesempurnaan pengawasan dan pengetahuan-Nya yang
meliputi.
kami beriman bahwasanya tidak ada sesuatu pun di langit dan
di bumi yang dapat melemahkan-Nya karena kesempurnaan ilmu dan kekuasaan-Nya.
﴿إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا
أَرَادَ شَيْئاً أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ﴾
“Sungguh keadaan-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: ‘Jadilah’, maka terjadilah ia.”
(QS. Yasin: 82)
Dia tidak merasa lelah atau
capek karena kesempurnaan kekuatan-Nya.
﴿وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ﴾
“Sungguh telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dalam enam hari, dan Kami sedikit pun tidak ditimpa lughub.” (QS. Qof: 38)
Yaitu: tidak ditimpa kelelahan
dan kecapekan.
kami beriman dengan tetapnya setiap apa yang Alloh tetapkan
untuk diri-Nya atau yang Rosul-Nya ﷺ tetapkan untuk-Nya
dari nama-nama dan sifat-sifat. Namun, kami berlepas diri dari dua hal yang
sangat terlarang, yaitu:
1. Tamtsiil (penyerupaan): Yaitu seseorang berkata
dalam hati atau lisannya: “Sifat-sifat Alloh Ta’ala itu seperti
sifat-sifat makhluk.”
2. Takyiif (menanyakan
bagaimana/ kaifiyyah):
Yaitu seseorang berkata dalam hati atau lisannya: “Bagaimana sifat-sifat Alloh Ta’ala
itu begini dan begitu.”
kami beriman dengan dinafikannya (dihilangkannya) setiap apa
yang Alloh nafikkan dari diri-Nya atau Rosul-Nya ﷺ
nafikkan dari-Nya. penafian itu
mengandung penetapan kesempurnaan kebalikannya. kami diam dari apa yang Alloh dan Rosul-Nya diamkan.
kami berpendapat bahwa berjalan di atas jalan ini adalah
wajib, tidak bisa tidak. Karena apa yang Alloh tetapkan untuk diri-Nya atau Dia
nafikkan dari-Nya Subhanahu wa Ta’ala, maka itu adalah khobar (berita)
yang Alloh beritakan tentang diri-Nya. Dia
Subhanahu wa Ta’ala adalah Yang paling tahu tentang diri-Nya, dan paling
benar perkataan-Nya, dan paling baik pembicaraan-Nya. Sedangkan para hamba
tidak dapat meliputi-Nya dengan ilmu.
apa yang Rosul ﷺ tetapkan untuk-Nya
atau dia nafikan dari-Nya, maka itu adalah khobar yang dia beritakan
tentang-Nya. dia adalah orang
yang paling tahu tentang Robbnya, paling tulus, paling jujur, dan paling fasih
dalam perkataan.
Maka dalam kalam (ucapan) Alloh Ta’ala
dan Rosul-Nya ﷺ terdapat kesempurnaan ilmu, kejujuran, dan penjelasan. Sehingga
tidak ada alasan untuk menolaknya atau ragu dalam menerimanya.
Fashl: Manhaj Ahlus Sunnah dalam Sifat-Sifat Alloh
segala sesuatu yang kami sebutkan dari sifat-sifat Alloh Ta’ala
baik secara terperinci atau global, penetapan atau penafian, maka dalam hal itu
kami berpegang teguh pada Kitab Robb kami dan Sunnah Nabi kami. kami berjalan di atas jalan yang
ditempuh oleh para Salaf (pendahulu) umat dan para imam (pemimpin) petunjuk
setelah mereka.
kami berpendapat bahwa wajib hukumnya menerapkan nash-nash
(teks-teks) Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam hal itu (sifat-sifat Alloh) sesuai
dengan zhohirnya (makna
lahiriahnya). membawanya kepada
hakikatnya yang layak bagi Alloh ‘Azza wa Jalla. kami berlepas diri dari jalan orang-orang yang
merubah-ubahnya (muharrifiin). Yaitu orang-orang yang memalingkan nash-nash itu kepada
selain apa yang Alloh dan Rosul-Nya ﷺ kehendaki. Juga dari
jalan orang-orang yang menolaknya (mu’aththiliin), yaitu orang-orang
yang membatalkan dalil-dalil tersebut dari makna yang Alloh dan Rosul-Nya ﷺ kehendaki. Juga dari jalan orang-orang yang berlebihan dalam
hal itu (mugholiin), yaitu orang-orang yang membawanya kepada
penyerupaan (tamtsiil), atau memaksakan diri untuk menanyakan
bagaimananya (takyiif).
kami mengetahui dengan ilmu yang yakin bahwa apa yang datang
dalam Kitab Alloh Ta’ala atau Sunnah Nabi-Nya ﷺ
adalah kebenaran, dan tidak saling bertentangan satu sama lain. Berdasarkan
firman-Nya Ta’ala:
﴿أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ
الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافاً كَثِيراً﴾
“Maka apakah mereka tidak
mentadabburi (memperhatikan) Al-Qur’an? Sekiranya Al-Qur’an itu dari sisi
selain Alloh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS.
An-Nisa: 82)
karena pertentangan dalam berita akan menyebabkan sebagiannya
mendustakan sebagian yang lain. ini
mustahil terjadi pada berita dari Alloh Ta’ala dan Rosul-Nya ﷺ.
siapa pun yang mengklaim bahwa dalam Kitab Alloh Ta’ala
atau dalam Sunnah Rosul-Nya ﷺ atau di antara keduanya ada pertentangan,
maka itu karena niatnya yang buruk dan hatinya yang bengkok. Maka hendaklah ia
bertaubat kepada Alloh Ta’ala dan meninggalkan kesesatannya.
siapa pun yang menduga adanya pertentangan dalam Kitab Alloh Ta’ala
atau dalam Sunnah Rosul-Nya ﷺ atau di antara keduanya, maka itu karena
kurangnya ilmunya, atau dangkalnya pemahamannya, atau kurangnya tadabbur
(perenungan). Maka hendaklah ia mencari ilmu dan bersungguh-sungguh dalam
tadabbur sampai kebenaran menjadi jelas baginya. Jika belum juga jelas, maka
hendaklah ia menyerahkan urusannya kepada yang lebih tahu dan menahan
dugaannya. hendaklah ia berkata
seperti yang dikatakan oleh orang-orang yang kokoh ilmunya:
﴿آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ
عِنْدِ رَبِّنَا﴾
“Kami beriman kepadanya,
semuanya itu dari sisi Robb kami.” (QS. Ali ‘Imron: 7)
hendaklah ia mengetahui bahwa Al-Kitab dan As-Sunnah tidak
ada pertentangan di dalamnya, tidak di antara keduanya, dan tidak ada
perselisihan.
Bab 2: Iman kepada Malaikat
kami beriman kepada Malaikat-Malaikat Alloh Ta’ala. bahwasanya mereka:
﴿عِبَادٌ مُكْرَمُونَ لا
يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ﴾
“Adalah hamba-hamba yang
dimuliakan. Mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan
perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-Anbiya: 26-27)
Alloh Ta’ala menciptakan
mereka, lalu mereka menegakkan ibadah kepada-Nya dan tunduk kepada
ketaatan-Nya.
﴿لا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِهِ وَلا يَسْتَحْسِرُونَ يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لا يَفْتُرُونَ﴾
“Mereka tidak angkuh untuk
beribadah kepada-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih
malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya: 19-20)
Alloh menghijabi (menutupi)
mereka dari kami sehingga kami tidak melihat mereka. kadang-kadang Dia menyingkap mereka kepada sebagian
hamba-Nya. Sungguh, Nabi ﷺ pernah melihat Jibril dalam bentuknya yang
asli, dia memiliki 600 sayap yang memenuhi ufuk. (Muttafaq ‘alaih)
Jibril pernah menampakkan diri kepada Maryam dalam bentuk
seorang manusia yang sempurna. Lalu Maryam berbicara kepadanya dan dia
berbicara kepadanya. dia datang
kepada Nabi ﷺ, ketika itu ada para Shohabat bersamanya, dalam bentuk seorang
lelaki yang tidak dikenal dan tidak terlihat padanya bekas-bekas perjalanan.
Pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam. Lalu dia duduk di sisi Nabi ﷺ, menyandarkan kedua lututnya ke lutut Nabi ﷺ,
dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya. dia berbicara kepada Nabi ﷺ, lalu Nabi ﷺ berbicara kepadanya. Nabi ﷺ
mengabarkan kepada para Shohabatnya bahwa dia adalah Jibril.
kami beriman bahwa para Malaikat memiliki tugas-tugas yang
dibebankan kepada mereka. Maka di antara mereka ada Jibril, yang
ditugaskan dengan wahyu. Dia menurunkannya dari sisi Alloh kepada siapa yang
Dia kehendaki dari para Nabi dan Rosul-Nya.
di antara mereka ada Mika-il, yang ditugaskan dengan
hujan dan tumbuhan. di antara
mereka ada Isrofil, yang ditugaskan dengan meniup shuur (terompet) mematikan dan membangkitkan.
di antara mereka ada Malaikat Maut, yang ditugaskan
dengan mencabut ruh ketika mati. di
antara mereka ada Malaikat penjaga gunung-gunung, yang ditugaskan atasnya. di antara mereka ada Malik, penjaga Naar.
di antara mereka ada para Malaikat yang ditugaskan atas janin
di dalam rahim. yang lainnya
ditugaskan untuk menjaga anak cucu Adam.
yang lainnya ditugaskan untuk mencatat amalan mereka, untuk
setiap orang ada 2 Malaikat.
﴿عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ
الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلاّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ﴾
“Yakni, yang satu duduk di
sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir
(mencatat).” (QS. Qof: 17-18)
yang lainnya ditugaskan untuk menanyai mayat setelah dia
diletakkan di tempat peristirahatannya. Dua Malaikat datang kepadanya dan
menanyainya tentang Robbnya, agamanya,
dan Nabinya.
﴿يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ
اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ﴾
“Alloh meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (kalimat syahadat) itu dalam
kehidupan di dunia dan di Akhirat. Alloh
menyesatkan orang-orang yang zholim dan berbuat apa saja yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrohim: 27)
di antara mereka ada para Malaikat yang ditugaskan dengan
ahli Jannah.
﴿يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ
مِنْ كُلِّ بَابٍ سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ﴾
“Mereka masuk menemui mereka
dari segala pintu (Jannah) seraya mengucapkan: ‘Salamun ‘alaikum
(keselamatan atasmu) atas kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan
itu’.” (QS. Ar-Ro’d: 23-24)
Nabi ﷺ mengabarkan:
«أَنَّ الْبَيْتَ
الْمَعْمُورَ فِي السَّمَاءِ يَدْخُلُهُ -وَفِي رِوَايَةٍ: يُصَلِّي فِيهِ- كُلَّ يَوْمٍ
سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، ثُمَّ لَا يَعُودُونَ إِلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ»
“Sungguh Baitul Ma’mur (Ka’bah di langit)
dimasuki oleh, —dalam
riwayat lain: Sholat di
dalamnya— setiap hari
70.000 Malaikat, kemudian mereka tidak akan kembali lagi kepadanya, itulah yang
terakhir bagi mereka.” (Muttafaq
‘alaih)
Bab 3: Iman kepada Kitab-Kitab
kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala menurunkan kepada
Rosul-Rosul-Nya Kitab-Kitab, sebagai hujjah (alasan yang kuat) atas seluruh
alam dan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang beramal. Alloh mengajarkan
kepada mereka dengannya (Kitab-Kitab itu) Al-Hikmah dan mensucikan mereka.
kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala menurunkan
bersama setiap Rosul sebuah Kitab. Berdasarkan firman-Nya Ta’ala:
﴿لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا
بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ
بِالْقِسْطِ﴾
“Sungguh Kami telah mengutus
Rosul-Rosul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan
bersama mereka Al-Kitab dan Al-Mizan (neraca keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan.” (QS. Al-Hadid: 25)
kami mengetahui di antara Kitab-Kitab ini adalah:
a. At-Tauroh yang Alloh Ta’ala
turunkan kepada Musa ﷺ. itu
adalah Kitab Bani Isroil yang paling agung.
﴿فِيهَا هُدىً وَنُورٌ يَحْكُمُ
بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ
وَالأحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ﴾
“Di dalamnya (Taurot) terdapat petunjuk dan
cahaya (yang menerangi). Yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang
Yahudi oleh Nabi-Nabi yang berserah diri kepada Alloh. Juga oleh orang-orang alim mereka dan
pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab
Alloh dan mereka menjadi saksi terhadapnya.” (QS. Al-Maidah: 44)
b. Al-Injil yang Alloh Ta’ala
turunkan kepada ‘Isa ﷺ, yang membenarkan At-Tauroh
dan menyempurnakannya.
﴿وَآتَيْنَاهُ الإنْجِيلَ
فِيهِ هُدىً وَنُورٌ وَمُصَدِّقاً لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى
وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ﴾
“Kami telah memberikan kepadanya (Isa) Injil sedang di
dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi). membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurot. sebagai petunjuk serta pengajaran untuk
orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Maidah: 46)
﴿وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ
الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ﴾
“Dan (juga) untuk menghalalkan
bagimu sebagian yang telah diharomkan untukmu.” (QS. Ali ‘Imron: 50)
c. Az-Zabur yang Alloh Ta’ala
berikan kepada Dawud ﷺ.
d. Shuhuf
(lembaran-lembaran) Ibrohim dan Musa ‘alaihimas Sholatu was salaam.
e. Al-Qur’anul ‘Azhim
yang Alloh turunkan kepada Nabi Muhammad, penutup para Nabi.
﴿هُدىً لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ
مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ﴾
“Sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan yang bathil).” (QS. Al-Baqoroh: 185)
Maka dia (Al-Qur’an):
﴿مُصَدِّقاً لِمَا بَيْنَ
يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِناً عَلَيْهِ﴾
“Membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya dan menjadi hakim terhadapnya (dengan menghapus hukum dari kitab sebelumnya).” (QS.
Al-Maidah: 48)
Maka Alloh me-nakhs
(menghapus) dengannya seluruh Kitab-Kitab yang terdahulu. Dia menjamin untuk menjaganya dari
permainan para perusak dan penyimpangan para perubah (teks).
﴿إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا
الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ﴾
“Sungguh Kamilah yang menurunkan
Al-Qur’an, dan Sungguh Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Karena ia akan tetap menjadi
hujjah (alasan yang kuat) atas seluruh makhluk sampai hari Kiamat.
Adapun Kitab-Kitab terdahulu,
maka ia bersifat sementara dengan batas waktu yang berakhir dengan turunnya apa
yang me-nakhs (menghapus)nya. yang
menjelaskan apa yang terjadi di dalamnya berupa tahrif (perubahan teks)
dan taghyir (perubahan makna). Oleh karena itu, ia tidak dijaga dari hal
itu. Maka sungguh telah terjadi tahrif, penambahan, dan pengurangan di
dalamnya.
﴿مِنَ الَّذِينَ هَادُوا
يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ﴾
“Yaitu orang-orang Yahudi,
mereka mengubah perkataan-perkataan (Alloh) dari tempat-tempatnya.” (QS.
An-Nisa: 46)
﴿فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ
الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا
بِهِ ثَمَناً قَلِيلاً فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ
مِمَّا يَكْسِبُونَ﴾
“Maka kecelakaan yang besarlah
bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu
mereka berkata: ‘Ini dari sisi Alloh’, (dengan maksud) untuk memperoleh
keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah
bagi mereka akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan
yang besarlah bagi mereka akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqoroh:
79)
﴿قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ
الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى نُوراً وَهُدًى لِلنَّاسِ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا
وَتُخْفُونَ كَثِيراً﴾
“Katakanlah: ‘Siapakah yang
menurunkan Kitab yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya (penerang) dan petunjuk
bagi manusia, yang kalian jadikan lembaran-lembaran kertas, kalian perlihatkan
sebagiannya dan kalian sembunyikan sebagian yang banyak’?” (QS. Al-An’am:
91)
﴿وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقاً
يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ
الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ * مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ
يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولُ لِلنَّاسِ
كُونُوا عِبَاداً لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ﴾
“Sungguh di antara mereka ada
segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka
yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab. Padahal ia bukan dari Al-Kitab dan
mereka berkata: ‘Itu (yang dibaca) dari sisi Alloh’, padahal ia bukan dari sisi
Alloh. Mereka berkata dusta terhadap Alloh, sedang mereka mengetahui. Tidak
patut bagi seseorang manusia yang Alloh berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah
serta kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: ‘Jadilah kamu
penyembah-penyembahku, bukan penyembah Alloh’.” (QS. Ali ‘Imron: 78-79)
﴿يَا أَهْلَ الْكِتَابِ
قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيراً مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ
الْكِتَاب﴾
“Hai Ahli Kitab, Sungguh telah
datang kepadamu Rosul Kami, menjelaskan kepadamu sebagian besar dari isi
Al-Kitab yang kamu sembunyikan,” sampai firman-Nya:
﴿لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ
قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ﴾
“Sungguh telah kafir orang-orang
yang berkata: ‘Sungguh Alloh itu ialah Al-Masih putra Maryam’.” (QS.
Al-Maidah: 15-17)
Bab 4: Iman kepada Rosul-Rosul
kami beriman bahwa Alloh Ta’ala mengutus kepada
makhluk-Nya para Rosul.
﴿رُسُلاً مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ
لِئَلاّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ
عَزِيزاً حَكِيماً﴾
“Rosul-Rosul itu adalah pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada alasan bagi manusia
membantah Alloh sesudah diutusnya Rosul-Rosul itu. Alloh Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. An-Nisa: 165)
kami beriman bahwa Rosul yang pertama adalah Nuh, dan yang
terakhir adalah Muhammad ﷺ.
﴿إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ
كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ﴾
“Sungguh Kami telah mewahyukan
kepadamu sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan Nabi-Nabi setelahnya.”
(QS. An-Nisa: 163)
﴿مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا
أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ﴾
“Muhammad itu sekali-kali
bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu. Akan tetapi dia adalah
Rosululloh dan penutup Nabi-Nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40)
Yang paling
utama di antara mereka adalah Muhammad, kemudian Ibrohim, kemudian Musa,
kemudian Nuh, dan ‘Isa bin Maryam. mereka
adalah orang-orang yang dikhususkan dalam firman Alloh Ta’ala:
﴿وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ
النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى
ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقاً غَلِيظاً﴾
“Dan (ingatlah) ketika Kami
mengambil dari para Nabi perjanjian mereka dan dari kamu (Muhammad), dari Nuh,
Ibrohim, Musa, dan ‘Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka
perjanjian yang kokoh.” (QS. Al-Ahzab: 7)
kami meyakini bahwa syari’at Muhammad ﷺ
mengandung keutamaan-keutamaan syari’at para Rosul yang dikhususkan dengan
keutamaan tersebut. Berdasarkan firman Alloh Ta’ala:
﴿شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ
مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ
وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيه﴾
“Dia telah mensyari’atkan bagi
kamu tentang agama: apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang
telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan
kepada Ibrohim, Musa, dan ‘Isa, yaitu: tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya.” (QS. Asy-Syuro: 13)
kami beriman bahwa seluruh Rosul adalah manusia yang
diciptakan, tidak ada sedikit pun dari kekhususan rububiyyah (ketuhanan)
pada mereka. Alloh Ta’ala berfirman tentang Nuh, Rosul pertama:
﴿وَلا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي
خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ إِنِّي مَلَكٌ﴾
“aku tidak mengatakan kepadamu: ‘(Perbendaharaan) Alloh ada
padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghoib dan tidak (pula) aku
mengatakan: ‘Sungguh aku adalah Malaikat’.” (QS. Hud: 31)
Alloh Ta’ala memerintahkan Muhammad, Rosul terakhir,
untuk berkata:
﴿لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي
خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ إِنِّي مَلَكٌ﴾
“Aku tidak mengatakan kepadamu
bahwa perbendaharaan Alloh ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghoib
dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku adalah Malaikat.” (QS.
Al-An’am: 50)
Juga untuk berkata:
﴿لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي
نَفْعاً وَلا ضَرّاً إِلاّ مَا شَاءَ اللَّهُ﴾
“Aku tidak memiliki kemanfaatan
dan tidak (pula) kemudhorotan (bahaya) bagi diriku, kecuali apa yang
dikehendaki Alloh.” (QS. Al-A’rof: 188)
Juga untuk berkata:
﴿إِنِّي لا أَمْلِكُ لَكُمْ
ضَرّاً وَلا رَشَداً * قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ
مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَداً﴾
“Sungguh aku tidak memiliki
kemudhorotan (bahaya) sedikit pun dan tidak (pula) kebaikan untuk kalian.
Katakanlah: ‘Sungguh aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku
dari (adzab) Alloh dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung
selain dari-Nya’.” (QS. Al-Jin: 21-22)
kami beriman bahwasanya mereka adalah hamba-hamba Alloh.
Alloh memuliakan mereka dengan risalah dan mensifati mereka dengan peribadatan
(hamba) pada kedudukan mereka yang paling tinggi dan dalam konteks pujian
kepada mereka. Maka Alloh berfirman tentang yang pertama di antara mereka, Nuh:
﴿ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا
مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْداً شَكُوراً﴾
“Yaitu keturunan orang-orang
yang Kami angkat bersama-sama Nuh. Sungguh dia adalah hamba (Alloh) yang banyak
bersyukur.” (QS. Al-Isro: 3)
Dia berfirman tentang yang terakhir di antara mereka,
Muhammad ﷺ:
﴿تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ
الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيراً﴾
“Maha Suci Alloh yang telah
menurunkan Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al-Furqon: 1)
Dia berfirman tentang Rosul-Rosul yang lain:
﴿وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ
وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الأيْدِي وَالأبْصَارِ﴾
“ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrohim, Is-haq, dan Ya’qub yang mempunyai
kekuatan-kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.” (QS. Shod: 45)
﴿وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوُدَ
ذَا الأيْدِ إِنَّهُ أَوَّاب﴾
“ingatlah hamba Kami Dawud yang mempunyai kekuatan; Sungguh
dia amat taat (kepada Robbnya).” (QS. Shod: 17)
﴿وَوَهَبْنَا لِدَاوُدَ
سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ﴾
“Kami karuniakan kepada Dawud, Sulaiman, dia adalah
sebaik-baik hamba. Sungguh dia amat taat (kepada Robbnya).” (QS. Shod: 30)
Dia berfirman tentang ‘Isa bin Maryam:
﴿إِنْ هُوَ إِلاّ عَبْدٌ
أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلاً لِبَنِي إِسْرائيلَ﴾
“Tidak lain ia hanyalah seorang
hamba yang Kami berikan nikmat kepadanya dan Kami jadikan dia sebagai contoh
pelajaran bagi Bani Israil.” (QS. Az-Zukhruf: 59)
kami beriman bahwa Alloh Ta’ala mengakhiri risalah
(utusan) dengan risalah Muhammad ﷺ. Dia mengutusnya kepada seluruh manusia.
Berdasarkan firman-Nya Ta’ala:
﴿قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ
إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
لا إِلَهَ إِلاّ هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ
الآمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ﴾
“Katakanlah (Muhammad): ‘Hai
manusia, Sungguh aku adalah utusan Alloh kepadamu semua, yaitu Alloh Yang
mempunyai kerajaan langit dan bumi. Tidak ada Ilah (sesembahan yang berhak
disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kamu
kepada Alloh dan Rosul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Alloh dan
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat
petunjuk’.” (QS. Al-A’rof: 158)
kami beriman bahwa syari’atnya ﷺ
adalah agama Islam yang Alloh Ta’ala ridhoi untuk hamba-hamba-Nya. Alloh
Ta’ala tidak menerima dari siapa pun agama selainnya. Berdasarkan
firman-Nya Ta’ala:
﴿إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللَّهِ الإسْلامُ﴾
“Sungguh agama (agama) di sisi
Alloh hanyalah Islam.” (QS. Ali ‘Imron: 19)
firman-Nya:
﴿الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِيناً﴾
“Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Kuridhoi Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3)
firman-Nya:
﴿وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ
الإسْلامِ دِيناً فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾
“Siapa mencari agama (agama)
selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di Akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imron:
85)
kami berpendapat bahwa siapa pun yang mengklaim pada hari ini
adanya agama yang tegak (benar) yang diterima di sisi Alloh selain agama Islam,
baik dari agama Yahudi atau Nashroni (Kristen) atau selain keduanya, maka ia
adalah seorang kafir. Dia harus diminta bertaubat, jika dia bertaubat (kembali
kepada Islam), jika tidak, maka dia dibunuh sebagai seorang yang murtad. Karena
dia telah mendustakan Al-Qur’an.
kami berpendapat bahwa siapa pun yang kafir terhadap risalah
Muhammad ﷺ kepada seluruh manusia, maka dia telah kafir terhadap seluruh
Rosul. Termasuk Rosul yang dia klaim beriman dan mengikutinya. Berdasarkan
firman Alloh Ta’ala:
﴿كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ
الْمُرْسَلِينَ﴾
“Kaum Nuh telah mendustakan para
Rosul.” (QS. Asy-Syu’aro: 105)
Maka Alloh menjadikan mereka
(kaum Nuh) mendustakan seluruh Rosul, padahal tidak ada Rosul sebelum Nuh.
Alloh Ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ
بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ
نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ
سَبِيلاً أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقّاً وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَاباً
مُهِيناً﴾
“Sungguh orang-orang yang kafir
kepada Alloh dan Rosul-Rosul-Nya dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan
kepada) Alloh dan Rosul-Rosul-Nya. Dengan mengatakan: ‘Kami beriman kepada
sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)’, serta bermaksud mengambil
jalan (tengah) di antara yang demikian itu. Merekalah orang-orang yang kafir
sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu adzab yang
menghinakan.” (QS. An-Nisa: 150-151)
kami beriman bahwasanya tidak ada Nabi setelah Muhammad
Rosululloh ﷺ. siapa pun yang
mengaku-ngaku kenabian setelahnya, atau membenarkan orang yang
mengaku-ngakunya, maka dia adalah kafir. Karena dia telah mendustakan Alloh,
Rosul-Nya, dan ijma’ (kesepakatan) kaum Muslimin.
kami beriman bahwa Nabi ﷺ
memiliki para Khulafa-ur Rosyidin (Kholifah-Kholifah yang mendapat petunjuk)
yang menggantikannya dalam umatnya dalam hal ilmu, dakwah, dan kepemimpinan
atas orang-orang yang beriman.
Yang paling utama di antara mereka dan yang paling berhak
atas kekholifahan adalah: Abu Bakr Ash-Shiddiq, kemudian ‘Umar bin
Al-Khoththob, kemudian ‘Utsman bin ‘Affan, kemudian ‘Ali bin Abi Tholib, semoga
Alloh meridhoi mereka semua. Demikianlah mereka dalam kekholifahan sesuai
takdir, sebagaimana mereka dalam keutamaan. tidaklah
Alloh Ta’ala—yang memiliki hikmah yang sempurna—akan mengangkat seorang
lelaki sebagai pemimpin atas sebaik-baik generasi, sementara di tengah mereka
ada orang yang lebih baik darinya dan lebih pantas untuk kekholifahan.
kami beriman bahwa orang yang keutamaannya lebih sedikit di
antara mereka (mafdhul) terkadang memiliki keistimewaan yang dia lebih
unggul di dalamnya daripada orang yang lebih utama darinya (fadhil).
Akan tetapi, dia tidak berhak mendapatkan keutamaan mutlak atas orang yang
lebih utama darinya. Karena faktor-faktor keutamaan itu banyak dan beragam.
kami beriman bahwasanya umat ini adalah sebaik-baik umat dan
yang paling mulia di sisi Alloh ‘Azza wa Jalla. Berdasarkan firman Alloh
Ta’ala:
﴿كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ
أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ﴾
“Kamu adalah sebaik-baik umat
yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh berbuat ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh.” (QS. Ali ‘Imron: 110)
kami beriman bahwa sebaik-baik umat ini adalah para Shohabat,
kemudian para Tabi’in, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka.
«لَا تَزَالُ
طَائِفَةٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ
خَذَلَهُمْ أَوْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ تَعَالَى وَهُمْ عَلَى
ذَلِكَ»
“Akan senantiasa ada
sekelompok dari umat ini yang menampakkan kebenaran. Orang-orang yang menghina
atau menentang mereka tidak akan membahayakan mereka sampai datangnya perintah
Alloh ‘Azza wa Jalla.”
(Muttafaq
‘alaih)
kami meyakini bahwa apa yang terjadi di antara para Shohabat Rodhiyallahu
‘Anhum dari fitnah (perselisihan), itu terjadi karena ijtihad (usaha)
mereka dalam menafsirkan (dalil). Maka siapa di antara mereka yang benar, dia
mendapat 2 pahala, dan siapa
di antara mereka yang salah, dia mendapat 1 pahala, dan kesalahannya diampuni
baginya.
kami berpendapat bahwa wajib bagi kami untuk menahan diri
dari keburukan-keburukan mereka. Maka kami tidak menyebut mereka kecuali dengan
pujian yang indah yang memang layak untuk mereka. kami membersihkan hati kami dari kedengkian dan dendam
terhadap salah satu dari mereka. Berdasarkan firman Alloh Ta’ala tentang
mereka:
﴿لا يَسْتَوِي مِنْكُمْ
مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ
أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلّاً وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى﴾
“Tidak sama di antara kamu orang
yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Makkah). Mereka itu lebih
tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan
berperang sesudah itu. Alloh
menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang baik.” (QS. Al-Hadid:
10)
firman Alloh Ta’ala tentang kami:
﴿وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ
بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ
رَؤُوفٌ رَحِيمٌ﴾
“orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan
Anshor), mereka berdoa: ‘Ya Robb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami
yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau jadikan
kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Robb kami, Sungguh
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang’.” (QS. Al-Hasyr: 10)
Bab 5: Iman kepada hari Akhir
kami beriman kepada hari Akhir, yaitu hari Kiamat yang tidak
ada hari setelahnya. Ketika manusia dibangkitkan dalam keadaan hidup untuk
kekal, entah di negeri kenikmatan atau di negeri adzab yang pedih.
Maka kami beriman kepada Al-Ba’ts
(Kebangkitan). Yaitu: Alloh Ta’ala menghidupkan orang-orang yang telah
mati ketika Isrofil meniup shuur
(terompet) tiupan yang kedua.
﴿وَنُفِخَ فِي الصُّورِ
فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلاّ مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ
نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ﴾
“ditiuplah shuur, maka matilah siapa yang di langit dan
di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Alloh. Kemudian ditiup shuur itu sekali lagi,
maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (QS.
Az-Zumar: 68)
Maka manusia bangkit dari
kuburan mereka untuk Robb semesta alam dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak
berpakaian, dan tidak berkhitan.
﴿كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ
خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْداً عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ﴾
“Sebagaimana Kami telah memulai
penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang
pasti Kami tepati; Sungguh Kamilah yang akan melaksanakannya.” (QS.
Al-Anbiya: 104)
kami beriman kepada lembaran-lembaran amalan yang diberikan
dengan tangan kanan atau dari balik punggung dengan tangan kiri.
﴿فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ
كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَاباً يَسِيراً وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ
مَسْرُوراً وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُوراً
وَيَصْلَى سَعِيراً﴾
“Adapun orang yang diberikan
kepadanya Kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan
pemeriksaan yang mudah. dia akan
kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang
yang diberikan kepadanya Kitabnya dari belakang punggungnya, maka dia akan
berteriak: ‘Celakalah aku’. dia
akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (Naar).” (QS. Al-Insyiqoq: 7-12)
﴿وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ
طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَاباً يَلْقَاهُ مَنْشُوراً
اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيباً﴾
“tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya
pada lehernya. Kami keluarkan
baginya pada hari Kiamat sebuah Kitab yang dijumpainya dalam keadaan terbuka. ‘Bacalah
Kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu’.”
(QS. Al-Isro: 13-14)
kami beriman kepada mizan (timbangan-timbangan) yang
diletakkan pada hari Kiamat, maka tidak dizholimi satu jiwa pun sedikit pun.
﴿فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ
ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ﴾
“Siapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarroh
pun, niscaya dia akan melihatnya. siapa
yang mengerjakan kejahatan seberat dzarroh pun, niscaya dia akan melihatnya.”
(QS. Az-Zalzalah: 7-8)
﴿فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ
خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ
فِيهَا كَالِحُونَ﴾
“Siapa yang
berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat
keberuntungan. Siapa yang
ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan
dirinya sendiri, mereka kekal di dalam Naar Jahannam. Muka mereka dibakar api Naar,
dan mereka di dalam Naar itu dalam keadaan cacat dan keriput.” (QS. Al-Mu’minun:
102-104)
﴿مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ
فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلا يُجْزَى إِلاّ مِثْلَهَا
وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ﴾
“Siapa membawa amal yang baik,
maka baginya (pahala) 10 kali lipat amalnya. Siapa yang membawa perbuatan yang
jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya,
sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-An’am: 160)
kami beriman kepada Syafa’at ‘Uzhma (Syafa’at yang paling
besar) khusus bagi Rosululloh ﷺ. Dia memberi syafa’at di sisi Alloh Ta’ala
dengan izin-Nya agar Dia memutuskan perkara di antara hamba-hamba-Nya, ketika
mereka ditimpa kesusahan dan kesulitan yang tidak mereka sanggupi. Maka mereka
mendatangi Adam, kemudian Nuh, kemudian Ibrohim, kemudian Musa, kemudian ‘Isa,
sampai akhirnya mereka mendatangi Rosululloh ﷺ.
kami beriman kepada syafa’at bagi orang-orang Mu’min yang
telah masuk Naar agar mereka dikeluarkan darinya. syafa’at ini berlaku bagi Nabi ﷺ
dan selainnya dari para Nabi, orang-orang Mu’min, dan para Malaikat.
Alloh Ta’ala akan
mengeluarkan dari Naar beberapa kaum dari orang-orang Mu’min tanpa syafa’at.
Akan tetapi dengan karunia dan rohmat-Nya.
kami beriman kepada haudh (telaga) Rosululloh ﷺ. Airnya lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, dan lebih
wangi dari bau misk. Panjangnya sebulan perjalanan dan lebarnya sebulan
perjalanan. Bejana-bejananya seperti bintang di langit dalam hal keindahannya
dan banyaknya. Orang-orang Mu’min dari umatnya akan mendatanginya. Siapa yang
minum darinya, maka dia tidak akan haus lagi setelah itu.
kami beriman kepada Ash-Shiroth (jembatan) yang dipancangkan
di atas Jahannam. Manusia melewatinya sesuai dengan amalan mereka. Maka yang
pertama di antara mereka melewatinya seperti kilat, kemudian seperti angin,
kemudian seperti terbangnya burung, kemudian seperti orang yang mengendarai
unta. Nabi ﷺ
berdiri di atas shiroth sambil berkata: “Yaa Robb, selamatkan,
selamatkan” sampai amalan para hamba menjadi tidak mampu (menyelamatkan
mereka), hingga datang orang yang merangkak.
di kedua sisi shiroth ada kalaaliib
(pengait-pengait) yang bergantung yang diperintahkan. Dia mengambil siapa yang
diperintahkan dengannya. Maka ada yang terluka (tergores) lalu selamat, dan ada
yang terjerembab ke dalam Naar.
kami beriman kepada setiap apa yang datang dalam Al-Kitab dan
As-Sunnah berupa berita tentang hari itu dan kengerian-kengeriannya, semoga
Alloh menolong kita
atasnya.
kami beriman kepada syafa’at Nabi ﷺ
bagi ahli Jannah agar mereka masuk Jannah. syafa’at
ini khusus bagi Nabi ﷺ.
kami beriman kepada Jannah dan Naar. Jannah adalah negeri
kenikmatan yang Alloh Ta’ala siapkan untuk orang-orang Mu’min yang
bertaqwa. Di dalamnya terdapat kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata,
tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas di hati manusia.
﴿فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا
أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾
“Tak seorang pun mengetahui
berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang mata sebagai balasan bagi
mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 17)
Naar adalah negeri adzab yang
Alloh Ta’ala siapkan untuk orang-orang kafir yang zholim. Di dalamnya
terdapat adzab dan hukuman yang tidak pernah terlintas di dalam benak.
﴿إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ
نَاراً أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ
يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقاً﴾
“Sungguh Kami telah sediakan
bagi orang-orang zholim itu Naar, yang gejolaknya mengepung mereka. jika mereka meminta minum, niscaya
mereka akan diberi minum dengan air seperti luluhan besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang
paling jelek.” (QS. Al-Kahfi: 29)
Keduanya (Jannah dan Naar) sudah
ada sekarang dan tidak akan fana (musnah) selama-lamanya.
﴿وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ
وَيَعْمَلْ صَالِحاً يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا أَبَداً قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقاً﴾
“Siapa beriman kepada Alloh dan
mengerjakan amal yang sholih, niscaya Alloh akan memasukkannya ke dalam Jannah-Jannah
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Sungguh Alloh telah melimpahkan rezeki yang baik kepadanya.” (QS.
Ath-Tholaq: 11)
﴿إِنَّ اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ
وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيراً خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً لا يَجِدُونَ وَلِيّاً وَلا نَصِيراً
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ
وَأَطَعْنَا الرَّسُولا﴾
“Sungguh Alloh melaknati
orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (Naar).
Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang
pelindung pun dan tidak (pula) seorang penolong. Pada hari ketika muka mereka
dibolak-balikkan dalam Naar, mereka berkata: ‘Alangkah baiknya, andaikata kami
taat kepada Alloh dan taat (pula) kepada Rosul’.” (QS. Al-Ahzab: 64-66)
kami bersaksi dengan Jannah bagi setiap orang yang disaksikan
oleh Al-Kitab dan As-Sunnah, baik secara spesifik atau secara sifat
(ciri-ciri). Contoh persaksian secara spesifik: persaksian untuk Abu Bakr, ‘Umar,
‘Utsman, ‘Ali, dan sejenisnya, yaitu orang-orang yang disebutkan secara khusus
oleh Nabi ﷺ.
contoh persaksian secara sifat: persaksian untuk setiap orang
Mu’min atau orang bertaqwa.
kami bersaksi dengan Naar bagi setiap orang yang disaksikan
oleh Al-Kitab dan As-Sunnah, baik secara spesifik atau secara sifat. Contoh
persaksian secara spesifik: persaksian untuk Abu Lahab dan ‘Amr bin Luhayy
Al-Khuza’iy, dan sejenisnya.
contoh persaksian secara sifat: persaksian untuk setiap orang
kafir, orang musyrik dengan syirik akbar, atau orang munafik.
kami beriman kepada fitnah kubur, yaitu: pertanyaan Malaikat
kepada mayat di dalam kuburnya tentang Robbnya, agamanya, dan Nabinya.
﴿يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ﴾
“Alloh meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (kalimat syahadat) itu dalam
kehidupan di dunia dan di Akhirat.” (QS. Ibrohim: 27)
Maka orang Mu’min akan berkata: “Robbku
adalah Alloh, Agamaku adalah Islam, dan Nabiku adalah Muhammad.”
Adapun orang kafir dan munafik,
maka dia berkata: “Aku tidak tahu. Aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu
lalu aku ikut-ikutan mengatakannya.”
kami beriman kepada nikmat kubur bagi orang-orang Mu’min.
﴿الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ
الْمَلائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ﴾
“Orang-orang yang diwafatkan
oleh para Malaikat dalam keadaan baik, (kepada mereka) para Malaikat berkata
(dengan lisan hal): ‘Salamun ‘alaikum (keselamatan atas kamu), masuklah
ke dalam Jannah disebabkan apa yang telah kamu kerjakan’.” (QS. An-Nahl: 32)
kami beriman kepada adzab kubur bagi orang-orang zholim dan
kafir.
﴿وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ
فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ
الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ
الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ﴾
“alangkah dahsyatnya, seandainya kamu melihat di waktu
orang-orang yang zholim berada dalam tekanan sakaratul maut, sedang para Malaikat
memukul dengan tangannya, (sambil berkata): ‘Keluarkanlah nyawa kalian’. Pada
hari ini kamu dibalas dengan adzab yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Alloh (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am: 93)
Hadits-Hadits tentang ini sangat banyak dan sudah diketahui.
Maka seorang Mu’min wajib
beriman kepada setiap apa yang datang dalam Al-Kitab dan As-Sunnah dari
perkara-perkara ghoib ini. tidak
menentangnya dengan apa yang dia saksikan di dunia. Karena perkara Akhirat
tidak bisa diukur dengan perkara dunia, sebab jelas sekali perbedaan besar di
antara keduanya.
Wallahul Musta’an (hanya Alloh-lah tempat meminta
pertolongan).
Bab 6: Iman kepada Al-Qodar
kami beriman kepada Al-Qodar, yang baik dan yang buruk.
Yaitu: takdir Alloh Ta’ala terhadap segala yang ada, sesuai dengan
ilmu-Nya yang telah mendahuluinya dan hikmah-Nya yang menuntutnya.
Al-Qodar memiliki 4 tingkatan:
Tingkatan pertama: Al-’Ilm
(Ilmu/Pengetahuan). Maka kami beriman bahwa Alloh Ta’ala Maha Mengetahui
segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan
terjadi, dan bagaimana terjadinya, dengan ilmu-Nya yang azali (tanpa permulaan)
dan abadi (tanpa akhir). Maka tidak ada ilmu baru bagi-Nya setelah sebelumnya
tidak tahu, dan tidak ada lupa setelah tahu.
Tingkatan kedua:
Al-Kitabah (Pencatatan). Maka kami beriman bahwa Alloh Ta’ala telah
menulis di Lauh Mahfuzh, segala sesuatu yang akan terjadi sampai hari Kiamat.
﴿أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ
اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ
عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ﴾
“Apakah kamu tidak mengetahui
bahwa Sungguh Alloh mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Sungguh yang demikian itu
terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfuzh). Sungguh yang demikian itu amat
mudah bagi Alloh.” (QS. Al-Hajj: 70)
Tingkatan ketiga:
Al-Masii’ah (Kehendak). Maka kami beriman bahwa Alloh Ta’ala telah
menghendaki segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada sesuatu
pun yang terjadi melainkan dengan kehendak-Nya. Apa yang Alloh kehendaki, pasti
terjadi. apa yang tidak Dia
kehendaki, tidak akan terjadi.
Tingkatan keempat:
Al-Kholaq (Penciptaan). Maka kami beriman bahwa:
﴿اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ
شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ﴾
“Alloh menciptakan segala
sesuatu dan Dia adalah penjaga segala sesuatu. Kepunyaan-Nya-lah kunci-kunci
(perbendaharaan) langit dan bumi.” (QS. Az-Zumar: 62-63)
keempat tingkatan ini mencakup apa yang terjadi dari Alloh Ta’ala
sendiri dan apa yang terjadi dari para hamba. Maka segala sesuatu yang
dilakukan oleh hamba, baik berupa perkataan, perbuatan, atau meninggalkan
perbuatan, semuanya diketahui oleh Alloh Ta’ala, tertulis di sisi-Nya,
dan Alloh Ta’ala telah menghendakinya dan menciptakannya.
﴿لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ
أَنْ يَسْتَقِيمَ وَمَا تَشَاءُونَ إِلاّ أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ﴾
“Bagi siapa di antara kalian
yang ingin menempuh jalan yang lurus. kamu
tidak dapat berkehendak (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Alloh,
Robb semesta alam.” (QS. At-Takwir: 28-29)
﴿وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا
اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ﴾
“Kalau Alloh menghendaki,
tidaklah mereka saling membunuh. Tetapi Alloh berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS.
Al-Baqoroh: 253)
﴿وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا
فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ﴾
“Kalau Alloh menghendaki,
niscaya mereka tidak mengerjakannya. Maka biarkanlah mereka dan apa yang mereka
ada-adakan (dusta) itu.” (QS. Al-An’am: 137)
﴿وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا
تَعْمَلُونَ﴾
“Padahal Alloh-lah yang
menciptakan kamu dan apa yang kamu kerjakan itu.” (QS. Ash-Shoffat: 96)
Namun, meskipun demikian, kami
beriman bahwa Alloh Ta’ala menjadikan bagi hamba pilihan dan kemampuan,
dan dengan keduanya perbuatan itu terjadi.
dalil bahwa perbuatan hamba terjadi dengan pilihan dan
kemampuannya ada beberapa hal:
Pertama: Firman-Nya Ta’ala:
﴿فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى
شِئْتُمْ﴾
“Maka datangilah ladangmu itu
kapan saja kamu kehendaki.” (QS. Al-Baqoroh: 223)
firman-Nya:
﴿وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ
لَأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً﴾
“jika mereka menghendaki untuk berangkat, tentulah mereka
menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu.” (QS. At-Taubah: 46)
Maka Alloh menetapkan bagi hamba
adanya perbuatan yang terjadi dengan kehendaknya dan persiapan yang terjadi
dengan kemauannya.
Kedua: Diarahkannya perintah
dan larangan kepada hamba. Seandainya tidak ada pilihan dan kemampuan bagi
hamba, maka pengarahan itu kepadanya akan menjadi pembebanan sesuatu yang tidak
mampu dilakukan. ini adalah
sesuatu yang ditolak oleh hikmah dan rohmat Alloh Ta’ala, dan berita-Nya
yang shodiq (benar) dalam firman-Nya:
﴿لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً
إِلاّ وُسْعَهَا﴾
“Alloh tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqoroh: 286)
Ketiga: Pujian kepada
orang yang berbuat baik atas kebaikannya, dan celaan kepada orang yang berbuat
buruk atas keburukannya. pemberian
pahala kepada masing-masing dari keduanya sesuai dengan apa yang berhak mereka
dapatkan. Seandainya perbuatan itu tidak terjadi dengan kemauan dan pilihan
hamba, maka pujian kepada orang yang berbuat baik akan menjadi sia-sia, dan
hukuman kepada orang yang berbuat buruk akan menjadi kezholiman. Padahal Alloh Ta’ala
disucikan dari perbuatan sia-sia dan kezholiman.
Keempat: Bahwasanya Alloh
Ta’ala mengutus para Rosul.
﴿رُسُلاً مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ
لِئَلاّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ
عَزِيزاً حَكِيماً﴾
“Rosul-Rosul itu adalah pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada alasan bagi manusia
membantah Alloh sesudah diutusnya Rosul-Rosul itu. Alloh Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. An-Nisa: 165)
Seandainya perbuatan hamba itu
tidak terjadi dengan kemauan dan pilihannya, niscaya hujjah (alasan) mereka
tidak gugur dengan diutusnya para Rosul.
Kelima: Bahwa setiap
pelaku merasakan bahwa dia melakukan sesuatu atau meninggalkannya tanpa ada
perasaan dipaksa. Dia berdiri dan duduk, masuk dan keluar, bepergian dan
menetap, semuanya dengan kemauannya sendiri. dia
tidak merasa bahwa ada yang memaksanya untuk melakukan itu. Bahkan dia
membedakan dengan nyata antara melakukan sesuatu atas pilihannya sendiri dengan
dipaksa oleh orang yang memaksa. Demikian pula, syari’at membedakan antara
keduanya dengan bijaksana. Maka syari’at tidak menghukum pelaku atas perbuatan
yang dia lakukan dalam keadaan dipaksa, dalam hal yang berkaitan dengan hak
Alloh Ta’ala.
kami berpendapat bahwa tidak ada hujjah (alasan) bagi orang
yang bermaksiat atas kemaksiatannya dengan takdir Alloh Ta’ala. Karena
orang yang bermaksiat melakukan kemaksiatan itu dengan pilihannya tanpa
mengetahui bahwa Alloh Ta’ala telah menakdirkannya atas dirinya. Sebab
tidak ada seorang pun yang mengetahui takdir Alloh Ta’ala kecuali
setelah terjadinya takdir itu.
﴿وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا
تَكْسِبُ غَداً﴾
“tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa
yang akan diusahakannya besok.” (QS. Luqman: 34)
Maka bagaimana bisa benar
berhujjah (beralasan) dengan hujjah yang tidak diketahui oleh orang yang berhujjah
dengannya ketika dia melakukan perbuatan yang dia minta maaf karenanya?
sungguh Alloh Ta’ala telah membatalkan hujjah ini
dengan firman-Nya:
﴿سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا
لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلا آبَاؤُنَا وَلا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ
كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَّى ذَاقُوا بَأْسَنَا قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ
مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلاّ الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ
إِلاّ تَخْرُصُونَ﴾
“Orang-orang yang
mempersekutukan Alloh, akan mengatakan: ‘Jika Alloh menghendaki, niscaya kami
dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya, dan tidak (pula) kami mengharomkan
sesuatu apa pun’. Demikianlah juga orang-orang sebelum mereka telah mendustakan
(para Rosul) sampai mereka merasakan adzab Kami. Katakanlah: ‘Apakah kamu
mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada kami?’.
Kamu tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan kamu tidak lain
hanyalah berdusta.” (QS. Al-An’am: 148)
kami berkata kepada orang yang bermaksiat yang berhujjah
dengan takdir: “Mengapa kamu tidak bergegas melakukan ketaatan dengan anggapan
bahwa Alloh Ta’ala telah menuliskannya untukmu? Karena tidak ada
perbedaan antara ketaatan dan kemaksiatan dalam hal ketidaktahuanmu akan takdir
sebelum perbuatan itu terjadi darimu.”
Oleh karena itu, ketika Nabi ﷺ mengabarkan kepada para Shohabat bahwa: “Setiap orang telah ditetapkan tempatnya di Jannah dan tempatnya
di Naar.” Mereka berkata: “Apakah kami tidak pasrah saja dan meninggalkan amalan?.” Nabi ﷺ bersabda:
«لَا، اعْمَلُوا
فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ»
“Jangan, beramallah,
karena setiap orang akan dimudahkan untuk apa yang dia diciptakan untuknya.” (Muttafaq ‘alaih)
kami berkata kepada orang yang bermaksiat yang berhujjah
dengan takdir: Seandainya kamu ingin bepergian ke Makkah dan ada 2 jalan. Orang
yang jujur mengabarkan kepadamu bahwa salah satunya menakutkan dan sulit,
sedangkan yang kedua aman dan mudah. Maka kamu akan menempuh jalan yang kedua,
dan tidak mungkin kamu menempuh jalan yang pertama (jalan sulit), lalu kamu
berkata: “Itu sudah ditakdirkan untukku.” Seandainya kamu melakukan itu,
niscaya manusia akan menganggapmu gila.
kami katakan kepadanya juga: Jika ditawarkan kepadamu 2
pekerjaan, salah satunya dengan gaji yang lebih banyak, maka kamu pasti akan
memilihnya tanpa ragu. Lalu mengapa kamu memilih untuk dirimu dalam amalan
Akhirat apa yang lebih rendah, kemudian kamu berhujjah dengan takdir?
kami katakan kepadanya juga: Kami melihatmu ketika ditimpa
penyakit jasmani, kamu mendatangi setiap pintu dokter untuk pengobatanmu. kamu bersabar atas rasa sakit yang
menimpamu dari operasi bedah dan pahitnya obat. Lalu mengapa kamu tidak
melakukan hal yang sama dalam penyakit hatimu dari kemaksiatan?
kami beriman bahwa keburukan tidak dinisbatkan (dihubungkan)
kepada Alloh Ta’ala karena kesempurnaan rohmat dan hikmah-Nya. Nabi ﷺ bersabda:
«وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ»
“keburukan itu bukan kepada-Mu.” (HR. Muslim)
Maka takdir Alloh Ta’ala tidak mengandung keburukan sama
sekali. Karena itu bersumber dari rohmat dan hikmah.
Namun keburukan itu ada pada
akibatnya. Berdasarkan sabda Nabi ﷺ dalam doa qunut yang
dia ajarkan kepada Al-Hasan:
«وَقِنِي شَرَّ
مَا قَضَيْتَ»
“lindungilah aku dari keburukan yang
telah Engkau takdirkan.” (HSR. Abu Dawud)
Beliau menyandarkan keburukan kepada apa
yang Alloh takdirkan. meskipun
demikian, keburukan dalam akibat itu bukanlah keburukan murni semata. Bahkan
itu adalah keburukan di satu sisi, dan kebaikan di sisi lain. Atau keburukan di
satu tempat, dan kebaikan di tempat lain.
Kerusakan di muka bumi, berupa kekeringan,
penyakit, kemiskinan, dan ketakutan, adalah keburukan. Akan tetapi itu adalah
kebaikan di tempat lain. Alloh Ta’ala berfirman:
﴿ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي
عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾
“Telah nampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia (dosa-dosa mereka), supaya
Alloh menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Memotong tangan pencuri dan
merajam pezina adalah keburukan bagi si pencuri dan pezina dari sisi
terpotongnya tangan dan hilangnya nyawa. Akan tetapi itu adalah kebaikan bagi
keduanya dari sisi lain, di mana itu menjadi penebus dosa bagi mereka. Sehingga
tidak dikumpulkan bagi mereka dua hukuman, hukuman di dunia dan di Akhirat. itu juga kebaikan di tempat lain, di
mana di dalamnya terdapat perlindungan bagi harta, kehormatan, dan nasab
(keturunan).
Bab 7: Buah dari ‘Aqidah Ini
‘Aqidah yang tinggi ini, yang mengandung
landasan-landasan agung, menghasilkan buah-buah yang mulia dan banyak bagi
orang yang meyakininya.
Iman kepada Alloh Ta’ala dalam Nama-Nama
dan Sifat-Sifat-Nya:
Menghasilkan bagi seorang hamba kecintaan
kepada Alloh dan pengagungan terhadap-Nya, yang mewajibkan pelaksanaan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Pelaksanaan perintah Alloh Ta’ala
dan menjauhi larangan-Nya akan menghasilkan kesempurnaan kebahagiaan di dunia
dan di Akhirat bagi individu dan masyarakat.
﴿مَنْ
عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً
طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾
“Siapa yang mengerjakan amal sholih, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.
An-Nahl: 97)
Di antara buah-buah Iman kepada Malaikat:
1. Mengetahui keagungan Pencipta mereka, Tabaaroka
wa Ta’ala (Maha Suci dan Maha Tinggi), kekuatan, dan kekuasaan-Nya.
2. Bersyukur kepada-Nya Ta’ala atas
perhatian-Nya kepada hamba-hamba-Nya, di mana Dia menugaskan kepada mereka dari
para Malaikat yang bertugas menjaga mereka dan mencatat amalan-amalan mereka,
serta maslahat-maslahat (kebaikan-kebaikan) mereka yang lain.
3. Mencintai para Malaikat atas apa yang mereka
lakukan berupa ibadah kepada Alloh Ta’ala dengan cara yang paling
sempurna, dan permohonan ampun (istighfar) mereka untuk orang-orang Mu’min.
Di antara buah-buah Iman kepada Kitab-Kitab:
1. Mengetahui rohmat Alloh Ta’ala dan
perhatian-Nya kepada makhluk-Nya, di mana Dia menurunkan Kitab bagi setiap kaum
untuk memberi petunjuk kepada mereka dengannya.
2. Munculnya hikmah Alloh Ta’ala, di
mana Dia mensyari’atkan di dalam Kitab-Kitab ini bagi setiap umat apa yang
sesuai dengannya. Kitab yang
terakhir, yaitu Al-Qur’anul ‘Azhim, sesuai untuk seluruh makhluk di setiap masa
dan tempat sampai hari Kiamat.
3. Bersyukur atas nikmat Alloh Ta’ala
atas hal itu.
Di antara buah-buah Iman kepada Rosul-Rosul:
1. Mengetahui rohmat Alloh Ta’ala dan
perhatian-Nya kepada makhluk-Nya, di mana Dia mengutus kepada mereka para Rosul
yang mulia itu untuk memberi petunjuk dan bimbingan.
2. Bersyukur kepada-Nya Ta’ala atas
nikmat yang agung ini.
3. Mencintai para Rosul dan mengagungkan mereka
serta memuji mereka dengan pujian yang layak bagi mereka. Karena mereka adalah
utusan Alloh Ta’ala dan orang-orang pilihan dari hamba-hamba-Nya. Mereka
menegakkan ibadah kepada Alloh, menyampaikan risalah-Nya, menasihati
hamba-hamba-Nya, dan bersabar atas gangguan mereka.
Di antara buah-buah Iman kepada hari Akhir:
1. Bersemangat untuk taat kepada Alloh Ta’ala
karena mengharapkan pahala hari itu. menjauhi
maksiat kepada-Nya karena takut akan siksaan hari itu.
2. Menghibur diri seorang Mu’min dari
kenikmatan dan kesenangan dunia yang luput darinya, dengan mengharapkan
kenikmatan dan pahala Akhirat.
Di antara buah-buah Iman kepada Al-Qodar:
1. Bersandar kepada Alloh Ta’ala ketika
melakukan sebab-sebab. Karena sebab dan akibatnya, keduanya adalah dengan qodho
(ketetapan) Alloh dan qodar (takdir) Alloh.
2. Ketenangan jiwa dan ketenteraman hati.
Karena kapan saja seseorang mengetahui bahwa itu adalah dengan ketetapan Alloh Ta’ala,
dan bahwa hal yang tidak disukai itu pasti terjadi, maka jiwanya akan tenang
dan hatinya akan tenteram, serta ia akan ridho dengan ketetapan Robb. Maka
tidak ada seorang pun yang hidupnya lebih baik, jiwanya lebih tenang, dan
ketenteramannya lebih kuat daripada orang yang beriman kepada takdir.
3. Menghilangkan kebanggaan diri ketika
mendapatkan apa yang diinginkan. Karena hasil itu adalah nikmat dari Alloh
dengan apa yang Dia takdirkan berupa sebab-sebab kebaikan dan keberhasilan.
Maka ia bersyukur kepada Alloh Ta’ala atas hal itu, dan meninggalkan
kebanggaan diri.
4. Menghilangkan kegelisahan dan kemarahan
ketika luput dari apa yang diinginkan atau ketika terjadi hal yang tidak
disukai. Karena itu adalah dengan ketetapan Alloh Ta’ala yang memiliki
kerajaan langit dan bumi, dan itu pasti terjadi. Maka ia bersabar atas hal itu,
dan mengharapkan pahala.
inilah yang diisyaratkan oleh Alloh Ta’ala
dengan firman-Nya:
﴿مَا
أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلاّ فِي كِتَابٍ مِنْ
قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ * لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا
بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ﴾
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa di
bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab
(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sungguh yang demikian itu adalah
mudah bagi Alloh. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka
cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Alloh
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS.
Al-Hadid: 22-23)
Maka kami memohon kepada Alloh Ta’ala
agar meneguhkan kita di atas ‘Aqidah ini, dan agar Dia mewujudkan bagi kita
buah-buahnya, serta menambah kita dari karunia-Nya. Juga agar Dia tidak
membelokkan hati kita setelah Dia memberi kita petunjuk, dan agar Dia
menganugerahkan kepada kita rohmat dari sisi-Nya, Sungguh Dia Maha Pemberi.
segala puji hanya bagi Alloh, Robb
semesta alam. semoga Sholawat
Alloh tercurah kepada Nabi kami Muhammad, dan kepada keluarganya, para
Shohabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
***