Donasi Pembangunan Jembatan

🌿 OPEN DONASI PEMBANGUNAN JEMBATAN PONDOK TAHFIDZ DARUL HIJRAH 🌿

Open Donasi Pembangunan Jembatan Menuju Pondok Tahfidz Darul Hijrah
BRI 7844-01-018208-53-4
an. Mushollah Darul Hijroh
Konfirmasi transfer wa:
www.wa.me/6283116572637 (Ustadz Abu Sarah Harahap)
www.wa.me/6285730219208 (Ustadz Nor Kandir)
Jazakumullahu Khoiron Katsiro 🌸

Cari Ebook

Mempersiapkan...

[PDF] Amtsalul Qur'an - Perumpamaan dalam Al-Qur’an - Nor Kandir

 

Berikut adalah rangkuman dari buku "Amtsalul Qur’an - Perumpamaan dalam Al-Qur’an" karya Nor Kandir, ST., BA, yang mencakup pokok-pokok bahasan dan perumpamaan utama.

Pendahuluan

Buku ini adalah ringkasan dari modul mata kuliah Amtsalul Qur’an Magister Ilmu Al-Quran Syifaul Qulub.

Bab 1: Dasar-Dasar Amtsalul Qur’an

1.1: Definisi, Kedudukan, dan Urgensi Memahami Perumpamaan dalam Al-Qur’an

Alloh membuat perumpamaan (amtsal) dalam Al-Qur’an agar manusia berdzikir, berpikir, dan bertakwa. Alloh menyebut orang yang memahaminya sebagai Al-‘Âlimûn (orang-orang yang berilmu).

وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُوْنَ

"Sungguh, perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia. Dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-’Ankabût: 43)

Imam Asy-Syâfi’î (204 H) menganggap Amtsaalul Qur’an sebagai ilmu yang wajib diketahui mujtahid. Al-Mâwardî (450 H) berkata ilmu ini adalah ilmu Al-Qur’an yang paling agung. Secara bahasa, al-matsal adalah sesuatu yang diserupakan dengannya sesuatu agar dapat dipahami. (Al-Kholîl bin Ahmad, 175 H)

SUBBab 1.2: Klasifikasi Perumpamaan dalam Al-Qur’an

Perumpamaan Jelas: Disebutkan secara eksplisit dengan lafazh al-matsal atau yang semakna. Dalilnya:

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا

Perumpamaan mereka seperti perumpamaan orang yang menyalakan api.” (QS. Al-Baqoroh: 17)

Perumpamaan Lepas: Kalimat lepas yang mengandung pelajaran kuat, yang kemudian tersebar luas menjadi perumpamaan. Dalilnya:

لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan yang sempurna sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Âli ‘Imrô: 92)

Perumpamaan Tersembunyi: Makna ayat yang menyerupai peribahasa ‘Arob tanpa lafazh penyerupaan yang jelas. Contoh: Peribahasa “Sebaik-baik urusan adalah yang pertengahan” ditemukan dalam firman Alloh :

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ

Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau mengulurkannya secara berlebihan.” (QS. Al-Isrô’: 29)

Bab 2: Perumpamaan Kaum Munafiq dalam Surat Al-Baqoroh

Perumpamaan dengan Api (QS. Al-Baqoroh: 17-18): Kondisi Munafiq yang menampakkan iman (api yang menyala) diserupakan dengan orang yang menyalakan api di kegelapan. Alloh menghilangkan cahaya (nûr) mereka (iman batin) dan membiarkan mereka dalam kegelapan (dzulumât). Akibatnya, mereka tuli, bisu, dan buta dari kebenaran sehingga tidak bisa kembali. Ibnu Al-Qoyyim (751 H) menjelaskan ini adalah kerugian besar karena menukar petunjuk dengan kesesatan.

Perumpamaan dengan Badai Hujan dan Kegelapan (QS. Al-Baqoroh: 19-20): Al-Qur’an diserupakan dengan hujan lebat (Ash-Shoyyib) yang menghidupkan hati. Ancaman Alloh adalah guruh (ro’d), dan petunjuk adalah kilat (barq). Munafiq diserupakan dengan orang yang berjalan di tengah badai; mereka hanya berjalan maju saat kilat (keuntungan duniawi) menyinari, tetapi berhenti (qâmû) saat gelap (ujian/kesulitan).

Bab 3: Perumpamaan Kedermawanan dan Keikhlasan

Perumpamaan Biji yang Menumbuhkan Tujuh Bulir (QS. Al-Baqoroh: 261): Infak fî sabîlillah yang murni diserupakan dengan satu biji yang menumbuhkan tujuh bulir, di setiap bulir ada seratus biji, yang berarti pahala dilipatgandakan 700 kali lipat atau lebih. Syaikh Ibnu ‘Utsaimîn (1421 H) menjelaskan sabîlillah adalah syari’at Alloh .

Perumpamaan Kebun di Tanah Tinggi (QS. Al-Baqoroh: 265): Infak orang ikhlash diserupakan dengan kebun di dataran tinggi (robwah) yang subur. Niat murni (ibtighoo’ mardhootillah) dan kemantapan jiwa (tatsbîtan min anfusihim) adalah syarat utama diterimanya amal. Baik hujan lebat (wâbil / infak banyak) maupun embun (tholl / infak sedikit) sama-sama menghasilkan buah berlipat ganda, asalkan niatnya ikhlash.

Perumpamaan Batu Licin (QS. Al-Baqoroh: 264): Shodaqoh yang dirusak dengan man (mengungkit-ungkit) dan adzâ (menyakiti) diserupakan dengan amal orang riyâ’ (pamer) dan kâfir. Amal mereka diserupakan dengan debu di atas batu licin (shofwân) yang keras. Debu itu (amal zhohir) akan hanyut saat ditimpa hujan lebat (wâbil / di Hari Kiamat), dan tidak meninggalkan sisa pahala sedikit pun.

Perumpamaan Kebun yang Terbakar Angin Panas (QS. Al-Baqoroh: 266): Perumpamaan ini bagi hamba yang beramal sholih dengan ikhlash, tetapi kemudian melakukan maksiat yang merusak pahalanya. Kebun yang sempurna (amal sholih) hancur oleh angin puting beliung mengandung api (i’shôr fîhi nâr / maksiat yang menghapus pahala), tepat saat pemiliknya (orang tua dan anak cucu lemah) paling membutuhkan hasilnya (di Akhiroh).

Bab 4: Perumpamaan Keagungan Alloh

Perumpamaan ‘Îsâ dan Âdam (QS. Âli ‘Imrôn: 59-60): Bantahan Alloh kepada Nasroni yang mengklaim ‘Îsâ diciptakan tanpa ayah sebagai bukti keilahiannya. Alloh membuat perumpamaan dengan Âdam, yang lebih ajaib karena diciptakan tanpa ayah dan ibu, untuk menunjukkan kemahaan Kuasa Alloh . Ini adalah pengajaran untuk membantah lawan dengan perumpamaan yang lebih kuat (asyaddul ghorôbah).

Perumpamaan Harta Orang Kâfir (QS. Âli ‘Imrôn: 116-117): Harta dan anak kâfir tidak akan menolak adzâb Alloh . Infak orang kâfir diserupakan dengan angin yang sangat dingin (shirr) yang merusak tanaman (harts). Infak mereka sia-sia di Akhiroh karena kekufuran dan syirik mereka, yang merupakan kezholiman diri sendiri (zhulmun nafs), bukan kezholiman Alloh .

Bab 5: Perumpamaan Keadaan Hati dalam Hidayah

Perumpamaan Orang Hidup dan Mati (QS. Al-An’âm: 122): Mu’min diserupakan dengan orang yang dahulunya mati (hati mati karena kufur), lalu dihidupkan dengan iman dan diberi cahaya (nûr) petunjuk. Kâfir diserupakan dengan orang yang berada fî-dzulumât (di dalam kegelapan-kegelapan) kufur dan kesesatan, sehingga ia tidak dapat keluar darinya.

Perumpamaan Orang yang Berbalik kepada Syirik (QS. Al-An’âm: 71): Orang yang murtad kembali kepada syirik setelah mendapat petunjuk Alloh diserupakan dengan orang yang disesatkan Syaithon, menjadikannya bingung (hairôn) di padang pasir. Keadaan bingung dan tidak tahu arah ini menggambarkan kerugian akibat penolakan.

Perumpamaan Lapang dan Sempitnya Dada (QS. Al-An’âm: 125): Lapangnya dada (syaîhu-sh-shodr) untuk menerima Islâm adalah kehendak Alloh , dihiasi dengan Tauhîd dan nûr iman. Sempitnya dada (dhîqu-sh-shodr) karena kesesatan diserupakan dengan orang yang mendaki ke langit, merasakan sesak nafas karena tekanan udara berkurang. Perumpamaan mendaki ke langit ini menegaskan mukjizat Al-Qur’an.

Bab 6: Perumpamaan Tanah Subur dan Tanah Tandus

Perumpamaan Tanah yang Baik dan Tanah yang Buruk (QS. Al-A’rôf: 57-58): Hujan (mâ’) diserupakan dengan Al-Qur’an. Hati Mu’min adalah al-baladu-th-thoyyibu (negeri/tanah yang baik) yang menumbuhkan tanaman subur dan mudah dengan idzin Robbnya. Hati kâfir adalah negeri yang khobuts (buruk) yang sulit menerima kebenaran dan hanya menumbuhkan tanaman dengan susah payah (nakidan).

Bab 7: Perumpamaan Kontras Antara Kâfir dan Mu’min

Perumpamaan Buta dan Tuli vs. Melihat dan Mendengar (QS. Hûd: 24): Golongan kâfir diserupakan dengan orang buta (al-a’mâ) dari melihat kebenaran dan tuli (al-ashomm) dari mendengar seruan Alloh . Golongan Mu’min diserupakan dengan orang yang melihat dan mendengar kebenaran dengan mata hati mereka.

Perumpamaan Seruan Kebenaran (QS. Ar-Ro’d: 14): Hanya Alloh yang berhak menerima da’watu al-haqq (seruan kebenaran/do’a). Penyembah selain Alloh (berhala) diserupakan dengan orang yang mengulurkan kedua telapak tangannya ke arah air untuk minum, tetapi air itu tidak akan pernah sampai ke mulutnya. Do’a mereka sia-sia (fî dholâl).

Bab 8: Perumpamaan Kebenaran dan Kebatilan dalam Perbandingan

Perumpamaan Air dan Logam yang Mengandung Busa (QS. Ar-Ro’d: 17): Haqq (kebenaran/Iman) diserupakan dengan air yang bermanfaat atau logam murni yang tersisa. Bâthil (kebatilan) diserupakan dengan buih (zabad) yang mengambang, tampak banyak tetapi cepat hilang dan tidak bermanfaat.

Perumpamaan Kalimat Thoyyibah (QS. Ibrôhîm: 24-25): Kalimat Thoyyibah (mayoritas mufassir: Syahâdatu An Lâ Ilâha Illalloh) diserupakan dengan pohon yang baik (syajarotin thoyyibah). Akarnya teguh (ashluhâ tsâbitun) melambangkan keyakinan Tauhîd yang kuat, dan cabangnya menjulang ke langit melambangkan amal sholih yang diterima Alloh . Amal sholih (cabang) tidak diterima tanpa Tauhîd yang murni (akar yang teguh).

Perumpamaan Kalimat Buruk (QS. Ibrôhîm: 26): Kalimat khobîtsah (syirik dan kebatilan) diserupakan dengan pohon yang buruk yang akarnya telah dicabut dari permukaan bumi dan tidak memiliki keteguhan (qorâr). Ini menunjukkan ucapan dan amal kâfir tidak memiliki akar Tauhîd yang teguh, sehingga hampa dan mudah dicabut.

Bab 9: Perumpamaan Amal Kâfir dan Larangan Tamtsîl

Perumpamaan Amal Kâfir dengan Debu (QS. Ibrôhîm: 18): Amal kâfir diserupakan dengan româd (debu/abu) sisa pembakaran (ketiadaan asal keimanan). Debu itu diterbangkan oleh angin badai kencang pada Hari Kiamat (penghancuran) sehingga mereka tidak kuasa sedikit pun atas apa yang mereka usahakan. Amal mereka tidak memiliki nilai karena tidak didasari keimanan.

Perumpamaan Orang yang Terlepas dari Ayat Alloh (QS. Al-A’rôf: 175-176): Perumpamaan ini untuk ‘ulama yang diberi ilmu (âyât) tetapi melepaskan diri dari konsekuensinya karena cenderung kepada dunia dan hawa nafsu. Orang itu diserupakan dengan anjing yang menjulurkan lidahnya karena kehausan yang tidak dapat disembuhkan, melambangkan kerakusan terhadap dunia, baik saat dinasihati maupun dibiarkan.

Larangan Membuat Perumpamaan Bagi Alloh (QS. An-Na?l: 74): Larangan tegas untuk menyamakan (tamtsîl) Alloh dengan makhluk-Nya, karena Alloh Maha Suci dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.

Bab 10: Perumpamaan Perbandingan Dua Golongan

Perumpamaan Budak dan Orang Merdeka (QS. An-Nahl: 75): Perumpamaan ini membandingkan budak yang tak berdaya (melambangkan berhala/sesembahan kâfir) dengan orang merdeka yang diberi rezeki baik dan berinfak (melambangkan Alloh ). Tujuannya adalah nafyu al-masâwât (penafian persamaan) antara Alloh dengan sesembahan kâfir.

Perumpamaan Orang Bisu dan Orang Berakal (QS. An-Nahl: 76): Lelaki pertama yang abkam (bisu) dan menjadi beban (kallun) bagi walinya melambangkan berhala atau sesembahan kâfir. Lelaki kedua yang menyuruh berbuat adil dan berada di atas jalan yang lurus melambangkan Alloh yang memiliki sifat sempurna.

***


Unduh PDF dan Word

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url