[PDF] Tarjamah Aqidah Imam Asy-Syafi'i Riwayat Shohih Al-Yasufi

Unduh PDF


Pengantar Pentarjamah

Tersebar ungkapan: “Syafii dalam fiqih dan Asy’ari dalam aqidah.” Ucapan ini tidak benar, karena Imam Asy-Syafii menetapkan Nama dan Sifat Allah tanpa ta’wil dan tasybih, berbeda dengan Asya’iroh yang menta’wilnya.

Maka naskah ini sangat penting untuk menjelaskan Aqidah Imam Asy-Syafii yang sesungguhnya secara valid, menurut ilmu hadits.

Yang saya lakukan pada tarjamah:

1)  Merujuk pada tahqiq Prof. Dr. Thoriq bin Said Al-Qohthoni yang merujuk kepada naskah shohih dari Imam Shodruddin Al-Yasufi.

2)  Meninggalkan footnote pentahqiq yang berkaitan dengan informasi lafazh-lafazh di manuskrip lain.

3)  Adapun takhrij hadits, saya sebutkan secara ringkas di halaman utama. Bagi yang ingin takhrij luas, bisa merujuk langsung ke kitab aslinya di sini.

4)  Naskah asal berisi 2 pembahasan, seakan-akan 2 bahasan Aqidah lalu saya terjemahkan apa adanya. Bagian pertama shohih dari Asy-Syafii, sementara bagian kedua diperdebatkan apakah dinisbatkan kepada Syafii atau Ibnu Jarir Ath-Thobari. Pentaqiq menguatkan ke Imam Asy-Syafii.

5)  Semua judul dan subjudul adalah dari pentarjamah, untuk memudahkan kerangka tulisan.

Sebagaimana proyek mendekatkan umat kepada ejaan fasih, penerjemah menggunakan ejaan O bukan A, seperti Sholat bukan shalat apalagi salat.[]

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Dengan menyebut nama Allah, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga sholawat dan salam tercurah kepada Sayyidina Muhammad, keluarga, dan para Shohabatnya.

Aqidah Imam Asy-Syafii #1

مُعْتَقَدُ الْإِمَامِ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدِ بْنِ إِدْرِيسَ الشَّافِعِيِّ - قَدَّسَ اللَّهُ رُوحَهُ وَرَضِيَ عَنْهُ

Keyakinan Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i – semoga Allah menyucikan ruhnya dan meridhainya.

قَالَ الشَّيْخُ الْإِمَامُ الْحَافِظُ صَدْرُ الدِّينِ الْيَاسُوفِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى، قَالَ حَدَّثَنَا لِسَانُ الْأَدَبِ وَحُجَّةُ الْعَرَبِ بَدْرُ الدِّينِ مُحَمَّدُ بْنُ نَجْمُ الدِّينِ [مَكِّيُّ] بْنُ أَبِي الْغَنَائِمِ الْمَعَرِّيُّ الشَّافِعِيُّ قَالَ: أَخْبَرَنَا الشَّيْخُ الْإِمَامُ الْعَالِمُ الْعَامِلُ الْقُدْوَةُ، الْحَافِظُ، الْمُفْتِي الْخَطِيبُ الزَّاهِدُ الْعَارِفُ، الْبَارِعُ، شَيْخُ الْمَشَايِخِ، فَخْرُ الْأُمَّةِ، تَاجُ الْعُلَمَاءِ، فَخْرُ الْخُطَبَاءِ، أَبُو الْعَبَّاسِ أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْفَرَجِ الْفَارُوثِيُّ الشَّافِعِيُّ خَطِيبُ جَامِعِ دِمَشْقَ رَحِمَهُ اللَّهُ قَالَ: أَخْبَرَنَا الشَّيْخُ الْإِمَامُ بَدْرُ الدِّينِ أَبُو الْقَاسِمِ عَلِيُّ بْنُ الْحَافِظِ أَبِي الْفَرَجِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَلِيٍّ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ الْجَوْزِيِّ - قَدَّسَ اللَّهُ رُوحَهُ، أَخْبَرَنَا أَبُو سَعِيدٍ عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ يَحْيَى بْنِ هِلَالِ بْنِ الْأَعْرَابِيِّ قِرَاءَةً عَلَيْهِ بِبَغْدَادَ، أَخْبَرَنَا أَبُو الْعِزِّ أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْعُكْبَرِيُّ، أَخْبَرَنَا: أَبُو طَالِبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْفَتْحِ الْعُشَارِيُّ، أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ مَرْدَكِ الْبَرْذَعِيُّ، أَخْبَرَنَا: أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي حَاتِمٍ الرَّازِيُّ، أَنْبَأَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الْمِصْرِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدَ بْنَ إِدْرِيسَ الشَّافِعِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ - وَقَدْ سُئِلَ عَنْ صِفَاتِ اللَّهِ تَعَالَى وَمَا يَنْبَغِي أَنْ يُؤْمَنَ بِهِ، فَقَالَ:

Asy-Syaikh Al-Imam Al-Hafizh Shodruddin Al-Yasufi Rohimahullah berkata: Telah menceritakan kepada kami Lisanul Adab dan Hujjatul Arob Badruddin Muhammad bin Najmuddin [Makki] bin Abil Ghona’im Al-Ma’arri Asy-Syafi’i, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Asy-Syaikh Al-Imam Al-’Alim Al-’Amil Al-Qudwah, Al-Hafizh, Al-Mufti Al-Khothib Az-Zahid Al-’Arif, Al-Bari’, Syaikhul Masyayikh, Fakhrul Ummah, Tajul Ulama, Fakhrul Khuthoba’, Abul Abbas Ahmad bin Ibrohim bin Umar bin Al-Faroj Al-Faruthi Asy-Syafi’i, Khothib Jami’ Dimasyq Rohimahullah ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Asy-Syaikh Al-Imam Badruddin Abul Qosim Ali bin Al-Hafizh Abil Faroj Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Al-Jauzi – Qoddasallahu Ruhahu, mengabarkan kepada kami Abu Sa’id Abdul Jabbar bin Yahya bin Hilal bin Al-A’robi secara qiro’ah (dibacakan kepadanya) di Baghdad: mengabarkan kepada kami Abul Izz Ahmad bin Abdillah Al-Ukbari: mengabarkan kepada kami Abu Tholib Muhammad bin Al-Fath ‘Al-Ushari: mengabarkan kepada kami Abul Hasan Ali bin Abdul Aziz bin Mardak Al-Bardza’i: mengabarkan kepada kami Abu Muhammad Abdurrohman bin Abi Hatim Ar-Rozi: mengabarkan kepada kami Yunus bin Abdil A’la Al-Mishri, ia berkata: Aku mendengar Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i Rodhiyallahu ‘Anhu berkata ketika ditanya tentang sifat-sifat Allah Ta’ala dan apa yang sepatutnya diimani, maka ia berkata:

Beriman Kepada Nama Allah dan Sifat-Nya

لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَسْمَاءٌ وَصِفَاتٌ جَاءَ بِهَا كِتَابُهُ، وَأَخْبَرَ بِهَا نَبِيُّهُ أُمَّتَهُ، لَا يَسَعُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِ اللَّهِ تَعَالَى قَامَتْ عَلَيْهِ الْحُجَّةُ رَدُّهَا؛

Allah Tabaroka wa Ta’ala memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang disebutkan dalam Kitab-Nya, dan Rosul-Nya telah mengabarkannya kepada umatnya. Tidak ada seorang pun dari makhluk Allah Ta’ala yang telah sampai kepadanya hujjah ini dibolehkan untuk menolaknya.

لِأَنَّ الْقُرْآنَ نَزَلَ بِهَا، وَصَحَّ عَنِ النَّبِيِّ الْقَوْلُ بِهَا فِيمَا رَوَى عَنْهُ الْعَدْلُ؛ فَإِنْ [خَانَ اللَّهَ] بَعْدَ ثُبُوتِ الْحُجَّةِ عَلَيْهِ بِهِ فَهُوَ كَافِرٌ،

Karena Al-Qur’an diturunkan berisi sifat-sifat itu, dan telah shohih dari Nabi perkataan tentangnya dalam riwayat yang disampaikan oleh orang yang adil, naka jika seseorang mengkhianati Allah (dengan menolak tersebut) setelah tegaknya hujjah atasnya, maka ia kafir.

فَأَمَّا قَبْلَ ثُبُوتِ الْحُجَّةِ عَلَيْهِ [مِنْ جِهَةِ الْخَبَرِ] [فَمَعْذُورٌ] بِالْجَهْلِ؛ لِأَنَّ عِلْمَ اللَّهِ لَا يُدْرَكُ بِالْعَقْلِ، وَلَا بِالرُّؤْيَةِ وَالْفِكْرِ.

Adapun sebelum tegaknya hujjah (dari segi khobar), maka ia dimaafkan karena ketidaktahuan. Hal itu disebabkan ilmu Allah tidak dapat diraih dengan akal, dan tidak pula dengan pandangan atau pikiran.

وَنَحْوُ ذَلِكَ إِخْبَارُ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:

Contohnya adalah pemberitahuan Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa:

Allah Mendengar dan Melihat

أَنَّهُ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Dua Tangan Allah

وَأَنَّ لَهُ يَدَيْنِ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ﴾ [المائدة: ٦٤]

Dan bahwa Dia memiliki dua tangan dengan Firman-Nya Ta’ala: “Bahkan kedua tangan-Nya terbentang.” (QS. Al-Ma’idah: 64)

وَأَنَّ لَهُ يَمِينًا بِقَوْلِهِ: ﴿وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتُ بِيَمِينِهِ﴾ [الزمر: ٦٧]

Dan bahwa Dia memiliki tangan kanan dengan Firman-Nya: “Dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.” (QS. Az-Zumar: 67)

Wajah Allah

وَأَنَّ لَهُ وَجْهًا بِقَوْلِهِ: ﴿كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ﴾ [القصص: ٨٨]

Dan bahwa Dia memiliki Wajah dengan Firman-Nya: “Segala sesuatu akan binasa kecuali Wajah-Nya.” (QS. Al-Qoshosh: 88)

وَقَوْلِهِ: ﴿وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ﴾ [الرحمن: ٢٧]

Dan Firman-Nya: “Dan tetap kekal Wajah Robb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rohman: 27)

Kaki Allah

وَأَنَّ لَهُ قَدَمًا بِقَوْلِهِ: «حَتَّى يَضَعَ الْجَبَّارُ (الرَّبُّ) فِيهَا قَدَمَهُ»، يَعْنِي: فِي جَهَنَّمَ

Dia memiliki kaki berdasarkan sabda Nabi : “Sampai Al-Jabbar (Robb) meletakkan kaki-Nya di dalamnya.” Yakni di Jahannam. (HR. Al-Bukhori no. 6661)

Allah Tertawa

وَأَنَّهُ يَضْحَكُ مِنْ عَبْدِهِ الْمُؤْمِنِ بِقَوْلِهِ ﷺ لِلَّذِي قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ: «إِنَّهُ لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ يَضْحَكُ إِلَيْهِ»

Dan bahwa Dia tertawa kepada hamba-Nya yang beriman dengan sabda Nabi kepada orang yang terbunuh di jalan Allah: “Sesungguhnya dia bertemu Allah dalam keadaan Dia tertawa kepadanya.” (HR. Al-Bukhori no. 2826)

Allah Turun ke Langit Dunia Setiap Malam

وَأَنَّهُ يَهْبِطُ كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا بِخَبَرِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ بِذَلِكَ

Dan bahwa Dia turun setiap malam ke langit dunia berdasarkan berita Rosulullah tentang hal itu. (HR. Al-Bukhori no. 1145)

Mata Allah

وَأَنَّهُ لَيْسَ بِأَعْوَرَ بِقَوْلِ النَّبِيِّ ﷺ إِذْ ذَكَرَ الدَّجَّالَ، فَقَالَ: «إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ»

Dan bahwa Dia tidaklah a’war (buta salah satu mata) dengan sabda Nabi ketika menyebutkan Dajjal, lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya ia a’war, dan sesungguhnya Robb kalian tidak a’war.” (HR. Al-Bukhori no. 7407)

Allah Dilihat di Akhirat

وَأَنَّ الْمُؤْمِنِينَ يَرَوْنَ رَبَّهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَبْصَارِهِمْ كَمَا يَرَوْنَ الْقَمَرَ لَيْلَةَ الْبَدْرِ

Dan bahwa orang-orang Mukmin akan melihat Robb mereka pada Hari Kiamat dengan mata kepala mereka sebagaimana mereka melihat bulan pada malam purnama. (HR. Al-Bukhori no. 7437)

Jari Allah

وَأَنَّ لَهُ إِصْبَعًا بِقَوْلِهِ ﷺ: «مَا مِنْ قَلْبٍ إِلَّا (وَهُوَ) بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ (يُقَلِّبُهُ كَيْفَ شَاءَ)»

Dan bahwa Dia memiliki jari dengan sabda Nabi : “Tidak ada satu hati pun kecuali berada di antara dua jari dari jari-jemari Ar-Rohman ‘Azza wa Jalla, Dia membolak-baliknya sesuka-Nya.” (HSR. Ibnu Majah no. 199)

فَإِنَّ هَذِهِ الْمَعَانِيَ الَّتِي وَصَفَ اللَّهُ تَعَالَى بِهَا نَفْسَهُ وَوَصَفَهُ بِهَا رَسُولُهُ مِمَّا لَا يُدْرَكُ [حُسْنُهُ] بِالْفِكْرِ [وَالرُّؤْيَةِ]، فَلَا يَكْفُرُ أَحَدٌ بِالْجَهْلِ بِهَا إِلَّا بَعْدَ انْتِهَاءِ الْخَبَرِ إِلَيْهِ بِهَا،

Sesungguhnya makna-makna ini—yang Allah Ta‘ala menyifati Diri-Nya dengannya, dan yang Rosul-Nya menyifati-Nya dengannya—adalah sesuatu yang tidak bisa dipahami dengan baik oleh akal dan penglihatan, maka tidaklah seseorang dihukumi kafir hanya karena tidak mengetahui sifat-sifat ini, kecuali setelah berita (tentang sifat-sifat itu) sampai kepadanya.

فَإِنْ كَانَ الْوَارِدُ بِذَلِكَ خَبَرًا يَقُومُ فِي الْفَهْمِ مَقَامَ الْمُشَاهَدَةِ مِنَ السَّمَاعِ وَجَبَتِ الدَّيْنُونَةُ عَلَى سَامِعِهِ بِحَقِيقَتِهِ وَالزِّيَادَةِ عَلَيْهِ كَمَا عَايَنَ [وَسَمِعَ مِنْ] رَسُولِ اللَّهِ ﷺ.

Jika berita yang sampai kepadanya itu bersifat sangat jelas—yang dalam pemahaman menempati kedudukan seperti menyaksikan langsung karena kuat dan jelasnya pendengaran (dari nash), maka wajib baginya untuk meyakininya secara hakiki dan memperkuatnya dengan tambahan keimanan atas dasar keyakinan itu, sebagaimana orang yang menyaksikan langsung dan mendengar langsung dari Rosulullah .

وَلَكِنْ نُثْبِتُ هَذِهِ الصِّفَاتِ، وَنَنْفِي التَّشْبِيهَ كَمَا نَفَى [اللَّهُ] عَنْ نَفْسِهِ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ﴾ [الشورى: ١١]

Akan tetapi kami menetapkan sifat-sifat ini, dan meniadakan tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk) sebagaimana Allah meniadakan dari diri-Nya dengan Firman-Nya Ta’ala: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuro: 11)

Al-Quran Kalamullah Bukan Makhluk

وَعَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ سُلَيْمَانَ قَالَ: سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ يَقُولُ: وَقَالَ لَفْظِي بِالْقُرْآنِ أَوْ قَالَ الْقُرْآنُ لَفْظِي كُلُّهَا

Dari Abdurrohman bin Abi Hatim, dari Ar-Robi’ bin Sulaiman, ia berkata: Aku mendengar Asy-Syafi’i berkata: “Ucapan, ‘Lafazhku dengan Al-Qur’an’ atau dia berkata ‘Al-Qur’an adalah lafazhku seluruhnya’ (adalah sama saja boleh jika Kalamullah yang dimaksud).”

[وَقَالَ]: آمَنْتُ بِاللَّهِ وَمَا جَاءَ عَنِ اللَّهِ عَلَى مُرَادِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَآمَنْتُ بِرَسُولِ اللَّهِ وَمَا جَاءَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ فِيمَا أَرَادَ رَسُولُ اللَّهِ

Ia berkata: “Aku beriman kepada Allah dan apa yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan maksud Allah. Dan aku beriman kepada Rosulullah dan apa yang datang dari Rosulullah sesuai dengan maksud Rosulullah.”


 

بَابُ صِفَةِ اعْتِقَادِ السُّنَّةِ

Aqidah Imam Asy-Syafi’i #2

تَأْلِيفُ الْإِمَامِ الْجَلِيلِ شَيْخِ الْإِسْلَامِ الْمُجْتَهِدِ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدِ بْنِ إِدْرِيسَ الشَّافِعِيِّ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَرَضِيَ عَنْهُ وَنَفَعَ بِهِ آمِينَ.

Karya Al-Imam Al-Jalil Syaikhul Islam Al-Mujtahid Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i – Rohimahullahu Ta’ala dan Rodhiyya ‘Anhu dan semoga Allah memberikan manfaat dengannya, amin.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، رَبِّي يَسِّرْ يَا كَرِيمُ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Dengan menyebut nama Allah, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Robb-ku mudahkanlah, wahai Yang Maha Pemurah. Ya Allah, curahkan sholawat kepada Muhammad, keluarga, dan para Shohabatnya.

Perintah Mengikuti Nabi

قَالَ تَعَالَى: ﴿لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ﴾ [الأحزاب: ٢١]

Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab: 21)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنْتُمْ تَسْمَعُونَ﴾ [الأنفال: ٢٠]

Dia Ta’ala berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rosul-Nya dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya).” (QS. Al-Anfal: 20)

فَأَمَرَ اللَّهُ تَعَالَى بِاتِّبَاعِ رَسُولِهِ وَقَبُولِ قَوْلِهِ وَالْقُدْوَةِ بِهِ، فَعَلَّمَنَا اتِّبَاعَهُ كَمَا أَمَرَ اللَّهُ تَعَالَى وَأَمَرَ النَّبِيُّ ﷺ بِلُزُومِ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى وَالتَّمَسُّكِ بِهِ وَبِسُنَّتِهِ

Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengikuti Rosul-Nya dan menerima perkataan-Nya serta meneladaninya. Dia mengajarkan kita untuk mengikutinya sebagaimana Allah Ta’ala memerintahkan, dan Nabi memerintahkan untuk berpegang teguh pada Kitabullah Ta’ala dan berpegang pada Sunnahnya.

قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ مِنْ بَعْدِي»

Nabi bersabda: “Wajib atas kalian (berpegang teguh) pada Sunnahku dan Sunnah para Khulafaur Rosyidin setelahku.” (HSR. Abu Dawud no. 4607)

وَقَالَ: «عَلَيْكُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ فَإِنَّهُ الْحَبْلُ الْمَتِينُ»

Beliau bersabda: “Wajib atas kalian (berpegang teguh) pada Kitabullah, karena ia adalah tali yang kokoh.” (HR. At-Tirmidzi no. 2906)

وَأَمَرَ أَيْضًا بِاتِّبَاعِ السَّوَادِ الْأَعْظَمِ، وَقَالَ: «الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ»

Dan beliau juga memerintahkan untuk mengikuti Sawadul A’zhom (mayoritas), dan beliau bersabda: “Al-Jama’ah (persatuan) adalah rohmat, sedangkan perpecahan adalah adzab.” (HSR. Ahmad no. 18449)

وَقَالَ تَعَالَى تَأْكِيدًا لِمَا قَالَهُ النَّبِيُّ ﷺ: ﴿وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا﴾ [النساء: ١١٥]

Dan Allah Ta’ala berfirman sebagai penegasan atas apa yang dikatakan Nabi : “Siapa menentang Rosul setelah jelas baginya petunjuk, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin, Kami biarkan dia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan dia ke dalam Neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa: 115)

Larangan Bid’ah

فَعَلَّمَنَا لُزُومَ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى وَسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ وَطَرِيقِ جَمَاعَةِ الْمُسْلِمِينَ، وَتَرْكَ الِاخْتِرَاعِ وَالِابْتِدَاعِ

Allah mengajarkan kita untuk berpegang teguh pada Kitabullah Ta’ala dan Sunnah Rosulullah , serta jalan jamaah Muslimin, dan meninggalkan penemuan-penemuan baru dalam agama (ikhtiro’) dan bid’ah.

وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ: «إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ افْتَرَقُوا عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَإِنَّ النَّصَارَى افْتَرَقُوا عَلَى اثْنَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَإِنَّ أُمَّتِي سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، كُلُّهُمْ عَلَى الضَّلَالِ إِلَّا السَّوَادَ الْأَعْظَمَ، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا السَّوَادُ الْأَعْظَمُ؟ قَالَ: مَنْ كَانَ مِنْ أُمَّتِي عَلَى مَا كُنْتُ عَلَيْهِ أَنَا وَأَصْحَابِي، وَلَمْ يُمَارِ فِي دِينِ اللَّهِ، وَلَمْ يُكَفِّرْ أَحَدًا مِنْ أَهْلِ التَّوْحِيدِ بِذَنْبٍ». وَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ

Rosulullah bersabda: “Sesungguhnya Bani Isroil terpecah menjadi 71 golongan, dan sesungguhnya Nashoro terpecah menjadi 72 golongan, dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya dalam kesesatan kecuali Sawadul A’zhom.” Mereka bertanya, “Wahai Rosulullah, apakah Sawadul A’zhom itu?” Beliau bersabda: “Siapa saja dari umatku yang berada di atas apa yang aku dan para Shohabatku jalani, dan tidak berdebat dalam agama Allah, dan tidak mengkafirkan seorang pun dari Ahlut Tauhid karena dosa.” Beliau menyebutkan hadits itu secara lengkap. (HSR. Ath-Thobroni no. 7659 dalam Al-Kabir dan At-Tirmidzi no. 2641)

وَقَالَ: «يَدُ اللَّهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ»

Nabi bersabda: “Tangan Allah bersama Jama’ah.” (HSR. An-Nasai no. 4020)

Al-Quran Kalamullah Bukan Makhluk #2

قَالَ: فَمِنَ السُّنَّةِ أَنْ يُعْتَقَدَ فِي الْقَلْبِ: أَنَّ الْقُرْآنَ كَلَامُ اللَّهِ غَيْرُ مَخْلُوقٍ مَقْرُوءًا، وَمَحْفُوظًا، وَمَكْتُوبًا، وَمَسْمُوعًا، وَمَتْلُوًّا، وَأَنَّهُ لَا فَرْقَ بَيْنَ الْقِرَاءَةِ وَالْمَقْرُوءِ، وَالتِّلَاوَةِ وَالْمَتْلُوِّ، وَالْقَوْلِ وَالْمَقُولِ

Termasuk dari As-Sunnah (aqidah) adalah berkeyakinan dalam hati bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah (ucapan Allah) yang tidak makhluk, baik ketika dibaca, dihafal, ditulis, didengar, maupun dilantunkan. Tidak ada perbedaan antara qiro’ah (bacaan) dan yang dibaca, antara tilawah (pelantunan) dan yang dilantunkan, antara qoul (ucapan) dan yang diucapkan.”

وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ﴾ [التوبة: ٦]

Dalilnya adalah Firman Allah Ta’ala: “Dan jika salah seorang dari orang-orang musyrik meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah dia sampai dia mendengar Kalamullah.” (QS. At-Taubah: 6)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ﴾ [البقرة: ٧٥] يَعْنِي مِنْ رَسُولِ اللَّهِ وَمِنْ فِيهِ

Juga firman-Nya Ta’ala: “Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar Kalamullah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, padahal mereka mengetahui?” (QS. Al-Baqoroh: 75) Yakni dari Rosulullah dan dari mulutnya.

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَنْ نَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ﴾ [النحل: ٤٠]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: ‘Jadilah!’ maka jadilah ia.” (QS. An-Nahl: 40)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ، وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا﴾ [الإسراء: ٨٨]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain’.” (QS. Al-Isro: 88)

فَكَمَا أَنَّ اللَّهَ لَا مَثِيلَ لَهُ، فَكَذَلِكَ كَلَامُهُ لَا مِثْلَ تَعَالَى لَهُ؛ لِأَنَّ كُلَّ مَخْلُوقٍ لَهُ مِثْلٌ، فَدَلَّتْ هَذِهِ الْآيَةُ عَلَى صِحَّةِ مَا قُلْنَاهُ.

Sebagaimana Allah tidak ada yang serupa dengan-Nya, demikian pula Kalamullah tidak ada yang serupa dengan-Nya Ta’ala. Karena setiap makhluk memiliki keserupaan, maka ayat ini menunjukkan kebenaran apa yang telah kami katakan.

وَقَدْ رَوَى مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «السَّبْعُ، وَمَنْ فِيهِنَّ، إِلَى الدَّرَكِ الْأَسْفَلِ إِلَى الثَّرَى وَإِلَى الطِّينِ الْأَسْفَلِ، وَإِلَى الرِّيحِ الْهَفَّافَةِ، إِلَى مَا انْتَهَتْ إِلَيْهِ الْحُدُودُ، كُلُّ ذَلِكَ مَخْلُوقٌ مَا خَلَا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ كَلَامُ اللَّهِ تَعَالَى»

Dan telah diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal Rodhiyallahu ‘Anhu bahwa Rosulullah bersabda: “Tujuh lapis langit, dan siapa saja yang ada di dalamnya, hingga dasar yang paling bawah, hingga tanah, dan hingga lumpur paling bawah, dan hingga angin yang bertiup kencang, hingga batas akhir, semua itu adalah makhluk kecuali Al-Qur’an karena ia adalah Kalamullah Ta’ala.”

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: (الْقُرْآنُ كَلَامُ اللَّهِ تَعَالَى لَيْسَ بِمَخْلُوقٍ)

Dari Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: “Al-Qur’an adalah Kalamullah Ta’ala bukan makhluk.”

Manusia Terbaik Shohabat Nabi

وَنَعْتَقِدُ أَنَّ أَفْضَلَ النَّاسِ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ، ثُمَّ عُمَرُ الْفَارُوقُ، ثُمَّ عُثْمَانُ [ذُو النُّورَيْنِ]، ثُمَّ عَلِيٌّ الرِّضَا - رِضْوَانُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِينَ.

Kami berkeyakinan bahwa sebaik-baik manusia setelah Rosulullah adalah Abu Bakr Ash-Shiddiq, kemudian Umar Al-Faruq, kemudian Utsman zhun nurain (pemilik dua cahaya karena menikah dua putri Rosulullah ), kemudian Ali Ar-Ridho – Allah meridhoi mereka semua.

وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «كُلُّ النَّاسِ يَرْجُونَ الْبَرَاءَةَ يَوْمَ الدِّينِ إِلَّا مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي فَإِنَّ أَهْلَ الْمَوْقِفِ يُعَيِّرُونَهُ»

Rosulullah bersabda: “Semua manusia mengharapkan kebebasan pada Hari Pembalasan kecuali orang yang mencela Shohabatku, karena penduduk tempat pemberhentian akan mencelanya.” (HR. Ad-Dailami no. 4791 dalam Al-Firdaus)

وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ مَا قَالَهُ: «اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ»

Dalilnya adalah sabda beliau: “Ikutilah dua orang setelahku: Abu Bakr dan Umar.” (HSR. At-Tirmidzi no. 3662)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيثًا﴾ [التحريم: ٣] أَنَّ أَبَا بَكْرٍ خَلِيفَةٌ مِنْ بَعْدِهِ

Allah Ta’ala berfirman: “Ketika Nabi menyampaikan rahasia dalam suatu pembicaraan kepada salah seorang istrinya.” (QS. At-Tahrim: 3)  Yakni Abu Bakar adalah kholifah setelahnya.

وَقَدْ قَالَ: «لَا تَجْتَمِعُ أُمَّتِي عَلَى الضَّلَالَةِ»

Beliau bersabda: “Umatku tidak akan bersepakat atas kesesatan.” (HSR. At-Tirmidzi no. 2167)

وَقَدِ اجْتَمَعَتْ أُمَّتُهُ عَلَى خِلَافَةِ أَبِي بَكْرٍ بَعْدَهُ، ثُمَّ عَلَى التَّرْتِيبِ، فَدَلَّ عَلَى أَنَّهَا مَا اجْتَمَعَتْ إِلَّا عَلَى الْحَقِّ

Umat beliau telah bersepakat atas kekholifahan Abu Bakr setelah beliau, kemudian atas urutan berikutnya. Maka ini menunjukkan bahwa mereka tidak bersepakat kecuali atas kebenaran.

وَقَدْ قَالَ : «الْخِلَافَةُ بَعْدِي ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ تَصِيرُ مُلْكًا عَضُوضًا» وَكَانَ آخِرُ الْخِلَافَةِ مِنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ثَلَاثِينَ سَنَةً

Beliau bersabda: “Khilafah setelahku 30 tahun, kemudian akan menjadi kerajaan yang sangat kokoh.” (HSR. Abu Dawud no. 4646) Dan khilafah Ali Rodhiyallahu ‘Anhu adalah 30 tahun terakhir.

فَدَلَّتْ كُلُّ هَذِهِ الدَّلَالَاتِ الظَّاهِرَةِ أَنَّهُمْ كَانُوا عَلَى الصَّوَابِ وَالْحَقِّ عَلَى تَرْتِيبِ مَا ذَكَرْنَاهُ

Maka semua dalil yang jelas ini menunjukkan bahwa mereka berada di atas kebenaran dan benar sesuai dengan urutan yang telah kami sebutkan.

Beriman Kepada Takdir

وَنَعْتَقِدُ أَنَّ الْخَيْرَ وَالشَّرَّ مِنَ اللَّهِ، الْخَيْرُ بِأَمْرِهِ وَقَضَائِهِ، وَإِرَادَتِهِ، وَمَشِيئَتِهِ، وَحُكْمِهِ، وَعِلْمِهِ، وَمَحَبَّتِهِ، وَرِضَاهُ، وَالشَّرُّ بِإِرَادَتِهِ، وَقَدَرِهِ، وَقَضَائِهِ، وَمَشِيئَتِهِ، وَحُكْمِهِ، وَعِلْمِهِ، وَلَيْسَ بِأَمْرِهِ وَلَا بِرِضَاهُ وَلَا بِمَحَبَّتِهِ

Kami berkeyakinan bahwa kebaikan dan keburukan itu dari Allah. Kebaikan adalah dengan perintah-Nya, ketetapan-Nya, kehendak-Nya, keinginan-Nya, hukum-Nya, ilmu-Nya, cinta-Nya, dan ridho-Nya. Dan keburukan adalah dengan kehendak-Nya, qodar-Nya, ketetapan-Nya, keinginan-Nya, hukum-Nya, dan ilmu-Nya, namun bukan dengan perintah-Nya, bukan dengan ridho-Nya, dan bukan dengan cinta-Nya.

وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ﴾ [القمر: ٤٩]

Dalilnya adalah Firman-Nya Ta’ala: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qomar: 49),

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ﴾ [النساء من: ٧٨]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Dan jika mereka ditimpa kebaikan, mereka berkata: ‘Ini adalah dari sisi Allah’.” (QS. An-Nisa: 78)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ﴾ [الرعد: ١١]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Dan apabila Allah menghendaki suatu keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya.” (QS. Ar-Ro’d: 11)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ﴾ [البقرة: ٧]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan pada penglihatan mereka ada penutup. Dan bagi mereka adzab yang amat pedih.” (QS. Al-Baqoroh: 7)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا﴾ [الأعراف: ١٧٩] أَيْ: خَلَقْنَا كَثِيرًا لِلنَّارِ،

Juga Dia berfirman: “Dan sesungguhnya telah Kami isi Neraka Jahannam kebanyakan.” (QS. Al-A’rof: 179) Maksudnya: Kami menciptakan banyak orang untuk Neraka.

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَوْ أَنَّنَا نَزَّلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى﴾ [الأنعام: ١١١] الْآيَةَ

Dan Firman-Nya Ta’ala: “Dan kalau sekiranya Kami turunkan kepada mereka Malaikat, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka.” (QS. Al-An’am: 111) dan kelanjutan ayat tersebut.

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا﴾ [يونس: ٩٩]

Dan Firman-Nya Ta’ala: “Dan jikalau Robb-mu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya.” (QS. Yunus: 99)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ﴾ [الأنعام: ١٢٥]

Dan Firman-Nya Ta’ala: “Barangsiapa yang dikehendaki Allah untuk diberi petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.” (QS. Al-An’am: 125)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ﴾ [التكوير: ٢٩]

Dan Firman-Nya Ta’ala: “Dan kamu tidak dapat menghendaki kecuali jika dikehendaki Allah, Robb semesta alam.” (QS. At-Takwir: 29)

فَعَلِمْنَا بِذَلِكَ أَنَّ مَشِيئَتَهُ قَبْلَ مَشِيئَتِنَا، وَإِرَادَتَهُ قَبْلَ إِرَادَتِنَا فِي أَيِّ شَيْءٍ كَانَ وَلِأَيِّ شَيْءٍ كَانَ، وَلَكِنْ ﴿لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ﴾ [الأنبياء: ٢٣]

Maka dengan itu kami mengetahui bahwa kehendak-Nya mendahului kehendak kita, dan keinginan-Nya mendahului keinginan kita dalam segala hal apa pun itu, dan untuk tujuan apa pun itu. Akan tetapi Dia tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat, dan mereka akan ditanya. (QS. Al-Anbiya: 23)

وَقَالَ: «الْقَدَرِيَّةُ مَجُوسُ هَذِهِ الْأُمَّةِ»

Nabi bersabda: “Orang-orang Qodariyyah adalah Majusinya umat ini.” (HR. Abu Dawud no. 4691)

وَقَالَ أَيْضًا حَاكِيًّا عَنْ رَبِّهِ تَعَالَى: «أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى خَلَقَ الْخَلْقَ فَرِيقَيْنِ: فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ، وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ، وَخَلَقَ الْخَيْرَ وَالشَّرَّ، فَطُوبَى لِمَنْ خَلَقْتُهُ لِلْخَيْرِ، وَأَجْرَيْتُ الْخَيْرَ عَلَى يَدَيْهِ، وَوَيْلٌ لِمَنْ خَلَقْتُهُ لِلشَّرِّ وَأَجْرَيْتُ الْشَّرَّ عَلَى يَدَيْهِ»

Beliau juga berkata mengisahkan dari Robb-Nya Ta’ala: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhluk menjadi dua golongan: golongan di Surga, dan golongan di Neraka Sa’ir. Dia menciptakan kebaikan dan keburukan. Maka beruntunglah bagi siapa yang Aku ciptakan untuk kebaikan, dan Aku mengalirkan kebaikan melalui kedua tangannya. Dan celakalah bagi siapa yang Aku ciptakan untuk keburukan, dan Aku mengalirkan keburukan melalui kedua tangannya.” (HR. Al-Firyabi no. 337 dalam Al-Qodar)

وَقَالَ سَهْلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ: تَعَالَى اللَّهُ أَنْ يَأْمُرَ بِالْفَحْشَاءِ، وَجَلَّ أَنْ يَكُونَ فِي مُلْكِهِ مَا لَا يَشَاءُ، وَهَذَا كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ﴾ [الأعراف: ٢٨]

Sahl bin Abdillah berkata: “Maha Tinggi Allah untuk memerintahkan kekejian, dan Maha Suci Dia dari adanya sesuatu dalam kekuasaan-Nya yang tidak Dia kehendaki.” Ini sebagaimana Firman-Nya Ta’ala: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh berbuat kekejian. Apakah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?’” (QS. Al-A’rof: 28)

ثُمَّ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى خَلَقَ الْخَلْقَ، وَخَلَقَ أَفْعَالَهُمْ مِنَ الْخَيْرِ وَالشَّرِّ، وَمَا خَلَقَهُمْ إِلَّا بِإِرَادَتِهِ وَلَا نَشُكُّ فِي ذَلِكَ؛ فَدَلَّ عَلَى أَنَّ الْخَيْرَ وَالشَّرَّ جَمِيعًا بِإِرَادَتِهِ

Kemudian, sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhluk, dan menciptakan perbuatan mereka baik itu kebaikan maupun keburukan. Dan Dia tidak menciptakan mereka melainkan dengan kehendak-Nya, dan kami tidak meragukan hal itu.

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ﴾ [الصافات: ٩٦] فَدَلَّ عَلَى صِحَّةِ مَا ذَكَرْنَاهُ.

Maka ini menunjukkan bahwa kebaikan dan keburukan seluruhnya dengan kehendak-Nya. Dan Firman-Nya Ta’ala: “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shoffat: 96) Maka ini menunjukkan kebenaran apa yang telah kami sebutkan.

Tidak Memastikan Masuk Surga Neraka Kecuali dengan Wahyu

وَنَعْتَقِدُ أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَنْ يُشْهَدَ عَلَى أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ بِجَنَّةٍ وَلَا نَارٍ إِلَّا مَنْ شَهِدَ اللَّهُ تَعَالَى وَرَسُولُهُ ﷺ فَعَلَيْهِ أَنْ يَشْهَدَ أَنَّهُ فِي النَّارِ: كَالْكُفَّارِ، وَالْمُنَافِقِينَ، أَوْ شَهِدَ اللَّهُ لَهُ أَنَّهُ فِي الْجَنَّةِ [وَهُوَ] أَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ، وَعُثْمَانُ، وَعَلِيٌّ، وَطَلْحَةُ، وَالزُّبَيْرُ، وَسَعْدٌ، وَسَعِيدٌ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ، وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ، وَعَائِشَةُ أُمُّ الْمُؤْمِنِينَ، وَالْحَسَنُ، وَالْحُسَيْنُ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَجْمَعِينَ، وَنَتَرَحَّمُ عَلَى مُعَاوِيَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

Kami berkeyakinan bahwa tidak boleh bersaksi atas seorang pun dari Ahlul Qiblah (umat Islam) dengan Surga maupun Neraka, kecuali bagi yang Allah Ta’ala dan Rosul-Nya telah bersaksi atasnya. Maka wajib bersaksi bahwa ia di Neraka: seperti orang-orang kafir, dan orang-orang munafik. Atau yang Allah bersaksi bahwa ia di Surga yaitu Abu Bakr, dan Umar, dan Utsman, dan Ali, dan Tholhah, dan Az-Zubair, dan Sa’d bin Abi Waqqosh, dan Sa’id bin Zaid, dan Abdurrohman bin Auf, dan Abu Ubaidah bin Al-Jarroh, dan Aisyah Ummul Mukminin, dan Al-Hasan, dan Al-Husain – Rodhiyallahu ‘Anhum Ajma’in. Kami memohonkan rohmat (ampunan dan diterima amal) bagi Mu’awiyah Rodhiyallahu ‘Anhu.

وَالدَّلِيلُ عَلَى أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَنْ يُشْهَدَ عَلَى أَحَدٍ إِلَّا مَنِ اسْتُثْنِيَ مِنَ الْجُمْلَةِ؛ لِأَنَّ هَذَا مِنْ أَمْرِ الْغَيْبِ، وَقَدْ قَالَ تَعَالَى: ﴿قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ﴾ [النمل: ٦٥]

Dalil bahwa tidak boleh bersaksi atas seorang pun kecuali yang dikecualikan dari umumnya adalah: karena ini termasuk perkara ghoib. Dan Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah: ‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui yang ghoib kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan’.” (QS. An-Naml: 65)

فَدَلَّ عَلَى أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَنْ يُشْهَدَ عَلَى أَحَدٍ بِجَنَّةٍ وَلَا نَارٍ

Maka ini menunjukkan bahwa tidak boleh bersaksi atas seorang pun dengan Surga maupun Neraka.

Melihat Allah di Akhirat

وَنَعْتَقِدُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَرَاهُ الْمُؤْمِنُونَ فِي الْآخِرَةِ وَيَنْظُرُونَ إِلَيْهِ تَعَالَى،

Kami berkeyakinan bahwa Allah Ta’ala akan dilihat oleh orang-orang Mukmin di Akhirat dan mereka akan memandang kepada-Nya Ta’ala.

وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ مَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ﴾ [يونس: ٢٦]، قِيلَ: الْحُسْنَى الْجَنَّةُ، وَالزِّيَادَةُ النَّظَرُ إِلَى وَجْهِهِ تَعَالَى

Dalilnya adalah Firman Allah Ta’ala: “Orang-orang yang berbuat baik, mendapatkan husna dan ziyadah (tambahan).” (QS. Yunus: 26) Dikatakan: husna adalah Surga, dan ziyadah adalah memandang kepada Wajah-Nya Ta’ala.

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ﴾ [القيامة: ٢٢-٢٣]

Dan Firman-Nya Ta’ala: “Wajah-wajah (orang-orang Mukmin) pada hari itu berseri-seri, kepada Robb-nya mereka melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 22-23)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ﴾ [الزخرف: ٧١]، قِيلَ: تَلَذُّ الْأَعْيُنُ بِالنَّظَرِ إِلَى وَجْهِهِ تَعَالَى

Juga firman-Nya Ta’ala: “Dan di dalamnya terdapat segala yang diingini hati dan sedap (dipandang) mata; dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az-Zukhruf: 71) Dikatakan: Yang sedap (dipandang) mata adalah melihat kepada Wajah-Nya Ta’ala.

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾ [السجدة: ١٧]، قِيلَ: قُرَّةُ أَعْيُنِهِمْ بِالنَّظَرِ إِلَيْهِ تَعَالَى

Dan Firman-Nya Ta’ala: “Tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan bagi mereka (yaitu bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 17) Dikatakan: Yang menyedapkan pandangan mata mereka adalah dengan melihat kepada-Nya Ta’ala.

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ﴾ [الكهف: ١١٠]

Dan Firman-Nya Ta’ala: “Siapa mengharap perjumpaan dengan Robb-nya.” (QS. Al-Kahfi: 110)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ﴾ [العنكبوت: ٥]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Siapa mengharap perjumpaan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-’Ankabut: 5)

وَقَدْ قَالَ: «إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ الْقَمَرَ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ دُونَهُ حِجَابٌ، وَلَا تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ تَعَالَى» الْحَدِيثَ

Nabi telah bersabda: “Sesungguhnya kalian akan melihat Robb kalian sebagaimana kalian melihat bulan pada malam purnama, tidak ada penghalang di antara kalian dan Dia, dan kalian tidak akan berdesak-desakan dalam melihat-Nya Ta’ala.” Dan seterusnya. (HR. Al-Bukhori no. 7434)

وَرَوَى جَابِرُ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ: «نَحْنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى [كَوْمٍ] فَوْقَ النَّاسِ فَتُدْعَى الْأُمَمُ وَمَا كَانَتْ تَعْبُدُ الْأَوَّلَ فَالْأَوَّلَ، حَتَّى يَأْتِيَنَا رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَيَقُولُ مَا تَنْتَظِرُونَ؟ فَيَقُولُونَ: نَنْتَظِرُ رَبَّنَا تَعَالَى، قَالَ: أَنَا رَبُّكُمْ، فَيَقُولُونَ: حَتَّى نَنْظُرَ إِلَيْكَ، قَالَ: فَيَتَجَلَّى لَهُمْ تَعَالَى»، وَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ

Dan diriwayatkan Jabir bin Abdillah, ia berkata: Aku mendengar Rosulullah bersabda: “Kita pada Hari Kiamat berada di atas dataran tinggi di atas manusia, lalu umat-umat dipanggil satu per satu, yang pertama dulu kemudian yang berikutnya, hingga Robb kita Tabaroka wa Ta’ala datang kepada kita, lalu Dia berfirman: ‘Apa yang kalian tunggu?’ Mereka menjawab: ‘Kami menunggu Robb kami Ta’ala.’ Dia berfirman: ‘Aku adalah Robb kalian.’ Maka mereka berkata: ‘Sampai kami melihat-Mu.’ Dia berfirman: ‘Maka Dia akan menampakkan diri kepada mereka Ta’ala’.” Dan beliau menyebutkan hadits itu secara lengkap. (HR. Muslim no. 316)

فَدَلَّتْ هَذِهِ الْآيَةُ عَلَى أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُرَى فِي الْآخِرَةِ بِلَا رَيْبٍ وَلَا شَكٍّ

Maka ayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala akan dilihat di Akhirat tanpa keraguan sedikit pun.

Mendengar dan Taat Kepada Penguasa Zholim

وَنَعْتَقِدُ السَّمْعَ وَالطَّاعَةَ لِلْإِمَامِ، وَهُوَ الْخَلِيفَةُ مِنْ قُرَيْشٍ، لِقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ﴾ [النساء: ٥٩]، قِيلَ: أُولُو الْأَمْرِ الْخُلَفَاءُ، وَالْأُمَرَاءُ، وَالْفُقَهَاءُ

Kami berkeyakinan untuk mendengar dan taat kepada penguasa, yaitu kholifah dari Quroisy, berdasarkan Firman-Nya Ta’ala: “Taatilah Allah dan taatilah Rosul, dan Ulil Amri di antara kamu.” (QS. An-Nisa: 59) Dikatakan: Ulil Amri adalah para kholifah, para pemimpin, dan para fuqoha.

وَقَدْ قَالَ: «أَطِيعُوا مَنْ وُلِّيَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا»،

Dan beliau bersabda: “Taatilah siapa saja yang diangkat sebagai pemimpin atas kalian, meskipun ia adalah seorang budak Habasyi.” (HSR. Ibnu Majah no. 2862)

وَقَالَ: «الْأَئِمَّةُ مِنْ قُرَيْشٍ»، فَصَحَّ مَا قُلْنَاه

Dan beliau bersabda: “Para Imam itu dari Quroisy.” Maka benarlah apa yang kami katakan. (HSR. Ath-Thoyalisi no. 2247)

Mensholati Ahli Qiblat

وَنَعْتَقِدُ وُجُوبَ الصَّلَاةِ عَلَى كُلِّ مَنْ مَاتَ مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ إِلَّا الْمُبْتَدِعَةَ؛ لِأَنَّ وُجُوبَ الصَّلَاةِ فَرْضٌ عَلَى الْكِفَايَةِ

Kami berkeyakinan wajibnya Sholat atas setiap orang yang meninggal dari Ahlul Qiblah (umat Islam) kecuali para ahli bid’ah. Karena kewajiban Sholat adalah fardhu kifayah.

وَقَدْ قَالَ تَعَالَى لِنَبِيِّهِ : ﴿وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَوَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ﴾ [التوبة: ١٠٣]، وَأَمَرَ النَّبِيُّ ﷺ بِالصَّلَاةِ عَلَى الْمَوْتَى

Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya: “Doakan mereka, sesungguhnya doamu itu menjadi ketenteraman bagi mereka.” (QS. At-Taubah: 103) Dan Nabi memerintahkan untuk mensholati orang-orang yang telah meninggal.

Allah Turun Setiap Malam

وَنَعْتَقِدُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَنْزِلُ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فِي كُلِّ لَيْلَةٍ كَيْفَ شَاءَ وَكَمَا شَاءَ تَسْلِيمًا لِمَا قَالَ: «يَنْزِلُ رَبُّنَا كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ»

Kami berkeyakinan bahwa Allah Ta’ala turun ke langit dunia setiap malam, bagaimana dan seperti apa sesuai kehendak-Nya, sebagai bentuk taslim (penyerahan diri) terhadap sabda beliau: “Robb kita turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berfirman: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya? Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya? Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya?’” (HR. Al-Bukhori no. 1145)

وَيُسَلَّمُ هَذَا الْحَدِيثُ تَسْلِيمًا بِلَا كَيْفٍ وَلَا كَشْفٍ عَنْ مَعَانِيهِ، وَكَذَلِكَ الْأَخْبَارُ الْوَارِدَةُ فِي الصِّفَاتِ الَّتِي صَحَّتْ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، فَمَنْ فَسَّرَ هَذِهِ الْأَحَادِيثَ أَوْ كَيَّفَهَا فَقَدْ خَرَجَ عَنِ الطَّرِيقِ الْمُسْتَقِيمَةِ

Hadits ini diterima secara taslim tanpa menanyakan bagaimana (kaifa) dan tanpa mengungkap maknanya. Demikian pula berita yang datang tentang sifat-sifat yang shohih dari Rosulullah . Siapa yang menafsirkan hadits-hadits ini (seperti ta’wil) atau menanyakan bagaimana (kaifa) nya, maka ia telah keluar dari jalan yang lurus.

Beriman Kepada Surga dan Neraka

وَنَعْتَقِدُ أَنَّ أَهْلَ النَّارِ يَرَوْنَ وَجَعَ الْعَذَابِ؛ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ﴾ [إبراهيم من: ٢٢]، أَيْ: وَجِيعٌ؛ لِأَنَّ الْأَلَمَ هُوَ الْوَجَعُ

Kami berkeyakinan bahwa penghuni Neraka akan merasakan pedihnya adzab; berdasarkan Firman-Nya Ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang zolim itu mendapat adzab yang pedih.” (QS. Ibrohim: 22) Yaitu: yang menyakitkan. Karena alam adalah rasa sakit.

وَأَنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَا يَمُوتُونَ أَبَدًا كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا﴾ [البيئة: ٨]

Dan bahwa penghuni Surga tidak akan mati selamanya sebagaimana Firman-Nya Ta’ala: “Surga ‘And yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. Al-Bayyinah: 8)

﴿لَا يَذُوقُونَ فِيهَا الْمَوْتَ إِلَّا الْمَوْتَةَ الْأُولَى﴾ [الدخان: ٥٦]، يَعْنِي: لَا يَذُوقُونَ فِي الْجَنَّةِ مَوْتًا إِلَّا الْمَوْتَةَ الْأُولَى الَّتِي ذَاقُوهَا فِي الدُّنْيَا

“Mereka tidak akan merasakan kematian di dalamnya kecuali kematian yang pertama.” (QS. Ad-Dukhan: 56) Maksudnya: Mereka tidak akan merasakan kematian di Surga kecuali kematian yang pertama yang mereka rasakan di dunia.

وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «النَّوْمُ أَخُو الْمَوْتِ وَأَهْلُ الْجَنَّةِ لَا يَنَامُونَ»

Dan Rosulullah bersabda: “Tidur adalah saudara kematian, dan penghuni Surga tidak akan tidur.” (HSR. Ahmad no. 44)

Siksa dan Ni’mat Kubur

وَنَعْتَقِدُ أَنَّ فِي الْقَبْرِ نَعِيمًا وَعَذَابًا كَمَا يُرِيدُهُ اللَّهُ تَعَالَى لِعِبَادِهِ، وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾ [السجدة: ٢١]، قِيلَ: الْعَذَابُ الْأَدْنَى عَذَابُ الْقَبْرِ

Dan kami berkeyakinan bahwa di dalam kubur terdapat nikmat dan adzab sebagaimana yang Allah Ta’ala kehendaki bagi hamba-hamba-Nya. Dalilnya adalah Firman-Nya Ta’ala: “Dan sesungguhnya Kami akan menimpakan kepada mereka sebagian adzab yang dekat (di dunia) sebelum adzab yang lebih besar (di Akhirat), agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As-Sajdah: 21) Dikatakan: Adzab yang dekat adalah adzab kubur.

وَقَدْ رُوِيَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: «إِنَّ الْمَيِّتَ إِذَا دُفِنَ فُتِحَ لَهُ بَابٌ مِنَ الْجَنَّةِ، ثُمَّ يُفْتَحُ لَهُ بَابٌ مِنَ النَّارِ» وَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ

Dan telah diriwayatkan dari Rosulullah bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya jika mayit telah dikuburkan, maka dibukakan baginya satu pintu dari Surga, kemudian dibukakan baginya satu pintu dari Neraka.” Beliau menyebutkan hadits itu secara lengkap. (HSR. Abu Dawud no. 4753)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِأَنْفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ﴾ [الروم من: ٤٤]

Dan Firman-Nya Ta’ala: “Siapa mengerjakan amal sholih, maka adalah untuk diri mereka sendiri, mereka menyiapkan tempat yang nyaman.” (QS. Ar-Rum: 44)

Beriman Kepada Kebangkitan

وَنَعْتَقِدُ أَنَّ الْبَعْثَ بَعْدَ الْمَوْتِ حَقٌّ، وَالدَّلِيلُ عَلَيْهِ قَوْلُهُ تَعَالَى إِخْبَارًا عَنْ إِبْلِيسَ لَعَنَهُ اللَّهُ لِتَصْدِيقِهِ بِالْبَعْثِ: ﴿قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ. قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ﴾ [الأعراف: ١٤-١٥]

Kami berkeyakinan bahwa ba’ts (kebangkitan) setelah kematian adalah benar. Dalilnya adalah Firman-Nya Ta’ala yang mengabarkan tentang Iblis – semoga Allah melaknatnya – yang membenarkan ba’ts: “Iblis berkata: ‘Berilah tangguh aku sampai hari mereka dibangkitkan.’ Allah berfirman: ‘Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh’.” (QS. Al-A’rof: 14-15)

وَقَالَ تَعَالَى إِخْبَارًا عَنْ قَوْمٍ آخَرِينَ: ﴿مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ﴾ [يس: ٥٢]

Dan Firman-Nya Ta’ala yang mengabarkan tentang kaum lain: “Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur) ini? Inilah yang dijanjikan (Robb) Yang Maha Pengasih, dan benarlah para Rosul.” (QS. Yasin: 52)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ﴾، وَقَالَ تَعَالَى: ﴿إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى﴾ [يس: ١٢]

Dan Firman-Nya Ta’ala: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?” dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati.” (QS. Yasin: 12)

وَقَالَ: ﴿وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ﴾ [الأنعام: ٣٦]

Juga Firman-Nya: “Dan orang-orang yang mati akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nya mereka dikembalikan.” (QS. Al-An’am: 36)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ﴾ [التغابن: ٧]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Orang-orang kafir mengira bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: ‘Tidak demikian, demi Robb-ku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’ Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. At-Taghobun: 7)

Beriman Kepada Hisab

وَنَعْتَقِدُ أَنَّ الْحِسَابَ حَقٌّ، وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا﴾ [الانشقاق: ٧-٨]

Kami berkeyakinan bahwa hisab (perhitungan amal) adalah benar. Dalilnya adalah Firman-Nya Ta’ala: “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan dihisab dengan hisab yang mudah.” (QS. Al-Insyiqoq: 7-8)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿فَحَاسَبْنَاهَا حِسَابًا شَدِيدًا﴾ [الطلاق من الآية: ٨]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Maka Kami menghisabnya dengan hisab yang keras.” (QS. Ath-Tholaq: 8)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ، فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ﴾ [الحاقة: ٢٥]

Dan Firman-Nya Ta’ala: “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kirinya, maka ia berkata: ‘Aduhai kiranya aku tidak diberikan kitabku’.” (QS. Al-Haqqoh: 25)

Beriman Kepada Mizan

وَنَعْتَقِدُ أَنَّ لِلَّهِ مِيزَانًا يَزِنُ بِهِ أَعْمَالَ الْعِبَادِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Dan kami berkeyakinan bahwa Allah memiliki Mizan (timbangan) yang Dia gunakan untuk menimbang amal perbuatan hamba-hamba-Nya pada Hari Kiamat.

وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ﴾ [القارعة: ٦-٧]

Dalilnya adalah Firman-Nya Ta’ala: “Adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka ia berada dalam kehidupan yang memuaskan.” (QS. Al-Qori’ah: 6-7)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ﴾ [المؤمنون: ١٠٢-١٠٣]

Dan Firman-Nya Ta’ala: “Siapa berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di Neraka Jahannam.” (QS. Al-Mukminun: 102-103)

Beriman Kepada Syafaat

وَنَعْتَقِدُ أَنَّ الشَّفَاعَةَ حَقٌّ، وَأَنَّ الْمُجْرِمِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَا يُخَلَّدُونَ فِي النَّارِ وَإِنْ عَمِلُوا الْكَبَائِرَ، وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا﴾ [النساء: ٤٨]

Kami berkeyakinan bahwa Syafa’at adalah benar, dan bahwa orang-orang yang berdosa dari kalangan Mukmin tidak akan kekal di Neraka, meskipun mereka melakukan dosa-dosa besar. Dalilnya adalah Firman-Nya Ta’ala: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 48),

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا﴾ [الزمر: ٥٣]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (QS. Az-Zumar: 53)

وَقَالَ: «شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي»

Nabi bersabda: “Syafa’atku adalah untuk pelaku dosa besar dari umatku.” (HSR. At-Tirmidzi no. 2435)

وَقَالَ: «إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةً وَإِنَّ دَعْوَتِي [آخِرَتُهَا] شَفَاعَتِي لِأُمَّتِي»

Dan beliau bersabda: “Sesungguhnya setiap Nabi memiliki doa yang mustajab, dan sesungguhnya doaku terakhir adalah syafa’atku untuk umatku.” (HR. Al-Bukhori no. 6304)

وَقَالَ: «يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنَ الْإِيمَانِ»

Dan beliau bersabda: “Akan keluar dari Neraka siapa saja yang di dalam hatinya terdapat iman seberat dzarroh.” (HSR. At-Tirmidzi no. 2598)

وَقِيلَ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى﴾ [الضحى: ٥]، قِيلَ: الشَّفَاعَةُ

Dan dikatakan mengenai Firman-Nya Ta’ala: “Dan kelak Robb-mu pasti memberikan kepadamu (karunia-Nya), lalu (hati) kamu menjadi puas.” (QS. Adh-Dhuha: 5) Dikatakan: Yaitu syafa’at.

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ﴾ [البقرة من الآية: ٢٥٥]

Dan Firman-Nya Ta’ala: “Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya?” (QS. Al-Baqoroh: 255),

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى﴾ [الأنبياء: ٢٨]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Dan mereka tidak memberi syafa’at melainkan kepada orang yang diridhoi Allah.” (QS. Al-Anbiya: 28),

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ﴾ [سبأ: ٢٣]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi-Nya melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya.” (QS. Saba’: 23)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا﴾ [الإسراء: ٧٩] فَدَلَّتْ هَذِهِ الْآيَةُ عَلَى صِحَّةِ مَا قُلْنَاهُ

Dan Firman-Nya Ta’ala: “Mudah-mudahan Robb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isro: 79) Maka ayat ini menunjukkan kebenaran apa yang telah kami katakan.

Allah Memiliki Rohmat

وَنَعْتَقِدُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَهُ الرَّحْمَةَ عَلَى الْكَافِرِينَ وَالْمُؤْمِنِينَ فِي دَارِ الدُّنْيَا

Dan kami berkeyakinan bahwa Allah Ta’ala memiliki rohmat bagi orang-orang kafir dan Mukmin di dunia.

وَالدَّلِيلُ عَلَى أَنَّ لَهُ الرَّحْمَةَ فِي الدُّنْيَا عَلَى الْكَافِرِينَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَلَئِنْ أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَاهَا مِنْهُ إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ﴾ [هود: ٩]

Dalil bahwa Dia memiliki rohmat di dunia bagi orang-orang kafir adalah Firman-Nya Ta’ala: “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rohmat dari Kami, kemudian rohmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS. Hud: 9)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ نَعْمَاءَ بَعْدَ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ ذَهَبَ السَّيِّئَاتُ عَنِّي إِنَّهُ لَفَرِحٌ فَخُورٌ﴾ [هود: ١٠]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Dan jika Kami rasakan kepadanya nikmat setelah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata: ‘Telah hilang bencana-bencana itu dariku.’ Sesungguhnya dia sangat gembira lagi membanggakan diri.” (QS. Hud: 10)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَئُوسًا﴾ [الإسراء: ٨٣]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; dan apabila ia ditimpa keburukan, ia sangat berputus asa.” (QS. Al-Isro: 83)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ﴾ [الأعراف: ١٥٦]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Dan rohmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’rof: 156)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا﴾ [غافر: ٧]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Wahai Robb kami, rohmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu.” (QS. Ghafir: 7)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ﴾ [الأنبياء: ١٠٧]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Dan tiadalah Kami mengutusmu melainkan untuk (menjadi) rohmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿لَوْلَا أَنْ تَدَارَكَهُ نِعْمَةٌ مِنْ رَبِّهِ لَنُبِذَ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ مَذْمُومٌ﴾ [القلم: ٤٩]

Juga Firman-Nya Ta’ala: “Kalau sekiranya tidaklah ia disusul oleh nikmat dari Robb-nya, niscaya ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela.” (QS. Al-Qolam: 49)

Beriman Kepada Haudh

وَنَعْتَقِدُ أَنَّ لِلنَّبِيِّ ﷺ حَوْضًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ شَرِبَ مِنْهُ شَرْبَةً لَا يَظْمَأُ بَعْدَهَا أَبَدًا، مَاؤُهُ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، وَأَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَبْرَدُ مِنَ الثَّلْجِ، وَأَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ، وَأَلْيَنُ مِنَ الزُّبْدِ، كَمَا قَالَ النَّبِيُّ ﷺ.

Kami berkeyakinan bahwa Nabi memiliki Haudh (telaga) pada Hari Kiamat. Barangsiapa yang minum darinya satu teguk, ia tidak akan haus lagi selamanya. Airnya lebih manis dari madu, lebih putih dari susu, lebih dingin dari salju, lebih harum dari misik, dan lebih lembut dari mentega. Sebagaimana sabda Nabi .

وَقَالَ: «إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ حَوْضِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى أَوْسَعَ مِنْ أَيْلَةَ - قَرْيَةٌ مِنْ طَارِقِ أَرْضِ الشَّامِ إِلَى مَكَّةَ، وَأَنَّ فِيهِ مِنَ الْأَبَارِيقِ أَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ الْكَوَاكِبِ» كَمَا قَالَ .

Dan beliau bersabda: “Aku sangat berharap Haudh-ku, In syaa Allah, lebih luas dari Ailah (sebuah desa di jalan tanah Syam) hingga Makkah, dan di dalamnya terdapat teko-teko lebih banyak dari jumlah bintang.” Sebagaimana yang beliau sabdakan. (HHR. Ath-Thobroni no. 3342 dalam Asy-Syamiyyin)

Beriman Kepada Shiroth

وَنَعْتَقِدُ أَنَّ الصِّرَاطَ حَقٌّ، وَيُنْصَبُ عَلَى جَهَنَّمَ، وَعَلَيْهِ حَسَكٌ وَكَلَالِيبُ، أَدَقُّ مِنَ الشَّعْرِ، وَأَحَدُّ مِنَ السَّيْفِ، يَمُرُّ النَّاسُ عَلَيْهِ.

Kami berkeyakinan bahwa Shiroth (jembatan) adalah benar, dan akan dipasang di atas Neraka Jahannam. Di atasnya terdapat duri dan pengait. Shiroth lebih halus dari rambut, dan lebih tajam dari pedang. Orang-orang akan melewatinya.

وَقَدْ رُوِيَ فِي خَبَرٍ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: «إِذَا جَمَعَ اللَّهُ الْخَلَائِقَ نُودِيَ مِنْ بُطْنَانِ الْعَرْشِ: يَا أَهْلَ الْجَمْعِ نَكِّسُوا رُؤُوسَكُمْ، وَغُضُّوا أَبْصَارَكُمْ، حَتَّى تَمُرَّ فَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ عَلَى الصِّرَاطِ»

Dan telah diriwayatkan dalam sebuah berita bahwa Nabi bersabda: “Apabila Allah mengumpulkan semua makhluk, maka akan diseru dari dalam Arsy: ‘Wahai penduduk perkumpulan, tundukkan kepala kalian, dan pejamkan pandangan kalian, sampai Fathimah binti Rosulullah melewati Shiroth’.” (HR. Al-Hakim no. 4728)

Menjauhi Debat Kusir dalam Agama

وَنَعْتَقِدُ أَنَّ الْجِدَالَ وَالْمِرَاءَ فِي الدِّينِ وَالْكَلَامَ فِي الصَّحَابَةِ، وَالْكَلَامَ فِي الْقُرْآنِ مَنْهِيٌّ عَنْهُ لِمَا رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ نَهَى عَنِ الْجِدَالِ وَالْمِرَاءِ فِي الدِّينِ

Kami berkeyakinan bahwa jidal (perdebatan), miro’ (perselisihan) dalam agama, pembicaraan tentang para Shohabat, dan pembicaraan tentang Al-Qur’an adalah terlarang. Karena telah diriwayatkan dari Nabi bahwa beliau melarang jidal dan miro’ dalam agama.

وَقَالَ: «اذْكُرُوا مَحَاسِنَ أَصْحَابِي، وَلَا تَذْكُرُوا مَسَاوِيَهُمْ، فَتَخْتَلِفُ عَلَيْكُمْ قُلُوبُكُمْ»

Beliau bersabda: “Sebutkanlah kebaikan-kebaikan Shohabatku, dan janganlah kalian menyebutkan keburukan-keburukan mereka, agar hati kalian tidak berselisih.” (HR. Ad-Dailami no. 7362)

وَلَوْلَا خَوْفُ التَّطْوِيلِ بِالِاسْتِدْلَالِ عَلَى هَذِهِ السُّنَنِ الْمَذْكُورَةِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى وَمِنْ سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَمِنْ كَلَامِ الْأَئِمَّةِ أَكْثَرَ مِنْ هَذَا

Seandainya bukan karena khawatir terlalu panjang jika harus menyebutkan dalil-dalil atas Sunnah-Sunnah yang disebutkan ini dari Kitab Allah Ta’ala, dari Sunnah Rosulullah , dan dari ucapan para imam, niscaya akan disebutkan lebih banyak dari ini.

وَلَكِنْ قَدْ قِيلَ: مَنْ لَمْ تَنْفَعْهُ قَلِيلُ الْحِكْمَةِ ضَرَّهُ كَثِيرُهَا

Namun telah dikatakan: ‘Siapa tidak bermanfaat baginya sedikit hikmah, maka banyaknya hikmah justru akan membahayakannya.”

وَقَدْ رَوَى ابْنُ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: (اتَّبِعُوا وَلَا تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ). فَكَذَلِكَ [فَإِذَا كَانَ الْأَمْرُ كَذَلِكَ، وَالتَّطْوِيلُ فِي مَا لَا يَحْتَمِلُ]

Telah meriwayatkan Ibnu Mas‘ud Rodhiyallahu ‘Anhu bahwa beliau berkata: ‘Ikutilah (ajaran yang sudah ada) dan jangan membuat-buat perkara baru, sungguh kalian telah dicukupkan.’ Maka demikian pula (keadaannya) — jika memang seperti itu, maka memperpanjang (pembahasan) dalam perkara yang tidak layak untuk diperpanjang pun tidaklah tepat.

وَاللَّهُ أَعْلَمُ

Allah lebih mengetahui.

نَفَعَنَا اللَّهُ فِيمَا قُلْنَا وَنَفَعَ النَّاظِرَ فِيهِ وَالْعَامِلَ، آمِينَ

Semoga Allah memberikan manfaat kepada kami dalam apa yang telah kami katakan, dan memberikan manfaat kepada orang yang membacanya serta mengamalkannya. Amin.

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا

Semoga sholawat dan salam tercurah kepada Sayyidina Muhammad, keluarga, dan para Shohabatnya.

***


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
×

Konsultasi Syariah ke Penulis?

Yuk, gabung dengan komunitas kami di WhatsApp untuk konsultasi syariah gratis.