[PDF] Ijma' - Kesepakatan Ulama dalam Fiqih - Ibnul Mundzir (319 H)
Ringkasan Kitab “Al-Ijma’“ karya Ibnul
Mundzir (319 H)
Identitas Buku:
Judul Asli:
Al-Ijma’ (الإجماع)
Penulis: Abu
Bakr Muhammad bin Ibrohim bin Al-Mundzir An-Naisaburi (wafat 319 H)
Pentahqiq:
Dr. Fu’ad ‘Abdul Mun’im Ahmad
Penerbit:
Darul Muslim (edisi Arab), Pustaka Syabab (edisi terjemahan Indonesia)
Penterjemah:
Nor Kandir, ST., BA
Pengantar Penterjemah:
Penterjemah membuat judul untuk setiap poin
ijma’ agar memudahkan pembaca.
Menyertakan teks Arab untuk keperluan
verifikasi dan hafalan.
Hanya menerjemahkan 361 poin ijma’
berdasarkan naskah yang dimiliki, meskipun pentahqiq menyebutkan jumlah aslinya
1067.
Membuka ruang koreksi dari pembaca.
Profil Singkat Penulis (Ibnul Mundzir):
Seorang imam besar, mujtahid, hafizh, dan ahli
fiqih perbandingan madzhab.
Tidak terikat pada satu madzhab tertentu
(bebas dari taqlid).
Berhijrah untuk menuntut ilmu ke Mesir,
Makkah, dan lainnya.
Wafat di Makkah dan dikenal sebagai
Syaikhul Harom.
Karyanya banyak dipuji oleh ulama seperti
Adz-Dzahabi, As-Subki, dan Ibnu Hajar.
Karya-karyanya yang terkenal selain Al-Ijma’
antara lain Al-Ausath, Al-Isyrof, dan Tafsir Al-Qur’an.
Isi Kandungan Kitab (Ringkasan 361 Poin Ijma’):
Kitab ini membahas masalah-masalah fiqih
yang telah disepakati oleh para ulama (ijma’). Ibnul Mundzir berpendapat bahwa
penyimpangan satu atau dua orang ulama tidak membatalkan keabsahan ijma’.
Materi dibagi dalam beberapa kitab utama:
1. Kitab Thaharah (Bersuci) dan Wudhu:
Sholat tidak sah tanpa bersuci jika mampu.
Hal-hal yang membatalkan wudhu: buang air
besar/kecil, keluar mani, kentut, hilang akal.
Darah istihadhah membatalkan wudhu.
Tawa di dalam Sholat membatalkan Sholat, di
luar Sholat tidak.
Air mutlak sah untuk bersuci, air mawar,
pohon, atau endapan pewarna tidak sah.
Air yang berubah karena najis menjadi
najis, jika tidak berubah (pada air banyak) tetap suci.
Sisa minuman hewan halal adalah suci.
Boleh bertayammum dengan debu jika khawatir
kehausan saat safar.
Keringat orang junub dan haid adalah suci.
2. Kitab Sholat:
Waktu awal Sholat Zhuhur, Maghrib, dan Shubuh.
Boleh jamak Sholat di Arofah (Zhuhur-Ashar) dan
Muzdalifah (Maghrib-Isya’).
Sholat tidak sah tanpa niat.
Mengangkat tangan saat takbirotul ihrom.
Sengaja bicara, makan, minum, dan tertawa
dalam Sholat (fardhu) membatalkan Sholat.
Sholat Jum’at wajib bagi muslim laki-laki,
baligh, merdeka, mukim, dan tidak beruzur.
Boleh mengqoshor Sholat dalam perjalanan (Zhuhur, Ashar, Isya’).
Orang yang tidak mampu berdiri boleh Sholat
duduk.
Wanita haid tidak wajib Sholat dan tidak
wajib mengqodho’-nya, tetapi wajib mengqodho’ puasa.
3. Kitab Pakaian:
Aurot laki-laki dalam Sholat: qubul dan
dubur.
Wanita merdeka yang baligh wajib menutup
kepala dalam Sholat.
Budak wanita tidak wajib menutup kepala
dalam Sholat.
4. Kitab Janazah:
Istri boleh memandikan janazah suaminya.
Wanita boleh memandikan anak kecil
laki-laki.
Janazah tidak boleh dikafani dengan sutra.
Wajib menguburkan janazah.
5. Kitab Zakat:
Zakat wajib pada unta, sapi, dan kambing
yang telah mencapai nishab.
Zakat wajib pada emas, perak, hasil
pertanian (gandum, kurma, dll), dan harta perdagangan setelah mencapai haul.
Zakat Fitri wajib bagi setiap muslim (untuk
diri dan tanggungannya).
Zakat tidak boleh diberikan kepada orang
kafir, orang tua kandung, anak kandung, dan istri (karena sudah menjadi
tanggungan nafkah).
Zakat harus disalurkan kepada 8 golongan
(asnaf) yang disebutkan dalam QS. At-Taubah: 60.
6. Kitab Puasa dan I’tikaf:
Sahur disunnahkan.
Muntah tidak sengaja tidak membatalkan
puasa, sengaja muntah membatalkan.
Orang tua renta yang tidak mampu puasa
boleh tidak berpuasa.
I’tikaf hanya wajib jika dinazarkan.
Jima’ membatalkan i’tikaf.
7. Kitab Haji:
Haji wajib sekali seumur hidup.
Larangan-larangan saat ihram: jima’,
memakai wangi-wangian, memotong kuku/rambut, membunuh binatang buruan, memakai
pakaian berjahit (bagi laki-laki).
Wukuf di Arafah adalah rukun haji.
Thawaf Ifadhah adalah thawaf wajib.
Boleh melontar jumrah untuk anak kecil yang
belum mampu.
Haji fardhu harus dilakukan sendiri, tidak
boleh diwakilkan.
8. Kitab Qurban dan Sembelihan:
Waktu penyembelihan qurban dimulai setelah
terbit fajar hari Nahr (Idul Adha).
Sembelihan ahli kitab (Yahudi &
Nasrani) halal jika menyebut nama Allah.
Sembelihan Majusi haram.
9. Kitab Jihad:
Boleh mengambil jizyah dari Majusi.
Jizyah tidak diwajibkan pada anak kecil,
wanita, budak, dan muslim.
Jaminan keamanan dari pemimpin, prajurit,
dan wanita muslimah adalah sah.
10. Kitab Peradilan, Kesaksian, dan Warisan (Faroidh):
Bukti (beyyinah) dibebankan pada penggugat,
sumpah pada tergugat.
Syarat saksi: muslim, baligh, berakal,
merdeka, adil.
Kesaksian wanita diterima dalam masalah
harta (ditemani seorang laki-laki).
Kesaksian tidak diterima dalam hudud.
Pembagian warisan mengikuti ketentuan
Al-Qur’an (bagian laki-laki umumnya sama dengan dua bagian perempuan).
Pembunuh tidak mewarisi harta orang yang
dibunuhnya.
Wasiat maksimal 1/3 harta dan tidak boleh
untuk ahli waris, kecuali diizinkan.
11. Kitab Nikah:
Wali tidak boleh menikahkan janda tanpa
izinnya.
Wali boleh menikahkan anak perawan yang
masih kecil dengan laki-laki yang sekufu.
Wanita berhak menolak disetubuhi sebelum
mahar dibayar.
Penguasa (hakim) boleh menjadi wali nikah
jika wali asli menolak tanpa alasan syar’i.
Kesimpulan Pentahqiq:
Kitab Al-Ijma’ ini adalah salah satu kitab
paling otentik dalam bidangnya.
Kitab ini menjadi rujukan penting bagi para
ulama dalam menentukan titik kesepakatan (ijma’) umat Islam.
Perbandingan dengan kitab Marotib al-Ijma’ karya Ibnu Hazm menunjukkan perbedaan metodologi, di mana Ibnu Hazm
mensyaratkan tidak ada satupun ulama yang berselisih.
Ringkasan ini disusun secara amanah dengan
merangkum poin-poin utama dari keseluruhan kitab, mulai dari identitas,
pengantar, profil penulis, hingga inti sari 361 poin ijma’ yang dibahas.[NK]
.jpg)