[PDF] Tarjamah Aqidah Imam Asy-Syafi'i Riwayat Shohih Al-Yasufi
Unduh PDF
Pengantar Pentarjamah
Tersebar ungkapan: “Syafii dalam fiqih dan Asy’ari dalam aqidah.” Ucapan
ini tidak benar, karena Imam Asy-Syafii menetapkan Nama dan Sifat Allah tanpa ta’wil
dan tasybih, berbeda dengan Asya’iroh yang menta’wilnya.
Maka naskah ini sangat penting untuk menjelaskan Aqidah Imam Asy-Syafii
yang sesungguhnya secara valid, menurut ilmu hadits.
Yang saya lakukan pada tarjamah:
1) Merujuk pada tahqiq Prof. Dr. Thoriq bin Said Al-Qohthoni yang merujuk
kepada naskah shohih dari Imam Shodruddin Al-Yasufi.
2) Meninggalkan footnote pentahqiq yang berkaitan dengan informasi
lafazh-lafazh di manuskrip lain.
3) Adapun takhrij hadits, saya sebutkan secara ringkas di halaman utama.
Bagi yang ingin takhrij luas, bisa merujuk langsung ke kitab aslinya di sini.
4) Naskah asal berisi 2 pembahasan, seakan-akan 2 bahasan Aqidah lalu saya
terjemahkan apa adanya. Bagian pertama shohih dari Asy-Syafii, sementara bagian
kedua diperdebatkan apakah dinisbatkan kepada Syafii atau Ibnu Jarir
Ath-Thobari. Pentaqiq menguatkan ke Imam Asy-Syafii.
5) Semua judul dan subjudul adalah dari pentarjamah, untuk memudahkan
kerangka tulisan.
Sebagaimana proyek mendekatkan umat kepada ejaan fasih, penerjemah
menggunakan ejaan O bukan A, seperti Sholat bukan shalat apalagi salat.[]
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Dengan menyebut nama Allah, Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Semoga sholawat dan salam tercurah kepada Sayyidina Muhammad,
keluarga, dan para Shohabatnya.
Aqidah Imam Asy-Syafi’i #1
مُعْتَقَدُ الْإِمَامِ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدِ بْنِ إِدْرِيسَ الشَّافِعِيِّ
- قَدَّسَ اللَّهُ رُوحَهُ وَرَضِيَ عَنْهُ
Keyakinan Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i –
semoga Allah menyucikan ruhnya dan meridhainya.
قَالَ الشَّيْخُ الْإِمَامُ الْحَافِظُ صَدْرُ الدِّينِ الْيَاسُوفِيُّ رَحِمَهُ
اللَّهُ تَعَالَى، قَالَ حَدَّثَنَا لِسَانُ الْأَدَبِ وَحُجَّةُ الْعَرَبِ بَدْرُ
الدِّينِ مُحَمَّدُ بْنُ نَجْمُ الدِّينِ [مَكِّيُّ] بْنُ أَبِي الْغَنَائِمِ الْمَعَرِّيُّ
الشَّافِعِيُّ قَالَ: أَخْبَرَنَا الشَّيْخُ الْإِمَامُ الْعَالِمُ الْعَامِلُ الْقُدْوَةُ،
الْحَافِظُ، الْمُفْتِي الْخَطِيبُ الزَّاهِدُ الْعَارِفُ، الْبَارِعُ، شَيْخُ الْمَشَايِخِ،
فَخْرُ الْأُمَّةِ، تَاجُ الْعُلَمَاءِ، فَخْرُ الْخُطَبَاءِ، أَبُو الْعَبَّاسِ أَحْمَدُ
بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْفَرَجِ الْفَارُوثِيُّ الشَّافِعِيُّ خَطِيبُ
جَامِعِ دِمَشْقَ رَحِمَهُ اللَّهُ قَالَ: أَخْبَرَنَا الشَّيْخُ الْإِمَامُ بَدْرُ
الدِّينِ أَبُو الْقَاسِمِ عَلِيُّ بْنُ الْحَافِظِ أَبِي الْفَرَجِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ عَلِيٍّ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ الْجَوْزِيِّ - قَدَّسَ اللَّهُ رُوحَهُ، أَخْبَرَنَا
أَبُو سَعِيدٍ عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ يَحْيَى بْنِ هِلَالِ بْنِ الْأَعْرَابِيِّ
قِرَاءَةً عَلَيْهِ بِبَغْدَادَ، أَخْبَرَنَا أَبُو الْعِزِّ أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ
اللَّهِ الْعُكْبَرِيُّ، أَخْبَرَنَا: أَبُو طَالِبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْفَتْحِ الْعُشَارِيُّ،
أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ مَرْدَكِ الْبَرْذَعِيُّ،
أَخْبَرَنَا: أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي حَاتِمٍ الرَّازِيُّ،
أَنْبَأَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الْمِصْرِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ
اللَّهِ مُحَمَّدَ بْنَ إِدْرِيسَ الشَّافِعِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ - وَقَدْ
سُئِلَ عَنْ صِفَاتِ اللَّهِ تَعَالَى وَمَا يَنْبَغِي أَنْ يُؤْمَنَ بِهِ، فَقَالَ:
Asy-Syaikh Al-Imam Al-Hafizh Shodruddin Al-Yasufi Rohimahullah
berkata: Telah menceritakan kepada kami Lisanul Adab dan Hujjatul Arob
Badruddin Muhammad bin Najmuddin [Makki] bin Abil Ghona’im Al-Ma’arri Asy-Syafi’i,
ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Asy-Syaikh Al-Imam Al-’Alim Al-’Amil
Al-Qudwah, Al-Hafizh, Al-Mufti Al-Khothib Az-Zahid Al-’Arif, Al-Bari’, Syaikhul
Masyayikh, Fakhrul Ummah, Tajul Ulama, Fakhrul Khuthoba’, Abul Abbas Ahmad bin
Ibrohim bin Umar bin Al-Faroj Al-Faruthi Asy-Syafi’i, Khothib Jami’ Dimasyq Rohimahullah
ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Asy-Syaikh Al-Imam Badruddin Abul
Qosim Ali bin Al-Hafizh Abil Faroj Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin
Al-Jauzi – Qoddasallahu Ruhahu, mengabarkan kepada kami Abu Sa’id Abdul
Jabbar bin Yahya bin Hilal bin Al-A’robi secara qiro’ah (dibacakan
kepadanya) di Baghdad: mengabarkan kepada kami Abul Izz Ahmad bin Abdillah
Al-Ukbari: mengabarkan kepada kami Abu Tholib Muhammad bin Al-Fath ‘Al-Ushari:
mengabarkan kepada kami Abul Hasan Ali bin Abdul Aziz bin Mardak Al-Bardza’i:
mengabarkan kepada kami Abu Muhammad Abdurrohman bin Abi Hatim Ar-Rozi:
mengabarkan kepada kami Yunus bin Abdil A’la Al-Mishri, ia berkata: Aku
mendengar Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i Rodhiyallahu ‘Anhu
berkata ketika ditanya tentang sifat-sifat Allah Ta’ala dan apa yang
sepatutnya diimani, maka ia berkata:
Beriman
Kepada Nama Allah dan Sifat-Nya
لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَسْمَاءٌ وَصِفَاتٌ جَاءَ بِهَا كِتَابُهُ، وَأَخْبَرَ
بِهَا نَبِيُّهُ أُمَّتَهُ، لَا يَسَعُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِ اللَّهِ تَعَالَى قَامَتْ
عَلَيْهِ الْحُجَّةُ رَدُّهَا؛
Allah Tabaroka wa Ta’ala memiliki nama-nama dan
sifat-sifat yang disebutkan dalam Kitab-Nya, dan Rosul-Nya telah mengabarkannya
kepada umatnya. Tidak ada seorang pun dari makhluk Allah Ta’ala yang
telah sampai kepadanya hujjah ini dibolehkan untuk menolaknya.
لِأَنَّ الْقُرْآنَ نَزَلَ بِهَا، وَصَحَّ عَنِ النَّبِيِّ الْقَوْلُ بِهَا
فِيمَا رَوَى عَنْهُ الْعَدْلُ؛ فَإِنْ [خَانَ اللَّهَ] بَعْدَ ثُبُوتِ الْحُجَّةِ
عَلَيْهِ بِهِ فَهُوَ كَافِرٌ،
Karena Al-Qur’an diturunkan berisi sifat-sifat itu, dan
telah shohih dari Nabi ﷺ perkataan tentangnya dalam
riwayat yang disampaikan oleh orang yang adil, naka jika seseorang mengkhianati
Allah (dengan menolak tersebut) setelah tegaknya hujjah atasnya, maka ia kafir.
فَأَمَّا قَبْلَ ثُبُوتِ الْحُجَّةِ عَلَيْهِ [مِنْ جِهَةِ الْخَبَرِ] [فَمَعْذُورٌ]
بِالْجَهْلِ؛ لِأَنَّ عِلْمَ اللَّهِ لَا يُدْرَكُ بِالْعَقْلِ، وَلَا بِالرُّؤْيَةِ
وَالْفِكْرِ.
Adapun sebelum tegaknya hujjah (dari segi khobar), maka ia
dimaafkan karena ketidaktahuan. Hal
itu disebabkan ilmu Allah tidak dapat diraih dengan akal, dan tidak pula
dengan pandangan atau pikiran.
وَنَحْوُ ذَلِكَ إِخْبَارُ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:
Contohnya adalah pemberitahuan Allah Subhanahu wa Ta’ala
bahwa:
Allah
Mendengar dan Melihat
أَنَّهُ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Dua
Tangan Allah
وَأَنَّ لَهُ يَدَيْنِ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ﴾
[المائدة: ٦٤]
Dan
bahwa Dia memiliki dua tangan dengan Firman-Nya Ta’ala: “Bahkan kedua
tangan-Nya terbentang.” (QS. Al-Ma’idah: 64)
وَأَنَّ لَهُ يَمِينًا بِقَوْلِهِ: ﴿وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتُ بِيَمِينِهِ﴾
[الزمر: ٦٧]
Dan
bahwa Dia memiliki tangan kanan dengan Firman-Nya: “Dan langit digulung dengan
tangan kanan-Nya.” (QS. Az-Zumar: 67)
Wajah
Allah
وَأَنَّ لَهُ وَجْهًا بِقَوْلِهِ: ﴿كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ﴾
[القصص: ٨٨]
Dan
bahwa Dia memiliki Wajah dengan Firman-Nya: “Segala sesuatu akan binasa kecuali
Wajah-Nya.” (QS. Al-Qoshosh: 88)
وَقَوْلِهِ: ﴿وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ﴾
[الرحمن: ٢٧]
Dan
Firman-Nya: “Dan tetap kekal Wajah Robb-mu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan.” (QS. Ar-Rohman: 27)
Kaki
Allah
وَأَنَّ لَهُ قَدَمًا بِقَوْلِهِ: «حَتَّى يَضَعَ الْجَبَّارُ (الرَّبُّ)
فِيهَا قَدَمَهُ»، يَعْنِي: فِي جَهَنَّمَ
Dia memiliki kaki berdasarkan sabda Nabi ﷺ: “Sampai Al-Jabbar (Robb) meletakkan kaki-Nya di dalamnya.” Yakni di Jahannam. (HR. Al-Bukhori no. 6661)
Allah Tertawa
وَأَنَّهُ يَضْحَكُ مِنْ عَبْدِهِ الْمُؤْمِنِ بِقَوْلِهِ ﷺ لِلَّذِي قُتِلَ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ: «إِنَّهُ لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ يَضْحَكُ إِلَيْهِ»
Dan bahwa Dia tertawa kepada hamba-Nya yang beriman dengan
sabda Nabi ﷺ kepada orang yang
terbunuh di jalan Allah: “Sesungguhnya dia bertemu Allah dalam keadaan Dia
tertawa kepadanya.” (HR.
Al-Bukhori no. 2826)
Allah Turun ke Langit Dunia Setiap Malam
وَأَنَّهُ يَهْبِطُ كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا بِخَبَرِ رَسُولِ
اللَّهِ ﷺ بِذَلِكَ
Dan bahwa Dia turun setiap malam ke langit dunia berdasarkan berita Rosulullah ﷺ tentang hal itu. (HR. Al-Bukhori no. 1145)
Mata Allah
وَأَنَّهُ لَيْسَ بِأَعْوَرَ بِقَوْلِ النَّبِيِّ ﷺ إِذْ ذَكَرَ الدَّجَّالَ،
فَقَالَ: «إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ»
Dan bahwa Dia tidaklah a’war (buta salah satu mata) dengan
sabda Nabi ﷺ ketika menyebutkan
Dajjal, lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya ia a’war, dan sesungguhnya
Robb kalian tidak a’war.” (HR. Al-Bukhori no. 7407)
Allah
Dilihat di Akhirat
وَأَنَّ الْمُؤْمِنِينَ يَرَوْنَ رَبَّهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَبْصَارِهِمْ
كَمَا يَرَوْنَ الْقَمَرَ لَيْلَةَ الْبَدْرِ
Dan bahwa orang-orang Mukmin akan melihat Robb mereka pada
Hari Kiamat dengan mata kepala mereka sebagaimana mereka melihat bulan pada
malam purnama. (HR.
Al-Bukhori no. 7437)
Jari
Allah
وَأَنَّ لَهُ إِصْبَعًا بِقَوْلِهِ ﷺ: «مَا مِنْ قَلْبٍ إِلَّا (وَهُوَ)
بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ (يُقَلِّبُهُ كَيْفَ
شَاءَ)»
Dan bahwa Dia memiliki jari dengan sabda Nabi ﷺ: “Tidak ada satu hati pun kecuali berada di
antara dua jari dari jari-jemari Ar-Rohman ‘Azza wa Jalla, Dia
membolak-baliknya sesuka-Nya.” (HSR. Ibnu Majah no. 199)
فَإِنَّ هَذِهِ الْمَعَانِيَ الَّتِي وَصَفَ اللَّهُ تَعَالَى بِهَا نَفْسَهُ
وَوَصَفَهُ بِهَا رَسُولُهُ مِمَّا لَا يُدْرَكُ [حُسْنُهُ] بِالْفِكْرِ [وَالرُّؤْيَةِ]،
فَلَا يَكْفُرُ أَحَدٌ بِالْجَهْلِ بِهَا إِلَّا بَعْدَ انْتِهَاءِ الْخَبَرِ إِلَيْهِ
بِهَا،
Sesungguhnya makna-makna ini—yang Allah Ta‘ala
menyifati Diri-Nya dengannya, dan yang Rosul-Nya ﷺ
menyifati-Nya dengannya—adalah sesuatu yang tidak bisa dipahami dengan baik oleh akal dan
penglihatan, maka
tidaklah seseorang dihukumi kafir hanya karena tidak mengetahui sifat-sifat
ini, kecuali setelah berita (tentang sifat-sifat itu) sampai kepadanya.
فَإِنْ كَانَ الْوَارِدُ بِذَلِكَ خَبَرًا يَقُومُ فِي الْفَهْمِ مَقَامَ الْمُشَاهَدَةِ
مِنَ السَّمَاعِ وَجَبَتِ الدَّيْنُونَةُ عَلَى سَامِعِهِ بِحَقِيقَتِهِ وَالزِّيَادَةِ
عَلَيْهِ كَمَا عَايَنَ [وَسَمِعَ مِنْ] رَسُولِ اللَّهِ ﷺ.
Jika berita yang sampai kepadanya itu bersifat sangat
jelas—yang dalam pemahaman menempati kedudukan seperti menyaksikan langsung
karena kuat dan jelasnya pendengaran (dari nash), maka wajib baginya untuk
meyakininya secara hakiki dan memperkuatnya dengan tambahan keimanan atas dasar
keyakinan itu, sebagaimana orang yang menyaksikan langsung dan mendengar
langsung dari Rosulullah ﷺ.
وَلَكِنْ نُثْبِتُ هَذِهِ الصِّفَاتِ، وَنَنْفِي التَّشْبِيهَ كَمَا نَفَى
[اللَّهُ] عَنْ نَفْسِهِ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْبَصِيرُ﴾ [الشورى: ١١]
Akan tetapi kami menetapkan sifat-sifat ini, dan meniadakan tasybih
(menyerupakan Allah dengan
makhluk) sebagaimana Allah meniadakan dari diri-Nya dengan Firman-Nya Ta’ala:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS. Asy-Syuro: 11)
Al-Quran Kalamullah Bukan Makhluk
وَعَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ سُلَيْمَانَ
قَالَ: سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ يَقُولُ: وَقَالَ لَفْظِي بِالْقُرْآنِ أَوْ قَالَ الْقُرْآنُ
لَفْظِي كُلُّهَا
Dari Abdurrohman bin Abi Hatim, dari Ar-Robi’ bin Sulaiman,
ia berkata: Aku mendengar Asy-Syafi’i berkata: “Ucapan, ‘Lafazhku dengan Al-Qur’an’
atau dia berkata ‘Al-Qur’an adalah lafazhku seluruhnya’ (adalah sama saja boleh
jika Kalamullah yang dimaksud).”
[وَقَالَ]:
آمَنْتُ بِاللَّهِ وَمَا جَاءَ عَنِ اللَّهِ عَلَى مُرَادِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
وَآمَنْتُ بِرَسُولِ اللَّهِ وَمَا جَاءَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ فِيمَا أَرَادَ رَسُولُ
اللَّهِ
Ia berkata:
“Aku beriman kepada Allah dan apa yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
sesuai dengan maksud Allah. Dan aku beriman kepada Rosulullah dan apa yang
datang dari Rosulullah sesuai dengan maksud Rosulullah.”
بَابُ صِفَةِ اعْتِقَادِ السُّنَّةِ
Aqidah
Imam Asy-Syafi’i #2
تَأْلِيفُ الْإِمَامِ الْجَلِيلِ شَيْخِ الْإِسْلَامِ الْمُجْتَهِدِ أَبِي عَبْدِ
اللَّهِ مُحَمَّدِ بْنِ إِدْرِيسَ الشَّافِعِيِّ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَرَضِيَ
عَنْهُ وَنَفَعَ بِهِ آمِينَ.
Karya Al-Imam Al-Jalil Syaikhul Islam Al-Mujtahid Abu
Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i – Rohimahullahu Ta’ala
dan Rodhiyya ‘Anhu dan semoga Allah memberikan manfaat dengannya, amin.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، رَبِّي يَسِّرْ يَا كَرِيمُ، اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Dengan menyebut nama Allah, Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Robb-ku mudahkanlah, wahai Yang Maha Pemurah. Ya Allah, curahkan
sholawat kepada Muhammad, keluarga, dan para Shohabatnya.
Perintah
Mengikuti Nabi ﷺ
قَالَ تَعَالَى: ﴿لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ﴾
[الأحزاب: ٢١]
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab: 21)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ
وَلَا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنْتُمْ تَسْمَعُونَ﴾ [الأنفال: ٢٠]
Dia Ta’ala berfirman: “Wahai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan Rosul-Nya dan janganlah kamu berpaling dari-Nya,
sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya).” (QS. Al-Anfal: 20)
فَأَمَرَ اللَّهُ تَعَالَى بِاتِّبَاعِ رَسُولِهِ وَقَبُولِ قَوْلِهِ وَالْقُدْوَةِ
بِهِ، فَعَلَّمَنَا اتِّبَاعَهُ كَمَا أَمَرَ اللَّهُ تَعَالَى وَأَمَرَ النَّبِيُّ
ﷺ بِلُزُومِ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى وَالتَّمَسُّكِ بِهِ وَبِسُنَّتِهِ
Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengikuti Rosul-Nya
dan menerima perkataan-Nya serta meneladaninya. Dia mengajarkan kita untuk
mengikutinya sebagaimana Allah Ta’ala memerintahkan, dan Nabi ﷺ memerintahkan untuk berpegang teguh pada
Kitabullah Ta’ala dan berpegang pada Sunnahnya.
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ
مِنْ بَعْدِي»
Nabi ﷺ bersabda: “Wajib atas
kalian (berpegang teguh) pada Sunnahku dan Sunnah para Khulafaur Rosyidin
setelahku.” (HSR. Abu Dawud no. 4607)
وَقَالَ: «عَلَيْكُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ فَإِنَّهُ الْحَبْلُ الْمَتِينُ»
Beliau
bersabda: “Wajib atas kalian (berpegang teguh) pada Kitabullah, karena ia
adalah tali yang kokoh.” (HR. At-Tirmidzi no. 2906)
وَأَمَرَ أَيْضًا بِاتِّبَاعِ السَّوَادِ الْأَعْظَمِ، وَقَالَ: «الْجَمَاعَةُ
رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ»
Dan beliau juga memerintahkan untuk mengikuti Sawadul A’zhom
(mayoritas), dan beliau bersabda: “Al-Jama’ah (persatuan) adalah rohmat,
sedangkan perpecahan adalah adzab.” (HSR. Ahmad no. 18449)
وَقَالَ تَعَالَى تَأْكِيدًا لِمَا قَالَهُ النَّبِيُّ ﷺ: ﴿وَمَنْ يُشَاقِقِ
الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ
نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا﴾ [النساء:
١١٥]
Dan Allah Ta’ala berfirman sebagai penegasan atas apa
yang dikatakan Nabi ﷺ: “Siapa menentang
Rosul setelah jelas baginya petunjuk, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang Mukmin, Kami biarkan dia berkuasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan Kami masukkan dia ke dalam Neraka Jahannam, dan Jahannam
itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa: 115)
Larangan Bid’ah
فَعَلَّمَنَا لُزُومَ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى وَسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ وَطَرِيقِ
جَمَاعَةِ الْمُسْلِمِينَ، وَتَرْكَ الِاخْتِرَاعِ وَالِابْتِدَاعِ
Allah mengajarkan kita untuk berpegang teguh pada Kitabullah
Ta’ala dan Sunnah Rosulullah ﷺ,
serta jalan jamaah Muslimin, dan meninggalkan penemuan-penemuan baru dalam
agama (ikhtiro’) dan bid’ah.
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ: «إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ افْتَرَقُوا عَلَى إِحْدَى
وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَإِنَّ النَّصَارَى افْتَرَقُوا عَلَى اثْنَيْنِ وَسَبْعِينَ
فِرْقَةً، وَإِنَّ أُمَّتِي سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، كُلُّهُمْ
عَلَى الضَّلَالِ إِلَّا السَّوَادَ الْأَعْظَمَ، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا
السَّوَادُ الْأَعْظَمُ؟ قَالَ: مَنْ كَانَ مِنْ أُمَّتِي عَلَى مَا كُنْتُ عَلَيْهِ
أَنَا وَأَصْحَابِي، وَلَمْ يُمَارِ فِي دِينِ اللَّهِ، وَلَمْ يُكَفِّرْ أَحَدًا مِنْ
أَهْلِ التَّوْحِيدِ بِذَنْبٍ». وَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ
Rosulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Bani Isroil terpecah menjadi 71 golongan, dan sesungguhnya
Nashoro terpecah menjadi 72 golongan, dan sesungguhnya umatku akan terpecah
menjadi 73 golongan, semuanya dalam kesesatan kecuali Sawadul A’zhom.” Mereka
bertanya, “Wahai Rosulullah, apakah Sawadul A’zhom itu?” Beliau
bersabda: “Siapa saja dari umatku yang berada di atas apa yang aku dan para
Shohabatku jalani, dan tidak berdebat dalam agama Allah, dan tidak mengkafirkan
seorang pun dari Ahlut Tauhid karena dosa.” Beliau menyebutkan hadits itu secara lengkap. (HSR. Ath-Thobroni no. 7659 dalam Al-Kabir
dan At-Tirmidzi no. 2641)
وَقَالَ: «يَدُ اللَّهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ»
Nabi ﷺ bersabda: “Tangan
Allah bersama Jama’ah.” (HSR. An-Nasai no. 4020)
Al-Quran Kalamullah Bukan Makhluk #2
قَالَ: فَمِنَ السُّنَّةِ أَنْ يُعْتَقَدَ فِي الْقَلْبِ: أَنَّ الْقُرْآنَ
كَلَامُ اللَّهِ غَيْرُ مَخْلُوقٍ مَقْرُوءًا، وَمَحْفُوظًا، وَمَكْتُوبًا، وَمَسْمُوعًا،
وَمَتْلُوًّا، وَأَنَّهُ لَا فَرْقَ بَيْنَ الْقِرَاءَةِ وَالْمَقْرُوءِ، وَالتِّلَاوَةِ
وَالْمَتْلُوِّ، وَالْقَوْلِ وَالْمَقُولِ
Termasuk dari As-Sunnah (aqidah) adalah berkeyakinan dalam
hati bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah (ucapan Allah) yang tidak makhluk, baik
ketika dibaca, dihafal, ditulis, didengar, maupun dilantunkan. Tidak ada perbedaan antara qiro’ah
(bacaan) dan yang dibaca, antara tilawah (pelantunan) dan yang
dilantunkan, antara qoul (ucapan) dan yang diucapkan.”
وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ﴾ [التوبة: ٦]
Dalilnya adalah Firman Allah Ta’ala: “Dan jika salah
seorang dari orang-orang musyrik meminta perlindungan kepadamu, maka
lindungilah dia sampai dia mendengar Kalamullah.” (QS. At-Taubah: 6)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ
بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ﴾ [البقرة: ٧٥] يَعْنِي مِنْ رَسُولِ اللَّهِ
وَمِنْ فِيهِ
Juga firman-Nya Ta’ala: “Apakah kamu masih
mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka
mendengar Kalamullah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya,
padahal mereka mengetahui?” (QS. Al-Baqoroh: 75) Yakni dari Rosulullah dan dari
mulutnya.
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَنْ
نَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ﴾ [النحل: ٤٠]
Juga Firman-Nya Ta’ala: “Sesungguhnya perkataan Kami
terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: ‘Jadilah!’
maka jadilah ia.” (QS. An-Nahl: 40)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى
أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ، وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ
لِبَعْضٍ ظَهِيرًا﴾ [الإسراء: ٨٨]
Juga Firman-Nya Ta’ala: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya
jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian
mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain’.” (QS. Al-Isro: 88)
فَكَمَا أَنَّ اللَّهَ لَا مَثِيلَ لَهُ، فَكَذَلِكَ كَلَامُهُ لَا مِثْلَ
تَعَالَى لَهُ؛ لِأَنَّ كُلَّ مَخْلُوقٍ لَهُ مِثْلٌ، فَدَلَّتْ هَذِهِ الْآيَةُ عَلَى
صِحَّةِ مَا قُلْنَاهُ.
Sebagaimana
Allah tidak ada yang serupa dengan-Nya, demikian pula Kalamullah tidak ada yang
serupa dengan-Nya Ta’ala. Karena setiap makhluk memiliki keserupaan,
maka ayat ini menunjukkan kebenaran apa yang telah kami katakan.
وَقَدْ رَوَى مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
ﷺ قَالَ: «السَّبْعُ، وَمَنْ فِيهِنَّ، إِلَى الدَّرَكِ الْأَسْفَلِ إِلَى الثَّرَى
وَإِلَى الطِّينِ الْأَسْفَلِ، وَإِلَى الرِّيحِ الْهَفَّافَةِ، إِلَى مَا انْتَهَتْ
إِلَيْهِ الْحُدُودُ، كُلُّ ذَلِكَ مَخْلُوقٌ مَا خَلَا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ كَلَامُ
اللَّهِ تَعَالَى»
Dan telah diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal Rodhiyallahu
‘Anhu bahwa Rosulullah ﷺ bersabda: “Tujuh
lapis langit, dan siapa saja yang ada di dalamnya, hingga dasar yang paling
bawah, hingga tanah, dan hingga lumpur paling bawah, dan hingga angin yang
bertiup kencang, hingga batas akhir, semua itu adalah makhluk kecuali Al-Qur’an
karena ia adalah Kalamullah Ta’ala.”
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: (الْقُرْآنُ كَلَامُ اللَّهِ
تَعَالَى لَيْسَ بِمَخْلُوقٍ)
Dari Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: “Al-Qur’an
adalah Kalamullah Ta’ala bukan makhluk.”
Manusia Terbaik Shohabat Nabi ﷺ
وَنَعْتَقِدُ أَنَّ أَفْضَلَ النَّاسِ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَبُو بَكْرٍ
الصِّدِّيقُ، ثُمَّ عُمَرُ الْفَارُوقُ، ثُمَّ عُثْمَانُ [ذُو النُّورَيْنِ]، ثُمَّ
عَلِيٌّ الرِّضَا - رِضْوَانُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِينَ.
Kami berkeyakinan bahwa sebaik-baik manusia setelah
Rosulullah ﷺ adalah Abu Bakr
Ash-Shiddiq, kemudian Umar Al-Faruq, kemudian Utsman zhun nurain
(pemilik dua cahaya karena menikah dua putri Rosulullah ﷺ),
kemudian Ali Ar-Ridho – Allah meridhoi mereka semua.
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «كُلُّ النَّاسِ يَرْجُونَ الْبَرَاءَةَ يَوْمَ
الدِّينِ إِلَّا مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي فَإِنَّ أَهْلَ الْمَوْقِفِ يُعَيِّرُونَهُ»
Rosulullah ﷺ bersabda: “Semua
manusia mengharapkan kebebasan pada Hari Pembalasan kecuali orang yang mencela
Shohabatku, karena penduduk tempat pemberhentian akan mencelanya.” (HR. Ad-Dailami no. 4791 dalam
Al-Firdaus)
وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ مَا قَالَهُ: «اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي
أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ»
Dalilnya
adalah sabda beliau: “Ikutilah dua orang setelahku: Abu Bakr dan Umar.” (HSR. At-Tirmidzi no.
3662)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ
حَدِيثًا﴾ [التحريم: ٣] أَنَّ أَبَا بَكْرٍ خَلِيفَةٌ مِنْ بَعْدِهِ
Allah Ta’ala berfirman: “Ketika Nabi menyampaikan rahasia dalam suatu
pembicaraan kepada salah seorang istrinya.” (QS. At-Tahrim: 3) Yakni Abu Bakar adalah kholifah setelahnya.
وَقَدْ قَالَ: «لَا تَجْتَمِعُ أُمَّتِي عَلَى الضَّلَالَةِ»
Beliau
bersabda: “Umatku tidak akan bersepakat atas kesesatan.” (HSR. At-Tirmidzi no. 2167)
وَقَدِ اجْتَمَعَتْ أُمَّتُهُ عَلَى خِلَافَةِ أَبِي بَكْرٍ بَعْدَهُ، ثُمَّ
عَلَى التَّرْتِيبِ، فَدَلَّ عَلَى أَنَّهَا مَا اجْتَمَعَتْ إِلَّا عَلَى الْحَقِّ
Umat beliau telah bersepakat atas kekholifahan
Abu Bakr setelah beliau, kemudian atas urutan berikutnya. Maka ini menunjukkan
bahwa mereka tidak bersepakat kecuali atas kebenaran.
وَقَدْ قَالَ ﷺ: «الْخِلَافَةُ بَعْدِي ثَلَاثُونَ سَنَةً
ثُمَّ تَصِيرُ مُلْكًا عَضُوضًا» وَكَانَ آخِرُ الْخِلَافَةِ مِنْ عَلِيٍّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ ثَلَاثِينَ سَنَةً
Beliau
bersabda: “Khilafah setelahku 30
tahun, kemudian akan menjadi kerajaan yang sangat kokoh.” (HSR.
Abu Dawud no. 4646)
Dan khilafah Ali Rodhiyallahu ‘Anhu adalah 30 tahun terakhir.
فَدَلَّتْ كُلُّ هَذِهِ الدَّلَالَاتِ الظَّاهِرَةِ أَنَّهُمْ كَانُوا عَلَى
الصَّوَابِ وَالْحَقِّ عَلَى تَرْتِيبِ مَا ذَكَرْنَاهُ
Maka semua dalil yang jelas ini menunjukkan bahwa mereka
berada di atas kebenaran dan benar
sesuai dengan urutan yang telah kami sebutkan.
Beriman
Kepada Takdir
وَنَعْتَقِدُ أَنَّ الْخَيْرَ وَالشَّرَّ مِنَ اللَّهِ، الْخَيْرُ بِأَمْرِهِ
وَقَضَائِهِ، وَإِرَادَتِهِ، وَمَشِيئَتِهِ، وَحُكْمِهِ، وَعِلْمِهِ، وَمَحَبَّتِهِ،
وَرِضَاهُ، وَالشَّرُّ بِإِرَادَتِهِ، وَقَدَرِهِ، وَقَضَائِهِ، وَمَشِيئَتِهِ، وَحُكْمِهِ،
وَعِلْمِهِ، وَلَيْسَ بِأَمْرِهِ وَلَا بِرِضَاهُ وَلَا بِمَحَبَّتِهِ
Kami
berkeyakinan bahwa kebaikan dan keburukan itu dari Allah. Kebaikan adalah
dengan perintah-Nya, ketetapan-Nya, kehendak-Nya, keinginan-Nya, hukum-Nya,
ilmu-Nya, cinta-Nya, dan ridho-Nya. Dan keburukan adalah dengan kehendak-Nya,
qodar-Nya, ketetapan-Nya, keinginan-Nya, hukum-Nya, dan ilmu-Nya, namun bukan
dengan perintah-Nya, bukan dengan ridho-Nya, dan bukan dengan cinta-Nya.
وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ
بِقَدَرٍ﴾ [القمر: ٤٩]
Dalilnya adalah Firman-Nya Ta’ala: “Sesungguhnya Kami
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qomar: 49),
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ﴾ [النساء من: ٧٨]
Juga
Firman-Nya Ta’ala: “Dan jika mereka ditimpa kebaikan, mereka berkata: ‘Ini
adalah dari sisi Allah’.” (QS. An-Nisa: 78)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ
لَهُ﴾ [الرعد: ١١]
Juga
Firman-Nya Ta’ala: “Dan apabila Allah menghendaki suatu keburukan
terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya.” (QS. Ar-Ro’d: 11)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ
وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ﴾ [البقرة: ٧]
Juga
Firman-Nya Ta’ala: “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran
mereka, dan pada penglihatan mereka ada penutup. Dan bagi mereka adzab yang
amat pedih.” (QS. Al-Baqoroh: 7)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا﴾ [الأعراف:
١٧٩] أَيْ: خَلَقْنَا كَثِيرًا لِلنَّارِ،
Juga
Dia berfirman: “Dan sesungguhnya telah Kami isi Neraka Jahannam kebanyakan.”
(QS. Al-A’rof: 179) Maksudnya: Kami menciptakan banyak orang untuk Neraka.
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَوْ أَنَّنَا نَزَّلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةَ
وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى﴾ [الأنعام: ١١١] الْآيَةَ
Dan Firman-Nya Ta’ala: “Dan kalau sekiranya Kami
turunkan kepada mereka Malaikat, dan orang-orang yang telah mati berbicara
dengan mereka.” (QS. Al-An’am: 111) dan kelanjutan ayat tersebut.
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ
جَمِيعًا﴾ [يونس: ٩٩]
Dan Firman-Nya Ta’ala: “Dan jikalau Robb-mu
menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya.” (QS.
Yunus: 99)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ
لِلْإِسْلَامِ﴾ [الأنعام: ١٢٥]
Dan Firman-Nya Ta’ala: “Barangsiapa yang dikehendaki
Allah untuk diberi petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk
agama) Islam.” (QS. Al-An’am: 125)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ
الْعَالَمِينَ﴾ [التكوير: ٢٩]
Dan Firman-Nya Ta’ala: “Dan kamu tidak dapat
menghendaki kecuali jika dikehendaki Allah, Robb semesta alam.” (QS. At-Takwir:
29)
فَعَلِمْنَا بِذَلِكَ أَنَّ مَشِيئَتَهُ قَبْلَ مَشِيئَتِنَا، وَإِرَادَتَهُ
قَبْلَ إِرَادَتِنَا فِي أَيِّ شَيْءٍ كَانَ وَلِأَيِّ شَيْءٍ كَانَ، وَلَكِنْ ﴿لَا
يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ﴾ [الأنبياء: ٢٣]
Maka dengan itu kami mengetahui bahwa kehendak-Nya
mendahului kehendak kita, dan keinginan-Nya mendahului keinginan kita dalam
segala hal apa pun itu, dan untuk tujuan apa pun itu. Akan tetapi Dia tidak
ditanya tentang apa yang Dia perbuat, dan mereka akan ditanya. (QS. Al-Anbiya:
23)
وَقَالَ: «الْقَدَرِيَّةُ مَجُوسُ هَذِهِ الْأُمَّةِ»
Nabi ﷺ bersabda: “Orang-orang Qodariyyah adalah Majusinya umat
ini.” (HR. Abu Dawud
no. 4691)
وَقَالَ أَيْضًا حَاكِيًّا عَنْ رَبِّهِ تَعَالَى: «أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى
خَلَقَ الْخَلْقَ فَرِيقَيْنِ: فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ، وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ،
وَخَلَقَ الْخَيْرَ وَالشَّرَّ، فَطُوبَى لِمَنْ خَلَقْتُهُ لِلْخَيْرِ، وَأَجْرَيْتُ
الْخَيْرَ عَلَى يَدَيْهِ، وَوَيْلٌ لِمَنْ خَلَقْتُهُ لِلشَّرِّ وَأَجْرَيْتُ الْشَّرَّ
عَلَى يَدَيْهِ»
Beliau juga berkata mengisahkan dari Robb-Nya Ta’ala:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhluk menjadi dua golongan:
golongan di Surga, dan golongan di Neraka Sa’ir. Dia menciptakan kebaikan dan
keburukan. Maka beruntunglah bagi siapa yang Aku ciptakan untuk kebaikan, dan
Aku mengalirkan kebaikan melalui kedua tangannya. Dan celakalah bagi siapa yang
Aku ciptakan untuk keburukan, dan Aku mengalirkan keburukan melalui kedua
tangannya.” (HR. Al-Firyabi
no. 337 dalam Al-Qodar)
وَقَالَ سَهْلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ: تَعَالَى اللَّهُ أَنْ يَأْمُرَ بِالْفَحْشَاءِ،
وَجَلَّ أَنْ يَكُونَ فِي مُلْكِهِ مَا لَا يَشَاءُ، وَهَذَا كَمَا قَالَ
تَعَالَى: ﴿قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ أَتَقُولُونَ عَلَى
اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ﴾ [الأعراف: ٢٨]
Sahl bin Abdillah berkata: “Maha Tinggi Allah untuk
memerintahkan kekejian, dan Maha Suci Dia dari adanya sesuatu dalam
kekuasaan-Nya yang tidak Dia kehendaki.” Ini sebagaimana Firman-Nya Ta’ala: “Katakanlah:
‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh berbuat kekejian. Apakah kamu mengatakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?’” (QS. Al-A’rof: 28)
ثُمَّ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى خَلَقَ الْخَلْقَ، وَخَلَقَ أَفْعَالَهُمْ مِنَ
الْخَيْرِ وَالشَّرِّ، وَمَا خَلَقَهُمْ إِلَّا بِإِرَادَتِهِ وَلَا نَشُكُّ فِي ذَلِكَ؛
فَدَلَّ عَلَى أَنَّ الْخَيْرَ وَالشَّرَّ جَمِيعًا بِإِرَادَتِهِ
Kemudian, sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan
makhluk, dan menciptakan perbuatan mereka baik itu kebaikan maupun keburukan.
Dan Dia tidak menciptakan mereka melainkan dengan kehendak-Nya, dan kami tidak
meragukan hal itu.
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ﴾ [الصافات:
٩٦] فَدَلَّ عَلَى صِحَّةِ مَا ذَكَرْنَاهُ.
Maka ini menunjukkan bahwa kebaikan dan keburukan seluruhnya
dengan kehendak-Nya. Dan Firman-Nya Ta’ala: “Padahal Allah-lah yang menciptakan
kamu dan apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shoffat: 96) Maka ini menunjukkan
kebenaran apa yang telah kami sebutkan.
Tidak Memastikan Masuk Surga Neraka Kecuali
dengan Wahyu
وَنَعْتَقِدُ أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَنْ يُشْهَدَ عَلَى أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ
بِجَنَّةٍ وَلَا نَارٍ إِلَّا مَنْ شَهِدَ اللَّهُ تَعَالَى وَرَسُولُهُ ﷺ فَعَلَيْهِ
أَنْ يَشْهَدَ أَنَّهُ فِي النَّارِ: كَالْكُفَّارِ، وَالْمُنَافِقِينَ، أَوْ شَهِدَ
اللَّهُ لَهُ أَنَّهُ فِي الْجَنَّةِ [وَهُوَ] أَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ، وَعُثْمَانُ،
وَعَلِيٌّ، وَطَلْحَةُ، وَالزُّبَيْرُ، وَسَعْدٌ، وَسَعِيدٌ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ
بْنُ عَوْفٍ، وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ، وَعَائِشَةُ أُمُّ الْمُؤْمِنِينَ،
وَالْحَسَنُ، وَالْحُسَيْنُ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَجْمَعِينَ، وَنَتَرَحَّمُ
عَلَى مُعَاوِيَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Kami
berkeyakinan bahwa tidak boleh bersaksi atas seorang pun dari Ahlul Qiblah
(umat Islam) dengan Surga maupun Neraka, kecuali bagi yang Allah Ta’ala
dan Rosul-Nya ﷺ telah bersaksi
atasnya. Maka wajib bersaksi bahwa ia di Neraka: seperti orang-orang kafir, dan
orang-orang munafik. Atau yang Allah bersaksi bahwa ia di Surga yaitu Abu Bakr,
dan Umar, dan Utsman, dan Ali, dan Tholhah, dan Az-Zubair, dan Sa’d bin Abi
Waqqosh, dan Sa’id bin Zaid, dan Abdurrohman bin Auf, dan Abu Ubaidah bin
Al-Jarroh, dan Aisyah Ummul Mukminin, dan Al-Hasan, dan Al-Husain – Rodhiyallahu
‘Anhum Ajma’in. Kami memohonkan rohmat (ampunan dan diterima amal) bagi Mu’awiyah Rodhiyallahu
‘Anhu.
وَالدَّلِيلُ عَلَى أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَنْ يُشْهَدَ عَلَى أَحَدٍ إِلَّا
مَنِ اسْتُثْنِيَ مِنَ الْجُمْلَةِ؛ لِأَنَّ هَذَا مِنْ أَمْرِ الْغَيْبِ، وَقَدْ قَالَ
تَعَالَى: ﴿قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا
اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ﴾ [النمل: ٦٥]
Dalil bahwa tidak boleh bersaksi atas seorang pun kecuali
yang dikecualikan dari umumnya adalah: karena ini termasuk perkara ghoib. Dan
Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah: ‘Tidak ada seorang pun di langit
dan di bumi yang mengetahui yang ghoib kecuali Allah, dan mereka tidak
mengetahui bila mereka akan dibangkitkan’.” (QS. An-Naml: 65)
فَدَلَّ عَلَى أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَنْ يُشْهَدَ عَلَى أَحَدٍ بِجَنَّةٍ وَلَا
نَارٍ
Maka ini menunjukkan bahwa tidak boleh bersaksi atas seorang
pun dengan Surga maupun Neraka.
Melihat Allah di Akhirat
وَنَعْتَقِدُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَرَاهُ الْمُؤْمِنُونَ فِي الْآخِرَةِ
وَيَنْظُرُونَ إِلَيْهِ تَعَالَى،
Kami berkeyakinan bahwa Allah Ta’ala akan dilihat
oleh orang-orang Mukmin di Akhirat dan mereka akan memandang kepada-Nya Ta’ala.
وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ مَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا
الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ﴾ [يونس: ٢٦]، قِيلَ: الْحُسْنَى الْجَنَّةُ، وَالزِّيَادَةُ
النَّظَرُ إِلَى وَجْهِهِ تَعَالَى
Dalilnya adalah Firman Allah Ta’ala: “Orang-orang yang berbuat
baik, mendapatkan husna
dan ziyadah (tambahan).” (QS. Yunus: 26) Dikatakan:
husna adalah Surga, dan ziyadah adalah memandang kepada Wajah-Nya Ta’ala.
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ﴾
[القيامة: ٢٢-٢٣]
Dan Firman-Nya Ta’ala: “Wajah-wajah (orang-orang Mukmin)
pada hari itu berseri-seri, kepada Robb-nya mereka melihat.” (QS. Al-Qiyamah:
22-23)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ
وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ﴾ [الزخرف: ٧١]، قِيلَ: تَلَذُّ الْأَعْيُنُ بِالنَّظَرِ
إِلَى وَجْهِهِ تَعَالَى
Juga firman-Nya
Ta’ala: “Dan di dalamnya terdapat segala yang diingini hati dan sedap
(dipandang) mata; dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az-Zukhruf: 71) Dikatakan:
Yang sedap (dipandang) mata adalah melihat kepada Wajah-Nya Ta’ala.
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ
أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾ [السجدة: ١٧]، قِيلَ: قُرَّةُ أَعْيُنِهِمْ
بِالنَّظَرِ إِلَيْهِ تَعَالَى
Dan Firman-Nya Ta’ala: “Tidak seorang pun mengetahui
apa yang disembunyikan bagi mereka (yaitu bermacam-macam nikmat) yang
menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 17) Dikatakan: Yang menyedapkan pandangan mata
mereka adalah dengan melihat kepada-Nya Ta’ala.
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ﴾ [الكهف:
١١٠]
Dan Firman-Nya Ta’ala: “Siapa mengharap perjumpaan dengan
Robb-nya.” (QS. Al-Kahfi: 110)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ
لَآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ﴾ [العنكبوت: ٥]
Juga Firman-Nya
Ta’ala: “Siapa mengharap
perjumpaan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu
pasti datang. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-’Ankabut:
5)
وَقَدْ قَالَ: «إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ الْقَمَرَ
لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ دُونَهُ حِجَابٌ، وَلَا تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ تَعَالَى»
الْحَدِيثَ
Nabi ﷺ
telah bersabda: “Sesungguhnya kalian akan melihat Robb kalian sebagaimana
kalian melihat bulan pada malam purnama, tidak ada penghalang di antara kalian
dan Dia, dan kalian tidak akan berdesak-desakan dalam melihat-Nya Ta’ala.”
Dan seterusnya. (HR. Al-Bukhori no. 7434)
وَرَوَى جَابِرُ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ: «نَحْنُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى [كَوْمٍ] فَوْقَ النَّاسِ فَتُدْعَى الْأُمَمُ وَمَا كَانَتْ
تَعْبُدُ الْأَوَّلَ فَالْأَوَّلَ، حَتَّى يَأْتِيَنَا رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى
فَيَقُولُ مَا تَنْتَظِرُونَ؟ فَيَقُولُونَ: نَنْتَظِرُ رَبَّنَا تَعَالَى، قَالَ:
أَنَا رَبُّكُمْ، فَيَقُولُونَ: حَتَّى نَنْظُرَ إِلَيْكَ، قَالَ: فَيَتَجَلَّى لَهُمْ
تَعَالَى»، وَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ
Dan diriwayatkan Jabir bin Abdillah, ia berkata: Aku
mendengar Rosulullah ﷺ bersabda: “Kita pada
Hari Kiamat berada di atas dataran tinggi di atas manusia, lalu umat-umat
dipanggil satu per satu, yang pertama dulu kemudian yang berikutnya, hingga
Robb kita Tabaroka wa Ta’ala datang kepada kita, lalu Dia berfirman: ‘Apa
yang kalian tunggu?’ Mereka menjawab: ‘Kami menunggu Robb kami Ta’ala.’
Dia berfirman: ‘Aku adalah Robb kalian.’ Maka mereka berkata: ‘Sampai kami
melihat-Mu.’ Dia berfirman: ‘Maka Dia akan menampakkan diri kepada mereka Ta’ala’.”
Dan beliau menyebutkan hadits itu secara lengkap. (HR. Muslim no. 316)
فَدَلَّتْ هَذِهِ الْآيَةُ عَلَى أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُرَى فِي الْآخِرَةِ
بِلَا رَيْبٍ وَلَا شَكٍّ
Maka ayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala akan
dilihat di Akhirat tanpa keraguan sedikit pun.
Mendengar
dan Taat Kepada Penguasa Zholim
وَنَعْتَقِدُ السَّمْعَ وَالطَّاعَةَ لِلْإِمَامِ، وَهُوَ الْخَلِيفَةُ مِنْ
قُرَيْشٍ، لِقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي
الْأَمْرِ مِنْكُمْ﴾ [النساء: ٥٩]، قِيلَ: أُولُو الْأَمْرِ الْخُلَفَاءُ، وَالْأُمَرَاءُ،
وَالْفُقَهَاءُ
Kami
berkeyakinan untuk mendengar dan taat kepada penguasa, yaitu kholifah
dari Quroisy,
berdasarkan Firman-Nya Ta’ala: “Taatilah Allah dan taatilah Rosul, dan
Ulil Amri di antara kamu.” (QS. An-Nisa: 59) Dikatakan: Ulil Amri adalah para kholifah, para pemimpin, dan
para fuqoha.
وَقَدْ قَالَ: «أَطِيعُوا مَنْ وُلِّيَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ كَانَ عَبْدًا
حَبَشِيًّا»،
Dan beliau bersabda: “Taatilah siapa saja yang diangkat
sebagai pemimpin atas kalian, meskipun ia adalah seorang budak Habasyi.” (HSR. Ibnu Majah no. 2862)
وَقَالَ: «الْأَئِمَّةُ مِنْ قُرَيْشٍ»، فَصَحَّ مَا قُلْنَاه
Dan beliau bersabda: “Para Imam itu dari Quroisy.” Maka benarlah apa yang
kami katakan. (HSR.
Ath-Thoyalisi no. 2247)
Mensholati
Ahli Qiblat
وَنَعْتَقِدُ وُجُوبَ الصَّلَاةِ عَلَى كُلِّ مَنْ مَاتَ مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ
إِلَّا الْمُبْتَدِعَةَ؛ لِأَنَّ وُجُوبَ الصَّلَاةِ فَرْضٌ عَلَى الْكِفَايَةِ
Kami
berkeyakinan wajibnya Sholat atas setiap orang yang meninggal dari Ahlul Qiblah
(umat Islam) kecuali para ahli bid’ah. Karena kewajiban Sholat adalah fardhu
kifayah.
وَقَدْ قَالَ تَعَالَى – لِنَبِيِّهِ ﷺ: ﴿وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَوَاتَكَ
سَكَنٌ لَهُمْ﴾ [التوبة: ١٠٣]، وَأَمَرَ النَّبِيُّ ﷺ بِالصَّلَاةِ عَلَى الْمَوْتَى
Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya: “Doakan mereka, sesungguhnya doamu itu menjadi
ketenteraman bagi mereka.” (QS. At-Taubah: 103) Dan Nabi ﷺ
memerintahkan untuk mensholati orang-orang yang telah meninggal.
Allah Turun Setiap Malam
وَنَعْتَقِدُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَنْزِلُ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فِي
كُلِّ لَيْلَةٍ كَيْفَ شَاءَ وَكَمَا شَاءَ تَسْلِيمًا لِمَا قَالَ: «يَنْزِلُ رَبُّنَا
كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ فَيَقُولُ:
مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي
فَأَغْفِرَ لَهُ»
Kami
berkeyakinan bahwa Allah Ta’ala turun ke langit dunia setiap malam,
bagaimana dan seperti apa sesuai
kehendak-Nya, sebagai bentuk taslim (penyerahan diri) terhadap
sabda beliau: “Robb kita turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa
sepertiga malam terakhir, lalu Dia berfirman: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku,
maka Aku akan mengabulkannya? Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan
memberinya? Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya?’” (HR. Al-Bukhori no. 1145)
وَيُسَلَّمُ هَذَا الْحَدِيثُ تَسْلِيمًا بِلَا كَيْفٍ وَلَا كَشْفٍ عَنْ مَعَانِيهِ،
وَكَذَلِكَ الْأَخْبَارُ الْوَارِدَةُ فِي الصِّفَاتِ الَّتِي صَحَّتْ عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ ﷺ، فَمَنْ فَسَّرَ هَذِهِ الْأَحَادِيثَ أَوْ كَيَّفَهَا فَقَدْ خَرَجَ عَنِ
الطَّرِيقِ الْمُسْتَقِيمَةِ
Hadits
ini diterima secara taslim tanpa menanyakan bagaimana (kaifa) dan
tanpa mengungkap maknanya. Demikian pula berita yang datang tentang sifat-sifat
yang shohih dari Rosulullah ﷺ. Siapa yang
menafsirkan hadits-hadits ini (seperti ta’wil) atau menanyakan bagaimana
(kaifa) nya, maka ia telah keluar dari jalan yang lurus.
Beriman
Kepada Surga dan Neraka
وَنَعْتَقِدُ أَنَّ أَهْلَ النَّارِ يَرَوْنَ وَجَعَ الْعَذَابِ؛ لِقَوْلِهِ
تَعَالَى: ﴿إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ﴾ [إبراهيم من: ٢٢]،
أَيْ: وَجِيعٌ؛ لِأَنَّ الْأَلَمَ هُوَ الْوَجَعُ
Kami berkeyakinan bahwa penghuni Neraka akan merasakan
pedihnya adzab; berdasarkan Firman-Nya Ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang
zolim itu mendapat adzab yang pedih.” (QS. Ibrohim: 22) Yaitu: yang
menyakitkan. Karena alam adalah rasa sakit.
وَأَنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَا يَمُوتُونَ أَبَدًا كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿جَنَّاتُ
عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا﴾ [البيئة:
٨]
Dan bahwa penghuni Surga tidak akan mati selamanya
sebagaimana Firman-Nya Ta’ala: “Surga ‘And yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. Al-Bayyinah: 8)
﴿لَا
يَذُوقُونَ فِيهَا الْمَوْتَ إِلَّا الْمَوْتَةَ الْأُولَى﴾ [الدخان: ٥٦]، يَعْنِي: لَا يَذُوقُونَ فِي
الْجَنَّةِ مَوْتًا إِلَّا الْمَوْتَةَ الْأُولَى الَّتِي ذَاقُوهَا فِي الدُّنْيَا
“Mereka tidak akan merasakan kematian di dalamnya kecuali
kematian yang pertama.” (QS. Ad-Dukhan: 56) Maksudnya: Mereka tidak akan
merasakan kematian di Surga kecuali kematian yang pertama yang mereka rasakan
di dunia.
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «النَّوْمُ أَخُو الْمَوْتِ وَأَهْلُ الْجَنَّةِ
لَا يَنَامُونَ»
Dan Rosulullah ﷺ
bersabda: “Tidur adalah saudara kematian, dan penghuni Surga tidak akan tidur.” (HSR. Ahmad no. 44)
Siksa dan Ni’mat Kubur
وَنَعْتَقِدُ أَنَّ فِي الْقَبْرِ نَعِيمًا وَعَذَابًا كَمَا يُرِيدُهُ اللَّهُ
تَعَالَى لِعِبَادِهِ، وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَلَنُذِيقَنَّهُمْ
مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾
[السجدة: ٢١]، قِيلَ: الْعَذَابُ الْأَدْنَى عَذَابُ الْقَبْرِ
Dan kami berkeyakinan bahwa di dalam kubur terdapat nikmat
dan adzab sebagaimana yang Allah Ta’ala kehendaki bagi hamba-hamba-Nya. Dalilnya
adalah Firman-Nya Ta’ala: “Dan sesungguhnya Kami akan menimpakan kepada
mereka sebagian adzab yang dekat (di dunia) sebelum adzab yang lebih besar (di
Akhirat), agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As-Sajdah: 21) Dikatakan:
Adzab yang dekat adalah adzab kubur.
وَقَدْ رُوِيَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: «إِنَّ الْمَيِّتَ
إِذَا دُفِنَ فُتِحَ لَهُ بَابٌ مِنَ الْجَنَّةِ، ثُمَّ يُفْتَحُ لَهُ بَابٌ مِنَ النَّارِ»
وَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ
Dan telah diriwayatkan dari Rosulullah ﷺ
bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya jika mayit telah dikuburkan, maka
dibukakan baginya satu pintu dari Surga, kemudian dibukakan baginya satu pintu
dari Neraka.” Beliau
menyebutkan hadits itu secara lengkap. (HSR. Abu Dawud no. 4753)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِأَنْفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ﴾
[الروم من: ٤٤]
Dan Firman-Nya Ta’ala: “Siapa mengerjakan amal sholih, maka
adalah untuk diri mereka sendiri,
mereka menyiapkan tempat yang nyaman.” (QS. Ar-Rum: 44)
Beriman
Kepada Kebangkitan
وَنَعْتَقِدُ أَنَّ الْبَعْثَ بَعْدَ الْمَوْتِ حَقٌّ، وَالدَّلِيلُ عَلَيْهِ
قَوْلُهُ تَعَالَى إِخْبَارًا عَنْ إِبْلِيسَ لَعَنَهُ اللَّهُ لِتَصْدِيقِهِ بِالْبَعْثِ:
﴿قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ. قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ﴾
[الأعراف: ١٤-١٥]
Kami
berkeyakinan bahwa ba’ts (kebangkitan) setelah kematian adalah benar. Dalilnya
adalah Firman-Nya Ta’ala yang mengabarkan tentang Iblis – semoga Allah
melaknatnya – yang membenarkan ba’ts: “Iblis berkata: ‘Berilah tangguh
aku sampai hari mereka dibangkitkan.’ Allah berfirman: ‘Sesungguhnya kamu
termasuk orang-orang yang diberi tangguh’.” (QS. Al-A’rof: 14-15)
وَقَالَ تَعَالَى إِخْبَارًا عَنْ قَوْمٍ آخَرِينَ: ﴿مَنْ بَعَثَنَا مِنْ
مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ﴾ [يس: ٥٢]
Dan Firman-Nya Ta’ala yang mengabarkan tentang kaum
lain: “Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur) ini?
Inilah yang dijanjikan (Robb) Yang Maha Pengasih, dan benarlah para Rosul.”
(QS. Yasin: 52)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ﴾، وَقَالَ
تَعَالَى: ﴿إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى﴾ [يس: ١٢]
Dan Firman-Nya Ta’ala: “Siapakah yang dapat
menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?” dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami
menghidupkan orang-orang mati.” (QS. Yasin: 12)
وَقَالَ: ﴿وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ﴾
[الأنعام: ٣٦]
Juga
Firman-Nya: “Dan orang-orang yang mati akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian
kepada-Nya mereka dikembalikan.” (QS. Al-An’am: 36)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ
بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى
اللَّهِ يَسِيرٌ﴾ [التغابن: ٧]
Juga Firman-Nya
Ta’ala: “Orang-orang kafir mengira bahwa mereka sekali-kali tidak akan
dibangkitkan. Katakanlah: ‘Tidak demikian, demi Robb-ku, benar-benar kamu akan
dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’
Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. At-Taghobun: 7)
Beriman
Kepada Hisab
وَنَعْتَقِدُ أَنَّ الْحِسَابَ حَقٌّ، وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى:
﴿فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا﴾
[الانشقاق: ٧-٨]
Kami
berkeyakinan bahwa hisab (perhitungan amal) adalah benar. Dalilnya adalah
Firman-Nya Ta’ala: “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah
kanannya, maka ia akan dihisab dengan hisab yang mudah.” (QS. Al-Insyiqoq: 7-8)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿فَحَاسَبْنَاهَا حِسَابًا شَدِيدًا﴾ [الطلاق من الآية:
٨]
Juga Firman-Nya
Ta’ala: “Maka Kami menghisabnya dengan hisab yang keras.” (QS.
Ath-Tholaq: 8)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ، فَيَقُولُ
يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ﴾ [الحاقة: ٢٥]
Dan Firman-Nya Ta’ala: “Adapun orang yang diberikan
kitabnya dari sebelah kirinya, maka ia berkata: ‘Aduhai kiranya aku tidak
diberikan kitabku’.” (QS. Al-Haqqoh: 25)
Beriman
Kepada Mizan
وَنَعْتَقِدُ أَنَّ لِلَّهِ مِيزَانًا يَزِنُ بِهِ أَعْمَالَ الْعِبَادِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
Dan kami berkeyakinan bahwa Allah memiliki Mizan (timbangan)
yang Dia gunakan untuk menimbang amal perbuatan hamba-hamba-Nya pada Hari
Kiamat.
وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ
فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ﴾ [القارعة: ٦-٧]
Dalilnya adalah Firman-Nya Ta’ala: “Adapun orang yang
berat timbangan (kebaikan)nya, maka ia berada dalam kehidupan yang memuaskan.”
(QS. Al-Qori’ah: 6-7)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ
خَالِدُونَ﴾ [المؤمنون: ١٠٢-١٠٣]
Dan
Firman-Nya Ta’ala: “Siapa
berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dan barangsiapa ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang
yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di Neraka Jahannam.” (QS. Al-Mukminun:
102-103)
Beriman Kepada Syafaat
وَنَعْتَقِدُ أَنَّ الشَّفَاعَةَ حَقٌّ، وَأَنَّ الْمُجْرِمِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
لَا يُخَلَّدُونَ فِي النَّارِ وَإِنْ عَمِلُوا الْكَبَائِرَ، وَالدَّلِيلُ عَلَى ذَلِكَ
قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ
مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا
عَظِيمًا﴾ [النساء: ٤٨]
Kami berkeyakinan bahwa Syafa’at adalah benar, dan bahwa
orang-orang yang berdosa dari kalangan Mukmin tidak akan kekal di Neraka,
meskipun mereka melakukan dosa-dosa besar. Dalilnya adalah Firman-Nya Ta’ala:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa
selain itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 48),
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا﴾ [الزمر:
٥٣]
Juga Firman-Nya
Ta’ala: “Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (QS.
Az-Zumar: 53)
وَقَالَ: «شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي»
Nabi ﷺ bersabda: “Syafa’atku adalah untuk pelaku dosa besar dari umatku.” (HSR. At-Tirmidzi no.
2435)
وَقَالَ: «إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةً وَإِنَّ دَعْوَتِي [آخِرَتُهَا]
شَفَاعَتِي لِأُمَّتِي»
Dan beliau bersabda: “Sesungguhnya setiap Nabi memiliki doa yang
mustajab, dan sesungguhnya doaku terakhir adalah syafa’atku untuk umatku.” (HR. Al-Bukhori no. 6304)
وَقَالَ: «يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ
مِنَ الْإِيمَانِ»
Dan beliau bersabda: “Akan keluar dari Neraka siapa saja
yang di dalam hatinya terdapat iman seberat dzarroh.” (HSR. At-Tirmidzi no.
2598)
وَقِيلَ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى﴾
[الضحى: ٥]، قِيلَ: الشَّفَاعَةُ
Dan dikatakan mengenai Firman-Nya Ta’ala: “Dan kelak
Robb-mu pasti memberikan kepadamu (karunia-Nya), lalu (hati) kamu menjadi puas.”
(QS. Adh-Dhuha: 5) Dikatakan: Yaitu syafa’at.
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ﴾
[البقرة من الآية: ٢٥٥]
Dan Firman-Nya Ta’ala: “Siapakah yang dapat memberi
syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya?” (QS. Al-Baqoroh: 255),
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى﴾ [الأنبياء:
٢٨]
Juga Firman-Nya
Ta’ala: “Dan mereka tidak memberi syafa’at melainkan kepada orang yang
diridhoi Allah.” (QS. Al-Anbiya: 28),
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلَّا لِمَنْ
أَذِنَ لَهُ﴾ [سبأ: ٢٣]
Juga Firman-Nya
Ta’ala: “Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi-Nya melainkan bagi orang
yang telah diizinkan-Nya.” (QS. Saba’: 23)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا﴾
[الإسراء: ٧٩] فَدَلَّتْ هَذِهِ الْآيَةُ عَلَى صِحَّةِ مَا قُلْنَاهُ
Dan Firman-Nya Ta’ala: “Mudah-mudahan Robb-mu
mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isro: 79) Maka ayat ini
menunjukkan kebenaran apa yang telah kami katakan.
Allah
Memiliki Rohmat
وَنَعْتَقِدُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَهُ الرَّحْمَةَ عَلَى الْكَافِرِينَ
وَالْمُؤْمِنِينَ فِي دَارِ الدُّنْيَا
Dan kami berkeyakinan bahwa Allah Ta’ala memiliki
rohmat bagi orang-orang kafir dan Mukmin di dunia.
وَالدَّلِيلُ عَلَى أَنَّ لَهُ الرَّحْمَةَ فِي الدُّنْيَا عَلَى الْكَافِرِينَ
قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَلَئِنْ أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَاهَا
مِنْهُ إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ﴾ [هود: ٩]
Dalil bahwa Dia memiliki rohmat di dunia bagi orang-orang
kafir adalah Firman-Nya Ta’ala: “Dan jika Kami rasakan kepada manusia
suatu rohmat dari Kami, kemudian rohmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah
dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS. Hud: 9)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ نَعْمَاءَ بَعْدَ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ
لَيَقُولَنَّ ذَهَبَ السَّيِّئَاتُ عَنِّي إِنَّهُ لَفَرِحٌ فَخُورٌ﴾ [هود:
١٠]
Juga Firman-Nya
Ta’ala: “Dan jika Kami rasakan kepadanya nikmat setelah bencana yang
menimpanya, niscaya dia akan berkata: ‘Telah hilang bencana-bencana itu dariku.’
Sesungguhnya dia sangat gembira lagi membanggakan diri.” (QS. Hud: 10)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى
بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَئُوسًا﴾ [الإسراء: ٨٣]
Juga Firman-Nya
Ta’ala: “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling
dan menjauhkan diri; dan apabila ia ditimpa keburukan, ia sangat berputus asa.”
(QS. Al-Isro: 83)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ﴾ [الأعراف:
١٥٦]
Juga Firman-Nya
Ta’ala: “Dan rohmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’rof: 156)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا﴾
[غافر: ٧]
Juga Firman-Nya
Ta’ala: “Wahai Robb kami, rohmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu.”
(QS. Ghafir: 7)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ﴾
[الأنبياء: ١٠٧]
Juga Firman-Nya
Ta’ala: “Dan tiadalah Kami mengutusmu melainkan untuk (menjadi) rohmat
bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿لَوْلَا أَنْ تَدَارَكَهُ نِعْمَةٌ مِنْ رَبِّهِ لَنُبِذَ
بِالْعَرَاءِ وَهُوَ مَذْمُومٌ﴾ [القلم: ٤٩]
Juga Firman-Nya Ta’ala: “Kalau sekiranya tidaklah ia
disusul oleh nikmat dari Robb-nya, niscaya ia dicampakkan ke tanah tandus dalam
keadaan tercela.” (QS. Al-Qolam: 49)
Beriman
Kepada Haudh
وَنَعْتَقِدُ أَنَّ لِلنَّبِيِّ ﷺ حَوْضًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ شَرِبَ
مِنْهُ شَرْبَةً لَا يَظْمَأُ بَعْدَهَا أَبَدًا، مَاؤُهُ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ،
وَأَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَبْرَدُ مِنَ الثَّلْجِ، وَأَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ،
وَأَلْيَنُ مِنَ الزُّبْدِ، كَمَا قَالَ النَّبِيُّ ﷺ.
Kami
berkeyakinan bahwa Nabi ﷺ memiliki Haudh
(telaga) pada Hari Kiamat. Barangsiapa yang minum darinya satu teguk, ia tidak
akan haus lagi selamanya. Airnya lebih manis dari madu, lebih putih dari susu,
lebih dingin dari salju, lebih harum dari misik, dan lebih lembut dari mentega.
Sebagaimana sabda Nabi ﷺ.
وَقَالَ: «إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ حَوْضِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ
تَعَالَى أَوْسَعَ مِنْ أَيْلَةَ - قَرْيَةٌ مِنْ طَارِقِ أَرْضِ الشَّامِ إِلَى مَكَّةَ،
وَأَنَّ فِيهِ مِنَ الْأَبَارِيقِ أَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ الْكَوَاكِبِ» كَمَا قَالَ
ﷺ.
Dan beliau bersabda: “Aku sangat berharap Haudh-ku, In syaa
Allah, lebih luas dari Ailah (sebuah desa di jalan tanah Syam) hingga
Makkah, dan di dalamnya terdapat teko-teko lebih banyak dari jumlah bintang.” Sebagaimana
yang beliau ﷺ
sabdakan. (HHR.
Ath-Thobroni no. 3342 dalam Asy-Syamiyyin)
Beriman
Kepada Shiroth
وَنَعْتَقِدُ أَنَّ الصِّرَاطَ حَقٌّ، وَيُنْصَبُ عَلَى جَهَنَّمَ، وَعَلَيْهِ
حَسَكٌ وَكَلَالِيبُ، أَدَقُّ مِنَ الشَّعْرِ، وَأَحَدُّ مِنَ السَّيْفِ، يَمُرُّ النَّاسُ
عَلَيْهِ.
Kami
berkeyakinan bahwa Shiroth
(jembatan) adalah benar, dan akan dipasang di atas Neraka Jahannam. Di
atasnya terdapat duri dan pengait. Shiroth lebih halus dari rambut, dan lebih tajam dari pedang. Orang-orang
akan melewatinya.
وَقَدْ رُوِيَ فِي خَبَرٍ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: «إِذَا جَمَعَ اللَّهُ
الْخَلَائِقَ نُودِيَ مِنْ بُطْنَانِ الْعَرْشِ: يَا أَهْلَ الْجَمْعِ نَكِّسُوا رُؤُوسَكُمْ،
وَغُضُّوا أَبْصَارَكُمْ، حَتَّى تَمُرَّ فَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ عَلَى
الصِّرَاطِ»
Dan telah diriwayatkan dalam sebuah berita bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Apabila Allah mengumpulkan
semua makhluk, maka akan diseru dari dalam Arsy: ‘Wahai penduduk perkumpulan,
tundukkan kepala kalian, dan pejamkan pandangan kalian, sampai Fathimah binti
Rosulullah ﷺ melewati Shiroth’.” (HR. Al-Hakim no. 4728)
Menjauhi
Debat Kusir dalam Agama
وَنَعْتَقِدُ أَنَّ الْجِدَالَ وَالْمِرَاءَ فِي الدِّينِ وَالْكَلَامَ فِي
الصَّحَابَةِ، وَالْكَلَامَ فِي الْقُرْآنِ مَنْهِيٌّ عَنْهُ لِمَا رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ
ﷺ أَنَّهُ نَهَى عَنِ الْجِدَالِ وَالْمِرَاءِ فِي الدِّينِ
Kami
berkeyakinan bahwa jidal (perdebatan), miro’ (perselisihan) dalam
agama, pembicaraan tentang para Shohabat, dan pembicaraan tentang Al-Qur’an
adalah terlarang. Karena telah diriwayatkan dari Nabi ﷺ
bahwa beliau melarang jidal dan miro’ dalam agama.
وَقَالَ: «اذْكُرُوا مَحَاسِنَ أَصْحَابِي، وَلَا تَذْكُرُوا مَسَاوِيَهُمْ،
فَتَخْتَلِفُ عَلَيْكُمْ قُلُوبُكُمْ»
Beliau
ﷺ
bersabda: “Sebutkanlah kebaikan-kebaikan Shohabatku, dan janganlah
kalian menyebutkan keburukan-keburukan mereka, agar hati kalian tidak
berselisih.” (HR.
Ad-Dailami no. 7362)
وَلَوْلَا خَوْفُ التَّطْوِيلِ بِالِاسْتِدْلَالِ عَلَى هَذِهِ السُّنَنِ الْمَذْكُورَةِ
مِنْ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى وَمِنْ سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَمِنْ كَلَامِ الْأَئِمَّةِ
أَكْثَرَ مِنْ هَذَا
Seandainya bukan karena khawatir terlalu panjang jika harus
menyebutkan dalil-dalil atas Sunnah-Sunnah yang disebutkan ini dari Kitab Allah
Ta’ala, dari Sunnah Rosulullah ﷺ,
dan dari ucapan para imam, niscaya akan disebutkan lebih banyak dari ini.
وَلَكِنْ قَدْ قِيلَ: مَنْ لَمْ تَنْفَعْهُ قَلِيلُ الْحِكْمَةِ ضَرَّهُ كَثِيرُهَا
Namun telah dikatakan: ‘Siapa tidak bermanfaat baginya sedikit hikmah, maka banyaknya
hikmah justru akan membahayakannya.”
وَقَدْ رَوَى ابْنُ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: (اتَّبِعُوا
وَلَا تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ). فَكَذَلِكَ [فَإِذَا كَانَ الْأَمْرُ كَذَلِكَ،
وَالتَّطْوِيلُ فِي مَا لَا يَحْتَمِلُ]
Telah meriwayatkan Ibnu Mas‘ud Rodhiyallahu ‘Anhu
bahwa beliau berkata: ‘Ikutilah (ajaran yang sudah ada) dan jangan membuat-buat
perkara baru, sungguh kalian telah dicukupkan.’ Maka demikian pula (keadaannya)
— jika memang seperti itu, maka memperpanjang (pembahasan) dalam perkara yang
tidak layak untuk diperpanjang pun tidaklah tepat.
وَاللَّهُ أَعْلَمُ
Allah lebih mengetahui.
نَفَعَنَا اللَّهُ فِيمَا قُلْنَا وَنَفَعَ النَّاظِرَ فِيهِ وَالْعَامِلَ،
آمِينَ
Semoga Allah memberikan manfaat kepada kami dalam apa yang
telah kami katakan, dan memberikan manfaat kepada orang yang membacanya serta mengamalkannya.
Amin.
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيمًا
Semoga
sholawat dan salam tercurah kepada Sayyidina Muhammad, keluarga, dan para
Shohabatnya.
***