Donasi Pembangunan Jembatan

🌿 OPEN DONASI PEMBANGUNAN JEMBATAN PONDOK TAHFIDZ DARUL HIJRAH 🌿

Open Donasi Pembangunan Jembatan Menuju Pondok Tahfidz Darul Hijrah
BRI 7844-01-018208-53-4
an. Mushollah Darul Hijroh
Konfirmasi transfer wa:
www.wa.me/6283116572637 (Ustadz Abu Sarah Harahap)
www.wa.me/6285730219208 (Ustadz Nor Kandir)
Jazakumullahu Khoiron Katsiro 🌸

Cari Ebook

Mempersiapkan...

[PDF] Kitab Shohih Mimpi Kaum Salaf - Ibnu Abid Dun-ya (281 H)


 

Pengantar Peringkas

Segala puji bagi Alloh, Sholawat, dan salam semoga terlimpah kepada Rosululloh .

Sesudah itu:

Kitab Al-Manamat (Mimpi-Mimpi) karya Al-Hafizh Ibnu Abi Ad-Dunya (wafat 281 H) ini telah mengumpulkan berbagai riwayat tentang mimpi-mimpi. Kitab ini lalu ditahqiq (diteliti keotentikannya) oleh Majdi Fathi As-Sayyid Ibrohim Al-Mishri, dan diterbitkan oleh Maktabatul Qur’an di Mesir. Kemudian, saya meringkasnya dengan hanya mengambil riwayat yang shohih saja, merujuk kepada validasi penahqiq. Semoga Alloh membalas kebaikan keduanya.

Ibnu Hajar (wafat 852 H) berkata tentang Ibnu Abi Ad-Dunya: “Ia jujur, seorang hafizh, dan pemilik banyak karya tulis.”

Adapun subjudul maka itu dari saya, agar pembaca lebih ringan memahami alurnya.

Teks Arobnya sudah saya kumpulkan semuanya di sini.

“Ya Alloh, terimalah ini dari kami.”

Nor Kandir

Surabaya, tahun 1446 H atau 2025 M

[1] Perbuatan Orang yang Hidup Diperlihatkan Kepada Orang yang Sudah Meninggal

Berkata Al-Hafizh Abu Bakar Ibnu Abi Ad-Dunya (wafat 281 H):

1. Dari Abu Ayyub rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Perbuatan kalian diperlihatkan kepada orang-orang yang sudah meninggal. Jika mereka melihat kebaikan, mereka akan gembira dan bersuka cita, lalu mereka berkata:

اللَّهُمَّ هَذِهِ نِعْمَتُكَ عَلَى عَبْدِكَ فَأَتِمَّهَا عَلَيْهِ

Ya Alloh, ini adalah ni’mat-Mu atas hamba-Mu, maka sempurnakanlah ni’mat itu atas dirinya.” jika mereka melihat keburukan, mereka berkata:

اللَّهُمَّ رَاجِعْ بِهِ

“Ya Alloh, kembalikanlah ia.” (Hasan)

2. Dari Abu Ad-Darda rodhiyallahu ‘anhu, ia dahulu berkata:

إِنَّ أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى مَوْتَاكُمْ فَيُسَرُّونَ وَيُسَاءُونَ

“Sungguh, perbuatan kalian diperlihatkan kepada orang-orang yang sudah meninggal di antara kalian, sehingga mereka merasa senang (jika amal kalian baik) dan juga merasa sedih (jika amal kalian buruk).”

dahulu Abu Ad-Darda rodhiyallahu ‘anhu ketika itu berkata:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَعْمَلَ عَمَلًا يُخْزَى بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ

“Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari melakukan suatu perbuatan yang membuat Abdulloh bin Rowahah rodhiyallahu ‘anhu merasa malu karenanya.” (Hasan dan Atsar shohih)

[2] Keadaan Roh Setelah Keluar dari Jasad

3. Hudzaifah rodhiyallahu ‘anhu berkata:

الرُّوحُ بِيَدِ مَلَكٍ، وَإِنَّ الْجَسَدَ لَيُغَسَّلُ، وَإِنَّ الْمَلَكَ لَيَمْشِي مَعَهُ إِلَى الْقَبْرِ، فَإِذَا سُوِّيَ عَلَيْهِ سَلَكَ فِيهِ فَذَلِكَ حَتَّى يُخَاطَبَ

“Roh ada di tangan seorang Malaikat. sungguh, jasad itu dimandikan, dan Malaikat berjalan bersamanya ke kubur. Jika ia sudah diletakkan rata, Malaikat itu masuk ke dalamnya, dan demikianlah keadaannya sampai ia diajak bicara (Munkar Nakir).” (Hasan)

4. Dari Abdurrohman bin Abi Laila, ia berkata:

الرُّوحُ بِيَدِ مَلَكٍ يَمْشِي مَعَ الْجِنَازَةِ يَقُولُ: اسْمَعْ مَا يُقَالُ لَكَ، فَإِذَا بَلَغَ حُفْرَتَهُ دَفَنَهُ مَعَهُ

“Roh ada di tangan seorang Malaikat, ia berjalan bersama janazah sambil berkata: “Dengarkanlah apa yang dikatakan kepadamu!” Lalu jika janazah itu telah sampai di liang kuburnya, Malaikat itu memakamkannya bersamanya.” (Hasan)

[3] Pertemuan Antara Orang yang Sudah Meninggal dan Orang yang Masih Hidup

5. Dari Sa’id bin Al-Musayyib, ia berkata: Abdulloh bin Sallam rodhiyallahu ‘anhu dan Salman Al-Farisi rodhiyallahu ‘anhu bertemu. Salah seorang dari mereka berkata kepada yang lain:

إِنْ مُتَّ قَبْلِي فَالْقَنِي فَأَخْبِرْنِي مَا لَقِيتَ مِنْ رَبِّكَ، وَإِنْ مِتُّ قَبْلَكَ لَقِيتُكَ فَأَخْبَرْتُكَ

“Jika kamu meninggal sebelum aku, temui aku dan beritahukan kepadaku apa yang kamu dapati dari Robb-mu. jika aku meninggal sebelum kamu, aku akan menemuimu dan memberitahukan kepadamu.”

Maka salah seorang dari mereka berkata kepada yang lain:

وَهَلْ يَلْقَى الْأَمْوَاتُ الْأَحْيَاءَ؟

“Apakah orang yang sudah meninggal bisa menemui orang yang masih hidup?”

Ia menjawab:

نَعَمْ، أَرْوَاحُهُمْ فِي الْجَنَّةِ تَذْهَبُ حَيْثُ شَاءَتْ

“Iya, roh-roh mereka ada di Jannah, bebas pergi ke mana saja ia kehendaki.”

Ia (Sa’id bin Al-Musayyib) berkata: Kemudian si Fulan meninggal, lalu orang yang masih hidup itu menemuinya dalam mimpi, dan orang yang meninggal itu berkata:

تَوَكَّلْ وَأَبْشِرْ، فَلَمْ أَرَ مِثْلَ التَّوَكُّلِ قَطُّ

Bertawakkallah dan bergembiralah, sebab aku belum pernah melihat sesuatu yang sebanding dengan tawakkal sama sekali.” (Shohih)

[4] Kabar Baik Mengenai Tugas Sang Amirul Mu’minin Telah Selesai

6. Dari Al-‘Abbas rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

كُنْتُ أَشْتَهِي أَنْ أَرَى عُمَرَ فِي الْمَنَامِ فَمَا رَأَيْتُهُ إِلَّا عِنْدَ قُرْبِ الْحَوْلِ، فَرَأَيْتُهُ يَمْسَحُ الْعَرَقَ عَنْ جَبِينِهِ وَهُوَ يَقُولُ: هَذَا أَوَانُ فَرَاغِي، وَإِنْ كَادَ عَرْشُ رَبِّي لِيُهَدُّ لَوْلَا أَنْ لَقِيتُ رَءُوفًا رَحِيمًا

“Aku sangat ingin melihat Umar [bin Khoththob, wafat 23 H] dalam mimpi, tetapi aku tidak melihatnya kecuali saat mendekati satu tahun [sejak wafatnya]. Aku melihatnya sedang mengusap keringat dari dahinya, dan ia berkata: ‘Ini adalah waktu aku selesai [dari tugas dan hisabku], dan sungguh ‘Arsy Robb-ku hampir saja runtuh andai aku tidak bertemu dengan Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.’” (Hasan dan Atsar shohih)

[5] Balasan Bagi Pelaku Qiyamul Lail dengan Al-Qur’an

7. Dari ‘Auf bin Malik Al-Asyja’i rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku bermimpi seolah-olah aku mendatangi sebuah menara hijau yang di dalamnya ada qubbah (kubah/tenda) dari kulit, dan di sekelilingnya ada kambing-kambing yang sedang merumput. Aku bertanya: “Milik siapa ini?”

Dijawab: “Milik Abdurrohman bin ‘Auf.” Aku menunggunya sampai ia keluar dari qubbah, lalu ia berkata:

يَا عَوْفُ بْنَ مَالِكٍ، هَذَا لِقِيَامِكَ لِلَّهِ بِالْقُرْآنِ، وَلَوْ أَشْرَفْتَ عَلَى هَذِهِ الْبَنِيَّةِ لَرَأَيْتَ مَا لَمْ تَرَ عَيْنُكَ، وَلَسَمِعْتَ مَا لَمْ تَسْمَعْ أُذُنُكَ، وَلَمْ يَخْطِرْ عَلَى قَلْبِكَ، أَعَدَّهُ اللَّهُ لِأَبِي الدَّرْدَاءِ لِأَنَّهُ كَانَ يَدْفَعُ الدُّنْيَا بِالرَّاحَتَيْنِ

“Hai ‘Auf bin Malik, ini semua adalah balasan karena kamu qiyamul lail (Sholat malam) dengan Al-Qur’an karena Alloh. seandainya kamu melihat bangunan di atas ini, niscaya kamu akan melihat apa yang belum pernah dilihat oleh matamu, belum pernah didengar oleh telingamu, dan belum pernah terlintas di hatimu. Alloh menyiapkannya untuk Abu Ad-Darda rodhiyallahu ‘anhu, karena ia adalah orang yang menolak dunia dengan kedua telapak tangannya.” (Hasan)

[6] Kesepakatan Saling Mengabari Setelah Kematian

8. Dari Syahr bin Hausyab, bahwasanya Sho’b bin Jats-tsamah rodhiyallahu ‘anhu dan ‘Auf bin Malik rodhiyallahu ‘anhu adalah dua orang yang bersaudara (akrab). Sho’b berkata kepada ‘Auf:

أَيْ أَخِي أَيُّنَا مَاتَ قَبْلَ صَاحِبِهِ فَلْيَتَرَاءَى لَهُ

“Wahai saudaraku, siapa pun di antara kita yang meninggal lebih dulu, hendaklah ia menampakkan diri [dalam mimpi] kepada kawannya.”

‘Auf bertanya:

أَوَيَكُونُ ذَلِكَ؟

“Apakah hal itu mungkin terjadi?”

Sho’b menjawab: “Ya.”

Kemudian Sho’b meninggal, lalu ‘Auf melihatnya dalam tidurnya. Seolah-olah Sho’b mendatanginya. ‘Auf berkata:

أَيْ أَخِي مَا فُعِلَ بِكُمْ؟

“Wahai saudaraku, apa yang dilakukan terhadap kalian?”

Sho’b menjawab:

غُفِرَ لَنَا بَعْدَ الْمَصَائِبِ

“Kami telah diampuni setelah mengalami berbagai musibah.”

‘Auf berkata: aku melihat ada kilatan hitam di lehernya, maka aku bertanya:

أَيْ أَخِي مَا هَذَا؟

“Wahai saudaraku, apa ini?”

Sho’b menjawab:

عَشَرَةُ دَنَانِيرَ اسْتَلَفْتُهَا مِنْ فُلَانٍ الْيَهُودِيِّ فَهِيَ فِي قَرْنِي فَأَعْطِهَا إِيَّاهُ، وَاعْلَمْ أَخِي أَنَّهُ لَمْ يَحْدُثْ فِي أَهْلِي حَدَثٌ بَعْدِي إِلَّا قَدْ لَحِقَ بِي خَبَرُهُ، حَتَّى هِرَّةٌ لَنَا مَاتَتْ مُنْذُ أَيَّامٍ، وَأَعْلَمُ أَنَّ ابْنَتِي تَمُوتُ إِلَى سِتَّةِ أَيَّامٍ، فَاسْتَوْصُوا بِهَا مَعْرُوفًا

“Sepuluh dinar yang aku pinjam dari si Fulan Yahudi. Itu ada di tanduk [wadah yang terbuat dari tanduk, disimpan di rumah]-ku, berikanlah kepadanya. ketahuilah, saudaraku, tidak ada satu pun peristiwa yang terjadi pada keluargaku setelah kematianku melainkan kabarnya telah sampai kepadaku, bahkan kucing kami yang mati beberapa hari lalu. aku tahu bahwa putriku akan meninggal dalam enam hari ke depan, maka berbuat baiklah kepadanya.”

‘Auf berkata: Setelah pagi tiba, aku berkata dalam hati: “Sungguh, dalam hal ini ada pelajaran.” Aku pun mendatangi keluarganya. Mereka berkata: “Selamat datang ‘Auf! Beginikah kamu memperlakukan  keluarga saudaramu? Kalian tidak mendatangi kami sejak Sho’b meninggal.”

‘Auf berkata: Aku beralasan dengan alasan yang biasa dipakai orang. Kemudian aku melihat wadah tanduk itu dan menurunkannya, lalu aku mengeluarkan isinya. Aku segera menemukan kantung yang berisi dinar-dinar itu. Aku mengutus seseorang kepada Yahudi itu, lalu ia pun datang. Aku bertanya: “Apakah Sho’b punya utang kepadamu?”

Ia menjawab:

رَحِمَ اللَّهُ صَعْبًا، كَانَ مِنْ خِيَارِ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ، هِيَ لَهُ

“Semoga Alloh merohmati Sho’b, ia adalah salah satu Shohabat Muhammad yang terbaik. [Uang itu] untuknya.”

Aku berkata: “Kamu harus memberitahuku.” Ia menjawab: “Iya. Aku meminjamkan 10 dinar kepadanya.”

Maka aku berikan uang itu kepadanya. Ia berkata:

هِيَ وَاللَّهِ بِأَعْيَانِهَا

“Demi Alloh, uang itu benar-benar yang itu.”

Aku berkata: “Ini yang pertama (dari yang di mimpi).”

Aku bertanya (kepada keluarganya): “Apakah terjadi sesuatu di antara kalian sejak kematiannya?”

Mereka menjawab: “Iya, terjadi ini, terjadi itu.” Aku berkata: “Sebutkan!” Mereka menjawab: “Iya, ada kucing kami yang mati beberapa hari lalu.” Aku berkata: “Ini yang kedua.”

Aku bertanya: “Di mana putri saudaraku?” Mereka menjawab: “Dia sedang bermain.” Aku pun mendatanginya dan menyentuhnya, ternyata ia sedang demam. Aku berkata: “Berbuat baiklah kepadanya.”

Maka, anak itu meninggal enam hari kemudian. (Shohih)

[7] Istirahat dari Kekhawatiran Dunia

9. Dari Abu Khoolid Al-Ahmar, ia berkata: Aku melihat Sufyan bin Sa’id [Ats-Tsauri, wafat 161 H] setelah ia meninggal, lalu aku bertanya: “Abu Abdilloh, bagaimana keadaanmu?”

Ia menjawab:

خَيْرُ حَالٍ، اسْتَرَحْتُ مِنْ هُمُومِ الدُّنْيَا، وَأَفْضَيْتُ إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ

“Keadaan yang terbaik. Aku telah beristirahat dari kesempitan dunia, dan sekarang aku menuju rohmat Alloh.” (Hasan)

[8] Wasiat untuk Mengurangi Pergaulan dengan Manusia

10. Dari Sufyan bin ‘Uyainah, ia berkata:

رَأَيْتُ سُفْيَانَ الثَّوْرِيَّ فِي النَّوْمِ كَأَنَّهُ مَائِلٌ، فَقُلْتُ لَهُ: أَوْصِنِي، قَالَ: أَقْلِلْ مِنْ مَعْرِفَةِ النَّاسِ

“Aku melihat Sufyan Ats-Tsauri [wafat 161 H] dalam tidur seolah-olah ia miring, lalu aku berkata kepadanya: ‘Berilah aku wasiat.’ Ia menjawab: ‘Kurangilah pergaulan dengan manusia.’” (Shohih)

[9] Timbangan Amal dan Kebaikan Seekor Kuda

11. Dari Abu Qobil, ia berkata:

كُنْتُ فِي رِبَاطٍ فَنَفَقَتْ لِي فَرَسُ ابْنِي، فَأَقَمْتُ بَعْدَ ذَلِكَ سِنِينَ ثُمَّ رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ أَنَّهُ أُتِيَ بِي إِلَى مِيزَانِي، فَأُدْخِلْتُ فِي كِفَّةٍ فَتَثَاقَلَ بِي الْمِيزَانُ فَكُتِبَ أُجْرِيَ فَإِذَا فَرَسِي بِعَيْنِهِ أَعْرِفُهَا أُدْخِلَتْ مَعِي فِي كِفَّةِ الْمِيزَانِ فَرَجَحَتْ

“Aku sedang berada di benteng pertahanan perang, lalu kuda milik anakku mati. Setelah itu aku tinggal di sana selama bertahun-tahun. Kemudian aku melihat dalam mimpi bahwa aku dibawa ke timbanganku, lalu aku dimasukkan ke dalam satu sisi timbangan, dan timbangan itu terasa berat denganku, maka pahalaku pun dicatat. Tiba-tiba, kudaku yang mati itu, aku mengenalnya betul, dimasukkan bersamaku di sisi timbangan itu, dan ia membuat timbangan itu menjadi lebih berat.” (Hasan)

[10] Keutamaan Sholat Malam

12. Dari Nafi’, ia berkata: Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma bermimpi, seolah-olah ia dibawa pergi, lalu ia bertemu dengan seorang Malaikat. Malaikat itu berkata (kepada temannya):

لَنْ تُرَاعَ، دَعْهُ، نِعْمَ الرَّجُلُ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ

“Jangan takut, biarkan dia. Dia adalah lelaki yang baik, seandainya saja ia mau Sholat di waktu malam.”

Nafi’ berkata:

فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُطِيلُ الصَّلَاةَ بِاللَّيْلِ

“Maka sejak saat itu Abdulloh [bin Umar] rodhiyallahu ‘anhuma memperpanjang Sholatnya di malam hari.” (Hasan dan Hadits shohih)

13. Dari Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:

رَأَيْتُ فِي النَّوْمِ كَأَنَّهُ انْطُلِقَ بِي إِلَى النَّارِ فَرَأَيْتُ جَهَنَّمَ لَهَا قُرُونٌ كَقُرُونِ الْبَقَرِ، وَرَأَيْتُ رِجَالًا مُعَلَّقِينَ بِالسَّلَاسِلِ أَعْرِفُهُمْ

“Aku bermimpi seolah-olah aku dibawa pergi ke Neraka, aku melihat Jahannam memiliki tanduk seperti tanduk sapi. Aku juga melihat para lelaki digantung dengan rantai, dan aku mengenal mereka.” (Shohih)

[11] Kabar Gembira untuk Penghuni Jannah

14. Dari Mahdi bin Maimun, ia berkata:

رَأَيْتُ لَيْلَةَ مَاتَ مَالِكُ بْنُ دِينَارٍ كَأَنَّ مُنَادِيًا يُنَادِي: أَلَا إِنَّ مَالِكَ بْنَ دِينَارٍ أَصْبَحَ مِنْ سُكَّانِ الْجَنَّةِ

“Pada malam Malik bin Dinar [wafat 131 H] meninggal, aku bermimpi seolah-olah ada penyeru yang berseru: ‘Ketahuilah, Malik bin Dinar telah menjadi salah satu penghuni Jannah!” (Hasan)

15. Dari Mahdi bin Maimun, ia berkata:

رَأَيْتُ لَيْلَةَ مَاتَ بُدَيْلٌ الْعُقَيْلِيُّ كَأَنَّ قَائِلًا يَقُولُ: أَلَا إِنَّ بُدَيْلًا الْعُقَيْلِيَّ أَصْبَحَ مِنْ سُكَّانِ الْجَنَّةِ

“Pada malam Budail Al-‘Uqoili meninggal, aku bermimpi seolah-olah ada yang berkata: ‘Ketahuilah, Budail Al-‘Uqoili telah menjadi salah satu penghuni Jannah!” (Hasan)

[12] Makna Dunia Dalam Mimpi

16. Dari Hisyam, dari Al-‘Ala’ bin Ziyad Al-‘Adawi, ia berkata: Aku melihat seorang wanita tua yang matanya rabun, ia memegangiku. Aku berkata: “Aku berlindung kepada Alloh dari kejahatanmu!” Wanita itu berkata:

لَا وَاللَّهِ لَا يُعِيذُكَ مِنْ شَرِّيَ حَتَّى تَتْرُكَ الدِّرْهَمَ

“Tidak, demi Alloh, Dia tidak akan melindungimu dari kejahatanku sampai kamu meninggalkan dirham.”

Aku bertanya:

وَمَنْ أَنْتِ؟

“Siapa kamu?”

Ia menjawab:

أَنَا الدُّنْيَا

“Aku adalah dunia.”

Hisyam berkata: “Maka [Al-‘Ala’] menyedekahkan sebagian harta yang ada di tangannya.” (Hasan)

17. Dari Sufyan, ia berkata: Abu Bakar bin ‘Ayyasy berkata kepadaku:

رَأَيْتُ الدُّنْيَا عَجُوزًا مُشَوَّهَةً شَمْطَاءَ

“Aku melihat dunia sebagai seorang wanita tua yang buruk rupa dan beruban.” (Shohih)

[13] Berkah Ziarah dan Perintah Khusus dari Nabi

18. Dari Muhammad bin Fudhoil, ia berkata:

رَأَيْتُ النَّبِيَّ فِي النَّوْمِ وَهُوَ يَقُولُ: زُورُوا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَوْنٍ فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ، أَوْ أَنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

Aku melihat Nabi dalam tidur, dan beliau bersabda: “Kunjungi Abdulloh bin ‘Aun, karena Alloh mencintainya, atau karena ia mencintai Alloh dan Rosul-Nya.” (Hasan)

19. Dari Roqobah bin Mashqolah, ia berkata: Aku melihat Nabi dalam tidur, lalu aku membacakan di hadapan beliau (ayat): “Qoolatil a’robu aammanna” (Kaum Badui berkata: Kami telah beriman). Beliau bersabda:

لَا تَقُلْ قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَّنَّا، قُلْ: ﴿قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا

Jangan kamu katakan demikian tetapi katakan Qoolatil a’robu aamanna.” [Al-Hujurot: 14]. (Hasan)

[14] Malaikat Terganggu dengan Bawang

20. Dari Sufyan, ia berkata:

رَأَيْتُ النَّبِيَّ فِي النَّوْمِ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا تَقُولُ فِي الْبَصَلِ وَالثُّومِ؟ قَالَ: الْمَلَائِكَةَ تَتَأَذَّى بِهِمَا

Aku melihat Nabi dalam tidur, lalu aku berkata: “Wahai Rosululloh , apa pendapatmu tentang bawang merah dan bawang putih?” Beliau menjawab: “Malaikat merasa terganggu oleh keduanya.” (Shohih)

[15] Mimpi Mengenai Umar bin Abdul Aziz

21. Dari Abu Hasyim, pemilik buah delima, bahwasanya ada seorang lelaki datang kepada Umar bin Abdul Aziz (wafat 101 H) lalu berkata: “Aku bermimpi melihat Nabi dan Bani Hasyim sedang mengadukan kebutuhan mereka kepada beliau.” Beliau bersabda:

فَأَيْنَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ؟

“Lalu di manakah Umar bin Abdul Aziz?” (Hasan)

22. Dari Abu Hasyim, bahwasanya ada seorang lelaki datang kepada Umar bin Abdul Aziz lalu berkata: “Aku bermimpi melihat Nabi , sementara Abu Bakar ada di sebelah kanan beliau, dan Umar ada di sebelah kiri beliau. Kemudian datanglah dua orang lelaki yang sedang berselisih, dan kamu (Umar bin Abdul Aziz) sedang duduk di hadapan beliau. Lalu beliau berkata kepadamu:

يَا عُمَرُ إِذَا عَمِلْتَ فَاعْمَلْ بِعَمَلِ كُلٍّ مِنْ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ

“Wahai Umar (bin Abdul Aziz), jika kamu berbuat, maka berbuatlah dengan perbuatan Abu Bakar dan Umar.’”

Umar (bin Abdul Aziz) meminta lelaki itu bersumpah demi Alloh:

أَرَأَيْتَ هَذِهِ الرُّؤْيَا؟

“Apakah kamu melihat mimpi ini?”

Lelaki itu pun bersumpah, maka Umar menangis. (Hasan)

23. Dari Umar bin Abdul Aziz, ia berkata:

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ، وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ جَالِسَانِ عِنْدَهُ، فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ وَجَلَسْتُ فَبَيْنَا أَنَا جَالِسٌ إِذْ أُتِيَ بِعَلِيٍّ، وَمُعَاوِيَةَ فَأُدْخِلَا بَيْتًا وَأُجِيفَ عَلَيْهِمَا الْبَابُ، وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِمَا، فَمَا كَانَ بِأَسْرَعَ أَنْ خَرَجَ عَلِيٌّ وَهُوَ يَقُولُ: قُضِيَ لِي وَرَبِّ الْكَعْبَةِ، وَمَا كَانَ بِأَسْرَعَ أَنْ خَرَجَ مُعَاوِيَةُ عَلَى إِثْرِهِ وَهُوَ يَقُولُ: غُفِرَ لِي وَرَبِّ الْكَعْبَةِ

“Aku melihat Rosululloh , sementara Abu Bakar dan Umar sedang duduk di sisi beliau. Aku mengucapkan salam kepada beliau lalu aku duduk. Ketika aku sedang duduk, tiba-tiba didatangkan Ali dan Mu’awiyah, lalu keduanya dimasukkan ke dalam sebuah rumah dan pintunya dikunci. Aku mengawasi keduanya. Tidak lama kemudian, Ali keluar sambil berkata: “Aku dinyatakan benar demi Robb Ka’bah!” tidak lama setelah itu, Mu’awiyah keluar mengikutinya sambil berkata: “Aku telah diampuni demi Robb Ka’bah!” (Hasan)

[16] Darah Al-Husain dan Para Shohabatnya dalam Mimpi

24. Dari Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Aku bermimpi melihat Rosululloh dalam keadaan rambutnya kusut dan berdebu, di tangan beliau ada dua botol kecil berisi darah. Aku bertanya: “Wahai Rosululloh , apa ini?” Beliau menjawab:

دَمُ الْحُسَيْنِ وَأَصْحَابِهِ لَمْ أَزَلْ أَلْتَقِطُهُ مُنْذُ الْيَوْمَ

“Darah Al-Husain [wafat 61 H] dan para Shohabatnya. Aku terus memungutnya sejak hari ini.”

Ibnu ‘Abbas berkata: Maka mereka memperhatikan, ternyata Al-Husain telah terbunuh pada hari itu juga. (Hasan)

[17] Kabar Gembira untuk Al-Hasan Al-Bashri

25. Dari Ishaq bin Ar-Robi’ Abu Hamzah Al-‘Aththor, ia berkata: Ketika aku berada di sisi Al-Hasan [Al-Bashri, wafat 110 H], tiba-tiba datang seorang lelaki lalu berkata: “Wahai Abu Sa’id, tadi malam dalam tidurku, aku melihat Nabi berada di sisi Marjiyyah Bani Sulaim, bersama beberapa orang. kamu mengenakan jubah dari kain bergaris-garis.” Lalu dikatakan: “Wahai Rosululloh , itu Al-Hasan datang!” Beliau bersabda:

قُولُوا لَهُ: أَبْشِرْ ثُمَّ أَبْشِرْ ثُمَّ أَبْشِرْ

“Katakanlah kepadanya: ‘Bergembiralah, lalu bergembiralah, lalu bergembiralah!’”

Maka air mata Al-Hasan menetes, dan ia berkata: “Semoga Alloh menenangkan matamu. Rosululloh bersabda:

مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي، لَيْسَ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَتَمَثَّلَ فِي صُورَتِي

‘Siapa yang melihatku dalam mimpi, maka sungguh ia telah melihatku, setan tidak bisa menyerupai rupaku.’” (Hasan dan Haditsnya Muttafaq ‘alaihi)

[18] Kematian Orang Bertaqwa adalah Kehidupan

26. Dari Abu Bakar Al-Khoyyath, ia berkata: Aku bermimpi seolah-olah aku masuk ke area pemakaman. Tiba-tiba para penghuni kubur sedang duduk di atas kuburan mereka, di hadapan mereka ada tanaman roiham (wewangian). Tiba-tiba aku melihat Ma’ruf bin Abi Mahfuzh (wafat 200 H) berada di antara mereka, berjalan mondar-mandir. Aku bertanya: “Abu Mahfuzh, apa yang Robb-mu lakukan terhadapmu? Bukankah kamu sudah meninggal?”

Ia menjawab: “Iya.”

Kemudian ia bersyair:

مَوْتُ التَّقِيِّ حَيَاةٌ لَا نَفَادَ لَهَا ... قَدْ مَاتَ قَوْمٌ وَهُمْ فِي النَّاسِ أَحْيَاءُ

“Kematian orang bertaqwa adalah kehidupan yang tidak akan habis. Sungguh, ada kaum yang telah meninggal, tetapi mereka tetap hidup di antara manusia.” (Hasan)

[19] Pertemuan Setelah Kematian

27. Dari Abu Az-Zohiriyyah, ia berkata: Abdul A’la menjenguk Abdulloh bin ‘Adi bin Abi Bilal Al-Khuz’aai. Lalu Abdul A’la berkata kepadanya: “Sampaikan salamku kepada Rosululloh . jika kamu bisa menemuiku, beritahukanlah hal itu kepadaku.”

Ummu Abdillah adalah saudari Abu Az-Zahiriyyah, dan ia adalah istri dari Ibnu Abi Bilal. Perempuan itu melihat suaminya dalam mimpi setelah tiga hari wafatnya. Suaminya berkata: “Putriku akan menyusulku dalam tiga hari. Apakah kamu mengenal Abdul A’la?” Pada hari itu Abdul A’la belum menjadi Qodhi/hakim.” Wanita itu menjawab: “Tidak.” Suaminya berkata: “Tanyakanlah tentang dia, lalu beritahu dia bahwa aku telah menyampaikan salamnya kepada Rosululloh , dan beliau membalas salamnya.”

Maka wanita itu memberitahu saudaranya, Abu Az-Zahiriyyah, dan ia menyampaikannya kepada Abdul A’la. Kemudian Abdul A’la datang kepada wanita itu sampai ia mendengar langsung dari wanita itu, lalu ia pun menangis. (Hasan)

[20] Wasiat untuk Memperindah Kafan

28. Dari Abu Qotadah rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rosululloh bersabda:

إِذَا وَلِيَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُحْسِنْ كَفَنَهُ، فَإِنَّهُمْ يَتَزَاوَرُونَ فِي قُبُورِهِمْ

“Jika salah seorang dari kalian mengurusi janazah saudaranya, hendaklah ia memperindah kain kafannya, karena sungguh mereka akan saling mengunjungi di dalam kuburan mereka.” (Hasan isnadnya dan Hadits shohih)

[21] Permintaan Salam kepada Rosululloh

29. Dari Muhammad bin Al-Munkadir, ia berkata: Aku masuk menemui Jabir bin Abdillah rodhiyallahu ‘anhu ketika ia sedang menjelang wafat. Aku berkata:

أَقْرِئْ رَسُولَ اللَّهِ مِنِّي السَّلَامَ

“Sampaikan salam dariku kepada Rosululloh .” (Shohih)

[22] Dua Golongan yang Tidak Boleh Digauli

30. Dari Gholib Al-Qoththon, ia berkata: Aku melihat Malik bin Dinar (wafat 131 H) dalam mimpi, mengenakan pakaian seperti yang biasa ia kenakan di Masjidnya. Ia berkata:

صِنْفَانِ مِنَ النَّاسِ لَا تُجَالِسُوهُمَا: صَاحِبُ دُنْيَا مُتْرَفٌ فِيهَا وَصَاحِبُ بِدْعَةٍ قَدْ غَلَا فِيهَا

“Ada dua golongan manusia yang janganlah kalian gauli: orang yang punya dunia dan bermewah-mewah di dalamnya, dan orang pelaku bid’ah yang berlebihan di dalamnya.”

Kemudian Malik berkata: “Hadits ini diceritakan kepadaku oleh Hakim,” yaitu seorang lelaki yang biasa duduk bersamanya, namanya Hakim. Seolah-olah ia ada bersama kami dalam halaqoh (majelis). Aku bertanya: “Hai Hakim, kamu yang menceritakan Hadits ini kepada Malik?”

Ia menjawab: “Iya.”

Aku bertanya: “Dari siapa itu?” Ia menjawab:

عَنِ الْمَقَابِعِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Dari sekelompok ulama kaum Muslimin.” (Hasan)

[23] Meninggalkan Hal yang Tidak Bermanfaat

31. Dari Sa’id bin ‘Amir, ia berkata: Dahulu Gholib Al-Qoththon berdoa:

اللَّهُمَّ الشَّيْءَ الَّذِي لَا يَضُرُّكَ وَيَنْفَعُنَا أَصِبْنَا بِهِ

“Ya Alloh, karuniakanlah kepada kami sesuatu yang tidak merugikan-Mu dan bermanfaat bagi kami.”

Ia berkata: Lalu aku bermimpi, ada suara yang berkata:

الشَّيْءُ الَّذِي لَا يَضُرُّكَ وَلَا يَنْفَعُكَ فَدَعْهُ

“Sesuatu yang tidak merugikanmu dan tidak juga bermanfaat bagimu, maka tinggalkanlah ia.” (Shohih)

[24] Balasan Bagi Wanita yang Tabarruj dan Lelaki yang Bersegera Menuju Jum’at

32. Dari Tsabit Al-Bunani, ia berkata: Seorang lelaki bermimpi seolah-olah manusia dihadapkan kepada Alloh ‘Azza wa Jalla. Lalu didatangkan seorang wanita yang mengenakan pakaian tipis (isyarat dulu ia tabarruj). Alloh ‘Azza wa Jalla menutupi diri-Nya darinya (yakni mengabaikannya). Kemudian didatangkan seorang lelaki, lalu Alloh berfirman:

خَلُّوا عَنْهُ فَإِنَّهُ كَانَ فِي الدُّنْيَا مِنَ الْمُبَكِّرِينَ إِلَى الْجُمُعَاتِ

“Biarkan dia lewat, karena sungguh di dunia dahulu ia termasuk orang yang bersegera menuju Sholat Jum’at.” (Hasan)

[25] Pahala Diberikan Secara Penuh

33. Dari ‘Utbah bin Dhomroh, dari ayahnya, ia berkata:

لَقِيتُ عَمَّتِي فِي الْمَنَامِ فَقُلْتُ: لَهَا كَيْفَ أَنْتِ يَا عَمَّةُ؟ قَالَتْ: أَنَا وَاللَّهِ يَا ابْنَ أَخِي بِخَيْرٍ، وَقَدْ وُفِّيتُ عَمَلِي حَتَّى أُعْطِيتُ ثَوَابَ أَخْلَاطٍ أَطْعَمْتُهُ، قَالَ: خَلْطُ اللَّبَنِ بِالْبَقْلِ

Aku bertemu bibiku dalam mimpi, lalu aku bertanya kepadanya: “Bagaimana keadaanmu, wahai bibi?” Ia menjawab: “Demi Alloh, wahai keponakanku, aku dalam keadaan baik. sungguh, amalanku telah diberikan sempurna kepadaku, bahkan sampai aku diberi pahala dari adonan makanan yang aku sedekahkan.” [Rowi] berkata: “Maksudnya adalah adonan susu yang dicampur dengan sayuran.” (Hasan)

[26] Amalan yang Paling Utama

34. Dari Kholid bin Wardan, ia berkata: Aku melihat ‘Amir bin Abi Hafsh [yaitu Abu Sa’id bin ‘Amir] dalam mimpi. Aku bertanya: “Apa yang Alloh lakukan terhadapmu?”

Ia menjawab:

خَيْرًا

“Kebaikan.”

Aku bertanya: “Amalan apa yang kamu dapati paling utama?” Ia menjawab:

كُلُّ شَيْءٍ أُرِيدَ بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Segala sesuatu yang ditujukan untuk mengharap Wajah Alloh ‘Azza wa Jalla.” (Isnadnya la ba’sa bihi)

[27] Keutamaan Orang yang Umroh

35. Dari Abdul Malik, ia berkata: Aku melihat Kholid setelah ia meninggal. Aku bertanya: “Apa yang kamu lakukan?”

Ia menjawab:

خَيْرًا

“Kebaikan.”

Aku bertanya: “Apakah kamu mengharapkan sesuatu untuk orang yang bersalah?” Ia menjawab:

تُلْتَمَسُ عِلْمَ تَسْبِيحَاتِ الْمُعْتَمِرِ، نِعْمَ الشَّيْءُ

“Carilah ilmu tentang bacaan tasbih orang yang melakukan ‘Umroh. Itu adalah sesuatu yang terbaik.” (Hasan)

[28] Kemuliaan Bagi Orang Sholih

36. Dari Al-Mutsanna bin Sa’id, ia berkata: Ketika ‘Aisyah bintu Tholhah [wafat 110 H] datang ke Bashroh, seorang lelaki mendatanginya lalu bertanya: “Apakah kamu ‘Aisyah bintu Tholhah?”

Ia menjawab: “Iya.”

Lelaki itu berkata: “Sungguh aku melihat Tholhah bin ‘Ubaidillah rodhiyallahu ‘anhu [wafat 36 H], lalu ia berkata: ‘Katakan kepada ‘Aisyah agar memindahkanku dari tempat ini, karena sungguh udara dingin telah menggangguku.’”

Maka ‘Aisyah naik kendaraan bersama para pelayan dan pengiringnya. Mereka membangun tenda di atas kuburnya lalu menggali (kuburnya). Tidak ada yang berubah pada jasadnya kecuali beberapa helai rambut di salah satu sisi janggutnya, sampai ia dipindahkan ke tempatnya yang sekarang. Padahal waktu antara [kematiannya dan peristiwa ini] adalah 80 sekian tahun. (Hasan)

[29] Peringatan untuk Orang-Orang yang Menyerupai Yahudi

37. Dari Farqod As-Sabakhi, ia berkata: Ada sesuatu yang mendatangiku tiga kali dalam satu malam, seolah-olah seorang penyeru berkata:

يَا أَشْبَاهَ الْيَهُودِ الَّذِينَ إِذَا ابْتُلُوا لَمْ يَصْبِرُوا، وَإِذَا أُعْطُوا لَمْ يَشْكُرُوا أَيُّ خَيْرٍ فِيكُمْ بَعْدَ الْعَذَابِ

“Wahai orang-orang yang menyerupai Yahudi, yang jika diuji tidak bersabar, dan jika diberi tidak bersyukur! Kebaikan apa yang ada pada diri kalian setelah adzab?” (Dho’if dan Atsarnya Hasan)

38. Dari Sayyar, ia berkata: Aku sedang duduk di sisi sebagian ‘Ulama, lalu aku pulang dari sisinya.

فَرَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ قَائِلًا يَقُولُ: قَوْلُهُمْ شِفَاءٌ يُبْرِئُ الدَّاءَ، وَأَعْمَالُهُمْ دَاءٌ لَا يُبْرِئُهُ الدَّوَاءُ

Aku bermimpi seolah-olah ada suara yang berkata: “Ucapan mereka adalah obat yang menyembuhkan penyakit, tetapi perbuatan mereka adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh obat.” (Hasan)

39. Dari Abu ‘Ubaidah Al-Bashri, ia berkata: Aku melihat dalam mimpiku seorang lelaki berkata:

ابْتَعِدْ عَنِ الْمَثَالِبِ وَاجْهَدْ أَنَّ تُنْسَبَ لِنَفْسِكَ الْمَنَاقِبُ، ارْبَعْ عَلَى نَفْسِكَ وَانْظُرْ مَا سُتِرَ عَلَيْكَ

“Jauhilah aib-aib, dan berusahalah agar terpuji bagimu kebaikan-kebaikan. Bersikap tenanglah pada dirimu dan perhatikanlah apa yang ditutupi (aibmu) oleh Alloh.” (Hasan)

[30] Balasan karena Kecintaan kepada Hamba Alloh

40. Dari Muhammad [ibnul Mufadhdhol], ia berkata: Aku melihat Manshur bin ‘Ammar (wafat 224 H) dalam mimpi. Aku bertanya: “Wahai Abu Katsir, apa yang Robb-mu lakukan terhadapmu?”

Ia menjawab:

خَيْرًا

“Kebaikan.”

Aku bertanya: “Karena apa?” Ia menjawab:

قَالَ: بِمَا كُنْتَ تُحَبِّبُنِي إِلَى عِبَادِي

“Dia berfirman: ‘Karena engkau menjadikan hamba-hamba-Ku mencintai-Ku.” (Hasan dan Atsar shohih)

[31] Yunus bin ‘Ubaid Bersama Bidadari Jannah

41. Dari Al-Ashma’i, ia berkata: Aku melihat salah seorang penduduk Bashroh dari kalangan murid-murid Yunus bin ‘Ubaid (wafat 139 H), sementara ia telah meninggal. Aku bertanya: “Dari mana kamu datang?”

Ia menjawab:

مِنْ عِنْدِ يُونُسَ الطَّبِيبِ

“Dari sisi Yunus Ath-Thobib.”

Aku bertanya:

مَنْ يُونُسُ الطَّبِيبُ؟

“Siapa Yunus Ath-Thobib?”

Ia menjawab:

الْفَقِيهُ اللَّبِيبُ

“Al-Faqih (ahli fiqh) yang cerdas.”

Aku bertanya:

ابْنُ عُبَيْدٍ؟

“Ibnu ‘Ubaid?”

Ia menjawab: “Iya.”

Aku bertanya: “Di mana dia?”

Ia menjawab:

فِي مَجَالِسَ الْأُرْجُوَانِ مَعَ الْحُورِ الْعِينِ وَالْأَبْكَارِ قَرَّتْ عَيْنَاهُ بِصِحَّةِ تَقْوَاهُ

“Di majelis-majelis urjuwan (warna merah tua, mewah) bersama para Huurul ‘Iin dan para gadis. Matanya bahagia karena ketakwaannya yang benar.” (Hasan)

42. Dari Thowus (wafat 106 H), ia berkata:

مَا مِنْ دِرْهَمٍ يُعْدَلُ إِلَيَّ مِنْ دِرْهَمٍ فِي يَدَيْهِ قَالَ: وَذَكَرَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ: أَهْدَيْتُ بَدَنَةً عَجْفَاءَ فَرَأَيْتُ النَّاسَ كُلَّهُمْ [...] بُدْنُهُمْ وَرَأَيْتُنِي عَلَى يَدِي، فَكَانَ النَّاسُ يَمُرُّونَ فَيَطَؤُنِي وَرَكِبْتُ كُلَّمَا حَرَّكَتْهَا رَغْبَةٌ لِي

“Aku tidak mendapatkan satu dirham pun sebagai balasan yang benar-benar sebanding dengan dirham yang dulu pernah aku keluarkan,” katanya. Lalu ia menceritakan kisah seorang lelaki yang berkata, “Dulu aku pernah mempersembahkan seekor unta kurban, tetapi unta itu kurus dan tidak layak. Dalam mimpiku aku melihat orang-orang datang dengan unta-unta kurban mereka yang semuanya gemuk dan kuat, sementara aku hanya melihat diriku menuntun unta kurusku. Orang-orang lewat dan menginjakku karena aku tidak memiliki tunggangan yang pantas. Setiap kali unta itu bergerak sedikit, aku mencoba menaikinya dengan harapan ia bisa membawaku, tetapi ia terlalu lemah—sebagaimana lemahnya niatku ketika dulu aku memberikannya.” (Shohih)

[32] Tali di Langit

43. Dari Ibrohim bin Al-Mundzir bin Abdulloh Al-Hizami, ia berkata:

رَأَيْتُ الضَّحَّاكَ بْنَ عُثْمَانَ فِي النَّوْمِ فَقُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ مَا فَعَلَ اللَّهُ بِكَ؟ قَالَ: فِي السَّمَاءِ تَمَارِيدُ، مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ تَعَلَّقَ بِهَا، وَمَنْ لَمْ يَقُلْهَا هَوَى

Aku melihat Adh-Dhohhak bin ‘Utsman dalam tidur. Aku bertanya: “Wahai Abu Muhammad, apa yang Alloh lakukan terhadapmu?” Ia menjawab: “Di langit ada tali-tali (tamarid). Siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illalloh, ia akan berpegangan pada tali itu, dan siapa yang tidak mengucapkannya, ia akan jatuh.” (Hasan)

[33] Ma’rifah (Mengenal Alloh) adalah Amalan Terbaik

44. Dari Isma’il bin Abdulloh bin Maimun, ia berkata: Aku melihat Muhammad bin ‘Imron bin Muhammad bin Abi Laila (wafat sebelum ayahnya) yang merupakan seorang yang utama, dalam mimpi. Aku bertanya kepadanya: “Amalan apa yang kamu dapati paling utama?”

Ia menjawab:

الْمَعْرِفَةُ

“Ma’rifah (mengenal Alloh).”

Aku bertanya: “Apa pendapatmu tentang seseorang yang mengatakan Haddatsanaa (telah menceritakan kepada kami) atau Akhbaronaa (telah mengabarkan kepada kami)?”

Ia menjawab:

إِنِّي أَبْغَضُ الْمُبَاهَاةَ

“Sungguh, aku membenci pamer/berbangga diri.” (Hasan)

[34] Berlindung dari Fitnah

45. Dari Abdulloh bin ‘Amir, ia berkata: ‘Amir bin Robi’ah rodhiyallahu ‘anhu berdiri untuk Sholat di malam hari, yaitu ketika orang-orang berusaha mencela ‘Utsman rodhiyallahu ‘anhu. Maka ia Sholat di malam hari lalu tidur. Kemudian ia bermimpi, dan dikatakan kepadanya:

قُمْ فَاسْأَلِ اللَّهَ أَنْ يُعِيذَكَ مِنَ الْفِتْنَةِ الَّتِي أَعَاذَ مِنْهَا صَالِحَ عِبَادِهِ

“Bangunlah, lalu mintalah kepada Alloh agar Dia melindungimu dari fitnah yang Dia lindungi darinya hamba-hamba-Nya yang sholih.”

Maka ia pun bangun lalu Sholat, kemudian ia sakit, dan ia tidak pernah keluar lagi kecuali untuk (mengantar) janazah. (Shohih)

[35] Wasiat Nabi dalam Mimpi

46. Dari Jarir rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

رَأَيْتُ النَّبِيَّ فِي الْمَنَامِ فَأَخَذَ بِيَدِي فَقُلْتُ: رَسُولَ اللَّهِ أَكُنْتَ أَوْصَيْتَ النَّاسَ بِأَهْلِكَ؟ قَالَ: نَعَمْ، قُلْتُ: هَلْ أَوْصَيْتَ أَهْلَكَ بِالنَّاسِ؟ قَالَ: نَعَمْ

Aku melihat Nabi dalam mimpi, lalu beliau memegang tanganku. Aku berkata: “Rosululloh , apakah engkau berwasiat kepada manusia tentang keluargamu?” Beliau menjawab: “Iya.” Aku bertanya: “Apakah engkau berwasiat kepada keluargamu tentang manusia?” Beliau menjawab: “Iya.” (Hasan)

[36] Balasan Bagi Pencaci Dua Syaikh

47. Dari Abu Bakar Ash-Shoirofi, ia berkata:

مَاتَ رَجُلٌ كَانَ يَشْتِمُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَيَرَى رَأْيَ جَهْمٍ: فَأُرِيَهُ رَجُلٌ فِي النَّوْمِ كَأَنَّهُ عُرْيَانٌ عَلَى رَأْسِهِ خَرَقٌ سَوْدَاءُ وَعَلَى عَوْرَتِهِ أُخْرَى، فَقَالَ: مَا فَعَلَ اللَّهُ بِكَ؟ قَالَ: جَعَلَنِي مَعَ بَكْرٍ الْقَيْسِيِّ وَعَوْنِ بْنِ الْأَعْسَرِ، وَهُمَا نَصْرَانِيَّانِ

“Ada seorang lelaki meninggal yang dahulu suka mencaci Abu Bakar dan Umar, dan ia berpendapat seperti pendapat Jahm [bin Shofwan, wafat 128 H]. Lalu seorang lelaki melihatnya dalam mimpi, seolah-olah ia telanjang, di atas kepalanya ada kain hitam, dan di atas kemaluannya ada kain lain. Lelaki itu bertanya: “Apa yang Alloh lakukan terhadapmu?” Ia menjawab: “Dia menjadikan aku bersama Bakr Al-Qoisiyi dan ‘Aun bin Al-A’sar, dan keduanya adalah Nashroni (Kristen).” (Shohih)

[37] Syair yang Diriwayatkan dan Dihafal Dalam Tidur

48. Dari Muhammad bin Al-Husain, ia berkata: Aku bermimpi seolah-olah ada suara yang membacakan syair kepadaku, lalu aku menghafalnya:

قَصْرٌ فِي الْخُلْدِ مِنْ لُؤْلُؤٍ ... لِعَبْدٍ بِدُنْيَاهُ لَمْ يَرْتَفِعْ

“Istana di keabadian yang terbuat dari mutiara... untuk hamba yang tidak membanggakan dunianya.” (Hasan)

49. Dari Masma’ bin ‘Ashim, ia berkata: Robi’ah (Al-’Adawiyyah, wafat 185 H), semoga Alloh merohmatinya, berkata kepadaku:

اعْتَلَلْتُ عِلَّةً مَنَعَتْنِي عَنِ التَّهَجُّدِ، فَرَأَيْتُ فِي النَّوْمِ كَأَنَّ قَائِلًا يَقُولُ: صَلَاتُكِ نُورٌ وَالْعِبَادُ رُقُودُ ... وَنَوْمُكِ ضِدٌّ لِلصَّلَاةِ عَمِيدُ وَعُمْرُكِ غَنْمٌ إِنْ عَقَلْتِ وَمُهْلَةٌ ... يَسِيرُ وَيَفْنَى دَائِبٌ وَيُبِيدُ ثُمَّ غَابَ مِنْ بَيْنِ عَيْنَيَّ وَاسْتَيْقَظْتُ بِنِدَاءِ الْفَجْرِ

Aku sakit yang menghalangiku dari Sholat Tahajjud. Lalu aku bermimpi, seolah-olah ada yang berkata: “Sholatmu adalah cahaya sementara para hamba sedang tidur... tidurmu adalah kebalikan dari Sholat, yaitu penghalang. umurmu adalah harta rampasan jika kamu berakal, dan ia adalah tenggat waktu... Berjalan dan binasa, terus-menerus dan hilang”. Kemudian ia menghilang dari pandanganku, dan aku terbangun karena seruan adzan Sholat Fajar.” (Shohih)

50. Dari Ishaq bin Miror Abu ‘Amr, ia berkata: Anakku Muhammad meninggal, lalu aku melihatnya dalam mimpi. Aku berkata: “Aku selalu mengenalmu (hai anakku) sebagai orang yang boros (musrif), kamu melakukan ini dan itu.” Lalu ia berkata:

أَيَا رَبِّ إِنْ تَغْفِرْ فَإِنَّكَ أَهْلُهُ ... وَإِنْ تَكُنِ الْأُخْرَى فَإِنِّي مُجْزَهُ

“Wahai Robb-ku, jika Engkau mengampuni, maka Engkau memang layak untuk itu... jika yang terjadi adalah yang lain (adzab), maka sungguh aku akan dibalas setimpal.”

Ia berkata: Lalu seorang tua dari sudut rumah berkata kepadaku (dalam mimpi): “Anakmu lebih paham fiqh daripada kamu.” (Hasan)

51. Dari Abu Al-Yaqzhon, ia berkata:

تَزَوَّجَ رَجُلٌ امْرَأَةً فَعَاهَدَ كُلُّ وَاحِدٍ صَاحِبَهُ: أَيُّهُمَا مَاتَ لَا يَتَزَوَّجُ الْآخَرُ بَعْدَهُ، فَمَاتَ الرَّجُلُ فَلَمَّا انْقَضَتْ عِدَّةُ الْمَرْأَةِ أَتَاهَا النِّسَاءُ فَلَمْ يَزَلْنَ بِهَا حَتَّى تَزَوَّجَتْ فَلَمَّا كَانَ لَيْلَةُ بِنَائِهَا فَإِذَا هِيَ بِآخِذٍ قَدْ أَخَذَ عِضَادَتَيِ الْبَابِ فَقَالَ: مَا أَسْرَعَ مَا نَسِيتِ يَا رَبَابُ ثُمَّ قَالَ: حَيَّيْتُ سَاكِنَ هَذَا الدَّارِ كُلَّهُمْ ... إِلَّا الرَّبَابَ فَإِنِّي لَا أُحَيِّيهَا أَمْسَتْ عَرُوسًا وَأَمْسَى مَنْزِلِي جَدَثًا ... إِنَّ الْقُبُورَ تُوَارِي مَنْ يُوَافِيهَا قَالَ: فَانْتَبَهَتْ فَزِعًا فَقَالَتْ: وَاللَّهِ لَا تَجْتَمِعُ رَأْسِي وَرَأْسُكَ أَبَدًا، فَخَالَعَتْ زَوْجَهَا

Seorang lelaki menikahi seorang wanita, dan masing-masing berjanji kepada pasangannya: siapa pun yang meninggal, yang lain tidak akan menikah lagi setelahnya. Kemudian lelaki itu meninggal. Setelah masa ‘iddah wanita itu selesai, para wanita mendatanginya dan terus-menerus membujuknya hingga ia menikah lagi. Ketika tiba malam bina’iha (malam pertama pernikahannya), tiba-tiba ia didatangi oleh seseorang yang memegang kedua sisi pintu, lalu berkata: “Alangkah cepatnya kamu melupakan, wahai Robab!” Kemudian lelaki tersebut bersyair: “Aku menyalami semua penghuni rumah ini... Kecuali Robab, sungguh aku tidak menyalaminya. Ia menjadi pengantin wanita, sementara rumahku menjadi liang kubur... Sesungguhnya kuburan menyembunyikan siapa pun yang mengunjunginya.” Wanita itu mengatakan bahwa ia terbangun dalam keadaan ketakutan, lalu berkata (kepada suami barunya): “Demi Alloh, kepalaku dan kepalamu tidak akan pernah berkumpul selamanya.” Lalu ia meminta cerai dari suaminya.” (Hasan)

52. Dari Murojja’ bin Waddah, ia berkata: ‘Athok As-Sulaimi berkata:

كُنْتُ أَشْتَهِي الْمَوْتَ وَأَتَمَّناهُ فَأَتَانِي آتٍ فِي مَنَامِي فَقَالَ: يَا عَطَاءُ أَتَتَمَنَّى الْمَوْتَ؟ فَقُلْتُ: إِنَّ ذَاكَ، قَالَ: فَتَقَلَّبَ فِي وَجْهِي، ثُمَّ قَالَ: لَوْ عَرَفْتَ شِدَّةَ الْمَوْتِ وَكَرْبَهُ حَتَّى يُخَالِطَ قَلْبَكَ مَعْرِفَتُهُ لَطَارَ نَوْمُكَ أَيَّامَ حَيَاتِكَ وَلَذَهَلَ عَقْلُكَ حَتَّى تَمْشِيَ فِي النَّاسِ وَالِهًا، قَالَ عَطَاءٌ: طُوبَى لِمَنْ نَفَعَهُ عَيْشُهُ، فَكَانَ طُولُ عُمْرِهِ زِيَادَةً فِي عَمَلِهِ، مَا أَرَى عَطَاءً كَذَلِكَ، ثُمَّ بَكَى

Dahulu aku sangat ingin mati dan mengharapkannya. Lalu datanglah seseorang kepadaku dalam mimpiku, lalu berkata: “Wahai ‘Atho, apakah kamu mengharapkan kematian?” Aku menjawab: “Iya.” Lalu ia membolak-balik wajahku, kemudian berkata: “Seandainya kamu tahu betapa dahsyatnya kematian dan kesulitan yang menyertainya, sampai pengetahuan tentangnya memenuhi hatimu, niscaya tidurmu akan hilang selama hidupmu, dan akalmu akan bingung sehingga kamu berjalan di tengah manusia dalam keadaan linglung.” ‘Atho berkata: “Beruntunglah siapa yang kehidupannya bermanfaat baginya, sehingga panjang umurnya menjadi tambahan bagi amalannya. Aku tidak melihat ‘Atho (dirinya sendiri) seperti itu,” lalu ia menangis.” (Isnadnya la ba’sa bihi)

53. Dari Makhlad bin Al-Husain, ia berkata:

رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ جِنَازَةً بَيْنَ يَدَيْهَا جِوَارٍ طُوَالٌ وَهُنَّ يَقُلْنَ: أَصْبَحْتُمْ جُزُرًا لِلْمَوْتِ يَأْخُذْكُمْ ... كَمَا الْبَهَائِمُ فِي الدُّنْيَا لَكُمْ جُزُرُ

“Aku bermimpi melihat sebuah janazah, di hadapannya ada gadis-gadis tinggi, dan mereka berkata: ‘Kalian telah menjadi santapan kematian, ia akan mengambil kalian... Sebagaimana binatang-binatang ternak di dunia menjadi santapan bagi kalian.’” (Hasan)

[38] Batu-Batu Menjadi Saksi

54. Dari Abdul ‘Aziz bin Abi Rowwad, ia berkata: “Dahulu ada seorang lelaki di daerah pedalaman yang membuat sebuah Masjid dan meletakkan 7 buah batu di kiblatnya. Jika ia selesai Sholat, ia berkata: ‘Wahai batu-batu, aku jadikan kalian saksi bahwa Laa ilaaha illalloh.’ Lelaki itu sakit, lalu rohnya diangkat. Lalu aku bermimpi bahwa ia diperintahkan ke Naar. Lalu aku melihat salah satu dari batu-batu itu, yang aku kenal, telah membesar dan menutup pintu Jahannam darinya. Kemudian didatangi pintu yang lain, tiba-tiba ada batu lain dari batu-batu itu, yang aku kenal betul, telah membesar dan menutup salah satu pintu Jahannam darinya. Hingga sisa batu-batu itu menutup pintu-pintu Jahannam darinya.” (Hasan)

[39] Biji-Biji Kurma yang Bertasbih

55. Dari Abdulloh bin Nafi’, ia berkata:

كَانَتِ امْرَأَةٌ مُتَعَبِّدَةٌ لَهَا نَوًى تُسَبِّحُ اللَّهَ تَعَالَى بِهِنَّ، فَرَأَتْ ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي مَنَامِهَا كَأَنَّ ذَلِكَ النَّوَى قَائِمٌ عَلَى سُوقِهِ ثَلَاثَ صُفُوفٍ: الصَّفُّ الْأَوَّلُ يَقُولُ: سُبْحَانَ اللَّهِ دَائِمٌ الثَّبَاتِ، وَالثَّانِي يَقُولُ: سُبْحَانَ مُخْرِجِ النَّبَاتِ، وَالثَّالِثُ يَقُولُ: سُبْحَانَ مُحْيِي الْأَمْوَاتِ

“Dahulu ada seorang wanita ahli ibadah, ia memiliki biji-biji kurma yang ia gunakan untuk bertasbih kepada Alloh. Pada suatu malam, ia bermimpi seolah-olah biji-biji kurma itu berdiri di atas batangnya dalam tiga shof (barisan): Shof pertama berkata: “Subhaanalloh, Yang kekal Keberadaan-Nya”, Shof kedua berkata: “Subhaanalloh, Yang mengeluarkan tumbuh-tumbuhan”, dan Shof ketiga berkata: “Subhaanalloh, Yang menghidupkan orang-orang mati.” (Hasan)

[40] Khowarij dalam Mimpi

56. Dari Abu Maisaroh ‘Amr bin Syurohbil, ia berkata:

رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ السَّمَاءَ انْفَرَجَتْ فَاطَّلَعَ مِنْهَا رَجُلٌ فَقُلْتُ: مَا أَنْتَ؟ قَالَ: أَنَا مَلَكٌ، قُلْتُ: أَسْأَلُكَ عَنْ شَيْءٍ، قَالَ: سَلْ عَمَّ شِئْتَ، قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ أَهْلِ الْجَمَلِ؟ قَالَ: فِئَتَانِ مُؤْمِنَتَانِ اقْتَتَلُوا، قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ أَهْلِ صِفِّينَ؟ قَالَ: فِئَتَانِ مُؤْمِنَتَانِ اقْتَتَلُوا، قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ أَهْلِ النَّهْرَوَانِ؟ قَالَ: خَلَعُوا إِمَامَهُمْ وَنَكَثُوا بَيْعَتَهُمْ فَلَقُوا تَرَحًا

Aku bermimpi seolah-olah langit terbelah, lalu muncul seorang lelaki darinya. Aku bertanya: “Siapa kamu?” Ia menjawab: “Aku Malaikat.” Aku berkata: “Aku ingin bertanya kepadamu tentang sesuatu.” Ia menjawab: “Bertanyalah tentang apa yang kamu suka.” Aku bertanya: “Beritahukan aku tentang pasukan perang Jamal (antara Ali vs Aisyah?” Ia menjawab: “Dua golongan Mu’min yang saling berperang.” Aku bertanya: “Beritahukan aku tentang pasukan perang Shiffin (Ali vs Muawiyah)?” Ia menjawab: “Dua golongan Mu’min yang saling berperang.” Aku bertanya: “Beritahukan aku tentang pasukan perang Nahrowan, (yaitu Khowarij)?” Ia menjawab: “Mereka mencopot pemimpin mereka dan membatalkan bai’at mereka, lalu mereka mendapatkan kesengsaraan.” (Hasan)

[41] Mimpi Shilah bin Asyyam

57. Humaid bin Hilal berkata: Shilah [bin Asyyam, wafat 63 H, Tabiin utama] keluar dalam sebuah pasukan, bersamanya ada putranya dan seorang ‘Aroby dari sukunya.

Lalu ‘Aroby itu berkata:

رَأَيْتُكَ يَا أَبَا الصَّهْبَاءِ فِي النَّوْمِ كَأَنَّكَ أَتَيْتَ عَلَى شَجَرَةٍ ظَلِيلَةٍ فَأَصَبْتَ مِنْ تَحْتِهَا ثَلَاثَ شَهْدَاتٍ فَأَعْطَيْتَنِي وَاحِدَةً وَأَمْسَكَتَ اثْنَتَيْنِ، فَوَجَدْتُ فِي نَفْسِي أَلَّا تَكُونَ قَاسَمْتَنِي

“Wahai Abu Ash-Shohba’, aku melihatmu dalam tidur, seolah-olah kamu mendatangi sebuah pohon yang rindang (yakni Jannah), lalu kamu mendapatkan tiga sarang lebah di bawahnya (yaitu tingkatan mati syahid yang tinggi). Kamu memberiku satu, dan kamu menahan dua (karena Shilah lebih tinggi dalam ilmu dan ibadah). Aku merasa sedikit kecewa karena kamu tidak membaginya rata denganku.”

Lalu mereka bertemu musuh. Shilah berkata: “Majulah!” Lalu dikatakan bahwa Shilah terbunuh, dan ‘Aroby itu juga terbunuh. (Hasan)

[42] Abu Lahab di dalam Mimpi

58. Dari Ummu Salamah rodhiyallahu ‘anha, ia berkata:

رَأَى أَبَا لَهَبِ بَعْضُ أَهْلِهِ فِي النَّوْمِ فَقَالَ: مَا رَأَيْتُ بَعْدَكُمْ رَاحَةً غَيْرَ فِي هَذِهِ، وَأَشَارَ إِلَى النُّقْرَةِ الَّتِي فَوْقَ الْإِبْهَامِ بِعَتَقَيْ ثُوَيْبَةَ، وَكَانَتْ أَرْضَعَتْ النَّبِيِّ وَأَبَا سَلَمَةَ

“Sebagian keluarganya melihat Abu Lahab [dikutuk oleh Alloh] dalam mimpi, lalu ia berkata: “Aku tidak mendapatkan kenyamanan apa pun setelah kalian kecuali di bagian ini,” sambil menunjuk ke cekungan di atas ibu jari, karena pemerdekaan Tsuwaibah, karena Tsuwaibah pernah menyusui Nabi dan Abu Salamah.” (Hasan)

[43] Perkara Harom yang Tersembunyi

59. Dari Haddaab, ia berkata: Bisyr bin Manshur (wafat 183 H) masuk ke rumahku ini. Aku bertanya kepadanya: “Apa pendapatmu tentang seorang lelaki (dalam mimpi) yang seolah-olah sedang berdiri Sholat, dan di sampingnya ada ghudwah (sarapan)?” Ia terkejut dan berkata:

وَيْحَكَ يَا هَدَّابُ لَعَلِّي أَنَا هُوَ، فَقُلْتُ: لَا، فَقَالُ: هَذَا رَجُلٌ صَاحَبَ [...] شَيْئًا مِنَ الْحَرَامِ

“Aduh, Haddaab! Jangan-jangan aku adalah orang itu!” Aku berkata: “Bukan.” Bisyar berkata: “Kalau begitu, ia adalah seorang lelaki yang mencampur amalnya dengan sesuatu dari yang harom.” (Hasan)

[44] Orang yang Berperang di Kalangan Muslim Bukan Syuhada’

60. Dari Muhammad bin Sirin (wafat 110 H), ia berkata: Aku melihat Katsir bin Aflah dalam tidur, dan aku tahu itu adalah mimpi, dan ia telah terbunuh. Aku melihatnya berjalan membelakangi. Aku tidak suka memanggilnya dengan kunyah-nya (Abu Muhammad), karena keluargaku akan mengira aku memanggil Al-Hudzail, lalu mereka membangunkannya. Maka aku berkata: “Hai Katsir!” Lalu ia menghadapku. Aku bertanya: “Bukankah kamu telah terbunuh?”

Ia menjawab: “Iya.”

Aku bertanya: “Bagaimana keadaan kalian?” Ia menjawab:

نَحْنُ بِخَيْرٍ

“Kami dalam keadaan baik.”

Aku bertanya: “Apakah kalian adalah para Syuhada’?”

Ia menjawab:

لَا، إِنَّ الْمُسْلِمِينَ إِذَا اقْتَتَلُوا بَيْنَهُمْ فَلَيْسَ قَتْلَاهُمْ بَيْنَهُمْ شُهَدَاءُ وَلَكِنْ نَحْنُ النُّدَمَاءُ

“Tidak. Sungguh, jika kaum Muslimin saling berperang di antara mereka, maka yang terbunuh di antara mereka bukanlah para Syuhada’, tetapi kami adalah nadama (yang saling menyesal).”

Aku bertanya: “Apakah kamu tahu di mana kamu berada?”

Ia menjawab:

مَا مِنَّا أَحَدٌ إِلَّا قَدْ عَلِمَ أَيْنَ هُوَ

“Tidak ada seorang pun di antara kami melainkan ia tahu di mana ia berada.”

Aku bertanya: “Bagaimana keadaanmu?”

Ia menjawab:

بِخَيْرٍ

“Baik.” (Hasan dan Atsar shohih, diriwayatkan oleh Ibn As-Sa’d)

[45] Sufyan Ats-Tsauri di dalam Mimpi

61. Dari Ibrohim bin A’yan, ia berkata: Aku melihat Ats-Tsauri [Sufyan, wafat 161 H] dalam mimpi, mengenakan pakaian merah dan kuning. Aku bertanya: “Apa yang kamu lakukan? Tolong jawab.” Ia menjawab:

أَنَا مَعَ السَّفَرَةِ

“Aku bersama para Safaroh.”

Aku bertanya: “Apa itu Safaroh?” Ia menjawab:

الْكِرَامُ الْبَرَرَةُ

“Yaitu para Malaikat yang mulia lagi taat.” (Hasan)

62. Abu Usamah berkata: “Aku sedang berada di Bashroh saat kabar wafatnya Sufyān tersebar. Pagi harinya, setelah malam wafatnya beliau, aku bertemu dengan Yazīd bin Ibrohīm. Ia berkata kepadaku bahwa semalam ia bermimpi ada yang mengabarkan, ‘Amirul Mu’minin telah meninggal.’ Maka aku menjawab orang yang ia ceritakan itu dengan berkata, ‘Apakah yang meninggal itu Sufyān Ats-Tsaurī?’ Lalu aku sendiri yang memberitahu Yazīd, ‘Benar, Sufyān wafat tadi malam.’ Dan saat itu, Yazīd sebenarnya belum mengetahui berita wafatnya.” (Shohih)

63. Abu Sa’id [Al-Asyajj] berkata: Aku melihat Sa’d bin Al-‘Ala’ bin Sa’d, maula Abu Quroh Al-Kindi, setelah ia meninggal. Aku bertanya: “Wahai Abul ‘Ala’, apa yang kamu lakukan?”

Ia menjawab:

دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَرَأَيْتُ فِيهَا [...] ثَمَّ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيَّ

“Aku masuk Jannah, lalu aku melihat di dalamnya [...] kemudian Ibrohim An-Nakho’i [wafat 96 H].” (Shohih)

[46] Siapa yang Sengaja Berkurang, Maka Ia dalam Kekurangan

64. Isma’il bin Yazid Ar-Roqqi berkata: Bahwasanya seorang lelaki dari kalangan Tabi’in melihat Nabi dalam tidur. Ia bertanya: “Wahai Rosululloh , berilah aku nasehat.” Beliau bersabda:

نَعَمْ، مَنْ يَتَعَمَّدِ النُّقْصَانَ فَهُوَ فِي نُقْصَانٍ، وَمَنْ كَانَ فِي نُقْصَانٍ فَالْمَوْتُ خَيْرٌ لَهُ

“Iya. Siapa yang sengaja mengurangi (amal kebaikan), maka ia dalam kekurangan. siapa yang dalam kekurangan, maka kematian lebih baik baginya.” (Hasan, jika Isma’il adalah orang yang disebutkan biografinya)

[47] Meminta Ditutupi dengan Kecukupan

65. Dari Jarir bin Hazim, ia berkata: Aku melihat Asma’ bin ‘Ubaid dalam mimpi. Aku bertanya: “Apa yang kalian lakukan?” Ia menjawab:

اللَّهُمَّ اسْتُرْنَا بِالْغِنَى وَالْعَافِيَةِ

“Ya Alloh, tutuplah aib kami dengan kecukupan dan kesehatan.”

Itulah do’a yang berasal darinya. (Shohih)

66. Dari Jarir bin Hazim, bahwasanya ia melihat Nabi dalam mimpi, sedang bersandar pada batang kurma Zaid bin ‘Ali [bin Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Tholib, wafat 122 H], dan beliau bersabda:

هَكَذَا تَفْعَلُونَ بِوَلَدِي

“Beginilah yang kalian lakukan terhadap anakku.” (Hasan)

*Dulu Zaid dibunuh secara zolim dan disalib di batang kurma.

[48] Amalan yang Diharapkan

67. Dari Al-Hasan [Al-Bashri, wafat 110 H], bahwasanya seorang lelaki bermimpi, lalu orang yang masih hidup bertanya kepada orang yang meninggal: “Amal apa yang kalian dapati paling utama?”

Ia menjawab:

الْقُرْآنُ

“Al-Qur’an.”

Ia bertanya: “Bagian Al-Qur’an mana yang kalian dapati paling utama?” Ia menjawab:

لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

(Al-Baqoroh: 255, ayat Kursi)

Ia bertanya: “Apakah kamu mengharapkan sesuatu dari amalan kami?”

Ia menjawab:

نَرْجُو أَعْمَالَكُمْ، إِنَّكُمْ تَعْمَلُونَ وَلَا تَعْلَمُونَ، وَنَحْنُ نَعْلَمُ وَلَا نَعْمَلُ

“Kami mengharapkan amalan kalian. Sungguh, kalian beramal tetapi tidak mengetahui (hasilnya), sedangkan kami mengetahui (hasilnya) tetapi tidak bisa beramal.” (Hasan)

68. Dari Tsabit [Al-Bunani], bahwasanya seorang lelaki kaya yang sering menyembelih unta, didatangi oleh seorang peminta-minta, lalu ia memerintahkan untuk memberinya seekor kambing jantan. Lalu ia tertidur di malam hari, dan (ia berkata): “Aku datang kepada kambingku itu sambil berjalan kaki. Kambing itu berdiri dan menolakku,” lalu ia terbangun dan berkata: “Demi Alloh, sungguh jika aku memasuki waktu pagi, aku akan memperbanyak saudara-saudaramu (wahai kambing, dengan memerbanyak sedekah).” (Kemungkinan hasan)

[49] Mimpi dan Pengalaman Para Salafush Sholih

69. Dari Al-Hasan bin Abdul ‘Aziz, ia berkata: Aku melihat Abu Bakar bin Habib Al-Abroori dalam tidur, seolah-olah ia mengenakan pakaian putih dan dalam keadaan baik. Aku bertanya: “Apa yang dilakukan terhadapmu? Bagaimana keadaanmu? bagaimana kamu melihat Munkar dan Nakir?” Ia berkata: Seolah-olah ia menjawab pertanyaan terakhirku:

لَقَدْ نَفَضْنَا التُّرَابَ عَنْ أَكْفَانِي

“Sungguh, aku telah menepis debu dari kain kafanku (ungkapan selamat dari ketakutan).”

Lalu terlintas di benakku bahwa ia merasakan gentar karena Munkar Nakir itu. Tetapi ia berkata: “Namun aku di sini,” sambil menunjuk ke satu arah. Seolah-olah aku berjalan ke arah yang ia tunjuk, tiba-tiba di sana ada genangan air di beberapa tempat, lalu aku terbangun. Aku menafsirkan bahwa itu adalah (gambaran tentang) kedekatan dengan Sultan (penguasa). (Shohih)

70. Dari Abu Hafsh, ia berkata: Aku melihat Nabi dalam mimpi, dan beliau mencela aku tentang sesuatu, lalu beliau berkata kepada Abu Marwan Abdul Malik bin Bazi’:

الْزَمْ مَا نَفَعَكَ

“Tetapilah apa yang bermanfaat bagimu.”

Lalu aku memberitahu Abu Marwan tentang apa yang aku lihat. Ia berkata:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الرَّجُلِ إِذَا كَانَ أَحْمَقَ يُقَالُ لَهُ: الْزَمْ مَا يَنْفَعُكَ

“Tidakkah kamu perhatikan bahwa jika seorang lelaki itu bodoh, akan dikatakan kepadanya: ‘Tetapilah apa yang bermanfaat bagimu?’” (Shohih)

71. Nashr bin ‘Ali berkata: Aku melihat Yazid bin Zuroi’ (wafat 182 H) setelah ia meninggal, dalam mimpi. Aku bertanya: “Apa yang Alloh lakukan terhadapmu?” Ia menjawab:

غَفَرَ لِي

“Dia mengampuniku.”

Aku bertanya: “Karena apa?” Ia menjawab:

بِالصَّلَاةِ

“Karena Sholat (sunnah).” (Shohih)

72. Ya’qub bin Ishaq bin Ziyad berkata: Ada yang berkata kepadaku dalam mimpiku:

رَاقِبِ اللَّهَ مُرَاقَبَةَ مَنْ سَمِعَ الزَّجْرَ وَانْتَفَعَ بِالتَّحْذِيرِ

“Jagalah hubunganmu dengan Allah, sebagaimana seseorang yang benar-benar mendengar teguran dan mengambil pelajaran dari sebuah peringatan.” (Shohih)

Selesai, segala puji bagi Alloh.

 

Pengantar Peringkas

Segala puji bagi Alloh, Sholawat, dan salam semoga terlimpah kepada Rosululloh .

Sesudah itu:

Kitab Al-Manamat (Mimpi-Mimpi) karya Al-Hafizh Ibnu Abi Ad-Dunya (wafat 281 H) ini telah mengumpulkan berbagai riwayat tentang mimpi-mimpi. Kitab ini lalu ditahqiq (diteliti keotentikannya) oleh Majdi Fathi As-Sayyid Ibrohim Al-Mishri, dan diterbitkan oleh Maktabatul Qur’an di Mesir. Kemudian, saya meringkasnya dengan hanya mengambil riwayat yang shohih saja, merujuk kepada validasi penahqiq. Semoga Alloh membalas kebaikan keduanya.

Ibnu Hajar (wafat 852 H) berkata tentang Ibnu Abi Ad-Dunya: “Ia jujur, seorang hafizh, dan pemilik banyak karya tulis.”

Adapun subjudul maka itu dari saya, agar pembaca lebih ringan memahami alurnya.

Teks Arobnya sudah saya kumpulkan semuanya di sini.

“Ya Alloh, terimalah ini dari kami.”

Nor Kandir

Surabaya, tahun 1446 H atau 2025 M

[1] Perbuatan Orang yang Hidup Diperlihatkan Kepada Orang yang Sudah Meninggal

Berkata Al-Hafizh Abu Bakar Ibnu Abi Ad-Dunya (wafat 281 H):

1. Dari Abu Ayyub rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Perbuatan kalian diperlihatkan kepada orang-orang yang sudah meninggal. Jika mereka melihat kebaikan, mereka akan gembira dan bersuka cita, lalu mereka berkata:

اللَّهُمَّ هَذِهِ نِعْمَتُكَ عَلَى عَبْدِكَ فَأَتِمَّهَا عَلَيْهِ

Ya Alloh, ini adalah ni’mat-Mu atas hamba-Mu, maka sempurnakanlah ni’mat itu atas dirinya.” jika mereka melihat keburukan, mereka berkata:

اللَّهُمَّ رَاجِعْ بِهِ

“Ya Alloh, kembalikanlah ia.” (Hasan)

2. Dari Abu Ad-Darda rodhiyallahu ‘anhu, ia dahulu berkata:

إِنَّ أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى مَوْتَاكُمْ فَيُسَرُّونَ وَيُسَاءُونَ

“Sungguh, perbuatan kalian diperlihatkan kepada orang-orang yang sudah meninggal di antara kalian, sehingga mereka merasa senang (jika amal kalian baik) dan juga merasa sedih (jika amal kalian buruk).”

dahulu Abu Ad-Darda rodhiyallahu ‘anhu ketika itu berkata:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَعْمَلَ عَمَلًا يُخْزَى بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ

“Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari melakukan suatu perbuatan yang membuat Abdulloh bin Rowahah rodhiyallahu ‘anhu merasa malu karenanya.” (Hasan dan Atsar shohih)

[2] Keadaan Roh Setelah Keluar dari Jasad

3. Hudzaifah rodhiyallahu ‘anhu berkata:

الرُّوحُ بِيَدِ مَلَكٍ، وَإِنَّ الْجَسَدَ لَيُغَسَّلُ، وَإِنَّ الْمَلَكَ لَيَمْشِي مَعَهُ إِلَى الْقَبْرِ، فَإِذَا سُوِّيَ عَلَيْهِ سَلَكَ فِيهِ فَذَلِكَ حَتَّى يُخَاطَبَ

“Roh ada di tangan seorang Malaikat. sungguh, jasad itu dimandikan, dan Malaikat berjalan bersamanya ke kubur. Jika ia sudah diletakkan rata, Malaikat itu masuk ke dalamnya, dan demikianlah keadaannya sampai ia diajak bicara (Munkar Nakir).” (Hasan)

4. Dari Abdurrohman bin Abi Laila, ia berkata:

الرُّوحُ بِيَدِ مَلَكٍ يَمْشِي مَعَ الْجِنَازَةِ يَقُولُ: اسْمَعْ مَا يُقَالُ لَكَ، فَإِذَا بَلَغَ حُفْرَتَهُ دَفَنَهُ مَعَهُ

“Roh ada di tangan seorang Malaikat, ia berjalan bersama janazah sambil berkata: “Dengarkanlah apa yang dikatakan kepadamu!” Lalu jika janazah itu telah sampai di liang kuburnya, Malaikat itu memakamkannya bersamanya.” (Hasan)

[3] Pertemuan Antara Orang yang Sudah Meninggal dan Orang yang Masih Hidup

5. Dari Sa’id bin Al-Musayyib, ia berkata: Abdulloh bin Sallam rodhiyallahu ‘anhu dan Salman Al-Farisi rodhiyallahu ‘anhu bertemu. Salah seorang dari mereka berkata kepada yang lain:

إِنْ مُتَّ قَبْلِي فَالْقَنِي فَأَخْبِرْنِي مَا لَقِيتَ مِنْ رَبِّكَ، وَإِنْ مِتُّ قَبْلَكَ لَقِيتُكَ فَأَخْبَرْتُكَ

“Jika kamu meninggal sebelum aku, temui aku dan beritahukan kepadaku apa yang kamu dapati dari Robb-mu. jika aku meninggal sebelum kamu, aku akan menemuimu dan memberitahukan kepadamu.”

Maka salah seorang dari mereka berkata kepada yang lain:

وَهَلْ يَلْقَى الْأَمْوَاتُ الْأَحْيَاءَ؟

“Apakah orang yang sudah meninggal bisa menemui orang yang masih hidup?”

Ia menjawab:

نَعَمْ، أَرْوَاحُهُمْ فِي الْجَنَّةِ تَذْهَبُ حَيْثُ شَاءَتْ

“Iya, roh-roh mereka ada di Jannah, bebas pergi ke mana saja ia kehendaki.”

Ia (Sa’id bin Al-Musayyib) berkata: Kemudian si Fulan meninggal, lalu orang yang masih hidup itu menemuinya dalam mimpi, dan orang yang meninggal itu berkata:

تَوَكَّلْ وَأَبْشِرْ، فَلَمْ أَرَ مِثْلَ التَّوَكُّلِ قَطُّ

Bertawakkallah dan bergembiralah, sebab aku belum pernah melihat sesuatu yang sebanding dengan tawakkal sama sekali.” (Shohih)

[4] Kabar Baik Mengenai Tugas Sang Amirul Mu’minin Telah Selesai

6. Dari Al-‘Abbas rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

كُنْتُ أَشْتَهِي أَنْ أَرَى عُمَرَ فِي الْمَنَامِ فَمَا رَأَيْتُهُ إِلَّا عِنْدَ قُرْبِ الْحَوْلِ، فَرَأَيْتُهُ يَمْسَحُ الْعَرَقَ عَنْ جَبِينِهِ وَهُوَ يَقُولُ: هَذَا أَوَانُ فَرَاغِي، وَإِنْ كَادَ عَرْشُ رَبِّي لِيُهَدُّ لَوْلَا أَنْ لَقِيتُ رَءُوفًا رَحِيمًا

“Aku sangat ingin melihat Umar [bin Khoththob, wafat 23 H] dalam mimpi, tetapi aku tidak melihatnya kecuali saat mendekati satu tahun [sejak wafatnya]. Aku melihatnya sedang mengusap keringat dari dahinya, dan ia berkata: ‘Ini adalah waktu aku selesai [dari tugas dan hisabku], dan sungguh ‘Arsy Robb-ku hampir saja runtuh andai aku tidak bertemu dengan Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.’” (Hasan dan Atsar shohih)

[5] Balasan Bagi Pelaku Qiyamul Lail dengan Al-Qur’an

7. Dari ‘Auf bin Malik Al-Asyja’i rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku bermimpi seolah-olah aku mendatangi sebuah menara hijau yang di dalamnya ada qubbah (kubah/tenda) dari kulit, dan di sekelilingnya ada kambing-kambing yang sedang merumput. Aku bertanya: “Milik siapa ini?”

Dijawab: “Milik Abdurrohman bin ‘Auf.” Aku menunggunya sampai ia keluar dari qubbah, lalu ia berkata:

يَا عَوْفُ بْنَ مَالِكٍ، هَذَا لِقِيَامِكَ لِلَّهِ بِالْقُرْآنِ، وَلَوْ أَشْرَفْتَ عَلَى هَذِهِ الْبَنِيَّةِ لَرَأَيْتَ مَا لَمْ تَرَ عَيْنُكَ، وَلَسَمِعْتَ مَا لَمْ تَسْمَعْ أُذُنُكَ، وَلَمْ يَخْطِرْ عَلَى قَلْبِكَ، أَعَدَّهُ اللَّهُ لِأَبِي الدَّرْدَاءِ لِأَنَّهُ كَانَ يَدْفَعُ الدُّنْيَا بِالرَّاحَتَيْنِ

“Hai ‘Auf bin Malik, ini semua adalah balasan karena kamu qiyamul lail (Sholat malam) dengan Al-Qur’an karena Alloh. seandainya kamu melihat bangunan di atas ini, niscaya kamu akan melihat apa yang belum pernah dilihat oleh matamu, belum pernah didengar oleh telingamu, dan belum pernah terlintas di hatimu. Alloh menyiapkannya untuk Abu Ad-Darda rodhiyallahu ‘anhu, karena ia adalah orang yang menolak dunia dengan kedua telapak tangannya.” (Hasan)

[6] Kesepakatan Saling Mengabari Setelah Kematian

8. Dari Syahr bin Hausyab, bahwasanya Sho’b bin Jats-tsamah rodhiyallahu ‘anhu dan ‘Auf bin Malik rodhiyallahu ‘anhu adalah dua orang yang bersaudara (akrab). Sho’b berkata kepada ‘Auf:

أَيْ أَخِي أَيُّنَا مَاتَ قَبْلَ صَاحِبِهِ فَلْيَتَرَاءَى لَهُ

“Wahai saudaraku, siapa pun di antara kita yang meninggal lebih dulu, hendaklah ia menampakkan diri [dalam mimpi] kepada kawannya.”

‘Auf bertanya:

أَوَيَكُونُ ذَلِكَ؟

“Apakah hal itu mungkin terjadi?”

Sho’b menjawab: “Ya.”

Kemudian Sho’b meninggal, lalu ‘Auf melihatnya dalam tidurnya. Seolah-olah Sho’b mendatanginya. ‘Auf berkata:

أَيْ أَخِي مَا فُعِلَ بِكُمْ؟

“Wahai saudaraku, apa yang dilakukan terhadap kalian?”

Sho’b menjawab:

غُفِرَ لَنَا بَعْدَ الْمَصَائِبِ

“Kami telah diampuni setelah mengalami berbagai musibah.”

‘Auf berkata: aku melihat ada kilatan hitam di lehernya, maka aku bertanya:

أَيْ أَخِي مَا هَذَا؟

“Wahai saudaraku, apa ini?”

Sho’b menjawab:

عَشَرَةُ دَنَانِيرَ اسْتَلَفْتُهَا مِنْ فُلَانٍ الْيَهُودِيِّ فَهِيَ فِي قَرْنِي فَأَعْطِهَا إِيَّاهُ، وَاعْلَمْ أَخِي أَنَّهُ لَمْ يَحْدُثْ فِي أَهْلِي حَدَثٌ بَعْدِي إِلَّا قَدْ لَحِقَ بِي خَبَرُهُ، حَتَّى هِرَّةٌ لَنَا مَاتَتْ مُنْذُ أَيَّامٍ، وَأَعْلَمُ أَنَّ ابْنَتِي تَمُوتُ إِلَى سِتَّةِ أَيَّامٍ، فَاسْتَوْصُوا بِهَا مَعْرُوفًا

“Sepuluh dinar yang aku pinjam dari si Fulan Yahudi. Itu ada di tanduk [wadah yang terbuat dari tanduk, disimpan di rumah]-ku, berikanlah kepadanya. ketahuilah, saudaraku, tidak ada satu pun peristiwa yang terjadi pada keluargaku setelah kematianku melainkan kabarnya telah sampai kepadaku, bahkan kucing kami yang mati beberapa hari lalu. aku tahu bahwa putriku akan meninggal dalam enam hari ke depan, maka berbuat baiklah kepadanya.”

‘Auf berkata: Setelah pagi tiba, aku berkata dalam hati: “Sungguh, dalam hal ini ada pelajaran.” Aku pun mendatangi keluarganya. Mereka berkata: “Selamat datang ‘Auf! Beginikah kamu memperlakukan  keluarga saudaramu? Kalian tidak mendatangi kami sejak Sho’b meninggal.”

‘Auf berkata: Aku beralasan dengan alasan yang biasa dipakai orang. Kemudian aku melihat wadah tanduk itu dan menurunkannya, lalu aku mengeluarkan isinya. Aku segera menemukan kantung yang berisi dinar-dinar itu. Aku mengutus seseorang kepada Yahudi itu, lalu ia pun datang. Aku bertanya: “Apakah Sho’b punya utang kepadamu?”

Ia menjawab:

رَحِمَ اللَّهُ صَعْبًا، كَانَ مِنْ خِيَارِ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ، هِيَ لَهُ

“Semoga Alloh merohmati Sho’b, ia adalah salah satu Shohabat Muhammad yang terbaik. [Uang itu] untuknya.”

Aku berkata: “Kamu harus memberitahuku.” Ia menjawab: “Iya. Aku meminjamkan 10 dinar kepadanya.”

Maka aku berikan uang itu kepadanya. Ia berkata:

هِيَ وَاللَّهِ بِأَعْيَانِهَا

“Demi Alloh, uang itu benar-benar yang itu.”

Aku berkata: “Ini yang pertama (dari yang di mimpi).”

Aku bertanya (kepada keluarganya): “Apakah terjadi sesuatu di antara kalian sejak kematiannya?”

Mereka menjawab: “Iya, terjadi ini, terjadi itu.” Aku berkata: “Sebutkan!” Mereka menjawab: “Iya, ada kucing kami yang mati beberapa hari lalu.” Aku berkata: “Ini yang kedua.”

Aku bertanya: “Di mana putri saudaraku?” Mereka menjawab: “Dia sedang bermain.” Aku pun mendatanginya dan menyentuhnya, ternyata ia sedang demam. Aku berkata: “Berbuat baiklah kepadanya.”

Maka, anak itu meninggal enam hari kemudian. (Shohih)

[7] Istirahat dari Kekhawatiran Dunia

9. Dari Abu Khoolid Al-Ahmar, ia berkata: Aku melihat Sufyan bin Sa’id [Ats-Tsauri, wafat 161 H] setelah ia meninggal, lalu aku bertanya: “Abu Abdilloh, bagaimana keadaanmu?”

Ia menjawab:

خَيْرُ حَالٍ، اسْتَرَحْتُ مِنْ هُمُومِ الدُّنْيَا، وَأَفْضَيْتُ إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ

“Keadaan yang terbaik. Aku telah beristirahat dari kesempitan dunia, dan sekarang aku menuju rohmat Alloh.” (Hasan)

[8] Wasiat untuk Mengurangi Pergaulan dengan Manusia

10. Dari Sufyan bin ‘Uyainah, ia berkata:

رَأَيْتُ سُفْيَانَ الثَّوْرِيَّ فِي النَّوْمِ كَأَنَّهُ مَائِلٌ، فَقُلْتُ لَهُ: أَوْصِنِي، قَالَ: أَقْلِلْ مِنْ مَعْرِفَةِ النَّاسِ

“Aku melihat Sufyan Ats-Tsauri [wafat 161 H] dalam tidur seolah-olah ia miring, lalu aku berkata kepadanya: ‘Berilah aku wasiat.’ Ia menjawab: ‘Kurangilah pergaulan dengan manusia.’” (Shohih)

[9] Timbangan Amal dan Kebaikan Seekor Kuda

11. Dari Abu Qobil, ia berkata:

كُنْتُ فِي رِبَاطٍ فَنَفَقَتْ لِي فَرَسُ ابْنِي، فَأَقَمْتُ بَعْدَ ذَلِكَ سِنِينَ ثُمَّ رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ أَنَّهُ أُتِيَ بِي إِلَى مِيزَانِي، فَأُدْخِلْتُ فِي كِفَّةٍ فَتَثَاقَلَ بِي الْمِيزَانُ فَكُتِبَ أُجْرِيَ فَإِذَا فَرَسِي بِعَيْنِهِ أَعْرِفُهَا أُدْخِلَتْ مَعِي فِي كِفَّةِ الْمِيزَانِ فَرَجَحَتْ

“Aku sedang berada di benteng pertahanan perang, lalu kuda milik anakku mati. Setelah itu aku tinggal di sana selama bertahun-tahun. Kemudian aku melihat dalam mimpi bahwa aku dibawa ke timbanganku, lalu aku dimasukkan ke dalam satu sisi timbangan, dan timbangan itu terasa berat denganku, maka pahalaku pun dicatat. Tiba-tiba, kudaku yang mati itu, aku mengenalnya betul, dimasukkan bersamaku di sisi timbangan itu, dan ia membuat timbangan itu menjadi lebih berat.” (Hasan)

[10] Keutamaan Sholat Malam

12. Dari Nafi’, ia berkata: Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma bermimpi, seolah-olah ia dibawa pergi, lalu ia bertemu dengan seorang Malaikat. Malaikat itu berkata (kepada temannya):

لَنْ تُرَاعَ، دَعْهُ، نِعْمَ الرَّجُلُ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ

“Jangan takut, biarkan dia. Dia adalah lelaki yang baik, seandainya saja ia mau Sholat di waktu malam.”

Nafi’ berkata:

فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُطِيلُ الصَّلَاةَ بِاللَّيْلِ

“Maka sejak saat itu Abdulloh [bin Umar] rodhiyallahu ‘anhuma memperpanjang Sholatnya di malam hari.” (Hasan dan Hadits shohih)

13. Dari Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:

رَأَيْتُ فِي النَّوْمِ كَأَنَّهُ انْطُلِقَ بِي إِلَى النَّارِ فَرَأَيْتُ جَهَنَّمَ لَهَا قُرُونٌ كَقُرُونِ الْبَقَرِ، وَرَأَيْتُ رِجَالًا مُعَلَّقِينَ بِالسَّلَاسِلِ أَعْرِفُهُمْ

“Aku bermimpi seolah-olah aku dibawa pergi ke Neraka, aku melihat Jahannam memiliki tanduk seperti tanduk sapi. Aku juga melihat para lelaki digantung dengan rantai, dan aku mengenal mereka.” (Shohih)

[11] Kabar Gembira untuk Penghuni Jannah

14. Dari Mahdi bin Maimun, ia berkata:

رَأَيْتُ لَيْلَةَ مَاتَ مَالِكُ بْنُ دِينَارٍ كَأَنَّ مُنَادِيًا يُنَادِي: أَلَا إِنَّ مَالِكَ بْنَ دِينَارٍ أَصْبَحَ مِنْ سُكَّانِ الْجَنَّةِ

“Pada malam Malik bin Dinar [wafat 131 H] meninggal, aku bermimpi seolah-olah ada penyeru yang berseru: ‘Ketahuilah, Malik bin Dinar telah menjadi salah satu penghuni Jannah!” (Hasan)

15. Dari Mahdi bin Maimun, ia berkata:

رَأَيْتُ لَيْلَةَ مَاتَ بُدَيْلٌ الْعُقَيْلِيُّ كَأَنَّ قَائِلًا يَقُولُ: أَلَا إِنَّ بُدَيْلًا الْعُقَيْلِيَّ أَصْبَحَ مِنْ سُكَّانِ الْجَنَّةِ

“Pada malam Budail Al-‘Uqoili meninggal, aku bermimpi seolah-olah ada yang berkata: ‘Ketahuilah, Budail Al-‘Uqoili telah menjadi salah satu penghuni Jannah!” (Hasan)

[12] Makna Dunia Dalam Mimpi

16. Dari Hisyam, dari Al-‘Ala’ bin Ziyad Al-‘Adawi, ia berkata: Aku melihat seorang wanita tua yang matanya rabun, ia memegangiku. Aku berkata: “Aku berlindung kepada Alloh dari kejahatanmu!” Wanita itu berkata:

لَا وَاللَّهِ لَا يُعِيذُكَ مِنْ شَرِّيَ حَتَّى تَتْرُكَ الدِّرْهَمَ

“Tidak, demi Alloh, Dia tidak akan melindungimu dari kejahatanku sampai kamu meninggalkan dirham.”

Aku bertanya:

وَمَنْ أَنْتِ؟

“Siapa kamu?”

Ia menjawab:

أَنَا الدُّنْيَا

“Aku adalah dunia.”

Hisyam berkata: “Maka [Al-‘Ala’] menyedekahkan sebagian harta yang ada di tangannya.” (Hasan)

17. Dari Sufyan, ia berkata: Abu Bakar bin ‘Ayyasy berkata kepadaku:

رَأَيْتُ الدُّنْيَا عَجُوزًا مُشَوَّهَةً شَمْطَاءَ

“Aku melihat dunia sebagai seorang wanita tua yang buruk rupa dan beruban.” (Shohih)

[13] Berkah Ziarah dan Perintah Khusus dari Nabi

18. Dari Muhammad bin Fudhoil, ia berkata:

رَأَيْتُ النَّبِيَّ فِي النَّوْمِ وَهُوَ يَقُولُ: زُورُوا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَوْنٍ فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ، أَوْ أَنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

Aku melihat Nabi dalam tidur, dan beliau bersabda: “Kunjungi Abdulloh bin ‘Aun, karena Alloh mencintainya, atau karena ia mencintai Alloh dan Rosul-Nya.” (Hasan)

19. Dari Roqobah bin Mashqolah, ia berkata: Aku melihat Nabi dalam tidur, lalu aku membacakan di hadapan beliau (ayat): “Qoolatil a’robu aammanna” (Kaum Badui berkata: Kami telah beriman). Beliau bersabda:

لَا تَقُلْ قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَّنَّا، قُلْ: ﴿قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا

Jangan kamu katakan demikian tetapi katakan Qoolatil a’robu aamanna.” [Al-Hujurot: 14]. (Hasan)

[14] Malaikat Terganggu dengan Bawang

20. Dari Sufyan, ia berkata:

رَأَيْتُ النَّبِيَّ فِي النَّوْمِ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا تَقُولُ فِي الْبَصَلِ وَالثُّومِ؟ قَالَ: الْمَلَائِكَةَ تَتَأَذَّى بِهِمَا

Aku melihat Nabi dalam tidur, lalu aku berkata: “Wahai Rosululloh , apa pendapatmu tentang bawang merah dan bawang putih?” Beliau menjawab: “Malaikat merasa terganggu oleh keduanya.” (Shohih)

[15] Mimpi Mengenai Umar bin Abdul Aziz

21. Dari Abu Hasyim, pemilik buah delima, bahwasanya ada seorang lelaki datang kepada Umar bin Abdul Aziz (wafat 101 H) lalu berkata: “Aku bermimpi melihat Nabi dan Bani Hasyim sedang mengadukan kebutuhan mereka kepada beliau.” Beliau bersabda:

فَأَيْنَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ؟

“Lalu di manakah Umar bin Abdul Aziz?” (Hasan)

22. Dari Abu Hasyim, bahwasanya ada seorang lelaki datang kepada Umar bin Abdul Aziz lalu berkata: “Aku bermimpi melihat Nabi , sementara Abu Bakar ada di sebelah kanan beliau, dan Umar ada di sebelah kiri beliau. Kemudian datanglah dua orang lelaki yang sedang berselisih, dan kamu (Umar bin Abdul Aziz) sedang duduk di hadapan beliau. Lalu beliau berkata kepadamu:

يَا عُمَرُ إِذَا عَمِلْتَ فَاعْمَلْ بِعَمَلِ كُلٍّ مِنْ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ

“Wahai Umar (bin Abdul Aziz), jika kamu berbuat, maka berbuatlah dengan perbuatan Abu Bakar dan Umar.’”

Umar (bin Abdul Aziz) meminta lelaki itu bersumpah demi Alloh:

أَرَأَيْتَ هَذِهِ الرُّؤْيَا؟

“Apakah kamu melihat mimpi ini?”

Lelaki itu pun bersumpah, maka Umar menangis. (Hasan)

23. Dari Umar bin Abdul Aziz, ia berkata:

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ، وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ جَالِسَانِ عِنْدَهُ، فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ وَجَلَسْتُ فَبَيْنَا أَنَا جَالِسٌ إِذْ أُتِيَ بِعَلِيٍّ، وَمُعَاوِيَةَ فَأُدْخِلَا بَيْتًا وَأُجِيفَ عَلَيْهِمَا الْبَابُ، وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِمَا، فَمَا كَانَ بِأَسْرَعَ أَنْ خَرَجَ عَلِيٌّ وَهُوَ يَقُولُ: قُضِيَ لِي وَرَبِّ الْكَعْبَةِ، وَمَا كَانَ بِأَسْرَعَ أَنْ خَرَجَ مُعَاوِيَةُ عَلَى إِثْرِهِ وَهُوَ يَقُولُ: غُفِرَ لِي وَرَبِّ الْكَعْبَةِ

“Aku melihat Rosululloh , sementara Abu Bakar dan Umar sedang duduk di sisi beliau. Aku mengucapkan salam kepada beliau lalu aku duduk. Ketika aku sedang duduk, tiba-tiba didatangkan Ali dan Mu’awiyah, lalu keduanya dimasukkan ke dalam sebuah rumah dan pintunya dikunci. Aku mengawasi keduanya. Tidak lama kemudian, Ali keluar sambil berkata: “Aku dinyatakan benar demi Robb Ka’bah!” tidak lama setelah itu, Mu’awiyah keluar mengikutinya sambil berkata: “Aku telah diampuni demi Robb Ka’bah!” (Hasan)

[16] Darah Al-Husain dan Para Shohabatnya dalam Mimpi

24. Dari Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Aku bermimpi melihat Rosululloh dalam keadaan rambutnya kusut dan berdebu, di tangan beliau ada dua botol kecil berisi darah. Aku bertanya: “Wahai Rosululloh , apa ini?” Beliau menjawab:

دَمُ الْحُسَيْنِ وَأَصْحَابِهِ لَمْ أَزَلْ أَلْتَقِطُهُ مُنْذُ الْيَوْمَ

“Darah Al-Husain [wafat 61 H] dan para Shohabatnya. Aku terus memungutnya sejak hari ini.”

Ibnu ‘Abbas berkata: Maka mereka memperhatikan, ternyata Al-Husain telah terbunuh pada hari itu juga. (Hasan)

[17] Kabar Gembira untuk Al-Hasan Al-Bashri

25. Dari Ishaq bin Ar-Robi’ Abu Hamzah Al-‘Aththor, ia berkata: Ketika aku berada di sisi Al-Hasan [Al-Bashri, wafat 110 H], tiba-tiba datang seorang lelaki lalu berkata: “Wahai Abu Sa’id, tadi malam dalam tidurku, aku melihat Nabi berada di sisi Marjiyyah Bani Sulaim, bersama beberapa orang. kamu mengenakan jubah dari kain bergaris-garis.” Lalu dikatakan: “Wahai Rosululloh , itu Al-Hasan datang!” Beliau bersabda:

قُولُوا لَهُ: أَبْشِرْ ثُمَّ أَبْشِرْ ثُمَّ أَبْشِرْ

“Katakanlah kepadanya: ‘Bergembiralah, lalu bergembiralah, lalu bergembiralah!’”

Maka air mata Al-Hasan menetes, dan ia berkata: “Semoga Alloh menenangkan matamu. Rosululloh bersabda:

مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي، لَيْسَ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَتَمَثَّلَ فِي صُورَتِي

‘Siapa yang melihatku dalam mimpi, maka sungguh ia telah melihatku, setan tidak bisa menyerupai rupaku.’” (Hasan dan Haditsnya Muttafaq ‘alaihi)

[18] Kematian Orang Bertaqwa adalah Kehidupan

26. Dari Abu Bakar Al-Khoyyath, ia berkata: Aku bermimpi seolah-olah aku masuk ke area pemakaman. Tiba-tiba para penghuni kubur sedang duduk di atas kuburan mereka, di hadapan mereka ada tanaman roiham (wewangian). Tiba-tiba aku melihat Ma’ruf bin Abi Mahfuzh (wafat 200 H) berada di antara mereka, berjalan mondar-mandir. Aku bertanya: “Abu Mahfuzh, apa yang Robb-mu lakukan terhadapmu? Bukankah kamu sudah meninggal?”

Ia menjawab: “Iya.”

Kemudian ia bersyair:

مَوْتُ التَّقِيِّ حَيَاةٌ لَا نَفَادَ لَهَا ... قَدْ مَاتَ قَوْمٌ وَهُمْ فِي النَّاسِ أَحْيَاءُ

“Kematian orang bertaqwa adalah kehidupan yang tidak akan habis. Sungguh, ada kaum yang telah meninggal, tetapi mereka tetap hidup di antara manusia.” (Hasan)

[19] Pertemuan Setelah Kematian

27. Dari Abu Az-Zohiriyyah, ia berkata: Abdul A’la menjenguk Abdulloh bin ‘Adi bin Abi Bilal Al-Khuz’aai. Lalu Abdul A’la berkata kepadanya: “Sampaikan salamku kepada Rosululloh . jika kamu bisa menemuiku, beritahukanlah hal itu kepadaku.”

Ummu Abdillah adalah saudari Abu Az-Zahiriyyah, dan ia adalah istri dari Ibnu Abi Bilal. Perempuan itu melihat suaminya dalam mimpi setelah tiga hari wafatnya. Suaminya berkata: “Putriku akan menyusulku dalam tiga hari. Apakah kamu mengenal Abdul A’la?” Pada hari itu Abdul A’la belum menjadi Qodhi/hakim.” Wanita itu menjawab: “Tidak.” Suaminya berkata: “Tanyakanlah tentang dia, lalu beritahu dia bahwa aku telah menyampaikan salamnya kepada Rosululloh , dan beliau membalas salamnya.”

Maka wanita itu memberitahu saudaranya, Abu Az-Zahiriyyah, dan ia menyampaikannya kepada Abdul A’la. Kemudian Abdul A’la datang kepada wanita itu sampai ia mendengar langsung dari wanita itu, lalu ia pun menangis. (Hasan)

[20] Wasiat untuk Memperindah Kafan

28. Dari Abu Qotadah rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rosululloh bersabda:

إِذَا وَلِيَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُحْسِنْ كَفَنَهُ، فَإِنَّهُمْ يَتَزَاوَرُونَ فِي قُبُورِهِمْ

“Jika salah seorang dari kalian mengurusi janazah saudaranya, hendaklah ia memperindah kain kafannya, karena sungguh mereka akan saling mengunjungi di dalam kuburan mereka.” (Hasan isnadnya dan Hadits shohih)

[21] Permintaan Salam kepada Rosululloh

29. Dari Muhammad bin Al-Munkadir, ia berkata: Aku masuk menemui Jabir bin Abdillah rodhiyallahu ‘anhu ketika ia sedang menjelang wafat. Aku berkata:

أَقْرِئْ رَسُولَ اللَّهِ مِنِّي السَّلَامَ

“Sampaikan salam dariku kepada Rosululloh .” (Shohih)

[22] Dua Golongan yang Tidak Boleh Digauli

30. Dari Gholib Al-Qoththon, ia berkata: Aku melihat Malik bin Dinar (wafat 131 H) dalam mimpi, mengenakan pakaian seperti yang biasa ia kenakan di Masjidnya. Ia berkata:

صِنْفَانِ مِنَ النَّاسِ لَا تُجَالِسُوهُمَا: صَاحِبُ دُنْيَا مُتْرَفٌ فِيهَا وَصَاحِبُ بِدْعَةٍ قَدْ غَلَا فِيهَا

“Ada dua golongan manusia yang janganlah kalian gauli: orang yang punya dunia dan bermewah-mewah di dalamnya, dan orang pelaku bid’ah yang berlebihan di dalamnya.”

Kemudian Malik berkata: “Hadits ini diceritakan kepadaku oleh Hakim,” yaitu seorang lelaki yang biasa duduk bersamanya, namanya Hakim. Seolah-olah ia ada bersama kami dalam halaqoh (majelis). Aku bertanya: “Hai Hakim, kamu yang menceritakan Hadits ini kepada Malik?”

Ia menjawab: “Iya.”

Aku bertanya: “Dari siapa itu?” Ia menjawab:

عَنِ الْمَقَابِعِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Dari sekelompok ulama kaum Muslimin.” (Hasan)

[23] Meninggalkan Hal yang Tidak Bermanfaat

31. Dari Sa’id bin ‘Amir, ia berkata: Dahulu Gholib Al-Qoththon berdoa:

اللَّهُمَّ الشَّيْءَ الَّذِي لَا يَضُرُّكَ وَيَنْفَعُنَا أَصِبْنَا بِهِ

“Ya Alloh, karuniakanlah kepada kami sesuatu yang tidak merugikan-Mu dan bermanfaat bagi kami.”

Ia berkata: Lalu aku bermimpi, ada suara yang berkata:

الشَّيْءُ الَّذِي لَا يَضُرُّكَ وَلَا يَنْفَعُكَ فَدَعْهُ

“Sesuatu yang tidak merugikanmu dan tidak juga bermanfaat bagimu, maka tinggalkanlah ia.” (Shohih)

[24] Balasan Bagi Wanita yang Tabarruj dan Lelaki yang Bersegera Menuju Jum’at

32. Dari Tsabit Al-Bunani, ia berkata: Seorang lelaki bermimpi seolah-olah manusia dihadapkan kepada Alloh ‘Azza wa Jalla. Lalu didatangkan seorang wanita yang mengenakan pakaian tipis (isyarat dulu ia tabarruj). Alloh ‘Azza wa Jalla menutupi diri-Nya darinya (yakni mengabaikannya). Kemudian didatangkan seorang lelaki, lalu Alloh berfirman:

خَلُّوا عَنْهُ فَإِنَّهُ كَانَ فِي الدُّنْيَا مِنَ الْمُبَكِّرِينَ إِلَى الْجُمُعَاتِ

“Biarkan dia lewat, karena sungguh di dunia dahulu ia termasuk orang yang bersegera menuju Sholat Jum’at.” (Hasan)

[25] Pahala Diberikan Secara Penuh

33. Dari ‘Utbah bin Dhomroh, dari ayahnya, ia berkata:

لَقِيتُ عَمَّتِي فِي الْمَنَامِ فَقُلْتُ: لَهَا كَيْفَ أَنْتِ يَا عَمَّةُ؟ قَالَتْ: أَنَا وَاللَّهِ يَا ابْنَ أَخِي بِخَيْرٍ، وَقَدْ وُفِّيتُ عَمَلِي حَتَّى أُعْطِيتُ ثَوَابَ أَخْلَاطٍ أَطْعَمْتُهُ، قَالَ: خَلْطُ اللَّبَنِ بِالْبَقْلِ

Aku bertemu bibiku dalam mimpi, lalu aku bertanya kepadanya: “Bagaimana keadaanmu, wahai bibi?” Ia menjawab: “Demi Alloh, wahai keponakanku, aku dalam keadaan baik. sungguh, amalanku telah diberikan sempurna kepadaku, bahkan sampai aku diberi pahala dari adonan makanan yang aku sedekahkan.” [Rowi] berkata: “Maksudnya adalah adonan susu yang dicampur dengan sayuran.” (Hasan)

[26] Amalan yang Paling Utama

34. Dari Kholid bin Wardan, ia berkata: Aku melihat ‘Amir bin Abi Hafsh [yaitu Abu Sa’id bin ‘Amir] dalam mimpi. Aku bertanya: “Apa yang Alloh lakukan terhadapmu?”

Ia menjawab:

خَيْرًا

“Kebaikan.”

Aku bertanya: “Amalan apa yang kamu dapati paling utama?” Ia menjawab:

كُلُّ شَيْءٍ أُرِيدَ بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Segala sesuatu yang ditujukan untuk mengharap Wajah Alloh ‘Azza wa Jalla.” (Isnadnya la ba’sa bihi)

[27] Keutamaan Orang yang Umroh

35. Dari Abdul Malik, ia berkata: Aku melihat Kholid setelah ia meninggal. Aku bertanya: “Apa yang kamu lakukan?”

Ia menjawab:

خَيْرًا

“Kebaikan.”

Aku bertanya: “Apakah kamu mengharapkan sesuatu untuk orang yang bersalah?” Ia menjawab:

تُلْتَمَسُ عِلْمَ تَسْبِيحَاتِ الْمُعْتَمِرِ، نِعْمَ الشَّيْءُ

“Carilah ilmu tentang bacaan tasbih orang yang melakukan ‘Umroh. Itu adalah sesuatu yang terbaik.” (Hasan)

[28] Kemuliaan Bagi Orang Sholih

36. Dari Al-Mutsanna bin Sa’id, ia berkata: Ketika ‘Aisyah bintu Tholhah [wafat 110 H] datang ke Bashroh, seorang lelaki mendatanginya lalu bertanya: “Apakah kamu ‘Aisyah bintu Tholhah?”

Ia menjawab: “Iya.”

Lelaki itu berkata: “Sungguh aku melihat Tholhah bin ‘Ubaidillah rodhiyallahu ‘anhu [wafat 36 H], lalu ia berkata: ‘Katakan kepada ‘Aisyah agar memindahkanku dari tempat ini, karena sungguh udara dingin telah menggangguku.’”

Maka ‘Aisyah naik kendaraan bersama para pelayan dan pengiringnya. Mereka membangun tenda di atas kuburnya lalu menggali (kuburnya). Tidak ada yang berubah pada jasadnya kecuali beberapa helai rambut di salah satu sisi janggutnya, sampai ia dipindahkan ke tempatnya yang sekarang. Padahal waktu antara [kematiannya dan peristiwa ini] adalah 80 sekian tahun. (Hasan)

[29] Peringatan untuk Orang-Orang yang Menyerupai Yahudi

37. Dari Farqod As-Sabakhi, ia berkata: Ada sesuatu yang mendatangiku tiga kali dalam satu malam, seolah-olah seorang penyeru berkata:

يَا أَشْبَاهَ الْيَهُودِ الَّذِينَ إِذَا ابْتُلُوا لَمْ يَصْبِرُوا، وَإِذَا أُعْطُوا لَمْ يَشْكُرُوا أَيُّ خَيْرٍ فِيكُمْ بَعْدَ الْعَذَابِ

“Wahai orang-orang yang menyerupai Yahudi, yang jika diuji tidak bersabar, dan jika diberi tidak bersyukur! Kebaikan apa yang ada pada diri kalian setelah adzab?” (Dho’if dan Atsarnya Hasan)

38. Dari Sayyar, ia berkata: Aku sedang duduk di sisi sebagian ‘Ulama, lalu aku pulang dari sisinya.

فَرَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ قَائِلًا يَقُولُ: قَوْلُهُمْ شِفَاءٌ يُبْرِئُ الدَّاءَ، وَأَعْمَالُهُمْ دَاءٌ لَا يُبْرِئُهُ الدَّوَاءُ

Aku bermimpi seolah-olah ada suara yang berkata: “Ucapan mereka adalah obat yang menyembuhkan penyakit, tetapi perbuatan mereka adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh obat.” (Hasan)

39. Dari Abu ‘Ubaidah Al-Bashri, ia berkata: Aku melihat dalam mimpiku seorang lelaki berkata:

ابْتَعِدْ عَنِ الْمَثَالِبِ وَاجْهَدْ أَنَّ تُنْسَبَ لِنَفْسِكَ الْمَنَاقِبُ، ارْبَعْ عَلَى نَفْسِكَ وَانْظُرْ مَا سُتِرَ عَلَيْكَ

“Jauhilah aib-aib, dan berusahalah agar terpuji bagimu kebaikan-kebaikan. Bersikap tenanglah pada dirimu dan perhatikanlah apa yang ditutupi (aibmu) oleh Alloh.” (Hasan)

[30] Balasan karena Kecintaan kepada Hamba Alloh

40. Dari Muhammad [ibnul Mufadhdhol], ia berkata: Aku melihat Manshur bin ‘Ammar (wafat 224 H) dalam mimpi. Aku bertanya: “Wahai Abu Katsir, apa yang Robb-mu lakukan terhadapmu?”

Ia menjawab:

خَيْرًا

“Kebaikan.”

Aku bertanya: “Karena apa?” Ia menjawab:

قَالَ: بِمَا كُنْتَ تُحَبِّبُنِي إِلَى عِبَادِي

“Dia berfirman: ‘Karena engkau menjadikan hamba-hamba-Ku mencintai-Ku.” (Hasan dan Atsar shohih)

[31] Yunus bin ‘Ubaid Bersama Bidadari Jannah

41. Dari Al-Ashma’i, ia berkata: Aku melihat salah seorang penduduk Bashroh dari kalangan murid-murid Yunus bin ‘Ubaid (wafat 139 H), sementara ia telah meninggal. Aku bertanya: “Dari mana kamu datang?”

Ia menjawab:

مِنْ عِنْدِ يُونُسَ الطَّبِيبِ

“Dari sisi Yunus Ath-Thobib.”

Aku bertanya:

مَنْ يُونُسُ الطَّبِيبُ؟

“Siapa Yunus Ath-Thobib?”

Ia menjawab:

الْفَقِيهُ اللَّبِيبُ

“Al-Faqih (ahli fiqh) yang cerdas.”

Aku bertanya:

ابْنُ عُبَيْدٍ؟

“Ibnu ‘Ubaid?”

Ia menjawab: “Iya.”

Aku bertanya: “Di mana dia?”

Ia menjawab:

فِي مَجَالِسَ الْأُرْجُوَانِ مَعَ الْحُورِ الْعِينِ وَالْأَبْكَارِ قَرَّتْ عَيْنَاهُ بِصِحَّةِ تَقْوَاهُ

“Di majelis-majelis urjuwan (warna merah tua, mewah) bersama para Huurul ‘Iin dan para gadis. Matanya bahagia karena ketakwaannya yang benar.” (Hasan)

42. Dari Thowus (wafat 106 H), ia berkata:

مَا مِنْ دِرْهَمٍ يُعْدَلُ إِلَيَّ مِنْ دِرْهَمٍ فِي يَدَيْهِ قَالَ: وَذَكَرَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ: أَهْدَيْتُ بَدَنَةً عَجْفَاءَ فَرَأَيْتُ النَّاسَ كُلَّهُمْ [...] بُدْنُهُمْ وَرَأَيْتُنِي عَلَى يَدِي، فَكَانَ النَّاسُ يَمُرُّونَ فَيَطَؤُنِي وَرَكِبْتُ كُلَّمَا حَرَّكَتْهَا رَغْبَةٌ لِي

“Aku tidak mendapatkan satu dirham pun sebagai balasan yang benar-benar sebanding dengan dirham yang dulu pernah aku keluarkan,” katanya. Lalu ia menceritakan kisah seorang lelaki yang berkata, “Dulu aku pernah mempersembahkan seekor unta kurban, tetapi unta itu kurus dan tidak layak. Dalam mimpiku aku melihat orang-orang datang dengan unta-unta kurban mereka yang semuanya gemuk dan kuat, sementara aku hanya melihat diriku menuntun unta kurusku. Orang-orang lewat dan menginjakku karena aku tidak memiliki tunggangan yang pantas. Setiap kali unta itu bergerak sedikit, aku mencoba menaikinya dengan harapan ia bisa membawaku, tetapi ia terlalu lemah—sebagaimana lemahnya niatku ketika dulu aku memberikannya.” (Shohih)

[32] Tali di Langit

43. Dari Ibrohim bin Al-Mundzir bin Abdulloh Al-Hizami, ia berkata:

رَأَيْتُ الضَّحَّاكَ بْنَ عُثْمَانَ فِي النَّوْمِ فَقُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ مَا فَعَلَ اللَّهُ بِكَ؟ قَالَ: فِي السَّمَاءِ تَمَارِيدُ، مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ تَعَلَّقَ بِهَا، وَمَنْ لَمْ يَقُلْهَا هَوَى

Aku melihat Adh-Dhohhak bin ‘Utsman dalam tidur. Aku bertanya: “Wahai Abu Muhammad, apa yang Alloh lakukan terhadapmu?” Ia menjawab: “Di langit ada tali-tali (tamarid). Siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illalloh, ia akan berpegangan pada tali itu, dan siapa yang tidak mengucapkannya, ia akan jatuh.” (Hasan)

[33] Ma’rifah (Mengenal Alloh) adalah Amalan Terbaik

44. Dari Isma’il bin Abdulloh bin Maimun, ia berkata: Aku melihat Muhammad bin ‘Imron bin Muhammad bin Abi Laila (wafat sebelum ayahnya) yang merupakan seorang yang utama, dalam mimpi. Aku bertanya kepadanya: “Amalan apa yang kamu dapati paling utama?”

Ia menjawab:

الْمَعْرِفَةُ

“Ma’rifah (mengenal Alloh).”

Aku bertanya: “Apa pendapatmu tentang seseorang yang mengatakan Haddatsanaa (telah menceritakan kepada kami) atau Akhbaronaa (telah mengabarkan kepada kami)?”

Ia menjawab:

إِنِّي أَبْغَضُ الْمُبَاهَاةَ

“Sungguh, aku membenci pamer/berbangga diri.” (Hasan)

[34] Berlindung dari Fitnah

45. Dari Abdulloh bin ‘Amir, ia berkata: ‘Amir bin Robi’ah rodhiyallahu ‘anhu berdiri untuk Sholat di malam hari, yaitu ketika orang-orang berusaha mencela ‘Utsman rodhiyallahu ‘anhu. Maka ia Sholat di malam hari lalu tidur. Kemudian ia bermimpi, dan dikatakan kepadanya:

قُمْ فَاسْأَلِ اللَّهَ أَنْ يُعِيذَكَ مِنَ الْفِتْنَةِ الَّتِي أَعَاذَ مِنْهَا صَالِحَ عِبَادِهِ

“Bangunlah, lalu mintalah kepada Alloh agar Dia melindungimu dari fitnah yang Dia lindungi darinya hamba-hamba-Nya yang sholih.”

Maka ia pun bangun lalu Sholat, kemudian ia sakit, dan ia tidak pernah keluar lagi kecuali untuk (mengantar) janazah. (Shohih)

[35] Wasiat Nabi dalam Mimpi

46. Dari Jarir rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

رَأَيْتُ النَّبِيَّ فِي الْمَنَامِ فَأَخَذَ بِيَدِي فَقُلْتُ: رَسُولَ اللَّهِ أَكُنْتَ أَوْصَيْتَ النَّاسَ بِأَهْلِكَ؟ قَالَ: نَعَمْ، قُلْتُ: هَلْ أَوْصَيْتَ أَهْلَكَ بِالنَّاسِ؟ قَالَ: نَعَمْ

Aku melihat Nabi dalam mimpi, lalu beliau memegang tanganku. Aku berkata: “Rosululloh , apakah engkau berwasiat kepada manusia tentang keluargamu?” Beliau menjawab: “Iya.” Aku bertanya: “Apakah engkau berwasiat kepada keluargamu tentang manusia?” Beliau menjawab: “Iya.” (Hasan)

[36] Balasan Bagi Pencaci Dua Syaikh

47. Dari Abu Bakar Ash-Shoirofi, ia berkata:

مَاتَ رَجُلٌ كَانَ يَشْتِمُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَيَرَى رَأْيَ جَهْمٍ: فَأُرِيَهُ رَجُلٌ فِي النَّوْمِ كَأَنَّهُ عُرْيَانٌ عَلَى رَأْسِهِ خَرَقٌ سَوْدَاءُ وَعَلَى عَوْرَتِهِ أُخْرَى، فَقَالَ: مَا فَعَلَ اللَّهُ بِكَ؟ قَالَ: جَعَلَنِي مَعَ بَكْرٍ الْقَيْسِيِّ وَعَوْنِ بْنِ الْأَعْسَرِ، وَهُمَا نَصْرَانِيَّانِ

“Ada seorang lelaki meninggal yang dahulu suka mencaci Abu Bakar dan Umar, dan ia berpendapat seperti pendapat Jahm [bin Shofwan, wafat 128 H]. Lalu seorang lelaki melihatnya dalam mimpi, seolah-olah ia telanjang, di atas kepalanya ada kain hitam, dan di atas kemaluannya ada kain lain. Lelaki itu bertanya: “Apa yang Alloh lakukan terhadapmu?” Ia menjawab: “Dia menjadikan aku bersama Bakr Al-Qoisiyi dan ‘Aun bin Al-A’sar, dan keduanya adalah Nashroni (Kristen).” (Shohih)

[37] Syair yang Diriwayatkan dan Dihafal Dalam Tidur

48. Dari Muhammad bin Al-Husain, ia berkata: Aku bermimpi seolah-olah ada suara yang membacakan syair kepadaku, lalu aku menghafalnya:

قَصْرٌ فِي الْخُلْدِ مِنْ لُؤْلُؤٍ ... لِعَبْدٍ بِدُنْيَاهُ لَمْ يَرْتَفِعْ

“Istana di keabadian yang terbuat dari mutiara... untuk hamba yang tidak membanggakan dunianya.” (Hasan)

49. Dari Masma’ bin ‘Ashim, ia berkata: Robi’ah (Al-’Adawiyyah, wafat 185 H), semoga Alloh merohmatinya, berkata kepadaku:

اعْتَلَلْتُ عِلَّةً مَنَعَتْنِي عَنِ التَّهَجُّدِ، فَرَأَيْتُ فِي النَّوْمِ كَأَنَّ قَائِلًا يَقُولُ: صَلَاتُكِ نُورٌ وَالْعِبَادُ رُقُودُ ... وَنَوْمُكِ ضِدٌّ لِلصَّلَاةِ عَمِيدُ وَعُمْرُكِ غَنْمٌ إِنْ عَقَلْتِ وَمُهْلَةٌ ... يَسِيرُ وَيَفْنَى دَائِبٌ وَيُبِيدُ ثُمَّ غَابَ مِنْ بَيْنِ عَيْنَيَّ وَاسْتَيْقَظْتُ بِنِدَاءِ الْفَجْرِ

Aku sakit yang menghalangiku dari Sholat Tahajjud. Lalu aku bermimpi, seolah-olah ada yang berkata: “Sholatmu adalah cahaya sementara para hamba sedang tidur... tidurmu adalah kebalikan dari Sholat, yaitu penghalang. umurmu adalah harta rampasan jika kamu berakal, dan ia adalah tenggat waktu... Berjalan dan binasa, terus-menerus dan hilang”. Kemudian ia menghilang dari pandanganku, dan aku terbangun karena seruan adzan Sholat Fajar.” (Shohih)

50. Dari Ishaq bin Miror Abu ‘Amr, ia berkata: Anakku Muhammad meninggal, lalu aku melihatnya dalam mimpi. Aku berkata: “Aku selalu mengenalmu (hai anakku) sebagai orang yang boros (musrif), kamu melakukan ini dan itu.” Lalu ia berkata:

أَيَا رَبِّ إِنْ تَغْفِرْ فَإِنَّكَ أَهْلُهُ ... وَإِنْ تَكُنِ الْأُخْرَى فَإِنِّي مُجْزَهُ

“Wahai Robb-ku, jika Engkau mengampuni, maka Engkau memang layak untuk itu... jika yang terjadi adalah yang lain (adzab), maka sungguh aku akan dibalas setimpal.”

Ia berkata: Lalu seorang tua dari sudut rumah berkata kepadaku (dalam mimpi): “Anakmu lebih paham fiqh daripada kamu.” (Hasan)

51. Dari Abu Al-Yaqzhon, ia berkata:

تَزَوَّجَ رَجُلٌ امْرَأَةً فَعَاهَدَ كُلُّ وَاحِدٍ صَاحِبَهُ: أَيُّهُمَا مَاتَ لَا يَتَزَوَّجُ الْآخَرُ بَعْدَهُ، فَمَاتَ الرَّجُلُ فَلَمَّا انْقَضَتْ عِدَّةُ الْمَرْأَةِ أَتَاهَا النِّسَاءُ فَلَمْ يَزَلْنَ بِهَا حَتَّى تَزَوَّجَتْ فَلَمَّا كَانَ لَيْلَةُ بِنَائِهَا فَإِذَا هِيَ بِآخِذٍ قَدْ أَخَذَ عِضَادَتَيِ الْبَابِ فَقَالَ: مَا أَسْرَعَ مَا نَسِيتِ يَا رَبَابُ ثُمَّ قَالَ: حَيَّيْتُ سَاكِنَ هَذَا الدَّارِ كُلَّهُمْ ... إِلَّا الرَّبَابَ فَإِنِّي لَا أُحَيِّيهَا أَمْسَتْ عَرُوسًا وَأَمْسَى مَنْزِلِي جَدَثًا ... إِنَّ الْقُبُورَ تُوَارِي مَنْ يُوَافِيهَا قَالَ: فَانْتَبَهَتْ فَزِعًا فَقَالَتْ: وَاللَّهِ لَا تَجْتَمِعُ رَأْسِي وَرَأْسُكَ أَبَدًا، فَخَالَعَتْ زَوْجَهَا

Seorang lelaki menikahi seorang wanita, dan masing-masing berjanji kepada pasangannya: siapa pun yang meninggal, yang lain tidak akan menikah lagi setelahnya. Kemudian lelaki itu meninggal. Setelah masa ‘iddah wanita itu selesai, para wanita mendatanginya dan terus-menerus membujuknya hingga ia menikah lagi. Ketika tiba malam bina’iha (malam pertama pernikahannya), tiba-tiba ia didatangi oleh seseorang yang memegang kedua sisi pintu, lalu berkata: “Alangkah cepatnya kamu melupakan, wahai Robab!” Kemudian lelaki tersebut bersyair: “Aku menyalami semua penghuni rumah ini... Kecuali Robab, sungguh aku tidak menyalaminya. Ia menjadi pengantin wanita, sementara rumahku menjadi liang kubur... Sesungguhnya kuburan menyembunyikan siapa pun yang mengunjunginya.” Wanita itu mengatakan bahwa ia terbangun dalam keadaan ketakutan, lalu berkata (kepada suami barunya): “Demi Alloh, kepalaku dan kepalamu tidak akan pernah berkumpul selamanya.” Lalu ia meminta cerai dari suaminya.” (Hasan)

52. Dari Murojja’ bin Waddah, ia berkata: ‘Athok As-Sulaimi berkata:

كُنْتُ أَشْتَهِي الْمَوْتَ وَأَتَمَّناهُ فَأَتَانِي آتٍ فِي مَنَامِي فَقَالَ: يَا عَطَاءُ أَتَتَمَنَّى الْمَوْتَ؟ فَقُلْتُ: إِنَّ ذَاكَ، قَالَ: فَتَقَلَّبَ فِي وَجْهِي، ثُمَّ قَالَ: لَوْ عَرَفْتَ شِدَّةَ الْمَوْتِ وَكَرْبَهُ حَتَّى يُخَالِطَ قَلْبَكَ مَعْرِفَتُهُ لَطَارَ نَوْمُكَ أَيَّامَ حَيَاتِكَ وَلَذَهَلَ عَقْلُكَ حَتَّى تَمْشِيَ فِي النَّاسِ وَالِهًا، قَالَ عَطَاءٌ: طُوبَى لِمَنْ نَفَعَهُ عَيْشُهُ، فَكَانَ طُولُ عُمْرِهِ زِيَادَةً فِي عَمَلِهِ، مَا أَرَى عَطَاءً كَذَلِكَ، ثُمَّ بَكَى

Dahulu aku sangat ingin mati dan mengharapkannya. Lalu datanglah seseorang kepadaku dalam mimpiku, lalu berkata: “Wahai ‘Atho, apakah kamu mengharapkan kematian?” Aku menjawab: “Iya.” Lalu ia membolak-balik wajahku, kemudian berkata: “Seandainya kamu tahu betapa dahsyatnya kematian dan kesulitan yang menyertainya, sampai pengetahuan tentangnya memenuhi hatimu, niscaya tidurmu akan hilang selama hidupmu, dan akalmu akan bingung sehingga kamu berjalan di tengah manusia dalam keadaan linglung.” ‘Atho berkata: “Beruntunglah siapa yang kehidupannya bermanfaat baginya, sehingga panjang umurnya menjadi tambahan bagi amalannya. Aku tidak melihat ‘Atho (dirinya sendiri) seperti itu,” lalu ia menangis.” (Isnadnya la ba’sa bihi)

53. Dari Makhlad bin Al-Husain, ia berkata:

رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ جِنَازَةً بَيْنَ يَدَيْهَا جِوَارٍ طُوَالٌ وَهُنَّ يَقُلْنَ: أَصْبَحْتُمْ جُزُرًا لِلْمَوْتِ يَأْخُذْكُمْ ... كَمَا الْبَهَائِمُ فِي الدُّنْيَا لَكُمْ جُزُرُ

“Aku bermimpi melihat sebuah janazah, di hadapannya ada gadis-gadis tinggi, dan mereka berkata: ‘Kalian telah menjadi santapan kematian, ia akan mengambil kalian... Sebagaimana binatang-binatang ternak di dunia menjadi santapan bagi kalian.’” (Hasan)

[38] Batu-Batu Menjadi Saksi

54. Dari Abdul ‘Aziz bin Abi Rowwad, ia berkata: “Dahulu ada seorang lelaki di daerah pedalaman yang membuat sebuah Masjid dan meletakkan 7 buah batu di kiblatnya. Jika ia selesai Sholat, ia berkata: ‘Wahai batu-batu, aku jadikan kalian saksi bahwa Laa ilaaha illalloh.’ Lelaki itu sakit, lalu rohnya diangkat. Lalu aku bermimpi bahwa ia diperintahkan ke Naar. Lalu aku melihat salah satu dari batu-batu itu, yang aku kenal, telah membesar dan menutup pintu Jahannam darinya. Kemudian didatangi pintu yang lain, tiba-tiba ada batu lain dari batu-batu itu, yang aku kenal betul, telah membesar dan menutup salah satu pintu Jahannam darinya. Hingga sisa batu-batu itu menutup pintu-pintu Jahannam darinya.” (Hasan)

[39] Biji-Biji Kurma yang Bertasbih

55. Dari Abdulloh bin Nafi’, ia berkata:

كَانَتِ امْرَأَةٌ مُتَعَبِّدَةٌ لَهَا نَوًى تُسَبِّحُ اللَّهَ تَعَالَى بِهِنَّ، فَرَأَتْ ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي مَنَامِهَا كَأَنَّ ذَلِكَ النَّوَى قَائِمٌ عَلَى سُوقِهِ ثَلَاثَ صُفُوفٍ: الصَّفُّ الْأَوَّلُ يَقُولُ: سُبْحَانَ اللَّهِ دَائِمٌ الثَّبَاتِ، وَالثَّانِي يَقُولُ: سُبْحَانَ مُخْرِجِ النَّبَاتِ، وَالثَّالِثُ يَقُولُ: سُبْحَانَ مُحْيِي الْأَمْوَاتِ

“Dahulu ada seorang wanita ahli ibadah, ia memiliki biji-biji kurma yang ia gunakan untuk bertasbih kepada Alloh. Pada suatu malam, ia bermimpi seolah-olah biji-biji kurma itu berdiri di atas batangnya dalam tiga shof (barisan): Shof pertama berkata: “Subhaanalloh, Yang kekal Keberadaan-Nya”, Shof kedua berkata: “Subhaanalloh, Yang mengeluarkan tumbuh-tumbuhan”, dan Shof ketiga berkata: “Subhaanalloh, Yang menghidupkan orang-orang mati.” (Hasan)

[40] Khowarij dalam Mimpi

56. Dari Abu Maisaroh ‘Amr bin Syurohbil, ia berkata:

رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ السَّمَاءَ انْفَرَجَتْ فَاطَّلَعَ مِنْهَا رَجُلٌ فَقُلْتُ: مَا أَنْتَ؟ قَالَ: أَنَا مَلَكٌ، قُلْتُ: أَسْأَلُكَ عَنْ شَيْءٍ، قَالَ: سَلْ عَمَّ شِئْتَ، قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ أَهْلِ الْجَمَلِ؟ قَالَ: فِئَتَانِ مُؤْمِنَتَانِ اقْتَتَلُوا، قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ أَهْلِ صِفِّينَ؟ قَالَ: فِئَتَانِ مُؤْمِنَتَانِ اقْتَتَلُوا، قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ أَهْلِ النَّهْرَوَانِ؟ قَالَ: خَلَعُوا إِمَامَهُمْ وَنَكَثُوا بَيْعَتَهُمْ فَلَقُوا تَرَحًا

Aku bermimpi seolah-olah langit terbelah, lalu muncul seorang lelaki darinya. Aku bertanya: “Siapa kamu?” Ia menjawab: “Aku Malaikat.” Aku berkata: “Aku ingin bertanya kepadamu tentang sesuatu.” Ia menjawab: “Bertanyalah tentang apa yang kamu suka.” Aku bertanya: “Beritahukan aku tentang pasukan perang Jamal (antara Ali vs Aisyah?” Ia menjawab: “Dua golongan Mu’min yang saling berperang.” Aku bertanya: “Beritahukan aku tentang pasukan perang Shiffin (Ali vs Muawiyah)?” Ia menjawab: “Dua golongan Mu’min yang saling berperang.” Aku bertanya: “Beritahukan aku tentang pasukan perang Nahrowan, (yaitu Khowarij)?” Ia menjawab: “Mereka mencopot pemimpin mereka dan membatalkan bai’at mereka, lalu mereka mendapatkan kesengsaraan.” (Hasan)

[41] Mimpi Shilah bin Asyyam

57. Humaid bin Hilal berkata: Shilah [bin Asyyam, wafat 63 H, Tabiin utama] keluar dalam sebuah pasukan, bersamanya ada putranya dan seorang ‘Aroby dari sukunya.

Lalu ‘Aroby itu berkata:

رَأَيْتُكَ يَا أَبَا الصَّهْبَاءِ فِي النَّوْمِ كَأَنَّكَ أَتَيْتَ عَلَى شَجَرَةٍ ظَلِيلَةٍ فَأَصَبْتَ مِنْ تَحْتِهَا ثَلَاثَ شَهْدَاتٍ فَأَعْطَيْتَنِي وَاحِدَةً وَأَمْسَكَتَ اثْنَتَيْنِ، فَوَجَدْتُ فِي نَفْسِي أَلَّا تَكُونَ قَاسَمْتَنِي

“Wahai Abu Ash-Shohba’, aku melihatmu dalam tidur, seolah-olah kamu mendatangi sebuah pohon yang rindang (yakni Jannah), lalu kamu mendapatkan tiga sarang lebah di bawahnya (yaitu tingkatan mati syahid yang tinggi). Kamu memberiku satu, dan kamu menahan dua (karena Shilah lebih tinggi dalam ilmu dan ibadah). Aku merasa sedikit kecewa karena kamu tidak membaginya rata denganku.”

Lalu mereka bertemu musuh. Shilah berkata: “Majulah!” Lalu dikatakan bahwa Shilah terbunuh, dan ‘Aroby itu juga terbunuh. (Hasan)

[42] Abu Lahab di dalam Mimpi

58. Dari Ummu Salamah rodhiyallahu ‘anha, ia berkata:

رَأَى أَبَا لَهَبِ بَعْضُ أَهْلِهِ فِي النَّوْمِ فَقَالَ: مَا رَأَيْتُ بَعْدَكُمْ رَاحَةً غَيْرَ فِي هَذِهِ، وَأَشَارَ إِلَى النُّقْرَةِ الَّتِي فَوْقَ الْإِبْهَامِ بِعَتَقَيْ ثُوَيْبَةَ، وَكَانَتْ أَرْضَعَتْ النَّبِيِّ وَأَبَا سَلَمَةَ

“Sebagian keluarganya melihat Abu Lahab [dikutuk oleh Alloh] dalam mimpi, lalu ia berkata: “Aku tidak mendapatkan kenyamanan apa pun setelah kalian kecuali di bagian ini,” sambil menunjuk ke cekungan di atas ibu jari, karena pemerdekaan Tsuwaibah, karena Tsuwaibah pernah menyusui Nabi dan Abu Salamah.” (Hasan)

[43] Perkara Harom yang Tersembunyi

59. Dari Haddaab, ia berkata: Bisyr bin Manshur (wafat 183 H) masuk ke rumahku ini. Aku bertanya kepadanya: “Apa pendapatmu tentang seorang lelaki (dalam mimpi) yang seolah-olah sedang berdiri Sholat, dan di sampingnya ada ghudwah (sarapan)?” Ia terkejut dan berkata:

وَيْحَكَ يَا هَدَّابُ لَعَلِّي أَنَا هُوَ، فَقُلْتُ: لَا، فَقَالُ: هَذَا رَجُلٌ صَاحَبَ [...] شَيْئًا مِنَ الْحَرَامِ

“Aduh, Haddaab! Jangan-jangan aku adalah orang itu!” Aku berkata: “Bukan.” Bisyar berkata: “Kalau begitu, ia adalah seorang lelaki yang mencampur amalnya dengan sesuatu dari yang harom.” (Hasan)

[44] Orang yang Berperang di Kalangan Muslim Bukan Syuhada’

60. Dari Muhammad bin Sirin (wafat 110 H), ia berkata: Aku melihat Katsir bin Aflah dalam tidur, dan aku tahu itu adalah mimpi, dan ia telah terbunuh. Aku melihatnya berjalan membelakangi. Aku tidak suka memanggilnya dengan kunyah-nya (Abu Muhammad), karena keluargaku akan mengira aku memanggil Al-Hudzail, lalu mereka membangunkannya. Maka aku berkata: “Hai Katsir!” Lalu ia menghadapku. Aku bertanya: “Bukankah kamu telah terbunuh?”

Ia menjawab: “Iya.”

Aku bertanya: “Bagaimana keadaan kalian?” Ia menjawab:

نَحْنُ بِخَيْرٍ

“Kami dalam keadaan baik.”

Aku bertanya: “Apakah kalian adalah para Syuhada’?”

Ia menjawab:

لَا، إِنَّ الْمُسْلِمِينَ إِذَا اقْتَتَلُوا بَيْنَهُمْ فَلَيْسَ قَتْلَاهُمْ بَيْنَهُمْ شُهَدَاءُ وَلَكِنْ نَحْنُ النُّدَمَاءُ

“Tidak. Sungguh, jika kaum Muslimin saling berperang di antara mereka, maka yang terbunuh di antara mereka bukanlah para Syuhada’, tetapi kami adalah nadama (yang saling menyesal).”

Aku bertanya: “Apakah kamu tahu di mana kamu berada?”

Ia menjawab:

مَا مِنَّا أَحَدٌ إِلَّا قَدْ عَلِمَ أَيْنَ هُوَ

“Tidak ada seorang pun di antara kami melainkan ia tahu di mana ia berada.”

Aku bertanya: “Bagaimana keadaanmu?”

Ia menjawab:

بِخَيْرٍ

“Baik.” (Hasan dan Atsar shohih, diriwayatkan oleh Ibn As-Sa’d)

[45] Sufyan Ats-Tsauri di dalam Mimpi

61. Dari Ibrohim bin A’yan, ia berkata: Aku melihat Ats-Tsauri [Sufyan, wafat 161 H] dalam mimpi, mengenakan pakaian merah dan kuning. Aku bertanya: “Apa yang kamu lakukan? Tolong jawab.” Ia menjawab:

أَنَا مَعَ السَّفَرَةِ

“Aku bersama para Safaroh.”

Aku bertanya: “Apa itu Safaroh?” Ia menjawab:

الْكِرَامُ الْبَرَرَةُ

“Yaitu para Malaikat yang mulia lagi taat.” (Hasan)

62. Abu Usamah berkata: “Aku sedang berada di Bashroh saat kabar wafatnya Sufyān tersebar. Pagi harinya, setelah malam wafatnya beliau, aku bertemu dengan Yazīd bin Ibrohīm. Ia berkata kepadaku bahwa semalam ia bermimpi ada yang mengabarkan, ‘Amirul Mu’minin telah meninggal.’ Maka aku menjawab orang yang ia ceritakan itu dengan berkata, ‘Apakah yang meninggal itu Sufyān Ats-Tsaurī?’ Lalu aku sendiri yang memberitahu Yazīd, ‘Benar, Sufyān wafat tadi malam.’ Dan saat itu, Yazīd sebenarnya belum mengetahui berita wafatnya.” (Shohih)

63. Abu Sa’id [Al-Asyajj] berkata: Aku melihat Sa’d bin Al-‘Ala’ bin Sa’d, maula Abu Quroh Al-Kindi, setelah ia meninggal. Aku bertanya: “Wahai Abul ‘Ala’, apa yang kamu lakukan?”

Ia menjawab:

دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَرَأَيْتُ فِيهَا [...] ثَمَّ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيَّ

“Aku masuk Jannah, lalu aku melihat di dalamnya [...] kemudian Ibrohim An-Nakho’i [wafat 96 H].” (Shohih)

[46] Siapa yang Sengaja Berkurang, Maka Ia dalam Kekurangan

64. Isma’il bin Yazid Ar-Roqqi berkata: Bahwasanya seorang lelaki dari kalangan Tabi’in melihat Nabi dalam tidur. Ia bertanya: “Wahai Rosululloh , berilah aku nasehat.” Beliau bersabda:

نَعَمْ، مَنْ يَتَعَمَّدِ النُّقْصَانَ فَهُوَ فِي نُقْصَانٍ، وَمَنْ كَانَ فِي نُقْصَانٍ فَالْمَوْتُ خَيْرٌ لَهُ

“Iya. Siapa yang sengaja mengurangi (amal kebaikan), maka ia dalam kekurangan. siapa yang dalam kekurangan, maka kematian lebih baik baginya.” (Hasan, jika Isma’il adalah orang yang disebutkan biografinya)

[47] Meminta Ditutupi dengan Kecukupan

65. Dari Jarir bin Hazim, ia berkata: Aku melihat Asma’ bin ‘Ubaid dalam mimpi. Aku bertanya: “Apa yang kalian lakukan?” Ia menjawab:

اللَّهُمَّ اسْتُرْنَا بِالْغِنَى وَالْعَافِيَةِ

“Ya Alloh, tutuplah aib kami dengan kecukupan dan kesehatan.”

Itulah do’a yang berasal darinya. (Shohih)

66. Dari Jarir bin Hazim, bahwasanya ia melihat Nabi dalam mimpi, sedang bersandar pada batang kurma Zaid bin ‘Ali [bin Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Tholib, wafat 122 H], dan beliau bersabda:

هَكَذَا تَفْعَلُونَ بِوَلَدِي

“Beginilah yang kalian lakukan terhadap anakku.” (Hasan)

*Dulu Zaid dibunuh secara zolim dan disalib di batang kurma.

[48] Amalan yang Diharapkan

67. Dari Al-Hasan [Al-Bashri, wafat 110 H], bahwasanya seorang lelaki bermimpi, lalu orang yang masih hidup bertanya kepada orang yang meninggal: “Amal apa yang kalian dapati paling utama?”

Ia menjawab:

الْقُرْآنُ

“Al-Qur’an.”

Ia bertanya: “Bagian Al-Qur’an mana yang kalian dapati paling utama?” Ia menjawab:

لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

(Al-Baqoroh: 255, ayat Kursi)

Ia bertanya: “Apakah kamu mengharapkan sesuatu dari amalan kami?”

Ia menjawab:

نَرْجُو أَعْمَالَكُمْ، إِنَّكُمْ تَعْمَلُونَ وَلَا تَعْلَمُونَ، وَنَحْنُ نَعْلَمُ وَلَا نَعْمَلُ

“Kami mengharapkan amalan kalian. Sungguh, kalian beramal tetapi tidak mengetahui (hasilnya), sedangkan kami mengetahui (hasilnya) tetapi tidak bisa beramal.” (Hasan)

68. Dari Tsabit [Al-Bunani], bahwasanya seorang lelaki kaya yang sering menyembelih unta, didatangi oleh seorang peminta-minta, lalu ia memerintahkan untuk memberinya seekor kambing jantan. Lalu ia tertidur di malam hari, dan (ia berkata): “Aku datang kepada kambingku itu sambil berjalan kaki. Kambing itu berdiri dan menolakku,” lalu ia terbangun dan berkata: “Demi Alloh, sungguh jika aku memasuki waktu pagi, aku akan memperbanyak saudara-saudaramu (wahai kambing, dengan memerbanyak sedekah).” (Kemungkinan hasan)

[49] Mimpi dan Pengalaman Para Salafush Sholih

69. Dari Al-Hasan bin Abdul ‘Aziz, ia berkata: Aku melihat Abu Bakar bin Habib Al-Abroori dalam tidur, seolah-olah ia mengenakan pakaian putih dan dalam keadaan baik. Aku bertanya: “Apa yang dilakukan terhadapmu? Bagaimana keadaanmu? bagaimana kamu melihat Munkar dan Nakir?” Ia berkata: Seolah-olah ia menjawab pertanyaan terakhirku:

لَقَدْ نَفَضْنَا التُّرَابَ عَنْ أَكْفَانِي

“Sungguh, aku telah menepis debu dari kain kafanku (ungkapan selamat dari ketakutan).”

Lalu terlintas di benakku bahwa ia merasakan gentar karena Munkar Nakir itu. Tetapi ia berkata: “Namun aku di sini,” sambil menunjuk ke satu arah. Seolah-olah aku berjalan ke arah yang ia tunjuk, tiba-tiba di sana ada genangan air di beberapa tempat, lalu aku terbangun. Aku menafsirkan bahwa itu adalah (gambaran tentang) kedekatan dengan Sultan (penguasa). (Shohih)

70. Dari Abu Hafsh, ia berkata: Aku melihat Nabi dalam mimpi, dan beliau mencela aku tentang sesuatu, lalu beliau berkata kepada Abu Marwan Abdul Malik bin Bazi’:

الْزَمْ مَا نَفَعَكَ

“Tetapilah apa yang bermanfaat bagimu.”

Lalu aku memberitahu Abu Marwan tentang apa yang aku lihat. Ia berkata:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الرَّجُلِ إِذَا كَانَ أَحْمَقَ يُقَالُ لَهُ: الْزَمْ مَا يَنْفَعُكَ

“Tidakkah kamu perhatikan bahwa jika seorang lelaki itu bodoh, akan dikatakan kepadanya: ‘Tetapilah apa yang bermanfaat bagimu?’” (Shohih)

71. Nashr bin ‘Ali berkata: Aku melihat Yazid bin Zuroi’ (wafat 182 H) setelah ia meninggal, dalam mimpi. Aku bertanya: “Apa yang Alloh lakukan terhadapmu?” Ia menjawab:

غَفَرَ لِي

“Dia mengampuniku.”

Aku bertanya: “Karena apa?” Ia menjawab:

بِالصَّلَاةِ

“Karena Sholat (sunnah).” (Shohih)

72. Ya’qub bin Ishaq bin Ziyad berkata: Ada yang berkata kepadaku dalam mimpiku:

رَاقِبِ اللَّهَ مُرَاقَبَةَ مَنْ سَمِعَ الزَّجْرَ وَانْتَفَعَ بِالتَّحْذِيرِ

“Jagalah hubunganmu dengan Allah, sebagaimana seseorang yang benar-benar mendengar teguran dan mengambil pelajaran dari sebuah peringatan.” (Shohih)

Selesai, segala puji bagi Alloh.

 

Unduh PDF dan Word

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url