[PDF] 40 Hadits Bahaya Mengkafirkan - Dr. Ali Abu Haniyyah Al-Maqdisi
Unduh PDF
MUQODDIMAH
Sesungguhnya segala puji hanya milik Alloh, kita memuji-Nya, meminta
pertolongan kepada-Nya, dan memohon ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada
Alloh dari kejahatan diri-diri kami dan dari keburukan amal perbuatan kami. Siapa
yang Alloh beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. siapa yang Alloh sesatkan, maka tidak
ada yang dapat memberinya petunjuk. aku
bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah melainkan
Alloh, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan Rosul-Nya.
Amma ba’du (Adapun setelah itu):
Ini adalah kitab Al-Arba’un (Empat Puluh Hadits) yang kedua dari seri: al-arba’inat
al-maqdisiyyah fii at-tahdzir mina al-madzahib ar-rodiyyah (Empat Puluh
Hadits dari Al-Quds dalam Rangka Memperingatkan dari Paham-Paham yang Buruk).
Seri ke-2 ini aku memberinya judul: al-arba’un al-maqdisiyyah fii
at-tahdzir min fitnat at-takfiir (Empat Puluh Hadits dari Al-Quds tentang
Peringatan dari Fitnah Takfir).
Di dalamnya aku mengumpulkan rangkaian Hadits-Hadits Nabawiyyah yang
harum dari perkataan makhluk terbaik, aku menjelaskan di dalamnya tentang
bahaya pemikiran takfir yang menjadi dasar Madzhab Khowarij (kelompok yang
menganggap kafir orang-orang yang tidak sejalan dengan mereka) baik di masa
lalu maupun sekarang. tentang
keburukan, fitnah, serta musibah yang timbul darinya pada zaman ini.
Seperti memberontak (keluar) dari penguasa Muslimin, dan peperangan
serta revolusi yang efek-efeknya yang merusak telah menimpa hamba-hamba Alloh
yang beriman. Yaitu fitnah takfir yang para ulama dan imam kita telah lama
memperingatkan darinya, yaitu agar tidak terjerumus ke dalamnya dan
perangkap-perangkapnya, serta agar tidak mendalami permasalahan-permasalahannya
yang rumit. Mereka senantiasa mewasiatkan agar meninggalkannya bagi ahlinya dan
orang yang paling berilmu tentangnya. Itu karena takfir dalam Syari’at kita
yang lurus adalah hukum syar’i yang berbahaya.
Ia memiliki syarat-syaratnya, penghalang-penghalangnya,
batasan-batasannya, dan kaidah-kaidahnya. Tidak ada yang berani melakukannya
kecuali para ahli ilmu yang kokoh (ilmunya) dan para imam yang diakui. ini adalah nash-nash (dalil-dalil) dari
wahyu langit, semoga Alloh memberikan manfaat dengannya bagi para pencari
kebenaran dari kalangan orang-orang yang beriman. kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa,
dan tidak ada permusuhan kecuali atas orang-orang yang zholim. segala puji bagi Alloh, Robb semesta
alam.
Ditulis oleh: Abu Abdillah Al-Maqdisi, Ali bin Muhammad Abu Haniyyah.
Anata, Al-Quds, Palestina.
Hari Selasa: 7 Rojab, 1440 H, bertepatan dengan: 4 April 2019
﷽
HADITS KE-1: AMAL PERBUATAN DENGAN NIAT
Dari Umar bin Al-Khoththob Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosululloh
ﷺ
bersabda:
«إِنَّمَا
الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى؛ فَمَنْ كَانَتْ
هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ
كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ
إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ»
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu dengan niatnya, dan
sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrohnya
(berpindahnya) kepada Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrohnya (akan sampai) kepada
Alloh dan Rosul-Nya. siapa
hijrohnya karena dunia yang ia ingin raih, atau wanita yang ingin ia nikahi,
maka hijrohnya (akan sampai) kepada apa yang ia hijrohi.” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS KE-2: ISLAM ADALAH AGAMA ROHMAT
Dari Abdulloh bin ‘Amr bin Al-‘Ash Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rosululloh
ﷺ
bersabda:
«الرَّاحِمُونَ
يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ»
“Orang-orang yang menyayangi akan disayangi oleh Ar-Rohman (Yang
Maha Pengasih). Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya kalian akan
disayangi oleh yang ada di langit (Malaikat).” (HR. Abu Dawud dan
At-Tirmidzi dan dishohihkan oleh Al-Albani)
HADITS KE-3: KEHORMATAN SEORANG MUSLIM
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosululloh ﷺ
bersabda:
«الْمُسْلِمُ
أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ، وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى
هَهُنَا - وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مِرَارٍ - بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ
أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ. كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ:
دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ»
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, dia tidak
menzholiminya, tidak meninggalkannya (tidak menolongnya saat butuh), dan tidak
meremehkannya. Taqwa itu di sini - sambil beliau menunjuk dadanya tiga kali -
cukuplah seseorang itu dikatakan buruk jika dia meremehkan saudara Muslimnya.
Darah, harta, dan kehormatan setiap Muslim adalah harom (terjaga) bagi Muslim
yang lain.” (HR. Muslim)
HADITS KE-4: SEORANG MUSLIM DALAM PERLINDUNGAN ALLOH
Dari Anas Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosululloh ﷺ
bersabda:
«مَنْ صَلَّى
صَلَاتَنَا، وَاسْتَقْبَلَ قِبْلَتَنَا، وَأَكَلَ ذَبِيحَتَنَا، فَذَلِكَ الْمُسْلِمُ
الَّذِي لَهُ ذِمَّةُ اللَّهِ وَذِمَّةُ رَسُولِهِ، فَلَا تُخْفِرُوا اللَّهَ فِي ذِمَّتِهِ»
“Siapa yang Sholat seperti Sholat kita, menghadap ke Qiblat
kita, dan memakan sembelihan kita, maka ia adalah seorang Muslim yang berada
dalam perlindungan (dzimmah) Alloh dan perlindungan Rosul-Nya. Maka
janganlah kalian mengkhianati Alloh dalam perlindungan-Nya.” (HR.
Al-Bukhori)
HADITS KE-5: HUKUM TAKFIR DIHINDARI DENGAN SYUBHAT DAN
DITETAPKAN DENGAN BUKTI
Dari An-Nu’man bin Basyir Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosululloh ﷺ
bersabda:
«الْحَلَالُ
بَيِّنٌ، وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ
مِنَ النَّاسِ؛ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ
وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى
يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ، أَلَا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمَى، أَلَا وَإِنَّ حِمَى
اللَّهِ مَحَارِمُهُ، أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ
الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ»
“Yang halal itu jelas, dan yang harom itu jelas, dan di antara
keduanya ada perkara-perkara yang syubhat (tidak jelas) yang tidak diketahui
oleh kebanyakan manusia. Maka siapa yang menjauhi syubhat, ia telah
membersihkan agamanya dan kehormatannya. siapa
yang terjerumus dalam syubhat, ia akan terjerumus ke dalam yang harom, seperti
seorang penggembala yang menggembala di sekitar padang larangan, hampir saja ia
terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah, sesungguhnya setiap raja memiliki padang
larangan. Ketahuilah, sesungguhnya padang larangan Alloh adalah hal-hal yang diharomkan-Nya.
Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging, jika ia baik
maka baiklah seluruh jasad, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasad.
Ketahuilah, itu adalah hati.” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS KE-6: HUKUMAN MENUDUH SEORANG MU’MIN SEBAGAI
KAFIR TANPA HAK
Dari Abdulloh bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma, bahwa Rosululloh ﷺ
bersabda:
«أَيُّما
رَجُلٍ قَالَ لِأَخِيهِ: يَا كَافِرُ، فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا، إِنْ كَانَ
كَمَا قَالَ، وَإِلَّا رَجَعَتْ عَلَيْهِ»
“Siapapun seorang laki-laki yang berkata kepada saudaranya: ‘Wahai
kafir’, maka sungguh salah seorang dari keduanya telah kembali dengannya (sifat
kekafiran tersebut). Jika ia (yang dituduh) memang seperti yang ia katakan
(kafir), maka ia (yang menuduh) benar. jika
tidak, maka tuduhan itu kembali kepadanya (yang menuduh).” (HR. Muslim)
HADITS KE-7: MENUDUH SEORANG MU’MIN SEBAGAI KAFIR
TANPA HAK AKAN KEMBALI KEPADA PENGUCAPNYA
Dari Abu Sa’id Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosululloh ﷺ
bersabda:
«مَا أَكْفَرَ
رَجُلٌ رَجُلًا؛ إِلَّا بَاءَ أَحَدُهُمَا بِهَا: إِنْ كَانَ كَافِراً، وَإِلَّا كَفَرَ
بِتَكْفِيرِهِ»
“Tidaklah seorang laki-laki mengkafirkan laki-laki lain;
melainkan salah seorang dari keduanya telah kembali dengannya (sifat
kekafiran). Jika ia (yang dituduh) memang kafir, maka ia (yang menuduh) benar,
jika tidak, maka ia (yang menuduh) menjadi kafir karena mengkafirkannya.” (HR.
Ibnu Hibban dan dishohihkan oleh Al-Albani)
HADITS KE-8: MENUDUH SEORANG MU’MIN SEBAGAI KAFIR SAMA
DENGAN MEMBUNUHNYA
Dari Abu Qilabah Rodhiyallahu ‘Anhu bahwa Tsabit bin Adh-Dhohhak
- dan ia adalah salah satu dari yang ikut baiat Ridhwan - menceritakan
kepadanya bahwa Rosululloh ﷺ bersabda:
«مَنْ حَلَفَ
عَلَى مِلَّةٍ غَيْرِ الْإِسْلَامِ فَهُوَ كَمَا قَالَ، وَلَيْسَ عَلَى ابْنِ آدَمَ
نَذْرٌ فِيمَا لَا يَمْلِكُ، وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ فِي الدُّنْيَا عُذِّبَ
بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَعَنَ مُؤْمِناً فَهُوَ كَقَتْلِهِ، وَمَنْ قَذَفَ
مُؤْمِناً بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ»
“Siapa yang bersumpah dengan agama selain Islam, maka ia seperti
apa yang ia katakan. tidak ada nadzar
atas anak Adam dalam perkara yang tidak ia miliki. siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu di dunia,
ia akan diadzab dengannya pada hari Kiamat. siapa
yang melaknat seorang Mu’min, maka ia seperti membunuhnya. siapa yang menuduh seorang Mu’min
dengan kekafiran, maka ia seperti membunuhnya.” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS KE-9: SIAPA YANG MENGKAFIRKAN SEORANG MUSLIM,
MAKA IA BERADA PADA BAHAYA BESAR
Dari Abu Dzar Rodhiyallahu ‘Anhu, ia mendengar Rosululloh ﷺ
bersabda:
«لَيْسَ
مِنْ رَجُلٍ ادَّعَى لِغَيْرِ أَبِيهِ وَهُوَ يَعْلَمُهُ إِلَّا كَفَرَ، وَمَنِ ادَّعَى
مَا لَيْسَ لَهُ فَلَيْسَ مِنَّا، وَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ، وَمَنْ
دَعَا رَجُلًا بِالْكُفْرِ، أَوْ قَالَ: عَدُوَّ اللَّهِ وَلَيْسَ كَذَلِكَ - إِلَّا
حَارَ عَلَيْهِ، لَا يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلاً بِالْفِسْقِ وَلَا يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ
إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ»
“Tidak ada seorang laki-laki pun yang mengaku sebagai anak dari
selain ayahnya, padahal ia mengetahuinya, melainkan ia telah kafir (kufur
ni’mat). siapa yang mengaku
memiliki sesuatu yang bukan miliknya, maka ia bukan dari golongan kami, dan
hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di Neraka. siapa yang memanggil seseorang dengan sebutan kafir, atau
berkata: musuh Alloh, padahal tidak demikian (keadaannya) - melainkan (sebutan
itu) kembali kepadanya. Tidaklah seorang laki-laki menuduh laki-laki lain
dengan kefasikan, dan tidaklah ia menuduhnya dengan kekafiran, melainkan
(tuduhan itu) akan kembali kepadanya jika saudaranya tidak seperti itu.” (HR.
Muslim)
HADITS KE-10: SIAPA YANG MENUDUH SEORANG MUSLIM DENGAN
KUFUR, MAKA IA LEBIH PANTAS ATASNYA
Dari Jundub Al-Bajali Rodhiyallahu ‘Anhu bahwa Hudzaifah
menceritakan kepadanya, ia berkata, Rosululloh ﷺ bersabda:
«إِنَّ
مَا أَتَخَوَّفُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْآنَ، حَتَّى إِذَا رُئِيَتْ بَهْجَتُهُ
عَلَيْهِ وَكَانَ رِدْءاً لِلْإِسْلَامِ غَيَّرَهُ إِلَى مَا شَاءَ اللَّهُ، فَانْسَلَخَ
مِنْهُ، وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ، وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ، وَرَمَاهُ
بِالشِّرْكِ»
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah
seorang laki-laki yang membaca Al-Qur’an, sehingga ketika terlihat keindahan
(penerapan)nya pada dirinya dan ia menjadi penolong bagi Islam, ia mengubahnya
kepada apa yang Alloh kehendaki (kesesatan). Maka ia keluar darinya (Al-Qur’an),
dan membuangnya ke belakang punggungnya, lalu ia menyerang tetangganya dengan
pedang, dan menuduhnya dengan syirik.”
Ia berkata, “Aku bertanya: Wahai Nabi Alloh, siapakah yang lebih pantas
dituduh syirik, yang dituduh atau yang menuduh?” Beliau bersabda:
«بَلِ الرَّامِي»
“Bahkan yang menuduh.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shohihnya dan
dihasankan oleh Al-Albani)
HADITS KE-11: HAROM MENGHUNUSKAN SENJATA KEPADA MUSLIMIN
Dari Ibnu Umar dan Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhum dari Nabi ﷺ beliau
bersabda:
«مَنْ حَمَلَ
عَلَيْنَا السَّلَاحَ فَلَيْسَ مِنَّا»
“Siapa yang menghunuskan senjata kepada kami, maka ia bukan dari
golongan kami.” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS KE-12: KALIMAT TAUHID ADALAH PENJAGA DARAH PENGUCAPNYA
Dari Al-Miqdad bin Al-Aswad Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Wahai
Rosululloh, bagaimana pendapatmu jika aku bertemu dengan seorang laki-laki
kafir lalu kami saling berperang. Lalu ia memukul salah satu tanganku dengan
pedang dan memotongnya, kemudian ia berlindung dariku di balik sebuah pohon
lalu ia berkata, ‘Aku telah masuk Islam kepada Alloh’?”
Dalam riwayat lain: “Ketika aku mengayunkan pedang untuk membunuhnya, ia
berkata, `Laa ilaaha illalloh`. Apakah aku membunuhnya setelah ia
mengatakannya?” Beliau bersabda:
«لَا تَقْتُلْهُ»
“Janganlah engkau membunuhnya.”
Lalu ia berkata, “Wahai Rosululloh, sesungguhnya ia telah memotong salah
satu tanganku!” Rosululloh ﷺ bersabda:
«لَا تَقْتُلْهُ،
فَإِنْ قَتَلْتَهُ؛ فَإِنَّهُ بِمَنْزِلَتِكَ قَبْلَ أَنْ تَقْتُلَهُ، وَإِنَّكَ بِمَنْزِلَتِهِ
قَبْلَ أَنْ يَقُولَ كَلِمَتَهُ الَّتِي قَالَ»
“Janganlah engkau membunuhnya, karena jika engkau membunuhnya;
maka ia (orang kafir itu) berada pada kedudukanmu sebelum engkau membunuhnya,
dan engkau berada pada kedudukannya (orang kafir) sebelum ia mengucapkan
kalimat yang ia ucapkan.” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS KE-13: HAROMNYA DARAH SEORANG MUSLIM
Dari Abu Zhohbyan berkata, aku mendengar Usamah bin Zaid Rodhiyallahu
‘Anhu berkata, Rosululloh ﷺ mengutus kami ke Al-Huroqoh dari suku Juhainah. Kami menyerbu
kaum itu di pagi hari dan kami mengalahkan mereka. Aku dan seorang lelaki dari
Anshor mengejar seorang lelaki dari mereka. Ketika kami mendekatinya, ia
berkata, `Laa ilaaha illalloh`. Lalu orang Anshor itu berhenti (tidak
membunuhnya). aku menikamnya
dengan tombakku lalu aku membunuhnya. Ketika kami kembali, hal itu sampai
kepada Nabi. Maka beliau bersabda:
«يَا أُسَامَةُ!
قَتَلْتَهُ بَعْدَمَا قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ؟!»
“Wahai Usamah! Kamu membunuhnya setelah ia mengucapkan, `Laa ilaaha
illalloh`?!”
Aku berkata, “Wahai Rosululloh, sesungguhnya ia mengucapkannya hanya
untuk berlindung (dari kematian).”
Beliau bersabda:
«أَطَعَنْتَهُ
بَعْدَمَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ؟!»
“Kamu menikamnya setelah ia mengucapkan `Laa ilaaha illalloh`?!”
Beliau terus mengulanginya hingga aku berharap seandainya aku belum
masuk Islam sebelum hari itu. (HR. Abu Dawud dan dishohihkan oleh Al-Albani)
HADITS KE-14: HAROMNYA DARAH ORANG KAFIR YANG MEMILIKI
PERJANJIAN
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu dari Nabi ﷺ beliau
bersabda:
«مَنْ قَتَلَ
نَفْساً مُعَاهَدَةً بِغَيْرِ حَقِّهَا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ
رِيحَ الْجَنَّةِ تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ مِائَةِ عَامٍ»
“Siapa yang membunuh jiwa yang memiliki perjanjian (kafir mu’ahad)
tanpa haknya, ia tidak akan mencium bau Surga, padahal bau Surga itu dapat
tercium dari jarak perjalanan 100 tahun.” (HR. Adh-Dhiya’ dan dishohihkan
oleh Al-Albani)
HADITS KE-15: KEBODOHAN ADALAH SALAH SATU PENGHALANG
TAKFIR
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu dari Nabi ﷺ beliau
bersabda:
«كَانَ
رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ لَمْ يَعْمَلْ خَيْراً قَطُّ؛ إِلَّا التَّوْحِيدَ،
فَلَمَّا احْتُضِرَ قَالَ لِأَهْلِهِ: انْظُرُوا: إِذَا أَنَا مِتُّ أَنْ يُحَرِّقُوهُ
حَتَّى يَدَعُوهُ حُمَامًا، ثُمَّ الْحَنُوهُ، ثُمَّ اذْرُوهُ فِي يَوْمِ رِيحٍ، ثُمَّ
اذْرُوا نِصْفَهُ فِي الْبَرِّ، وَنِصْفَهُ فِي الْبَحْرِ، فَوَاللهِ؛ لَئِنْ قَدِرَ
اللهُ عَلَيْهِ لَيُعَذِّبَنَّهُ عَذَاباً لَا يُعَذِّبُهُ أَحَداً مِنَ الْعَالَمِينَ،
فَلَمَّا مَاتَ فَعَلُوا ذَلِكَ بِهِ، فَأَمَرَ اللَّهُ الْبَرَّ فَجَمَعَ مَا فِيهِ،
وَأَمَرَ الْبَحْرَ فَجَمَعَ مَا فِيهِ، فَإِذَا هُوَ قَائِمٌ فِي قَبْضَةِ اللَّهِ،
فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: يَا ابْنَ آدَمَ! مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا فَعَلْتَ؟
قَالَ: أَيْ رَبِّ مِنْ مَخَافَتِكَ، قَالَ: «فَغَفَرَ لَهُ بِهَا، وَلَمْ يَعْمَلْ
خَيْراً قَطُّ إِلَّا التَّوْحِيدَ»
“Dahulu ada seorang lelaki dari umat sebelum kalian yang tidak
pernah melakukan kebaikan sama sekali, kecuali tauhid. Ketika ia hampir
meninggal, ia berkata kepada keluarganya, ‘Perhatikanlah: jika aku mati,
bakarlah aku hingga menjadi abu, kemudian gilinglah abu itu, kemudian
sebarkanlah ia pada hari yang berangin. Sebarkan separuhnya di daratan dan
separuhnya di lautan, karena demi Alloh! jika Alloh mampu atasnya, niscaya Dia
akan mengadzabnya dengan adzab yang tidak pernah Dia adzabkan kepada seorang
pun dari alam semesta.’ Ketika ia meninggal, mereka melakukan itu kepadanya.
Maka Alloh memerintahkan daratan, lalu ia mengumpulkan apa yang ada di
dalamnya. Dia memerintahkan
lautan, lalu ia mengumpulkan apa yang ada di dalamnya. Tiba-tiba ia berdiri di
dalam Genggaman Alloh. Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Wahai anak Adam!
Apa yang mendorongmu melakukan apa yang kamu lakukan?’ Ia berkata, ‘Wahai
Robbku, karena rasa takutku kepada-Mu.’ Beliau bersabda, ‘Maka Dia
mengampuninya karena hal itu, padahal ia tidak pernah melakukan kebaikan sama
sekali kecuali tauhid’.” (HR. Ahmad dan dishohihkan oleh Al-Albani)
HADITS KE-16: KEKELIRUAN ADALAH SALAH SATU PENGHALANG
TAKFIR
Dari Anas Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosululloh ﷺ
bersabda:
«اللَّهُ
أَشَدُّ فَرَحاً بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ، مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ
رَاحِلَتَهُ بِأَرْضِ فَلَاةٍ، فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ،
فَأَيْسَ مِنْهَا، فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيْسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ،
فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ، فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا،
ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ: اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي، وَأَنَا رَبُّكَ!
أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ»
“Alloh jauh lebih gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia
bertaubat kepada-Nya, daripada salah seorang dari kalian yang kendaraannya
berada di tanah yang lapang (gurun), lalu ia terlepas darinya dan di atasnya
ada makanan dan minumannya. Ia telah putus asa dari (menemukan)nya, lalu ia
mendatangi sebuah pohon dan berbaring di bawah naungannya, ia telah putus asa
dari kendaraannya. Ketika ia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia
(kendaraannya) berada di sisinya dalam keadaan berdiri. Lalu ia mengambil tali kekangnya,
kemudian ia berkata karena saking gembiranya, ‘Ya Alloh, Engkau adalah hambaku
dan aku adalah Robb-Mu!’ Ia keliru karena saking gembiranya.” (HR. Muslim)
HADITS KE-17: PAKSAAN ADALAH SALAH SATU PENGHALANG
TAKFIR
Dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘Anhuma bahwa Rosululloh ﷺ
bersabda:
«إِنَّ
اللَّهَ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ»
“Sesungguhnya Alloh memaafkan umatku dari kekeliruan, lupa, dan
apa yang mereka dipaksa untuk melakukannya.” (HR. Ibnu Majah dan dishohihkan
oleh Al-Albani)
HADITS KE-18: SYARI’AT MENAMAKAN PERTENGKARAN ANTAR MUSLIMIN
SEBAGAI KUFUR
Dari Abdulloh bin Mas’ud Rodhiyallahu ‘Anhu bahwa Nabi ﷺ
bersabda:
«سِبَابُ
الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ»
“Mencela seorang Muslim adalah kefasikan, dan memeranginya
adalah kekufuran.” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS KE-19: SYARI’AT MENAMAKAN MUSLIMIN YANG SALING
MEMERANGI SEBAGAI ORANG-ORANG KAFIR
Dari Jarir Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Nabi ﷺ pada
Haji Wada’ (Perpisahan) bersabda:
«لَا تَرْجِعُوا
بَعْدِي كُفَّاراً يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ»
“Janganlah kalian kembali setelahku sebagai orang-orang kafir
yang sebagian kalian memenggal leher sebagian yang lain.” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS KE-20: SYARI’AT MENAMAKAN BEBERAPA KEMAKSIATAN
SEBAGAI KUFUR
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosululloh ﷺ
bersabda:
«اثْنَتَانِ
فِي النَّاسِ هُمَا بِهِمْ كُفْرٌ: الطَّعْنُ فِي النَّسَبِ، وَالنِّيَاحَةُ عَلَى
الْمَيِّتِ»
“Ada dua perkara pada manusia yang dengannya mereka menjadi
kafir: mencela nasab (garis keturunan), dan meratapi orang mati.” (HR. Muslim)
HADITS KE-21: SYARI’AT MENAMAKAN MAKSIAT (BERLEPAS
DIRI DARI NASAB) SEBAGAI KUFUR
Dari Abu Bakr Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Nabi ﷺ
bersabda:
«كُفْرٌ
بِاللَّهِ: تَبَرُّؤٌ مِنْ نَسَبٍ وَإِنْ دَقَّ»
“Kufur kepada Alloh adalah berlepas diri dari nasab meskipun ia
halus (samar).” (HR. Al-Bazzar dan Ad-Darimi dan dihasankan oleh Al-Albani)
HADITS KE-22: SYARI’AT MENAMAKAN MAKSIAT (HAMBA SAHAYA
YANG KABUR) SEBAGAI KUFUR
Dari Jarir Rodhiyallahu ‘Anhu, ia mendengar Rosululloh ﷺ
bersabda:
«أَيُّمَا
عَبْدٍ أَبَقَ مِنْ مَوَالِيهِ فَقَدْ كَفَرَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْهِمْ»
“Hamba sahaya mana saja yang kabur dari tuannya, maka ia telah
kafir hingga ia kembali kepada mereka.” (HR. Muslim)
HADITS KE-23: SYARI’AT MENAMAKAN PERDEBATAN TENTANG
AL-QUR’AN SEBAGAI KUFUR
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosululloh ﷺ
bersabda:
«الْجِدَالُ
فِي الْقُرْآنِ كُفْرٌ»
“Berdebat (dengan cara yang tidak benar) tentang Al-Qur’an
adalah kekufuran.” (HR. Al-Hakim dan dishohihkan oleh Al-Albani)
HADITS KE-24: KALIMAT TAUHID ADALAH KESELAMATAN BAGI
PENGUCAPNYA
Dari Jabir bin Abdillah Rodhiyallahu ‘Anhu dari Nabi ﷺ beliau
bersabda:
«مَنْ قَالَ:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مُخْلِصاً دَخَلَ الْجَنَّةَ»
“Siapa yang mengucapkan `Laa ilaaha illalloh` dengan
ikhlas, maka ia akan masuk Surga.” (HR. Ibnu Hibban dan dishohihkan oleh
Al-Albani)
HADITS KE-25: SIAPA YANG MENINGGAL DI ATAS TAUHID,
MAKA IA AKAN MASUK SURGA
Dari Abu Dzar Rodhiyallahu ‘Anhu dari Nabi ﷺ beliau
bersabda:
«أَتَانِي
جِبْرِيلُ فَبَشَّرَنِي أَنَّهُ مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ
الْجَنَّةَ، قُلْتُ: يَا جِبْرِيلُ، وَإِنْ سَرَقَ وَإِنْ زَنَى؟ قَالَ: نَعَمْ، قُلْتُ:
وَإِنْ سَرَقَ وَإِنْ زَنَى؟ قَالَ: نَعَمْ، قُلْتُ: وَإِنْ سَرَقَ وَإِنْ زَنَى؟ قَالَ:
نَعَمْ. وَإِنْ شَرِبَ الْخَمْرَ»
“Jibril mendatangiku dan memberiku kabar gembira bahwa siapa
yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Alloh dengan sesuatu apapun,
maka ia akan masuk Surga. Aku berkata, ‘Wahai Jibril, meskipun ia mencuri dan
meskipun ia berzina?’ Ia berkata, ‘Ya’. Aku berkata, ‘Meskipun ia mencuri dan
meskipun ia berzina?’ Ia berkata, ‘Ya’. Aku berkata, ‘Meskipun ia mencuri dan
meskipun ia berzina?’ Ia berkata, ‘Ya, dan meskipun ia meminum khomr (minuman
keras)’.” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS KE-26: ROHMAT ALLOH KEPADA AHLI TAUHID
Dari Abu Sa’id Al-Khudri Rodhiyallahu ‘Anhu dari Nabi ﷺ beliau
bersabda:
«يَدْخُلُ
أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ
- تَعَالَى - : أَخْرِجُوا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ
مِنْ إِيمَانٍ، فَيَخْرُجُونَ مِنْهَا قَدِ اسْوَدُّوا، فَيُلْقَوْنَ فِي نَهْرِ الْحَيَا
أَوِ الْحَيَاةِ - شَكٌّ مَالِكٌ -، فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي جَانِبِ
السَّيْلِ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً»
“Penduduk Surga akan masuk Surga, dan penduduk Neraka akan masuk
Neraka. Kemudian Alloh Ta’ala berfirman: ‘Keluarkanlah (dari Neraka) orang
yang di dalam hatinya terdapat iman meskipun seberat biji sawi’. Lalu mereka
keluar darinya dalam keadaan menghitam. Maka mereka dilemparkan ke sebuah
sungai yang dinamakan nahrul hayah (Sungai Kehidupan) - keraguan dari
Malik (perowi) - lalu mereka tumbuh sebagaimana tumbuhnya biji di pinggir
aliran air. Tidakkah engkau melihat ia keluar dalam keadaan kuning dan
meliuk-liuk?” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS KE-27: SYAFA’AT NABI ﷺ UNTUK
AHLI TAUHID PADA HARI KIAMAT
Dari Anas Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosululloh ﷺ
bersabda:
«إِذَا
كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ مَاجَ النَّاسُ بَعْضُهُمْ فِي بَعْضٍ، فَيَأْتُونَ آدَمَ
فَيَقُولُونَ: اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، فَيَقُولُ: لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ
بِإِبْرَاهِيمَ فَإِنَّهُ خَلِيلُ الرَّحْمَنِ، فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُ:
لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِمُوسَى فَإِنَّهُ كَلِيمُ اللَّهِ، فَيَأْتُونَ
مُوسَى فَيَقُولُ: لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِعِيسَى فَإِنَّهُ رُوحُ اللَّهِ
وَكَلِمَتُهُ، فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُ: لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِمُحَمَّدٍ،
فَيَأْتُونِي فَأَقُولُ: أَنَا لَهَا، فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى رَبِّي فَيُؤْذَنُ لِي،
وَيُلْهِمُنِي مَحَامِدَ أَحْمَدُهُ بِهَا لَا تَحْضُرُنِي الْآنَ، فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ
الْمَحَامِدِ، وَأَخِرُّ لَهُ سَاجِداً، فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ،
وَقُلْ تُسْمَعْ، وَسَلْ تُعْطَهُ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ. فَأَقُولُ: يَا رَبِّ أُمَّتِي
أُمَّتِي. فَيُقَالُ: انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ شَعِيرَةٍ
مِنْ إِيمَانٍ. فَأَنْطَلِقُ فَأَفْعَلُ، ثُمَّ أَعُودُ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ،
وَأَخِرُّ لَهُ سَاجِداً، فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَقُلْ تُسْمَعْ،
وَسَلْ تُعْطَهُ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ أُمَّتِي أُمَّتِي، فَيُقَالُ:
انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ أَوْ خَرْدَلَةٍ مِنْ
إِيمَانٍ. فَأَنْطَلِقُ فَأَفْعَلُ، ثُمَّ أَعُودُ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ،
وَأَخِرُّ لَهُ سَاجِداً، فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَقُلْ تُسْمَعْ،
وَسَلْ تُعْطَهُ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ أُمَّتِي أُمَّتِي، فَيُقَالُ:
انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ أَدْنَى أَدْنَى أَدْنَى مِثْقَالِ حَبَّةٍ
مِنْ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجْهُ مِنَ النَّارِ. فَأَنْطَلِقُ فَأَفْعَلُ،
ثُمَّ أَعُودُ الرَّابِعَةَ، فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ، وَأَخِرُّ لَهُ سَاجِداً،
فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَقُلْ تُسْمَعْ، وَسَلْ تُعْطَهُ، وَاشْفَعْ
تُشَفَّعْ، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ ائْذَنْ لِي فِيمَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ.
قَالَ: لَيْسَ ذَلِكَ لَكَ، وَلَكِنْ وَعِزَّتِي وَجَلَالِي وَكِبْرِيَائِي وَعَظَمَتِي
لَأُخْرِجَنَّ مِنْهَا مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ»
“Ketika tiba hari Kiamat, manusia berdesak-desakan satu sama
lain. Mereka mendatangi Adam dan berkata, ‘Berilah syafa’at (pertolongan) bagi
kami kepada Robbmu’. Ia berkata, ‘Aku tidak layak untuk itu, akan tetapi
pergilah kepada Ibrohim, karena ia adalah Kholilur-Rohman (kekasih Alloh)’.
Lalu mereka mendatangi Ibrohim, ia berkata, ‘Aku tidak layak untuk itu, akan
tetapi pergilah kepada Musa, karena ia adalah Kalimulloh (orang yang diajak
bicara oleh Alloh)’. Lalu mereka mendatangi Musa, ia berkata, ‘Aku tidak layak
untuk itu, akan tetapi pergilah kepada ‘Isa, karena ia adalah Ruhulloh (ruh
ciptaan Alloh) dan Kalimat-Nya’. Lalu mereka mendatangi ‘Isa, ia berkata, ‘Aku
tidak layak untuk itu, akan tetapi pergilah kepada Muhammad’. Lalu mereka
datang kepadaku, maka aku berkata, ‘Aku lah yang layak untuk itu’. Maka aku
meminta izin kepada Robbku, lalu aku diizinkan, dan Dia mengilhamkan kepadaku
puji-pujian yang dengannya aku memuji-Nya, yang tidak hadir dalam benakku saat
ini. Maka aku memuji-Nya dengan puji-pujian itu, dan aku bersujud kepada-Nya.
Lalu dikatakan, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, berkatalah niscaya engkau
akan didengar, mintalah niscaya engkau akan diberi, dan berilah syafa’at
niscaya syafa’atmu akan diterima’. Maka aku berkata, ‘Wahai Robbku, umatku,
umatku’. Lalu dikatakan, ‘Pergilah dan keluarkanlah orang yang di dalam hatinya
terdapat seberat biji gandum dari iman’. Maka aku pergi dan melakukannya.
Kemudian aku kembali dan memuji-Nya dengan puji-pujian itu, lalu aku bersujud
kepada-Nya. Lalu dikatakan, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, berkatalah
niscaya engkau akan didengar, mintalah niscaya engkau akan diberi, dan berilah syafa’at
niscaya syafa’atmu akan diterima’. Maka aku berkata, ‘Wahai Robbku, umatku,
umatku’. Lalu dikatakan, ‘Pergilah dan keluarkanlah orang yang di dalam hatinya
terdapat seberat dzarroh atau biji sawi dari iman’. Maka aku pergi dan
melakukannya. Kemudian aku kembali dan memuji-Nya dengan puji-pujian itu, lalu
aku bersujud kepada-Nya. Lalu dikatakan, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu,
berkatalah niscaya engkau akan didengar, mintalah niscaya engkau akan diberi,
dan berilah syafa’at niscaya syafa’atmu akan diterima’. Maka aku berkata, ‘Wahai
Robbku, umatku, umatku’. Lalu dikatakan, ‘Pergilah dan keluarkanlah orang yang
di dalam hatinya terdapat yang paling rendah, yang paling rendah, yang paling
rendah dari seberat biji sawi dari iman, maka keluarkanlah dia dari Neraka’.
Maka aku pergi dan melakukannya. Kemudian aku kembali untuk yang keempat kalinya,
lalu aku memuji-Nya dengan puji-pujian itu, lalu aku bersujud kepada-Nya. Lalu
dikatakan, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, berkatalah niscaya engkau akan
didengar, mintalah niscaya engkau akan diberi, dan berilah Syafa’at niscaya syafa’atmu
akan diterima’. Maka aku berkata, ‘Wahai Robbku, izinkanlah aku untuk orang
yang mengucapkan `Laa ilaaha illalloh`’. Dia berfirman, ‘Itu bukanlah
hakmu, akan tetapi demi kemuliaan-Ku, keagungan-Ku, kebesaran-Ku, dan
keagungan-Ku, sungguh Aku akan mengeluarkan darinya (Neraka) orang yang
mengucapkan `Laa ilaaha illalloh`’.” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS KE-28: SYAFA’AT BAGI AHLI TAUHID UNTUK KELUAR
DARI NERAKA
Dari Abu Sa’id Al-Khudri Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosululloh ﷺ
bersabda:
«إِذَا
خَلَصَ الْمُؤْمِنُونَ مِنَ النَّارِ وَأَمِنُوا، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا
تُجَادِلُ أَحَدُكُمْ لِصَاحِبِهِ فِي الْحَقِّ يَكُونُ لَهُ فِي الدُّنْيَا، بِأَشَدَّ
مِنْ مُجَادَلَةِ الْمُؤْمِنِينَ لِرَبِّهِمْ فِي إِخْوَانِهِمُ الَّذِينَ أُدْخِلُوا
النَّارَ. قَالَ: يَقُولُونَ: رَبَّنَا إِخْوَانُنَا كَانُوا يُصَلُّونَ مَعَنَا، وَيَصُومُونَ
مَعَنَا، وَيَحُجُّونَ مَعَنَا، وَيُجَاهِدُونَ مَعَنَا؛ فَأَدْخَلْتَهُمُ النَّارَ؟!
قَالَ: فَيَقُولُ: اذْهَبُوا فَأَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ مِنْهُمْ. فَيَأْتُونَهُمْ
فَيَعْرِفُونَهُمْ بِصُوَرِهِمْ، لَا تَأْكُلُ النَّارُ صُوَرَهُمْ لَمْ تَغْشَ الْوَجْهَ،
فَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ النَّارُ إِلَى أَنْصَافِ سَاقَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ
إِلَى كَعْبَيْهِ، فَيُخْرِجُونَ مِنْهَا بَشَراً كَثِيراً، فَيَقُولُونَ: رَبَّنَا
قَدْ أَخْرَجْنَا مَنْ أَمَرْتَنَا. قَالَ: ثُمَّ يَعُودُونَ فَيَتَكَلَّمُونَ، فَيَقُولُ:
أَخْرِجُوا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ دِينَارٍ مِنَ الْإِيمَانِ. فَيُخْرِجُونَ
خَلْقاً كَثِيراً، ثُمَّ يَقُولُونَ: رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ فِيهَا أَحَداً مِمَّنْ
أَمَرْتَنَا، ثُمَّ يَقُولُ: ارْجِعُوا فَمَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ وَزْنُ نِصْفِ دِينَارٍ
فَأَخْرِجُوهُ، فَيُخْرِجُونَ خَلْقاً كَثِيراً، ثُمَّ يَقُولُونَ: رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ
فِيهَا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا. حَتَّى يَقُولَ: أَخْرِجُوا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ
ذَرَّةٍ، فَيُخْرِجُونَ خَلْقاً كَثِيراً. قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: فَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْ
بِهَذَا الْحَدِيثِ، فَلْيَقْرَأْ هَذِهِ الْآيَةَ: ﴿إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ
مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْراً
عَظِيماً﴾، قَالَ: فَيَقُولُونَ: رَبَّنَا قَدْ أَخْرَجْنَا مَنْ أَمَرْتَنَا فَلَمْ
يَبْقَ فِي النَّارِ أَحَدٌ فِيهِ خَيْرٌ. قَالَ: ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ: شَفَعَتِ
الْمَلَائِكَةُ، وَشَفَعَتِ الْأَنْبِيَاءُ، وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ، وَبَقِيَ أَرْحَمُ
الرَّاحِمِينَ. قَالَ: فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنَ النَّارِ - أَوْ قَالَ: قَبْضَتَيْنِ
- نَاساً لَمْ يَعْمَلُوا لِلَّهِ خَيْراً قَطُّ، قَدِ احْتَرَقُوا حَتَّى صَارُوا
فَحْماً. قَالَ: فَيُؤْتَى بِهِمْ إِلَى مَاءٍ يُقَالُ لَهُ: (الْحَيَاةُ)، فَيُصَبُّ
عَلَيْهِمْ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ، قَدْ رَأَيْتُمُوهَا
إِلَى جَانِبِ الصَّخْرَةِ وَإِلَى جَانِبِ الشَّجَرَةِ، فَمَا كَانَ إِلَى الشَّمْسِ
مِنْهَا كَانَ أَخْضَرَ، وَمَا كَانَ مِنْهَا إِلَى الظِّلِّ كَانَ أَبْيَضَ. قَالَ:
فَيُخْرِجُونَ مِنْ أَجْسَادِهِمْ مِثْلَ اللُّؤْلُؤِ، وَفِي أَعْنَاقِهِمُ الْخَاتَمُ،
وَفِي رِوَايَةٍ: الْخَوَاتِمُ - عُتَقَاءُ اللَّهِ. قَالَ: فَيُقَالُ لَهُمُ: ادْخُلُوا
الْجَنَّةَ، فَمَا تَمَنَّيْتُمْ وَرَأَيْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ لَكُمْ وَمِثْلُهُ
مَعَهُ. فَيَقُولُ أَهْلُ الْجَنَّةِ: هَؤُلَاءِ عُتَقَاءُ الرَّحْمَنِ، أَدْخَلَهُمُ
الْجَنَّةَ بِغَيْرِ عَمَلٍ عَمِلُوهُ، وَلَا خَيْرٍ قَدَّمُوهُ. قَالَ: فَيَقُولُونَ:
رَبَّنَا أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَداً مِنَ الْعَالَمِينَ. قَالَ: فَيَقُولُ:
فَإِنَّ لَكُمْ عِنْدِي أَفْضَلَ مِنْهُ. فَيَقُولُونَ: رَبَّنَا! وَمَا أَفْضَلُ مِنْ
ذَلِكَ؟ قَالَ: فَيَقُولُ: رِضَائِي عَنْكُمْ فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ أَبَداً»
“Apabila Mu’minin telah selamat dari Neraka dan merasa aman,
maka demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidaklah salah seorang dari
kalian berdebat dengan temannya tentang hak yang ia miliki di dunia, lebih
keras daripada perdebatan Mu’minin kepada Robb mereka tentang saudara-saudara
mereka yang telah dimasukkan ke Neraka.”
Beliau berkata: “Mereka berkata, ‘Wahai Robb kami, saudara-saudara kami
dahulu Sholat bersama kami, dan Puasa bersama kami, dan Haji bersama kami, dan
Jihad bersama kami; mengapa Engkau masukkan mereka ke dalam Neraka?!’“
Beliau berkata: “Maka Dia berfirman, ‘Pergilah dan keluarkanlah orang
yang kalian kenali dari mereka.’ Maka mereka mendatangi mereka dan mengenali
mereka dari bentuk-bentuk mereka, Neraka tidak memakan bentuk-bentuk mereka dan
tidak menyentuh wajah. Di antara mereka ada yang Neraka telah membakarnya
hingga separuh betisnya, dan di antara mereka ada yang Neraka telah membakarnya
hingga kedua mata kakinya. Lalu mereka mengeluarkan banyak orang darinya. Maka mereka
berkata, ‘Wahai Robb kami, sungguh kami telah mengeluarkan orang yang Engkau
perintahkan kepada kami’.”
Beliau berkata: “Kemudian mereka kembali dan berbicara, lalu Dia
berfirman, ‘Keluarkanlah orang yang di dalam hatinya terdapat seberat satu
dinar dari iman’.”
Mereka mengeluarkan banyak sekali makhluk, kemudian mereka berkata, “Wahai
Robb kami, tidak tersisa seorang pun di dalamnya dari orang yang Engkau
perintahkan kepada kami.”
Kemudian Dia berfirman, “Kembalilah dan siapa yang di dalam hatinya
terdapat seberat setengah dinar, maka keluarkanlah dia.”
Maka mereka mengeluarkan banyak sekali makhluk, kemudian mereka berkata,
“Wahai Robb kami, tidak tersisa seorang pun di dalamnya dari orang yang Engkau
perintahkan kepada kami.”
Hingga Dia berfirman, “Keluarkanlah orang yang di dalam hatinya terdapat
seberat dzarroh (semut kecil).”
Maka mereka mengeluarkan banyak sekali makhluk.
Abu Sa’id berkata, “Maka siapa yang tidak mempercayai Hadits ini,
hendaklah ia membaca ayat ini:
﴿إِنَّ اللَّهَ لَا
يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ
أَجْراً عَظِيماً﴾
“Sesungguhnya Alloh tidak menzholimi (manusia) walaupun seberat dzarroh,
dan jika ada suatu kebaikan, niscaya Dia melipatgandakannya dan memberikan dari
sisi-Nya pahala yang besar.”
Maka mereka berkata, “Wahai Robb kami, sungguh kami telah mengeluarkan
orang yang Engkau perintahkan kepada kami, maka tidak tersisa seorang pun di
Neraka yang memiliki kebaikan.”
Beliau berkata: “Kemudian Alloh berfirman, ‘Para Malaikat telah
memberikan syafa’at, para Nabi telah memberikan syafa’at, dan Mu’minin telah
memberikan syafa’at, dan yang tersisa adalah Yang Paling Pengasih di antara
para pengasih’.”
Beliau berkata: “Maka Dia mengambil satu genggaman dari Neraka - atau
beliau berkata: dua genggaman - berisi orang-orang yang tidak pernah melakukan
kebaikan sama sekali karena Alloh, mereka telah terbakar hingga menjadi arang.”
Beliau berkata: “Lalu mereka dibawa ke sebuah air yang dinamakan Hayah,
lalu air itu disiramkan kepada mereka. Maka mereka tumbuh sebagaimana
biji-bijian yang tumbuh di aliran air. Kalian telah melihatnya di pinggir
bebatuan dan di pinggir pepohonan, apa yang terkena matahari darinya menjadi
hijau, dan apa yang berada di bawah naungan menjadi putih.”
Beliau berkata: “Lalu mereka keluar dari jasad-jasad mereka seperti
mutiara, dan di leher-leher mereka terdapat tanda - dan dalam riwayat lain:
tanda-tanda - (sebagai) orang-orang yang dimerdekakan oleh Alloh.”
Beliau berkata: “Lalu dikatakan kepada mereka, ‘Masuklah ke Surga, maka
apa yang kalian harapkan dan kalian lihat dari sesuatu, maka ia adalah milik
kalian dan yang semisalnya bersamanya’.”
Maka penduduk Surga berkata, “Mereka ini adalah orang-orang yang
dimerdekakan oleh Ar-Rohman (Yang Maha Pengasih). Dia memasukkan mereka ke
Surga tanpa amalan yang mereka lakukan, dan tanpa kebaikan yang mereka
persembahkan.”
Beliau berkata: “Maka mereka berkata, ‘Wahai Robb kami, Engkau telah
memberikan kepada kami sesuatu yang tidak Engkau berikan kepada seorang pun
dari alam semesta’. Beliau berkata: ‘Maka Dia berfirman, ‘Sesungguhnya bagi
kalian di sisi-Ku ada yang lebih utama dari itu’. Mereka berkata, ‘Wahai Robb
kami! Apakah yang lebih utama dari itu?’ Dia berfirman, ‘Keridhoan-Ku kepada
kalian, maka Aku tidak akan murka kepada kalian selama-lamanya’.” (HR. Ahmad
dan An-Nasa’i dan dishohihkan oleh Al-Albani)
HADITS KE-29: SYAFA’AT NABI ﷺ BAGI
AHLI TAUHID DI NERAKA UNTUK MASUK SURGA
Dari ‘Imron bin Hushoin Rodhiyallahu ‘Anhu dari Nabi ﷺ beliau
bersabda:
«يَخْرُجُ
قَوْمٌ مِنَ النَّارِ بِشَفَاعَةِ مُحَمَّدٍ، فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، يُسَمَّوْنَ
الْجَهَنَّمِيِّينَ»
“Akan keluar suatu kaum dari Neraka dengan syafa’at Muhammad,
lalu mereka akan masuk Surga, dan mereka dinamakan orang-orang Jahannamiyyin
(yang pernah masuk Neraka Jahannam).” (HR. Al-Bukhori)
HADITS KE-30: TIDAK ADA AHLI TAUHID YANG TERSISA DI
NERAKA
Dari Muhammad bin Abi Ayyub berkata, “Yazid Al-Faqir menceritakan
kepadaku, ia berkata, ‘Dahulu aku sangat menyukai pendapat Khowarij. Maka kami
keluar bersama sekelompok orang yang banyak, kami ingin berhaji, kemudian kami
akan memberontak terhadap orang-orang’. Ia berkata: ‘Lalu kami melewati kota
Madinah, tiba-tiba ada Jabir bin Abdullih yang sedang menceritakan Hadits
kepada orang-orang. Beliau duduk di samping sebuah tiang, dari Rosululloh ﷺ. Lalu
tiba-tiba beliau menyebutkan tentang orang-orang Jahannamiyyin. Lalu aku
berkata kepadanya: ‘Wahai Shohabat Rosululloh, apa yang kalian ceritakan ini? Padahal
Alloh berfirman:
﴿إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ
النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ﴾
“Sesungguhnya siapa yang Engkau masukkan ke
Neraka, maka sungguh Engkau telah menghinakannya.” Juga ayat:
﴿وَ كُلَّمَا أَرَادُوا
أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا﴾
“setiap kali mereka ingin
keluar darinya, mereka dikembalikan ke dalamnya.” Maka apa komentar Anda tentang
ayat ini?
Ia berkata: “Maka beliau berkata, ‘Apakah engkau membaca Al-Qur’an?’ Aku
menjawab, ‘Ya.’ Beliau berkata, ‘Apakah engkau mendengar tentang maqom
(kedudukan) Muhammad’ - maksudnya adalah kedudukan yang Alloh bangkitkan beliau
di dalamnya -? Aku menjawab, ‘Ya.’ Beliau berkata, ‘Itulah maqom mahmud
(kedudukan yang terpuji) milik Muhammad ﷺ yang dengannya Alloh mengeluarkan orang yang
akan Dia keluarkan’.”
Ia berkata: “Kemudian beliau menjelaskan tentang penempatan jembatan (shiroth),
dan orang-orang melewatinya. Aku khawatir tidak hafal hadits itu dengan baik.
Hanya saja ia (Jabir) telah mengatakan bahwa suatu kaum akan keluar dari Neraka
setelah mereka berada di dalamnya. Maksudnya - mereka keluar seperti
ranting-ranting pohon simsim (sejenis wijen). Lalu mereka masuk ke sebuah
sungai dari sungai-sungai Surga, mereka mandi di dalamnya. Lalu mereka keluar
(dari sungai itu) bagaikan kertas-kertas. Maka kami kembali dan berkata, ‘Celaka
kalian, apakah kalian menganggap Syaikh ini berdusta atas nama Rosululloh ﷺ?’
Maka kami kembali, dan demi Alloh tidak ada seorang pun dari kami yang
keluar (dari Madzhab Khowarij) kecuali satu orang,” atau seperti yang dikatakan
oleh Abu Nu’aim. (HR. Muslim)
HADITS KE-31: AGAMA ADALAH NASIHAT
Dari Tamim Ad-Daari Rodhiyallahu ‘Anhu bahwa Rosululloh ﷺ
bersabda:
«إِنَّ
الدِّينَ النَّصِيحَةُ»
“Sesungguhnya agama itu adalah nasihat.”
Kami bertanya, “Untuk siapa wahai Rosululloh?” Beliau bersabda:
«لِلَّهِ،
وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُولِهِ، وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ، وَعَامَّتِهِمْ»
“Untuk Alloh, untuk Kitab-Nya, untuk Rosul-Nya, untuk para imam
(pemimpin) Muslimin, dan untuk Muslimin secara umum.” (HR. Muslim)
HADITS KE-32: NASIHAT KEPADA PEMIMPIN MUSLIM
Dari ‘Iyadh bin Ghonam berkata: Wahai Hisyam bin Hakim, sungguh kami
telah mendengar apa yang engkau dengar, dan kami telah melihat apa yang engkau
lihat. Tidakkah engkau mendengar Rosululloh ﷺ bersabda:
«مَنْ أَرَادَ
أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ
بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى
الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ؟»
“Siapa yang ingin menasihati penguasa dengan suatu perkara, maka
janganlah ia menampakkannya di depan umum. Akan tetapi, hendaklah ia mengambil
tangannya, lalu ia berduaan dengannya. Jika ia menerimanya, maka itulah (yang
diharapkan). Jika tidak, maka sungguh ia telah menunaikan kewajiban yang ada
padanya untuknya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi ‘Ashim dan dishohihkan oleh
Al-Albani)
HADITS KE-33: WAJIB MENDENGAR DAN TAAT KEPADA PEMIMPIN
MUSLIM
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosululloh ﷺ
bersabda:
«عَلَيْكَ
السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِي عُسْرِكَ وَيُسْرِكَ، وَمَنْشَطِكَ وَمَكْرَهِكَ، وَأَثَرَةٍ
عَلَيْكَ»
“Wajib atasmu untuk mendengar dan taat dalam keadaan sulit
maupun mudahmu, dalam keadaan bersemangatmu maupun tidak sukanya dirimu, dan
dalam keadaan ia mengutamakan dirinya di atasmu.” (HR. Muslim)
HADITS KE-34: PEMIMPIN MUSLIM MEMILIKI HAK UNTUK
DIDENGARKAN DAN DITAATI MESKIPUN IA TIDAK LAYAK UNTUK MENJADI PEMIMPIN
Dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosululloh ﷺ
bersabda:
«اسْمَعُوا
وَأَطِيعُوا، وَإِنِ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ كَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيبَةٌ»
“Dengarkanlah dan taatilah, meskipun seorang hamba sahaya dari
Habasyah (Ethiopia) dijadikan pemimpin atas kalian, seolah-olah kepalanya
seperti anggur kering.” (HR. Al-Bukhori)
HADITS KE-35: TIDAK ADA KETAATAN KEPADA MAKHLUK DALAM
KEMAKSIATAN KEPADA ALLOH
Dari Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma dari Nabi ﷺ beliau
bersabda:
«عَلَى
الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إِلَّا أَنْ
يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ»
“Wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dan taat pada apa
yang ia sukai dan tidak sukai, kecuali jika ia diperintah untuk berbuat
maksiat. Maka jika ia diperintah untuk berbuat maksiat, tidak ada lagi
kewajiban mendengar dan taat.” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS KE-36: BOLEH MEMBERONTAK TERHADAP PEMIMPIN
KAFIR - JIKA ADA KEMAMPUAN
Dari ‘Ubadah bin Ash-Shomit Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: Nabi ﷺ
memanggil kami, lalu kami berbai’at (bersumpah setia) kepada beliau. Lalu
beliau bersabda - di antara apa yang beliau ambil dari kami (saat berbai’at)
adalah:
«عَلَى
السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا، وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا، وَأَثَرَةٍ
عَلَيْنَا، وَأَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ أَهْلَهُ، إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْراً
بَوَاحاً، عِنْدَكُمْ مِنَ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ»
“Untuk mendengar dan taat dalam keadaan kami bersemangat dan
tidak suka, dalam keadaan sulit dan mudah, dan dalam keadaan ia mengutamakan
dirinya di atas kami. bahwa kami
tidak akan mencabut urusan (kepemimpinan) dari ahlinya. Kecuali jika kalian
melihat kekufuran yang nyata, yang kalian memiliki bukti yang jelas dari Alloh
tentangnya.” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS KE-37: HUKUMAN BAGI YANG MENGHINA PEMIMPIN
DENGAN CACIAN ATAU PERANG
Abu Bakroh berkata - dan ia berada di bawah mimbar -: aku mendengar
Rosululloh ﷺ
bersabda:
«مَنْ أَهَانَ
سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ أَهَانَهُ اللَّهُ»
“Siapa yang menghina kekuasaan Alloh di muka bumi, maka Alloh
akan menghinakannya.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Abi ‘Ashim dan dihasankan
oleh Al-Albani)
HADITS KE-38: WAJIB BERSABAR ATAS KEZHOLIMAN PEMIMPIN
Dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘Anhuma dari Nabi ﷺ beliau
bersabda:
«مَنْ كَرِهَ
مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا فَلْيَصْبِرْ؛ فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ السُّلْطَانِ شِبْراً
مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً»
“Siapa yang tidak menyukai sesuatu dari pemimpinnya, maka
hendaklah ia bersabar. Karena sesungguhnya siapa yang keluar dari (ketaatan
kepada) penguasa sejengkal, maka ia akan mati dalam keadaan mati Jahiliyyah.” (Muttafaq
‘alaih)
HADITS KE-39: DOSA ORANG YANG MEMBERONTAK KEPADA
PEMIMPIN MUSLIM
Dari Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma berkata, aku mendengar
Rosululloh ﷺ
bersabda:
«مَنْ خَلَعَ
يَداً مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا حُجَّةَ لَهُ، وَمَنْ مَاتَ
وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً»
“Siapa yang melepaskan tangannya dari ketaatan, maka ia akan
bertemu Alloh pada hari Kiamat tanpa memiliki hujjah (alasan) baginya. siapa yang meninggal dalam keadaan
tidak ada bai’at (sumpah setia) di lehernya, maka ia mati dalam keadaan mati Jahiliyyah.”
(HR. Muslim)
HADITS KE-40: LARANGAN MEMERANGI PEMIMPIN YANG ZHOLIM
Dari Ummu Salamah Rodhiyallahu ‘Anha, istri Nabi ﷺ dari Nabi ﷺ beliau bersabda:
«إِنَّهُ
يُسْتَعْمَلُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ؛ فَتَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ؛ فَمَنْ كَرِهَ فَقَدْ
بَرِئَ، وَمَنْ أَنْكَرَ فَقَدْ سَلِمَ، وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ»
“Sesungguhnya akan diangkat atas kalian para pemimpin; lalu
kalian akan mendapati (perkara yang kalian) kenal (benar) dan (perkara yang
kalian) ingkari. Siapa yang membencinya, maka ia telah berlepas diri. siapa yang mengingkarinya, maka ia
telah selamat. Akan tetapi (celakalah) orang yang ridho dan mengikuti.”
Mereka (para Shohabat) bertanya, “Wahai Rosululloh! Tidakkah kami
memerangi mereka?” Beliau bersabda:
«لَا، مَا
صَلَّوْا»
“Tidak, selama mereka masih menegakkan Sholat.” (HR. Muslim)
HADITS KE-41: DISYARI’ATKAN MEMBENCI KEZHOLIMAN
PEMIMPIN
Dari ‘Auf bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu dari Rosululloh ﷺ beliau
bersabda:
«خِيَارُ
أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ، وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ
وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ، وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ،
وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ»
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang yang kalian cintai dan
mereka mencintai kalian, dan mereka mendoakan kalian dan kalian mendoakan
mereka. seburuk-buruk pemimpin
kalian adalah orang yang kalian benci dan mereka membenci kalian, dan kalian
melaknat mereka dan mereka melaknat kalian.”
Dikatakan, “Wahai Rosululloh! Tidakkah kami mencabut (ketaatan dari)
mereka dengan pedang?” Beliau bersabda:
«لَا، مَا
أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلَاةَ، وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ
فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ، وَلَا تَنْزِعُوا يَداً مِنْ طَاعَةٍ»
“Tidak, selama mereka masih menegakkan Sholat di tengah-tengah
kalian. jika kalian melihat
sesuatu yang kalian benci dari para pemimpin kalian, maka bencilah
perbuatannya, dan janganlah kalian mencabut tangan (ketaatan) dari mereka.” (HR.
Muslim)
HADITS KE-42: MEMBENCI KEZHOLIMAN PEMIMPIN BUKAN
BERARTI BOLEH MEMBERONTAK KEPADANYA
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu dari Nabi ﷺ beliau
bersabda:
«مَنْ خَرَجَ
مِنَ الطَّاعَةِ، وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ، فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً، وَمَنْ
قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عِمِّيَّةٍ يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍ، أَوْ يَدْعُو إِلَى عَصَبَةٍ،
أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً، فَقُتِلَ؛ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ، وَمَنْ خَرَجَ عَلَى أُمَّتِي
يَضْرِبُ بَرَّهَا وَفَاجِرَهَا، وَلَا يَتَحَاشَى مِنْ مُؤْمِنِهَا، وَلَا يَفِي لِذِي
عَهْدٍ عَهْدَهُ؛ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ»
“Siapa yang keluar dari ketaatan (kepada pemimpin) dan
memisahkan diri dari Jama’ah, dan ia meninggal, maka ia mati dalam keadaan mati
Jahiliyyah. siapa yang berperang
di bawah panji yang buta (tidak jelas tujuannya) ia marah karena ‘ashobah
(kelompok), atau menyeru kepada ‘ashobah, atau membela ‘ashobah,
lalu ia terbunuh; maka ia mati dalam keadaan mati Jahiliyyah. siapa yang memberontak terhadap umatku,
memukul orang baiknya dan orang durhakanya, tidak memandang orang Mu’minnya,
dan tidak menepati perjanjian kepada orang yang memiliki perjanjian; maka ia
bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya.” (HR. Muslim)
HADITS KE-33: HUKUM ALLOH PADA ORANG YANG MEMECAH
BELAH JAMA’AH MUSLIMIN DAN MEMBERONTAK TERHADAP PEMIMPIN MEREKA
Dari Ziyad bin ‘Ilaqoh berkata, aku mendengar ‘Arfajah berkata, aku
mendengar Rosululloh ﷺ
bersabda:
«إِنَّهُ
سَتَكُونُ هَنَاتٌ وَهَنَاتٌ، فَمَنْ أَرَادَ أَنْ يُفَرِّقَ أَمْرَ هَذِهِ الْأُمَّةِ
وَهِيَ جَمِيعٌ؛ فَاضْرِبُوهُ بِالسَّيْفِ كَائِناً مَنْ كَانَ»
“Sesungguhnya akan terjadi berbagai fitnah dan fitnah, maka siapa
yang ingin memecah belah urusan umat ini padahal mereka dalam keadaan bersatu;
maka bunuhlah ia dengan pedang, siapapun ia.” (HR. Muslim)
dalam riwayat lain dari Muslim:
«مَنْ أَتَاكُمْ
وَأَمْرُكُمْ جَمِيعٌ يُرِيدُ أَنْ يَشُقَّ عَصَاكُمْ، أَوْ يُفَرِّقَ جَمَاعَتَكُمْ؛
فَاقْتُلُوهُ»
“Siapa yang datang kepada kalian, sementara urusan kalian telah
bersatu, lalu ia ingin memecah persatuan kalian, atau memecah belah Jama’ah
kalian; maka bunuhlah ia.”
HADITS KE-44: BAGAIMANA KEADAAN KALIAN, MAKA
DEMIKIANLAH YANG AKAN MEMIMPIN KALIAN
Dari Az-Zubair bin ‘Ady berkata, “Kami mendatangi Anas bin Malik, lalu
kami mengeluhkan kepadanya apa yang kami dapati dari Al-Hajjaj.”
Lalu ia berkata:
«اصْبِرُوا؛
فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى
تَلْقَوْا رَبَّكُمْ»
“Bersabarlah, karena sesungguhnya tidaklah datang suatu zaman
kepada kalian melainkan yang setelahnya lebih buruk darinya, hingga kalian
bertemu dengan Robb kalian.”
Aku mendengarnya dari Nabi kalian. (HR. Al-Bukhori)
HADITS KE-45: KELURUSAN RAKYAT AKAN MENGHILANGKAN KEZHOLIMAN
PEMIMPIN
Dari Ibnu Mas’ud Rodhiyallahu ‘Anhu dari Nabi ﷺ beliau
bersabda:
«سَتَكُونُ
أَثَرَةٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا»
“Akan terjadi pengutamaan diri (pemimpin) dan perkara-perkara
yang kalian ingkari.”
Mereka bertanya, “Wahai Rosululloh! Lalu apa yang engkau perintahkan
kepada kami?” Beliau bersabda:
«تُؤَدُّونَ
الْحَقَّ الَّذِي عَلَيْكُمْ، وَتَسْأَلُونَ اللَّهَ الَّذِي لَكُمْ»
“Kalian tunaikan hak yang ada pada kalian, dan kalian meminta
kepada Alloh hak yang menjadi milik kalian.” (Muttafaq ‘alaih)
HADITS KE-46: APA YANG DI SISI ALLOH LEBIH BAIK DAN
LEBIH KEKAL
Dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Nabi ﷺ
bersabda:
«إِنَّكُمْ
سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً؛ فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ»
“Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku pengutamaan diri
(pemimpin). Maka bersabarlah hingga kalian menemuiku di telaga (Haudh).” (Muttafaq
‘alaih)
***
Kitab ini kami tarjamahkan beberapa hari sebelum dikaji bersama
penulisnya, Dr. Ali Abu Haniyyah Al-Maqdisi dalam Dauroh Mukatstsafah 1447 H di
STAI Ali bin Abi Tholib Surabaya—[Nor Kandir]