[PDF] Kitab Shohih Mimpi Kaum Salaf - Ibnu Abid Dun-ya (281 H)
Pengantar Peringkas
﷽
Segala puji
bagi Alloh, Sholawat, dan salam semoga terlimpah kepada Rosululloh ﷺ.
Sesudah
itu:
Kitab
Al-Manamat
(Mimpi-Mimpi) karya Al-Hafizh Ibnu Abi Ad-Dunya (wafat 281 H) ini telah
mengumpulkan berbagai riwayat tentang mimpi-mimpi. Kitab ini lalu ditahqiq
(diteliti keotentikannya) oleh Majdi Fathi As-Sayyid Ibrohim Al-Mishri,
dan diterbitkan oleh Maktabatul Qur’an di Mesir. Kemudian, saya meringkasnya
dengan hanya mengambil riwayat yang shohih saja, merujuk kepada validasi penahqiq.
Semoga Alloh membalas kebaikan keduanya.
Ibnu Hajar
(wafat 852 H) berkata tentang Ibnu Abi Ad-Dunya: “Ia jujur, seorang hafizh, dan
pemilik banyak karya tulis.”
Adapun subjudul
maka itu dari saya, agar pembaca lebih ringan memahami alurnya.
Teks
Arobnya sudah saya kumpulkan semuanya di sini.
“Ya
Alloh, terimalah ini dari kami.”
Nor Kandir
Surabaya,
tahun 1446 H atau 2025 M
[1] Perbuatan Orang yang Hidup
Diperlihatkan Kepada Orang yang Sudah Meninggal
Berkata
Al-Hafizh Abu Bakar Ibnu Abi Ad-Dunya (wafat 281 H):
1. Dari Abu
Ayyub rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Perbuatan kalian diperlihatkan
kepada orang-orang yang sudah meninggal. Jika mereka melihat kebaikan, mereka
akan gembira dan bersuka cita, lalu mereka berkata:
اللَّهُمَّ
هَذِهِ نِعْمَتُكَ عَلَى عَبْدِكَ فَأَتِمَّهَا عَلَيْهِ
“Ya Alloh, ini
adalah ni’mat-Mu atas hamba-Mu, maka sempurnakanlah ni’mat itu atas dirinya.” jika mereka melihat keburukan, mereka
berkata:
اللَّهُمَّ
رَاجِعْ بِهِ
“Ya
Alloh, kembalikanlah ia.” (Hasan)
2. Dari Abu
Ad-Darda rodhiyallahu ‘anhu, ia dahulu berkata:
إِنَّ
أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى مَوْتَاكُمْ فَيُسَرُّونَ وَيُسَاءُونَ
“Sungguh,
perbuatan kalian diperlihatkan kepada orang-orang yang sudah meninggal di
antara kalian, sehingga mereka merasa senang (jika amal kalian baik) dan juga
merasa sedih (jika amal kalian buruk).”
dahulu Abu
Ad-Darda rodhiyallahu ‘anhu ketika itu berkata:
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَعْمَلَ عَمَلًا يُخْزَى بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ
“Ya Alloh,
aku berlindung kepada-Mu dari melakukan suatu perbuatan yang membuat Abdulloh
bin Rowahah rodhiyallahu ‘anhu merasa malu karenanya.” (Hasan dan
Atsar shohih)
[2] Keadaan Roh Setelah Keluar
dari Jasad
3.
Hudzaifah rodhiyallahu ‘anhu berkata:
الرُّوحُ
بِيَدِ مَلَكٍ، وَإِنَّ الْجَسَدَ لَيُغَسَّلُ، وَإِنَّ الْمَلَكَ لَيَمْشِي مَعَهُ
إِلَى الْقَبْرِ، فَإِذَا سُوِّيَ عَلَيْهِ سَلَكَ فِيهِ فَذَلِكَ حَتَّى يُخَاطَبَ
“Roh ada di
tangan seorang Malaikat. sungguh,
jasad itu dimandikan, dan Malaikat berjalan bersamanya ke kubur. Jika ia sudah
diletakkan rata, Malaikat itu masuk ke dalamnya, dan demikianlah keadaannya
sampai ia diajak bicara (Munkar Nakir).” (Hasan)
4. Dari
Abdurrohman bin Abi Laila, ia berkata:
الرُّوحُ
بِيَدِ مَلَكٍ يَمْشِي مَعَ الْجِنَازَةِ يَقُولُ: اسْمَعْ مَا يُقَالُ لَكَ، فَإِذَا
بَلَغَ حُفْرَتَهُ دَفَنَهُ مَعَهُ
“Roh ada di
tangan seorang Malaikat, ia berjalan bersama janazah sambil berkata: “Dengarkanlah
apa yang dikatakan kepadamu!” Lalu jika janazah itu telah sampai di liang
kuburnya, Malaikat itu memakamkannya bersamanya.” (Hasan)
[3] Pertemuan Antara Orang yang
Sudah Meninggal dan Orang yang Masih Hidup
5. Dari Sa’id
bin Al-Musayyib, ia berkata: Abdulloh bin Sallam rodhiyallahu ‘anhu dan
Salman Al-Farisi rodhiyallahu ‘anhu bertemu. Salah seorang dari mereka
berkata kepada yang lain:
إِنْ
مُتَّ قَبْلِي فَالْقَنِي فَأَخْبِرْنِي مَا لَقِيتَ مِنْ رَبِّكَ، وَإِنْ مِتُّ قَبْلَكَ
لَقِيتُكَ فَأَخْبَرْتُكَ
“Jika kamu
meninggal sebelum aku, temui aku dan beritahukan kepadaku apa yang kamu dapati
dari Robb-mu. jika aku meninggal
sebelum kamu, aku akan menemuimu dan memberitahukan kepadamu.”
Maka salah
seorang dari mereka berkata kepada yang lain:
وَهَلْ
يَلْقَى الْأَمْوَاتُ الْأَحْيَاءَ؟
“Apakah
orang yang sudah meninggal bisa menemui orang yang masih hidup?”
Ia
menjawab:
نَعَمْ،
أَرْوَاحُهُمْ فِي الْجَنَّةِ تَذْهَبُ حَيْثُ شَاءَتْ
“Iya,
roh-roh mereka ada di Jannah, bebas pergi ke mana saja ia kehendaki.”
Ia (Sa’id
bin Al-Musayyib) berkata: Kemudian si Fulan meninggal, lalu orang yang masih
hidup itu menemuinya dalam mimpi, dan orang yang meninggal itu berkata:
تَوَكَّلْ
وَأَبْشِرْ، فَلَمْ أَرَ مِثْلَ التَّوَكُّلِ قَطُّ
“Bertawakkallah
dan bergembiralah, sebab aku belum pernah melihat sesuatu yang sebanding dengan
tawakkal sama sekali.” (Shohih)
[4] Kabar Baik Mengenai Tugas Sang
Amirul Mu’minin Telah Selesai
6. Dari Al-‘Abbas
rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
كُنْتُ
أَشْتَهِي أَنْ أَرَى عُمَرَ فِي الْمَنَامِ فَمَا رَأَيْتُهُ إِلَّا عِنْدَ قُرْبِ
الْحَوْلِ، فَرَأَيْتُهُ يَمْسَحُ الْعَرَقَ عَنْ جَبِينِهِ وَهُوَ يَقُولُ: هَذَا
أَوَانُ فَرَاغِي، وَإِنْ كَادَ عَرْشُ رَبِّي لِيُهَدُّ لَوْلَا أَنْ لَقِيتُ رَءُوفًا
رَحِيمًا
“Aku sangat
ingin melihat Umar [bin Khoththob, wafat 23 H] dalam mimpi, tetapi aku tidak
melihatnya kecuali saat mendekati satu tahun [sejak wafatnya]. Aku melihatnya
sedang mengusap keringat dari dahinya, dan ia berkata: ‘Ini adalah waktu aku
selesai [dari tugas dan hisabku], dan sungguh ‘Arsy Robb-ku hampir saja runtuh
andai aku tidak bertemu dengan Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.’” (Hasan
dan Atsar shohih)
[5] Balasan Bagi Pelaku Qiyamul
Lail dengan Al-Qur’an
7. Dari ‘Auf
bin Malik Al-Asyja’i rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku bermimpi
seolah-olah aku mendatangi sebuah menara hijau yang di dalamnya ada qubbah
(kubah/tenda) dari kulit, dan di sekelilingnya ada kambing-kambing yang sedang merumput.
Aku bertanya: “Milik siapa ini?”
Dijawab: “Milik
Abdurrohman bin ‘Auf.” Aku menunggunya sampai ia keluar dari qubbah, lalu ia
berkata:
يَا عَوْفُ
بْنَ مَالِكٍ، هَذَا لِقِيَامِكَ لِلَّهِ بِالْقُرْآنِ، وَلَوْ أَشْرَفْتَ عَلَى هَذِهِ
الْبَنِيَّةِ لَرَأَيْتَ مَا لَمْ تَرَ عَيْنُكَ، وَلَسَمِعْتَ مَا لَمْ تَسْمَعْ أُذُنُكَ،
وَلَمْ يَخْطِرْ عَلَى قَلْبِكَ، أَعَدَّهُ اللَّهُ لِأَبِي الدَّرْدَاءِ لِأَنَّهُ
كَانَ يَدْفَعُ الدُّنْيَا بِالرَّاحَتَيْنِ
“Hai ‘Auf
bin Malik, ini semua adalah balasan karena kamu qiyamul lail (Sholat
malam) dengan Al-Qur’an karena Alloh. seandainya
kamu melihat bangunan di atas ini, niscaya kamu akan melihat apa yang belum
pernah dilihat oleh matamu, belum pernah didengar oleh telingamu, dan belum
pernah terlintas di hatimu. Alloh menyiapkannya untuk Abu Ad-Darda rodhiyallahu
‘anhu, karena ia adalah orang yang menolak dunia dengan kedua telapak
tangannya.” (Hasan)
[6] Kesepakatan Saling Mengabari
Setelah Kematian
8. Dari
Syahr bin Hausyab, bahwasanya Sho’b bin Jats-tsamah rodhiyallahu ‘anhu
dan ‘Auf bin Malik rodhiyallahu ‘anhu adalah dua orang yang bersaudara
(akrab). Sho’b berkata kepada ‘Auf:
أَيْ
أَخِي أَيُّنَا مَاتَ قَبْلَ صَاحِبِهِ فَلْيَتَرَاءَى لَهُ
“Wahai
saudaraku, siapa pun di antara kita yang meninggal lebih dulu, hendaklah ia
menampakkan diri [dalam mimpi] kepada kawannya.”
‘Auf
bertanya:
أَوَيَكُونُ
ذَلِكَ؟
“Apakah hal
itu mungkin terjadi?”
Sho’b
menjawab: “Ya.”
Kemudian
Sho’b meninggal, lalu ‘Auf melihatnya dalam tidurnya. Seolah-olah Sho’b
mendatanginya. ‘Auf berkata:
أَيْ
أَخِي مَا فُعِلَ بِكُمْ؟
“Wahai
saudaraku, apa yang dilakukan terhadap kalian?”
Sho’b
menjawab:
غُفِرَ
لَنَا بَعْدَ الْمَصَائِبِ
“Kami telah
diampuni setelah mengalami berbagai musibah.”
‘Auf
berkata: aku melihat ada kilatan
hitam di lehernya, maka aku bertanya:
أَيْ
أَخِي مَا هَذَا؟
“Wahai
saudaraku, apa ini?”
Sho’b
menjawab:
عَشَرَةُ
دَنَانِيرَ اسْتَلَفْتُهَا مِنْ فُلَانٍ الْيَهُودِيِّ فَهِيَ فِي قَرْنِي فَأَعْطِهَا
إِيَّاهُ، وَاعْلَمْ أَخِي أَنَّهُ لَمْ يَحْدُثْ فِي أَهْلِي حَدَثٌ بَعْدِي إِلَّا
قَدْ لَحِقَ بِي خَبَرُهُ، حَتَّى هِرَّةٌ لَنَا مَاتَتْ مُنْذُ أَيَّامٍ، وَأَعْلَمُ
أَنَّ ابْنَتِي تَمُوتُ إِلَى سِتَّةِ أَيَّامٍ، فَاسْتَوْصُوا بِهَا مَعْرُوفًا
“Sepuluh
dinar yang aku pinjam dari si Fulan Yahudi. Itu ada di tanduk [wadah yang
terbuat dari tanduk, disimpan di rumah]-ku, berikanlah kepadanya. ketahuilah, saudaraku, tidak ada satu
pun peristiwa yang terjadi pada keluargaku setelah kematianku melainkan
kabarnya telah sampai kepadaku, bahkan kucing kami yang mati beberapa hari
lalu. aku tahu bahwa putriku akan
meninggal dalam enam hari ke depan, maka berbuat baiklah kepadanya.”
‘Auf
berkata: Setelah pagi tiba, aku berkata dalam hati: “Sungguh, dalam hal ini ada
pelajaran.” Aku pun mendatangi keluarganya. Mereka berkata: “Selamat datang ‘Auf!
Beginikah kamu memperlakukan keluarga
saudaramu? Kalian tidak mendatangi kami sejak Sho’b meninggal.”
‘Auf
berkata: Aku beralasan dengan alasan yang biasa dipakai orang. Kemudian aku
melihat wadah tanduk itu dan menurunkannya, lalu aku mengeluarkan isinya. Aku
segera menemukan kantung yang berisi dinar-dinar itu. Aku mengutus seseorang
kepada Yahudi itu, lalu ia pun datang. Aku bertanya: “Apakah Sho’b punya utang
kepadamu?”
Ia
menjawab:
رَحِمَ
اللَّهُ صَعْبًا، كَانَ مِنْ خِيَارِ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ، هِيَ لَهُ
“Semoga
Alloh merohmati Sho’b, ia adalah salah satu Shohabat Muhammad ﷺ yang terbaik. [Uang itu] untuknya.”
Aku
berkata: “Kamu harus memberitahuku.” Ia menjawab: “Iya. Aku meminjamkan 10
dinar kepadanya.”
Maka aku berikan
uang itu kepadanya. Ia berkata:
هِيَ
وَاللَّهِ بِأَعْيَانِهَا
“Demi
Alloh, uang itu benar-benar yang itu.”
Aku
berkata: “Ini yang pertama (dari yang di mimpi).”
Aku
bertanya (kepada keluarganya): “Apakah terjadi sesuatu di antara kalian sejak
kematiannya?”
Mereka
menjawab: “Iya, terjadi ini, terjadi itu.” Aku berkata: “Sebutkan!” Mereka
menjawab: “Iya, ada kucing kami yang mati beberapa hari lalu.” Aku berkata: “Ini
yang kedua.”
Aku
bertanya: “Di mana putri saudaraku?” Mereka menjawab: “Dia sedang bermain.” Aku
pun mendatanginya dan menyentuhnya, ternyata ia sedang demam. Aku berkata: “Berbuat
baiklah kepadanya.”
Maka, anak
itu meninggal enam hari kemudian. (Shohih)
[7] Istirahat dari Kekhawatiran
Dunia
9. Dari Abu
Khoolid Al-Ahmar, ia berkata: Aku melihat Sufyan bin Sa’id [Ats-Tsauri, wafat
161 H] setelah ia meninggal, lalu aku bertanya: “Abu Abdilloh, bagaimana
keadaanmu?”
Ia
menjawab:
خَيْرُ
حَالٍ، اسْتَرَحْتُ مِنْ هُمُومِ الدُّنْيَا، وَأَفْضَيْتُ إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ
“Keadaan
yang terbaik. Aku telah beristirahat dari kesempitan dunia, dan sekarang aku
menuju rohmat Alloh.” (Hasan)
[8] Wasiat untuk Mengurangi
Pergaulan dengan Manusia
10. Dari
Sufyan bin ‘Uyainah, ia berkata:
رَأَيْتُ
سُفْيَانَ الثَّوْرِيَّ فِي النَّوْمِ كَأَنَّهُ مَائِلٌ، فَقُلْتُ لَهُ: أَوْصِنِي،
قَالَ: أَقْلِلْ مِنْ مَعْرِفَةِ النَّاسِ
“Aku
melihat Sufyan Ats-Tsauri [wafat 161 H] dalam tidur seolah-olah ia miring, lalu
aku berkata kepadanya: ‘Berilah aku wasiat.’ Ia menjawab: ‘Kurangilah pergaulan
dengan manusia.’” (Shohih)
[9] Timbangan Amal dan Kebaikan
Seekor Kuda
11. Dari
Abu Qobil, ia berkata:
كُنْتُ
فِي رِبَاطٍ فَنَفَقَتْ لِي فَرَسُ ابْنِي، فَأَقَمْتُ بَعْدَ ذَلِكَ سِنِينَ ثُمَّ
رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ أَنَّهُ أُتِيَ بِي إِلَى مِيزَانِي، فَأُدْخِلْتُ فِي كِفَّةٍ
فَتَثَاقَلَ بِي الْمِيزَانُ فَكُتِبَ أُجْرِيَ فَإِذَا فَرَسِي بِعَيْنِهِ أَعْرِفُهَا
أُدْخِلَتْ مَعِي فِي كِفَّةِ الْمِيزَانِ فَرَجَحَتْ
“Aku sedang
berada di benteng pertahanan perang, lalu kuda milik anakku mati. Setelah itu
aku tinggal di sana selama bertahun-tahun. Kemudian aku melihat dalam mimpi
bahwa aku dibawa ke timbanganku, lalu aku dimasukkan ke dalam satu sisi
timbangan, dan timbangan itu terasa berat denganku, maka pahalaku pun dicatat.
Tiba-tiba, kudaku yang mati itu, aku mengenalnya betul, dimasukkan bersamaku di
sisi timbangan itu, dan ia membuat timbangan itu menjadi lebih berat.” (Hasan)
[10] Keutamaan Sholat Malam
12. Dari
Nafi’, ia berkata: Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma bermimpi, seolah-olah
ia dibawa pergi, lalu ia bertemu dengan seorang Malaikat. Malaikat itu berkata
(kepada temannya):
لَنْ
تُرَاعَ، دَعْهُ، نِعْمَ الرَّجُلُ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ
“Jangan
takut, biarkan dia. Dia adalah lelaki yang baik, seandainya saja ia mau Sholat
di waktu malam.”
Nafi’
berkata:
فَكَانَ
عَبْدُ اللَّهِ يُطِيلُ الصَّلَاةَ بِاللَّيْلِ
“Maka sejak
saat itu Abdulloh [bin Umar] rodhiyallahu ‘anhuma memperpanjang Sholatnya
di malam hari.” (Hasan dan Hadits shohih)
13. Dari
Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:
رَأَيْتُ
فِي النَّوْمِ كَأَنَّهُ انْطُلِقَ بِي إِلَى النَّارِ فَرَأَيْتُ جَهَنَّمَ لَهَا
قُرُونٌ كَقُرُونِ الْبَقَرِ، وَرَأَيْتُ رِجَالًا مُعَلَّقِينَ بِالسَّلَاسِلِ أَعْرِفُهُمْ
“Aku
bermimpi seolah-olah aku dibawa pergi ke Neraka, aku melihat Jahannam memiliki
tanduk seperti tanduk sapi. Aku juga melihat para lelaki digantung dengan
rantai, dan aku mengenal mereka.” (Shohih)
[11] Kabar Gembira untuk Penghuni
Jannah
14. Dari
Mahdi bin Maimun, ia berkata:
رَأَيْتُ
لَيْلَةَ مَاتَ مَالِكُ بْنُ دِينَارٍ كَأَنَّ مُنَادِيًا يُنَادِي: أَلَا إِنَّ مَالِكَ
بْنَ دِينَارٍ أَصْبَحَ مِنْ سُكَّانِ الْجَنَّةِ
“Pada malam
Malik bin Dinar [wafat 131 H] meninggal, aku bermimpi seolah-olah ada penyeru
yang berseru: ‘Ketahuilah, Malik bin Dinar telah menjadi salah satu penghuni
Jannah!” (Hasan)
15. Dari
Mahdi bin Maimun, ia berkata:
رَأَيْتُ
لَيْلَةَ مَاتَ بُدَيْلٌ الْعُقَيْلِيُّ كَأَنَّ قَائِلًا يَقُولُ: أَلَا إِنَّ بُدَيْلًا
الْعُقَيْلِيَّ أَصْبَحَ مِنْ سُكَّانِ الْجَنَّةِ
“Pada malam
Budail Al-‘Uqoili meninggal, aku bermimpi seolah-olah ada yang berkata: ‘Ketahuilah,
Budail Al-‘Uqoili telah menjadi salah satu penghuni Jannah!” (Hasan)
[12] Makna Dunia Dalam Mimpi
16. Dari
Hisyam, dari Al-‘Ala’ bin Ziyad Al-‘Adawi, ia berkata: Aku melihat seorang
wanita tua yang matanya rabun, ia memegangiku. Aku berkata: “Aku berlindung
kepada Alloh dari kejahatanmu!” Wanita itu berkata:
لَا وَاللَّهِ
لَا يُعِيذُكَ مِنْ شَرِّيَ حَتَّى تَتْرُكَ الدِّرْهَمَ
“Tidak,
demi Alloh, Dia tidak akan melindungimu dari kejahatanku sampai kamu
meninggalkan dirham.”
Aku
bertanya:
وَمَنْ
أَنْتِ؟
“Siapa kamu?”
Ia menjawab:
أَنَا
الدُّنْيَا
“Aku adalah
dunia.”
Hisyam
berkata: “Maka [Al-‘Ala’] menyedekahkan sebagian harta yang ada di tangannya.” (Hasan)
17. Dari
Sufyan, ia berkata: Abu Bakar bin ‘Ayyasy berkata kepadaku:
رَأَيْتُ
الدُّنْيَا عَجُوزًا مُشَوَّهَةً شَمْطَاءَ
“Aku
melihat dunia sebagai seorang wanita tua yang buruk rupa dan beruban.” (Shohih)
[13] Berkah Ziarah dan Perintah
Khusus dari Nabi ﷺ
18. Dari
Muhammad bin Fudhoil, ia berkata:
رَأَيْتُ
النَّبِيَّ ﷺ فِي النَّوْمِ وَهُوَ يَقُولُ: زُورُوا عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ عَوْنٍ فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ، أَوْ أَنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
Aku melihat
Nabi ﷺ
dalam tidur, dan beliau bersabda: “Kunjungi Abdulloh bin ‘Aun, karena Alloh
mencintainya, atau karena ia mencintai Alloh dan Rosul-Nya.” (Hasan)
19. Dari
Roqobah bin Mashqolah, ia berkata: Aku melihat Nabi ﷺ dalam tidur, lalu aku
membacakan di hadapan beliau (ayat): “Qoolatil a’robu aammanna”
(Kaum Badui berkata: Kami telah beriman). Beliau bersabda:
لَا تَقُلْ
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَّنَّا، قُلْ: ﴿قَالَتِ
الْأَعْرَابُ آمَنَّا﴾
“Jangan kamu katakan demikian tetapi katakan Qoolatil a’robu aamanna.”
[Al-Hujurot: 14]. (Hasan)
[14] Malaikat Terganggu dengan
Bawang
20. Dari
Sufyan, ia berkata:
رَأَيْتُ
النَّبِيَّ ﷺ فِي النَّوْمِ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ
مَا تَقُولُ فِي الْبَصَلِ وَالثُّومِ؟ قَالَ: الْمَلَائِكَةَ تَتَأَذَّى بِهِمَا
Aku melihat
Nabi ﷺ
dalam tidur, lalu aku berkata: “Wahai Rosululloh ﷺ, apa pendapatmu tentang
bawang merah dan bawang putih?” Beliau menjawab: “Malaikat merasa terganggu
oleh keduanya.” (Shohih)
[15] Mimpi Mengenai Umar bin Abdul
Aziz
21. Dari
Abu Hasyim, pemilik buah delima, bahwasanya ada seorang lelaki datang kepada
Umar bin Abdul Aziz (wafat 101 H) lalu berkata: “Aku bermimpi melihat Nabi ﷺ dan Bani Hasyim sedang mengadukan kebutuhan
mereka kepada beliau.” Beliau ﷺ
bersabda:
فَأَيْنَ
عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ؟
“Lalu di
manakah Umar bin Abdul Aziz?” (Hasan)
22. Dari
Abu Hasyim, bahwasanya ada seorang lelaki datang kepada Umar bin Abdul Aziz
lalu berkata: “Aku bermimpi melihat Nabi ﷺ, sementara Abu Bakar ada di sebelah kanan beliau, dan Umar ada
di sebelah kiri beliau. Kemudian datanglah dua orang lelaki yang sedang
berselisih, dan kamu (Umar bin Abdul Aziz) sedang duduk di hadapan beliau. Lalu
beliau berkata kepadamu:
يَا عُمَرُ
إِذَا عَمِلْتَ فَاعْمَلْ بِعَمَلِ كُلٍّ مِنْ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
“Wahai Umar
(bin Abdul Aziz), jika kamu berbuat, maka berbuatlah dengan perbuatan Abu Bakar
dan Umar.’”
Umar (bin
Abdul Aziz) meminta lelaki itu bersumpah demi Alloh:
أَرَأَيْتَ
هَذِهِ الرُّؤْيَا؟
“Apakah
kamu melihat mimpi ini?”
Lelaki itu
pun bersumpah, maka Umar menangis. (Hasan)
23. Dari
Umar bin Abdul Aziz, ia berkata:
رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ ﷺ، وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ جَالِسَانِ عِنْدَهُ،
فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ وَجَلَسْتُ فَبَيْنَا أَنَا جَالِسٌ إِذْ أُتِيَ بِعَلِيٍّ، وَمُعَاوِيَةَ
فَأُدْخِلَا بَيْتًا وَأُجِيفَ عَلَيْهِمَا الْبَابُ، وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِمَا،
فَمَا كَانَ بِأَسْرَعَ أَنْ خَرَجَ عَلِيٌّ وَهُوَ يَقُولُ: قُضِيَ لِي وَرَبِّ الْكَعْبَةِ،
وَمَا كَانَ بِأَسْرَعَ أَنْ خَرَجَ مُعَاوِيَةُ عَلَى إِثْرِهِ وَهُوَ يَقُولُ: غُفِرَ
لِي وَرَبِّ الْكَعْبَةِ
“Aku
melihat Rosululloh ﷺ,
sementara Abu Bakar dan Umar sedang duduk di sisi beliau. Aku mengucapkan salam
kepada beliau lalu aku duduk. Ketika aku sedang duduk, tiba-tiba didatangkan
Ali dan Mu’awiyah, lalu keduanya dimasukkan ke dalam sebuah rumah dan pintunya
dikunci. Aku mengawasi keduanya. Tidak lama kemudian, Ali keluar sambil
berkata: “Aku dinyatakan benar demi Robb Ka’bah!” tidak lama setelah itu, Mu’awiyah keluar mengikutinya sambil
berkata: “Aku telah diampuni demi Robb Ka’bah!” (Hasan)
[16] Darah Al-Husain dan Para
Shohabatnya dalam Mimpi
24. Dari
Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Aku bermimpi melihat
Rosululloh ﷺ
dalam keadaan rambutnya kusut dan berdebu, di tangan beliau ada dua botol kecil
berisi darah. Aku bertanya: “Wahai Rosululloh ﷺ, apa ini?” Beliau menjawab:
دَمُ
الْحُسَيْنِ وَأَصْحَابِهِ لَمْ أَزَلْ أَلْتَقِطُهُ مُنْذُ الْيَوْمَ
“Darah
Al-Husain [wafat 61 H] dan para Shohabatnya. Aku terus memungutnya sejak hari
ini.”
Ibnu ‘Abbas
berkata: Maka mereka memperhatikan, ternyata Al-Husain telah terbunuh pada hari
itu juga. (Hasan)
[17] Kabar Gembira untuk Al-Hasan
Al-Bashri
25. Dari
Ishaq bin Ar-Robi’ Abu Hamzah Al-‘Aththor, ia berkata: Ketika aku berada di
sisi Al-Hasan [Al-Bashri, wafat 110 H], tiba-tiba datang seorang lelaki lalu
berkata: “Wahai Abu Sa’id, tadi malam dalam tidurku, aku melihat Nabi ﷺ berada di sisi Marjiyyah Bani
Sulaim, bersama beberapa orang. kamu
mengenakan jubah dari kain bergaris-garis.” Lalu dikatakan: “Wahai Rosululloh ﷺ, itu Al-Hasan datang!” Beliau
bersabda:
قُولُوا
لَهُ: أَبْشِرْ ثُمَّ أَبْشِرْ ثُمَّ أَبْشِرْ
“Katakanlah
kepadanya: ‘Bergembiralah, lalu bergembiralah, lalu bergembiralah!’”
Maka air
mata Al-Hasan menetes, dan ia berkata: “Semoga Alloh menenangkan matamu. Rosululloh
ﷺ bersabda:
مَنْ
رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي، لَيْسَ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَتَمَثَّلَ فِي صُورَتِي
‘Siapa yang
melihatku dalam mimpi, maka sungguh ia telah melihatku, setan tidak bisa menyerupai
rupaku.’” (Hasan dan Haditsnya Muttafaq ‘alaihi)
[18] Kematian Orang Bertaqwa
adalah Kehidupan
26. Dari
Abu Bakar Al-Khoyyath, ia berkata: Aku bermimpi seolah-olah aku masuk ke area
pemakaman. Tiba-tiba para penghuni kubur sedang duduk di atas kuburan mereka,
di hadapan mereka ada tanaman roiham (wewangian). Tiba-tiba aku melihat
Ma’ruf bin Abi Mahfuzh (wafat 200 H) berada di antara mereka, berjalan
mondar-mandir. Aku bertanya: “Abu Mahfuzh, apa yang Robb-mu lakukan terhadapmu?
Bukankah kamu sudah meninggal?”
Ia
menjawab: “Iya.”
Kemudian ia
bersyair:
مَوْتُ
التَّقِيِّ حَيَاةٌ لَا نَفَادَ لَهَا ... قَدْ مَاتَ قَوْمٌ وَهُمْ فِي النَّاسِ أَحْيَاءُ
“Kematian
orang bertaqwa adalah kehidupan yang tidak akan habis. Sungguh, ada kaum yang
telah meninggal, tetapi mereka tetap hidup di antara manusia.” (Hasan)
[19] Pertemuan Setelah Kematian
27. Dari
Abu Az-Zohiriyyah, ia berkata: Abdul A’la menjenguk Abdulloh bin ‘Adi bin Abi
Bilal Al-Khuz’aai. Lalu Abdul A’la berkata kepadanya: “Sampaikan salamku kepada
Rosululloh ﷺ.
jika kamu bisa menemuiku,
beritahukanlah hal itu kepadaku.”
Ummu Abdillah
adalah saudari Abu Az-Zahiriyyah, dan ia adalah istri dari Ibnu Abi Bilal.
Perempuan itu melihat suaminya dalam mimpi setelah tiga hari wafatnya. Suaminya
berkata: “Putriku akan menyusulku dalam tiga hari. Apakah kamu mengenal Abdul A’la?”
Pada hari itu Abdul A’la belum menjadi Qodhi/hakim.” Wanita itu menjawab: “Tidak.”
Suaminya berkata: “Tanyakanlah tentang dia, lalu beritahu dia bahwa aku telah
menyampaikan salamnya kepada Rosululloh ﷺ, dan beliau membalas salamnya.”
Maka wanita
itu memberitahu saudaranya, Abu Az-Zahiriyyah, dan ia menyampaikannya kepada
Abdul A’la. Kemudian Abdul A’la datang kepada wanita itu sampai ia mendengar
langsung dari wanita itu, lalu ia pun menangis. (Hasan)
[20] Wasiat untuk Memperindah
Kafan
28. Dari
Abu Qotadah rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rosululloh ﷺ bersabda:
إِذَا
وَلِيَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُحْسِنْ كَفَنَهُ، فَإِنَّهُمْ يَتَزَاوَرُونَ فِي
قُبُورِهِمْ
“Jika salah
seorang dari kalian mengurusi janazah saudaranya, hendaklah ia memperindah kain
kafannya, karena sungguh mereka akan saling mengunjungi di dalam kuburan mereka.”
(Hasan isnadnya dan Hadits shohih)
[21] Permintaan Salam kepada
Rosululloh ﷺ
29. Dari
Muhammad bin Al-Munkadir, ia berkata: Aku masuk menemui Jabir bin Abdillah rodhiyallahu
‘anhu ketika ia sedang menjelang wafat. Aku berkata:
أَقْرِئْ
رَسُولَ اللَّهِ ﷺ مِنِّي السَّلَامَ
“Sampaikan
salam dariku kepada Rosululloh ﷺ.” (Shohih)
[22] Dua Golongan yang Tidak Boleh
Digauli
30. Dari
Gholib Al-Qoththon, ia berkata: Aku melihat Malik bin Dinar (wafat 131 H) dalam
mimpi, mengenakan pakaian seperti yang biasa ia kenakan di Masjidnya. Ia
berkata:
صِنْفَانِ
مِنَ النَّاسِ لَا تُجَالِسُوهُمَا: صَاحِبُ دُنْيَا مُتْرَفٌ فِيهَا وَصَاحِبُ بِدْعَةٍ
قَدْ غَلَا فِيهَا
“Ada dua
golongan manusia yang janganlah kalian gauli: orang yang punya dunia dan
bermewah-mewah di dalamnya, dan orang pelaku bid’ah yang berlebihan di dalamnya.”
Kemudian Malik
berkata: “Hadits ini diceritakan kepadaku oleh Hakim,” yaitu seorang lelaki
yang biasa duduk bersamanya, namanya Hakim. Seolah-olah ia ada bersama kami
dalam halaqoh (majelis). Aku bertanya: “Hai Hakim, kamu yang menceritakan
Hadits ini kepada Malik?”
Ia menjawab:
“Iya.”
Aku
bertanya: “Dari siapa itu?” Ia menjawab:
عَنِ
الْمَقَابِعِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Dari sekelompok
ulama kaum Muslimin.” (Hasan)
[23] Meninggalkan Hal yang Tidak
Bermanfaat
31. Dari Sa’id
bin ‘Amir, ia berkata: Dahulu Gholib Al-Qoththon berdoa:
اللَّهُمَّ
الشَّيْءَ الَّذِي لَا يَضُرُّكَ وَيَنْفَعُنَا أَصِبْنَا بِهِ
“Ya Alloh,
karuniakanlah kepada kami sesuatu yang tidak merugikan-Mu dan bermanfaat bagi
kami.”
Ia berkata:
Lalu aku bermimpi, ada suara yang berkata:
الشَّيْءُ
الَّذِي لَا يَضُرُّكَ وَلَا يَنْفَعُكَ فَدَعْهُ
“Sesuatu
yang tidak merugikanmu dan tidak juga bermanfaat bagimu, maka tinggalkanlah ia.”
(Shohih)
[24] Balasan Bagi Wanita yang
Tabarruj dan Lelaki yang Bersegera Menuju Jum’at
32. Dari
Tsabit Al-Bunani, ia berkata: Seorang lelaki bermimpi seolah-olah manusia
dihadapkan kepada Alloh ‘Azza wa Jalla. Lalu didatangkan seorang wanita
yang mengenakan pakaian tipis (isyarat dulu ia tabarruj). Alloh ‘Azza wa
Jalla menutupi diri-Nya darinya (yakni mengabaikannya). Kemudian
didatangkan seorang lelaki, lalu Alloh berfirman:
خَلُّوا
عَنْهُ فَإِنَّهُ كَانَ فِي الدُّنْيَا مِنَ الْمُبَكِّرِينَ إِلَى الْجُمُعَاتِ
“Biarkan
dia lewat, karena sungguh di dunia dahulu ia termasuk orang yang bersegera
menuju Sholat Jum’at.” (Hasan)
[25] Pahala Diberikan Secara Penuh
33. Dari ‘Utbah
bin Dhomroh, dari ayahnya, ia berkata:
لَقِيتُ
عَمَّتِي فِي الْمَنَامِ فَقُلْتُ: لَهَا كَيْفَ أَنْتِ يَا عَمَّةُ؟ قَالَتْ: أَنَا
وَاللَّهِ يَا ابْنَ أَخِي بِخَيْرٍ، وَقَدْ وُفِّيتُ عَمَلِي حَتَّى أُعْطِيتُ ثَوَابَ
أَخْلَاطٍ أَطْعَمْتُهُ، قَالَ: خَلْطُ اللَّبَنِ بِالْبَقْلِ
Aku bertemu
bibiku dalam mimpi, lalu aku bertanya kepadanya: “Bagaimana keadaanmu, wahai
bibi?” Ia menjawab: “Demi Alloh, wahai keponakanku, aku dalam keadaan baik. sungguh, amalanku telah diberikan
sempurna kepadaku, bahkan sampai aku diberi pahala dari adonan makanan yang aku
sedekahkan.” [Rowi] berkata: “Maksudnya adalah adonan susu yang dicampur dengan
sayuran.” (Hasan)
[26] Amalan yang Paling Utama
34. Dari
Kholid bin Wardan, ia berkata: Aku melihat ‘Amir bin Abi Hafsh [yaitu Abu Sa’id
bin ‘Amir] dalam mimpi. Aku bertanya: “Apa yang Alloh lakukan terhadapmu?”
Ia
menjawab:
خَيْرًا
“Kebaikan.”
Aku
bertanya: “Amalan apa yang kamu dapati paling utama?” Ia menjawab:
كُلُّ
شَيْءٍ أُرِيدَ بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Segala
sesuatu yang ditujukan untuk mengharap Wajah Alloh ‘Azza wa Jalla.” (Isnadnya
la ba’sa bihi)
[27] Keutamaan Orang yang Umroh
35. Dari
Abdul Malik, ia berkata: Aku melihat Kholid setelah ia meninggal. Aku bertanya:
“Apa yang kamu lakukan?”
Ia
menjawab:
خَيْرًا
“Kebaikan.”
Aku
bertanya: “Apakah kamu mengharapkan sesuatu untuk orang yang bersalah?” Ia menjawab:
تُلْتَمَسُ
عِلْمَ تَسْبِيحَاتِ الْمُعْتَمِرِ، نِعْمَ الشَّيْءُ
“Carilah
ilmu tentang bacaan tasbih orang yang melakukan ‘Umroh. Itu adalah sesuatu yang
terbaik.” (Hasan)
[28] Kemuliaan
Bagi Orang Sholih
36. Dari
Al-Mutsanna bin Sa’id, ia berkata: Ketika ‘Aisyah bintu Tholhah [wafat 110 H]
datang ke Bashroh, seorang lelaki mendatanginya lalu bertanya: “Apakah kamu ‘Aisyah
bintu Tholhah?”
Ia
menjawab: “Iya.”
Lelaki itu
berkata: “Sungguh aku melihat Tholhah bin ‘Ubaidillah rodhiyallahu ‘anhu
[wafat 36 H], lalu ia berkata: ‘Katakan kepada ‘Aisyah agar memindahkanku dari
tempat ini, karena sungguh udara dingin telah menggangguku.’”
Maka ‘Aisyah
naik kendaraan bersama para pelayan dan pengiringnya. Mereka membangun tenda di
atas kuburnya lalu menggali (kuburnya). Tidak ada yang berubah pada jasadnya
kecuali beberapa helai rambut di salah satu sisi janggutnya, sampai ia
dipindahkan ke tempatnya yang sekarang. Padahal waktu antara [kematiannya dan
peristiwa ini] adalah 80 sekian tahun. (Hasan)
[29] Peringatan untuk Orang-Orang
yang Menyerupai Yahudi
37. Dari
Farqod As-Sabakhi, ia berkata: Ada sesuatu yang mendatangiku tiga kali dalam
satu malam, seolah-olah seorang penyeru berkata:
يَا أَشْبَاهَ
الْيَهُودِ الَّذِينَ إِذَا ابْتُلُوا لَمْ يَصْبِرُوا، وَإِذَا أُعْطُوا لَمْ يَشْكُرُوا
أَيُّ خَيْرٍ فِيكُمْ بَعْدَ الْعَذَابِ
“Wahai
orang-orang yang menyerupai Yahudi, yang jika diuji tidak bersabar, dan jika
diberi tidak bersyukur! Kebaikan apa yang ada pada diri kalian setelah adzab?” (Dho’if
dan Atsarnya Hasan)
38. Dari
Sayyar, ia berkata: Aku sedang duduk di sisi sebagian ‘Ulama, lalu aku pulang
dari sisinya.
فَرَأَيْتُ
فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ قَائِلًا يَقُولُ: قَوْلُهُمْ شِفَاءٌ يُبْرِئُ الدَّاءَ، وَأَعْمَالُهُمْ
دَاءٌ لَا يُبْرِئُهُ الدَّوَاءُ
Aku
bermimpi seolah-olah ada suara yang berkata: “Ucapan mereka adalah obat yang
menyembuhkan penyakit, tetapi perbuatan mereka adalah penyakit yang tidak dapat
disembuhkan oleh obat.” (Hasan)
39. Dari
Abu ‘Ubaidah Al-Bashri, ia berkata: Aku melihat dalam mimpiku seorang lelaki
berkata:
ابْتَعِدْ
عَنِ الْمَثَالِبِ وَاجْهَدْ أَنَّ تُنْسَبَ لِنَفْسِكَ الْمَنَاقِبُ، ارْبَعْ عَلَى
نَفْسِكَ وَانْظُرْ مَا سُتِرَ عَلَيْكَ
“Jauhilah
aib-aib, dan berusahalah agar terpuji bagimu kebaikan-kebaikan. Bersikap
tenanglah pada dirimu dan perhatikanlah apa yang ditutupi (aibmu) oleh Alloh.” (Hasan)
[30] Balasan karena Kecintaan
kepada Hamba Alloh
40. Dari
Muhammad [ibnul Mufadhdhol], ia berkata: Aku melihat Manshur bin ‘Ammar (wafat
224 H) dalam mimpi. Aku bertanya: “Wahai Abu Katsir, apa yang Robb-mu lakukan
terhadapmu?”
Ia
menjawab:
خَيْرًا
“Kebaikan.”
Aku
bertanya: “Karena apa?” Ia menjawab:
قَالَ:
بِمَا كُنْتَ تُحَبِّبُنِي إِلَى عِبَادِي
“Dia
berfirman: ‘Karena engkau menjadikan hamba-hamba-Ku mencintai-Ku.” (Hasan
dan Atsar shohih)
[31] Yunus bin ‘Ubaid Bersama
Bidadari Jannah
41. Dari
Al-Ashma’i, ia berkata: Aku melihat salah seorang penduduk Bashroh dari
kalangan murid-murid Yunus bin ‘Ubaid (wafat 139 H), sementara ia telah
meninggal. Aku bertanya: “Dari mana kamu datang?”
Ia
menjawab:
مِنْ
عِنْدِ يُونُسَ الطَّبِيبِ
“Dari sisi
Yunus Ath-Thobib.”
Aku
bertanya:
مَنْ
يُونُسُ الطَّبِيبُ؟
“Siapa
Yunus Ath-Thobib?”
Ia
menjawab:
الْفَقِيهُ
اللَّبِيبُ
“Al-Faqih
(ahli fiqh) yang cerdas.”
Aku
bertanya:
ابْنُ
عُبَيْدٍ؟
“Ibnu ‘Ubaid?”
Ia
menjawab: “Iya.”
Aku
bertanya: “Di mana dia?”
Ia
menjawab:
فِي مَجَالِسَ
الْأُرْجُوَانِ مَعَ الْحُورِ الْعِينِ وَالْأَبْكَارِ قَرَّتْ عَيْنَاهُ بِصِحَّةِ
تَقْوَاهُ
“Di
majelis-majelis urjuwan (warna merah tua, mewah) bersama para Huurul ‘Iin
dan para gadis. Matanya bahagia karena ketakwaannya yang benar.” (Hasan)
42. Dari
Thowus (wafat 106 H), ia berkata:
مَا مِنْ
دِرْهَمٍ يُعْدَلُ إِلَيَّ مِنْ دِرْهَمٍ فِي يَدَيْهِ قَالَ: وَذَكَرَ أَنَّ رَجُلًا
قَالَ: أَهْدَيْتُ بَدَنَةً عَجْفَاءَ فَرَأَيْتُ النَّاسَ كُلَّهُمْ [...] بُدْنُهُمْ
وَرَأَيْتُنِي عَلَى يَدِي، فَكَانَ النَّاسُ يَمُرُّونَ فَيَطَؤُنِي وَرَكِبْتُ كُلَّمَا
حَرَّكَتْهَا رَغْبَةٌ لِي
“Aku tidak
mendapatkan satu dirham pun sebagai balasan yang benar-benar sebanding dengan
dirham yang dulu pernah aku keluarkan,” katanya. Lalu ia menceritakan kisah
seorang lelaki yang berkata, “Dulu aku pernah mempersembahkan seekor unta
kurban, tetapi unta itu kurus dan tidak layak. Dalam mimpiku aku melihat
orang-orang datang dengan unta-unta kurban mereka yang semuanya gemuk dan kuat,
sementara aku hanya melihat diriku menuntun unta kurusku. Orang-orang lewat dan
menginjakku karena aku tidak memiliki tunggangan yang pantas. Setiap kali unta
itu bergerak sedikit, aku mencoba menaikinya dengan harapan ia bisa membawaku,
tetapi ia terlalu lemah—sebagaimana lemahnya niatku ketika dulu aku
memberikannya.” (Shohih)
[32] Tali di Langit
43. Dari Ibrohim
bin Al-Mundzir bin Abdulloh Al-Hizami, ia berkata:
رَأَيْتُ
الضَّحَّاكَ بْنَ عُثْمَانَ فِي النَّوْمِ فَقُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ مَا فَعَلَ
اللَّهُ بِكَ؟ قَالَ: فِي السَّمَاءِ تَمَارِيدُ، مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
تَعَلَّقَ بِهَا، وَمَنْ لَمْ يَقُلْهَا هَوَى
Aku melihat
Adh-Dhohhak bin ‘Utsman dalam tidur. Aku bertanya: “Wahai Abu Muhammad, apa
yang Alloh lakukan terhadapmu?” Ia menjawab: “Di langit ada tali-tali (tamarid).
Siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illalloh, ia akan berpegangan pada
tali itu, dan siapa yang tidak mengucapkannya, ia akan jatuh.” (Hasan)
[33] Ma’rifah (Mengenal Alloh)
adalah Amalan Terbaik
44. Dari
Isma’il bin Abdulloh bin Maimun, ia berkata: Aku melihat Muhammad bin ‘Imron
bin Muhammad bin Abi Laila (wafat sebelum ayahnya) yang merupakan seorang yang
utama, dalam mimpi. Aku bertanya kepadanya: “Amalan apa yang kamu dapati paling
utama?”
Ia
menjawab:
الْمَعْرِفَةُ
“Ma’rifah
(mengenal Alloh).”
Aku
bertanya: “Apa pendapatmu tentang seseorang yang mengatakan Haddatsanaa
(telah menceritakan kepada kami) atau Akhbaronaa (telah mengabarkan
kepada kami)?”
Ia
menjawab:
إِنِّي
أَبْغَضُ الْمُبَاهَاةَ
“Sungguh,
aku membenci pamer/berbangga diri.” (Hasan)
[34] Berlindung dari Fitnah
45. Dari
Abdulloh bin ‘Amir, ia berkata: ‘Amir bin Robi’ah rodhiyallahu ‘anhu
berdiri untuk Sholat di malam hari, yaitu ketika orang-orang berusaha mencela ‘Utsman
rodhiyallahu ‘anhu. Maka ia Sholat di malam hari lalu tidur. Kemudian ia
bermimpi, dan dikatakan kepadanya:
قُمْ
فَاسْأَلِ اللَّهَ أَنْ يُعِيذَكَ مِنَ الْفِتْنَةِ الَّتِي أَعَاذَ مِنْهَا صَالِحَ
عِبَادِهِ
“Bangunlah,
lalu mintalah kepada Alloh agar Dia melindungimu dari fitnah yang Dia lindungi
darinya hamba-hamba-Nya yang sholih.”
Maka ia pun
bangun lalu Sholat, kemudian ia sakit, dan ia tidak pernah keluar lagi kecuali
untuk (mengantar) janazah. (Shohih)
[35] Wasiat Nabi ﷺ
dalam Mimpi
46. Dari
Jarir rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
رَأَيْتُ
النَّبِيَّ ﷺ فِي الْمَنَامِ فَأَخَذَ بِيَدِي فَقُلْتُ:
رَسُولَ اللَّهِ أَكُنْتَ أَوْصَيْتَ النَّاسَ بِأَهْلِكَ؟ قَالَ: نَعَمْ، قُلْتُ:
هَلْ أَوْصَيْتَ أَهْلَكَ بِالنَّاسِ؟ قَالَ: نَعَمْ
Aku melihat
Nabi ﷺ
dalam mimpi, lalu beliau memegang tanganku. Aku berkata: “Rosululloh ﷺ, apakah engkau berwasiat
kepada manusia tentang keluargamu?” Beliau menjawab: “Iya.” Aku bertanya: “Apakah
engkau berwasiat kepada keluargamu tentang manusia?” Beliau menjawab: “Iya.” (Hasan)
[36] Balasan Bagi Pencaci Dua
Syaikh
47. Dari
Abu Bakar Ash-Shoirofi, ia berkata:
مَاتَ
رَجُلٌ كَانَ يَشْتِمُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَيَرَى رَأْيَ جَهْمٍ: فَأُرِيَهُ رَجُلٌ
فِي النَّوْمِ كَأَنَّهُ عُرْيَانٌ عَلَى رَأْسِهِ خَرَقٌ سَوْدَاءُ وَعَلَى عَوْرَتِهِ
أُخْرَى، فَقَالَ: مَا فَعَلَ اللَّهُ بِكَ؟ قَالَ: جَعَلَنِي مَعَ بَكْرٍ الْقَيْسِيِّ
وَعَوْنِ بْنِ الْأَعْسَرِ، وَهُمَا نَصْرَانِيَّانِ
“Ada
seorang lelaki meninggal yang dahulu suka mencaci Abu Bakar dan Umar, dan ia
berpendapat seperti pendapat Jahm [bin Shofwan, wafat 128 H]. Lalu seorang
lelaki melihatnya dalam mimpi, seolah-olah ia telanjang, di atas kepalanya ada
kain hitam, dan di atas kemaluannya ada kain lain. Lelaki itu bertanya: “Apa
yang Alloh lakukan terhadapmu?” Ia menjawab: “Dia menjadikan aku bersama Bakr
Al-Qoisiyi dan ‘Aun bin Al-A’sar, dan keduanya adalah Nashroni (Kristen).” (Shohih)
[37] Syair yang Diriwayatkan dan
Dihafal Dalam Tidur
48. Dari
Muhammad bin Al-Husain, ia berkata: Aku bermimpi seolah-olah ada suara yang
membacakan syair kepadaku, lalu aku menghafalnya:
قَصْرٌ
فِي الْخُلْدِ مِنْ لُؤْلُؤٍ ... لِعَبْدٍ بِدُنْيَاهُ لَمْ يَرْتَفِعْ
“Istana di
keabadian yang terbuat dari mutiara... untuk hamba yang tidak membanggakan
dunianya.” (Hasan)
49. Dari
Masma’ bin ‘Ashim, ia berkata: Robi’ah (Al-’Adawiyyah, wafat 185 H), semoga
Alloh merohmatinya, berkata kepadaku:
اعْتَلَلْتُ
عِلَّةً مَنَعَتْنِي عَنِ التَّهَجُّدِ، فَرَأَيْتُ فِي النَّوْمِ كَأَنَّ قَائِلًا
يَقُولُ: صَلَاتُكِ نُورٌ وَالْعِبَادُ رُقُودُ ... وَنَوْمُكِ ضِدٌّ لِلصَّلَاةِ عَمِيدُ
وَعُمْرُكِ غَنْمٌ إِنْ عَقَلْتِ وَمُهْلَةٌ ... يَسِيرُ وَيَفْنَى دَائِبٌ وَيُبِيدُ
ثُمَّ غَابَ مِنْ بَيْنِ عَيْنَيَّ وَاسْتَيْقَظْتُ بِنِدَاءِ الْفَجْرِ
Aku sakit
yang menghalangiku dari Sholat Tahajjud. Lalu aku bermimpi, seolah-olah ada
yang berkata: “Sholatmu adalah cahaya sementara para hamba sedang tidur... tidurmu adalah kebalikan dari Sholat,
yaitu penghalang. umurmu adalah
harta rampasan jika kamu berakal, dan ia adalah tenggat waktu... Berjalan dan
binasa, terus-menerus dan hilang”. Kemudian ia menghilang dari pandanganku, dan
aku terbangun karena seruan adzan Sholat Fajar.” (Shohih)
50. Dari
Ishaq bin Miror Abu ‘Amr, ia berkata: Anakku Muhammad meninggal, lalu aku
melihatnya dalam mimpi. Aku berkata: “Aku selalu mengenalmu (hai anakku) sebagai
orang yang boros (musrif), kamu melakukan ini dan itu.” Lalu ia berkata:
أَيَا
رَبِّ إِنْ تَغْفِرْ فَإِنَّكَ أَهْلُهُ ... وَإِنْ تَكُنِ الْأُخْرَى فَإِنِّي مُجْزَهُ
“Wahai
Robb-ku, jika Engkau mengampuni, maka Engkau memang layak untuk itu... jika yang terjadi adalah yang lain
(adzab), maka sungguh aku akan dibalas setimpal.”
Ia berkata:
Lalu seorang tua dari sudut rumah berkata kepadaku (dalam mimpi): “Anakmu lebih
paham fiqh daripada kamu.” (Hasan)
51. Dari
Abu Al-Yaqzhon, ia berkata:
تَزَوَّجَ
رَجُلٌ امْرَأَةً فَعَاهَدَ كُلُّ وَاحِدٍ صَاحِبَهُ: أَيُّهُمَا مَاتَ لَا يَتَزَوَّجُ
الْآخَرُ بَعْدَهُ، فَمَاتَ الرَّجُلُ فَلَمَّا انْقَضَتْ عِدَّةُ الْمَرْأَةِ أَتَاهَا
النِّسَاءُ فَلَمْ يَزَلْنَ بِهَا حَتَّى تَزَوَّجَتْ فَلَمَّا كَانَ لَيْلَةُ بِنَائِهَا
فَإِذَا هِيَ بِآخِذٍ قَدْ أَخَذَ عِضَادَتَيِ الْبَابِ فَقَالَ: مَا أَسْرَعَ مَا
نَسِيتِ يَا رَبَابُ ثُمَّ قَالَ: حَيَّيْتُ سَاكِنَ هَذَا الدَّارِ كُلَّهُمْ ...
إِلَّا الرَّبَابَ فَإِنِّي لَا أُحَيِّيهَا أَمْسَتْ عَرُوسًا وَأَمْسَى مَنْزِلِي
جَدَثًا ... إِنَّ الْقُبُورَ تُوَارِي مَنْ يُوَافِيهَا قَالَ: فَانْتَبَهَتْ فَزِعًا
فَقَالَتْ: وَاللَّهِ لَا تَجْتَمِعُ رَأْسِي وَرَأْسُكَ أَبَدًا، فَخَالَعَتْ زَوْجَهَا
Seorang lelaki menikahi seorang wanita, dan masing-masing
berjanji kepada pasangannya: siapa pun yang meninggal, yang lain tidak akan
menikah lagi setelahnya. Kemudian lelaki itu meninggal. Setelah masa ‘iddah
wanita itu selesai, para wanita mendatanginya dan terus-menerus membujuknya
hingga ia menikah lagi. Ketika tiba malam bina’iha (malam pertama
pernikahannya), tiba-tiba ia didatangi oleh seseorang yang memegang kedua sisi
pintu, lalu berkata: “Alangkah cepatnya kamu melupakan, wahai Robab!” Kemudian lelaki tersebut bersyair: “Aku
menyalami semua penghuni rumah ini... Kecuali Robab, sungguh aku tidak
menyalaminya. Ia menjadi pengantin wanita, sementara rumahku menjadi liang
kubur... Sesungguhnya kuburan menyembunyikan siapa pun yang mengunjunginya.”
Wanita itu mengatakan bahwa ia terbangun dalam keadaan ketakutan, lalu berkata
(kepada suami barunya): “Demi Alloh, kepalaku dan kepalamu tidak akan pernah
berkumpul selamanya.” Lalu ia meminta cerai dari suaminya.” (Hasan)
52. Dari
Murojja’ bin Waddah, ia berkata: ‘Athok As-Sulaimi berkata:
كُنْتُ
أَشْتَهِي الْمَوْتَ وَأَتَمَّناهُ فَأَتَانِي آتٍ فِي مَنَامِي فَقَالَ: يَا عَطَاءُ
أَتَتَمَنَّى الْمَوْتَ؟ فَقُلْتُ: إِنَّ ذَاكَ، قَالَ: فَتَقَلَّبَ فِي وَجْهِي، ثُمَّ
قَالَ: لَوْ عَرَفْتَ شِدَّةَ الْمَوْتِ وَكَرْبَهُ حَتَّى يُخَالِطَ قَلْبَكَ مَعْرِفَتُهُ
لَطَارَ نَوْمُكَ أَيَّامَ حَيَاتِكَ وَلَذَهَلَ عَقْلُكَ حَتَّى تَمْشِيَ فِي النَّاسِ
وَالِهًا، قَالَ عَطَاءٌ: طُوبَى لِمَنْ نَفَعَهُ عَيْشُهُ، فَكَانَ طُولُ عُمْرِهِ
زِيَادَةً فِي عَمَلِهِ، مَا أَرَى عَطَاءً كَذَلِكَ، ثُمَّ بَكَى
Dahulu aku
sangat ingin mati dan mengharapkannya. Lalu datanglah seseorang kepadaku dalam
mimpiku, lalu berkata: “Wahai ‘Atho, apakah kamu mengharapkan kematian?” Aku
menjawab: “Iya.” Lalu ia membolak-balik wajahku, kemudian berkata: “Seandainya
kamu tahu betapa dahsyatnya kematian dan kesulitan yang menyertainya, sampai
pengetahuan tentangnya memenuhi hatimu, niscaya tidurmu akan hilang selama
hidupmu, dan akalmu akan bingung sehingga kamu berjalan di tengah manusia dalam
keadaan linglung.” ‘Atho berkata: “Beruntunglah siapa yang kehidupannya
bermanfaat baginya, sehingga panjang umurnya menjadi tambahan bagi amalannya.
Aku tidak melihat ‘Atho (dirinya sendiri) seperti itu,” lalu ia menangis.” (Isnadnya
la ba’sa bihi)
53. Dari
Makhlad bin Al-Husain, ia berkata:
رَأَيْتُ
فِي الْمَنَامِ جِنَازَةً بَيْنَ يَدَيْهَا جِوَارٍ طُوَالٌ وَهُنَّ يَقُلْنَ: أَصْبَحْتُمْ
جُزُرًا لِلْمَوْتِ يَأْخُذْكُمْ ... كَمَا الْبَهَائِمُ فِي الدُّنْيَا لَكُمْ جُزُرُ
“Aku
bermimpi melihat sebuah janazah, di hadapannya ada gadis-gadis tinggi, dan
mereka berkata: ‘Kalian telah menjadi santapan kematian, ia akan mengambil
kalian... Sebagaimana binatang-binatang ternak di dunia menjadi santapan bagi
kalian.’” (Hasan)
[38] Batu-Batu Menjadi Saksi
54. Dari
Abdul ‘Aziz bin Abi Rowwad, ia berkata: “Dahulu ada seorang lelaki di daerah
pedalaman yang membuat sebuah Masjid dan meletakkan 7 buah batu di kiblatnya.
Jika ia selesai Sholat, ia berkata: ‘Wahai batu-batu, aku jadikan kalian saksi
bahwa Laa ilaaha illalloh.’ Lelaki itu sakit, lalu rohnya diangkat. Lalu
aku bermimpi bahwa ia diperintahkan ke Naar. Lalu aku melihat salah satu dari
batu-batu itu, yang aku kenal, telah membesar dan menutup pintu Jahannam darinya.
Kemudian didatangi pintu yang lain, tiba-tiba ada batu lain dari batu-batu itu,
yang aku kenal betul, telah membesar dan menutup salah satu pintu Jahannam darinya.
Hingga sisa batu-batu itu menutup pintu-pintu Jahannam darinya.” (Hasan)
[39] Biji-Biji Kurma yang
Bertasbih
55. Dari
Abdulloh bin Nafi’, ia berkata:
كَانَتِ
امْرَأَةٌ مُتَعَبِّدَةٌ لَهَا نَوًى تُسَبِّحُ اللَّهَ تَعَالَى بِهِنَّ، فَرَأَتْ
ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي مَنَامِهَا كَأَنَّ ذَلِكَ النَّوَى قَائِمٌ عَلَى سُوقِهِ ثَلَاثَ
صُفُوفٍ: الصَّفُّ الْأَوَّلُ يَقُولُ: سُبْحَانَ اللَّهِ دَائِمٌ الثَّبَاتِ، وَالثَّانِي
يَقُولُ: سُبْحَانَ مُخْرِجِ النَّبَاتِ، وَالثَّالِثُ يَقُولُ: سُبْحَانَ مُحْيِي
الْأَمْوَاتِ
“Dahulu ada
seorang wanita ahli ibadah, ia memiliki biji-biji kurma yang ia gunakan untuk
bertasbih kepada Alloh. Pada suatu malam, ia bermimpi seolah-olah biji-biji
kurma itu berdiri di atas batangnya dalam tiga shof (barisan): Shof pertama
berkata: “Subhaanalloh, Yang kekal Keberadaan-Nya”, Shof kedua berkata: “Subhaanalloh,
Yang mengeluarkan tumbuh-tumbuhan”, dan Shof ketiga berkata: “Subhaanalloh,
Yang menghidupkan orang-orang mati.” (Hasan)
[40] Khowarij dalam Mimpi
56. Dari
Abu Maisaroh ‘Amr bin Syurohbil, ia berkata:
رَأَيْتُ
فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ السَّمَاءَ انْفَرَجَتْ فَاطَّلَعَ مِنْهَا رَجُلٌ فَقُلْتُ:
مَا أَنْتَ؟ قَالَ: أَنَا مَلَكٌ، قُلْتُ: أَسْأَلُكَ عَنْ شَيْءٍ، قَالَ: سَلْ عَمَّ
شِئْتَ، قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ أَهْلِ الْجَمَلِ؟ قَالَ: فِئَتَانِ مُؤْمِنَتَانِ
اقْتَتَلُوا، قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ أَهْلِ صِفِّينَ؟ قَالَ: فِئَتَانِ مُؤْمِنَتَانِ
اقْتَتَلُوا، قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ أَهْلِ النَّهْرَوَانِ؟ قَالَ: خَلَعُوا إِمَامَهُمْ
وَنَكَثُوا بَيْعَتَهُمْ فَلَقُوا تَرَحًا
Aku
bermimpi seolah-olah langit terbelah, lalu muncul seorang lelaki darinya. Aku
bertanya: “Siapa kamu?” Ia menjawab: “Aku Malaikat.” Aku berkata: “Aku ingin
bertanya kepadamu tentang sesuatu.” Ia menjawab: “Bertanyalah tentang apa yang
kamu suka.” Aku bertanya: “Beritahukan aku tentang pasukan perang Jamal (antara
Ali vs Aisyah?” Ia menjawab: “Dua golongan Mu’min yang saling berperang.” Aku
bertanya: “Beritahukan aku tentang pasukan perang Shiffin (Ali vs Muawiyah)?”
Ia menjawab: “Dua golongan Mu’min yang saling berperang.” Aku bertanya: “Beritahukan
aku tentang pasukan perang Nahrowan, (yaitu Khowarij)?” Ia menjawab: “Mereka
mencopot pemimpin mereka dan membatalkan bai’at mereka, lalu mereka mendapatkan
kesengsaraan.” (Hasan)
[41] Mimpi Shilah bin Asyyam
57. Humaid
bin Hilal berkata: Shilah [bin Asyyam, wafat 63 H, Tabiin utama] keluar dalam
sebuah pasukan, bersamanya ada putranya dan seorang ‘Aroby dari sukunya.
Lalu ‘Aroby
itu berkata:
رَأَيْتُكَ
يَا أَبَا الصَّهْبَاءِ فِي النَّوْمِ كَأَنَّكَ أَتَيْتَ عَلَى شَجَرَةٍ ظَلِيلَةٍ
فَأَصَبْتَ مِنْ تَحْتِهَا ثَلَاثَ شَهْدَاتٍ فَأَعْطَيْتَنِي وَاحِدَةً وَأَمْسَكَتَ
اثْنَتَيْنِ، فَوَجَدْتُ فِي نَفْسِي أَلَّا تَكُونَ قَاسَمْتَنِي
“Wahai Abu
Ash-Shohba’, aku melihatmu dalam tidur, seolah-olah kamu mendatangi sebuah
pohon yang rindang (yakni Jannah), lalu kamu mendapatkan tiga sarang lebah di
bawahnya (yaitu tingkatan mati syahid yang tinggi). Kamu memberiku satu, dan
kamu menahan dua (karena Shilah lebih tinggi dalam ilmu dan ibadah). Aku merasa
sedikit kecewa karena kamu tidak membaginya rata denganku.”
Lalu mereka
bertemu musuh. Shilah berkata: “Majulah!” Lalu dikatakan bahwa Shilah terbunuh,
dan ‘Aroby itu juga terbunuh. (Hasan)
[42] Abu Lahab di dalam Mimpi
58. Dari
Ummu Salamah rodhiyallahu ‘anha, ia berkata:
رَأَى
أَبَا لَهَبِ بَعْضُ أَهْلِهِ فِي النَّوْمِ فَقَالَ: مَا رَأَيْتُ بَعْدَكُمْ رَاحَةً
غَيْرَ فِي هَذِهِ، وَأَشَارَ إِلَى النُّقْرَةِ الَّتِي فَوْقَ الْإِبْهَامِ بِعَتَقَيْ
ثُوَيْبَةَ، وَكَانَتْ أَرْضَعَتْ النَّبِيِّ ﷺ وَأَبَا سَلَمَةَ
“Sebagian
keluarganya melihat Abu Lahab [dikutuk oleh Alloh] dalam mimpi, lalu ia
berkata: “Aku tidak mendapatkan kenyamanan apa pun setelah kalian kecuali di
bagian ini,” sambil menunjuk ke cekungan di atas ibu jari, karena pemerdekaan
Tsuwaibah, karena Tsuwaibah pernah menyusui Nabi ﷺ dan Abu Salamah.” (Hasan)
[43] Perkara Harom yang
Tersembunyi
59. Dari
Haddaab, ia berkata: Bisyr bin Manshur (wafat 183 H) masuk ke rumahku ini. Aku
bertanya kepadanya: “Apa pendapatmu tentang seorang lelaki (dalam mimpi) yang
seolah-olah sedang berdiri Sholat, dan di sampingnya ada ghudwah (sarapan)?”
Ia terkejut dan berkata:
وَيْحَكَ
يَا هَدَّابُ لَعَلِّي أَنَا هُوَ، فَقُلْتُ: لَا، فَقَالُ: هَذَا رَجُلٌ صَاحَبَ
[...] شَيْئًا مِنَ الْحَرَامِ
“Aduh,
Haddaab! Jangan-jangan aku adalah orang itu!” Aku berkata: “Bukan.” Bisyar
berkata: “Kalau begitu, ia adalah seorang lelaki yang mencampur amalnya dengan
sesuatu dari yang harom.” (Hasan)
[44] Orang yang Berperang di
Kalangan Muslim Bukan Syuhada’
60. Dari
Muhammad bin Sirin (wafat 110 H), ia berkata: Aku melihat Katsir bin Aflah
dalam tidur, dan aku tahu itu adalah mimpi, dan ia telah terbunuh. Aku
melihatnya berjalan membelakangi. Aku tidak suka memanggilnya dengan kunyah-nya
(Abu Muhammad), karena keluargaku akan mengira aku memanggil Al-Hudzail, lalu
mereka membangunkannya. Maka aku berkata: “Hai Katsir!” Lalu ia menghadapku.
Aku bertanya: “Bukankah kamu telah terbunuh?”
Ia
menjawab: “Iya.”
Aku
bertanya: “Bagaimana keadaan kalian?” Ia menjawab:
نَحْنُ
بِخَيْرٍ
“Kami
dalam keadaan baik.”
Aku
bertanya: “Apakah kalian adalah para Syuhada’?”
Ia
menjawab:
لَا،
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ إِذَا اقْتَتَلُوا بَيْنَهُمْ فَلَيْسَ قَتْلَاهُمْ بَيْنَهُمْ
شُهَدَاءُ وَلَكِنْ نَحْنُ النُّدَمَاءُ
“Tidak.
Sungguh, jika kaum Muslimin saling berperang di antara mereka, maka yang
terbunuh di antara mereka bukanlah para Syuhada’, tetapi kami adalah nadama (yang saling menyesal).”
Aku
bertanya: “Apakah kamu tahu di mana kamu berada?”
Ia
menjawab:
مَا مِنَّا
أَحَدٌ إِلَّا قَدْ عَلِمَ أَيْنَ هُوَ
“Tidak ada
seorang pun di antara kami melainkan ia tahu di mana ia berada.”
Aku
bertanya: “Bagaimana keadaanmu?”
Ia
menjawab:
بِخَيْرٍ
“Baik.”
(Hasan dan Atsar shohih, diriwayatkan oleh Ibn As-Sa’d)
[45] Sufyan Ats-Tsauri di dalam
Mimpi
61. Dari Ibrohim
bin A’yan, ia berkata: Aku melihat Ats-Tsauri [Sufyan, wafat 161 H] dalam
mimpi, mengenakan pakaian merah dan kuning. Aku bertanya: “Apa yang kamu
lakukan? Tolong jawab.” Ia menjawab:
أَنَا
مَعَ السَّفَرَةِ
“Aku
bersama para Safaroh.”
Aku
bertanya: “Apa itu Safaroh?” Ia menjawab:
الْكِرَامُ
الْبَرَرَةُ
“Yaitu para
Malaikat yang mulia lagi taat.” (Hasan)
62. Abu
Usamah berkata: “Aku sedang berada di Bashroh saat kabar wafatnya Sufyān
tersebar. Pagi harinya, setelah malam wafatnya beliau, aku bertemu dengan Yazīd
bin Ibrohīm. Ia berkata kepadaku bahwa semalam ia bermimpi ada yang
mengabarkan, ‘Amirul Mu’minin telah meninggal.’ Maka aku menjawab orang yang ia
ceritakan itu dengan berkata, ‘Apakah yang meninggal itu Sufyān Ats-Tsaurī?’
Lalu aku sendiri yang memberitahu Yazīd, ‘Benar, Sufyān wafat tadi malam.’ Dan
saat itu, Yazīd sebenarnya belum mengetahui berita wafatnya.” (Shohih)
63. Abu Sa’id
[Al-Asyajj] berkata: Aku melihat Sa’d bin Al-‘Ala’ bin Sa’d, maula Abu Quroh
Al-Kindi, setelah ia meninggal. Aku bertanya: “Wahai Abul ‘Ala’, apa yang kamu
lakukan?”
Ia
menjawab:
دَخَلْتُ
الْجَنَّةَ فَرَأَيْتُ فِيهَا [...] ثَمَّ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيَّ
“Aku masuk
Jannah, lalu aku melihat di dalamnya [...] kemudian Ibrohim An-Nakho’i [wafat
96 H].” (Shohih)
[46] Siapa yang Sengaja Berkurang,
Maka Ia dalam Kekurangan
64. Isma’il
bin Yazid Ar-Roqqi berkata: Bahwasanya seorang lelaki dari kalangan Tabi’in
melihat Nabi ﷺ
dalam tidur. Ia bertanya: “Wahai Rosululloh ﷺ, berilah aku nasehat.” Beliau bersabda:
نَعَمْ،
مَنْ يَتَعَمَّدِ النُّقْصَانَ فَهُوَ فِي نُقْصَانٍ، وَمَنْ كَانَ فِي نُقْصَانٍ فَالْمَوْتُ
خَيْرٌ لَهُ
“Iya. Siapa
yang sengaja mengurangi (amal kebaikan), maka ia dalam kekurangan. siapa yang dalam kekurangan, maka
kematian lebih baik baginya.” (Hasan, jika Isma’il adalah orang yang
disebutkan biografinya)
[47] Meminta Ditutupi dengan
Kecukupan
65. Dari
Jarir bin Hazim, ia berkata: Aku melihat Asma’ bin ‘Ubaid dalam mimpi. Aku
bertanya: “Apa yang kalian lakukan?” Ia menjawab:
اللَّهُمَّ
اسْتُرْنَا بِالْغِنَى وَالْعَافِيَةِ
“Ya Alloh,
tutuplah aib kami dengan kecukupan dan kesehatan.”
Itulah do’a
yang berasal darinya. (Shohih)
66. Dari
Jarir bin Hazim, bahwasanya ia melihat Nabi ﷺ dalam mimpi, sedang bersandar pada batang kurma Zaid bin ‘Ali
[bin Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Tholib, wafat 122 H], dan beliau bersabda:
هَكَذَا
تَفْعَلُونَ بِوَلَدِي
“Beginilah
yang kalian lakukan terhadap anakku.” (Hasan)
*Dulu Zaid
dibunuh secara zolim dan disalib di batang kurma.
[48] Amalan yang Diharapkan
67. Dari
Al-Hasan [Al-Bashri, wafat 110 H], bahwasanya seorang lelaki bermimpi, lalu
orang yang masih hidup bertanya kepada orang yang meninggal: “Amal apa yang
kalian dapati paling utama?”
Ia
menjawab:
الْقُرْآنُ
“Al-Qur’an.”
Ia
bertanya: “Bagian Al-Qur’an mana yang kalian dapati paling utama?” Ia menjawab:
لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
(Al-Baqoroh: 255, ayat Kursi)
Ia
bertanya: “Apakah kamu mengharapkan sesuatu dari amalan kami?”
Ia
menjawab:
نَرْجُو
أَعْمَالَكُمْ، إِنَّكُمْ تَعْمَلُونَ وَلَا تَعْلَمُونَ، وَنَحْنُ نَعْلَمُ وَلَا
نَعْمَلُ
“Kami
mengharapkan amalan kalian. Sungguh, kalian beramal tetapi tidak mengetahui
(hasilnya), sedangkan kami mengetahui (hasilnya) tetapi tidak bisa beramal.” (Hasan)
68. Dari
Tsabit [Al-Bunani], bahwasanya seorang lelaki kaya yang sering menyembelih
unta, didatangi oleh seorang peminta-minta, lalu ia memerintahkan untuk
memberinya seekor kambing jantan. Lalu ia tertidur di malam hari, dan (ia
berkata): “Aku datang kepada kambingku itu sambil berjalan kaki. Kambing itu
berdiri dan menolakku,” lalu ia terbangun dan berkata: “Demi Alloh, sungguh
jika aku memasuki waktu pagi, aku akan memperbanyak saudara-saudaramu (wahai
kambing, dengan memerbanyak sedekah).” (Kemungkinan hasan)
[49] Mimpi dan Pengalaman Para
Salafush Sholih
69. Dari
Al-Hasan bin Abdul ‘Aziz, ia berkata: Aku melihat Abu Bakar bin Habib
Al-Abroori dalam tidur, seolah-olah ia mengenakan pakaian putih dan dalam
keadaan baik. Aku bertanya: “Apa yang dilakukan terhadapmu? Bagaimana
keadaanmu? bagaimana kamu melihat
Munkar dan Nakir?” Ia berkata: Seolah-olah ia menjawab pertanyaan terakhirku:
لَقَدْ
نَفَضْنَا التُّرَابَ عَنْ أَكْفَانِي
“Sungguh, aku
telah menepis debu dari kain kafanku (ungkapan selamat dari ketakutan).”
Lalu
terlintas di benakku bahwa ia merasakan gentar karena Munkar Nakir itu. Tetapi
ia berkata: “Namun aku di sini,” sambil menunjuk ke satu arah. Seolah-olah aku
berjalan ke arah yang ia tunjuk, tiba-tiba di sana ada genangan air di beberapa
tempat, lalu aku terbangun. Aku menafsirkan bahwa itu adalah (gambaran tentang)
kedekatan dengan Sultan (penguasa). (Shohih)
70. Dari
Abu Hafsh, ia berkata: Aku melihat Nabi ﷺ dalam mimpi, dan beliau mencela aku tentang sesuatu, lalu
beliau berkata kepada Abu Marwan Abdul Malik bin Bazi’:
الْزَمْ
مَا نَفَعَكَ
“Tetapilah
apa yang bermanfaat bagimu.”
Lalu aku
memberitahu Abu Marwan tentang apa yang aku lihat. Ia berkata:
أَلَمْ
تَرَ إِلَى الرَّجُلِ إِذَا كَانَ أَحْمَقَ يُقَالُ لَهُ: الْزَمْ مَا يَنْفَعُكَ
“Tidakkah
kamu perhatikan bahwa jika seorang lelaki itu bodoh, akan dikatakan kepadanya: ‘Tetapilah
apa yang bermanfaat bagimu?’” (Shohih)
71. Nashr
bin ‘Ali berkata: Aku melihat Yazid bin Zuroi’ (wafat 182 H) setelah ia
meninggal, dalam mimpi. Aku bertanya: “Apa yang Alloh lakukan terhadapmu?” Ia
menjawab:
غَفَرَ
لِي
“Dia
mengampuniku.”
Aku
bertanya: “Karena apa?” Ia menjawab:
بِالصَّلَاةِ
“Karena
Sholat (sunnah).” (Shohih)
72. Ya’qub
bin Ishaq bin Ziyad berkata: Ada yang berkata kepadaku dalam mimpiku:
رَاقِبِ
اللَّهَ مُرَاقَبَةَ مَنْ سَمِعَ الزَّجْرَ وَانْتَفَعَ بِالتَّحْذِيرِ
“Jagalah
hubunganmu dengan Allah, sebagaimana seseorang yang benar-benar mendengar teguran
dan mengambil pelajaran dari sebuah peringatan.” (Shohih)
Selesai,
segala puji bagi Alloh.
Pengantar Peringkas
﷽
Segala puji
bagi Alloh, Sholawat, dan salam semoga terlimpah kepada Rosululloh ﷺ.
Sesudah
itu:
Kitab
Al-Manamat
(Mimpi-Mimpi) karya Al-Hafizh Ibnu Abi Ad-Dunya (wafat 281 H) ini telah
mengumpulkan berbagai riwayat tentang mimpi-mimpi. Kitab ini lalu ditahqiq
(diteliti keotentikannya) oleh Majdi Fathi As-Sayyid Ibrohim Al-Mishri,
dan diterbitkan oleh Maktabatul Qur’an di Mesir. Kemudian, saya meringkasnya
dengan hanya mengambil riwayat yang shohih saja, merujuk kepada validasi penahqiq.
Semoga Alloh membalas kebaikan keduanya.
Ibnu Hajar
(wafat 852 H) berkata tentang Ibnu Abi Ad-Dunya: “Ia jujur, seorang hafizh, dan
pemilik banyak karya tulis.”
Adapun subjudul
maka itu dari saya, agar pembaca lebih ringan memahami alurnya.
Teks
Arobnya sudah saya kumpulkan semuanya di sini.
“Ya
Alloh, terimalah ini dari kami.”
Nor Kandir
Surabaya,
tahun 1446 H atau 2025 M
[1] Perbuatan Orang yang Hidup
Diperlihatkan Kepada Orang yang Sudah Meninggal
Berkata
Al-Hafizh Abu Bakar Ibnu Abi Ad-Dunya (wafat 281 H):
1. Dari Abu
Ayyub rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Perbuatan kalian diperlihatkan
kepada orang-orang yang sudah meninggal. Jika mereka melihat kebaikan, mereka
akan gembira dan bersuka cita, lalu mereka berkata:
اللَّهُمَّ
هَذِهِ نِعْمَتُكَ عَلَى عَبْدِكَ فَأَتِمَّهَا عَلَيْهِ
“Ya Alloh, ini
adalah ni’mat-Mu atas hamba-Mu, maka sempurnakanlah ni’mat itu atas dirinya.” jika mereka melihat keburukan, mereka
berkata:
اللَّهُمَّ
رَاجِعْ بِهِ
“Ya
Alloh, kembalikanlah ia.” (Hasan)
2. Dari Abu
Ad-Darda rodhiyallahu ‘anhu, ia dahulu berkata:
إِنَّ
أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى مَوْتَاكُمْ فَيُسَرُّونَ وَيُسَاءُونَ
“Sungguh,
perbuatan kalian diperlihatkan kepada orang-orang yang sudah meninggal di
antara kalian, sehingga mereka merasa senang (jika amal kalian baik) dan juga
merasa sedih (jika amal kalian buruk).”
dahulu Abu
Ad-Darda rodhiyallahu ‘anhu ketika itu berkata:
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَعْمَلَ عَمَلًا يُخْزَى بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ
“Ya Alloh,
aku berlindung kepada-Mu dari melakukan suatu perbuatan yang membuat Abdulloh
bin Rowahah rodhiyallahu ‘anhu merasa malu karenanya.” (Hasan dan
Atsar shohih)
[2] Keadaan Roh Setelah Keluar
dari Jasad
3.
Hudzaifah rodhiyallahu ‘anhu berkata:
الرُّوحُ
بِيَدِ مَلَكٍ، وَإِنَّ الْجَسَدَ لَيُغَسَّلُ، وَإِنَّ الْمَلَكَ لَيَمْشِي مَعَهُ
إِلَى الْقَبْرِ، فَإِذَا سُوِّيَ عَلَيْهِ سَلَكَ فِيهِ فَذَلِكَ حَتَّى يُخَاطَبَ
“Roh ada di
tangan seorang Malaikat. sungguh,
jasad itu dimandikan, dan Malaikat berjalan bersamanya ke kubur. Jika ia sudah
diletakkan rata, Malaikat itu masuk ke dalamnya, dan demikianlah keadaannya
sampai ia diajak bicara (Munkar Nakir).” (Hasan)
4. Dari
Abdurrohman bin Abi Laila, ia berkata:
الرُّوحُ
بِيَدِ مَلَكٍ يَمْشِي مَعَ الْجِنَازَةِ يَقُولُ: اسْمَعْ مَا يُقَالُ لَكَ، فَإِذَا
بَلَغَ حُفْرَتَهُ دَفَنَهُ مَعَهُ
“Roh ada di
tangan seorang Malaikat, ia berjalan bersama janazah sambil berkata: “Dengarkanlah
apa yang dikatakan kepadamu!” Lalu jika janazah itu telah sampai di liang
kuburnya, Malaikat itu memakamkannya bersamanya.” (Hasan)
[3] Pertemuan Antara Orang yang
Sudah Meninggal dan Orang yang Masih Hidup
5. Dari Sa’id
bin Al-Musayyib, ia berkata: Abdulloh bin Sallam rodhiyallahu ‘anhu dan
Salman Al-Farisi rodhiyallahu ‘anhu bertemu. Salah seorang dari mereka
berkata kepada yang lain:
إِنْ
مُتَّ قَبْلِي فَالْقَنِي فَأَخْبِرْنِي مَا لَقِيتَ مِنْ رَبِّكَ، وَإِنْ مِتُّ قَبْلَكَ
لَقِيتُكَ فَأَخْبَرْتُكَ
“Jika kamu
meninggal sebelum aku, temui aku dan beritahukan kepadaku apa yang kamu dapati
dari Robb-mu. jika aku meninggal
sebelum kamu, aku akan menemuimu dan memberitahukan kepadamu.”
Maka salah
seorang dari mereka berkata kepada yang lain:
وَهَلْ
يَلْقَى الْأَمْوَاتُ الْأَحْيَاءَ؟
“Apakah
orang yang sudah meninggal bisa menemui orang yang masih hidup?”
Ia
menjawab:
نَعَمْ،
أَرْوَاحُهُمْ فِي الْجَنَّةِ تَذْهَبُ حَيْثُ شَاءَتْ
“Iya,
roh-roh mereka ada di Jannah, bebas pergi ke mana saja ia kehendaki.”
Ia (Sa’id
bin Al-Musayyib) berkata: Kemudian si Fulan meninggal, lalu orang yang masih
hidup itu menemuinya dalam mimpi, dan orang yang meninggal itu berkata:
تَوَكَّلْ
وَأَبْشِرْ، فَلَمْ أَرَ مِثْلَ التَّوَكُّلِ قَطُّ
“Bertawakkallah
dan bergembiralah, sebab aku belum pernah melihat sesuatu yang sebanding dengan
tawakkal sama sekali.” (Shohih)
[4] Kabar Baik Mengenai Tugas Sang
Amirul Mu’minin Telah Selesai
6. Dari Al-‘Abbas
rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
كُنْتُ
أَشْتَهِي أَنْ أَرَى عُمَرَ فِي الْمَنَامِ فَمَا رَأَيْتُهُ إِلَّا عِنْدَ قُرْبِ
الْحَوْلِ، فَرَأَيْتُهُ يَمْسَحُ الْعَرَقَ عَنْ جَبِينِهِ وَهُوَ يَقُولُ: هَذَا
أَوَانُ فَرَاغِي، وَإِنْ كَادَ عَرْشُ رَبِّي لِيُهَدُّ لَوْلَا أَنْ لَقِيتُ رَءُوفًا
رَحِيمًا
“Aku sangat
ingin melihat Umar [bin Khoththob, wafat 23 H] dalam mimpi, tetapi aku tidak
melihatnya kecuali saat mendekati satu tahun [sejak wafatnya]. Aku melihatnya
sedang mengusap keringat dari dahinya, dan ia berkata: ‘Ini adalah waktu aku
selesai [dari tugas dan hisabku], dan sungguh ‘Arsy Robb-ku hampir saja runtuh
andai aku tidak bertemu dengan Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.’” (Hasan
dan Atsar shohih)
[5] Balasan Bagi Pelaku Qiyamul
Lail dengan Al-Qur’an
7. Dari ‘Auf
bin Malik Al-Asyja’i rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku bermimpi
seolah-olah aku mendatangi sebuah menara hijau yang di dalamnya ada qubbah
(kubah/tenda) dari kulit, dan di sekelilingnya ada kambing-kambing yang sedang merumput.
Aku bertanya: “Milik siapa ini?”
Dijawab: “Milik
Abdurrohman bin ‘Auf.” Aku menunggunya sampai ia keluar dari qubbah, lalu ia
berkata:
يَا عَوْفُ
بْنَ مَالِكٍ، هَذَا لِقِيَامِكَ لِلَّهِ بِالْقُرْآنِ، وَلَوْ أَشْرَفْتَ عَلَى هَذِهِ
الْبَنِيَّةِ لَرَأَيْتَ مَا لَمْ تَرَ عَيْنُكَ، وَلَسَمِعْتَ مَا لَمْ تَسْمَعْ أُذُنُكَ،
وَلَمْ يَخْطِرْ عَلَى قَلْبِكَ، أَعَدَّهُ اللَّهُ لِأَبِي الدَّرْدَاءِ لِأَنَّهُ
كَانَ يَدْفَعُ الدُّنْيَا بِالرَّاحَتَيْنِ
“Hai ‘Auf
bin Malik, ini semua adalah balasan karena kamu qiyamul lail (Sholat
malam) dengan Al-Qur’an karena Alloh. seandainya
kamu melihat bangunan di atas ini, niscaya kamu akan melihat apa yang belum
pernah dilihat oleh matamu, belum pernah didengar oleh telingamu, dan belum
pernah terlintas di hatimu. Alloh menyiapkannya untuk Abu Ad-Darda rodhiyallahu
‘anhu, karena ia adalah orang yang menolak dunia dengan kedua telapak
tangannya.” (Hasan)
[6] Kesepakatan Saling Mengabari
Setelah Kematian
8. Dari
Syahr bin Hausyab, bahwasanya Sho’b bin Jats-tsamah rodhiyallahu ‘anhu
dan ‘Auf bin Malik rodhiyallahu ‘anhu adalah dua orang yang bersaudara
(akrab). Sho’b berkata kepada ‘Auf:
أَيْ
أَخِي أَيُّنَا مَاتَ قَبْلَ صَاحِبِهِ فَلْيَتَرَاءَى لَهُ
“Wahai
saudaraku, siapa pun di antara kita yang meninggal lebih dulu, hendaklah ia
menampakkan diri [dalam mimpi] kepada kawannya.”
‘Auf
bertanya:
أَوَيَكُونُ
ذَلِكَ؟
“Apakah hal
itu mungkin terjadi?”
Sho’b
menjawab: “Ya.”
Kemudian
Sho’b meninggal, lalu ‘Auf melihatnya dalam tidurnya. Seolah-olah Sho’b
mendatanginya. ‘Auf berkata:
أَيْ
أَخِي مَا فُعِلَ بِكُمْ؟
“Wahai
saudaraku, apa yang dilakukan terhadap kalian?”
Sho’b
menjawab:
غُفِرَ
لَنَا بَعْدَ الْمَصَائِبِ
“Kami telah
diampuni setelah mengalami berbagai musibah.”
‘Auf
berkata: aku melihat ada kilatan
hitam di lehernya, maka aku bertanya:
أَيْ
أَخِي مَا هَذَا؟
“Wahai
saudaraku, apa ini?”
Sho’b
menjawab:
عَشَرَةُ
دَنَانِيرَ اسْتَلَفْتُهَا مِنْ فُلَانٍ الْيَهُودِيِّ فَهِيَ فِي قَرْنِي فَأَعْطِهَا
إِيَّاهُ، وَاعْلَمْ أَخِي أَنَّهُ لَمْ يَحْدُثْ فِي أَهْلِي حَدَثٌ بَعْدِي إِلَّا
قَدْ لَحِقَ بِي خَبَرُهُ، حَتَّى هِرَّةٌ لَنَا مَاتَتْ مُنْذُ أَيَّامٍ، وَأَعْلَمُ
أَنَّ ابْنَتِي تَمُوتُ إِلَى سِتَّةِ أَيَّامٍ، فَاسْتَوْصُوا بِهَا مَعْرُوفًا
“Sepuluh
dinar yang aku pinjam dari si Fulan Yahudi. Itu ada di tanduk [wadah yang
terbuat dari tanduk, disimpan di rumah]-ku, berikanlah kepadanya. ketahuilah, saudaraku, tidak ada satu
pun peristiwa yang terjadi pada keluargaku setelah kematianku melainkan
kabarnya telah sampai kepadaku, bahkan kucing kami yang mati beberapa hari
lalu. aku tahu bahwa putriku akan
meninggal dalam enam hari ke depan, maka berbuat baiklah kepadanya.”
‘Auf
berkata: Setelah pagi tiba, aku berkata dalam hati: “Sungguh, dalam hal ini ada
pelajaran.” Aku pun mendatangi keluarganya. Mereka berkata: “Selamat datang ‘Auf!
Beginikah kamu memperlakukan keluarga
saudaramu? Kalian tidak mendatangi kami sejak Sho’b meninggal.”
‘Auf
berkata: Aku beralasan dengan alasan yang biasa dipakai orang. Kemudian aku
melihat wadah tanduk itu dan menurunkannya, lalu aku mengeluarkan isinya. Aku
segera menemukan kantung yang berisi dinar-dinar itu. Aku mengutus seseorang
kepada Yahudi itu, lalu ia pun datang. Aku bertanya: “Apakah Sho’b punya utang
kepadamu?”
Ia
menjawab:
رَحِمَ
اللَّهُ صَعْبًا، كَانَ مِنْ خِيَارِ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ، هِيَ لَهُ
“Semoga
Alloh merohmati Sho’b, ia adalah salah satu Shohabat Muhammad ﷺ yang terbaik. [Uang itu] untuknya.”
Aku
berkata: “Kamu harus memberitahuku.” Ia menjawab: “Iya. Aku meminjamkan 10
dinar kepadanya.”
Maka aku berikan
uang itu kepadanya. Ia berkata:
هِيَ
وَاللَّهِ بِأَعْيَانِهَا
“Demi
Alloh, uang itu benar-benar yang itu.”
Aku
berkata: “Ini yang pertama (dari yang di mimpi).”
Aku
bertanya (kepada keluarganya): “Apakah terjadi sesuatu di antara kalian sejak
kematiannya?”
Mereka
menjawab: “Iya, terjadi ini, terjadi itu.” Aku berkata: “Sebutkan!” Mereka
menjawab: “Iya, ada kucing kami yang mati beberapa hari lalu.” Aku berkata: “Ini
yang kedua.”
Aku
bertanya: “Di mana putri saudaraku?” Mereka menjawab: “Dia sedang bermain.” Aku
pun mendatanginya dan menyentuhnya, ternyata ia sedang demam. Aku berkata: “Berbuat
baiklah kepadanya.”
Maka, anak
itu meninggal enam hari kemudian. (Shohih)
[7] Istirahat dari Kekhawatiran
Dunia
9. Dari Abu
Khoolid Al-Ahmar, ia berkata: Aku melihat Sufyan bin Sa’id [Ats-Tsauri, wafat
161 H] setelah ia meninggal, lalu aku bertanya: “Abu Abdilloh, bagaimana
keadaanmu?”
Ia
menjawab:
خَيْرُ
حَالٍ، اسْتَرَحْتُ مِنْ هُمُومِ الدُّنْيَا، وَأَفْضَيْتُ إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ
“Keadaan
yang terbaik. Aku telah beristirahat dari kesempitan dunia, dan sekarang aku
menuju rohmat Alloh.” (Hasan)
[8] Wasiat untuk Mengurangi
Pergaulan dengan Manusia
10. Dari
Sufyan bin ‘Uyainah, ia berkata:
رَأَيْتُ
سُفْيَانَ الثَّوْرِيَّ فِي النَّوْمِ كَأَنَّهُ مَائِلٌ، فَقُلْتُ لَهُ: أَوْصِنِي،
قَالَ: أَقْلِلْ مِنْ مَعْرِفَةِ النَّاسِ
“Aku
melihat Sufyan Ats-Tsauri [wafat 161 H] dalam tidur seolah-olah ia miring, lalu
aku berkata kepadanya: ‘Berilah aku wasiat.’ Ia menjawab: ‘Kurangilah pergaulan
dengan manusia.’” (Shohih)
[9] Timbangan Amal dan Kebaikan
Seekor Kuda
11. Dari
Abu Qobil, ia berkata:
كُنْتُ
فِي رِبَاطٍ فَنَفَقَتْ لِي فَرَسُ ابْنِي، فَأَقَمْتُ بَعْدَ ذَلِكَ سِنِينَ ثُمَّ
رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ أَنَّهُ أُتِيَ بِي إِلَى مِيزَانِي، فَأُدْخِلْتُ فِي كِفَّةٍ
فَتَثَاقَلَ بِي الْمِيزَانُ فَكُتِبَ أُجْرِيَ فَإِذَا فَرَسِي بِعَيْنِهِ أَعْرِفُهَا
أُدْخِلَتْ مَعِي فِي كِفَّةِ الْمِيزَانِ فَرَجَحَتْ
“Aku sedang
berada di benteng pertahanan perang, lalu kuda milik anakku mati. Setelah itu
aku tinggal di sana selama bertahun-tahun. Kemudian aku melihat dalam mimpi
bahwa aku dibawa ke timbanganku, lalu aku dimasukkan ke dalam satu sisi
timbangan, dan timbangan itu terasa berat denganku, maka pahalaku pun dicatat.
Tiba-tiba, kudaku yang mati itu, aku mengenalnya betul, dimasukkan bersamaku di
sisi timbangan itu, dan ia membuat timbangan itu menjadi lebih berat.” (Hasan)
[10] Keutamaan Sholat Malam
12. Dari
Nafi’, ia berkata: Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma bermimpi, seolah-olah
ia dibawa pergi, lalu ia bertemu dengan seorang Malaikat. Malaikat itu berkata
(kepada temannya):
لَنْ
تُرَاعَ، دَعْهُ، نِعْمَ الرَّجُلُ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ
“Jangan
takut, biarkan dia. Dia adalah lelaki yang baik, seandainya saja ia mau Sholat
di waktu malam.”
Nafi’
berkata:
فَكَانَ
عَبْدُ اللَّهِ يُطِيلُ الصَّلَاةَ بِاللَّيْلِ
“Maka sejak
saat itu Abdulloh [bin Umar] rodhiyallahu ‘anhuma memperpanjang Sholatnya
di malam hari.” (Hasan dan Hadits shohih)
13. Dari
Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:
رَأَيْتُ
فِي النَّوْمِ كَأَنَّهُ انْطُلِقَ بِي إِلَى النَّارِ فَرَأَيْتُ جَهَنَّمَ لَهَا
قُرُونٌ كَقُرُونِ الْبَقَرِ، وَرَأَيْتُ رِجَالًا مُعَلَّقِينَ بِالسَّلَاسِلِ أَعْرِفُهُمْ
“Aku
bermimpi seolah-olah aku dibawa pergi ke Neraka, aku melihat Jahannam memiliki
tanduk seperti tanduk sapi. Aku juga melihat para lelaki digantung dengan
rantai, dan aku mengenal mereka.” (Shohih)
[11] Kabar Gembira untuk Penghuni
Jannah
14. Dari
Mahdi bin Maimun, ia berkata:
رَأَيْتُ
لَيْلَةَ مَاتَ مَالِكُ بْنُ دِينَارٍ كَأَنَّ مُنَادِيًا يُنَادِي: أَلَا إِنَّ مَالِكَ
بْنَ دِينَارٍ أَصْبَحَ مِنْ سُكَّانِ الْجَنَّةِ
“Pada malam
Malik bin Dinar [wafat 131 H] meninggal, aku bermimpi seolah-olah ada penyeru
yang berseru: ‘Ketahuilah, Malik bin Dinar telah menjadi salah satu penghuni
Jannah!” (Hasan)
15. Dari
Mahdi bin Maimun, ia berkata:
رَأَيْتُ
لَيْلَةَ مَاتَ بُدَيْلٌ الْعُقَيْلِيُّ كَأَنَّ قَائِلًا يَقُولُ: أَلَا إِنَّ بُدَيْلًا
الْعُقَيْلِيَّ أَصْبَحَ مِنْ سُكَّانِ الْجَنَّةِ
“Pada malam
Budail Al-‘Uqoili meninggal, aku bermimpi seolah-olah ada yang berkata: ‘Ketahuilah,
Budail Al-‘Uqoili telah menjadi salah satu penghuni Jannah!” (Hasan)
[12] Makna Dunia Dalam Mimpi
16. Dari
Hisyam, dari Al-‘Ala’ bin Ziyad Al-‘Adawi, ia berkata: Aku melihat seorang
wanita tua yang matanya rabun, ia memegangiku. Aku berkata: “Aku berlindung
kepada Alloh dari kejahatanmu!” Wanita itu berkata:
لَا وَاللَّهِ
لَا يُعِيذُكَ مِنْ شَرِّيَ حَتَّى تَتْرُكَ الدِّرْهَمَ
“Tidak,
demi Alloh, Dia tidak akan melindungimu dari kejahatanku sampai kamu
meninggalkan dirham.”
Aku
bertanya:
وَمَنْ
أَنْتِ؟
“Siapa kamu?”
Ia menjawab:
أَنَا
الدُّنْيَا
“Aku adalah
dunia.”
Hisyam
berkata: “Maka [Al-‘Ala’] menyedekahkan sebagian harta yang ada di tangannya.” (Hasan)
17. Dari
Sufyan, ia berkata: Abu Bakar bin ‘Ayyasy berkata kepadaku:
رَأَيْتُ
الدُّنْيَا عَجُوزًا مُشَوَّهَةً شَمْطَاءَ
“Aku
melihat dunia sebagai seorang wanita tua yang buruk rupa dan beruban.” (Shohih)
[13] Berkah Ziarah dan Perintah
Khusus dari Nabi ﷺ
18. Dari
Muhammad bin Fudhoil, ia berkata:
رَأَيْتُ
النَّبِيَّ ﷺ فِي النَّوْمِ وَهُوَ يَقُولُ: زُورُوا عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ عَوْنٍ فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ، أَوْ أَنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
Aku melihat
Nabi ﷺ
dalam tidur, dan beliau bersabda: “Kunjungi Abdulloh bin ‘Aun, karena Alloh
mencintainya, atau karena ia mencintai Alloh dan Rosul-Nya.” (Hasan)
19. Dari
Roqobah bin Mashqolah, ia berkata: Aku melihat Nabi ﷺ dalam tidur, lalu aku
membacakan di hadapan beliau (ayat): “Qoolatil a’robu aammanna”
(Kaum Badui berkata: Kami telah beriman). Beliau bersabda:
لَا تَقُلْ
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَّنَّا، قُلْ: ﴿قَالَتِ
الْأَعْرَابُ آمَنَّا﴾
“Jangan kamu katakan demikian tetapi katakan Qoolatil a’robu aamanna.”
[Al-Hujurot: 14]. (Hasan)
[14] Malaikat Terganggu dengan
Bawang
20. Dari
Sufyan, ia berkata:
رَأَيْتُ
النَّبِيَّ ﷺ فِي النَّوْمِ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ
مَا تَقُولُ فِي الْبَصَلِ وَالثُّومِ؟ قَالَ: الْمَلَائِكَةَ تَتَأَذَّى بِهِمَا
Aku melihat
Nabi ﷺ
dalam tidur, lalu aku berkata: “Wahai Rosululloh ﷺ, apa pendapatmu tentang
bawang merah dan bawang putih?” Beliau menjawab: “Malaikat merasa terganggu
oleh keduanya.” (Shohih)
[15] Mimpi Mengenai Umar bin Abdul
Aziz
21. Dari
Abu Hasyim, pemilik buah delima, bahwasanya ada seorang lelaki datang kepada
Umar bin Abdul Aziz (wafat 101 H) lalu berkata: “Aku bermimpi melihat Nabi ﷺ dan Bani Hasyim sedang mengadukan kebutuhan
mereka kepada beliau.” Beliau ﷺ
bersabda:
فَأَيْنَ
عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ؟
“Lalu di
manakah Umar bin Abdul Aziz?” (Hasan)
22. Dari
Abu Hasyim, bahwasanya ada seorang lelaki datang kepada Umar bin Abdul Aziz
lalu berkata: “Aku bermimpi melihat Nabi ﷺ, sementara Abu Bakar ada di sebelah kanan beliau, dan Umar ada
di sebelah kiri beliau. Kemudian datanglah dua orang lelaki yang sedang
berselisih, dan kamu (Umar bin Abdul Aziz) sedang duduk di hadapan beliau. Lalu
beliau berkata kepadamu:
يَا عُمَرُ
إِذَا عَمِلْتَ فَاعْمَلْ بِعَمَلِ كُلٍّ مِنْ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
“Wahai Umar
(bin Abdul Aziz), jika kamu berbuat, maka berbuatlah dengan perbuatan Abu Bakar
dan Umar.’”
Umar (bin
Abdul Aziz) meminta lelaki itu bersumpah demi Alloh:
أَرَأَيْتَ
هَذِهِ الرُّؤْيَا؟
“Apakah
kamu melihat mimpi ini?”
Lelaki itu
pun bersumpah, maka Umar menangis. (Hasan)
23. Dari
Umar bin Abdul Aziz, ia berkata:
رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ ﷺ، وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ جَالِسَانِ عِنْدَهُ،
فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ وَجَلَسْتُ فَبَيْنَا أَنَا جَالِسٌ إِذْ أُتِيَ بِعَلِيٍّ، وَمُعَاوِيَةَ
فَأُدْخِلَا بَيْتًا وَأُجِيفَ عَلَيْهِمَا الْبَابُ، وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِمَا،
فَمَا كَانَ بِأَسْرَعَ أَنْ خَرَجَ عَلِيٌّ وَهُوَ يَقُولُ: قُضِيَ لِي وَرَبِّ الْكَعْبَةِ،
وَمَا كَانَ بِأَسْرَعَ أَنْ خَرَجَ مُعَاوِيَةُ عَلَى إِثْرِهِ وَهُوَ يَقُولُ: غُفِرَ
لِي وَرَبِّ الْكَعْبَةِ
“Aku
melihat Rosululloh ﷺ,
sementara Abu Bakar dan Umar sedang duduk di sisi beliau. Aku mengucapkan salam
kepada beliau lalu aku duduk. Ketika aku sedang duduk, tiba-tiba didatangkan
Ali dan Mu’awiyah, lalu keduanya dimasukkan ke dalam sebuah rumah dan pintunya
dikunci. Aku mengawasi keduanya. Tidak lama kemudian, Ali keluar sambil
berkata: “Aku dinyatakan benar demi Robb Ka’bah!” tidak lama setelah itu, Mu’awiyah keluar mengikutinya sambil
berkata: “Aku telah diampuni demi Robb Ka’bah!” (Hasan)
[16] Darah Al-Husain dan Para
Shohabatnya dalam Mimpi
24. Dari
Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Aku bermimpi melihat
Rosululloh ﷺ
dalam keadaan rambutnya kusut dan berdebu, di tangan beliau ada dua botol kecil
berisi darah. Aku bertanya: “Wahai Rosululloh ﷺ, apa ini?” Beliau menjawab:
دَمُ
الْحُسَيْنِ وَأَصْحَابِهِ لَمْ أَزَلْ أَلْتَقِطُهُ مُنْذُ الْيَوْمَ
“Darah
Al-Husain [wafat 61 H] dan para Shohabatnya. Aku terus memungutnya sejak hari
ini.”
Ibnu ‘Abbas
berkata: Maka mereka memperhatikan, ternyata Al-Husain telah terbunuh pada hari
itu juga. (Hasan)
[17] Kabar Gembira untuk Al-Hasan
Al-Bashri
25. Dari
Ishaq bin Ar-Robi’ Abu Hamzah Al-‘Aththor, ia berkata: Ketika aku berada di
sisi Al-Hasan [Al-Bashri, wafat 110 H], tiba-tiba datang seorang lelaki lalu
berkata: “Wahai Abu Sa’id, tadi malam dalam tidurku, aku melihat Nabi ﷺ berada di sisi Marjiyyah Bani
Sulaim, bersama beberapa orang. kamu
mengenakan jubah dari kain bergaris-garis.” Lalu dikatakan: “Wahai Rosululloh ﷺ, itu Al-Hasan datang!” Beliau
bersabda:
قُولُوا
لَهُ: أَبْشِرْ ثُمَّ أَبْشِرْ ثُمَّ أَبْشِرْ
“Katakanlah
kepadanya: ‘Bergembiralah, lalu bergembiralah, lalu bergembiralah!’”
Maka air
mata Al-Hasan menetes, dan ia berkata: “Semoga Alloh menenangkan matamu. Rosululloh
ﷺ bersabda:
مَنْ
رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي، لَيْسَ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَتَمَثَّلَ فِي صُورَتِي
‘Siapa yang
melihatku dalam mimpi, maka sungguh ia telah melihatku, setan tidak bisa menyerupai
rupaku.’” (Hasan dan Haditsnya Muttafaq ‘alaihi)
[18] Kematian Orang Bertaqwa
adalah Kehidupan
26. Dari
Abu Bakar Al-Khoyyath, ia berkata: Aku bermimpi seolah-olah aku masuk ke area
pemakaman. Tiba-tiba para penghuni kubur sedang duduk di atas kuburan mereka,
di hadapan mereka ada tanaman roiham (wewangian). Tiba-tiba aku melihat
Ma’ruf bin Abi Mahfuzh (wafat 200 H) berada di antara mereka, berjalan
mondar-mandir. Aku bertanya: “Abu Mahfuzh, apa yang Robb-mu lakukan terhadapmu?
Bukankah kamu sudah meninggal?”
Ia
menjawab: “Iya.”
Kemudian ia
bersyair:
مَوْتُ
التَّقِيِّ حَيَاةٌ لَا نَفَادَ لَهَا ... قَدْ مَاتَ قَوْمٌ وَهُمْ فِي النَّاسِ أَحْيَاءُ
“Kematian
orang bertaqwa adalah kehidupan yang tidak akan habis. Sungguh, ada kaum yang
telah meninggal, tetapi mereka tetap hidup di antara manusia.” (Hasan)
[19] Pertemuan Setelah Kematian
27. Dari
Abu Az-Zohiriyyah, ia berkata: Abdul A’la menjenguk Abdulloh bin ‘Adi bin Abi
Bilal Al-Khuz’aai. Lalu Abdul A’la berkata kepadanya: “Sampaikan salamku kepada
Rosululloh ﷺ.
jika kamu bisa menemuiku,
beritahukanlah hal itu kepadaku.”
Ummu Abdillah
adalah saudari Abu Az-Zahiriyyah, dan ia adalah istri dari Ibnu Abi Bilal.
Perempuan itu melihat suaminya dalam mimpi setelah tiga hari wafatnya. Suaminya
berkata: “Putriku akan menyusulku dalam tiga hari. Apakah kamu mengenal Abdul A’la?”
Pada hari itu Abdul A’la belum menjadi Qodhi/hakim.” Wanita itu menjawab: “Tidak.”
Suaminya berkata: “Tanyakanlah tentang dia, lalu beritahu dia bahwa aku telah
menyampaikan salamnya kepada Rosululloh ﷺ, dan beliau membalas salamnya.”
Maka wanita
itu memberitahu saudaranya, Abu Az-Zahiriyyah, dan ia menyampaikannya kepada
Abdul A’la. Kemudian Abdul A’la datang kepada wanita itu sampai ia mendengar
langsung dari wanita itu, lalu ia pun menangis. (Hasan)
[20] Wasiat untuk Memperindah
Kafan
28. Dari
Abu Qotadah rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rosululloh ﷺ bersabda:
إِذَا
وَلِيَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُحْسِنْ كَفَنَهُ، فَإِنَّهُمْ يَتَزَاوَرُونَ فِي
قُبُورِهِمْ
“Jika salah
seorang dari kalian mengurusi janazah saudaranya, hendaklah ia memperindah kain
kafannya, karena sungguh mereka akan saling mengunjungi di dalam kuburan mereka.”
(Hasan isnadnya dan Hadits shohih)
[21] Permintaan Salam kepada
Rosululloh ﷺ
29. Dari
Muhammad bin Al-Munkadir, ia berkata: Aku masuk menemui Jabir bin Abdillah rodhiyallahu
‘anhu ketika ia sedang menjelang wafat. Aku berkata:
أَقْرِئْ
رَسُولَ اللَّهِ ﷺ مِنِّي السَّلَامَ
“Sampaikan
salam dariku kepada Rosululloh ﷺ.” (Shohih)
[22] Dua Golongan yang Tidak Boleh
Digauli
30. Dari
Gholib Al-Qoththon, ia berkata: Aku melihat Malik bin Dinar (wafat 131 H) dalam
mimpi, mengenakan pakaian seperti yang biasa ia kenakan di Masjidnya. Ia
berkata:
صِنْفَانِ
مِنَ النَّاسِ لَا تُجَالِسُوهُمَا: صَاحِبُ دُنْيَا مُتْرَفٌ فِيهَا وَصَاحِبُ بِدْعَةٍ
قَدْ غَلَا فِيهَا
“Ada dua
golongan manusia yang janganlah kalian gauli: orang yang punya dunia dan
bermewah-mewah di dalamnya, dan orang pelaku bid’ah yang berlebihan di dalamnya.”
Kemudian Malik
berkata: “Hadits ini diceritakan kepadaku oleh Hakim,” yaitu seorang lelaki
yang biasa duduk bersamanya, namanya Hakim. Seolah-olah ia ada bersama kami
dalam halaqoh (majelis). Aku bertanya: “Hai Hakim, kamu yang menceritakan
Hadits ini kepada Malik?”
Ia menjawab:
“Iya.”
Aku
bertanya: “Dari siapa itu?” Ia menjawab:
عَنِ
الْمَقَابِعِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Dari sekelompok
ulama kaum Muslimin.” (Hasan)
[23] Meninggalkan Hal yang Tidak
Bermanfaat
31. Dari Sa’id
bin ‘Amir, ia berkata: Dahulu Gholib Al-Qoththon berdoa:
اللَّهُمَّ
الشَّيْءَ الَّذِي لَا يَضُرُّكَ وَيَنْفَعُنَا أَصِبْنَا بِهِ
“Ya Alloh,
karuniakanlah kepada kami sesuatu yang tidak merugikan-Mu dan bermanfaat bagi
kami.”
Ia berkata:
Lalu aku bermimpi, ada suara yang berkata:
الشَّيْءُ
الَّذِي لَا يَضُرُّكَ وَلَا يَنْفَعُكَ فَدَعْهُ
“Sesuatu
yang tidak merugikanmu dan tidak juga bermanfaat bagimu, maka tinggalkanlah ia.”
(Shohih)
[24] Balasan Bagi Wanita yang
Tabarruj dan Lelaki yang Bersegera Menuju Jum’at
32. Dari
Tsabit Al-Bunani, ia berkata: Seorang lelaki bermimpi seolah-olah manusia
dihadapkan kepada Alloh ‘Azza wa Jalla. Lalu didatangkan seorang wanita
yang mengenakan pakaian tipis (isyarat dulu ia tabarruj). Alloh ‘Azza wa
Jalla menutupi diri-Nya darinya (yakni mengabaikannya). Kemudian
didatangkan seorang lelaki, lalu Alloh berfirman:
خَلُّوا
عَنْهُ فَإِنَّهُ كَانَ فِي الدُّنْيَا مِنَ الْمُبَكِّرِينَ إِلَى الْجُمُعَاتِ
“Biarkan
dia lewat, karena sungguh di dunia dahulu ia termasuk orang yang bersegera
menuju Sholat Jum’at.” (Hasan)
[25] Pahala Diberikan Secara Penuh
33. Dari ‘Utbah
bin Dhomroh, dari ayahnya, ia berkata:
لَقِيتُ
عَمَّتِي فِي الْمَنَامِ فَقُلْتُ: لَهَا كَيْفَ أَنْتِ يَا عَمَّةُ؟ قَالَتْ: أَنَا
وَاللَّهِ يَا ابْنَ أَخِي بِخَيْرٍ، وَقَدْ وُفِّيتُ عَمَلِي حَتَّى أُعْطِيتُ ثَوَابَ
أَخْلَاطٍ أَطْعَمْتُهُ، قَالَ: خَلْطُ اللَّبَنِ بِالْبَقْلِ
Aku bertemu
bibiku dalam mimpi, lalu aku bertanya kepadanya: “Bagaimana keadaanmu, wahai
bibi?” Ia menjawab: “Demi Alloh, wahai keponakanku, aku dalam keadaan baik. sungguh, amalanku telah diberikan
sempurna kepadaku, bahkan sampai aku diberi pahala dari adonan makanan yang aku
sedekahkan.” [Rowi] berkata: “Maksudnya adalah adonan susu yang dicampur dengan
sayuran.” (Hasan)
[26] Amalan yang Paling Utama
34. Dari
Kholid bin Wardan, ia berkata: Aku melihat ‘Amir bin Abi Hafsh [yaitu Abu Sa’id
bin ‘Amir] dalam mimpi. Aku bertanya: “Apa yang Alloh lakukan terhadapmu?”
Ia
menjawab:
خَيْرًا
“Kebaikan.”
Aku
bertanya: “Amalan apa yang kamu dapati paling utama?” Ia menjawab:
كُلُّ
شَيْءٍ أُرِيدَ بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Segala
sesuatu yang ditujukan untuk mengharap Wajah Alloh ‘Azza wa Jalla.” (Isnadnya
la ba’sa bihi)
[27] Keutamaan Orang yang Umroh
35. Dari
Abdul Malik, ia berkata: Aku melihat Kholid setelah ia meninggal. Aku bertanya:
“Apa yang kamu lakukan?”
Ia
menjawab:
خَيْرًا
“Kebaikan.”
Aku
bertanya: “Apakah kamu mengharapkan sesuatu untuk orang yang bersalah?” Ia menjawab:
تُلْتَمَسُ
عِلْمَ تَسْبِيحَاتِ الْمُعْتَمِرِ، نِعْمَ الشَّيْءُ
“Carilah
ilmu tentang bacaan tasbih orang yang melakukan ‘Umroh. Itu adalah sesuatu yang
terbaik.” (Hasan)
[28] Kemuliaan
Bagi Orang Sholih
36. Dari
Al-Mutsanna bin Sa’id, ia berkata: Ketika ‘Aisyah bintu Tholhah [wafat 110 H]
datang ke Bashroh, seorang lelaki mendatanginya lalu bertanya: “Apakah kamu ‘Aisyah
bintu Tholhah?”
Ia
menjawab: “Iya.”
Lelaki itu
berkata: “Sungguh aku melihat Tholhah bin ‘Ubaidillah rodhiyallahu ‘anhu
[wafat 36 H], lalu ia berkata: ‘Katakan kepada ‘Aisyah agar memindahkanku dari
tempat ini, karena sungguh udara dingin telah menggangguku.’”
Maka ‘Aisyah
naik kendaraan bersama para pelayan dan pengiringnya. Mereka membangun tenda di
atas kuburnya lalu menggali (kuburnya). Tidak ada yang berubah pada jasadnya
kecuali beberapa helai rambut di salah satu sisi janggutnya, sampai ia
dipindahkan ke tempatnya yang sekarang. Padahal waktu antara [kematiannya dan
peristiwa ini] adalah 80 sekian tahun. (Hasan)
[29] Peringatan untuk Orang-Orang
yang Menyerupai Yahudi
37. Dari
Farqod As-Sabakhi, ia berkata: Ada sesuatu yang mendatangiku tiga kali dalam
satu malam, seolah-olah seorang penyeru berkata:
يَا أَشْبَاهَ
الْيَهُودِ الَّذِينَ إِذَا ابْتُلُوا لَمْ يَصْبِرُوا، وَإِذَا أُعْطُوا لَمْ يَشْكُرُوا
أَيُّ خَيْرٍ فِيكُمْ بَعْدَ الْعَذَابِ
“Wahai
orang-orang yang menyerupai Yahudi, yang jika diuji tidak bersabar, dan jika
diberi tidak bersyukur! Kebaikan apa yang ada pada diri kalian setelah adzab?” (Dho’if
dan Atsarnya Hasan)
38. Dari
Sayyar, ia berkata: Aku sedang duduk di sisi sebagian ‘Ulama, lalu aku pulang
dari sisinya.
فَرَأَيْتُ
فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ قَائِلًا يَقُولُ: قَوْلُهُمْ شِفَاءٌ يُبْرِئُ الدَّاءَ، وَأَعْمَالُهُمْ
دَاءٌ لَا يُبْرِئُهُ الدَّوَاءُ
Aku
bermimpi seolah-olah ada suara yang berkata: “Ucapan mereka adalah obat yang
menyembuhkan penyakit, tetapi perbuatan mereka adalah penyakit yang tidak dapat
disembuhkan oleh obat.” (Hasan)
39. Dari
Abu ‘Ubaidah Al-Bashri, ia berkata: Aku melihat dalam mimpiku seorang lelaki
berkata:
ابْتَعِدْ
عَنِ الْمَثَالِبِ وَاجْهَدْ أَنَّ تُنْسَبَ لِنَفْسِكَ الْمَنَاقِبُ، ارْبَعْ عَلَى
نَفْسِكَ وَانْظُرْ مَا سُتِرَ عَلَيْكَ
“Jauhilah
aib-aib, dan berusahalah agar terpuji bagimu kebaikan-kebaikan. Bersikap
tenanglah pada dirimu dan perhatikanlah apa yang ditutupi (aibmu) oleh Alloh.” (Hasan)
[30] Balasan karena Kecintaan
kepada Hamba Alloh
40. Dari
Muhammad [ibnul Mufadhdhol], ia berkata: Aku melihat Manshur bin ‘Ammar (wafat
224 H) dalam mimpi. Aku bertanya: “Wahai Abu Katsir, apa yang Robb-mu lakukan
terhadapmu?”
Ia
menjawab:
خَيْرًا
“Kebaikan.”
Aku
bertanya: “Karena apa?” Ia menjawab:
قَالَ:
بِمَا كُنْتَ تُحَبِّبُنِي إِلَى عِبَادِي
“Dia
berfirman: ‘Karena engkau menjadikan hamba-hamba-Ku mencintai-Ku.” (Hasan
dan Atsar shohih)
[31] Yunus bin ‘Ubaid Bersama
Bidadari Jannah
41. Dari
Al-Ashma’i, ia berkata: Aku melihat salah seorang penduduk Bashroh dari
kalangan murid-murid Yunus bin ‘Ubaid (wafat 139 H), sementara ia telah
meninggal. Aku bertanya: “Dari mana kamu datang?”
Ia
menjawab:
مِنْ
عِنْدِ يُونُسَ الطَّبِيبِ
“Dari sisi
Yunus Ath-Thobib.”
Aku
bertanya:
مَنْ
يُونُسُ الطَّبِيبُ؟
“Siapa
Yunus Ath-Thobib?”
Ia
menjawab:
الْفَقِيهُ
اللَّبِيبُ
“Al-Faqih
(ahli fiqh) yang cerdas.”
Aku
bertanya:
ابْنُ
عُبَيْدٍ؟
“Ibnu ‘Ubaid?”
Ia
menjawab: “Iya.”
Aku
bertanya: “Di mana dia?”
Ia
menjawab:
فِي مَجَالِسَ
الْأُرْجُوَانِ مَعَ الْحُورِ الْعِينِ وَالْأَبْكَارِ قَرَّتْ عَيْنَاهُ بِصِحَّةِ
تَقْوَاهُ
“Di
majelis-majelis urjuwan (warna merah tua, mewah) bersama para Huurul ‘Iin
dan para gadis. Matanya bahagia karena ketakwaannya yang benar.” (Hasan)
42. Dari
Thowus (wafat 106 H), ia berkata:
مَا مِنْ
دِرْهَمٍ يُعْدَلُ إِلَيَّ مِنْ دِرْهَمٍ فِي يَدَيْهِ قَالَ: وَذَكَرَ أَنَّ رَجُلًا
قَالَ: أَهْدَيْتُ بَدَنَةً عَجْفَاءَ فَرَأَيْتُ النَّاسَ كُلَّهُمْ [...] بُدْنُهُمْ
وَرَأَيْتُنِي عَلَى يَدِي، فَكَانَ النَّاسُ يَمُرُّونَ فَيَطَؤُنِي وَرَكِبْتُ كُلَّمَا
حَرَّكَتْهَا رَغْبَةٌ لِي
“Aku tidak
mendapatkan satu dirham pun sebagai balasan yang benar-benar sebanding dengan
dirham yang dulu pernah aku keluarkan,” katanya. Lalu ia menceritakan kisah
seorang lelaki yang berkata, “Dulu aku pernah mempersembahkan seekor unta
kurban, tetapi unta itu kurus dan tidak layak. Dalam mimpiku aku melihat
orang-orang datang dengan unta-unta kurban mereka yang semuanya gemuk dan kuat,
sementara aku hanya melihat diriku menuntun unta kurusku. Orang-orang lewat dan
menginjakku karena aku tidak memiliki tunggangan yang pantas. Setiap kali unta
itu bergerak sedikit, aku mencoba menaikinya dengan harapan ia bisa membawaku,
tetapi ia terlalu lemah—sebagaimana lemahnya niatku ketika dulu aku
memberikannya.” (Shohih)
[32] Tali di Langit
43. Dari Ibrohim
bin Al-Mundzir bin Abdulloh Al-Hizami, ia berkata:
رَأَيْتُ
الضَّحَّاكَ بْنَ عُثْمَانَ فِي النَّوْمِ فَقُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ مَا فَعَلَ
اللَّهُ بِكَ؟ قَالَ: فِي السَّمَاءِ تَمَارِيدُ، مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
تَعَلَّقَ بِهَا، وَمَنْ لَمْ يَقُلْهَا هَوَى
Aku melihat
Adh-Dhohhak bin ‘Utsman dalam tidur. Aku bertanya: “Wahai Abu Muhammad, apa
yang Alloh lakukan terhadapmu?” Ia menjawab: “Di langit ada tali-tali (tamarid).
Siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illalloh, ia akan berpegangan pada
tali itu, dan siapa yang tidak mengucapkannya, ia akan jatuh.” (Hasan)
[33] Ma’rifah (Mengenal Alloh)
adalah Amalan Terbaik
44. Dari
Isma’il bin Abdulloh bin Maimun, ia berkata: Aku melihat Muhammad bin ‘Imron
bin Muhammad bin Abi Laila (wafat sebelum ayahnya) yang merupakan seorang yang
utama, dalam mimpi. Aku bertanya kepadanya: “Amalan apa yang kamu dapati paling
utama?”
Ia
menjawab:
الْمَعْرِفَةُ
“Ma’rifah
(mengenal Alloh).”
Aku
bertanya: “Apa pendapatmu tentang seseorang yang mengatakan Haddatsanaa
(telah menceritakan kepada kami) atau Akhbaronaa (telah mengabarkan
kepada kami)?”
Ia
menjawab:
إِنِّي
أَبْغَضُ الْمُبَاهَاةَ
“Sungguh,
aku membenci pamer/berbangga diri.” (Hasan)
[34] Berlindung dari Fitnah
45. Dari
Abdulloh bin ‘Amir, ia berkata: ‘Amir bin Robi’ah rodhiyallahu ‘anhu
berdiri untuk Sholat di malam hari, yaitu ketika orang-orang berusaha mencela ‘Utsman
rodhiyallahu ‘anhu. Maka ia Sholat di malam hari lalu tidur. Kemudian ia
bermimpi, dan dikatakan kepadanya:
قُمْ
فَاسْأَلِ اللَّهَ أَنْ يُعِيذَكَ مِنَ الْفِتْنَةِ الَّتِي أَعَاذَ مِنْهَا صَالِحَ
عِبَادِهِ
“Bangunlah,
lalu mintalah kepada Alloh agar Dia melindungimu dari fitnah yang Dia lindungi
darinya hamba-hamba-Nya yang sholih.”
Maka ia pun
bangun lalu Sholat, kemudian ia sakit, dan ia tidak pernah keluar lagi kecuali
untuk (mengantar) janazah. (Shohih)
[35] Wasiat Nabi ﷺ
dalam Mimpi
46. Dari
Jarir rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
رَأَيْتُ
النَّبِيَّ ﷺ فِي الْمَنَامِ فَأَخَذَ بِيَدِي فَقُلْتُ:
رَسُولَ اللَّهِ أَكُنْتَ أَوْصَيْتَ النَّاسَ بِأَهْلِكَ؟ قَالَ: نَعَمْ، قُلْتُ:
هَلْ أَوْصَيْتَ أَهْلَكَ بِالنَّاسِ؟ قَالَ: نَعَمْ
Aku melihat
Nabi ﷺ
dalam mimpi, lalu beliau memegang tanganku. Aku berkata: “Rosululloh ﷺ, apakah engkau berwasiat
kepada manusia tentang keluargamu?” Beliau menjawab: “Iya.” Aku bertanya: “Apakah
engkau berwasiat kepada keluargamu tentang manusia?” Beliau menjawab: “Iya.” (Hasan)
[36] Balasan Bagi Pencaci Dua
Syaikh
47. Dari
Abu Bakar Ash-Shoirofi, ia berkata:
مَاتَ
رَجُلٌ كَانَ يَشْتِمُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَيَرَى رَأْيَ جَهْمٍ: فَأُرِيَهُ رَجُلٌ
فِي النَّوْمِ كَأَنَّهُ عُرْيَانٌ عَلَى رَأْسِهِ خَرَقٌ سَوْدَاءُ وَعَلَى عَوْرَتِهِ
أُخْرَى، فَقَالَ: مَا فَعَلَ اللَّهُ بِكَ؟ قَالَ: جَعَلَنِي مَعَ بَكْرٍ الْقَيْسِيِّ
وَعَوْنِ بْنِ الْأَعْسَرِ، وَهُمَا نَصْرَانِيَّانِ
“Ada
seorang lelaki meninggal yang dahulu suka mencaci Abu Bakar dan Umar, dan ia
berpendapat seperti pendapat Jahm [bin Shofwan, wafat 128 H]. Lalu seorang
lelaki melihatnya dalam mimpi, seolah-olah ia telanjang, di atas kepalanya ada
kain hitam, dan di atas kemaluannya ada kain lain. Lelaki itu bertanya: “Apa
yang Alloh lakukan terhadapmu?” Ia menjawab: “Dia menjadikan aku bersama Bakr
Al-Qoisiyi dan ‘Aun bin Al-A’sar, dan keduanya adalah Nashroni (Kristen).” (Shohih)
[37] Syair yang Diriwayatkan dan
Dihafal Dalam Tidur
48. Dari
Muhammad bin Al-Husain, ia berkata: Aku bermimpi seolah-olah ada suara yang
membacakan syair kepadaku, lalu aku menghafalnya:
قَصْرٌ
فِي الْخُلْدِ مِنْ لُؤْلُؤٍ ... لِعَبْدٍ بِدُنْيَاهُ لَمْ يَرْتَفِعْ
“Istana di
keabadian yang terbuat dari mutiara... untuk hamba yang tidak membanggakan
dunianya.” (Hasan)
49. Dari
Masma’ bin ‘Ashim, ia berkata: Robi’ah (Al-’Adawiyyah, wafat 185 H), semoga
Alloh merohmatinya, berkata kepadaku:
اعْتَلَلْتُ
عِلَّةً مَنَعَتْنِي عَنِ التَّهَجُّدِ، فَرَأَيْتُ فِي النَّوْمِ كَأَنَّ قَائِلًا
يَقُولُ: صَلَاتُكِ نُورٌ وَالْعِبَادُ رُقُودُ ... وَنَوْمُكِ ضِدٌّ لِلصَّلَاةِ عَمِيدُ
وَعُمْرُكِ غَنْمٌ إِنْ عَقَلْتِ وَمُهْلَةٌ ... يَسِيرُ وَيَفْنَى دَائِبٌ وَيُبِيدُ
ثُمَّ غَابَ مِنْ بَيْنِ عَيْنَيَّ وَاسْتَيْقَظْتُ بِنِدَاءِ الْفَجْرِ
Aku sakit
yang menghalangiku dari Sholat Tahajjud. Lalu aku bermimpi, seolah-olah ada
yang berkata: “Sholatmu adalah cahaya sementara para hamba sedang tidur... tidurmu adalah kebalikan dari Sholat,
yaitu penghalang. umurmu adalah
harta rampasan jika kamu berakal, dan ia adalah tenggat waktu... Berjalan dan
binasa, terus-menerus dan hilang”. Kemudian ia menghilang dari pandanganku, dan
aku terbangun karena seruan adzan Sholat Fajar.” (Shohih)
50. Dari
Ishaq bin Miror Abu ‘Amr, ia berkata: Anakku Muhammad meninggal, lalu aku
melihatnya dalam mimpi. Aku berkata: “Aku selalu mengenalmu (hai anakku) sebagai
orang yang boros (musrif), kamu melakukan ini dan itu.” Lalu ia berkata:
أَيَا
رَبِّ إِنْ تَغْفِرْ فَإِنَّكَ أَهْلُهُ ... وَإِنْ تَكُنِ الْأُخْرَى فَإِنِّي مُجْزَهُ
“Wahai
Robb-ku, jika Engkau mengampuni, maka Engkau memang layak untuk itu... jika yang terjadi adalah yang lain
(adzab), maka sungguh aku akan dibalas setimpal.”
Ia berkata:
Lalu seorang tua dari sudut rumah berkata kepadaku (dalam mimpi): “Anakmu lebih
paham fiqh daripada kamu.” (Hasan)
51. Dari
Abu Al-Yaqzhon, ia berkata:
تَزَوَّجَ
رَجُلٌ امْرَأَةً فَعَاهَدَ كُلُّ وَاحِدٍ صَاحِبَهُ: أَيُّهُمَا مَاتَ لَا يَتَزَوَّجُ
الْآخَرُ بَعْدَهُ، فَمَاتَ الرَّجُلُ فَلَمَّا انْقَضَتْ عِدَّةُ الْمَرْأَةِ أَتَاهَا
النِّسَاءُ فَلَمْ يَزَلْنَ بِهَا حَتَّى تَزَوَّجَتْ فَلَمَّا كَانَ لَيْلَةُ بِنَائِهَا
فَإِذَا هِيَ بِآخِذٍ قَدْ أَخَذَ عِضَادَتَيِ الْبَابِ فَقَالَ: مَا أَسْرَعَ مَا
نَسِيتِ يَا رَبَابُ ثُمَّ قَالَ: حَيَّيْتُ سَاكِنَ هَذَا الدَّارِ كُلَّهُمْ ...
إِلَّا الرَّبَابَ فَإِنِّي لَا أُحَيِّيهَا أَمْسَتْ عَرُوسًا وَأَمْسَى مَنْزِلِي
جَدَثًا ... إِنَّ الْقُبُورَ تُوَارِي مَنْ يُوَافِيهَا قَالَ: فَانْتَبَهَتْ فَزِعًا
فَقَالَتْ: وَاللَّهِ لَا تَجْتَمِعُ رَأْسِي وَرَأْسُكَ أَبَدًا، فَخَالَعَتْ زَوْجَهَا
Seorang lelaki menikahi seorang wanita, dan masing-masing
berjanji kepada pasangannya: siapa pun yang meninggal, yang lain tidak akan
menikah lagi setelahnya. Kemudian lelaki itu meninggal. Setelah masa ‘iddah
wanita itu selesai, para wanita mendatanginya dan terus-menerus membujuknya
hingga ia menikah lagi. Ketika tiba malam bina’iha (malam pertama
pernikahannya), tiba-tiba ia didatangi oleh seseorang yang memegang kedua sisi
pintu, lalu berkata: “Alangkah cepatnya kamu melupakan, wahai Robab!” Kemudian lelaki tersebut bersyair: “Aku
menyalami semua penghuni rumah ini... Kecuali Robab, sungguh aku tidak
menyalaminya. Ia menjadi pengantin wanita, sementara rumahku menjadi liang
kubur... Sesungguhnya kuburan menyembunyikan siapa pun yang mengunjunginya.”
Wanita itu mengatakan bahwa ia terbangun dalam keadaan ketakutan, lalu berkata
(kepada suami barunya): “Demi Alloh, kepalaku dan kepalamu tidak akan pernah
berkumpul selamanya.” Lalu ia meminta cerai dari suaminya.” (Hasan)
52. Dari
Murojja’ bin Waddah, ia berkata: ‘Athok As-Sulaimi berkata:
كُنْتُ
أَشْتَهِي الْمَوْتَ وَأَتَمَّناهُ فَأَتَانِي آتٍ فِي مَنَامِي فَقَالَ: يَا عَطَاءُ
أَتَتَمَنَّى الْمَوْتَ؟ فَقُلْتُ: إِنَّ ذَاكَ، قَالَ: فَتَقَلَّبَ فِي وَجْهِي، ثُمَّ
قَالَ: لَوْ عَرَفْتَ شِدَّةَ الْمَوْتِ وَكَرْبَهُ حَتَّى يُخَالِطَ قَلْبَكَ مَعْرِفَتُهُ
لَطَارَ نَوْمُكَ أَيَّامَ حَيَاتِكَ وَلَذَهَلَ عَقْلُكَ حَتَّى تَمْشِيَ فِي النَّاسِ
وَالِهًا، قَالَ عَطَاءٌ: طُوبَى لِمَنْ نَفَعَهُ عَيْشُهُ، فَكَانَ طُولُ عُمْرِهِ
زِيَادَةً فِي عَمَلِهِ، مَا أَرَى عَطَاءً كَذَلِكَ، ثُمَّ بَكَى
Dahulu aku
sangat ingin mati dan mengharapkannya. Lalu datanglah seseorang kepadaku dalam
mimpiku, lalu berkata: “Wahai ‘Atho, apakah kamu mengharapkan kematian?” Aku
menjawab: “Iya.” Lalu ia membolak-balik wajahku, kemudian berkata: “Seandainya
kamu tahu betapa dahsyatnya kematian dan kesulitan yang menyertainya, sampai
pengetahuan tentangnya memenuhi hatimu, niscaya tidurmu akan hilang selama
hidupmu, dan akalmu akan bingung sehingga kamu berjalan di tengah manusia dalam
keadaan linglung.” ‘Atho berkata: “Beruntunglah siapa yang kehidupannya
bermanfaat baginya, sehingga panjang umurnya menjadi tambahan bagi amalannya.
Aku tidak melihat ‘Atho (dirinya sendiri) seperti itu,” lalu ia menangis.” (Isnadnya
la ba’sa bihi)
53. Dari
Makhlad bin Al-Husain, ia berkata:
رَأَيْتُ
فِي الْمَنَامِ جِنَازَةً بَيْنَ يَدَيْهَا جِوَارٍ طُوَالٌ وَهُنَّ يَقُلْنَ: أَصْبَحْتُمْ
جُزُرًا لِلْمَوْتِ يَأْخُذْكُمْ ... كَمَا الْبَهَائِمُ فِي الدُّنْيَا لَكُمْ جُزُرُ
“Aku
bermimpi melihat sebuah janazah, di hadapannya ada gadis-gadis tinggi, dan
mereka berkata: ‘Kalian telah menjadi santapan kematian, ia akan mengambil
kalian... Sebagaimana binatang-binatang ternak di dunia menjadi santapan bagi
kalian.’” (Hasan)
[38] Batu-Batu Menjadi Saksi
54. Dari
Abdul ‘Aziz bin Abi Rowwad, ia berkata: “Dahulu ada seorang lelaki di daerah
pedalaman yang membuat sebuah Masjid dan meletakkan 7 buah batu di kiblatnya.
Jika ia selesai Sholat, ia berkata: ‘Wahai batu-batu, aku jadikan kalian saksi
bahwa Laa ilaaha illalloh.’ Lelaki itu sakit, lalu rohnya diangkat. Lalu
aku bermimpi bahwa ia diperintahkan ke Naar. Lalu aku melihat salah satu dari
batu-batu itu, yang aku kenal, telah membesar dan menutup pintu Jahannam darinya.
Kemudian didatangi pintu yang lain, tiba-tiba ada batu lain dari batu-batu itu,
yang aku kenal betul, telah membesar dan menutup salah satu pintu Jahannam darinya.
Hingga sisa batu-batu itu menutup pintu-pintu Jahannam darinya.” (Hasan)
[39] Biji-Biji Kurma yang
Bertasbih
55. Dari
Abdulloh bin Nafi’, ia berkata:
كَانَتِ
امْرَأَةٌ مُتَعَبِّدَةٌ لَهَا نَوًى تُسَبِّحُ اللَّهَ تَعَالَى بِهِنَّ، فَرَأَتْ
ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي مَنَامِهَا كَأَنَّ ذَلِكَ النَّوَى قَائِمٌ عَلَى سُوقِهِ ثَلَاثَ
صُفُوفٍ: الصَّفُّ الْأَوَّلُ يَقُولُ: سُبْحَانَ اللَّهِ دَائِمٌ الثَّبَاتِ، وَالثَّانِي
يَقُولُ: سُبْحَانَ مُخْرِجِ النَّبَاتِ، وَالثَّالِثُ يَقُولُ: سُبْحَانَ مُحْيِي
الْأَمْوَاتِ
“Dahulu ada
seorang wanita ahli ibadah, ia memiliki biji-biji kurma yang ia gunakan untuk
bertasbih kepada Alloh. Pada suatu malam, ia bermimpi seolah-olah biji-biji
kurma itu berdiri di atas batangnya dalam tiga shof (barisan): Shof pertama
berkata: “Subhaanalloh, Yang kekal Keberadaan-Nya”, Shof kedua berkata: “Subhaanalloh,
Yang mengeluarkan tumbuh-tumbuhan”, dan Shof ketiga berkata: “Subhaanalloh,
Yang menghidupkan orang-orang mati.” (Hasan)
[40] Khowarij dalam Mimpi
56. Dari
Abu Maisaroh ‘Amr bin Syurohbil, ia berkata:
رَأَيْتُ
فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ السَّمَاءَ انْفَرَجَتْ فَاطَّلَعَ مِنْهَا رَجُلٌ فَقُلْتُ:
مَا أَنْتَ؟ قَالَ: أَنَا مَلَكٌ، قُلْتُ: أَسْأَلُكَ عَنْ شَيْءٍ، قَالَ: سَلْ عَمَّ
شِئْتَ، قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ أَهْلِ الْجَمَلِ؟ قَالَ: فِئَتَانِ مُؤْمِنَتَانِ
اقْتَتَلُوا، قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ أَهْلِ صِفِّينَ؟ قَالَ: فِئَتَانِ مُؤْمِنَتَانِ
اقْتَتَلُوا، قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ أَهْلِ النَّهْرَوَانِ؟ قَالَ: خَلَعُوا إِمَامَهُمْ
وَنَكَثُوا بَيْعَتَهُمْ فَلَقُوا تَرَحًا
Aku
bermimpi seolah-olah langit terbelah, lalu muncul seorang lelaki darinya. Aku
bertanya: “Siapa kamu?” Ia menjawab: “Aku Malaikat.” Aku berkata: “Aku ingin
bertanya kepadamu tentang sesuatu.” Ia menjawab: “Bertanyalah tentang apa yang
kamu suka.” Aku bertanya: “Beritahukan aku tentang pasukan perang Jamal (antara
Ali vs Aisyah?” Ia menjawab: “Dua golongan Mu’min yang saling berperang.” Aku
bertanya: “Beritahukan aku tentang pasukan perang Shiffin (Ali vs Muawiyah)?”
Ia menjawab: “Dua golongan Mu’min yang saling berperang.” Aku bertanya: “Beritahukan
aku tentang pasukan perang Nahrowan, (yaitu Khowarij)?” Ia menjawab: “Mereka
mencopot pemimpin mereka dan membatalkan bai’at mereka, lalu mereka mendapatkan
kesengsaraan.” (Hasan)
[41] Mimpi Shilah bin Asyyam
57. Humaid
bin Hilal berkata: Shilah [bin Asyyam, wafat 63 H, Tabiin utama] keluar dalam
sebuah pasukan, bersamanya ada putranya dan seorang ‘Aroby dari sukunya.
Lalu ‘Aroby
itu berkata:
رَأَيْتُكَ
يَا أَبَا الصَّهْبَاءِ فِي النَّوْمِ كَأَنَّكَ أَتَيْتَ عَلَى شَجَرَةٍ ظَلِيلَةٍ
فَأَصَبْتَ مِنْ تَحْتِهَا ثَلَاثَ شَهْدَاتٍ فَأَعْطَيْتَنِي وَاحِدَةً وَأَمْسَكَتَ
اثْنَتَيْنِ، فَوَجَدْتُ فِي نَفْسِي أَلَّا تَكُونَ قَاسَمْتَنِي
“Wahai Abu
Ash-Shohba’, aku melihatmu dalam tidur, seolah-olah kamu mendatangi sebuah
pohon yang rindang (yakni Jannah), lalu kamu mendapatkan tiga sarang lebah di
bawahnya (yaitu tingkatan mati syahid yang tinggi). Kamu memberiku satu, dan
kamu menahan dua (karena Shilah lebih tinggi dalam ilmu dan ibadah). Aku merasa
sedikit kecewa karena kamu tidak membaginya rata denganku.”
Lalu mereka
bertemu musuh. Shilah berkata: “Majulah!” Lalu dikatakan bahwa Shilah terbunuh,
dan ‘Aroby itu juga terbunuh. (Hasan)
[42] Abu Lahab di dalam Mimpi
58. Dari
Ummu Salamah rodhiyallahu ‘anha, ia berkata:
رَأَى
أَبَا لَهَبِ بَعْضُ أَهْلِهِ فِي النَّوْمِ فَقَالَ: مَا رَأَيْتُ بَعْدَكُمْ رَاحَةً
غَيْرَ فِي هَذِهِ، وَأَشَارَ إِلَى النُّقْرَةِ الَّتِي فَوْقَ الْإِبْهَامِ بِعَتَقَيْ
ثُوَيْبَةَ، وَكَانَتْ أَرْضَعَتْ النَّبِيِّ ﷺ وَأَبَا سَلَمَةَ
“Sebagian
keluarganya melihat Abu Lahab [dikutuk oleh Alloh] dalam mimpi, lalu ia
berkata: “Aku tidak mendapatkan kenyamanan apa pun setelah kalian kecuali di
bagian ini,” sambil menunjuk ke cekungan di atas ibu jari, karena pemerdekaan
Tsuwaibah, karena Tsuwaibah pernah menyusui Nabi ﷺ dan Abu Salamah.” (Hasan)
[43] Perkara Harom yang
Tersembunyi
59. Dari
Haddaab, ia berkata: Bisyr bin Manshur (wafat 183 H) masuk ke rumahku ini. Aku
bertanya kepadanya: “Apa pendapatmu tentang seorang lelaki (dalam mimpi) yang
seolah-olah sedang berdiri Sholat, dan di sampingnya ada ghudwah (sarapan)?”
Ia terkejut dan berkata:
وَيْحَكَ
يَا هَدَّابُ لَعَلِّي أَنَا هُوَ، فَقُلْتُ: لَا، فَقَالُ: هَذَا رَجُلٌ صَاحَبَ
[...] شَيْئًا مِنَ الْحَرَامِ
“Aduh,
Haddaab! Jangan-jangan aku adalah orang itu!” Aku berkata: “Bukan.” Bisyar
berkata: “Kalau begitu, ia adalah seorang lelaki yang mencampur amalnya dengan
sesuatu dari yang harom.” (Hasan)
[44] Orang yang Berperang di
Kalangan Muslim Bukan Syuhada’
60. Dari
Muhammad bin Sirin (wafat 110 H), ia berkata: Aku melihat Katsir bin Aflah
dalam tidur, dan aku tahu itu adalah mimpi, dan ia telah terbunuh. Aku
melihatnya berjalan membelakangi. Aku tidak suka memanggilnya dengan kunyah-nya
(Abu Muhammad), karena keluargaku akan mengira aku memanggil Al-Hudzail, lalu
mereka membangunkannya. Maka aku berkata: “Hai Katsir!” Lalu ia menghadapku.
Aku bertanya: “Bukankah kamu telah terbunuh?”
Ia
menjawab: “Iya.”
Aku
bertanya: “Bagaimana keadaan kalian?” Ia menjawab:
نَحْنُ
بِخَيْرٍ
“Kami
dalam keadaan baik.”
Aku
bertanya: “Apakah kalian adalah para Syuhada’?”
Ia
menjawab:
لَا،
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ إِذَا اقْتَتَلُوا بَيْنَهُمْ فَلَيْسَ قَتْلَاهُمْ بَيْنَهُمْ
شُهَدَاءُ وَلَكِنْ نَحْنُ النُّدَمَاءُ
“Tidak.
Sungguh, jika kaum Muslimin saling berperang di antara mereka, maka yang
terbunuh di antara mereka bukanlah para Syuhada’, tetapi kami adalah nadama (yang saling menyesal).”
Aku
bertanya: “Apakah kamu tahu di mana kamu berada?”
Ia
menjawab:
مَا مِنَّا
أَحَدٌ إِلَّا قَدْ عَلِمَ أَيْنَ هُوَ
“Tidak ada
seorang pun di antara kami melainkan ia tahu di mana ia berada.”
Aku
bertanya: “Bagaimana keadaanmu?”
Ia
menjawab:
بِخَيْرٍ
“Baik.”
(Hasan dan Atsar shohih, diriwayatkan oleh Ibn As-Sa’d)
[45] Sufyan Ats-Tsauri di dalam
Mimpi
61. Dari Ibrohim
bin A’yan, ia berkata: Aku melihat Ats-Tsauri [Sufyan, wafat 161 H] dalam
mimpi, mengenakan pakaian merah dan kuning. Aku bertanya: “Apa yang kamu
lakukan? Tolong jawab.” Ia menjawab:
أَنَا
مَعَ السَّفَرَةِ
“Aku
bersama para Safaroh.”
Aku
bertanya: “Apa itu Safaroh?” Ia menjawab:
الْكِرَامُ
الْبَرَرَةُ
“Yaitu para
Malaikat yang mulia lagi taat.” (Hasan)
62. Abu
Usamah berkata: “Aku sedang berada di Bashroh saat kabar wafatnya Sufyān
tersebar. Pagi harinya, setelah malam wafatnya beliau, aku bertemu dengan Yazīd
bin Ibrohīm. Ia berkata kepadaku bahwa semalam ia bermimpi ada yang
mengabarkan, ‘Amirul Mu’minin telah meninggal.’ Maka aku menjawab orang yang ia
ceritakan itu dengan berkata, ‘Apakah yang meninggal itu Sufyān Ats-Tsaurī?’
Lalu aku sendiri yang memberitahu Yazīd, ‘Benar, Sufyān wafat tadi malam.’ Dan
saat itu, Yazīd sebenarnya belum mengetahui berita wafatnya.” (Shohih)
63. Abu Sa’id
[Al-Asyajj] berkata: Aku melihat Sa’d bin Al-‘Ala’ bin Sa’d, maula Abu Quroh
Al-Kindi, setelah ia meninggal. Aku bertanya: “Wahai Abul ‘Ala’, apa yang kamu
lakukan?”
Ia
menjawab:
دَخَلْتُ
الْجَنَّةَ فَرَأَيْتُ فِيهَا [...] ثَمَّ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيَّ
“Aku masuk
Jannah, lalu aku melihat di dalamnya [...] kemudian Ibrohim An-Nakho’i [wafat
96 H].” (Shohih)
[46] Siapa yang Sengaja Berkurang,
Maka Ia dalam Kekurangan
64. Isma’il
bin Yazid Ar-Roqqi berkata: Bahwasanya seorang lelaki dari kalangan Tabi’in
melihat Nabi ﷺ
dalam tidur. Ia bertanya: “Wahai Rosululloh ﷺ, berilah aku nasehat.” Beliau bersabda:
نَعَمْ،
مَنْ يَتَعَمَّدِ النُّقْصَانَ فَهُوَ فِي نُقْصَانٍ، وَمَنْ كَانَ فِي نُقْصَانٍ فَالْمَوْتُ
خَيْرٌ لَهُ
“Iya. Siapa
yang sengaja mengurangi (amal kebaikan), maka ia dalam kekurangan. siapa yang dalam kekurangan, maka
kematian lebih baik baginya.” (Hasan, jika Isma’il adalah orang yang
disebutkan biografinya)
[47] Meminta Ditutupi dengan
Kecukupan
65. Dari
Jarir bin Hazim, ia berkata: Aku melihat Asma’ bin ‘Ubaid dalam mimpi. Aku
bertanya: “Apa yang kalian lakukan?” Ia menjawab:
اللَّهُمَّ
اسْتُرْنَا بِالْغِنَى وَالْعَافِيَةِ
“Ya Alloh,
tutuplah aib kami dengan kecukupan dan kesehatan.”
Itulah do’a
yang berasal darinya. (Shohih)
66. Dari
Jarir bin Hazim, bahwasanya ia melihat Nabi ﷺ dalam mimpi, sedang bersandar pada batang kurma Zaid bin ‘Ali
[bin Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Tholib, wafat 122 H], dan beliau bersabda:
هَكَذَا
تَفْعَلُونَ بِوَلَدِي
“Beginilah
yang kalian lakukan terhadap anakku.” (Hasan)
*Dulu Zaid
dibunuh secara zolim dan disalib di batang kurma.
[48] Amalan yang Diharapkan
67. Dari
Al-Hasan [Al-Bashri, wafat 110 H], bahwasanya seorang lelaki bermimpi, lalu
orang yang masih hidup bertanya kepada orang yang meninggal: “Amal apa yang
kalian dapati paling utama?”
Ia
menjawab:
الْقُرْآنُ
“Al-Qur’an.”
Ia
bertanya: “Bagian Al-Qur’an mana yang kalian dapati paling utama?” Ia menjawab:
لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
(Al-Baqoroh: 255, ayat Kursi)
Ia
bertanya: “Apakah kamu mengharapkan sesuatu dari amalan kami?”
Ia
menjawab:
نَرْجُو
أَعْمَالَكُمْ، إِنَّكُمْ تَعْمَلُونَ وَلَا تَعْلَمُونَ، وَنَحْنُ نَعْلَمُ وَلَا
نَعْمَلُ
“Kami
mengharapkan amalan kalian. Sungguh, kalian beramal tetapi tidak mengetahui
(hasilnya), sedangkan kami mengetahui (hasilnya) tetapi tidak bisa beramal.” (Hasan)
68. Dari
Tsabit [Al-Bunani], bahwasanya seorang lelaki kaya yang sering menyembelih
unta, didatangi oleh seorang peminta-minta, lalu ia memerintahkan untuk
memberinya seekor kambing jantan. Lalu ia tertidur di malam hari, dan (ia
berkata): “Aku datang kepada kambingku itu sambil berjalan kaki. Kambing itu
berdiri dan menolakku,” lalu ia terbangun dan berkata: “Demi Alloh, sungguh
jika aku memasuki waktu pagi, aku akan memperbanyak saudara-saudaramu (wahai
kambing, dengan memerbanyak sedekah).” (Kemungkinan hasan)
[49] Mimpi dan Pengalaman Para
Salafush Sholih
69. Dari
Al-Hasan bin Abdul ‘Aziz, ia berkata: Aku melihat Abu Bakar bin Habib
Al-Abroori dalam tidur, seolah-olah ia mengenakan pakaian putih dan dalam
keadaan baik. Aku bertanya: “Apa yang dilakukan terhadapmu? Bagaimana
keadaanmu? bagaimana kamu melihat
Munkar dan Nakir?” Ia berkata: Seolah-olah ia menjawab pertanyaan terakhirku:
لَقَدْ
نَفَضْنَا التُّرَابَ عَنْ أَكْفَانِي
“Sungguh, aku
telah menepis debu dari kain kafanku (ungkapan selamat dari ketakutan).”
Lalu
terlintas di benakku bahwa ia merasakan gentar karena Munkar Nakir itu. Tetapi
ia berkata: “Namun aku di sini,” sambil menunjuk ke satu arah. Seolah-olah aku
berjalan ke arah yang ia tunjuk, tiba-tiba di sana ada genangan air di beberapa
tempat, lalu aku terbangun. Aku menafsirkan bahwa itu adalah (gambaran tentang)
kedekatan dengan Sultan (penguasa). (Shohih)
70. Dari
Abu Hafsh, ia berkata: Aku melihat Nabi ﷺ dalam mimpi, dan beliau mencela aku tentang sesuatu, lalu
beliau berkata kepada Abu Marwan Abdul Malik bin Bazi’:
الْزَمْ
مَا نَفَعَكَ
“Tetapilah
apa yang bermanfaat bagimu.”
Lalu aku
memberitahu Abu Marwan tentang apa yang aku lihat. Ia berkata:
أَلَمْ
تَرَ إِلَى الرَّجُلِ إِذَا كَانَ أَحْمَقَ يُقَالُ لَهُ: الْزَمْ مَا يَنْفَعُكَ
“Tidakkah
kamu perhatikan bahwa jika seorang lelaki itu bodoh, akan dikatakan kepadanya: ‘Tetapilah
apa yang bermanfaat bagimu?’” (Shohih)
71. Nashr
bin ‘Ali berkata: Aku melihat Yazid bin Zuroi’ (wafat 182 H) setelah ia
meninggal, dalam mimpi. Aku bertanya: “Apa yang Alloh lakukan terhadapmu?” Ia
menjawab:
غَفَرَ
لِي
“Dia
mengampuniku.”
Aku
bertanya: “Karena apa?” Ia menjawab:
بِالصَّلَاةِ
“Karena
Sholat (sunnah).” (Shohih)
72. Ya’qub
bin Ishaq bin Ziyad berkata: Ada yang berkata kepadaku dalam mimpiku:
رَاقِبِ
اللَّهَ مُرَاقَبَةَ مَنْ سَمِعَ الزَّجْرَ وَانْتَفَعَ بِالتَّحْذِيرِ
“Jagalah
hubunganmu dengan Allah, sebagaimana seseorang yang benar-benar mendengar teguran
dan mengambil pelajaran dari sebuah peringatan.” (Shohih)
Selesai,
segala puji bagi Alloh.
.jpg)