[PDF] Tarjamah Umdatul Mar'ah - 100 Hadits Wanita - Dr. Adil Hasan Yusuf Al-Hamd
Unduh PDF
Muqoddimah
Segala puji
bagi Allah, Robb semesta alam. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi
kita Muhammad ﷺ, yang diutus sebagai rohmat
bagi seluruh alam, serta kepada keluarga dan para Shohabatnya sekalian. Amma
ba'du:
Ini adalah
kitab ringkas yang aku kumpulkan berisi 100 hadits Nabi ﷺ yang
secara khusus ditujukan kepada wanita, dan aku berusaha keras agar
hadits-hadits ini mencakup seluruh topik penting dalam kehidupan wanita.
Aku memilih
hadits-hadits ini dari kitabku Mausu`ah Ahaadiitsil Mar`ah fil Kutub
As-Sittah (Ensiklopedi Hadits-hadits Wanita dalam Enam Kitab Hadits
[Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah]). Aku hanya membatasi
100 hadits pilihan ini pada Kutub Sittah karena aku belum menyelesaikan bagian
lain dari kitab-kitab Sunnah, dan semoga Allah memudahkan aku untuk
menyelesaikan penelusuran hadits-hadits tentang wanita dalam sisa kitab-kitab
Sunnah, kemudian mengeluarkan ringkasan bagian lain.
Alasan aku
mengeluarkan 100 hadits pilihan ini adalah karena beberapa tahun lalu aku berkunjung
ke sebuah negara Arob, dan di antara program kunjunganku adalah mengunjungi
pusat-pusat tahfizh Al-Qur`an Al-Karim untuk anak laki-laki dan perempuan,
serta berdialog dengan para pengajar pria dan wanita yang mengasuh. Aku
terkejut melihat lemahnya pengetahuan para pengajar wanita tersebut dalam
topik-topik kewanitaan, dan ketidaktahuan mereka akan hadits-hadits Nabi ﷺ yang
secara khusus ditujukan kepada mereka. Jika demikian keadaan para pengajar
wanita, maka kalian bisa bayangkan keadaan para siswi.
Observasi
ini terulang di lebih dari satu negara, dan mungkin sebabnya adalah kurikulum
yang diajarkan di lembaga-lembaga swasta semacam itu tidak membedakan antara
laki-laki dan perempuan dalam pendidikan, sehingga kurikulumnya seragam untuk
semua. Hal ini melahirkan generasi wanita yang menghafal Al-Arba`in
An-Nawawiyah, mengetahui hukum-hukum tilawah dan tajwid, serta beberapa
masalah syar`i, tetapi mereka tidak mengetahui hadits-hadits yang berasal dari
Nabi ﷺ yang
ditujukan langsung kepada mereka. Ini membuat mereka kehilangan kesempatan
untuk menikmati pengetahuan rinci tentang aspek-aspek keagungan penghormatan
Islam terhadap wanita, serta banyak hukum khusus yang berkaitan dengan mereka. Hal
ini juga memudahkan para penyeru perusakan wanita untuk menembus benteng mereka
dengan syubhat dan pemikiran yang menggerogoti akidah mereka dan merusak
persepsi mereka tanpa mereka sadari.
Dari sisi
lain, kurikulum mereka ini awalnya dibuat untuk meluluskan para penuntut ilmu
dan da`i, serta mempersiapkan mereka untuk menjadi ulama masa depan umat ini. Adapun
yang disusun untuk masyarakat umum, tidak mempertimbangkan perbedaan antara
kebutuhan laki-laki dan perempuan. Jadi, kurikulum ini tidak disusun
berdasarkan penelitian yang memperhatikan topik-topik yang menyentuh prioritas
kehidupan wanita.
Mungkin
salah satu sebab menyeragamkan kurikulum ini untuk kedua jenis kelamin,
laki-laki dan perempuan, adalah pengaruh isu gender: kesetaraan antara
laki-laki dan perempuan tanpa kita sadari.
Perkataanku
ini bukan berarti kita tidak membutuhkan wanita-wanita yang unggul dalam
menuntut ilmu dan mendalaminya. Namun, maksud perkataanku adalah perhatian
terhadap sebagian besar wanita yang belajar di berbagai lembaga wanita.
Mungkin aku
akan menutup perkataanku dengan sebuah contoh yang menjelaskan maksudnya. Ini
adalah contoh yang sangat menyakitkan bagiku ketika datang kepadaku dan aku
mendengarkan masalah kehidupan rumah tangga orang-orang, dan masalah itu
terjadi antara seorang laki-laki dari kalangan penuntut ilmu atau da`i, bahkan
ulama, dengan istrinya yang juga sangat perhatian terhadap dakwah dan
pendidikan, dan merupakan lulusan fakultas-fakultas syar`i, serta memiliki
sanad yang bersambung dalam membaca Al-Qur`an. Masalahnya adalah dia tidak
mengetahui hak-hak suaminya dan prioritas dalam kehidupan rumah tangganya. Bahkan
yang mengejutkan adalah ketika aku menceritakan kepadanya hadits-hadits yang
datang dari Nabi ﷺ mengenai topik tersebut, kemudian dia berkata, “Aku
belum pernah mendengarnya sebelumnya, dan aku belum dididik tentang hal itu.”
Karena
semua ini, aku ingin mengeluarkan ringkasan yang mudah dihafal, yang akan
menjadi pegangan bagi wanita dalam masalah-masalahnya dan menghubungkannya
dengan sabda dan petunjuk Nabi kita Muhammad ﷺ.
Aku telah
berusaha keras dalam menyusun hadits-hadits ini dan meletakkan judul untuk
setiap hadits yang diambil dari fikih hadits agar wanita dapat menghubungkan
judul dengan hadits, dan membantunya untuk merenungkan makna-maknanya.
Pada
awalnya, aku hanya membatasi pada hadits-hadits saja, kemudian terpikir olehku
untuk menyertakan ringkasan tentang fawa`id (faedah-faedah) hadits agar
mudah dipahami oleh wanita, dan membuka pintu-pintu topik yang terkandung dalam
hadits bagi para pengajar.
Aku telah
menerbitkan kitab ini dalam dua edisi yang berbeda. Yang pertama hanya berisi
hadits-hadits agar mudah dibawa dan dihafal (yaitu kitab yang diterjemahkan
ini). Yang kedua disertai fawa`id agar mudah dipelajari dan dipahami
makna-maknanya.
Dan kepada
Allah aku memohon agar menerima amal ini dariku, dan menjadikannya ikhlas
karena wajah-Nya yang Mulia, serta agar Dia memberikan manfaat dengannya kepada
siapa saja yang Dia kehendaki dari putri-putri dan wanita-wanita kita.
Dan semoga
sholawat serta salam Allah tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ , serta kepada keluarga dan para Shohabatnya sekalian.
Ditulis
oleh Dr. Adil Hasan Yusuf Al-Hamd
25 Robi`ul
Akhir 1435 H, Ar-Rifa` – Bahroin
---
1.
Hakmu adalah Tempat Khusus untuk Belajar, Maka Tuntutlah!
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
ﷺ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ، فَاجْعَلْ لَنَا
مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيكَ فِيهِ تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللَّهُ. قَالَ:
«اجْتَمِعْنَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا». فَاجْتَمَعْنَ، فَأَتَاهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ
ﷺ فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللَّهُ، ثُمَّ قَالَ: «مَا مِنْكُنَّ مِنِ امْرَأَةٍ
تُقَدِّمُ بَيْنَ يَدَيْهَا مِنْ وَلَدِهَا ثَلَاثَةً إِلَّا كَانُوا لَهَا حِجَابًا
مِنَ النَّارِ». فَقَالَتِ امْرَأَةٌ: وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ؟ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ»
Dari Abu
Sa`id Al-Khudri, ia berkata: Seorang wanita datang kepada Rosulullah ﷺ lalu
berkata, “Wahai Rosulullah, kaum pria telah memborong hadits-haditsmu, maka
jadikanlah bagi kami satu hari khusus untuk kami datangi, engkau mengajari kami
dari apa yang Allah ajarkan kepadamu.” Beliau bersabda, “Berkumpullah kalian
pada hari ini dan ini.” Maka mereka berkumpul, lalu Rosulullah ﷺ mendatangi
mereka dan mengajari mereka dari apa yang Allah ajarkan kepada beliau. Kemudian
beliau bersabda, “Tidaklah seorang wanita di antara kalian yang didahului wafat
tiga anaknya, kecuali anak-anak itu akan menjadi sebab penghalang baginya dari
api Neraka.” Seorang wanita bertanya, “Dan bagaimana jika dua orang, dua orang,
dua orang?” Rosulullah ﷺ bersabda, “Dan dua orang, dua orang, dua orang.”
(HR. Al-Bukhori dan Muslim dan An-Nasa`i dalam Al-Kubro)
2.
Biasakan Dirimu untuk Tunduk kepada Kalamullah dan Sabda Rosul-Nya, Jangan
Jadikan Akalmu sebagai Ukuran Hukum Syar`i!
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فِي أَضْحَى
أَوْ فِطْرٍ إِلَى الْمُصَلَّى فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ: «يَا مَعْشَرَ
النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ». فَقُلْنَ:
وَبِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ،
مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ
مِنْ إِحْدَاكُنَّ». قُلْنَ: وَمَا نُقْصَانُ دِينِنَا وَعَقْلِنَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ؟ قَالَ: «أَلَيْسَ شَهَادَةُ الْمَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ؟».
قُلْنَ: بَلَى. قَالَ: «فَذَلِكَ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا، أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ
لَمْ تُصَلَّ وَلَمْ تَصُمْ؟». قُلْنَ: بَلَى. قَالَ: «فَذَلِكَ مِنْ نُقْصَانِ
دِينِهَا»
Dari Abu
Sa`id Al-Khudri, ia berkata: Rosulullah ﷺ keluar pada hari Raya Idul Adha atau
Idul Fithri menuju lapangan Sholat, lalu beliau melewati kaum wanita dan
bersabda, “Wahai kaum wanita, bersedekahlah! Karena sesungguhnya aku melihat
kalian adalah penghuni Neraka yang terbanyak.” Mereka bertanya, “Mengapa
demikian, wahai Rosulullah?” Beliau bersabda, “Kalian banyak melaknat (ngomel) dan
tidak berterima kasih kepada suami. Aku tidak melihat orang yang kurang akal
dan agamanya lebih mampu menghilangkan akal laki-laki yang teguh daripada salah
seorang di antara kalian.” Mereka bertanya, “Apa kekurangan agama dan akal
kami, wahai Rosulullah?” Beliau bersabda, “Bukankah kesaksian wanita itu
seperti separuh kesaksian laki-laki?” Mereka menjawab, “Benar.” Beliau bersabda,
“Itulah kekurangan akalnya. Bukankah jika dia haidh, dia tidak Sholat dan tidak
puasa?” Mereka menjawab, “Benar.” Beliau bersabda, “Itulah kekurangan agamanya.”
(HR. Al-Bukhori dan Muslim)
3.
Engkau Tidak Diciptakan untuk Memimpin Pria, Tetapi untuk Melahirkan dan
Mendidik Para Pemimpin. Maka Ketahuilah Tempatmu yang Benar dan Tetaplah di
Sana!
عَنْ أَبِي بَكْرَةَ قَالَ: لَقَدْ نَفَعَنِي اللَّهُ بِكَلِمَةٍ سَمِعْتُهَا
مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَيَّامَ الْجَمَلِ بَعْدَمَا كِدْتُ أَنْ أَلْحَقَ بِأَصْحَابِ
الْجَمَلِ فَأُقَاتِلَ مَعَهُمْ. قَالَ: لَمَّا بَلَغَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ أَنَّ أَهْلَ
فَارِسَ قَدْ مَلَكُوا عَلَيْهِمْ بِنْتَ كِسْرَى قَالَ: «لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ
وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً»
Dari Abu
Bakroh, ia berkata: Sungguh Allah telah memberiku manfaat dengan sebuah kalimat
yang aku dengar dari Rosulullah ﷺ pada hari-hari perang Jamal (yang
dipimpin wanita), setelah aku hampir bergabung dengan pasukan Jamal dan
berperang bersama mereka. Ketika Rosulullah ﷺ mendengar bahwa penduduk Persia
telah mengangkat putri Kisro sebagai pemimpin mereka, beliau bersabda, “Tidak
akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada (dipimpin) seorang
wanita.” (HR. Al-Bukhori, At-Tirmidzi, dan An-Nasa`i)
4.
Berhati-hatilah dari Menyerupai Laki-laki, Karena Itu Akan Menghilangkan
Identitasmu!
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: «لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ
الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ»
Dari Ibnu
Abbas, ia berkata: “Rosulullah ﷺ melaknat laki-laki yang menyerupai
wanita, dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Al-Bukhori, Abu Dawud,
At-Tirmidzi, An-Nasa`i dalam Al-Kubro, Ibnu Majah, dan Ahmad)
5.
Engkau adalah Nikmat bagi Keluargamu, Jangan Sampai Berubah Menjadi Malapetaka
bagi Mereka!
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: جَاءَتْنِي امْرَأَةٌ مَعَهَا ابْنَتَانِ تَسْأَلُنِي،
فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِي غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ، فَأَعْطَيْتُهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ
ابْنَتَيْهَا، ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ، فَدَخَلَ النَّبِيُّ ﷺ فَحَدَّثْتُهُ فَقَالَ:
«مَنْ يَلِي مِنْ هَذِهِ الْبَنَاتِ شَيْئًا فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ
سِتْرًا مِنَ النَّارِ»
Dari
Aisyah, ia berkata: Seorang wanita datang kepadaku bersama kedua putrinya,
meminta-minta kepadaku. Aku tidak memiliki apa-apa kecuali sebutir kurma, lalu
aku memberikannya kepadanya. Dia membagi kurma itu di antara kedua putrinya,
kemudian dia berdiri dan pergi. Nabi ﷺ masuk, lalu aku menceritakan
kejadian itu kepada beliau. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang mengasuh
putri-putri dengan berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi sebab penghalang
baginya dari Neraka.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
6.
Keunggulan dan Persaingan di antara Wanita Hanyalah dalam Sifat-sifat Terpuji
yang Terkait dengan Fungsi Wanita, Bukan dengan Kecantikan dan Harta!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «خَيْرُ نِسَاءٍ رَكِبْنَ
الْإِبِلَ صَالِحُ نِسَاءِ قُرَيْشٍ أَحْنَاهُ عَلَى وَلَدٍ فِي صِغَرِهِ، وَأَرْعَاهُ
عَلَى زَوْجٍ فِي ذَاتِ يَدِهِ»
Dari Abu Huroiroh,
dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Sebaik-baik wanita yang mengendarai unta
adalah wanita-wanita sholihah Quraisy, yang paling penyayang kepada anak di
masa kecilnya, dan yang paling menjaga harta suaminya.” (HR. Al-Bukhori dan
Muslim)
7.
Engkau Memiliki Kunci Kebahagiaan Pria!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ: أَيُّ النِّسَاءِ
خَيْرٌ؟ قَالَ: «الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا
تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ»
Dari Abu Huroiroh,
ia berkata: Rosulullah ﷺ ditanya, “Wanita mana yang terbaik?” Beliau
bersabda, “Yang menyenangkan suaminya jika dilihat, menaatinya jika diperintah,
dan tidak menyelisihi suaminya dalam dirinya dan hartanya dalam hal yang
dibenci (suaminya).” (HR. An-Nasa`i dan Ahmad)
8.
Janganlah Menjadi Sebab Pria Masuk Neraka, Lalu Engkau Menanggung Dosa Mereka
Semua!
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «مَا تَرَكْتُ بَعْدِي
فِتْنَةٌ أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ»
Dari Usamah
bin Zaid, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Tidaklah
aku meninggalkan fitnah (ujian) sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi kaum
pria selain wanita.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
9.
Karena Kedudukanmu yang Tinggi, Islam Tidak Mengizinkan Semua Orang Masuk
Menemuimu!
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «إِيَّاكُمْ
وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ». فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ؟ قَالَ: «الْحَمْوُ الْمَوْتُ»
Dari `Uqbah
bin `Amir, bahwa Rosulullah ﷺ bersabda, “Jauhilah masuk menemui wanita!”
Seorang pria dari Anshor bertanya, “Wahai Rosulullah, bagaimana dengan ipar
laki-laki?” Beliau bersabda, “Ipar adalah kematian.” (HR. Al-Bukhori dan
Muslim)
10.
Arahkan Kecantikan dan Kesegaran Mudamu agar Tidak Menghancurkan Umatmu!
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «إِنَّ الدُّنْيَا
حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ،
فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ
كَانَتْ فِي النِّسَاءِ»
Dari Abu
Sa`id Al-Khudri, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Sesungguhnya
dunia ini manis (dirasakan) dan hijau (dilihat), dan sesungguhnya Allah akan
menjadikan kalian menguasainya, lalu Dia akan melihat bagaimana kalian beramal.
Maka berhati-hatilah dari dunia dan berhati-hatilah dari wanita, karena
sesungguhnya fitnah (ujian) pertama Bani Isra`il (yang menghancurkan mereka) adalah
pada wanita.” (HR. Muslim dan At-Tirmidzi)
11.
Jangan Bersalaman dengan Pria Mana Pun yang Bukan Mahrommu!
عَنْ أُمَيْمَةَ بِنْتِ رُقَيْقَةَ أَنَّهَا قَالَتْ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ
فِي نِسْوَةٍ مِنَ الْأَنْصَارِ نُبَايِعُهُ فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، نُبَايِعُكَ
عَلَى أَنْ لَا نُشْرِكَ بِاللَّهِ شَيْئًا، وَلَا نَسْرِقَ، وَلَا نَزْنِيَ، وَلَا
نَأْتِيَ بِبُهْتَانٍ نَفْتَرِيهِ بَيْنَ أَيْدِينَا وَأَرْجُلِنَا، وَلَا نَعْصِيكَ
فِي مَعْرُوفٍ. قَالَ: «فِيمَا اسْتَطَعْتُنَّ وَأَطَقْتُنَّ». قَالَتْ: قُلْنَا:
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَرْحَمُ بِنَا، هَلُمَّ نُبَايِعْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِنِّي لَا أُصَافِحُ النِّسَاءَ، إِنَّمَا قَوْلِي لِمِائَةِ
امْرَأَةٍ كَقَوْلِي لِامْرَأَةٍ وَاحِدَةٍ أَوْ مِثْلُ قَوْلِي لِامْرَأَةٍ وَاحِدَةٍ»
Dari Umaimah
binti Ruqoyqoh, ia berkata: Aku datang kepada Nabi ﷺ bersama beberapa wanita dari Anshor
untuk berbai`at kepada beliau. Kami berkata, “Wahai Rosulullah, kami berbai`at
kepadamu untuk tidak menyekutukan Allah sedikit pun, tidak mencuri, tidak
berzina, tidak melakukan kebohongan yang kami buat di antara tangan dan kaki
kami, dan tidak mendurhakaimu dalam kebaikan.” Beliau bersabda, “Sejauh yang
kalian mampu dan sanggup.” Kami berkata, “Allah dan Rosul-Nya lebih menyayangi
kami. Mari kami berbai`at kepadamu, wahai Rosulullah.” Rosulullah ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya aku tidak bersalaman dengan wanita. Sesungguhnya perkataanku
kepada seratus wanita sama seperti perkataanku kepada satu wanita.” (HR.
At-Tirmidzi, An-Nasa`i, dan Ahmad)
12.
Ketika Engkau Berdua dengan Seorang Pria, Ketahuilah Bahwa yang Ketiga Adalah
Syaithon, Jadi Apa yang Engkau Harapkan Darinya?
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: خَطَبَنَا عُمَرُ بِالْجَابِيَةِ فَقَالَ: يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنِّي قُمْتُ فِيكُمْ كَمَقَامِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فِينَا فَقَالَ: «أُوصِيكُمْ
بِأَصْحَابِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَفْشُو
الْكَذِبُ حَتَّى يَحْلِفَ الرَّجُلُ وَلَا يُسْتَحْلَفُ، وَيَشْهَدَ الشَّاهِدُ وَلَا
يُسْتَشْهَدُ، أَلَا لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا كَانَ ثَالِثَهُمَا
الشَّيْطَانُ، عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ
مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الِاثْنَيْنِ أَبْعَدُ، مَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ
فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ، مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَذَلِكُمُ
الْمُؤْمِنُ»
Dari Ibnu
Umar, ia berkata: Umar berkhutbah kepada kami di Jabiyah lalu berkata, “Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya aku berdiri di antara kalian sebagaimana
Rosulullah ﷺ berdiri
di antara kami, lalu beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepada kalian tentang Shohabat-Shohabatku
(dengan berbuat baik dan mengikuti mereka), kemudian orang-orang setelah mereka
(Tabi’in), kemudian orang-orang setelah mereka (Tabiut Tabi’in). Kemudian akan
tersebar kebohongan hingga seorang laki-laki bersumpah tanpa diminta bersumpah,
dan seorang saksi bersaksi tanpa diminta bersaksi. Ingatlah, janganlah seorang laki-laki
berdua-duaan dengan seorang wanita kecuali yang ketiga adalah syaithon.
Hendaklah kalian bersama jama`ah dan jauhilah perpecahan, karena sesungguhnya
syaithon bersama orang yang sendirian dan dia lebih jauh dari dua orang.
Barangsiapa yang menginginkan buhbuhah (pusat) Surga, maka hendaklah ia
senantiasa bersama jama`ah. Barangsiapa yang kebaikannya membuatnya senang dan
keburukannya membuatnya sedih, maka itulah Mukmin.” (HR. At-Tirmidzi)
13.
Jadikanlah Perhiasanmu Jauh dari Kemurkaan Allah!
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «لَعَنَ اللَّهُ الْوَاصِلَةَ
وَالْمُسْتَوْصِلَةَ وَالْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ». وَقَالَ نَافِعٌ: الْوَشْمُ
فِي اللِّثَةِ
Dari Ibnu
Umar, bahwa Rosulullah ﷺ bersabda, “Allah melaknat wasilah
(wanita yang menyambung rambutnya dengan rambut lain) dan mustausilah
(wanita yang meminta rambutnya disambung), serta wasimah (wanita yang
menato) dan mustausimah (wanita yang meminta ditato).” Nafi` berkata: “Tato
juga berlaku pada gusi.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
14.
Wanita yang Berpakaian tetapi Telanjang adalah Salah Satu Golongan Penghuni
Neraka, Maka Janganlah Engkau Termasuk dari Mereka!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «صِنْفَانِ مِنْ
أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا: قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ
بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ
كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا
وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا»
Dari Abu Huroiroh,
ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Dua golongan penghuni Neraka yang
belum pernah aku lihat: Kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka
memukul manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang,
berjalan berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring.
Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium baunya, padahal bau Surga
itu tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)
15.
Jagalah Penutup antara Dirimu dan Robbmu!
عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ قَالَ: دَخَلَ نِسْوَةٌ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ عَلَى عَائِشَةَ
فَقَالَتْ: مِمَّنْ أَنْتُنَّ؟ قُلْنَ: مِنْ أَهْلِ الشَّامِ. قَالَتْ: لَعَلَّكُنَّ
مِنَ الْكُورَةِ الَّتِي تَدْخُلُ نِسَاؤُهَا الْحَمَّامَاتِ. قُلْنَ: نَعَمْ. قَالَتْ:
أَمَا إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «مَا مِنِ امْرَأَةٍ تَخْلَعُ
ثِيَابَهَا فِي غَيْرِ بَيْتِهَا إِلَّا هَتَكَتْ مَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ تَعَالَى»
Dari Abu
Malik, ia berkata: Beberapa wanita dari penduduk Syam mendatangi Aisyah, lalu
Aisyah bertanya, “Kalian dari mana?” Mereka menjawab, “Dari penduduk Syam.”
Aisyah berkata, “Mungkin kalian dari daerah yang wanita-wanitanya masuk ke
kamar mandi umum (hammam).” Mereka menjawab, “Ya.” Aisyah berkata, “Ketahuilah,
aku mendengar Rosulullah ﷺ bersabda, ‘Tidaklah seorang wanita yang
menanggalkan pakaiannya di selain rumahnya, kecuali dia telah merobek penutup
antara dirinya dan Allah Ta`ala.’” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
16.
Jangan Membuka Kaki atau Betismu dengan Alasan Kotornya Tanah!
عَنْ أُمِّ وَلَدٍ لِإِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَنَّهَا
سَأَلَتْ أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَتْ: إِنِّي امْرَأَةٌ أُطِيلُ
ذَيْلِي وَأَمْشِي فِي الْمَكَانِ الْقَذِرِ. فَقَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ: «يُطَهِّرُهُ مَا بَعْدَهُ»
Dari Ummu
Walad (budak yang melahirkan anak majikannya) milik Ibrohim bin Abdurrohman bin
`Auf, bahwa ia bertanya kepada Ummu Salamah, istri Nabi ﷺ, lalu berkata, “Sesungguhnya aku adalah wanita yang
memanjangkan ujung pakaianku dan berjalan di tempat yang kotor.” Ummu Salamah
berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Apa (langkah atau tanah) yang
setelahnya akan membersihkannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
17.
Keindahan Wajahmu Tidak Sebanding dengan Keindahan Kaki-mu, Tetapi Pria Tergoda
oleh Kaki-mu, Apalagi Wajahmu!
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ
خُيَلَاءَ لَمْ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَقَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ:
فَكَيْفَ يَصْنَعْنَ النِّسَاءُ بِذُيُولِهِنَّ؟». قَالَ: «يُرْخِينَ شِبْرًا».
فَقَالَتْ: إِذَنْ تَنْكَشِفُ أَقْدَامُهُنَّ. قَالَ: «فَيُرْخِينَهُ ذِرَاعًا لَا
يَزِدْنَ عَلَيْهِ»
Dari Ibnu
Umar, ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang menjulurkan
pakaiannya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari Kiamat.”
Ummu Salamah bertanya, “Lalu bagaimana yang harus dilakukan wanita dengan ujung
pakaian mereka?” Beliau bersabda, “Mereka menjulurkan ujung kainnya setinggi sejengkal
(± 20 cm dari mata kaki).” Ia bertanya lagi, “Kalau begitu kaki mereka akan
terlihat.” Beliau bersabda, “Mereka boleh menjulurkannya sehasta (± 45 cm dari
mata kaki), jangan lebih dari itu.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Syarah: Pakaian wanita umumnya sampai mata
kaki. Ujung kain boleh dijulurkan ditambah sejengkal dan maksimal sehasta.
18.
Keluarmu dari Rumah dalam Keadaan Memakai Parfum Akan Menjerumuskanmu ke dalam
Dosa Zina!
عَنْ أَبِي مُوسَى عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «إِذَا اسْتَعْطَرَتِ الْمَرْأَةُ
فَمَرَّتْ عَلَى الْقَوْمِ لِيَجِدُوا رِيحَهَا فَهِيَ كَذَا وَكَذَا». قَالَ قَوْلًا
شَدِيدًا
Dari Abu
Musa, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Jika
seorang wanita memakai parfum lalu melewati suatu kaum agar mereka mencium
baunya, maka dia adalah demikian dan demikian.” Perawi berkata, beliau
mengucapkan perkataan yang keras. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
19.
Bedakan antara Parfum di Rumah dan Parfum saat Berkunjung!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «طِيبُ الرِّجَالِ
مَا ظَهَرَ رِيحُهُ وَخَفِيَ لَوْنُهُ، وَطِيبُ النِّسَاءِ مَا ظَهَرَ لَوْنُهُ وَخَفِيَ
رِيحُهُ»
Dari Abu Huroiroh,
ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Parfum pria adalah yang baunya
tampak dan warnanya tersembunyi. Dan parfum wanita adalah yang warnanya tampak
dan baunya tersembunyi.” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa`i)
20.
Berjalanmu di Tengah Jalan Umum Adalah Bukti Lemahnya Hijab dalam Dirimu!
عَنْ أَبِي أُسَيْدٍ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ
وَهُوَ خَارِجٌ مِنَ الْمَسْجِدِ فَاخْتَلَطَ الرِّجَالُ مَعَ النِّسَاءِ فِي الطَّرِيقِ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ لِلنِّسَاءِ: «اسْتَأْخِرْنَ فَإِنَّهُ لَيْسَ لَكُنَّ
أَنْ تُحَقِّقْنَ الطَّرِيقَ، عَلَيْكُنَّ بِحَافَّاتِ الطَّرِيقِ». فَكَانَتِ
الْمَرْأَةُ تَلْتَصِقُ بِالْجِدَارِ حَتَّى إِنَّ ثَوْبَهَا لَيَتَعَلَّقُ بِالْجِدَارِ
مِنْ لُصُوقِهَا بِهِ
Dari Abu
Usaid Al-Anshori, bahwa ia mendengar Rosulullah ﷺ bersabda ketika beliau keluar dari
Masjid dan kaum pria bercampur dengan wanita di jalan. Rosulullah ﷺ bersabda
kepada para wanita, “Mundurlah kalian! Karena sesungguhnya kalian tidak berhak
memenuhi jalan. Hendaklah kalian berjalan di pinggir jalan.” Maka wanita
menempel pada dinding (saat berjalan berpapasan lelaki) hingga pakaiannya
tersangkut pada dinding karena menempelnya pada dinding. (HR. Abu Dawud)
21.
Engkau adalah Aurot, Maka Tutuplah Dirimu agar Syaithon Tidak Mempermainkanmu!
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «الْمَرْأَةُ
عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ»
Dari Abdullah
bin Mas`ud, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Wanita
adalah aurot, maka jika ia keluar, syaithon akan memperindahnya.” (HR.
At-Tirmidzi)
22.
Hindarilah Pergi ke Tempat-tempat Hiburan yang Wanita-wanita Telanjang,
Meskipun Atas Permintaan Suamimu!
عَنْ جَابِرٍ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يَدْخُلِ الْحَمَّامَ بِغَيْرِ إِزَارٍ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُدْخِلْ حَلِيلَتَهُ الْحَمَّامَ. وَمَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يَجْلِسْ عَلَى مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا
بِالْخَمْرِ»
Dari Jabir,
bahwa Nabi ﷺ bersabda,
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia masuk hammam
(tempat mandi umum) tanpa izar (sarung atau kain yang menutupi di bawah pusar).
Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia
memasukkan istrinya ke hammam. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan hari Akhir, janganlah ia duduk di meja makan yang dihidangkan khomr
padanya.” (HR. At-Tirmidzi)
23.
Tundukkan Pandanganmu dari Apa yang Allah Haromkan Bagimu!
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «لَا يَنْظُرُ
الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ، وَلَا الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ،
وَلَا يُفْضِي الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ، وَلَا تُفْضِي الْمَرْأَةُ
إِلَى الْمَرْأَةِ فِي الثَّوْبِ الْوَاحِدِ»
Dari Abu
Sa`id Al-Khudri, bahwa Rosulullah ﷺ bersabda, “Janganlah seorang
laki-laki melihat aurot laki-laki lain, dan janganlah seorang wanita melihat
aurot wanita lain. Dan janganlah seorang laki-laki berkumpul dengan laki-laki
lain dalam satu selimut, dan janganlah seorang wanita berkumpul dengan wanita
lain dalam satu selimut.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
24.
Janganlah Rasa Malumu Menghalangimu dari Mempelajari Urusan Agama!
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: جَاءَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
ﷺ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ فَهَلْ
عَلَى الْمَرْأَةِ مِنْ غُسْلٍ إِذَا احْتَلَمَتْ؟ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «إِذَا رَأَتِ
الْمَاءَ». فَغَطَّتْ أُمُّ سَلَمَةَ (تَعْنِي
وَجْهَهَا) وَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوَتَحْتَلِمُ الْمَرْأَةُ؟ قَالَ: «نَعَمْ،
تَرِبَتْ يَمِينُكِ فَبِمَ يُشْبِهُهَا وَلَدُهَا؟!»
Dari Ummu
Salamah, ia berkata: Ummu Sulaim datang kepada Rosulullah ﷺ lalu
berkata, “Wahai Rosulullah, sesungguhnya Allah tidak malu dari kebenaran.
Apakah wajib mandi bagi wanita jika ia bermimpi basah?” Nabi ﷺ bersabda,
“Jika ia melihat air (mani).” Ummu Salamah menutup wajahnya dan berkata, “Wahai
Rosulullah, apakah wanita bermimpi basah?” Beliau bersabda, “Ya, semoga engkau
mendapat kebaikan! Anak itu mirip siapa jika bukan suaminya?!” (HR.
Al-Bukhori dan Muslim)
25.
Thoharoh adalah Masalah yang Paling Banyak Terkait dengan Kehidupanmu, Maka Tidak
Pantas Bagimu Mengabaikannya!
عَنْ أَسْمَاءَ قَالَتْ: جَاءَتِ امْرَأَةٌ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَتْ: أَرَأَيْتَ
إِحْدَانَا تَحِيضُ فِي الثَّوْبِ كَيْفَ تَصْنَعُ؟ قَالَ: «تَحُتُّهُ ثُمَّ تَقْرُصُهُ
بِالْمَاءِ وَتَنْضَحُهُ وَتُصَلِّي فِيهِ»
Dari Asma`,
ia berkata: Seorang wanita datang kepada Nabi ﷺ lalu bertanya, “Bagaimana pendapatmu
jika salah seorang dari kami mengalami haidh pada pakaiannya, apa yang harus
dia lakukan?” Beliau bersabda, “Dia mengeriknya, kemudian membasuhnya dengan air,
lalu memercikinya (membilasnya), dan boleh Sholat dengannya (langsung dalam
keadaan masih basah).” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
26.
Janganlah Engkau Mengeluh karena Haidh, Karena Itu adalah Ketetapan Allah atas
Wanita, Maka Ketahuilah Cara Benar Menyikapinya!
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: خَرَجْنَا لَا نَرَى إِلَّا الْحَجَّ فَلَمَّا كُنَّا
بِسَرِفَ حِضْتُ، فَدَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَأَنَا أَبْكِي، قَالَ: «مَا
لَكِ أَنْفِسْتِ؟». قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: «إِنَّ هَذَا أَمْرٌ كَتَبَهُ اللَّهُ
عَلَى بَنَاتِ آدَمَ، فَاقْضِي مَا يَقْضِي الْحَاجُّ غَيْرَ أَلَّا تَطُوفِي بِالْبَيْتِ».
قَالَتْ: وَضَحَّى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ عَنْ نِسَائِهِ بِالْبَقَرِ
Dari
Aisyah, ia berkata: Kami keluar (dari Madinah) untuk Haji. Ketika kami sampai
di Sarif, aku haidh. Rosulullah ﷺ masuk menemuiku, sedang aku
menangis. Beliau bersabda, “Ada apa denganmu? Apakah engkau haidh?” Aku
menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya ini adalah perkara yang telah
Allah tetapkan atas putri-putri Adam. Maka lakukanlah apa yang dilakukan oleh
jama`ah Haji, kecuali jangan thowaf di Baitullah.” Ia berkata: Rosulullah ﷺ menyembelih
sapi sebagai qurban untuk istri-istri beliau. (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
27.
Jangan Tinggalkan Sholatmu kecuali dengan Keyakinan yang Berdasarkan Dalil dari
Syar`i!
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: جَاءَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ أَبِي حُبَيْشٍ إِلَى النَّبِيِّ
ﷺ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي امْرَأَةٌ أُسْتَحَاضُ فَلَا أَطْهُرُ أَفَأَدَعُ
الصَّلَاةَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «لَا إِنَّمَا ذَلِكِ عِرْقٌ وَلَيْسَ بِحَيْضٍ،
فَإِذَا أَقْبَلَتْ حَيْضَتُكِ فَدَعِي الصَّلَاةَ، وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْسِلِي
عَنْكِ الدَّمَ ثُمَّ صَلِّي»
Dari
Aisyah, ia berkata: Fathimah binti Abi Hubaisy datang kepada Nabi ﷺ lalu
berkata, “Wahai Rosulullah, sesungguhnya aku mengalami istihadhoh (darah
penyakit) dan tidak pernah suci (berhenti). Apakah aku harus meninggalkan Sholat?”
Rosulullah ﷺ bersabda,
“Tidak, sesungguhnya itu adalah darah dari urat, bukan haidh. Jika darah haidhmu
datang, tinggalkanlah Sholat, dan jika darahnya berhenti, maka basuhlah darah
darimu kemudian Sholatlah.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
28.
Rincian Sifat Mandi Haidh dan Mandi Junub Menunjukkan Makna-makna Agung yang
Perlu Kau Renungkan!
عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ أَسْمَاءَ سَأَلَتِ النَّبِيَّ ﷺ عَنْ غُسْلِ الْمَحِيضِ
فَقَالَ: «تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ،
ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ
رَأْسِهَا، ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ، ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً
فَتَطَهَّرُ بِهَا». فَقَالَتْ أَسْمَاءُ: وَكَيْفَ تَطَهَّرُ بِهَا؟ فَقَالَ: «سُبْحَانَ
اللَّهِ تَطَهَّرِينَ بِهَا». فَقَالَتْ عَائِشَةُ: (كَأَنَّهَا تُخْفِي ذَلِكَ) تَتَّبِعِينَ
أَثَرَ الدَّمِ. وَسَأَلَتْهُ عَنْ غُسْلِ الْجَنَابَةِ، فَقَالَ: «تَأْخُذُ مَاءً
فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ أَوْ تُبْلِغُ الطُّهُورَ، ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى
رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا، ثُمَّ تُفِيضُ عَلَيْهَا
الْمَاءَ». فَقَالَتْ عَائِشَةُ: نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ
يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ
Dari
Aisyah: Bahwa Asma` bertanya kepada Nabi ﷺ tentang mandi haidh. Beliau bersabda,
“Salah seorang dari kalian mengambil airnya dan bidaranya, lalu bersuci dan
menyempurnakan bersucinya. Kemudian menuangkan air ke atas kepalanya dan
menggosoknya dengan kuat hingga mencapai akar rambutnya, kemudian menuangkan
air ke atasnya. Kemudian mengambil firshoh mumassakah (potongan kain
berparfum misik) lalu bersuci dengannya.” Asma` bertanya, “Bagaimana cara
bersuci dengannya?” Beliau bersabda, “Subhanallah, bersuci dengannya.” Aisyah
berkata: “(Seolah-olah ia menyembunyikan itu) Ikutilah bekas darahnya.” Dan
Asma` bertanya tentang mandi junub, maka beliau bersabda, “Mengambil air lalu
bersuci dan menyempurnakan bersucinya, atau menyempurnakan bersucinya. Kemudian
menuangkan air ke atas kepalanya lalu menggosoknya hingga mencapai akar
rambutnya, kemudian menyiramkan air ke seluruh tubuhnya.” Aisyah berkata: “Sebaik-baik
wanita adalah wanita-wanita Anshor, rasa malu tidak menghalangi mereka untuk
memahami agama.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
29.
Bedakan antara Keluarnya Darah Keruh (kudroh) dan Kekuningan (shufroh)
Sebelum dan Sesudah Suci dalam Hukum Kesucianmu!
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ وَكَانَتْ بَايَعَتِ النَّبِيَّ ﷺ قَالَتْ: «كُنَّا لَا
نَعُدُّ الْكُدْرَةَ وَالصُّفْرَةَ بَعْدَ الظُّهْرِ شَيْئًا»
Dari Ummu
Athiyah, ia telah berbai`at kepada Nabi ﷺ, ia
berkata: “Kami tidak menganggap kudroh (darah keruh) dan shufroh
(darah kekuningan) setelah suci sebagai sesuatu (yang menghalangi Sholat).” (HR.
Al-Bukhori dan Abu Dawud)
30.
Bahkan dalam Mandi Junub pun, Sifat Kewanitaanmu Telah Diperhatikan!
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي امْرَأَةٌ
أَشُدُّ ضَفْرَ رَأْسِي، فَأَنْقُضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ؟ قَالَ: «لَا، إِنَّمَا
يَكْفِيكِ أَنْ تَحْثِي عَلَى رَأْسِكِ ثَلَاثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ تُفِيضِينَ عَلَيْكِ
الْمَاءَ فَتَطْهُرِينَ»
Dari Ummu
Salamah, ia berkata: Aku bertanya, “Wahai Rosulullah, sesungguhnya aku adalah
wanita yang mengikat rambut kepalaku dengan kuat, apakah aku harus mengurai
ikatan itu untuk mandi junub?” Beliau bersabda, “Tidak, cukup bagimu menuangkan
air ke atas kepalamu tiga kali tuangan, kemudian engkau menyiramkan air ke
seluruh tubuhmu, maka engkau telah suci.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
31.
Engkau Berbeda dengan Laki-laki Sejak Kecil, Bagaimana Mungkin Engkau Disamakan
dengannya saat Dewasa?
عَنْ لُبَابَةَ بِنْتِ الْحَارِثِ قَالَتْ: كَانَ الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ
فِي حِجْرِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَبَالَ عَلَيْهِ، فَقُلْتُ: الْبَسْ ثَوْبًا وَأَعْطِنِي
إِزَارَكَ حَتَّى أَغْسِلَهُ. قَالَ: «إِنَّمَا يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْأُنْثَى،
وَيُنْضَحُ مِنْ بَوْلِ الذَّكَرِ»
Dari
Lubabah binti Al-Harits, ia berkata: Al-Husain bin Ali berada dalam pangkuan
Rosulullah ﷺ lalu ia
buang air kecil di atas beliau. Aku berkata, “Pakailah pakaian (lain) dan
berikan sarungmu kepadaku agar aku mencucinya.” Beliau bersabda, “Air kencing
perempuan dicuci, sementara air kencing laki-laki cukup dibasahi.” (HR. Abu
Dawud dan Ibnu Majah)
32.
Sholatmu di Rumah Lebih Utama daripada Sholatmu di Masjid!
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «صَلَاةُ الْمَرْأَةِ فِي
بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلَاتِهَا فِي حُجْرَتِهَا، وَصَلَاتُهَا فِي مَخْدَعِهَا
أَفْضَلُ مِنْ صَلَاتِهَا فِي بَيْتِهَا»
Dari Abdullah,
dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Sholat seorang wanita di rumah bagian
dalamnya — yakni ruang utama rumahnya — lebih utama dibandingkan Sholatnya di
kamar depan (atau ruang terbuka dalam rumahnya). Dan Sholatnya di kamar
pribadinya (yang paling tersembunyi) — yaitu tempat tidurnya atau ruangan yang
lebih tertutup dari pandangan — lebih utama lagi daripada Sholatnya di seluruh
rumahnya.” (HR. Abu Dawud)
Syarah: Semakin tertutup dan tersembunyi
tempat Sholat wanita, semakin besar keutamaannya. Hal ini karena menjaga aurot,
rasa malu, dan mencegah fitnah. Meskipun Sholat berjamaah di Masjid diperbolehkan
bagi wanita, yang paling afdhol tetap di tempat yang paling tertutup di
rumahnya, kecuali ada hajat syar’i lain.
33.
Jauhilah Kaum Pria Meskipun Engkau Berada di Shof Sholat!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «خَيْرُ صُفُوفِ
الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا، وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا
وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا»
Dari Abu Huroiroh,
ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Sebaik-baik shof laki-laki adalah
yang paling depan, dan seburuk-buruknya adalah yang paling belakang. Dan
sebaik-baik shof wanita adalah yang paling belakang, dan seburuk-buruknya
adalah yang paling depan.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
34.
Ketika Engkau Berkumpul dengan Pria dalam Ibadah, Jangan Sampai Suaramu
Terdengar Meskipun dengan Berdzikir kepada Allah!
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «التَّسْبِيحُ لِلرِّجَالِ
وَالتَّصْفِيقُ لِلنِّسَاءِ»
Dari Sahal
bin Sa`ad, ia berkata: Nabi ﷺ bersabda, “Tasbih untuk laki-laki, dan tepuk
tangan untuk wanita.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
35.
Salah Satu Bentuk Menghargai Suamimu adalah Meminta Izin Kepadanya dalam
Urusanmu Sebelum Melakukannya!
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «إِذَا اسْتَأْذَنَكُمْ نِسَاؤُكُمْ
بِاللَّيْلِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَأْذَنُوا لَهُنَّ»
Dari Ibnu
Umar, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Jika
istri-istri kalian meminta izin kepada kalian untuk pergi ke Masjid pada malam hari,
maka izinkanlah mereka.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
36.
Jangan Sampai Engkau Kehilangan Kesempatan Menghadiri Sholat Id bersama Kaum
Muslimin!
عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ: كُنَّا نَمْنَعُ عَوَاتِقَنَا أَنْ يَخْرُجْنَ فِي الْعِيدَيْنِ،
فَقَدِمَتِ امْرَأَةٌ فَنَزَلَتْ قَصْرَ بَنِي خَلَفٍ، فَحَدَّثَتْ عَنْ أُخْتِهَا
وَكَانَ زَوْجُ أُخْتِهَا غَزَا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ ثِنْتَيْ عَشَرَةَ غَزْوَةً وَكَانَتْ
أُخْتِي مَعَهُ فِي سِتٍّ قَالَتْ: كُنَّا نُدَاوِي الْكَلْمَى وَنَقُومُ عَلَى الْمَرْضَى،
فَسَأَلَتْ أُخْتِي النَّبِيَّ ﷺ: أَعَلَى إِحْدَانَا بَأْسٌ إِذَا لَمْ يَكُنْ لَهَا
جِلْبَابٌ أَلَّا تَخْرُجَ؟ قَالَ: «لِتُلْبِسْهَا صَاحِبَتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا
وَلْتَشْهَدِ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ». فَلَمَّا قَدِمَتْ أُمُّ عَطِيَّةَ
سَأَلْتُهَا: أَسَمِعْتِ النَّبِيَّ ﷺ؟ قَالَتْ: بِأَبِي نَعَمْ وَكَانَتْ لَا تَذْكُرُهُ
إِلَّا قَالَتْ: بِأَبِي سَمِعْتُهُ يَقُولُ: «يَخْرُجُ الْعَوَاتِقُ وَذَوَاتُ
الْخُدُورِ أَوِ الْعَوَاتِقُ ذَوَاتُ الْخُدُورِ وَالْحُيَّضُ وَلْيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ
وَدَعْوَةَ الْمُؤْمِنِينَ وَيَعْتَزِلُ الْحُيَّضُ الْمُصَلَّى». قَالَتْ حَفْصَةُ:
فَقُلْتُ الْحُيَّضُ؟ فَقَالَتْ: أَلَيْسَ تَشْهَدُ عَرَفَةَ وَكَذَا وَكَذَا
Dari
Hafshoh, ia berkata: Dahulu kami biasa melarang para gadis (yang telah baligh)
untuk keluar menghadiri Sholat ‘Ied. Lalu datanglah seorang wanita dan tinggal
di benteng Bani Kholaf. Ia menceritakan dari saudarinya, bahwa suami saudarinya
itu telah ikut berjihad bersama Nabi ﷺ
dalam dua belas peperangan, dan saudarinya itu juga ikut dalam enam peperangan
bersama beliau. Wanita itu berkata: “Kami biasa merawat orang yang terluka dan
mengurusi orang yang sakit.” Lalu saudariku bertanya kepada Nabi ﷺ: “Wahai Rosulullah, bolehkah di antara kami tidak keluar (untuk
menghadiri Sholat ‘Ied) hanya karena tidak memiliki jilbab (pakaian luar untuk
menutup aurot)?” Beliau menjawab: “Hendaknya temannya meminjamkan jilbab
kepadanya, dan hendaklah ia menghadiri kebaikan dan doa kaum Muslimin.” Ketika
Ummu ‘Athiyyah datang (sebagai perowi yang lain), aku (Hafshoh) bertanya
kepadanya: “Apakah engkau benar-benar mendengar Nabi ﷺ
bersabda demikian?” Ummu ‘Athiyyah menjawab: “Bapakku menjadi tebusannya, iya!”
Ia melanjutkan: “Aku mendengar beliau bersabda: ‘Hendaklah para gadis, para
wanita pingitan, dan wanita haidh keluar (ke lapangan ‘Ied), (meskipun wanita
haid tidak ikut Sholat), namun mereka tetap menyaksikan kebaikan dan doa kaum
Mukminin.’” Hafshoh berkata: “Wanita haid juga (dianjurkan keluar)?” Ummu
‘Athiyyah menjawab: “Bukankah mereka juga menyaksikan Arofah dan ritual-ritual
Haji lainnya?” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
37.
Jagalah Zakat Hartamu dan Sucikanlah!
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: كُنْتُ أَلْبَسُ أَوْضَاحًا مِنْ ذَهَبٍ، فَقُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَكَنْزٌ هُوَ؟ فَقَالَ: «مَا بَلَغَ أَنْ تُؤَدَّى زَكَاتُهُ
فَزُكِّيَ فَلَيْسَ بِكَنْزٍ»
Dari Ummu
Salamah, ia berkata: Aku biasa memakai perhiasan emas, lalu aku bertanya, “Wahai
Rosulullah, apakah itu termasuk harta simpanan (kanz)?” Beliau bersabda,
“Apa yang telah mencapai nishob (batas minimal wajib Zakat) lalu
dizakatkan, maka itu bukanlah kanz.” (HR. Abu Dawud)
38.
Bersemangatlah dalam Bersedekah dengan Jiwa yang Dermawan!
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ قَالَ: كُنَّا يَوْمًا فِي
الْمَسْجِدِ جُلُوسًا وَنَفَرٌ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ فَأَرْسَلْنَا
رَجُلًا إِلَى عَائِشَةَ لِيَسْتَأْذِنَ فَدَخَلْنَا عَلَيْهَا، قَالَتْ: دَخَلَ عَلَيَّ
سَائِلٌ مَرَّةً وَعِنْدِي رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَأَمَرْتُ لَهُ بِشَيْءٍ، ثُمَّ دَعَوْتُ
بِهِ فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «أَمَا تُرِيدِينَ أَلَّا
يَدْخُلَ بَيْتَكِ شَيْءٌ وَلَا يَخْرُجَ إِلَّا بِعِلْمِكِ؟»، قُلْتُ: نَعَمْ.
قَالَ: «مَهْلًا يَا عَائِشَةُ، لَا تُحْصِي فَيُحْصِيَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكِ»
Dari Abu
Umamah bin Sahal bin Hunayf, ia berkata: Suatu hari kami duduk di Masjid
bersama beberapa orang dari kaum Muhajirin dan Anshor. Lalu kami mengutus
seorang laki-laki kepada Aisyah untuk meminta izin, lalu kami masuk menemuinya.
Aisyah berkata: “Seorang pengemis pernah datang kepadaku, sedang Rosulullah ﷺ berada
di sisiku. Lalu aku menyuruh (pembantuku) memberinya sesuatu, lalu aku
memanggil pembantuku itu dan aku melihat lagi barang yang hendak diberikan.”
Rosulullah ﷺ bersabda,
“Apakah kamu selalu mengecek agar tidak ada satu pun yang masuk atau keluar
dari rumahmu kecuali dengan sepengetahuanmu?” Aku menjawab, “Ya.” Beliau
bersabda, “Pelan-pelan wahai Aisyah, janganlah engkau menghitung-hitung
(sedekah), nanti Allah `Azza wa Jalla akan menghitung-hitung (rizki) atasmu.” (HR.
Abu Dawud dan An-Nasa`i)
39.
Bersedekahlah Meskipun dari Masakan Sendiri!
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِذَا أَنْفَقَتِ الْمَرْأَةُ
مِنْ طَعَامِ بَيْتِهَا غَيْرَ مُفْسِدَةٍ كَانَ لَهَا أَجْرُهَا بِمَا أَنْفَقَتْ
وَلِزَوْجِهَا أَجْرُهُ بِمَا كَسَبَ، وَلِلْخَازِنِ مِثْلُ ذَلِكَ، لَا يَنْقُصُ بَعْضُهُمْ
أَجْرَ بَعْضٍ شَيْئًا»
Dari
Aisyah, ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Apabila seorang wanita
membelanjakan (untuk sedekah atau memberi orang lain) dari makanan yang ada di
rumah suaminya, dengan tidak berbuat rusak (tanpa berlebihan), maka ia
mendapatkan pahala dari apa yang ia belanjakan, suaminya juga mendapatkan
pahala dari usaha yang dia lakukan (untuk mendapatkan harta itu). Bahkan orang
yang mengatur atau menjaga harta itu (misalnya pembantu, pelayan, atau pengurus
rumah tangga) juga mendapatkan pahala yang sama. Masing-masing
mereka tidak mengurangi
pahala yang lain sedikit pun.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
40.
Jalinlah Silaturohmi dengan Tetanggamu Melalui Hadiah dan Sedekah, Meskipun
Sedikit!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ
لَا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ»
Dari Abu Huroiroh,
dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Wahai para wanita Muslimah! Janganlah
sekali-kali seseorang meremehkan pemberiannya kepada tetangganya, meskipun itu
hanya berupa kaki kambing yang kecil dan tak berarti (bagian kuku bawah).” (HR.
Al-Bukhori dan Muslim)
41.
Jadikanlah Qodho` Hutang Puasamu di Romadhon Menyesuaikan Kondisimu di Rumah
Tangga!
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: لَقَدْ كَانَتْ إِحْدَانَا تُفْطِرُ فِي رَمَضَانَ
فَمَا تَقْدِرُ عَلَى أَنْ تَقْضِيَ حَتَّى يَدْخُلَ شَعْبَانُ، وَمَا كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ يَصُومُ فِي شَهْرٍ مَا يَصُومُ فِي شَعْبَانَ، كَانَ يَصُومُهُ كُلَّهُ
إِلَّا قَلِيلًا بَلْ كَانَ يَصُومُهُ كُلَّهُ
Dari
Aisyah, ia berkata: “Salah seorang dari kami dahulu tidak berpuasa di Romadhon
(karena haidh atau sakit) dan tidak mampu mengqodho`nya hingga masuk bulan
Sya`ban. Dan Rosulullah ﷺ tidak pernah berpuasa di bulan lain sebanyak beliau
berpuasa di bulan Sya`ban, beliau berpuasa hampir seluruhnya, bahkan beliau
berpuasa seluruhnya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
42.
Sediakanlah Waktu untuk Beri`tikaf di Romadhon!
عَنْ عَائِشَةَ: «أَنَّ النَّبِيَّ
ﷺ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ،
ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ»
Dari
Aisyah: “Bahwa Nabi ﷺ beri`tikaf pada sepuluh hari terakhir Romadhon
hingga Allah mewafatkan beliau. Kemudian istri-istri beliau beri`tikaf setelah beliau.”
(HR. Al-Bukhori dan Muslim)
43.
Lakukanlah Ibadah Sunnah untuk Memberatkan Timbangan Amalmu dan Menyempurnakan
Kekurangan Amalmu!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «لَا يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ
أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ، وَلَا تَأْذَنَ فِي بَيْتِهِ
إِلَّا بِإِذْنِهِ، وَمَا أَنْفَقَتْ مِنْ نَفَقَةٍ عَنْ غَيْرِ أَمْرِهِ فَإِنَّهُ
يُؤَدَّى إِلَيْهِ شَطْرُهُ»
Dari Abu Huroiroh,
bahwa Rosulullah ﷺ bersabda, “Tidak halal bagi seorang wanita
untuk berpuasa (sunnah) sedang suaminya berada di rumah kecuali dengan izinnya,
dan tidak boleh mengizinkan (seseorang masuk) ke rumahnya kecuali dengan
izinnya. Dan apa pun nafkah yang ia belanjakan tanpa perintah suaminya, maka pahala
setengahnya akan dikembalikan kepada suaminya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
44.
Bersemangatlah dalam Melakukan Qurbah (Amalan Pendekatan Diri) Terbaik kepada
Allah, Karena Usiamu Singkat!
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ
نَرَى الْجِهَادَ أَفْضَلَ الْعَمَلِ أَفَلَا نُجَاهِدُ؟ قَالَ: «لَا، لَكِنَّ أَفْضَلَ
الْجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ»
Dari
Aisyah, Ummul Mukminin, bahwa ia berkata: “Wahai Rosulullah, kami melihat Jihad
adalah amal yang paling utama, apakah tidakkah kami ikut berjihad?” Beliau
bersabda, “Tidak, tetapi Jihad yang paling utama (bagi wanita) adalah Haji mabrur.”
(HR. Al-Bukhori dan An-Nasa`i)
45.
Ketika Berihrom, Dikatakan Kepadamu: “Jangan Memakai Niqob (Cadar)!” Tidak
Dikatakan Kepadamu: “Bukalah Wajahmu untuk Pria Asing!”
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
مَاذَا تَأْمُرُنَا أَنْ نَلْبَسَ مِنَ الثِّيَابِ فِي الْإِحْرَامِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ
ﷺ: «لَا تَلْبَسُوا الْقَمِيصَ، وَلَا السَّرَاوِيلَاتِ، وَلَا الْعَمَائِمَ، وَلَا
الْبَرَانِسَ، إِلَّا أَنْ يَكُونَ أَحَدٌ لَيْسَتْ لَهُ نَعْلَانِ فَلْيَلْبَسِ الْخُفَّيْنِ
وَلْيَقْطَعْ أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ، وَلَا تَلْبَسُوا شَيْئًا مَسَّهُ زَعْفَرَانٌ
وَلَا الْوَرْسُ، وَلَا تَنْتَقِبِ الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ وَلَا تَلْبَسِ الْقُفَّازَيْنِ»
Dari Abdullah
bin Umar, ia berkata: Seorang pria berdiri lalu bertanya, “Wahai Rosulullah, pakaian
apa yang engkau perintahkan kepada kami untuk dipakai saat ihrom?” Nabi ﷺ bersabda,
“Janganlah kalian memakai baju gamis, dan jangan memakai celana panjang (sarowil),
dan jangan memakai sorban, dan jangan pula memakai burnus (penutup kepala yang
menyatu dengan jubah). (Jangan pula memakai khuf), kecuali jika seseorang tidak
memiliki dua sandal, maka boleh baginya memakai sepatu (khuf), dan
hendaklah ia memotong bagian atasnya agar tidak menutupi mata kaki. Dan jangan
kalian memakai sesuatu yang disentuh oleh wewangian seperti za’faron dan
wars (pewarna dan pewangi alami). Dan wanita yang sedang dalam keadaan
ihram tidak boleh mengenakan niqob (penutup wajah), serta tidak boleh
mengenakan sarung tangan.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
46.
Mempelajari Fiqih Ibadah Sebelum Melakukannya Akan Menambah Pahalmu!
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ عَلَى ضُبَاعَةَ بِنْتِ الزُّبَيْرِ
فَقَالَ لَهَا: «لَعَلَّكِ أَرَدْتِ الْحَجَّ؟» قَالَتْ: وَاللَّهِ لَا أَجِدُنِي
إِلَّا وَجِعَةً. فَقَالَ لَهَا: «حُجِّي وَاشْتَرِطِي وَقُولِي: اللَّهُمَّ مَحِلِّي
حَيْثُ حَبَسْتَنِي». وَكَانَتْ تَحْتَ الْمِقْدَادِ بْنِ الْأَسْوَدِ
Dari
Aisyah, ia berkata: Rosulullah ﷺ masuk menemui Dhuba`ah binti
Az-Zubayr, lalu beliau bersabda kepadanya, “Mungkin engkau ingin berhaji?” Ia
menjawab, “Demi Allah, aku merasa sakit.” Beliau bersabda kepadanya, “Berhajilah
dan buatlah syarat, katakanlah: `Ya Allah, tempat tahallulku adalah di tempat
Engkau menahanku.`” Dan ia adalah istri Al-Miqdad bin Al-Aswad. (HR.
Al-Bukhori dan Muslim)
47.
Di Makkah, Hendaklah Fokus Utamamu adalah Thowaf di Baitullah, Bukan
Berkeliling di Pasar!
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: «أُمِرَ
النَّاسُ أَنْ يَكُونَ آخِرُ عَهْدِهِمْ بِالْبَيْتِ، إِلَّا أَنَّهُ خُفِّفَ عَنِ
الْمَرْأَةِ الْحَائِضِ»
Dari Ibnu
Abbas, ia berkata: “Orang-orang diperintahkan agar akhir kunjungan mereka
adalah di Baitullah, kecuali bagi wanita haidh, diberi keringanan.” (HR.
Al-Bukhori dan Muslim)
48.
Jangan Bercampur Baur dengan Pria Meskipun Engkau Sedang Thowaf di Baitul Harom!
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: شَكَوْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَنِّي أَشْتَكِي.
قَالَ: «طُوفِي مِنْ وَرَاءِ النَّاسِ وَأَنْتِ رَاكِبَةٌ». فَطُفْتُ وَرَسُولُ
اللَّهِ ﷺ يُصَلِّي إِلَى جَنْبِ الْبَيْتِ يَقْرَأُ بِـ ﴿وَالطُّورِ وَكِتَابٍ مَسْطُورٍ﴾
Dari Ummu
Salamah, ia berkata: Aku mengeluh kepada Rosulullah ﷺ bahwa aku sakit. Beliau bersabda, “Thowaflah
di belakang orang-orang dalam keadaan engkau menunggangi.” Maka aku thowaf
sedangkan Rosulullah ﷺ sedang Sholat di samping Baitullah membaca suroh
Ath-Thur.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
49.
Beramal dengan Rukhsah (Keringanan) pada Tempatnya, dan Mengambil `Azimah
(Ketentuan Asal) pada Tempatnya adalah Bukti Tingkat Keimananmu!
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: «نَزَلْنَا
الْمُزْدَلِفَةَ فَاسْتَأْذَنَتِ النَّبِيَّ ﷺ سَوْدَةُ أَنْ تَدْفَعَ قَبْلَ حَطْمَةِ
النَّاسِ، وَكَانَتِ امْرَأَةً بَطِيئَةً، فَأَذِنَ لَهَا فَدَفَعَتْ قَبْلَ حَطْمَةِ
النَّاسِ، وَأَقَمْنَا حَتَّى أَصْبَحْنَا نَحْنُ ثُمَّ دَفَعْنَا بِدَفْعِهِ، فَلَأَنْ
أَكُونَ اسْتَأْذَنْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ كَمَا اسْتَأْذَنَتْ سَوْدَةُ أَحَبُّ إِلَيَّ
مِنْ مَفْرُوحٍ بِهِ»
Dari
Aisyah, ia berkata: “Kami singgah di Muzdalifah. Lalu Saudah meminta izin
kepada Nabi ﷺ untuk
berangkat lebih awal sebelum keramaian orang. Saudah adalah seorang wanita yang
lambat. Maka beliau mengizinkannya, lalu ia berangkat sebelum keramaian orang.
Kami tetap tinggal hingga pagi hari, kemudian kami berangkat bersama
keberangkatan beliau. Sungguh, aku lebih suka meminta izin kepada Rosulullah ﷺ sebagaimana
Saudah meminta izin daripada mendapatkan kesenangan bersama beliau ﷺ.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
50.
Jangan Bepergian Tanpa Mahrom, Meskipun ke Baitul Harom!
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «لَا تُسَافِرِ الْمَرْأَةُ
إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ، وَلَا يَدْخُلْ عَلَيْهَا رَجُلٌ إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ».
فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَخْرُجَ فِي جَيْشِ كَذَا
وَكَذَا، وَامْرَأَتِي تُرِيدُ الْحَجَّ. فَقَالَ: «اخْرُجْ مَعَهَا»
Dari Ibnu
Abbas, ia berkata: Nabi ﷺ bersabda, “Janganlah seorang wanita bepergian
kecuali bersama mahromnya. Dan janganlah seorang pria masuk menemuinya kecuali
ada mahrom bersamanya.” Seorang pria bertanya, “Wahai Rosulullah, sesungguhnya
aku ingin pergi berperang dalam pasukan ini dan itu, dan istriku ingin berhaji.”
Beliau bersabda, “Pergilah Haji bersamanya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
51.
Syari’at Islam Memperhatikan Setiap Kekhususan dan Kebutuhanmu, Maka Janganlah
Engkau Mencari yang Lain!
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: «كُنَّا نَخْرُجُ
مَعَ النَّبِيِّ ﷺ إِلَى مَكَّةَ فَنُضَمِّدُ جِبَاهَنَا بِالسُّكِّ الْمُطَيَّبِ عِنْدَ
الْإِحْرَامِ، فَإِذَا عَرِقَتْ إِحْدَانَا سَالَ عَلَى وَجْهِهَا، فَيَرَاهُ النَّبِيُّ
ﷺ فَلَا يَنْهَاهَا»
Dari
Aisyah, ia berkata: “Kami keluar bersama Nabi ﷺ ke Makkah, lalu kami mengolesi dahi
kami dengan sukk (parfum) yang harum saat ihrom. Jika salah seorang dari
kami berkeringat, maka parfum itu mengalir ke wajahnya. Nabi ﷺ melihatnya
dan tidak melarangnya.” (HR. Abu Dawud)
52.
Jangan Tertipu dengan Klaim Kesetaraan Antara Dirimu dan Pria, Karena Itu
adalah Klaim dari Orang-orang yang Sesat!
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «لَيْسَ عَلَى النِّسَاءِ
حَلْقٌ إِنَّمَا عَلَى النِّسَاءِ التَّقْصِيرُ»
Dari Ibnu
Abbas, ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Tidak ada kewajiban bagi wanita
mencukur gundul rambutnya, bagi wanita hanyalah memendekkan (dalam tahallul).”
(HR. Abu Dawud)
53.
Keuniversalan Hukum Islam Terwujud dalam Perhatiannya terhadap Perubahan
Keadaanmu dalam Satu Masalah!
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ عُمَيْسٍ أَنَّهَا وَلَدَتْ مُحَمَّدَ بْنَ أَبِي بَكْرٍ
الصِّدِّيقِ بِالْبَيْدَاءِ، فَذَكَرَ أَبُو بَكْرٍ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ:
«مُرْهَا فَلْتَغْتَسِلْ ثُمَّ لِتُهِلَّ»
Dari Asma`
binti `Umais, bahwa ia melahirkan Muhammad bin Abi Bakr Ash-Shiddiq di Bayda`. Abu
Bakr menyebutkan hal itu kepada Rosulullah ﷺ lalu beliau bersabda, “Perintahkan
dia untuk mandi, kemudian berihlal (niat ihrom).” (HR. An-Nasa`i)
54.
Betapapun Engkau Memperbaiki Kecantikan Lahirmu, Itu Tidak Akan Bermanfaat
Bagimu Kecuali Kebaikan Batinmu, dan Itu yang Engkau Butuhkan pada Hari-hari
Terpentingmu!
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: تُوُفِّيَتْ إِحْدَى بَنَاتِ النَّبِيِّ ﷺ فَأَتَانَا
النَّبِيُّ ﷺ فَقَالَ: «اغْسِلْنَهَا بِالسِّدْرِ وِتْرًا، ثَلَاثًا أَوْ خَمْسًا
أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ إِنْ رَأَيْتُنَّ ذَلِكَ، وَاجْعَلْنَ فِي الْآخِرَةِ كَافُورًا
أَوْ شَيْئًا مِنْ كَافُورٍ، فَإِذَا فَرَغْتُنَّ فَآذِنَّنِي». فَلَمَّا فَرَغْنَا
آذَنَّاهُ فَأَلْقَى إِلَيْنَا حِقْوَهُ فَضَفَرْنَا شَعَرَهَا ثَلَاثَةَ قُرُونٍ وَأَلْقَيْنَاهَا
خَلْفَهَا
Dari Ummu
Athiyah, ia berkata: Salah satu putri Nabi ﷺ wafat. Lalu Nabi ﷺ mendatangi
kami dan bersabda, “Mandikanlah ia dengan bidara ganjil, tiga kali atau lima
kali atau lebih dari itu jika kalian menganggapnya perlu. Dan jadikanlah pada
yang terakhir kapur barus atau sedikit dari kapur barus. Jika kalian telah
selesai, beritahukanlah aku.” Ketika kami selesai, kami memberitahukan beliau.
Lalu beliau memberikan kepada kami hiqwa (kain untuk menutupi seluruh
badan) dan kami mengepang rambutnya menjadi tiga kepang dan kami meletakkannya
di belakangnya. (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
55.
Tingkat Keimananmu dan Keteguhanmu pada Batasan Allah Tidak Akan Terpengaruh
oleh Keadaan Bahagia dan Sedihmu!
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: قَالَ لِي النَّبِيُّ ﷺ: «لَا يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ
تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ تُحِدَّ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى
زَوْجٍ، فَإِنَّهَا لَا تَكْتَحِلُ وَلَا تَلْبَسُ ثَوْبًا مَصْبُوغًا إِلَّا ثَوْبَ
عَصْبٍ»
Dari Ummu
Athiyah, ia berkata: Nabi ﷺ bersabda kepadaku, “Tidak halal bagi seorang
wanita yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk ber-ihdad
(berkabung, yaitu masa menunjukkan kesedihan dan meninggalkan penampilan yang
menarik) lebih dari tiga hari, kecuali karena suaminya (4 bulan 10 hari), (maka
ia wajib ber-ihdad selama masa 'iddah). Dalam masa itu, ia tidak
boleh bercelak, tidak pula memakai pakaian yang berwarna atau dicelup, kecuali
pakaian ‘ashbi (jenis kain bergaris dari Yaman yang tidak dianggap
sebagai pakaian berhias).” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
56.
Penanganan Musibah yang Baik Akan Menjauhkanmu dari Perbuatan Jahiliyah!
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ
الْخُدُودَ، وَشَقَّ الْجُيُوبَ، وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ»
Dari Abdullah,
ia berkata: Nabi ﷺ bersabda, “Bukan dari golongan kami orang yang (saat
tertimpa musibah) menampar pipi, merobek baju, dan menyeru dengan seruan
jahiliyah.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
57.
Hukuman yang Berat untuk Maksiat Wanita, Bahayanya Tidak Hanya Merusak
Agamanya, Tapi Juga Orang Lain!
عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيَّ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: «أَرْبَعٌ
فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ: الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ،
وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالِاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ، وَالنِّيَاحَةُ».
وَقَالَ: «النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ»
Dari Abu
Malik Al-Asy`ari, bahwa Nabi ﷺ bersabda, “Ada empat perkara dari kebiasaan
Jahiliyah yang masih ada pada umatku dan mereka belum meninggalkannya:
membanggakan diri dengan keturunan, mencela nasab (garis keturunan) orang lain,
meminta hujan dengan perantaraan bintang-bintang, dan meratapi mayit.” Kemudian
beliau ﷺ bersabda: “Perempuan yang meratapi mayit, jika tidak bertaubat
sebelum wafatnya, maka ia akan ditegakkan pada Hari Kiamat dalam keadaan
memakai baju luar dari cairan tembaga panas (qothiron) dan baju besi
yang menyebabkan penyakit gatal (jarob).” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
58.
Banyaknya Larangan Agama bagi Wanita Menunjukkan Sifat Dirinya, Yaitu Rentan
Tergelincir kecuali Jika Berpegang Teguh kepada Allah!
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ ﷺ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ:
«الْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا لَا تَلْبَسُ الْمُعَصْفَرَ مِنَ الثِّيَابِ،
وَلَا الْمُمَشَّقَةَ، وَلَا الْحُلِيَّ، وَلَا تَخْتَضِبُ، وَلَا تَكْتَحِلُ»
Dari Ummu
Salamah, istri Nabi ﷺ , dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Wanita yang suaminya wafat, (selama masa
berkabung dan iddah) tidak boleh memakai pakaian yang berwarna mu‘ashfar
(dicelup dengan warna merah kekuningan), tidak pula pakaian mumasy-syaqoh
(yang dicelup dengan warna merah lainnya), tidak memakai perhiasan, tidak
berhias dengan pacar, dan tidak bercelak.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa`i)
59.
Hendaklah Engkau Menyibukkan Diri dengan Apa yang Memperbaiki Hatimu dan
Amalmu, Bukan dengan Apa yang Menyibukkan Hatimu dari Amalmu!
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: «لَعَنَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ زَائِرَاتِ الْقُبُورِ وَالْمُتَّخِذِينَ عَلَيْهَا الْمَسَاجِدَ
وَالسُّرُجَ»
Dari Ibnu
Abbas, ia berkata: “Rosulullah ﷺ melaknat wanita-wanita peziarah
kubur, dan orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai Masjid dan tempat
penerangan.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
60.
Jika Kamu Semakin Yakin Bahwa Apa yang Allah Tetapkan Pasti akan Menjadi
Milikmu, Maka Hatimu akan Tenang, Jiwamu Damai, dan Wajahmu Pun Berseri!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «لَا يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ
تَسْأَلُ طَلَاقَ أُخْتِهَا لِتَسْتَفْرِغَ صَحْفَتَهَا فَإِنَّمَا لَهَا مَا قُدِّرَ
لَهَا»
Dari Abu Huroiroh,
dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Tidak halal bagi seorang wanita meminta
(kepada suaminya) agar menceraikan saudarinya (yakni madunya), supaya dia bisa mengosongkan
piringnya (yakni mengambil semua bagian suami untuk dirinya sendiri). Karena
sesungguhnya, apa yang akan ia dapatkan hanyalah apa yang telah ditetapkan Allah
untuknya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
61.
Persetujuan atas Suami adalah Hak yang Dijamin Islam Bagimu!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: «لَا تُنْكَحُ الْأَيِّمُ
حَتَّى تُسْتَأْمَرَ، وَلَا تُنْكَحُ الْبِكْرُ حَتَّى تُسْتَأْذَنَ». قَالُوا:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ إِذْنُهَا؟ قَالَ: «أَنْ تَسْكُتَ»
Dari Abu Huroiroh,
bahwa Nabi ﷺ bersabda,
“Janda tidak boleh dinikahkan hingga dimintai pendapatnya (dengan bicara), dan
gadis tidak boleh dinikahkan hingga dimintai izinnya.” Mereka bertanya, “Wahai
Rosulullah, bagaimana izinnya?” Beliau bersabda, “Yaitu dia diam.” (HR.
Al-Bukhori dan Muslim)
62.
Bersemangatlah untuk Menjadi Lebih Berharga daripada Emas dan Perak!
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ ﴿وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ
وَالْفِضَّةَ﴾ [التوبة: ٣٤] قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ
فَقَالَ بَعْضُ أَصْحَابِهِ: أُنْزِلَ فِي الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ مَا أُنْزِلَ، لَوْ
عَلِمْنَا أَيُّ الْمَالِ خَيْرٌ فَنَتَّخِذَهُ؟ فَقَالَ: «أَفْضَلُهُ لِسَانٌ ذَاكِرٌ،
وَقَلْبٌ شَاكِرٌ، وَزَوْجَةٌ مُؤْمِنَةٌ تُعِينُهُ عَلَى إِيمَانِهِ»
Dari
Tsauban, ia berkata: Ketika turun ayat “Dan orang-orang yang menimbun emas dan
perak, namun tidak menafkahkannya (Zakatnya) di jalan Allah, maka sampaikanlah
kabar kepada mereka berupa adzab yang pedih,” kami bersama Nabi ﷺ dalam
sebagian perjalanan beliau. Lalu sebagian Shohabat beliau berkata, “Telah turun
tentang emas dan perak apa yang telah turun (tentang ancaman bagi yang
menimbunnya). Seandainya kami mengetahui harta mana yang terbaik, maka kami
akan mengambilnya (yakni harta apa yang boleh disimpan tanpa terkena ancaman)?”
Beliau bersabda, “Harta yang terbaik adalah lisan yang berdzikir, hati yang
bersyukur, dan istri beriman yang membantunya dalam keimanannya.” (HR.
At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
63.
Jika pada Suamimu Terkumpul Agama dan Akhlak, Maka Engkau Telah Mengungguli
Para Wanita!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ
مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ
فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ»
Dari Abu Huroiroh,
ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Jika seorang datang melamar kalian
yang agamanya dan akhlaknya kalian ridhoi, maka nikahkanlah ia. Jika tidak,
maka akan terjadi fitnah (kerusakan individu) di bumi dan kerusakan yang luas
(masyarakat).” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Syarah: Fitnah (فِتْنَة): Secara bahasa: Cobaan, ujian, atau godaan yang bisa
menjerumuskan seseorang ke dalam dosa. Secara istilah (dalam konteks hadits): Fitnah
adalah dampak buruk pribadi atau sosial yang muncul akibat penolakan terhadap
laki-laki sholih, seperti: Tertundanya pernikahan karena syarat duniawi, wanita
tidak menikah dan akhirnya jatuh ke dalam maksiat, laki-laki sholih putus
semangat atau tergelincir karena tidak diterima. Jadi fitnah lebih mengarah ke
efek per individu atau lingkup kecil dari penyimpangan.
Fasād
‘arīdh (فَسَادٌ عَرِيضٌ): Secara bahasa: Kerusakan yang meluas, menyebar ke berbagai
arah, dan menjangkiti banyak orang. Dalam konteks hadits: Fasād ‘arīdh
adalah dampak sosial dan sistemik akibat ditolaknya laki-laki sholih dalam
pernikahan, seperti: Rusaknya standar pernikahan (yang dilihat hanya harta,
status, ketampanan), lahirnya generasi dari pasangan yang jauh dari agama, terbentuknya
masyarakat materialis, terhambatnya penyebaran kebaikan dan dakwah karena orang
sholih tidak menikah. Jadi fasād adalah efek sosial dan lingkup luas —
masyarakat secara umum terdampak.
64.
Jadikan Keputusan Pernikahanmu sebagai Keputusan Keluarga yang Ditanggung Jawab
oleh Para Pria!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «لَا تُنْكِحُ الْمَرْأَةُ
الْمَرْأَةَ، وَلَا تُنْكِحُ الْمَرْأَةُ نَفْسَهَا»، قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: كُنَّا نَعُدُّ الَّتِي تُنْكِحُ
نَفْسَهَا هِيَ الزَّانِيَةَ
Dari Abu Huroiroh,
ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Wanita tidak boleh menikahkan wanita
lain, dan wanita tidak boleh menikahkan dirinya sendiri.” Abu Huroiroh berkata:
“Kami menganggap wanita yang menikahkan dirinya sendiri sebagai pezina.” (HR.
Ibnu Majah dan Al-Baihaqi)
65.
Jangan Sampai Kecintaan pada Hiburan dalam Pernikahan Menjerumuskanmu pada Hal
yang Diharomkan Allah, dan Jangan Berdalih Bahwa Itu Hanya Satu Malam dalam
Seumur Hidup!
عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّهَا زَفَّتِ امْرَأَةً إِلَى رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ،
فَقَالَ نَبِيُّ اللَّهِ ﷺ: «يَا عَائِشَةُ مَا كَانَ مَعَكُمْ لَهْوٌ، فَإِنَّ
الْأَنْصَارَ يُعْجِبُهُمُ اللَّهْوُ»
Dari Aisyah,
bahwa ia mengantar seorang wanita kepada suami barunya dari Anshor. Maka Nabi ﷺ bersabda,
“Wahai Aisyah, apakah tidak ada hiburan (yang mubah) bersama kalian?
Sesungguhnya kaum Anshor menyukai hiburan.” (HR. Al-Bukhori)
66.
Renungkanlah Ketinggian Hubungan Suami Istri, Bahwa Hubungan Intim antara
Pasangan Suami Istri Tidaklah Tabu, Namun Demikian Mereka Bersuci Setelahnya!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: «إِذَا قَعَدَ بَيْنَ شُعَبِهَا
الْأَرْبَعِ وَأَلْزَقَ الْخِتَانَ بِالْخِتَانِ فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ»
Dari Abu Huroiroh,
bahwa Nabi ﷺ bersabda,
“Jika seseorang sudah duduk di antara empat cabang tubuh wanita (dua kaki dan
dua tangan, yakni kemaluan) dan khitan (penis) bertemu dengan khitan (vagina),
maka wajib mandi.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
67.
Hati-Hatilah Membuat Hidup Suamimu Menjadi Berat, Karena Akibatnya Bisa Sangat
Buruk!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِذَا دَعَا الرَّجُلُ
امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا الْمَلَائِكَةُ
حَتَّى تُصْبِحَ»
Dari Abu Huroiroh,
ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Jika seorang suami memanggil
istrinya ke tempat tidurnya (untuk senggama) lalu ia menolak, kemudian suami itu
tidur dalam keadaan marah kepadanya, maka Malaikat akan melaknatnya hingga
pagi.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
68.
Berhati-hatilah agar Penduduk Langit Tidak Mendoakan Keburukan untukmu Karena
Perbuatan Burukmu!
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «لَا تُؤْذِي امْرَأَةٌ
زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ: لَا تُؤْذِيهِ
قَاتَلَكِ اللَّهُ فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكِ دَخِيلٌ يُوشِكُ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا»
Dari Mu`adz
bin Jabal, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Tidaklah
seorang wanita menyakiti suaminya di dunia kecuali istrinya dari bidadari Surga
akan berkata: ‘Janganlah engkau menyakitinya, semoga Allah membinasakanmu.
Sesungguhnya dia hanyalah tamu di sisimu, sebentar lagi dia akan berpisah
denganmu menuju kami.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
69.
Kebahagiaanmu Terkait dengan Sejauh Mana Engkau Mengenali Kedudukan Suamimu
Bagimu!
عَنْ قَيْسِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: أَتَيْتُ الْحِيرَةَ فَرَأَيْتُهُمْ يَسْجُدُونَ
لِمَرْزُبَانٍ لَهُمْ، فَقُلْتُ: رَسُولُ اللَّهِ أَحَقُّ أَنْ يُسْجَدَ لَهُ. قَالَ:
فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ فَقُلْتُ: إِنِّي أَتَيْتُ الْحِيرَةَ فَرَأَيْتُهُمْ يَسْجُدُونَ
لِمَرْزُبَانٍ لَهُمْ فَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَحَقُّ أَنْ نَسْجُدَ لَكَ. قَالَ:
«أَرَأَيْتَ لَوْ مَرَرْتَ بِقَبْرِي أَكُنْتَ تَسْجُدُ لَهُ؟». قَالَ: قُلْتُ:
لَا. قَالَ: «فَلَا تَفْعَلُوا، لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ
لَأَمَرْتُ النِّسَاءَ أَنْ يَسْجُدْنَ لِأَزْوَاجِهِنَّ لِمَا جَعَلَ اللَّهُ لَهُمْ
عَلَيْهِنَّ مِنَ الْحَقِّ»
Dari Qois
bin Sa`d, ia berkata: Aku pernah datang ke Hiroh (wilayah di Irak), lalu
aku melihat orang-orang bersujud kepada seorang Marzuban mereka (pejabat atau
pembesar). Maka aku pun berkata (dalam hati): “Rosulullah ﷺ lebih berhak untuk disujudkan daripada orang itu.” Lalu aku pun
datang kepada Nabi ﷺ dan berkata: “Sesungguhnya
aku telah pergi ke Hiroh dan aku melihat mereka bersujud kepada Marzuban
mereka, dan engkau –wahai Rosulullah– lebih berhak untuk kami sujudi.” Maka
beliau ﷺ bersabda: “Bagaimana pendapatmu seandainya engkau melewati
kuburku, apakah engkau akan bersujud padanya?” Aku berkata: “Tidak.” Maka
beliau ﷺ bersabda: “Janganlah kalian lakukan! Seandainya aku hendak
memerintahkan seseorang bersujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan
para wanita untuk bersujud kepada suami-suami mereka, karena besarnya hak yang
Allah jadikan bagi para suami atas mereka.” (HR. Abu Dawud)
70.
Jadilah Penolong bagi Suamimu dalam Ketaatan kepada Allah!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «رَحِمَ اللَّهُ
رَجُلًا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ
فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ، رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ
وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ!»
Dari Abu Huroiroh,
ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Semoga Allah merohmati seorang
laki-laki yang bangun di malam hari lalu Sholat dan membangunkan istrinya, jika
istrinya menolak, ia memercikkan air ke wajahnya. Semoga Allah merohmati
seorang wanita yang bangun di malam hari lalu Sholat dan membangunkan suaminya,
jika suaminya menolak, ia memercikkan air ke wajahnya!” (HR. Abu Dawud,
An-Nasa`i, dan Ibnu Majah)
71.
Perhatikan Perilakumu terhadap Suamimu, Karena Sebagiannya Dapat Menimbulkan
Bencana Bagimu!
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «لَا تُبَاشِرُ
الْمَرْأَةُ الْمَرْأَةَ فَتَنْعَتَهَا لِزَوْجِهَا كَأَنَّهُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا»
Dari Abdullah
bin Mas`ud, ia berkata: Nabi ﷺ bersabda, “Janganlah seorang wanita
menggambarkan wanita lain kepada suaminya seolah-olah suaminya melihat wanita
tersebut.” (HR. Al-Bukhori dan Abu Dawud)
72.
Jangan Menjadi Penolong Syaithon atas Dirimu dan Suamimu!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَلْعُونٌ مَنْ
أَتَى امْرَأَتَهُ فِي دُبُرِهَا»
Dari Abu Huroiroh,
ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Terlaknat orang yang mendatangi
istrinya di duburnya.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
73.
Allah Telah Menanamkan dalam Hati Pria Cinta Wanita, Maka Manfaatkanlah Itu
dengan Baik Sebelum Orang Lain!
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا
النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ»
Dari Anas,
ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Dijadikan sesuatu yang paling aku
cintai dari urusan dunia adalah wanita dan wewangian. Dan dijadikan penyejuk
mataku ada pada Sholat.” (HR. An-Nasa`i)
74.
Persaingan untuk Hati Suami Tidak Membenarkanmu Melakukan Hal yang Diharomkan!
عَنْ أَسْمَاءَ: أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ لِي ضَرَّةً،
فَهَلْ عَلَيَّ جُنَاحٌ إِنْ تَشَبَّعْتُ مِنْ زَوْجِي غَيْرَ الَّذِي يُعْطِينِي؟
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلَابِسِ ثَوْبَيْ
زُورٍ»
Dari Asma`:
Bahwa seorang wanita berkata, “Wahai Rosulullah, sesungguhnya aku memiliki
madu, apakah aku berdosa jika aku berpura-pura mendapatkan sesuatu dari suamiku
yang sebenarnya tidak ia berikan kepadaku?” Rosulullah ﷺ bersabda, “Orang yang berpura-pura
mendapatkan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya seperti orang yang memakai
dua pakaian kebohongan.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
75.
Allah Mungkin Menempatkan dalam Hidupmu Petunjuk yang Menunjukkan Tingkat
Akhlakmu, Maka Berhati-hatilah!
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ: أَنَّ عُوَيْمِرًا أَتَى عَاصِمَ بْنَ عَدِيٍّ، وَكَانَ
سَيِّدَ بَنِي عَجْلَانَ، فَقَالَ: كَيْفَ تَقُولُونَ فِي رَجُلٍ وَجَدَ مَعَ امْرَأَتِهِ
رَجُلًا، أَيَقْتُلُهُ فَتَقْتُلُونَهُ؟ أَمْ كَيْفَ يَصْنَعُ؟ سَلْ لِي رَسُولَ اللَّهِ
ﷺ عَنْ ذَلِكَ. فَأَتَى عَاصِمٌ النَّبِيَّ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَكَرِهَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الْمَسَائِلَ، فَسَأَلَهُ عُوَيْمِرٌ، فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ
ﷺ كَرِهَ الْمَسَائِلَ وَعَابَهَا. قَالَ عُوَيْمِرٌ: وَاللَّهِ لَا أَنْتَهِي حَتَّى
أَسْأَلَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ عَنْ ذَلِكَ. فَجَاءَ عُوَيْمِرٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، رَجُلٌ وَجَدَ مَعَ امْرَأَتِهِ رَجُلًا أَيَقْتُلُهُ فَتَقْتُلُونَهُ؟ أَمْ
كَيْفَ يَصْنَعُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «قَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ الْقُرْآنَ
فِيكَ وَفِي صَاحِبَتِكَ»، فَأَمَرَهُمَا
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بِالْمُلَاعَنَةِ بِمَا سَمَّى اللَّهُ فِي كِتَابِهِ، فَلَاعَنَهَا،
ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنْ حَبَسْتُهَا فَقَدْ ظَلَمْتُهَا، فَطَلَّقَهَا،
فَكَانَتْ سُنَّةٌ لِمَنْ كَانَ بَعْدَهُمَا فِي الْمُتَلَاعِنَيْنِ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ: «انْظُرُوا،
فَإِنْ جَاءَتْ بِهِ أَسْحَمَ أَدْعَجَ الْعَيْنَيْنِ عَظِيمَ الْأَلْيَتَيْنِ خَدَلَّجَ
السَّاقَيْنِ، فَلَا أَحْسَبُ عُوَيْمِرًا إِلَّا قَدْ صَدَقَ عَلَيْهَا، وَإِنْ جَاءَتْ
بِهِ أُحَيْمِرَ كَأَنَّهُ وَحَرَةٌ، فَلَا أَحْسَبُ عُوَيْمِرًا إِلَّا قَدْ كَذَبَ
عَلَيْهَا». فَجَاءَتْ
بِهِ عَلَى النَّعْتِ الَّذِي نَعَتَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مِنْ تَصْدِيقِ عُوَيْمِرٍ،
فَكَانَ بَعْدُ يُنْسَبُ إِلَى أُمِّهِ
Dari Sahal
bin Sa`ad: Bahwa ‘Uwaimir datang kepada ‘Ashim bin ‘Adi, dan saat itu ‘Ashim
adalah pemuka Bani ‘Ajlān. Lalu ‘Uwaimir berkata: “Apa pendapat kalian tentang
seorang laki-laki yang mendapati seorang lelaki lain bersama istrinya (yakni
berzina dengannya)? Apakah ia (boleh) membunuh laki-laki itu, lalu kalian akan
membunuh dia (karena qishosh)? Atau apa yang seharusnya ia lakukan? Tanyakanlah
hal itu kepada Rosulullah ﷺ untukku.” Maka ‘Ashim pun
mendatangi Nabi ﷺ dan menyampaikan pertanyaan
itu. Namun, Rosulullah ﷺ tidak menyukainya, karena
beliau membenci pertanyaan-pertanyaan yang mengada-ada (tanpa kejadian nyata). Lalu
‘Uwaimir pun datang langsung kepada Nabi ﷺ dan
berkata: “Wahai Rosulullah, ada seorang laki-laki yang menemukan laki-laki lain
bersama istrinya, apakah ia (boleh) membunuh lelaki itu, lalu kalian membunuh
dia (karena qishosh)? Atau apa yang seharusnya dia lakukan?” Maka Rosulullah ﷺ bersabda: “Sungguh, Allah telah menurunkan ayat Al-Qur’an
tentang dirimu dan istrimu.” Maka Rosulullah ﷺ
memerintahkan keduanya untuk melakukan mulā‘anah (saling melaknat),
sebagaimana yang telah Allah tetapkan dalam Kitab-Nya. Maka keduanya pun
melakukan li‘ān (saling melaknat), sesuai dengan tata cara dalam
Al-Qur’an. Setelah melakukan li‘ān, ‘Uwaimir berkata: “Wahai Rosulullah,
jika aku tetap mempertahankannya (tidak menceraikannya), maka sungguh aku telah
menzholiminya.” Maka ia pun menceraikannya saat itu juga. Maka hal itu menjadi
sunnah (ketetapan hukum) bagi semua pasangan yang melakukan li‘ān
sesudah mereka (yaitu: perceraian otomatis, tidak bisa kembali selamanya). Lalu
Rosulullah ﷺ bersabda: “Lihatlah nanti anak itu. Jika ia dilahirkan dengan
ciri: kulit gelap, bola mata besar, bokong besar, dan betis bengkok ke dalam,
maka aku menyangka ‘Uwaimir benar dalam tuduhannya. Namun jika ia lahir dengan
ciri: kulit kemerahan, seperti anak dari keluarga Wahrah (suku istrinya), maka
aku menyangka ‘Uwaimir telah berdusta atas istrinya.” Kemudian istri ‘Uwaimir
melahirkan anak dengan ciri-ciri persis seperti yang disifatkan Rosulullah ﷺ tentang anak yang membenarkan ‘Uwaimir. Maka setelah itu, anak
itu disandarkan nasabnya hanya kepada ibunya, (bukan kepada ‘Uwaimir karena
telah terjadi li‘ān). (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
76.
Sebelum Menuntut Hak-hakmu, Pastikan Engkau Telah Menunaikan Kewajibanmu!
عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْأَحْوَصِ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي أَنَّهُ
شَهِدَ حَجَّةَ الْوَدَاعِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ
وَذَكَّرَ وَوَعَظَ، فَذَكَرَ فِي الْحَدِيثِ قِصَّةً، فَقَالَ: «أَلَا وَاسْتَوْصُوا
بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّمَا هُنَّ عَوَانٍ عِنْدَكُمْ لَيْسَ تَمْلِكُونَ مِنْهُنَّ
شَيْئًا غَيْرَ ذَلِكَ، إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ، فَإِنْ فَعَلْنَ
فَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ، فَإِنْ
أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا، أَلَا إِنَّ لَكُمْ عَلَى نِسَائِكُمْ
حَقًّا، وَلِنِسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقًّا، فَأَمَّا حَقُّكُمْ عَلَى نِسَائِكُمْ:
فَلَا يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ مَنْ تَكْرَهُونَ، وَلَا يَأْذَنَّ فِي بُيُوتِكُمْ لِمَنْ
تَكْرَهُونَ، أَلَا وَحَقُّهُنَّ عَلَيْكُمْ أَنْ تُحْسِنُوا إِلَيْهِنَّ فِي كِسْوَتِهِنَّ
وَطَعَامِهِنَّ»
Dari
Sulaiman bin `Amr bin Al-Ahwash, ia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku bahwa
ia menyaksikan Haji Wada` bersama Rosulullah ﷺ.
Lalu beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya serta memberikan peringatan dan
nasihat. Beliau menyebutkan sebuah kisah dalam hadits, lalu bersabda, “Ingatlah,
berwasiatlah tentang wanita dengan kebaikan (yakni kaum lelaki saling berpesan
agar berbuat baik kepada wanita), karena sesungguhnya mereka adalah tawanan di
sisi kalian. Kalian tidak memiliki kendali atas diri mereka selain dari itu,
kecuali jika mereka melakukan fahisyah (perbuatan keji) yang jelas. Jika
mereka melakukannya, maka jauhilah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka
dengan pukulan yang tidak melukai. Jika mereka menaati kalian, maka janganlah
kalian mencari jalan untuk menyakiti mereka. Ingatlah, sesungguhnya kalian
memiliki hak atas istri-istri kalian, dan istri-istri kalian juga memiliki hak
atas kalian. Adapun hak kalian atas istri-istri kalian: Mereka tidak boleh
mengizinkan orang yang tidak kalian sukai masuk ke tempat tidur kalian, dan
tidak boleh mengizinkan orang yang tidak kalian sukai masuk ke rumah kalian.
Ingatlah, hak mereka atas kalian adalah kalian berbuat baik kepada mereka dalam
pakaian dan makanan mereka.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
77.
Tidak Semua Rumah Tangga Didasari Cinta, Bahkan Ada yang Didasari Kebohongan
yang Halal!
عَنْ أُمِّ كُلْثُومٍ بِنْتِ عُقْبَةَ قَالَتْ: مَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
ﷺ يُرَخِّصُ فِي شَيْءٍ مِنَ الْكَذِبِ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ، كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
ﷺ يَقُولُ: «لَا أَعُدُّهُ كَاذِبًا: الرَّجُلُ يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ يَقُولُ
الْقَوْلَ وَلَا يُرِيدُ بِهِ إِلَّا الْإِصْلَاحَ، وَالرَّجُلُ يَقُولُ فِي الْحَرْبِ،
وَالرَّجُلُ يُحَدِّثُ امْرَأَتَهُ وَالْمَرْأَةُ تُحَدِّثُ زَوْجَهَا»
Dari Ummu
Kultsum binti `Uqbah, ia berkata: Aku tidak pernah mendengar Rosulullah ﷺ memberi
keringanan dalam kebohongan sedikit pun kecuali dalam tiga hal. Rosulullah ﷺ bersabda,
“Aku tidak menganggapnya berdusta: [1] seorang laki-laki yang mendamaikan orang
lain, ia mengucapkan perkataan dan tidak bermaksud kecuali untuk mendamaikan; [2]
seorang laki-laki berkata dalam peperangan; [3] seorang laki-laki berbicara
dengan istrinya dan seorang wanita berbicara dengan suaminya.” (HR.
Al-Bukhori dan Muslim)
78.
Hendaklah Semangatmu terhadap Keimananmu Lebih Besar daripada Semangatmu
terhadap Suami!
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: «أَنَّ امْرَأَةَ ثَابِتِ بْنِ قَيْسٍ أَتَتِ النَّبِيَّ
ﷺ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ثَابِتُ بْنُ قَيْسٍ مَا أَعْتِبُ عَلَيْهِ فِي
خُلُقٍ وَلَا دِينٍ، وَلَكِنِّي أَكْرَهُ الْكُفْرَ فِي الْإِسْلَامِ». فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «أَتَرُدِّينَ عَلَيْهِ حَدِيقَتَهُ؟». قَالَتْ: نَعَمْ.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «اقْبَلِ الْحَدِيقَةَ وَطَلِّقْهَا تَطْلِيقَةً»
Dari Ibnu
Abbas: “Bahwa istri Tsabit bin Qois datang kepada Nabi ﷺ lalu berkata, “Wahai Rosulullah,
Tsabit bin Qois, aku tidak mencela akhlak dan agamanya, tetapi aku tidak
menyukai kekufuran dalam Islam.” Rosulullah ﷺ bersabda, “Apakah engkau akan
mengembalikan kebunnya (mahar) kepadanya?” Ia menjawab, “Ya.” Rosulullah ﷺ bersabda,
“(Wahai Tsabit), terimalah kebun itu dan ceraikanlah dia dengan satu cerai.” (HR.
Al-Bukhori dan An-Nasa`i)
79.
Sifat Mendesak Sudah Terukir dalam Dirimu, Maka Arahkan dengan Baik!
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ: أَرْسَلَتِ ابْنَةُ النَّبِيِّ ﷺ إِلَيْهِ: إِنَّ ابْنًا
لِي قُبِضَ فَأْتِنَا، فَأَرْسَلَ يُقْرِئُ السَّلَامَ وَيَقُولُ: «إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ
مَا أَعْطَى وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ». فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ تُقْسِمُ
عَلَيْهِ لَيَأْتِيَنَّهَا، فَقَامَ وَمَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ وَمُعَاذُ بْنُ
جَبَلٍ وَأُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ وَزَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ وَرِجَالٌ، فَرُفِعَ إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ ﷺ الصَّبِيُّ وَنَفْسُهُ تَتَقَعْقَعُ - قَالَ: حَسِبْتُهُ أَنَّهُ قَالَ كَأَنَّهَا
شَنٌّ - فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ. فَقَالَ سَعْدٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا هَذَا؟ فَقَالَ:
«هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ، وَإِنَّمَا يَرْحَمُ
اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ»
Dari Usamah
bin Zaid, ia berkata: Putri Nabi ﷺ mengutus (seseorang) kepada beliau: “Sesungguhnya
anakku sedang sekarat, maka datanglah kepada kami.” Lalu beliau mengutus
(salam) dan bersabda, “Sesungguhnya milik Allah apa yang Dia ambil dan
milik-Nya apa yang Dia berikan, dan segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ajal
yang telah ditentukan. Maka bersabarlah dan berharaplah pahala.” Lalu ia
mengutus lagi dan bersumpah agar beliau datang. Maka beliau berdiri, dan
bersamanya Sa`d bin `Ubadah, Mu`adz bin Jabal, Ubay bin Ka`b, Zaid bin Tsabit,
dan beberapa orang laki-laki. Lalu anak itu diangkat kepada Rosulullah ﷺ dan
jiwanya bergetar — Rowi berkata: Aku kira ia bersabda, seolah-olah seperti
bejana tua — lalu mata beliau berlinang air mata. Sa`d bertanya, “Wahai
Rosulullah, apa ini?” Beliau bersabda, “Ini adalah rohmat yang Allah jadikan
dalam hati hamba-hamba-Nya, dan sesungguhnya Allah hanya merohmati
hamba-hamba-Nya yang penyayang.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
80.
Allah Membebanimu Tanggung Jawab atas Setiap Orang di Dalam Rumah, Maka Jangan
Sia-siakan Mereka dengan Keluarmu dari Rumah!
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ
رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا، وَالْخَادِمُ رَاعٍ
فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ - قَالَ: وَحَسِبْتُ أَنْ قَدْ قَالَ: وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي مَالِ أَبِيهِ
وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ - وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ»
Dari Ibnu
Umar, ia berkata: Aku mendengar Rosulullah ﷺ bersabda, “Setiap kalian adalah
pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang
dipimpinnya. Seorang pemimpin (penguasa) adalah pemimpin atas rakyatnya, dan
dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang laki-laki adalah
pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas
mereka. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya, dan dia akan dimintai
pertanggungjawaban atas tanggungannya. Seorang pembantu adalah pemimpin atas
harta tuannya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas tanggungannya.” — (Ibnu
‘Umar berkata): Aku kira beliau ﷺ juga
bersabda: Seorang laki-laki adalah pemimpin atas harta ayahnya, dan dia akan
dimintai pertanggungjawaban atas tanggungannya— Dan setiap kalian adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR.
Al-Bukhori dan Muslim)
81.
Mintalah Bantuan dengan Dzikir untuk Menyelesaikan Tanggung Jawabmu!
عَنْ عَلِيٍّ: أَنَّ فَاطِمَةَ اشْتَكَتْ مَا تَلْقَى مِنَ الرَّحَى مِمَّا
تَطْحَنُ، فَبَلَغَهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ أُتِيَ بِسَبْيٍ، فَأَتَتْهُ تَسْأَلُهُ
خَادِمًا فَلَمْ تُوَافِقُهُ، فَذَكَرَتْ لِعَائِشَةَ، فَجَاءَ النَّبِيُّ ﷺ فَذَكَرَتْ
ذَلِكَ عَائِشَةُ لَهُ، فَأَتَانَا وَقَدْ دَخَلْنَا مَضَاجِعَنَا، فَذَهَبْنَا لِنَقُومَ،
فَقَالَ: «عَلَى مَكَانِكُمَا»، حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَ قَدَمَيْهِ عَلَى صَدْرِي،
فَقَالَ: «أَلَا أَدُلُّكُمَا عَلَى خَيْرٍ مِمَّا سَأَلْتُمَاهُ، إِذَا أَخَذْتُمَا
مَضَاجِعَكُمَا: فَكَبِّرَا اللَّهَ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ، وَاحْمَدَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ،
وَسَبِّحَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، فَإِنَّ ذَلِكَ خَيْرٌ لَكُمَا مِمَّا سَأَلْتُمَاهُ»
Dari Ali: Fathimah
pernah mengeluhkan apa yang ia rasakan akibat menggiling dengan tangan, dari
beratnya pekerjaan menggiling tepung. Maka sampailah kabar kepadanya bahwa
Rosulullah ﷺ telah kedatangan tawanan (budak hasil ghonimah). Maka ia pun
mendatangi beliau untuk meminta seorang pembantu, namun ia tidak bertemu dengan
beliau. Lalu ia menyampaikan keinginannya itu kepada ‘Aisyah. Kemudian Nabi ﷺ pun
datang dan ‘Aisyah menceritakan permintaan Fathimah kepada beliau. Lalu beliau ﷺ datang menemui kami saat kami telah berbaring di tempat tidur
kami. Kami pun hendak bangkit, tetapi beliau bersabda, “Tetaplah kalian di
tempat kalian!” Sampai aku (Ali) merasakan dinginnya kedua telapak kaki beliau
di dadaku. Beliau ﷺ bersabda: “Maukah kalian aku
tunjukkan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kalian minta? Jika kalian
telah berbaring di tempat tidur kalian, maka ucapkanlah takbir kepada Allah
sebanyak 34 kali, dan ucapkanlah tahmid (alhamdulillah) sebanyak 33
kali, dan tasbih (subhanallah) sebanyak 33 kali. Maka sungguh itu lebih
baik bagi kalian berdua daripada apa yang kalian minta.” (HR. Al-Bukhori dan
Muslim)
82.
Bersemangatlah untuk Berdzikir kepada Allah dengan Cara Rosulullah ﷺ dan Hati-hatilah dari Bid`ah!
عَنْ يُسَيْرَةَ وَكَانَتْ مِنَ الْمُهَاجِرَاتِ قَالَتْ: قَالَ لَنَا رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ: «عَلَيْكُنَّ بِالتَّسْبِيحِ وَالتَّهْلِيلِ وَالتَّقْدِيسِ، وَاعْقِدْنَ
بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ، وَلَا تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ
الرَّحْمَةَ»
Dari
Yusayroh, ia adalah seorang wanita Muhajirin, ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda
kepada kami, “Hendaknya kalian selalu membaca tasbih (Subhanallah), tahlil (Laa
ilaaha illallah), dan taqdis (mensucikan Allah, seperti Subhanal Malikil
Quddus). Dan hitunglah dengan ujung-ujung jari kalian, karena sesungguhnya
jari-jari itu akan dimintai pertanggungjawaban dan akan dijadikan bisa
berbicara (pada Hari Kiamat). Dan janganlah kalian lalai, hingga kalian
melupakan rahmat (Allah).” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
83.
Engkau tidak Akan Menemukan Ajaran Selain Islam yang Begitu Menjaga Hak-Hakmu,
Memperhatikan Setiap Perubahan Keadaanmu, dan Menetapkan Hukum yang Sesuai
Bagimu dalam Setiap Kondisi Itu!
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو: أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ ابْنِي هَذَا كَانَ
بَطْنِي لَهُ وِعَاءٌ، وَثَدْيِي لَهُ سِقَاءٌ، وَحِجْرِي لَهُ حِوَاءٌ، وَإِنَّ أَبَاهُ
طَلَّقَنِي وَأَرَادَ أَنْ يَنْتَزِعَهُ مِنِّي. فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
«أَنْتِ أَحَقُّ بِهِ مَا لَمْ تَنْكِحِي»
Dari `Amr
bin Syu`aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Abdullah bin `Amr: Bahwa seorang
wanita berkata, “Wahai Rosulullah, sesungguhnya anakku ini, perutku adalah
wadah baginya, payudaraku adalah minum baginya, dan pangkuanku adalah tempat
berlindung baginya. Dan ayahnya telah menceraikanku dan ingin mengambilnya
dariku.” Rosulullah ﷺ bersabda kepadanya, “Engkau lebih berhak
atasnya selama engkau belum menikah lagi.” (HR. Abu Dawud)
84.
Anak-anakmu Terdidik oleh Perbuatan Baikmu Sebelum Perkataanmu!
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَامِرٍ أَنَّهُ قَالَ: دَعَتْنِي أُمِّي يَوْمًا
وَرَسُولُ اللَّهِ ﷺ قَاعِدٌ فِي بَيْتِنَا، فَقَالَتْ: هَا تَعَالَ أُعْطِيكَ. فَقَالَ
لَهَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «وَمَا أَرَدْتِ أَنْ تُعْطِيهِ؟». قَالَتْ: أُعْطِيهِ
تَمْرًا. فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «أَمَا إِنَّكِ لَوْ لَمْ تُعْطِهِ شَيْئًا
كُتِبَتْ عَلَيْكِ كِذْبَةٌ»
Dari Abdullah
bin `Amir, bahwa ia berkata: Ibuku memanggilku suatu hari sedang Rosulullah ﷺ duduk
di rumah kami. Lalu ia berkata, “Kemarilah, aku akan memberimu.” Rosulullah ﷺ bertanya
kepadanya, “Apa yang ingin engkau berikan kepadanya?” Ia menjawab, “Aku akan
memberinya kurma.” Rosulullah ﷺ bersabda kepadanya, “Ketahuilah, jika engkau
tidak memberinya sesuatu, niscaya akan dicatat atasmu kebohongan.” (HR. Abu
Dawud)
85.
Keturunanmu adalah Sumber Pahala dan Kebaikan Bagimu, Baik Selama Hidup Maupun
Matinya!
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ،
إِنَّ السِّقْطَ لَيَجُرُّ أُمَّهُ بِسَرَرِهِ إِلَى الْجَنَّةِ إِذَا احْتَسَبَتْهُ»
Dari Mu`adz
bin Jabal, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Demi Dzat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya janin yang gugur akan menyeret
ibunya dengan tali pusarnya ke Surga jika ibunya mengikhlaskannya (mengharap
pahala dari Allah).” (HR. Ibnu Majah)
86.
Bersemangatlah Mendidik Putrimu untuk Berhias dan Mempercantik Diri Sejak
Kecil, Tetapi Batasilah dengan Batasan Syar`i!
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ: أَنَّ امْرَأَةً أَتَتْ
رَسُولَ اللَّهِ ﷺ وَمَعَهَا ابْنَةٌ لَهَا وَفِي يَدِ ابْنَتِهَا مَسَكَتَانِ غَلِيظَتَانِ
مِنْ ذَهَبٍ، فَقَالَ لَهَا: «أَتُعْطِينَ زَكَاةَ هَذَا؟». قَالَتْ: لَا. قَالَ:
«أَيَسُرُّكِ أَنْ يُسَوِّرَكِ اللَّهُ بِهِمَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ سِوَارَيْنِ
مِنْ نَارٍ؟». قَالَ: فَخَلَعَتْهُمَا فَأَلْقَتْهُمَا إِلَى النَّبِيِّ ﷺ وَقَالَتْ:
هُمَا لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ
Dari `Amr
bin Syu`aib, dari ayahnya, dari kakeknya: Bahwa seorang wanita datang kepada
Rosulullah ﷺ bersama
putrinya, dan di tangan putrinya ada dua gelang emas yang tebal. Beliau
bertanya kepadanya, “Apakah engkau mengeluarkan zakat ini?” Ia menjawab, “Tidak.”
Beliau bersabda, “Apakah engkau senang jika Allah memakaikan kepadamu pada hari
Kiamat dua gelang dari api?” Ia berkata: Maka ia melepaskan keduanya dan
menyerahkannya kepada Nabi ﷺ seraya berkata, “Keduanya untuk Allah dan
Rosul-Nya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
87.
Berharaplah Pahala di Sisi Allah dari Apa yang Engkau Belanjakan untuk
Anak-anakmu, Karena Itu adalah Sedekah Bagimu!
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلِيَ أَجْرٌ أَنْ
أُنْفِقَ عَلَى بَنِي أَبِي سَلَمَةَ؟ إِنَّمَا هُمْ بَنِيَّ. فَقَالَ: «أَنْفِقِي
عَلَيْهِمْ فَلَكِ أَجْرُ مَا أَنْفَقْتِ عَلَيْهِمْ»
Dari Ummu
Salamah, ia berkata: Aku bertanya, “Wahai Rosulullah, apakah aku mendapatkan
pahala jika aku membelanjakan untuk anak-anak Abu Salamah? Sesungguhnya mereka
adalah anak-anakku.” Beliau bersabda, “Belanjakanlah untuk mereka, maka bagimu
pahala atas apa yang engkau belanjakan untuk mereka.” (HR. Al-Bukhori dan
Muslim)
88.
Syaithon Berambisi Memisahkan Antaramu dan Suamimu, Maka Janganlah Engkau
Mengikuti Langkah-langkahnya!
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ
عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ، فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ
فِتْنَةً، يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا، فَيَقُولُ: مَا صَنَعْتَ
شَيْئًا، قَالَ: ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ
بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ، قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ»
Dari Jabir,
ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Iblis meletakkan
singgasananya di atas air, lalu ia mengutus pasukan-pasukannya. Maka yang
paling dekat kedudukannya dengan Iblis adalah yang paling besar fitnah
(kerusakan)-nya. Datanglah salah satu dari mereka (pasukannya) lalu berkata:
‘Aku telah melakukan ini dan itu.’ Maka Iblis berkata: ‘Engkau belum melakukan
apa-apa.’ Kemudian datang yang lain lagi dan berkata: ‘Aku tidak
meninggalkannya hingga aku berhasil memisahkannya dari istrinya.’ Maka Iblis
pun mendekatkannya kepada dirinya dan berkata: ‘Sebaik-baik engkau!’” (HR.
Muslim)
89.
Jangan Biarkan Dirimu Menjadi Mainan bagi Pria yang Menikahi Wanita untuk
Dicerai agar Bisa Kembali ke Suami Pertama!
عَنْ عَلِيٍّ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: «لَعَنَ اللَّهُ الْمُحَلِّلَ وَالْمُحَلَّلَ لَهُ»
Dari Ali,
bahwa Nabi ﷺ bersabda,
“Allah melaknat muhallil (pria yang menikahi wanita untuk
menghalalkannya bagi mantan suami) dan muhallal lahu (mantan suami yang
dihalalkan istrinya kembali).” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
90.
Tipu Daya untuk Menghalalkan yang Harom Tidak Mengubah Hukum Sedikit Pun!
عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ رَجُلًا طَلَّقَ امْرَأَتَهُ ثَلَاثًا، فَتَزَوَّجَتْ
فَطَلَّقَ، فَسُئِلَ النَّبِيُّ ﷺ: أَتَحِلُّ لِلْأَوَّلِ؟ قَالَ: «لَا، حَتَّى
يَذُوقَ عُسَيْلَتَهَا كَمَا ذَاقَ الْأَوَّلُ»
Dari
Aisyah: Bahwa seorang laki-laki menceraikan istrinya tiga kali. Lalu wanita itu
menikah (dengan pria lain) lalu diceraikan. Maka Nabi ﷺ ditanya, “Apakah dia halal bagi
suami pertama?” Beliau bersabda, “Tidak, hingga ia merasakan madumu (yaitu
merasakan hubungan intim) sebagaimana suami pertama merasakan.” (HR. Al-Bukhori
dan Muslim)
91.
Meskipun Tholaq Berada di Tangan Pria, Bukan Berarti Pintu Tertutup Bagimu!
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: «أَنَّ امْرَأَةَ
ثَابِتِ بْنِ قَيْسٍ اخْتَلَعَتْ مِنْهُ، فَجَعَلَ النَّبِيُّ ﷺ عِدَّتَهَا حَيْضَةً»
Dari Ibnu
Abbas: “Bahwa istri Tsabit bin Qois meminta khulu` (tuntutan cerai dari
istri dengan mengembalikan mahar) darinya. Maka Nabi ﷺ menjadikan iddahnya satu kali
haidh.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
92.
Berhati-hatilah agar Tidak Terjerumus dalam Perbuatan yang Akan Mencegahmu
Menikmati Aroma Surga dan Menjerumuskanmu ke Neraka!
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ
زَوْجَهَا طَلَاقًا فِي غَيْرِ مَا بَأْسٍ، فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ»
Dari
Tsauban, ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Wanita mana saja yang
meminta tholaq kepada suaminya tanpa alasan yang kuat, maka harom baginya aroma
Surga.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
93.
Kewaspadaan terhadap Nifaq Mengharuskan Menjauhi Perbuatan Orang-orang Munafiq!
عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «الْمُخْتَلِعَاتُ هُنَّ الْمُنَافِقَاتُ»
Dari
Tsauban, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Wanita-wanita
yang meminta khulu` (tanpa alasan yang dibenarkan) adalah wanita-wanita munafiq.”
(HR. At-Tirmidzi)
94.
Manfaatkan Penghasilanmu untuk Melakukan Kebaikan!
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: طُلِّقَتْ خَالَتِي، فَأَرَادَتْ أَنْ تَجُدَّ نَخْلَهَا
فَزَجَرَهَا رَجُلٌ أَنْ تَخْرُجَ، فَأَتَتِ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: «بَلَى، فَجُدِّي نَخْلَكِ فَإِنَّكِ
عَسَى أَنْ تَصَدَّقِي أَوْ تَفْعَلِي مَعْرُوفًا»
Dari Jabir
bin Abdullah, ia berkata: Bibiku diceraikan, lalu ia ingin memanen kurmanya. Lalu
seorang laki-laki melarangnya keluar. Maka ia mendatangi Nabi ﷺ lalu beliau
bersabda, “Bahkan, panenlah kurmamu, karena engkau mungkin akan bersedekah atau
melakukan kebaikan.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
95.
Jangan Menjadi Penyanyi yang Menyebabkan Masyarakat Binasa Karena Dirimu!
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ خَسْفٌ وَمَسْخٌ وَقَذْفٌ».
فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَتَى ذَاكَ؟ قَالَ: «إِذَا
ظَهَرَتِ الْقَيْنَاتُ وَالْمَعَازِفُ وَشُرِبَتِ الْخُمُورُ»
Dari `Imron
bin Hushoin, bahwa Rosulullah ﷺ bersabda, “Di umat ini akan terjadi khosf
(ditelan bumi), maskh (diubah bentuk), dan qodzf (dilempari batu
dari langit).” Seorang pria dari Muslimin bertanya, “Wahai Rosulullah, kapan
itu terjadi?” Beliau bersabda, “Jika telah muncul biduan wanita dan alat-alat
musik, serta minuman keras telah diminum.” (HR. At-Tirmidzi)
96.
Jika Engkau Melakukan Dosa Besar, Jangan Melanjutkan dalam Kesombongan, dan
Hapuslah dengan Taubat!
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ: أَنَّ امْرَأَةً مِنْ جُهَيْنَةَ أَتَتْ نَبِيَّ
اللَّهِ ﷺ وَهِيَ حُبْلَى مِنَ الزِّنَا فَقَالَتْ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَصَبْتُ
حَدًّا فَأَقِمْهُ عَلَيَّ. فَدَعَا نَبِيُّ اللَّهِ ﷺ وَلِيَّهَا فَقَالَ: «أَحْسِنْ
إِلَيْهَا فَإِذَا وَضَعَتْ فَأْتِنِي بِهَا». فَفَعَلَ فَأَمَرَ بِهَا نَبِيُّ
اللَّهِ ﷺ فَشُكَّتْ عَلَيْهَا ثِيَابُهَا، ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَرُجِمَتْ، ثُمَّ صَلَّى
عَلَيْهَا، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: تُصَلِّي عَلَيْهَا يَا نَبِيَّ اللَّهِ وَقَدْ زَنَتْ؟
فَقَالَ: «لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ
الْمَدِينَةِ لَوَسِعَتْهُمْ، وَهَلْ وَجَدْتَ تَوْبَةً أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ
بِنَفْسِهَا لِلَّهِ تَعَالَى»
Dari `Imron
bin Hushoin: Bahwa seorang wanita dari Juhainah mendatangi Nabi Allah ﷺ dalam
keadaan hamil karena zina. Lalu ia berkata, “Wahai Nabi Allah, aku telah
melakukan hadd (hukuman), maka tegakkanlah atasku.” Nabi Allah ﷺ memanggil
walinya lalu bersabda, “Berbuat baiklah kepadanya, dan jika ia telah
melahirkan, bawalah ia kepadaku.” Lalu ia melakukannya. Nabi Allah ﷺ memerintahkan
agar pakaiannya diikatkan pada tubuhnya, kemudian beliau memerintahkan agar ia
dirajam. Kemudian beliau mensholatinya. Lalu Umar bertanya kepada beliau, “Engkau
mensholatinya, wahai Nabi Allah, padahal ia telah berzina?” Beliau bersabda, “Sungguh
ia telah bertaubat dengan taubat yang seandainya dibagikan kepada tujuh puluh
penduduk Madinah, niscaya akan mencukupi mereka. Dan apakah engkau menemukan
taubat yang lebih utama daripada ia menyerahkan dirinya kepada Allah Ta`ala?” (HR.
Muslim dan Abu Dawud)
97.
Perilaku Lahirmu dan Perkataanmu, Menunjukkan Tingkat Akhlakmu dan Isi Hatimu!
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «لَوْ كُنْتُ رَاجِمًا
أَحَدًا بِغَيْرِ بَيِّنَةٍ لَرَجَمْتُ فُلَانَةَ، فَقَدْ ظَهَرَ مِنْهَا الرِّيبَةُ
فِي مَنْطِقِهَا، وَهَيْئَتِهَا، وَمَنْ يَدْخُلُ عَلَيْهَا»
Dari Ibnu
Abbas, ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda, “Seandainya aku boleh merajam
seseorang tanpa adanya bukti yang jelas, sungguh aku akan merajam si Fulanah,
karena sungguh telah tampak darinya riibah (tanda-tanda yang
mencurigakan), dari cara bicaranya, penampilannya, dan siapa saja yang masuk
menemuinya.” (HR. Ibnu Majah)
98.
Jangan Merendahkan Siapa Pun atau Mengunggulkan Dirimu atas Orang Lain,
Terutama dalam Fisik!
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قُلْتُ لِلنَّبِيِّ ﷺ: «حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّةَ كَذَا
وَكَذَا» (تَعْنِي: قَصِيرَةٌ) فَقَالَ: «لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُرِجَتْ
بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ»، قَالَتْ: وَحَكَيْتُ لَهُ إِنْسَانًا فَقَالَ:
«مَا أُحِبُّ أَنِّي حَكَيْتُ إِنْسَانًا وَأَنَّ لِي كَذَا وَكَذَا»
Dari
Aisyah, ia berkata: Aku berkata kepada Nabi ﷺ, “Cukuplah
(engkau tahu) dari Shofiyyah itu begini dan begitu” – maksudnya: ia pendek. Maka
beliau ﷺ bersabda: “Sesungguhnya engkau telah mengucapkan satu kalimat,
yang seandainya dicampurkan dengan air laut, niscaya akan mencemarinya.” 'Aisyah
berkata: Aku pernah menirukan seseorang di hadapan beliau, maka beliau
bersabda: “Aku tidak suka menirukan seseorang, meskipun aku memperoleh demikian
dan demikian (yakni: dunia yang banyak).” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
99.
Jangan Menggabungkan Lapar dan Kebohongan!
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ قَالَتْ: أُتِيَ النَّبِيُّ ﷺ بِطَعَامٍ فَعَرَضَ
عَلَيْنَا، فَقُلْنَا: لَا نَشْتَهِيهِ. فَقَالَ: «لَا تَجْمَعْنَ جُوعًا وَكَذِبًا»
Dari Asma`
binti Yazid, ia berkata: Nabi ﷺ disuguhkan makanan lalu beliau menawarkannya
kepada kami. Lalu kami berkata, “Kami tidak berselera.” Maka beliau bersabda, “Janganlah
kalian menggabungkan lapar dan kebohongan.” (HR. Ibnu Majah)
100.
Jadilah Penghuni Surga Ketika Engkau Masih di Bumi!
عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ قَالَ: قَالَ لِي ابْنُ عَبَّاسٍ: «أَلَا
أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟». قُلْتُ: بَلَى. قَالَ: «هَذِهِ
الْمَرْأَةُ السَّوْدَاءُ، أَتَتِ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَتْ: إِنِّي أُصْرَعُ وَإِنِّي
أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِي». قَالَ: «إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ،
وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ». فَقَالَتْ: «أَصْبِرُ».
فَقَالَتْ: «إِنِّي أَتَكَشَّفُ، فَادْعُ اللَّهَ لِي أَلَّا أَتَكَشَّفَ».
فَدَعَا لَهَا
Dari `Atho`
bin Abi Robah, ia berkata: Ibnu Abbas berkata kepadaku, “Maukah aku tunjukkan
kepadamu seorang wanita dari penghuni Surga?” Aku menjawab, “Tentu.” Ia
berkata: “Wanita kulit hitam ini. Ia datang kepada Nabi ﷺ lalu
berkata, 'Sesungguhnya aku sering pingsan dan aurotku terbuka, maka doakanlah
aku kepada Allah.'“ Beliau bersabda, “Jika engkau mau, engkau bersabar dan
bagimu Surga. Dan jika engkau mau, aku akan berdoa kepada Allah agar
menyembuhkanmu.” Lalu ia berkata, “Aku bersabar.” Lalu ia berkata, “Sesungguhnya
aku sering pingsan dan aurotku terbuka, maka doakanlah aku kepada Allah agar aurotku
tidak terbuka.” Maka beliau mendoakannya. (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
***