[PDF] ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah - Ibnu 'Utsaimin (w. 1421 H)

Unduh PDF


Kata Pengantar Penulis

Alhamdulillah (segala puji hanya milik Alloh) Robb semesta alam. Kesudahan yang baik (Jannah) adalah bagi orang-orang yang bertaqwa, dan tidak ada permusuhan kecuali terhadap orang-orang yang zholim.

aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Alloh semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Yang Maha Raja, Maha Benar, Maha Nyata. aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rosul-Nya, penutup para Nabi dan imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertaqwa. Semoga Sholawat Alloh tercurah atasnya dan atas keluarganya dan para Shohabatnya, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari Kiamat.

Amma ba’du:

Maka Sungguh Alloh Ta’ala mengutus Rosul-Nya, Muhammad , dengan petunjuk dan agama yang haq; sebagai rohmat bagi seluruh alam, teladan bagi orang-orang yang beramal, dan hujjah (alasan yang kuat) atas semua hamba; dan dengan sebab beliau dan apa yang Alloh turunkan kepadanya berupa Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah), Alloh menjelaskan segala sesuatu yang di dalamnya terdapat kebaikan bagi hamba, dan keteguhan kondisi mereka dalam agama dan dunia mereka, yaitu berupa ‘aqidah shohihah (benar), amalan-amalan yang lurus, akhlak-akhlak yang mulia, dan adab-adab yang tinggi.

Maka beliau meninggalkan umatnya di atas jalan yang sangat jelas; malamnya seperti siangnya, tidak ada yang menyimpang darinya kecuali orang yang binasa.

Maka umatnya yang menyambut seruan Alloh dan Rosul-Nya menempuh jalan itu. mereka adalah sebaik-baik makhluk, dari kalangan para Shohabat, Tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Mereka menegakkan syari’atnya (Nabi Muhammad ), berpegang teguh pada Sunnahnya, dan menggigitnya dengan gigi geraham mereka, yaitu: ‘aqidah, ‘ibadah, akhlak, dan adab.

Maka mereka menjadi thoi’fah (kelompok) yang senantiasa menampakkan kebenaran. Orang-orang yang menghina atau menentang mereka tidak akan membahayakan mereka sampai datangnya perintah Alloh Ta’ala, sementara mereka tetap dalam keadaan itu.

kami, alhamdulillah (segala puji hanya bagi Alloh), berjalan di atas jejak mereka. mengambil petunjuk dari jalan mereka yang dikuatkan oleh Al-Kitab dan As-Sunnah. Kami mengatakan ini sebagai bentuk menceritakan nikmat Alloh, dan menjelaskan apa yang seharusnya dianut oleh setiap Mu’min. Kami memohon kepada Alloh Ta’ala agar meneguhkan kami dan saudara-saudara kami kaum Muslimin dengan ucapan yang teguh (kalimat syahadat) di kehidupan dunia dan di Akhirat. Juga agar Dia menganugerahkan kepada kami rohmat dari sisi-Nya, Sungguh Dia Maha Pemberi.

karena pentingnya masalah ini dan karena hawa nafsu manusia yang terpecah-pecah di dalamnya. Aku ingin menulis secara ringkas ‘aqidah kami: yaitu ‘aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah. Yaitu: Beriman kepada Alloh, para Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, hari Akhir, dan takdir yang baik dan yang buruk. Sambil memohon kepada Alloh Ta’ala agar menjadikan (tulisan) ini ikhlas karena wajah-Nya, sesuai dengan ridho-Nya, dan bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya.

Bab 1: Iman kepada Alloh

‘Aqidah kami: adalah beriman kepada Alloh, para Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, hari Akhir, dan takdir yang baik dan yang buruk.

Maka kami beriman kepada Rububiyyah Alloh Ta’ala. Yaitu: bahwasanya Dia adalah Robb yang Maha Pencipta, Maha Memiliki, Maha Mengatur segala urusan.

kami beriman kepada Uluhiyyah Alloh Ta’ala. Yaitu: bahwasanya Dia adalah Ilah (sesembahan) yang hak (benar), dan setiap sesembahan selain-Nya adalah batil (salah).

kami beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Yaitu: bahwasanya Dia memiliki nama-nama yang husna (terindah) dan sifat-sifat yang sempurna dan tinggi.

kami beriman kepada keesaan-Nya dalam hal itu. Yaitu: bahwasanya tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyyah-Nya, tidak dalam uluhiyyah-Nya, tidak pula dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Alloh Ta’ala berfirman:

﴿رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً﴾

“Robb langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan bersabarlah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya (yang patut disembah)?” (QS. Maryam: 65)

Kami beriman bahwasanya:

﴿اللَّهُ لا إِلَهَ إِلاّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ﴾

“Alloh, tidak ada Ilah (sesembahan yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Hidup lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Alloh tanpa izin-Nya. Alloh mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Alloh melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi (tempat berpijak kaki) Alloh meliputi langit dan bumi. Alloh tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Alloh Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (QS. Al-Baqoroh: 255)

kami beriman bahwasanya:

﴿هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلاّ هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلاّ هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ﴾

“Dialah Alloh Yang tiada Ilah (sesembahan yang berhak disembah) selain Dia. Yang Mengetahui yang ghoib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Alloh Yang tiada Ilah (sesembahan yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan. Maha Suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Alloh Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk rupa, Yang mempunyai Asmaaul Husna (nama-nama yang paling baik). Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 22-24)

kami beriman bahwasanya Dia (Alloh) memiliki kerajaan langit dan bumi.

﴿يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثاً وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَاناً وَإِنَاثاً وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيماً إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ﴾

“Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis itu, laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sungguh Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Asy-Syuro: 49-50)

kami beriman bahwasanya:

﴿لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ﴾

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Kepunyaan-Nya-lah perbendaharaan langit dan bumi. Dia melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sungguh Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Asy-Syuro: 11-12)

kami beriman bahwasanya:

﴿وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلاّ عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ﴾

tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allohlah yang memberi rezekinya. Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud: 6)

kami beriman bahwasanya:

﴿وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلاّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلاّ يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلاّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ﴾

pada sisi Allohlah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan. tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya. tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-An’am: 59)

kami beriman bahwasanya Alloh:

﴿إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ﴾

“Sungguh Alloh, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat. Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34)

kami beriman bahwasanya Alloh berbicara sesuai kehendak-Nya, kapan saja Dia kehendaki, dan bagaimana saja Dia kehendaki.

﴿وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيماً﴾

Alloh telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (QS. An-Nisa: 164)

﴿وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ﴾

tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan, dan Robbnya telah berfirman (langsung) kepadanya.” (QS. Al-A’rof: 143)

﴿وَنَادَيْنَاهُ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ الأيْمَنِ وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيّاً﴾

Kami telah memanggilnya dari arah kanan gunung Thuur dan Kami telah mendekatkannya di waktu munajat.” (QS. Maryam: 52)

kami beriman bahwasanya:

﴿لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَاداً لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي﴾

“Katakanlah: ‘Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Robbku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Robbku’.” (QS. Al-Kahfi: 109)

﴿وَلَوْ أَنَّمَا فِي الأرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ﴾

seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Alloh. Sungguh Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Luqman: 27)

kami beriman bahwasanya kalimat-kalimat-Nya adalah kalimat-kalimat yang paling sempurna. Paling jujur dalam berita, paling adil dalam hukum, dan paling baik dalam pembicaraan. Alloh Ta’ala berfirman:

﴿وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقاً وَعَدْلاً﴾

“Telah sempurnalah kalimat Robbmu (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil.” (QS. Al-An’am: 115)

Dia berfirman:

﴿وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثاً﴾

siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Alloh?” (QS. An-Nisa: 87)

kami beriman bahwasanya Al-Qur’anul Karim adalah kalam (firman) Alloh Ta’ala. Dia benar-benar mengucapkannya dan menyampaikannya kepada Jibril. Lalu Jibril menurunkannya ke hati Nabi :

﴿قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَق﴾

“Katakanlah: ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkannya dari Robbmu dengan haq (benar)’.” (QS. An-Nahl: 102)

﴿وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ﴾

Sungguh Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Robb semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amiin (Jibril). Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy-Syu’aro: 192-195)

kami beriman bahwasanya Alloh ‘Azza wa Jalla Maha Tinggi atas makhluk-Nya, baik dzat maupun sifat-Nya. Berdasarkan firman-Nya Ta’ala:

﴿وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ﴾

Dia adalah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (QS. Al-Baqoroh: 255)

firman-Nya:

﴿وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ﴾

Dialah yang berkuasa (tertinggi) di atas hamba-hamba-Nya. Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 18)

kami beriman bahwasanya Dia:

﴿خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الأمْرَ﴾

“Dia menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian Dia beristiwa’ di atas ‘Arsy (singgasana). Dia mengatur urusan (makhluk-Nya).” (QS. Yunus: 3)

istiwa’-Nya di atas ‘Arsy adalah ketinggian-Nya di atasnya dengan Dzat-Nya. Ketinggian yang khusus yang layak bagi keagungan dan kebesaran-Nya. Tidak ada yang mengetahui bagaimana (kaifiyyah)-nya selain Dia.

kami beriman bahwasanya Dia Ta’ala bersama makhluk-Nya sementara Dia berada di atas ‘Arsy-Nya. Dia mengetahui keadaan mereka, mendengar perkataan mereka, melihat perbuatan mereka, dan mengatur urusan mereka. Dia memberi rezeki kepada yang fakir, memperbaiki yang hancur (lemah). Dia memberikan kekuasaan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mencabut kekuasaan dari siapa yang Dia kehendaki. Dia memuliakan siapa yang Dia kehendaki, dan menghinakan siapa yang Dia kehendaki. Di tangan-Nya segala kebaikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

siapa yang kondisinya seperti ini, maka Dia bersama makhluk-Nya secara hakiki (sebenarnya) meskipun Dia di atas mereka di ‘Arsy-Nya secara hakiki.

﴿لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ﴾

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuro: 11)

kami tidak mengatakan seperti yang dikatakan oleh orang-orang Hululiyyah dari kalangan Jahmiyyah (salah satu kelompok sesat) dan selain mereka: bahwa Dia bersama makhluk-Nya di bumi. kami berpendapat bahwa siapa pun yang mengatakan hal itu, maka ia kafir (keluar dari Islam) atau sesat. Karena ia telah mensifati Alloh dengan sesuatu yang tidak layak bagi-Nya berupa kekurangan-kekurangan.

kami beriman dengan apa yang dikabarkan oleh Rosul-Nya tentang Dia: tentang turunnya Alloh ke langit dunia.

Bahwasanya

«يَنْزِلُ كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْأَخِيرُ، فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ»

“Dia turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir. Lalu Dia berfirman: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, Aku akan mengampuninya’.” (HR. Al-Bukhori)

kami beriman bahwasanya Dia Subhanahu wa Ta’ala datang pada hari pembalasan (Kiamat) untuk memutuskan perkara di antara para hamba. Berdasarkan firman-Nya Ta’ala:

﴿كَلاّ إِذَا دُكَّتِ الأرْضُ دَكّاً دَكّاً وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفّاً صَفّاً وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الإنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى﴾

“Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat dan datang Robbmu, sedang Malaikat berbaris-baris, pada hari itu diperlihatkan Naar Jahannam. Pada hari itu sadarlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi kesadaran itu baginya.” (QS. Al-Fajr: 21-23)

kami beriman bahwasanya Dia Ta’ala:

﴿فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ﴾

“Maha Kuasa berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Buruj: 16)

kami beriman bahwasanya kehendak-Nya Ta’ala ada 2 jenis:

1. Kehendak kauniyyah (penciptaan), yaitu kehendak-Nya yang pasti terjadi, dan tidak harus sesuatu yang dicintai-Nya. Ia kehendak yang bermakna masii’ah, seperti firman-Nya Ta’ala:

﴿وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ﴾

“Kalau Alloh menghendaki, tidaklah mereka saling membunuh. Tetapi Alloh berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqoroh: 253)

﴿إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ هُوَ رَبُّكُمْ﴾

“Jika Alloh hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Robbmu.” (QS. Hud: 34)

2. Kehendak syar’iyyah (syari’at/aturan), yaitu kehendak-Nya yang tidak harus terjadi, dan apa yang dikehendaki-Nya secara syar’i pasti dicintai-Nya. Seperti firman-Nya Ta’ala:

﴿وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ﴾

Alloh menghendaki untuk menerima taubatmu.” (QS. An-Nisa: 27)

kami beriman bahwasanya kehendak-Nya yang kauniy dan syar’iy adalah mengikuti hikmah-Nya. Maka setiap apa yang Dia tetapkan secara kauniy atau setiap apa yang Dia syari’atkan untuk hamba-Nya, maka itu adalah dengan hikmah dan berdasarkan hikmah, baik kita mengetahui hikmahnya atau akal kita tidak mampu mencapainya.

﴿أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ﴾

“Bukankah Alloh Hakim yang seadil-adilnya?” (QS. At-Tin: 7)

﴿وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْماً لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ﴾

“Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Alloh bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 50)

kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala mencintai para wali-Nya (kekasih-Nya) dan mereka mencintai-Nya.

﴿قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ﴾

“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihimu’.” (QS. Ali ‘Imron: 31)

﴿فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ﴾

“Maka kelak Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.” (QS. Al-Maidah: 54)

﴿وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ﴾

Alloh mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali ‘Imron: 146)

﴿وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ﴾

berlaku adillah, Sungguh Alloh mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Hujurot: 9)

﴿وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ﴾

berbuat baiklah, Sungguh Alloh mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqoroh: 195)

kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala meridhoi (menyenangi) amalan dan perkataan yang Dia syari’atkan, dan membenci (tidak menyukai) apa yang Dia larang dari amalan dan perkataan tersebut.

﴿إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ﴾

“Jika kamu kafir maka Sungguh Alloh tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhoi kekafiran bagi hamba-Nya. jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhoi bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Az-Zumar: 7)

﴿وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ﴾

“Tetapi Alloh tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Alloh melemahkan keinginan mereka. dikatakan kepada mereka: ‘Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal’.” (QS. At-Taubah: 46)

kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala meridhoi orang-orang yang beriman dan beramal sholih.

﴿رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ﴾

“Alloh meridhoi mereka dan mereka pun meridhoi-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Robbnya.” (QS. Al-Bayyinah: 8)

kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala murka kepada siapa pun yang pantas dimurkai dari kalangan orang-orang kafir dan selain mereka.

﴿الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ﴾

“Yang mereka menyangka terhadap Alloh dengan sangkaan yang buruk. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang buruk dan Alloh memurkai mereka.” (QS. Al-Fath: 6)

﴿وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْراً فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ﴾

“Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Alloh menimpanya dan bagi mereka adzab yang besar.” (QS. An-Nahl: 106)

kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala memiliki wajah yang disifati dengan keagungan dan kemuliaan.

﴿وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ﴾

kekal wajah Robbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rohman: 27)

kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala memiliki 2 tangan yang mulia lagi agung.

﴿بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ﴾

“Bahkan kedua tangan Alloh terbentang. Dia menafkahkan (memberi rezeki) sebagaimana Dia kehendaki.” (QS. Al-Maidah: 64)

﴿وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعاً قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ﴾

mereka tidak mengagungkan Alloh dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Robb dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az-Zumar: 67)

kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala memiliki 2 mata yang hakiki (sebenarnya). Berdasarkan firman-Nya Ta’ala:

﴿وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا﴾

buatlah bahtera itu dengan pengawasan mata Kami dan petunjuk wahyu Kami.” (QS. Hud: 37)

Nabi bersabda:

«حِجَابُهُ النُّورُ، لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ»

“Hijab-Nya (penghalang-Nya) adalah cahaya. Seandainya Dia membukanya, niscaya keagungan wajah-Nya akan membakar segala sesuatu dari makhluk-Nya yang dicapai oleh penglihatan-Nya.” (HR. Muslim no. 293)

Ahlus Sunnah bersepakat bahwa kedua mata itu ada 2. Ini dikuatkan oleh sabda Nabi tentang Dajjal (pendusta besar):

«...إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَر...»

“...Sungguh dia ‘awar (buta sebelah), sedangkan Robb kalian tidak ‘awar...” (HR. Al-Bukhori dan Muslim no. 101)

kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala:

﴿لا تُدْرِكُهُ الأبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ﴾

“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu. Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 103)

kami beriman bahwasanya orang-orang Mu’min akan melihat Robb mereka pada hari Kiamat.

﴿وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ﴾

“Wajah-wajah (orang Mu’min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Robbnyalah mereka melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 22-23)

kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala tidak ada yang serupa dengan-Nya karena kesempurnaan sifat-sifat-Nya.

﴿لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ﴾

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuro: 11)

kami beriman bahwasanya:

﴿لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ﴾

“Dia tidak mengantuk dan tidak tidur” (QS. Al-Baqoroh: 255)

Karena kesempurnaan kehidupan dan kekuasaan-Nya.

kami beriman bahwasanya Dia tidak menzholimi seorang pun karena kesempurnaan keadilan-Nya. Dia tidak lalai terhadap perbuatan hamba-hamba-Nya karena kesempurnaan pengawasan dan pengetahuan-Nya yang meliputi.

kami beriman bahwasanya tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang dapat melemahkan-Nya karena kesempurnaan ilmu dan kekuasaan-Nya.

﴿إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئاً أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ﴾

“Sungguh keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: ‘Jadilah’, maka terjadilah ia.” (QS. Yasin: 82)

Dia tidak merasa lelah atau capek karena kesempurnaan kekuatan-Nya.

﴿وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ﴾

Sungguh telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam hari, dan Kami sedikit pun tidak ditimpa lughub.” (QS. Qof: 38)

Yaitu: tidak ditimpa kelelahan dan kecapekan.

kami beriman dengan tetapnya setiap apa yang Alloh tetapkan untuk diri-Nya atau yang Rosul-Nya tetapkan untuk-Nya dari nama-nama dan sifat-sifat. Namun, kami berlepas diri dari dua hal yang sangat terlarang, yaitu:

1. Tamtsiil (penyerupaan): Yaitu seseorang berkata dalam hati atau lisannya: “Sifat-sifat Alloh Ta’ala itu seperti sifat-sifat makhluk.”

2. Takyiif (menanyakan bagaimana/ kaifiyyah): Yaitu seseorang berkata dalam hati atau lisannya: “Bagaimana sifat-sifat Alloh Ta’ala itu begini dan begitu.”

kami beriman dengan dinafikannya (dihilangkannya) setiap apa yang Alloh nafikkan dari diri-Nya atau Rosul-Nya nafikkan dari-Nya. penafian itu mengandung penetapan kesempurnaan kebalikannya. kami diam dari apa yang Alloh dan Rosul-Nya diamkan.

kami berpendapat bahwa berjalan di atas jalan ini adalah wajib, tidak bisa tidak. Karena apa yang Alloh tetapkan untuk diri-Nya atau Dia nafikkan dari-Nya Subhanahu wa Ta’ala, maka itu adalah khobar (berita) yang Alloh beritakan tentang diri-Nya. Dia Subhanahu wa Ta’ala adalah Yang paling tahu tentang diri-Nya, dan paling benar perkataan-Nya, dan paling baik pembicaraan-Nya. Sedangkan para hamba tidak dapat meliputi-Nya dengan ilmu.

apa yang Rosul tetapkan untuk-Nya atau dia nafikan dari-Nya, maka itu adalah khobar yang dia beritakan tentang-Nya. dia adalah orang yang paling tahu tentang Robbnya, paling tulus, paling jujur, dan paling fasih dalam perkataan.

Maka dalam kalam (ucapan) Alloh Ta’ala dan Rosul-Nya terdapat kesempurnaan ilmu, kejujuran, dan penjelasan. Sehingga tidak ada alasan untuk menolaknya atau ragu dalam menerimanya.

Fashl: Manhaj Ahlus Sunnah dalam Sifat-Sifat Alloh

segala sesuatu yang kami sebutkan dari sifat-sifat Alloh Ta’ala baik secara terperinci atau global, penetapan atau penafian, maka dalam hal itu kami berpegang teguh pada Kitab Robb kami dan Sunnah Nabi kami. kami berjalan di atas jalan yang ditempuh oleh para Salaf (pendahulu) umat dan para imam (pemimpin) petunjuk setelah mereka.

kami berpendapat bahwa wajib hukumnya menerapkan nash-nash (teks-teks) Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam hal itu (sifat-sifat Alloh) sesuai dengan zhohirnya (makna lahiriahnya). membawanya kepada hakikatnya yang layak bagi Alloh ‘Azza wa Jalla. kami berlepas diri dari jalan orang-orang yang merubah-ubahnya (muharrifiin). Yaitu orang-orang yang memalingkan nash-nash itu kepada selain apa yang Alloh dan Rosul-Nya kehendaki. Juga dari jalan orang-orang yang menolaknya (mu’aththiliin), yaitu orang-orang yang membatalkan dalil-dalil tersebut dari makna yang Alloh dan Rosul-Nya kehendaki. Juga dari jalan orang-orang yang berlebihan dalam hal itu (mugholiin), yaitu orang-orang yang membawanya kepada penyerupaan (tamtsiil), atau memaksakan diri untuk menanyakan bagaimananya (takyiif).

kami mengetahui dengan ilmu yang yakin bahwa apa yang datang dalam Kitab Alloh Ta’ala atau Sunnah Nabi-Nya adalah kebenaran, dan tidak saling bertentangan satu sama lain. Berdasarkan firman-Nya Ta’ala:

﴿أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافاً كَثِيراً﴾

“Maka apakah mereka tidak mentadabburi (memperhatikan) Al-Qur’an? Sekiranya Al-Qur’an itu dari sisi selain Alloh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa: 82)

karena pertentangan dalam berita akan menyebabkan sebagiannya mendustakan sebagian yang lain. ini mustahil terjadi pada berita dari Alloh Ta’ala dan Rosul-Nya .

siapa pun yang mengklaim bahwa dalam Kitab Alloh Ta’ala atau dalam Sunnah Rosul-Nya atau di antara keduanya ada pertentangan, maka itu karena niatnya yang buruk dan hatinya yang bengkok. Maka hendaklah ia bertaubat kepada Alloh Ta’ala dan meninggalkan kesesatannya.

siapa pun yang menduga adanya pertentangan dalam Kitab Alloh Ta’ala atau dalam Sunnah Rosul-Nya atau di antara keduanya, maka itu karena kurangnya ilmunya, atau dangkalnya pemahamannya, atau kurangnya tadabbur (perenungan). Maka hendaklah ia mencari ilmu dan bersungguh-sungguh dalam tadabbur sampai kebenaran menjadi jelas baginya. Jika belum juga jelas, maka hendaklah ia menyerahkan urusannya kepada yang lebih tahu dan menahan dugaannya. hendaklah ia berkata seperti yang dikatakan oleh orang-orang yang kokoh ilmunya:

﴿آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا﴾

“Kami beriman kepadanya, semuanya itu dari sisi Robb kami.” (QS. Ali ‘Imron: 7)

hendaklah ia mengetahui bahwa Al-Kitab dan As-Sunnah tidak ada pertentangan di dalamnya, tidak di antara keduanya, dan tidak ada perselisihan.

 

Bab 2: Iman kepada Malaikat

kami beriman kepada Malaikat-Malaikat Alloh Ta’ala. bahwasanya mereka:

﴿عِبَادٌ مُكْرَمُونَ لا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ﴾

“Adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-Anbiya: 26-27)

Alloh Ta’ala menciptakan mereka, lalu mereka menegakkan ibadah kepada-Nya dan tunduk kepada ketaatan-Nya.

﴿لا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلا يَسْتَحْسِرُونَ يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لا يَفْتُرُونَ﴾

“Mereka tidak angkuh untuk beribadah kepada-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya: 19-20)

Alloh menghijabi (menutupi) mereka dari kami sehingga kami tidak melihat mereka. kadang-kadang Dia menyingkap mereka kepada sebagian hamba-Nya. Sungguh, Nabi pernah melihat Jibril dalam bentuknya yang asli, dia memiliki 600 sayap yang memenuhi ufuk. (Muttafaq ‘alaih)

Jibril pernah menampakkan diri kepada Maryam dalam bentuk seorang manusia yang sempurna. Lalu Maryam berbicara kepadanya dan dia berbicara kepadanya. dia datang kepada Nabi , ketika itu ada para Shohabat bersamanya, dalam bentuk seorang lelaki yang tidak dikenal dan tidak terlihat padanya bekas-bekas perjalanan. Pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam. Lalu dia duduk di sisi Nabi , menyandarkan kedua lututnya ke lutut Nabi , dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya. dia berbicara kepada Nabi , lalu Nabi berbicara kepadanya. Nabi mengabarkan kepada para Shohabatnya bahwa dia adalah Jibril.

kami beriman bahwa para Malaikat memiliki tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka. Maka di antara mereka ada Jibril, yang ditugaskan dengan wahyu. Dia menurunkannya dari sisi Alloh kepada siapa yang Dia kehendaki dari para Nabi dan Rosul-Nya.

di antara mereka ada Mika-il, yang ditugaskan dengan hujan dan tumbuhan. di antara mereka ada Isrofil, yang ditugaskan dengan meniup shuur (terompet) mematikan dan membangkitkan.

di antara mereka ada Malaikat Maut, yang ditugaskan dengan mencabut ruh ketika mati. di antara mereka ada Malaikat penjaga gunung-gunung, yang ditugaskan atasnya. di antara mereka ada Malik, penjaga Naar.

di antara mereka ada para Malaikat yang ditugaskan atas janin di dalam rahim. yang lainnya ditugaskan untuk menjaga anak cucu Adam.

yang lainnya ditugaskan untuk mencatat amalan mereka, untuk setiap orang ada 2 Malaikat.

﴿عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلاّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ﴾

“Yakni, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir (mencatat).” (QS. Qof: 17-18)

yang lainnya ditugaskan untuk menanyai mayat setelah dia diletakkan di tempat peristirahatannya. Dua Malaikat datang kepadanya dan menanyainya tentang Robbnya, agamanya, dan Nabinya.

﴿يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ﴾

“Alloh meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (kalimat syahadat) itu dalam kehidupan di dunia dan di Akhirat. Alloh menyesatkan orang-orang yang zholim dan berbuat apa saja yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrohim: 27)

di antara mereka ada para Malaikat yang ditugaskan dengan ahli Jannah.

﴿يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ﴾

“Mereka masuk menemui mereka dari segala pintu (Jannah) seraya mengucapkan: ‘Salamun ‘alaikum (keselamatan atasmu) atas kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu’.” (QS. Ar-Ro’d: 23-24)

Nabi mengabarkan:

«أَنَّ الْبَيْتَ الْمَعْمُورَ فِي السَّمَاءِ يَدْخُلُهُ -وَفِي رِوَايَةٍ: يُصَلِّي فِيهِ- كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، ثُمَّ لَا يَعُودُونَ إِلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ»

“Sungguh Baitul Ma’mur (Ka’bah di langit) dimasuki oleh, ­dalam riwayat lain: Sholat di dalamnya setiap hari 70.000 Malaikat, kemudian mereka tidak akan kembali lagi kepadanya, itulah yang terakhir bagi mereka.(Muttafaq ‘alaih)

 

Bab 3: Iman kepada Kitab-Kitab

kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala menurunkan kepada Rosul-Rosul-Nya Kitab-Kitab, sebagai hujjah (alasan yang kuat) atas seluruh alam dan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang beramal. Alloh mengajarkan kepada mereka dengannya (Kitab-Kitab itu) Al-Hikmah dan mensucikan mereka.

kami beriman bahwasanya Alloh Ta’ala menurunkan bersama setiap Rosul sebuah Kitab. Berdasarkan firman-Nya Ta’ala:

﴿لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ﴾

“Sungguh Kami telah mengutus Rosul-Rosul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan Al-Mizan (neraca keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS. Al-Hadid: 25)

kami mengetahui di antara Kitab-Kitab ini adalah:

a. At-Tauroh yang Alloh Ta’ala turunkan kepada Musa . itu adalah Kitab Bani Isroil yang paling agung.

﴿فِيهَا هُدىً وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ﴾

“Di dalamnya (Taurot) terdapat petunjuk dan cahaya (yang menerangi). Yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh Nabi-Nabi yang berserah diri kepada Alloh. Juga oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Alloh dan mereka menjadi saksi terhadapnya.” (QS. Al-Maidah: 44)

b. Al-Injil yang Alloh Ta’ala turunkan kepada ‘Isa , yang membenarkan At-Tauroh dan menyempurnakannya.

﴿وَآتَيْنَاهُ الإنْجِيلَ فِيهِ هُدىً وَنُورٌ وَمُصَدِّقاً لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ﴾

Kami telah memberikan kepadanya (Isa) Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi). membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurot. sebagai petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Maidah: 46)

﴿وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ﴾

“Dan (juga) untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharomkan untukmu.” (QS. Ali ‘Imron: 50)

c. Az-Zabur yang Alloh Ta’ala berikan kepada Dawud .

d. Shuhuf (lembaran-lembaran) Ibrohim dan Musa ‘alaihimas Sholatu was salaam.

e. Al-Qur’anul ‘Azhim yang Alloh turunkan kepada Nabi Muhammad, penutup para Nabi.

﴿هُدىً لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ﴾

“Sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al-Baqoroh: 185)

Maka dia (Al-Qur’an):

﴿مُصَدِّقاً لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِناً عَلَيْهِ﴾

“Membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadi hakim terhadapnya (dengan menghapus hukum dari kitab sebelumnya).” (QS. Al-Maidah: 48)

Maka Alloh me-nakhs (menghapus) dengannya seluruh Kitab-Kitab yang terdahulu. Dia menjamin untuk menjaganya dari permainan para perusak dan penyimpangan para perubah (teks).

﴿إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ﴾

“Sungguh Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan Sungguh Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)

Karena ia akan tetap menjadi hujjah (alasan yang kuat) atas seluruh makhluk sampai hari Kiamat.

Adapun Kitab-Kitab terdahulu, maka ia bersifat sementara dengan batas waktu yang berakhir dengan turunnya apa yang me-nakhs (menghapus)nya. yang menjelaskan apa yang terjadi di dalamnya berupa tahrif (perubahan teks) dan taghyir (perubahan makna). Oleh karena itu, ia tidak dijaga dari hal itu. Maka sungguh telah terjadi tahrif, penambahan, dan pengurangan di dalamnya.

﴿مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ﴾

“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan-perkataan (Alloh) dari tempat-tempatnya.” (QS. An-Nisa: 46)

﴿فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَناً قَلِيلاً فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ﴾

“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka berkata: ‘Ini dari sisi Alloh’, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqoroh: 79)

﴿قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى نُوراً وَهُدًى لِلنَّاسِ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيراً﴾

“Katakanlah: ‘Siapakah yang menurunkan Kitab yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya (penerang) dan petunjuk bagi manusia, yang kalian jadikan lembaran-lembaran kertas, kalian perlihatkan sebagiannya dan kalian sembunyikan sebagian yang banyak’?” (QS. Al-An’am: 91)

﴿وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقاً يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ * مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولُ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَاداً لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ﴾

“Sungguh di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab. Padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka berkata: ‘Itu (yang dibaca) dari sisi Alloh’, padahal ia bukan dari sisi Alloh. Mereka berkata dusta terhadap Alloh, sedang mereka mengetahui. Tidak patut bagi seseorang manusia yang Alloh berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah serta kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: ‘Jadilah kamu penyembah-penyembahku, bukan penyembah Alloh’.” (QS. Ali ‘Imron: 78-79)

﴿يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيراً مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَاب﴾

“Hai Ahli Kitab, Sungguh telah datang kepadamu Rosul Kami, menjelaskan kepadamu sebagian besar dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan,” sampai firman-Nya:

﴿لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ﴾

“Sungguh telah kafir orang-orang yang berkata: ‘Sungguh Alloh itu ialah Al-Masih putra Maryam’.” (QS. Al-Maidah: 15-17)

 

Bab 4: Iman kepada Rosul-Rosul

kami beriman bahwa Alloh Ta’ala mengutus kepada makhluk-Nya para Rosul.

﴿رُسُلاً مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلاّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزاً حَكِيماً﴾

“Rosul-Rosul itu adalah pembawa berita gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Alloh sesudah diutusnya Rosul-Rosul itu. Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa: 165)

kami beriman bahwa Rosul yang pertama adalah Nuh, dan yang terakhir adalah Muhammad .

﴿إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ﴾

“Sungguh Kami telah mewahyukan kepadamu sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan Nabi-Nabi setelahnya.” (QS. An-Nisa: 163)

﴿مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ﴾

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu. Akan tetapi dia adalah Rosululloh dan penutup Nabi-Nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40)

Yang paling utama di antara mereka adalah Muhammad, kemudian Ibrohim, kemudian Musa, kemudian Nuh, dan ‘Isa bin Maryam. mereka adalah orang-orang yang dikhususkan dalam firman Alloh Ta’ala:

﴿وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقاً غَلِيظاً﴾

“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil dari para Nabi perjanjian mereka dan dari kamu (Muhammad), dari Nuh, Ibrohim, Musa, dan ‘Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.” (QS. Al-Ahzab: 7)

kami meyakini bahwa syari’at Muhammad mengandung keutamaan-keutamaan syari’at para Rosul yang dikhususkan dengan keutamaan tersebut. Berdasarkan firman Alloh Ta’ala:

﴿شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيه﴾

“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama: apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrohim, Musa, dan ‘Isa, yaitu: tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (QS. Asy-Syuro: 13)

kami beriman bahwa seluruh Rosul adalah manusia yang diciptakan, tidak ada sedikit pun dari kekhususan rububiyyah (ketuhanan) pada mereka. Alloh Ta’ala berfirman tentang Nuh, Rosul pertama:

﴿وَلا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ إِنِّي مَلَكٌ﴾

aku tidak mengatakan kepadamu: ‘(Perbendaharaan) Alloh ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghoib dan tidak (pula) aku mengatakan: ‘Sungguh aku adalah Malaikat’.” (QS. Hud: 31)

Alloh Ta’ala memerintahkan Muhammad, Rosul terakhir, untuk berkata:

﴿لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ إِنِّي مَلَكٌ﴾

“Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Alloh ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghoib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku adalah Malaikat.” (QS. Al-An’am: 50)

Juga untuk berkata:

﴿لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلا ضَرّاً إِلاّ مَا شَاءَ اللَّهُ﴾

“Aku tidak memiliki kemanfaatan dan tidak (pula) kemudhorotan (bahaya) bagi diriku, kecuali apa yang dikehendaki Alloh.” (QS. Al-A’rof: 188)

Juga untuk berkata:

﴿إِنِّي لا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرّاً وَلا رَشَداً * قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَداً﴾

“Sungguh aku tidak memiliki kemudhorotan (bahaya) sedikit pun dan tidak (pula) kebaikan untuk kalian. Katakanlah: ‘Sungguh aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (adzab) Alloh dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya’.” (QS. Al-Jin: 21-22)

kami beriman bahwasanya mereka adalah hamba-hamba Alloh. Alloh memuliakan mereka dengan risalah dan mensifati mereka dengan peribadatan (hamba) pada kedudukan mereka yang paling tinggi dan dalam konteks pujian kepada mereka. Maka Alloh berfirman tentang yang pertama di antara mereka, Nuh:

﴿ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْداً شَكُوراً﴾

“Yaitu keturunan orang-orang yang Kami angkat bersama-sama Nuh. Sungguh dia adalah hamba (Alloh) yang banyak bersyukur.” (QS. Al-Isro: 3)

Dia berfirman tentang yang terakhir di antara mereka, Muhammad :

﴿تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيراً﴾

“Maha Suci Alloh yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al-Furqon: 1)

Dia berfirman tentang Rosul-Rosul yang lain:

﴿وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الأيْدِي وَالأبْصَارِ﴾

ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrohim, Is-haq, dan Ya’qub yang mempunyai kekuatan-kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.” (QS. Shod: 45)

﴿وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوُدَ ذَا الأيْدِ إِنَّهُ أَوَّاب﴾

ingatlah hamba Kami Dawud yang mempunyai kekuatan; Sungguh dia amat taat (kepada Robbnya).” (QS. Shod: 17)

﴿وَوَهَبْنَا لِدَاوُدَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ﴾

Kami karuniakan kepada Dawud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sungguh dia amat taat (kepada Robbnya).” (QS. Shod: 30)

Dia berfirman tentang ‘Isa bin Maryam:

﴿إِنْ هُوَ إِلاّ عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلاً لِبَنِي إِسْرائيلَ﴾

“Tidak lain ia hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat kepadanya dan Kami jadikan dia sebagai contoh pelajaran bagi Bani Israil.” (QS. Az-Zukhruf: 59)

kami beriman bahwa Alloh Ta’ala mengakhiri risalah (utusan) dengan risalah Muhammad . Dia mengutusnya kepada seluruh manusia. Berdasarkan firman-Nya Ta’ala:

﴿قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا إِلَهَ إِلاّ هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الآمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ﴾

“Katakanlah (Muhammad): ‘Hai manusia, Sungguh aku adalah utusan Alloh kepadamu semua, yaitu Alloh Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi. Tidak ada Ilah (sesembahan yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kamu kepada Alloh dan Rosul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Alloh dan kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk’.” (QS. Al-A’rof: 158)

kami beriman bahwa syari’atnya adalah agama Islam yang Alloh Ta’ala ridhoi untuk hamba-hamba-Nya. Alloh Ta’ala tidak menerima dari siapa pun agama selainnya. Berdasarkan firman-Nya Ta’ala:

﴿إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ﴾

“Sungguh agama (agama) di sisi Alloh hanyalah Islam.” (QS. Ali ‘Imron: 19)

firman-Nya:

﴿الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِيناً﴾

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3)

firman-Nya:

﴿وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِيناً فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾

“Siapa mencari agama (agama) selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di Akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imron: 85)

kami berpendapat bahwa siapa pun yang mengklaim pada hari ini adanya agama yang tegak (benar) yang diterima di sisi Alloh selain agama Islam, baik dari agama Yahudi atau Nashroni (Kristen) atau selain keduanya, maka ia adalah seorang kafir. Dia harus diminta bertaubat, jika dia bertaubat (kembali kepada Islam), jika tidak, maka dia dibunuh sebagai seorang yang murtad. Karena dia telah mendustakan Al-Qur’an.

kami berpendapat bahwa siapa pun yang kafir terhadap risalah Muhammad kepada seluruh manusia, maka dia telah kafir terhadap seluruh Rosul. Termasuk Rosul yang dia klaim beriman dan mengikutinya. Berdasarkan firman Alloh Ta’ala:

﴿كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ﴾

“Kaum Nuh telah mendustakan para Rosul.” (QS. Asy-Syu’aro: 105)

Maka Alloh menjadikan mereka (kaum Nuh) mendustakan seluruh Rosul, padahal tidak ada Rosul sebelum Nuh.

Alloh Ta’ala berfirman:

﴿إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقّاً وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَاباً مُهِيناً﴾

“Sungguh orang-orang yang kafir kepada Alloh dan Rosul-Rosul-Nya dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Alloh dan Rosul-Rosul-Nya. Dengan mengatakan: ‘Kami beriman kepada sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)’, serta bermaksud mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian itu. Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu adzab yang menghinakan.” (QS. An-Nisa: 150-151)

kami beriman bahwasanya tidak ada Nabi setelah Muhammad Rosululloh . siapa pun yang mengaku-ngaku kenabian setelahnya, atau membenarkan orang yang mengaku-ngakunya, maka dia adalah kafir. Karena dia telah mendustakan Alloh, Rosul-Nya, dan ijma’ (kesepakatan) kaum Muslimin.

kami beriman bahwa Nabi memiliki para Khulafa-ur Rosyidin (Kholifah-Kholifah yang mendapat petunjuk) yang menggantikannya dalam umatnya dalam hal ilmu, dakwah, dan kepemimpinan atas orang-orang yang beriman.

Yang paling utama di antara mereka dan yang paling berhak atas kekholifahan adalah: Abu Bakr Ash-Shiddiq, kemudian ‘Umar bin Al-Khoththob, kemudian ‘Utsman bin ‘Affan, kemudian ‘Ali bin Abi Tholib, semoga Alloh meridhoi mereka semua. Demikianlah mereka dalam kekholifahan sesuai takdir, sebagaimana mereka dalam keutamaan. tidaklah Alloh Ta’ala—yang memiliki hikmah yang sempurna—akan mengangkat seorang lelaki sebagai pemimpin atas sebaik-baik generasi, sementara di tengah mereka ada orang yang lebih baik darinya dan lebih pantas untuk kekholifahan.

kami beriman bahwa orang yang keutamaannya lebih sedikit di antara mereka (mafdhul) terkadang memiliki keistimewaan yang dia lebih unggul di dalamnya daripada orang yang lebih utama darinya (fadhil). Akan tetapi, dia tidak berhak mendapatkan keutamaan mutlak atas orang yang lebih utama darinya. Karena faktor-faktor keutamaan itu banyak dan beragam.

kami beriman bahwasanya umat ini adalah sebaik-baik umat dan yang paling mulia di sisi Alloh ‘Azza wa Jalla. Berdasarkan firman Alloh Ta’ala:

﴿كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ﴾

“Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh berbuat ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh.” (QS. Ali ‘Imron: 110)

kami beriman bahwa sebaik-baik umat ini adalah para Shohabat, kemudian para Tabi’in, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka.

«لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ أَوْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ تَعَالَى وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ»

“Akan senantiasa ada sekelompok dari umat ini yang menampakkan kebenaran. Orang-orang yang menghina atau menentang mereka tidak akan membahayakan mereka sampai datangnya perintah Alloh ‘Azza wa Jalla.(Muttafaq ‘alaih)

kami meyakini bahwa apa yang terjadi di antara para Shohabat Rodhiyallahu ‘Anhum dari fitnah (perselisihan), itu terjadi karena ijtihad (usaha) mereka dalam menafsirkan (dalil). Maka siapa di antara mereka yang benar, dia mendapat 2 pahala, dan siapa di antara mereka yang salah, dia mendapat 1 pahala, dan kesalahannya diampuni baginya.

kami berpendapat bahwa wajib bagi kami untuk menahan diri dari keburukan-keburukan mereka. Maka kami tidak menyebut mereka kecuali dengan pujian yang indah yang memang layak untuk mereka. kami membersihkan hati kami dari kedengkian dan dendam terhadap salah satu dari mereka. Berdasarkan firman Alloh Ta’ala tentang mereka:

﴿لا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلّاً وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى﴾

“Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Makkah). Mereka itu lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Alloh menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang baik.” (QS. Al-Hadid: 10)

firman Alloh Ta’ala tentang kami:

﴿وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ﴾

orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: ‘Ya Robb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau jadikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Robb kami, Sungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang’.” (QS. Al-Hasyr: 10)

 

Bab 5: Iman kepada hari Akhir

kami beriman kepada hari Akhir, yaitu hari Kiamat yang tidak ada hari setelahnya. Ketika manusia dibangkitkan dalam keadaan hidup untuk kekal, entah di negeri kenikmatan atau di negeri adzab yang pedih.

Maka kami beriman kepada Al-Ba’ts (Kebangkitan). Yaitu: Alloh Ta’ala menghidupkan orang-orang yang telah mati ketika Isrofil meniup shuur (terompet) tiupan yang kedua.

﴿وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلاّ مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ﴾

ditiuplah shuur, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Alloh. Kemudian ditiup shuur itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (QS. Az-Zumar: 68)

Maka manusia bangkit dari kuburan mereka untuk Robb semesta alam dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian, dan tidak berkhitan.

﴿كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْداً عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ﴾

“Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sungguh Kamilah yang akan melaksanakannya.” (QS. Al-Anbiya: 104)

kami beriman kepada lembaran-lembaran amalan yang diberikan dengan tangan kanan atau dari balik punggung dengan tangan kiri.

﴿فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَاباً يَسِيراً وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوراً وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُوراً وَيَصْلَى سَعِيراً﴾

“Adapun orang yang diberikan kepadanya Kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kepadanya Kitabnya dari belakang punggungnya, maka dia akan berteriak: ‘Celakalah aku’. dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (Naar).” (QS. Al-Insyiqoq: 7-12)

﴿وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَاباً يَلْقَاهُ مَنْشُوراً اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيباً﴾

tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya pada lehernya. Kami keluarkan baginya pada hari Kiamat sebuah Kitab yang dijumpainya dalam keadaan terbuka. ‘Bacalah Kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu’.” (QS. Al-Isro: 13-14)

kami beriman kepada mizan (timbangan-timbangan) yang diletakkan pada hari Kiamat, maka tidak dizholimi satu jiwa pun sedikit pun.

﴿فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ﴾

“Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarroh pun, niscaya dia akan melihatnya. siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarroh pun, niscaya dia akan melihatnya.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8)

﴿فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ﴾

“Siapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan. Siapa yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam Naar Jahannam. Muka mereka dibakar api Naar, dan mereka di dalam Naar itu dalam keadaan cacat dan keriput.” (QS. Al-Mu’minun: 102-104)

﴿مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلا يُجْزَى إِلاّ مِثْلَهَا وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ﴾

“Siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) 10 kali lipat amalnya. Siapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-An’am: 160)

kami beriman kepada Syafa’at ‘Uzhma (Syafa’at yang paling besar) khusus bagi Rosululloh . Dia memberi syafa’at di sisi Alloh Ta’ala dengan izin-Nya agar Dia memutuskan perkara di antara hamba-hamba-Nya, ketika mereka ditimpa kesusahan dan kesulitan yang tidak mereka sanggupi. Maka mereka mendatangi Adam, kemudian Nuh, kemudian Ibrohim, kemudian Musa, kemudian ‘Isa, sampai akhirnya mereka mendatangi Rosululloh .

kami beriman kepada syafa’at bagi orang-orang Mu’min yang telah masuk Naar agar mereka dikeluarkan darinya. syafa’at ini berlaku bagi Nabi dan selainnya dari para Nabi, orang-orang Mu’min, dan para Malaikat.

Alloh Ta’ala akan mengeluarkan dari Naar beberapa kaum dari orang-orang Mu’min tanpa syafa’at. Akan tetapi dengan karunia dan rohmat-Nya.

kami beriman kepada haudh (telaga) Rosululloh . Airnya lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, dan lebih wangi dari bau misk. Panjangnya sebulan perjalanan dan lebarnya sebulan perjalanan. Bejana-bejananya seperti bintang di langit dalam hal keindahannya dan banyaknya. Orang-orang Mu’min dari umatnya akan mendatanginya. Siapa yang minum darinya, maka dia tidak akan haus lagi setelah itu.

kami beriman kepada Ash-Shiroth (jembatan) yang dipancangkan di atas Jahannam. Manusia melewatinya sesuai dengan amalan mereka. Maka yang pertama di antara mereka melewatinya seperti kilat, kemudian seperti angin, kemudian seperti terbangnya burung, kemudian seperti orang yang mengendarai unta. Nabi berdiri di atas shiroth sambil berkata: “Yaa Robb, selamatkan, selamatkan” sampai amalan para hamba menjadi tidak mampu (menyelamatkan mereka), hingga datang orang yang merangkak.

di kedua sisi shiroth ada kalaaliib (pengait-pengait) yang bergantung yang diperintahkan. Dia mengambil siapa yang diperintahkan dengannya. Maka ada yang terluka (tergores) lalu selamat, dan ada yang terjerembab ke dalam Naar.

kami beriman kepada setiap apa yang datang dalam Al-Kitab dan As-Sunnah berupa berita tentang hari itu dan kengerian-kengeriannya, semoga Alloh menolong kita atasnya.

kami beriman kepada syafa’at Nabi bagi ahli Jannah agar mereka masuk Jannah. syafa’at ini khusus bagi Nabi .

kami beriman kepada Jannah dan Naar. Jannah adalah negeri kenikmatan yang Alloh Ta’ala siapkan untuk orang-orang Mu’min yang bertaqwa. Di dalamnya terdapat kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas di hati manusia.

﴿فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾

“Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang mata sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 17)

Naar adalah negeri adzab yang Alloh Ta’ala siapkan untuk orang-orang kafir yang zholim. Di dalamnya terdapat adzab dan hukuman yang tidak pernah terlintas di dalam benak.

﴿إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَاراً أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقاً﴾

“Sungguh Kami telah sediakan bagi orang-orang zholim itu Naar, yang gejolaknya mengepung mereka. jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti luluhan besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (QS. Al-Kahfi: 29)

Keduanya (Jannah dan Naar) sudah ada sekarang dan tidak akan fana (musnah) selama-lamanya.

﴿وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحاً يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقاً﴾

“Siapa beriman kepada Alloh dan mengerjakan amal yang sholih, niscaya Alloh akan memasukkannya ke dalam Jannah-Jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh Alloh telah melimpahkan rezeki yang baik kepadanya.” (QS. Ath-Tholaq: 11)

﴿إِنَّ اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيراً خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً لا يَجِدُونَ وَلِيّاً وَلا نَصِيراً يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولا﴾

“Sungguh Alloh melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (Naar). Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindung pun dan tidak (pula) seorang penolong. Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam Naar, mereka berkata: ‘Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Alloh dan taat (pula) kepada Rosul’.” (QS. Al-Ahzab: 64-66)

kami bersaksi dengan Jannah bagi setiap orang yang disaksikan oleh Al-Kitab dan As-Sunnah, baik secara spesifik atau secara sifat (ciri-ciri). Contoh persaksian secara spesifik: persaksian untuk Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, dan sejenisnya, yaitu orang-orang yang disebutkan secara khusus oleh Nabi .

contoh persaksian secara sifat: persaksian untuk setiap orang Mu’min atau orang bertaqwa.

kami bersaksi dengan Naar bagi setiap orang yang disaksikan oleh Al-Kitab dan As-Sunnah, baik secara spesifik atau secara sifat. Contoh persaksian secara spesifik: persaksian untuk Abu Lahab dan ‘Amr bin Luhayy Al-Khuza’iy, dan sejenisnya.

contoh persaksian secara sifat: persaksian untuk setiap orang kafir, orang musyrik dengan syirik akbar, atau orang munafik.

kami beriman kepada fitnah kubur, yaitu: pertanyaan Malaikat kepada mayat di dalam kuburnya tentang Robbnya, agamanya, dan Nabinya.

﴿يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ﴾

“Alloh meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (kalimat syahadat) itu dalam kehidupan di dunia dan di Akhirat.” (QS. Ibrohim: 27)

Maka orang Mu’min akan berkata: “Robbku adalah Alloh, Agamaku adalah Islam, dan Nabiku adalah Muhammad.”

Adapun orang kafir dan munafik, maka dia berkata: “Aku tidak tahu. Aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu lalu aku ikut-ikutan mengatakannya.”

kami beriman kepada nikmat kubur bagi orang-orang Mu’min.

﴿الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ﴾

“Orang-orang yang diwafatkan oleh para Malaikat dalam keadaan baik, (kepada mereka) para Malaikat berkata (dengan lisan hal): ‘Salamun ‘alaikum (keselamatan atas kamu), masuklah ke dalam Jannah disebabkan apa yang telah kamu kerjakan’.” (QS. An-Nahl: 32)

kami beriman kepada adzab kubur bagi orang-orang zholim dan kafir.

﴿وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ﴾

alangkah dahsyatnya, seandainya kamu melihat di waktu orang-orang yang zholim berada dalam tekanan sakaratul maut, sedang para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): ‘Keluarkanlah nyawa kalian’. Pada hari ini kamu dibalas dengan adzab yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Alloh (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am: 93)

Hadits-Hadits tentang ini sangat banyak dan sudah diketahui.

Maka seorang Mu’min wajib beriman kepada setiap apa yang datang dalam Al-Kitab dan As-Sunnah dari perkara-perkara ghoib ini. tidak menentangnya dengan apa yang dia saksikan di dunia. Karena perkara Akhirat tidak bisa diukur dengan perkara dunia, sebab jelas sekali perbedaan besar di antara keduanya.

Wallahul Musta’an (hanya Alloh-lah tempat meminta pertolongan).

 

Bab 6: Iman kepada Al-Qodar

kami beriman kepada Al-Qodar, yang baik dan yang buruk. Yaitu: takdir Alloh Ta’ala terhadap segala yang ada, sesuai dengan ilmu-Nya yang telah mendahuluinya dan hikmah-Nya yang menuntutnya.

Al-Qodar memiliki 4 tingkatan:

Tingkatan pertama: Al-’Ilm (Ilmu/Pengetahuan). Maka kami beriman bahwa Alloh Ta’ala Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, dan bagaimana terjadinya, dengan ilmu-Nya yang azali (tanpa permulaan) dan abadi (tanpa akhir). Maka tidak ada ilmu baru bagi-Nya setelah sebelumnya tidak tahu, dan tidak ada lupa setelah tahu.

Tingkatan kedua: Al-Kitabah (Pencatatan). Maka kami beriman bahwa Alloh Ta’ala telah menulis di Lauh Mahfuzh, segala sesuatu yang akan terjadi sampai hari Kiamat.

﴿أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ﴾

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sungguh Alloh mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Sungguh yang demikian itu terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfuzh). Sungguh yang demikian itu amat mudah bagi Alloh.” (QS. Al-Hajj: 70)

Tingkatan ketiga: Al-Masii’ah (Kehendak). Maka kami beriman bahwa Alloh Ta’ala telah menghendaki segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi melainkan dengan kehendak-Nya. Apa yang Alloh kehendaki, pasti terjadi. apa yang tidak Dia kehendaki, tidak akan terjadi.

Tingkatan keempat: Al-Kholaq (Penciptaan). Maka kami beriman bahwa:

﴿اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ﴾

“Alloh menciptakan segala sesuatu dan Dia adalah penjaga segala sesuatu. Kepunyaan-Nya-lah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi.” (QS. Az-Zumar: 62-63)

keempat tingkatan ini mencakup apa yang terjadi dari Alloh Ta’ala sendiri dan apa yang terjadi dari para hamba. Maka segala sesuatu yang dilakukan oleh hamba, baik berupa perkataan, perbuatan, atau meninggalkan perbuatan, semuanya diketahui oleh Alloh Ta’ala, tertulis di sisi-Nya, dan Alloh Ta’ala telah menghendakinya dan menciptakannya.

﴿لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ وَمَا تَشَاءُونَ إِلاّ أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ﴾

“Bagi siapa di antara kalian yang ingin menempuh jalan yang lurus. kamu tidak dapat berkehendak (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Alloh, Robb semesta alam.” (QS. At-Takwir: 28-29)

﴿وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ﴾

“Kalau Alloh menghendaki, tidaklah mereka saling membunuh. Tetapi Alloh berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqoroh: 253)

﴿وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ﴾

“Kalau Alloh menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya. Maka biarkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan (dusta) itu.” (QS. Al-An’am: 137)

﴿وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ﴾

“Padahal Alloh-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu kerjakan itu.” (QS. Ash-Shoffat: 96)

Namun, meskipun demikian, kami beriman bahwa Alloh Ta’ala menjadikan bagi hamba pilihan dan kemampuan, dan dengan keduanya perbuatan itu terjadi.

dalil bahwa perbuatan hamba terjadi dengan pilihan dan kemampuannya ada beberapa hal:

Pertama: Firman-Nya Ta’ala:

﴿فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ﴾

“Maka datangilah ladangmu itu kapan saja kamu kehendaki.” (QS. Al-Baqoroh: 223)

firman-Nya:

﴿وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لَأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً﴾

jika mereka menghendaki untuk berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu.” (QS. At-Taubah: 46)

Maka Alloh menetapkan bagi hamba adanya perbuatan yang terjadi dengan kehendaknya dan persiapan yang terjadi dengan kemauannya.

Kedua: Diarahkannya perintah dan larangan kepada hamba. Seandainya tidak ada pilihan dan kemampuan bagi hamba, maka pengarahan itu kepadanya akan menjadi pembebanan sesuatu yang tidak mampu dilakukan. ini adalah sesuatu yang ditolak oleh hikmah dan rohmat Alloh Ta’ala, dan berita-Nya yang shodiq (benar) dalam firman-Nya:

﴿لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلاّ وُسْعَهَا﴾

“Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqoroh: 286)

Ketiga: Pujian kepada orang yang berbuat baik atas kebaikannya, dan celaan kepada orang yang berbuat buruk atas keburukannya. pemberian pahala kepada masing-masing dari keduanya sesuai dengan apa yang berhak mereka dapatkan. Seandainya perbuatan itu tidak terjadi dengan kemauan dan pilihan hamba, maka pujian kepada orang yang berbuat baik akan menjadi sia-sia, dan hukuman kepada orang yang berbuat buruk akan menjadi kezholiman. Padahal Alloh Ta’ala disucikan dari perbuatan sia-sia dan kezholiman.

Keempat: Bahwasanya Alloh Ta’ala mengutus para Rosul.

﴿رُسُلاً مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلاّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزاً حَكِيماً﴾

“Rosul-Rosul itu adalah pembawa berita gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Alloh sesudah diutusnya Rosul-Rosul itu. Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa: 165)

Seandainya perbuatan hamba itu tidak terjadi dengan kemauan dan pilihannya, niscaya hujjah (alasan) mereka tidak gugur dengan diutusnya para Rosul.

Kelima: Bahwa setiap pelaku merasakan bahwa dia melakukan sesuatu atau meninggalkannya tanpa ada perasaan dipaksa. Dia berdiri dan duduk, masuk dan keluar, bepergian dan menetap, semuanya dengan kemauannya sendiri. dia tidak merasa bahwa ada yang memaksanya untuk melakukan itu. Bahkan dia membedakan dengan nyata antara melakukan sesuatu atas pilihannya sendiri dengan dipaksa oleh orang yang memaksa. Demikian pula, syari’at membedakan antara keduanya dengan bijaksana. Maka syari’at tidak menghukum pelaku atas perbuatan yang dia lakukan dalam keadaan dipaksa, dalam hal yang berkaitan dengan hak Alloh Ta’ala.

kami berpendapat bahwa tidak ada hujjah (alasan) bagi orang yang bermaksiat atas kemaksiatannya dengan takdir Alloh Ta’ala. Karena orang yang bermaksiat melakukan kemaksiatan itu dengan pilihannya tanpa mengetahui bahwa Alloh Ta’ala telah menakdirkannya atas dirinya. Sebab tidak ada seorang pun yang mengetahui takdir Alloh Ta’ala kecuali setelah terjadinya takdir itu.

﴿وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَداً﴾

tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.” (QS. Luqman: 34)

Maka bagaimana bisa benar berhujjah (beralasan) dengan hujjah yang tidak diketahui oleh orang yang berhujjah dengannya ketika dia melakukan perbuatan yang dia minta maaf karenanya?

sungguh Alloh Ta’ala telah membatalkan hujjah ini dengan firman-Nya:

﴿سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلا آبَاؤُنَا وَلا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَّى ذَاقُوا بَأْسَنَا قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلاّ الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلاّ تَخْرُصُونَ﴾

“Orang-orang yang mempersekutukan Alloh, akan mengatakan: ‘Jika Alloh menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya, dan tidak (pula) kami mengharomkan sesuatu apa pun’. Demikianlah juga orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para Rosul) sampai mereka merasakan adzab Kami. Katakanlah: ‘Apakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada kami?’. Kamu tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta.” (QS. Al-An’am: 148)

kami berkata kepada orang yang bermaksiat yang berhujjah dengan takdir: “Mengapa kamu tidak bergegas melakukan ketaatan dengan anggapan bahwa Alloh Ta’ala telah menuliskannya untukmu? Karena tidak ada perbedaan antara ketaatan dan kemaksiatan dalam hal ketidaktahuanmu akan takdir sebelum perbuatan itu terjadi darimu.

Oleh karena itu, ketika Nabi mengabarkan kepada para Shohabat bahwa: “Setiap orang telah ditetapkan tempatnya di Jannah dan tempatnya di Naar.” Mereka berkata: “Apakah kami tidak pasrah saja dan meninggalkan amalan?.” Nabi bersabda:

«لَا، اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ»

“Jangan, beramallah, karena setiap orang akan dimudahkan untuk apa yang dia diciptakan untuknya.(Muttafaq ‘alaih)

kami berkata kepada orang yang bermaksiat yang berhujjah dengan takdir: Seandainya kamu ingin bepergian ke Makkah dan ada 2 jalan. Orang yang jujur mengabarkan kepadamu bahwa salah satunya menakutkan dan sulit, sedangkan yang kedua aman dan mudah. Maka kamu akan menempuh jalan yang kedua, dan tidak mungkin kamu menempuh jalan yang pertama (jalan sulit), lalu kamu berkata: “Itu sudah ditakdirkan untukku.” Seandainya kamu melakukan itu, niscaya manusia akan menganggapmu gila.

kami katakan kepadanya juga: Jika ditawarkan kepadamu 2 pekerjaan, salah satunya dengan gaji yang lebih banyak, maka kamu pasti akan memilihnya tanpa ragu. Lalu mengapa kamu memilih untuk dirimu dalam amalan Akhirat apa yang lebih rendah, kemudian kamu berhujjah dengan takdir?

kami katakan kepadanya juga: Kami melihatmu ketika ditimpa penyakit jasmani, kamu mendatangi setiap pintu dokter untuk pengobatanmu. kamu bersabar atas rasa sakit yang menimpamu dari operasi bedah dan pahitnya obat. Lalu mengapa kamu tidak melakukan hal yang sama dalam penyakit hatimu dari kemaksiatan?

kami beriman bahwa keburukan tidak dinisbatkan (dihubungkan) kepada Alloh Ta’ala karena kesempurnaan rohmat dan hikmah-Nya. Nabi bersabda:

«وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ»

keburukan itu bukan kepada-Mu.(HR. Muslim)

Maka takdir Alloh Ta’ala tidak mengandung keburukan sama sekali. Karena itu bersumber dari rohmat dan hikmah.

Namun keburukan itu ada pada akibatnya. Berdasarkan sabda Nabi dalam doa qunut yang dia ajarkan kepada Al-Hasan:

«وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ»

lindungilah aku dari keburukan yang telah Engkau takdirkan.” (HSR. Abu Dawud)

Beliau menyandarkan keburukan kepada apa yang Alloh takdirkan. meskipun demikian, keburukan dalam akibat itu bukanlah keburukan murni semata. Bahkan itu adalah keburukan di satu sisi, dan kebaikan di sisi lain. Atau keburukan di satu tempat, dan kebaikan di tempat lain.

Kerusakan di muka bumi, berupa kekeringan, penyakit, kemiskinan, dan ketakutan, adalah keburukan. Akan tetapi itu adalah kebaikan di tempat lain. Alloh Ta’ala berfirman:

﴿ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia (dosa-dosa mereka), supaya Alloh menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)

Memotong tangan pencuri dan merajam pezina adalah keburukan bagi si pencuri dan pezina dari sisi terpotongnya tangan dan hilangnya nyawa. Akan tetapi itu adalah kebaikan bagi keduanya dari sisi lain, di mana itu menjadi penebus dosa bagi mereka. Sehingga tidak dikumpulkan bagi mereka dua hukuman, hukuman di dunia dan di Akhirat. itu juga kebaikan di tempat lain, di mana di dalamnya terdapat perlindungan bagi harta, kehormatan, dan nasab (keturunan).

 

Bab 7: Buah dari ‘Aqidah Ini

‘Aqidah yang tinggi ini, yang mengandung landasan-landasan agung, menghasilkan buah-buah yang mulia dan banyak bagi orang yang meyakininya.

Iman kepada Alloh Ta’ala dalam Nama-Nama dan Sifat-Sifat-Nya:

Menghasilkan bagi seorang hamba kecintaan kepada Alloh dan pengagungan terhadap-Nya, yang mewajibkan pelaksanaan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Pelaksanaan perintah Alloh Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya akan menghasilkan kesempurnaan kebahagiaan di dunia dan di Akhirat bagi individu dan masyarakat.

﴿مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾

“Siapa yang mengerjakan amal sholih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Di antara buah-buah Iman kepada Malaikat:

1. Mengetahui keagungan Pencipta mereka, Tabaaroka wa Ta’ala (Maha Suci dan Maha Tinggi), kekuatan, dan kekuasaan-Nya.

2. Bersyukur kepada-Nya Ta’ala atas perhatian-Nya kepada hamba-hamba-Nya, di mana Dia menugaskan kepada mereka dari para Malaikat yang bertugas menjaga mereka dan mencatat amalan-amalan mereka, serta maslahat-maslahat (kebaikan-kebaikan) mereka yang lain.

3. Mencintai para Malaikat atas apa yang mereka lakukan berupa ibadah kepada Alloh Ta’ala dengan cara yang paling sempurna, dan permohonan ampun (istighfar) mereka untuk orang-orang Mu’min.

Di antara buah-buah Iman kepada Kitab-Kitab:

1. Mengetahui rohmat Alloh Ta’ala dan perhatian-Nya kepada makhluk-Nya, di mana Dia menurunkan Kitab bagi setiap kaum untuk memberi petunjuk kepada mereka dengannya.

2. Munculnya hikmah Alloh Ta’ala, di mana Dia mensyari’atkan di dalam Kitab-Kitab ini bagi setiap umat apa yang sesuai dengannya. Kitab yang terakhir, yaitu Al-Qur’anul ‘Azhim, sesuai untuk seluruh makhluk di setiap masa dan tempat sampai hari Kiamat.

3. Bersyukur atas nikmat Alloh Ta’ala atas hal itu.

Di antara buah-buah Iman kepada Rosul-Rosul:

1. Mengetahui rohmat Alloh Ta’ala dan perhatian-Nya kepada makhluk-Nya, di mana Dia mengutus kepada mereka para Rosul yang mulia itu untuk memberi petunjuk dan bimbingan.

2. Bersyukur kepada-Nya Ta’ala atas nikmat yang agung ini.

3. Mencintai para Rosul dan mengagungkan mereka serta memuji mereka dengan pujian yang layak bagi mereka. Karena mereka adalah utusan Alloh Ta’ala dan orang-orang pilihan dari hamba-hamba-Nya. Mereka menegakkan ibadah kepada Alloh, menyampaikan risalah-Nya, menasihati hamba-hamba-Nya, dan bersabar atas gangguan mereka.

Di antara buah-buah Iman kepada hari Akhir:

1. Bersemangat untuk taat kepada Alloh Ta’ala karena mengharapkan pahala hari itu. menjauhi maksiat kepada-Nya karena takut akan siksaan hari itu.

2. Menghibur diri seorang Mu’min dari kenikmatan dan kesenangan dunia yang luput darinya, dengan mengharapkan kenikmatan dan pahala Akhirat.

Di antara buah-buah Iman kepada Al-Qodar:

1. Bersandar kepada Alloh Ta’ala ketika melakukan sebab-sebab. Karena sebab dan akibatnya, keduanya adalah dengan qodho (ketetapan) Alloh dan qodar (takdir) Alloh.

2. Ketenangan jiwa dan ketenteraman hati. Karena kapan saja seseorang mengetahui bahwa itu adalah dengan ketetapan Alloh Ta’ala, dan bahwa hal yang tidak disukai itu pasti terjadi, maka jiwanya akan tenang dan hatinya akan tenteram, serta ia akan ridho dengan ketetapan Robb. Maka tidak ada seorang pun yang hidupnya lebih baik, jiwanya lebih tenang, dan ketenteramannya lebih kuat daripada orang yang beriman kepada takdir.

3. Menghilangkan kebanggaan diri ketika mendapatkan apa yang diinginkan. Karena hasil itu adalah nikmat dari Alloh dengan apa yang Dia takdirkan berupa sebab-sebab kebaikan dan keberhasilan. Maka ia bersyukur kepada Alloh Ta’ala atas hal itu, dan meninggalkan kebanggaan diri.

4. Menghilangkan kegelisahan dan kemarahan ketika luput dari apa yang diinginkan atau ketika terjadi hal yang tidak disukai. Karena itu adalah dengan ketetapan Alloh Ta’ala yang memiliki kerajaan langit dan bumi, dan itu pasti terjadi. Maka ia bersabar atas hal itu, dan mengharapkan pahala.

inilah yang diisyaratkan oleh Alloh Ta’ala dengan firman-Nya:

﴿مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلاّ فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ *  لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ﴾

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sungguh yang demikian itu adalah mudah bagi Alloh. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Alloh tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Al-Hadid: 22-23)

Maka kami memohon kepada Alloh Ta’ala agar meneguhkan kita di atas ‘Aqidah ini, dan agar Dia mewujudkan bagi kita buah-buahnya, serta menambah kita dari karunia-Nya. Juga agar Dia tidak membelokkan hati kita setelah Dia memberi kita petunjuk, dan agar Dia menganugerahkan kepada kita rohmat dari sisi-Nya, Sungguh Dia Maha Pemberi.

segala puji hanya bagi Alloh, Robb semesta alam. semoga Sholawat Alloh tercurah kepada Nabi kami Muhammad, dan kepada keluarganya, para Shohabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

***


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url