[PDF] Tarjamah 40 Hadits Kebesaran Allah - Arbauna Haditsan fi Azhomati Robbil Alamin - Dr. Muhammad Sholih Al-Munajjid
Unduh PDF
﷽
1.
Allah Ada Sebelum Ada Apapun
Imron bin
Hushoin Rodhiyallahu ‘Anhuma bercerita, dia pernah menemui Nabi ﷺ, setelah mengikat untanya di
pintu Masjid. Kemudian datang sekelompok orang dari Bani Tamim. Nabi ﷺ bersabda, “Terimalah kabar
gembira, wahai Bani Tamim!” Mereka menjawab, “Engkau telah memberi kabar
gembira kepada kami, berilah kami sesuatu,” (mereka mengulanginya dua kali).
Lalu datanglah sekelompok orang dari Yaman, dan Nabi ﷺ bersabda, “Terimalah kabar
gembira, wahai penduduk Yaman, karena Bani Tamim tidak mau menerimanya.” Mereka
berkata, “Kami menerimanya, ya Rosulullah.” Mereka bertanya, “Kami datang
kepadamu untuk bertanya tentang perkara ini (awal penciptaan)?” Nabi ﷺ menjawab,
«كَانَ اللَّهُ
وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى المَاءِ، وَكَتَبَ فِي الذِّكْرِ
كُلَّ شَيْءٍ، وَخَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ»
“Allah
itu ada dan tidak ada sesuatu pun selain-Nya, dan ‘Arsy-Nya di atas air. Dia
telah menulis segala sesuatu di Adz-Dzikr (Lauh Mahfuzh), dan Dia menciptakan
langit serta bumi.”
Tiba-tiba
ada yang memanggil, “Untamu lepas, wahai putra Hushoin!” Maka aku pun pergi,
dan ternyata untaku terhalang oleh fatamorgana (yakni hilang tidak terlihat
lagi). Demi Allah, aku berharap aku membiarkannya (dan tetap mendengarkan sabda
Nabi ﷺ).
(HR. Al-Bukhori no. 3191)
2.
Telah Ditetapkan Sebelum Diciptakan
Abdullah
bin ‘Amr bin Al-’Ash berkata, bahwa dia mendengar Rosulullah ﷺ bersabda,
«كَتَبَ اللهُ
مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ
أَلْفَ سَنَةٍ، قَالَ: وَعَرْشُهُ
عَلَى الْمَاءِ»
“Allah
telah menulis takdir seluruh makhluk 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan
langit dan bumi.” Beliau menambahkan, “Dan ‘Arsy-Nya berada di atas air
(sebelum itu).” (HR. Muslim no. 2653)
3.
Kebesaran Allah dalam Penciptaan yang Menggetarkan Hati
Jubair bin
Muth’im Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, dia mendengar Nabi ﷺ membaca surat Ath-Thur dalam Sholat
Maghrib. Ketika sampai pada ayat ini:
﴿أَمْ خُلِقُوا
مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ (35) أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
بَلْ لَا يُوقِنُونَ (36) أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَبِّكَ أَمْ هُمُ الْمُصَيْطِرُونَ﴾
“Apakah
mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri
mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi? Sebenarnya
mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada
perbendaharaan Robb-mu atau merekakah yang berkuasa?” (QS. Ath-Thur: 35-37),
Jubair
berkata, “Hampir saja jantungku terbang (karena takut). Dan itulah pertama
kalinya iman menancap dalam hatiku.” (HR. Al-Bukhori no. 4854 dan 4023)
4.
Menciptakan Langit dan Bumi
Anas bin
Malik berkata, “Kami dilarang (Al-Quran) bertanya sesuatu kepada Rosulullah ﷺ, maka kami sangat senang jika
ada seorang laki-laki cerdas dari pedalaman datang dan bertanya kepada beliau,
sementara kami mendengarkan.” Lalu datanglah seorang laki-laki dari pedalaman,
dia berkata,
يَا مُحَمَّدُ،
أَتَانَا رَسُولُكَ فَزَعَمَ لَنَا أَنَّكَ تَزْعُمُ أَنَّ اللهَ أَرْسَلَكَ، قَالَ:
«صَدَقَ»، قَالَ: فَمَنْ خَلَقَ السَّمَاءَ؟ قَالَ: «اللهُ»، قَالَ:
فَمَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ؟ قَالَ: «اللهُ»، قَالَ: فَمَنْ نَصَبَ هَذِهِ الْجِبَالَ،
وَجَعَلَ فِيهَا مَا جَعَلَ؟ قَالَ: «اللهُ»، قَالَ: فَبِالَّذِي خَلَقَ السَّمَاءَ،
وَخَلَقَ الْأَرْضَ، وَنَصَبَ هَذِهِ الْجِبَالَ، آللَّهُ أَرْسَلَكَ؟ قَالَ: «نَعَمْ»،
قَالَ: وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِنَا، وَلَيْلَتِنَا،
قَالَ: «صَدَقَ»، قَالَ: فَبِالَّذِي أَرْسَلَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ بِهَذَا؟
قَالَ: «نَعَمْ»، قَالَ: وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا زَكَاةً فِي أَمْوَالِنَا،
قَالَ: «صَدَقَ»، قَالَ: فَبِالَّذِي أَرْسَلَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ بِهَذَا؟
قَالَ: «نَعَمْ»، قَالَ: وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا صَوْمَ شَهْرِ
رَمَضَانَ فِي سَنَتِنَا، قَالَ: «صَدَقَ»، قَالَ: فَبِالَّذِي أَرْسَلَكَ،
آللَّهُ أَمَرَكَ بِهَذَا؟ قَالَ: «نَعَمْ»، قَالَ: وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ
عَلَيْنَا حَجَّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا، قَالَ: «صَدَقَ»،
قَالَ: ثُمَّ وَلَّى، قَالَ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ، لَا أَزِيدُ عَلَيْهِنَّ،
وَلَا أَنْقُصُ مِنْهُنَّ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «لَئِنْ صَدَقَ لَيَدْخُلَنَّ
الْجَنَّةَ»
“Wahai
Muhammad, utusanmu datang kepada kami dan mengklaim bahwa engkau mengklaim
bahwa Allah mengutusmu.” Nabi ﷺ menjawab, “Dia berkata benar.” Orang itu bertanya, “Siapa yang menciptakan
langit?” Nabi ﷺ
menjawab, “Allah.” Orang itu bertanya lagi, “Siapa yang menciptakan bumi?” Nabi
ﷺ
menjawab, “Allah.” Orang itu bertanya lagi, “Siapa yang menegakkan
gunung-gunung ini dan menjadikan padanya apa yang ada?” Nabi ﷺ menjawab, “Allah.” Orang itu
berkata, “Maka demi Dzat yang menciptakan langit, menciptakan bumi, dan
menegakkan gunung-gunung ini, apakah Allah yang mengutusmu?” Nabi ﷺ menjawab, “Ya.” Orang itu
berkata, “Dan utusanmu mengklaim bahwa kami wajib Sholat lima waktu dalam
sehari semalam.” Nabi ﷺ
menjawab, “Dia berkata benar.” Orang itu berkata, “Demi Dzat yang mengutusmu,
apakah Allah memerintahkanmu dengan ini?” Nabi ﷺ menjawab, “Ya.” Orang itu
berkata, “Dan utusanmu mengklaim bahwa kami wajib mengeluarkan Zakat dari harta
kami.” Nabi ﷺ
menjawab, “Dia berkata benar.” Orang itu berkata, “Demi Dzat yang mengutusmu,
apakah Allah memerintahkanmu dengan ini?” Nabi ﷺ menjawab, “Ya.” Orang itu
berkata, “Dan utusanmu mengklaim bahwa kami wajib Puasa sebulan penuh Romadhon
dalam setahun.” Nabi ﷺ
menjawab, “Dia berkata benar.” Orang itu berkata, “Demi Dzat yang mengutusmu,
apakah Allah memerintahkanmu dengan ini?” Nabi ﷺ menjawab, “Ya.” Orang itu
berkata, “Dan utusanmu mengklaim bahwa kami wajib Haji ke Baitullah bagi yang
mampu melakukan perjalanan ke sana.” Nabi ﷺ menjawab, “Dia berkata benar.”
Kemudian orang itu berbalik pergi seraya berkata, “Demi Dzat yang mengutusmu
dengan kebenaran, aku tidak akan menambah dan tidak akan mengurangi sedikit pun
dari kewajiban-kewajiban tersebut.” Maka Nabi ﷺ bersabda, “Jika dia berkata jujur,
niscaya dia akan masuk Surga.” (HR. Muslim no. 12)
5.
Perjanjian Allah dengan Keturunan Adam
Ibnu ‘Abbas
meriwayatkan dari Nabi ﷺ
bahwa beliau bersabda,
«أَخَذَ اللهُ
الْمِيثَاقَ مِنْ ظَهْرِ آدَمَ بِنَعْمَانَ - يَعْنِي عَرَفَةَ - فَأَخْرَجَ مِنْ صُلْبِهِ
كُلَّ ذُرِّيَّةٍ ذَرَأَهَا، فَنَثَرَهُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ كَالذَّرِّ، ثُمَّ كَلَّمَهُمْ
قِبَلًا» قَالَ: ﴿أَلَسْتُ
بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا
عَنْ هَذَا غَافِلِينَ أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا
ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ﴾
“Allah
mengambil perjanjian dari tulang sulbi Adam di Na’man – yaitu ‘Arofah – lalu
mengeluarkan semua keturunan yang Dia ciptakan dari tulang sulbinya, kemudian
menyebarkan mereka di hadapan-Nya seperti semut, lalu Dia berbicara kepada
mereka secara langsung, ‘Bukankah Aku ini Robb kalian?’ Mereka menjawab, ‘Betul
(Engkau Robb kami), kami bersaksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari Kiamat kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya kami lengah terhadap ini.’
Atau (agar) kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya bapak-bapak kami telah
mempersekutukan Rob sejak dahulu, sedang kami (adalah) anak-anak keturunan yang
(datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena
perbuatan orang-orang yang sesat itu?’” (QS. Al-A’rof: 172-173) (HR.
Ahmad no. 2455)
6.
Tantangan Menandingi Penciptaan Allah
Abu Huroiroh
Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, dia mendengar Nabi ﷺ bersabda,
«قَالَ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ: وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذَهَبَ يَخْلُقُ كَخَلْقِي، فَلْيَخْلُقُوا
ذَرَّةً أَوْ لِيَخْلُقُوا حَبَّةً أَوْ شَعِيرَةً»
“Allah
‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Siapakah yang lebih zholim daripada orang
yang ingin menciptakan seperti ciptaan-Ku? Biarkanlah mereka menciptakan dzarroh
(paling kecil), atau habbah (biji lebih besar dari dzarroh), atau
sya’ir (lebih besar dari habbah).’” (HR. Al-Bukhori no. 7559)
7.
Godaan Setan Membisikkan Siapa Pencipta Allah
Abu Huroiroh
Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosulullah ﷺ bersabda,
«يَأْتِي الشَّيْطَانُ
أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ كَذَا، مَنْ خَلَقَ كَذَا، حَتَّى يَقُولَ: مَنْ
خَلَقَ رَبَّكَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ»
“Setan
akan mendatangi salah seorang dari kalian dan berkata, ‘Siapa yang menciptakan
ini? Siapa yang menciptakan itu?’ Hingga dia berkata, ‘Siapa yang menciptakan
Robb-mu?’ Jika dia sampai pada pertanyaan itu, hendaklah dia berlindung kepada
Allah dan berhenti.” (HR. Al-Bukhori no. 3276)
Dalam
riwayat lain:
«لَنْ يَبْرَحَ
النَّاسُ يَتَسَاءَلُونَ حَتَّى يَقُولُوا: هَذَا اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ، فَمَنْ
خَلَقَ اللَّهَ؟»
“Manusia
akan senantiasa bertanya-tanya hingga mereka berkata, ‘Ini Allah, pencipta
segala sesuatu, lalu siapa yang menciptakan Allah?’” (HR. Al-Bukhori no.
7296)
Dalam
riwayat lain:
«إِنَّ الشَّيْطَانَ
يَأْتِي أَحَدَكُمْ، فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ السَّمَاءَ؟ فَيَقُولُ: اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ، فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ؟ فَيَقُولُ: اللَّهُ، فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ
اللَّهَ؟ فَإِذَا أَحَسَّ أَحَدُكُمْ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ، فَلْيَقُلْ: آمَنْتُ بِاللَّهِ
وَبِرُسُلِهِ»
“Sesungguhnya
setan mendatangi salah seorang dari kalian, lalu membisikkan, ‘Siapa yang
menciptakan langit?’ Maka dia menjawab, ‘Allah ‘Azza wa Jalla.’ Setan
berkata, ‘Siapa yang menciptakan bumi?’ Maka dia menjawab, ‘Allah.’ Setan
berkata, ‘Siapa yang menciptakan Allah?’ Maka jika salah seorang dari kalian
merasakan hal itu, hendaklah dia berkata, ‘Aku beriman kepada Allah dan
Rosul-Rosul-Nya.’” (HR. Ahmad no. 8376)
8.
Kebesaran Allah dan Cahaya Wajah-Nya
Abu Musa
berkata: Rosulullah ﷺ
pernah berdiri di antara kami dengan lima kalimat, lalu beliau bersabda,
«إِنَّ اللهَ
عَزَّ وَجَلَّ لَا يَنَامُ، وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ، يَخْفِضُ الْقِسْطَ
وَيَرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ، وَعَمَلُ
النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ، حِجَابُهُ النُّورُ لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ
سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ»
“Sesungguhnya
Allah ‘Azza wa Jalla tidak tidur, dan tidak pantas bagi-Nya untuk tidur.
Dia menurunkan dan mengangkat timbangan. Amalan malam diangkat kepada-Nya
sebelum amalan siang, dan amalan siang sebelum amalan malam. Hijab-Nya adalah
Cahaya. Sekiranya Dia menyingkapnya, niscaya cahaya Wajah-Nya akan membakar
semua makhluk-Nya sejauh pandangan-Nya.” (HR. Muslim no. 179)
9.
Kemahabaikan dan Kemahakuasaan Allah
Abu Dzarr Rodhiyallahu
‘Anhu meriwayatkan dari Nabi ﷺ, dalam apa yang beliau
riwayatkan dari Allah Tabaroka wa Ta’ala, bahwa Allah berfirman,
«يَا عِبَادِي
إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا، فَلَا
تَظَالَمُوا، يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُونِي
أَهْدِكُمْ، يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ، إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ، فَاسْتَطْعِمُونِي
أُطْعِمْكُمْ، يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ، إِلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ، فَاسْتَكْسُونِي
أَكْسُكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَأَنَا
أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا، فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ
لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي، فَتَنْفَعُونِي،
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا
عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا،
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا
عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا، يَا
عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي
صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ، مَا نَقَصَ
ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ،
يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ، ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا،
فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا، فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ، فَلَا يَلُومَنَّ
إِلَّا نَفْسَهُ»
“Wahai
hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharomkan kezholiman atas diri-Ku, dan Aku
menjadikannya harom di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzholimi.
Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali orang yang Aku beri
petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian
petunjuk. Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua lapar kecuali orang yang Aku beri
makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian makan.
Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua telanjang kecuali orang yang Aku beri
pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian
pakaian. Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di siang dan
malam hari, dan Aku mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku,
niscaya Aku akan mengampuni kalian. Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian
tidak akan mampu membahayakan-Ku sehingga kalian benar-benar bisa
membahayakan-Ku, dan kalian pun tidak akan mampu memberi-Ku manfaat sehingga
kalian benar-benar bisa memberi manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku,
sekiranya orang yang pertama dari kalian dan orang yang terakhir dari kalian,
manusia dan jin, hatinya sama dengan seorang laki-laki yang paling bertakwa di
antara kalian, niscaya hal itu tidak akan menambah sedikit pun kekuasaan-Ku.
Wahai hamba-hamba-Ku, sekiranya orang yang pertama dari kalian dan orang yang
terakhir dari kalian, manusia dan jin, hatinya dengan seorang laki-laki yang
paling durhaka dari kalian, niscaya hal itu tidak akan mengurangi sedikit pun
kekuasaan-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, sekiranya orang yang pertama dari kalian
dan orang yang terakhir dari kalian, manusia dan jin, berdiri di satu tempat
lalu meminta kepada-Ku, lalu Aku memberi setiap orang permintaannya, niscaya
hal itu tidak akan mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali sebagaimana jarum
yang dicelupkan ke laut (tidak mengurangi air laut sedikit pun). Wahai
hamba-hamba-Ku, sesungguhnya itu adalah amal perbuatan kalian yang Aku catat
untuk kalian, kemudian Aku akan membalasnya kepada kalian. Maka Siapa yang
mendapatkan kebaikan, hendaklah dia memuji Allah, dan siapa yang mendapatkan
selain itu, maka janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri.”
Said berkata,
“Dulu Abu Idris Al-Khoulani, jika menyampaikan hadits ini, dia berlutut.” (HR.
Muslim no. 2577)
10.
Do’a Perlindungan dan Pengakuan Kekuasaan Allah
Suhail
berkata, “Dulu Abu Sholih memerintahkan kami, jika salah seorang dari kami
ingin tidur, hendaklah dia berbaring di sisi kanannya, kemudian mengucapkan:
«اللهُمَّ رَبَّ
السَّمَاوَاتِ وَرَبَّ الْأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ
شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ،
أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، اللهُمَّ أَنْتَ
الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ،
وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ
شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ، وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ»
‘Ya
Allah, Robb (Pencipta, Pemilik, Pengatur) langit, Robb bumi, dan Robb ‘Arsy
yang Agung. Robb kami dan Robb segala sesuatu, Pembelah biji tanah dan biji
pohon, Penurun Taurot, Injil, dan Al-Furqon. Aku berlindung kepada-Mu dari
keburukan segala sesuatu yang Engkau pegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkau
adalah Yang Pertama, maka tidak ada sesuatu pun sebelum-Mu. Engkau adalah Yang
Terakhir, maka tidak ada sesuatu pun setelah-Mu. Engkau adalah Yang Zhohir
(nyata), maka tidak ada sesuatu pun di atas-Mu. Engkau adalah Yang Bathin
(tersembunyi), maka tidak ada sesuatu pun di bawah-Mu. Lunasilah utang kami,
dan cukupkanlah kami agar terhindar dari kemiskinan.’”
Dan dia
meriwayatkan hal itu dari Abu Huroiroh, dari Nabi ﷺ. (HR. Muslim no. 2713)
11.
Langit dan Bumi dalam Genggaman Allah
Abdullah
bin ‘Umar berkata, Rosulullah ﷺ bersabda,
«يَطْوِي اللهُ
عَزَّ وَجَلَّ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى،
ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ، أَيْنَ الْجَبَّارُونَ؟ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ.
ثُمَّ يَطْوِي الْأَرَضِينَ بِشِمَالِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ؟
أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ»
“Allah
‘Azza wa Jalla akan melipat langit-langit pada hari Kiamat, kemudian Dia
mengambilnya dengan Tangan Kanan-Nya, lalu berfirman, ‘Akulah Raja! Mana
orang-orang yang sombong? Mana orang-orang yang angkuh? Kemudian Dia melipat
bumi dengan Tangan Kiri-Nya, lalu berfirman, ‘Akulah Raja! Mana orang-orang
yang sombong? Mana orang-orang yang angkuh?’” (HR. Muslim no. 2788)
Dari Abu Huroiroh,
dia berkata, “Aku mendengar Rosulullah ﷺ bersabda,
«يَقْبِضُ اللَّهُ
الأَرْضَ، وَيَطْوِي السَّمَوَاتِ بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا المَلِكُ، أَيْنَ
مُلُوكُ الأَرْضِ»
‘Allah
menggenggam bumi dan melipat langit dengan Tangan Kanan-Nya, kemudian
berfirman, ‘Akulah Raja! Mana raja-raja bumi?’” (HR. Al-Bukhori no. 4812)
12.
Seluruh Makhluk di Atas Jari Allah
Abdullah Rodhiyallahu
‘Anhu berkata, “Seorang pendeta Yahudi datang kepada Rosulullah ﷺ lalu berkata,
يَا مُحَمَّدُ
إِنَّا نَجِدُ: أَنَّ اللَّهَ يَجْعَلُ السَّمَوَاتِ عَلَى إِصْبَعٍ وَالأَرَضِينَ
عَلَى إِصْبَعٍ، وَالشَّجَرَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالمَاءَ وَالثَّرَى عَلَى إِصْبَعٍ،
وَسَائِرَ الخَلاَئِقِ عَلَى إِصْبَعٍ، فَيَقُولُ أَنَا المَلِكُ، فَضَحِكَ النَّبِيُّ
ﷺ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ تَصْدِيقًا لِقَوْلِ الحَبْرِ، ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ
ﷺ: ﴿وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ، وَالأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ
القِيَامَةِ، وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ، سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا
يُشْرِكُونَ﴾
‘Wahai
Muhammad, sesungguhnya kami mendapati (dalam Taurot): bahwa Allah menjadikan
langit-langit di atas satu jari, bumi-bumi di atas satu jari, pepohonan di atas
satu jari, air dan tanah di atas satu jari, dan seluruh makhluk lainnya di atas
satu jari, lalu Dia berfirman, ‘Akulah Raja.’’ Maka Nabi ﷺ tertawa hingga terlihat gigi
geraham beliau, membenarkan perkataan pendeta itu. Kemudian Rosulullah ﷺ membaca: ‘Dan mereka tidak
mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya
dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat, dan langit-langit digulung dengan Tangan
Kanan-Nya. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan.’” (QS.
Az-Zumar: 67)
13.
Ketundukan Malaikat terhadap Firman Allah
Abu Huroiroh
berkata, “Nabi Allah ﷺ
bersabda,
«إِذَا قَضَى
اللَّهُ الأَمْرَ فِي السَّمَاءِ، ضَرَبَتِ المَلاَئِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا
لِقَوْلِهِ، كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوَانٍ، فَإِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ
قَالُوا: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا لِلَّذِي قَالَ: الحَقَّ، وَهُوَ العَلِيُّ
الكَبِيرُ، فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُ السَّمْعِ، وَمُسْتَرِقُ السَّمْعِ هَكَذَا بَعْضُهُ
فَوْقَ بَعْضٍ»
‘Jika
Allah menetapkan suatu perkara di langit, para Malaikat akan mengepakkan
sayap-sayap mereka karena tunduk kepada Firman-Nya, seolah-olah seperti rantai menggesek
batu licin. Jika rasa takut telah hilang dari hati mereka, mereka bertanya, ‘Apa
yang Robb kalian katakan?’ Mereka menjawab kepada yang bertanya, ‘Kebenaran.
Dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.’ Maka pencuri pendengaran (setan)
mendengarnya, dan masing-masing pencuri pendengaran itu (dari para dukun)
melakukan seperti ini.” (HR. Al-Bukhori no. 4800)
14.
Keagungan dan Kesombongan Hanya Milik Allah
Abu Sa’id
Al-Khudri dan Abu Huroiroh berkata, Rosulullah ﷺ bersabda,
«الْعِزُّ إِزَارُهُ،
وَالْكِبْرِيَاءُ رِدَاؤُهُ، فَمَنْ يُنَازِعُنِي عَذَّبْتُهُ»
“Keagungan
adalah sarung-Nya, dan kesombongan adalah selendang-Nya. Siapa yang
menyaingi-Ku, niscaya Aku akan mengadzabnya.” (HR. Muslim no. 2620)
Dalam
riwayat lain:
«الْكِبْرِيَاءُ
رِدَائِي، وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي، فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا، قَذَفْتُهُ
فِي النَّارِ»
“Kesombongan
adalah selendang-Ku, dan keagungan adalah sarung-Ku. Siapa yang menyaingi-Ku
pada salah satunya, niscaya Aku akan melemparkannya ke dalam Neraka.” (HR.
Abu Dawud no. 4090)
15.
Do’a Rosulullah ﷺ yang Komprehensif
Ubaidullah
bin Abdullah Az-Zuroqi berkata, “Ketika terjadi Perang Uhud dan kaum musyrikin
telah mundur, Rosulullah ﷺ bersabda, ‘Berdirilah kalian dalam barisan agar aku dapat
memuji Robb-ku.’ Maka mereka berbaris di belakang beliau. Lalu beliau berdoa,
«اللهُمَّ لَكَ
الْحَمْدُ كُلُّهُ، اللهُمَّ لَا قَابِضَ لِمَا بَسَطْتَ، وَلَا بَاسِطَ لِمَا قَبَضْتَ،
وَلَا هَادِيَ لِمَا أَضْلَلْتَ، وَلَا مُضِلَّ لِمَنْ هَدَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا
مَنَعْتَ، وَلَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُقَرِّبَ لِمَا بَاعَدْتَ، وَلَا
مُبَاعِدَ لِمَا قَرَّبْتَ، اللهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ
وَفَضْلِكَ وَرِزْقِكَ، اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ الْمُقِيمَ الَّذِي
لَا يَحُولُ وَلَا يَزُولُ، اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ الْعَيْلَةِ
وَالْأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ، اللهُمَّ إِنِّي عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا
وَشَرِّ مَا مَنَعْتَ، اللهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا،
وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ، وَالْفُسُوقَ، وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ،
اللهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ، وَأَحْيِنَا مُسْلِمِينَ، وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ
غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مَفْتُونِينَ، اللهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ
رُسُلَكَ، وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ، وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ،
اللهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَهَ الْحَقِّ»
‘Ya
Allah, segala puji hanya milik-Mu, Engkaulah pengatur segala sesuatu. Ya Allah,
tidak ada yang dapat menahan apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang dapat
memberi apa yang Engkau tahan. Tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepada apa
yang Engkau sesatkan, dan tidak ada yang dapat menyesatkan orang yang Engkau
beri petunjuk. Tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau tahan, dan tidak
ada yang dapat menahan apa yang Engkau berikan. Tidak ada yang dapat
mendekatkan apa yang Engkau jauhkan, dan tidak ada yang dapat menjauhkan apa
yang Engkau dekatkan. Ya Allah, luaskanlah kepada kami dari keberkahan-Mu, rohmat-Mu,
karunia-Mu, dan rezeki-Mu. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kenikmatan yang
kekal yang tidak berubah dan tidak hilang. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu
kenikmatan pada hari kesulitan dan keamanan pada hari ketakutan. Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang Engkau berikan kepada kami dan
keburukan apa yang Engkau tahan. Ya Allah, jadikanlah kami mencintai iman dan
hiasilah ia di dalam hati kami, dan jadikanlah kami membenci kekafiran,
kefasikan, dan kemaksiatan, dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang
mendapat petunjuk. Ya Allah, wafatkanlah kami dalam keadaan Muslim, hidupkanlah
kami dalam keadaan Muslim, dan gabungkanlah kami dengan orang-orang sholih tanpa
kehinaan dan fitnah. Ya Allah, perangilah orang-orang kafir yang mendustakan
Rosul-Rosul-Mu dan menghalangi jalan-Mu, dan timpakanlah kepada mereka adzab
dan siksa-Mu. Ya Allah, perangilah orang-orang kafir yang diberi Kitab, wahai
Ilah Yang Haq.’” (HR. Ahmad no. 15492)
16.
Andai Allah Menyiksa Seluruh Makhluk
Ibnu
Ad-Dailami berkata, “Aku mendatangi Ubay bin Ka’b, lalu aku berkata kepadanya, ‘Ada
sesuatu tentang takdir yang terlintas (buruk) dalam hatiku, maka ceritakanlah
kepadaku sesuatu agar Allah menghilangkannya dari hatiku.’” Ubay menjawab,
«لَوْ أَنَّ اللَّهَ
عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ عَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ
لَهُمْ، وَلَوْ رَحِمَهُمْ كَانَتْ رَحْمَتُهُ خَيْرًا لَهُمْ مِنْ أَعْمَالِهِمْ،
وَلَوْ أَنْفَقْتَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا قَبِلَهُ اللَّهُ
مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ، وَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ،
وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ، وَلَوْ مُتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا
لَدَخَلْتَ النَّارَ»
“Sekiranya
Allah mengadzab penduduk langit-Nya dan penduduk bumi-Nya, niscaya Dia akan
mengadzab mereka dan Dia tidak berbuat zholim kepada mereka. Dan sekiranya Dia
merohmati mereka, niscaya rohmat-Nya lebih baik bagi mereka daripada amal perbuatan
mereka. Dan sekiranya engkau menginfakkan emas seberat gunung Uhud di jalan
Allah, niscaya Allah tidak akan menerimanya darimu hingga engkau beriman kepada
takdir, dan engkau mengetahui bahwa apa yang menimpamu tidak akan meleset
darimu, dan apa yang meleset darimu tidak akan menimpamu. Dan sekiranya engkau
mati di atas selain keyakinan ini, niscaya engkau akan masuk Neraka.”
Kemudian
aku mendatangi Abdullah bin Mas’ud, lalu dia berkata yang serupa. Kemudian aku
mendatangi Hudzaifah bin Al-Yaman, lalu dia berkata yang serupa. Kemudian aku
mendatangi Zaid bin Tsabit, lalu dia meriwayatkan kepadaku dari Nabi ﷺ yang serupa. (HR. Abu
Dawud no. 4699)
17.
Tangan Allah yang Penuh Berkah Tidak Pernah Berkurang
Abu Huroiroh
meriwayatkan bahwa Rosulullah ﷺ bersabda,
«يَدُ اللَّهِ
مَلْأَى لاَ يَغِيضُهَا نَفَقَةٌ، سَحَّاءُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ، وَقَالَ: أَرَأَيْتُمْ
مَا أَنْفَقَ مُنْذُ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَغِضْ مَا فِي
يَدِهِ، وَقَالَ: عَرْشُهُ عَلَى المَاءِ، وَبِيَدِهِ الأُخْرَى المِيزَانُ، يَخْفِضُ
وَيَرْفَعُ»
“Tangan
Allah penuh, tidak berkurang karena memberi, Dia senantiasa memberi pada siang
dan malam. Tidakkah kalian melihat apa yang telah Dia infakkan (berikan) sejak
menciptakan langit dan bumi? Sesungguhnya hal itu tidak mengurangi apa yang ada
di Tangan-Nya.’ Beliau bersabda, ‘‘Arsy-Nya di atas air, dan di Tangan-Nya yang
lain ada timbangan, Dia merendahkan dan meninggikan.’” (HR. Al-Bukhori no.
7411)
Dalam
riwayat lain:
«إِنَّ يَمِينَ
اللَّهِ مَلْأَى لاَ يَغِيضُهَا نَفَقَةٌ، سَحَّاءُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ، أَرَأَيْتُمْ
مَا أَنْفَقَ مُنْذُ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَنْقُصْ مَا
فِي يَمِينِهِ، وَعَرْشُهُ عَلَى المَاءِ، وَبِيَدِهِ الأُخْرَى الفَيْضُ - أَوِ القَبْضُ
- يَرْفَعُ وَيَخْفِضُ»
“Sesungguhnya
Tangan Kanan Allah penuh, tidak berkurang karena nafkah (memberi), Dia
senantiasa memberi pada siang dan malam. Tidakkah kalian melihat apa yang telah
Dia infakkan sejak menciptakan langit dan bumi? Sesungguhnya hal itu tidak
mengurangi apa yang ada di Tangan Kanan-Nya. Dan ‘Arsy-Nya di atas air, dan di
Tangan-Nya yang lain ada kelimpahan – atau genggaman – Dia mengangkat dan
merendahkan.” (HR. Al-Bukhori no. 7419)
18.
Tuduhan Allah Memiliki Anak dan Tidak Mampu Membangkitkan
Abu Huroiroh
Rodhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
«قَالَ اللَّهُ:
كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي، كَمَا بَدَأَنِي،
وَلَيْسَ أَوَّلُ الخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ، وَأَمَّا شَتْمُهُ
إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا وَأَنَا الأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ
وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفْئًا أَحَدٌ»
“Allah
berfirman, ‘Anak Adam telah mendustakan-Ku, padahal hal itu tidak pantas
baginya, dan dia telah mencela-Ku, padahal hal itu tidak pantas baginya. Adapun
pendustaannya terhadap-Ku adalah perkataannya: ‘Allah tidak akan mengembalikan (membangkitkan)
aku (setelah mati) sebagaimana Dia memulai (penciptaan) aku.’ Padahal
penciptaan yang pertama tidaklah lebih mudah bagi-Ku daripada mengulanginya.
Adapun celaannya terhadap-Ku adalah perkataannya: ‘Allah mengambil anak.
Padahal Aku adalah Yang Esa, Yang Maha Dibutuhkan, tidak beranak dan tidak
diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Ku.’” (HR.
Al-Bukhori no. 4974)
Dari Ibnu ‘Abbas
Rodhiyallahu ‘Anhuma, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
«قَالَ اللَّهُ:
كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَزَعَمَ أَنِّي لاَ أَقْدِرُ أَنْ أُعِيدَهُ
كَمَا كَانَ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ، فَقَوْلُهُ لِي وَلَدٌ، فَسُبْحَانِي أَنْ
أَتَّخِذَ صَاحِبَةً أَوْ وَلَدًا»
“Allah
berfirman, ‘Anak Adam telah mendustakan-Ku, padahal hal itu tidak pantas
baginya, dan dia telah mencela-Ku, padahal hal itu tidak pantas baginya. Adapun
pendustaannya terhadap-Ku adalah karena dia mengira bahwa Aku tidak mampu
mengembalikannya seperti semula (setelah mati). Adapun celaannya terhadap-Ku
adalah perkataannya Aku memiliki anak. Mahasuci Aku dari mengambil seorang
istri atau anak.’” (HR. Al-Bukhori no. 4482)
19.
Tanda-tanda Kebesaran Allah bagi Orang Berakal
‘Aisyah
meriwayatkan dari Nabi ﷺ
bahwa beliau bersabda,
«لَقَدْ نَزَلَتْ
عَلَيَّ اللَّيْلَةَ آيَةٌ وَيْلٌ لِمَنْ قَرَأَهَا وَلَمْ يَتَفَكَّرْ فِيهَا: ﴿إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ
اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ
اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴾»
“Sungguh,
tadi malam telah turun kepadaku sebuah ayat, celakalah orang yang membacanya
tetapi tidak merenungkan isinya: ‘Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Robb kami, tidaklah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami
dari adzab Neraka.’’” (QS. Ali ‘Imron: 190-191) (HR. Ibnu Hibban no.
620)
20.
Beriman Kepada Allah Kafir Kepada Bintang
Zaid bin
Kholid Al-Juhani berkata, “Rosulullah ﷺ Sholat Subuh bersama kami di Hudaibiyah setelah
hujan turun pada malam harinya. Setelah selesai Sholat, beliau menoleh kepada
orang-orang dan bersabda, ‘Tahukah kalian apa yang Robb kalian katakan?’” Mereka
menjawab, “Allah dan Rosul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda,
«أَصْبَحَ مِنْ
عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ
وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ بِالكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ:
بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي وَمُؤْمِنٌ بِالكَوْكَبِ»
“Pagi
ini ada di antara hamba-hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir.
Adapun orang yang berkata, ‘Kami diberi hujan dengan karunia dan rohmat
Allah,’ maka itulah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang.
Adapun orang yang berkata, ‘(Kami diberi hujan) dengan sebab bintang ini dan
itu,’ maka itulah orang yang kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang.” (HR.
Al-Bukhori no. 846)
21.
Hanya Allah yang Mengatur Waktu
Abu Huroiroh
Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosulullah ﷺ bersabda,
«يُؤْذِينِي ابْنُ
آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي الأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ
وَالنَّهَارَ»
“Allah
‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Anak Adam menyakiti-Ku dengan mencaci maki
masa, padahal Aku pengatur masa. Di Tangan-Ku segala urusan, Aku
membolak-balikkan malam dan siang.’” (HR. Al-Bukhori no. 4826)
Dalam
riwayat lain:
«يُؤْذِينِي ابْنُ
آدَمَ يَقُولُ: يَا خَيْبَةَ الدَّهْرِ فَلَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ: يَا خَيْبَةَ
الدَّهْرِ فَإِنِّي أَنَا الدَّهْرُ، أُقَلِّبُ لَيْلَهُ وَنَهَارَهُ، فَإِذَا شِئْتُ
قَبَضْتُهُمَا»
“Anak
Adam menyakiti-Ku dengan berkata, ‘Alangkah sialnya masa!’ Maka janganlah salah
seorang dari kalian berkata, ‘Alangkah sialnya masa!’ Karena sesungguhnya Aku pengatur
masa, Aku membolak-balikkan malam dan siangnya, dan jika Aku menghendaki, Aku
akan menggenggam keduanya.” (HR. Muslim no. 2246)
22.
Perjalanan Matahari dan Tanda Kiamat
Abu Dzarr Rodhiyallahu
‘Anhu berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda kepadanya ketika matahari terbenam, “Tahukah engkau ke
mana matahari ini pergi?” Aku menjawab, “Allah dan Rosul-Nya lebih mengetahui.”
Beliau bersabda,
«فَإِنَّهَا تَذْهَبُ
حَتَّى تَسْجُدَ تَحْتَ العَرْشِ، فَتَسْتَأْذِنَ فَيُؤْذَنُ لَهَا وَيُوشِكُ أَنْ
تَسْجُدَ، فَلاَ يُقْبَلَ مِنْهَا، وَتَسْتَأْذِنَ فَلاَ يُؤْذَنَ لَهَا يُقَالُ لَهَا:
ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتَطْلُعُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى:
﴿وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ العَزِيزِ العَلِيمِ﴾»
“Sesungguhnya
ia pergi hingga bersujud di bawah ‘Arsy, lalu meminta izin (kembali terbit dari
timur) dan diizinkan baginya. Dan hampir tiba waktunya ia bersujud, lalu tidak
diterima sujudnya, dan meminta izin lalu tidak diizinkan baginya, dikatakan
kepadanya: ‘Kembalilah dari tempatmu datang! (Yakni terbir dari barat).’ Maka
ia terbit dari tempat terbenamnya (barat). Itulah firman Allah Ta’ala: ‘Dan
matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang
Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.’ (QS. Yasin: 38)” (HR. Al-Bukhori
no. 3199)
Dalam
riwayat lain: “Tahukah kalian ke mana matahari ini pergi?” Mereka menjawab, “Allah
dan Rosul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda,
«إِنَّ هَذِهِ
تَجْرِي حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ الْعَرْشِ، فَتَخِرُّ سَاجِدَةً،
فَلَا تَزَالُ كَذَلِكَ حَتَّى يُقَالَ لَهَا: ارْتَفِعِي، ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ،
فَتَرْجِعُ فَتُصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَطْلِعِهَا، ثُمَّ تَجْرِي حَتَّى تَنْتَهِيَ
إِلَى مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ الْعَرْشِ، فَتَخِرُّ سَاجِدَةً، وَلَا تَزَالُ كَذَلِكَ
حَتَّى يُقَالَ لَهَا: ارْتَفِعِي، ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتَرْجِعُ فَتُصْبِحُ
طَالِعَةً مِنْ مَطْلِعِهَا، ثُمَّ تَجْرِي لَا يَسْتَنْكِرُ النَّاسَ مِنْهَا شَيْئًا
حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا ذَاكَ تَحْتَ الْعَرْشِ، فَيُقَالُ لَهَا:
ارْتَفِعِي أَصْبِحِي طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِكِ، فَتُصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِهَا»
“Sesungguhnya
ini berjalan hingga sampai pada tempat peredarannya di bawah ‘Arsy, lalu ia
bersujud. Ia akan senantiasa demikian hingga dikatakan kepadanya: ‘Bangkitlah,
kembalilah dari tempatmu datang!’ Maka ia kembali dan terbit dari tempat
terbitnya. Kemudian ia berjalan hingga sampai pada tempat peredarannya di bawah
‘Arsy, lalu ia bersujud. Ia akan senantiasa demikian hingga dikatakan
kepadanya: ‘Bangkitlah, kembalilah dari tempatmu datang!’ Maka ia kembali dan
terbit dari tempat terbitnya. Kemudian ia berjalan dan orang-orang tidak
menganggapnya aneh sedikit pun hingga sampai pada tempat peredarannya itu di
bawah ‘Arsy, lalu dikatakan kepadanya: ‘Bangkitlah, terbitlah dari tempat
terbenammu!’ Maka ia terbit dari tempat terbenamnya.”
Rosulullah ﷺ bersabda,
«أَتَدْرُونَ
مَتَى ذَاكُمْ؟ ذَاكَ حِينَ ﴿لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ
مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا﴾ [الأنعام: 158]»
“Tahukah
kalian kapan itu? Itu terjadi ketika ‘tidak bermanfaat lagi iman seseorang
kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau (belum)
mengusahakan kebaikan dalam imannya.’ (QS. Al-An’am: 158)” (HR.
Muslim no. 159)
23.
Perbandingan Langit, Kursi, dan ‘Arsy
Abu Dzarr Rodhiyallahu
‘Anhu berkata, Nabi ﷺ bersabda,
«مَا السَّمَاوَاتُ
السَّبْعُ فِي الْكُرْسِيِّ إِلَّا كَحَلْقَةٍ مُلْقَاةٍ فِي أَرْضِ فَلَاةٍ، وَفَضَلُ
الْعَرْشِ عَلَى الْكُرْسِيِّ كَفَضْلِ الْفَلَاةِ عَلَى تِلْكَ الْحَلْقَةِ»
“Tujuh
langit di dalam Kursi tidak lain hanyalah seperti cincin yang dilemparkan di
tanah lapang. Dan keutamaan ‘Arsy atas Kursi adalah seperti keutamaan tanah
lapang atas cincin itu.” (HR. Al-Baihaqi dalam Al-Asma wa Ash-Shifat
no. 861)
24.
Rohmat Allah Mengalahkan Murka-Nya
Abu Huroiroh
Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, Rosulullah ﷺ bersabda,
«لَمَّا قَضَى
اللَّهُ الخَلْقَ كَتَبَ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ العَرْشِ إِنَّ رَحْمَتِي
غَلَبَتْ غَضَبِي»
“Ketika
Allah menyelesaikan penciptaan, Dia menulis dalam Kitab-Nya – dan Kitab itu ada
di sisi-Nya di atas ‘Arsy – ‘Sesungguhnya rohmat-Ku mengalahkan murka-Ku.’” (HR.
Al-Bukhori no. 3194)
Dalam
riwayat lain:
«إِنَّ اللَّهَ
كَتَبَ كِتَابًا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ الخَلْقَ: إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي،
فَهُوَ مَكْتُوبٌ عِنْدَهُ فَوْقَ العَرْشِ»
“Sesungguhnya
Allah menulis sesuatu sebelum Dia menciptakan makhluk: ‘Sesungguhnya rohmat-Ku
mendahului murka-Ku.’ Maka Kitab itu tertulis di sisi-Nya di atas ‘Arsy.” (HR.
Al-Bukhori no. 7554)
25.
Do’a Nabi ﷺ
di Malam Hari tentang Keesaan dan Kekuasaan Allah
Ibnu ‘Abbas
Rodhiyallahu ‘Anhuma berkata, “Apabila Nabi ﷺ bangun di malam hari untuk
Tahajjud, beliau berdoa,
«اللَّهُمَّ لَكَ
الحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ
لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ
السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضِ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ الحَقُّ وَوَعْدُكَ الحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ،
وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ
ﷺ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ
تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ
لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ المُقَدِّمُ،
وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ، لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا
بِاللَّهِ»
‘Ya
Allah, segala puji hanya milik-Mu, Engkaulah Pengatur langit dan bumi serta
siapa saja yang ada di dalamnya. Segala puji hanya milik-Mu, hanya milik-Mu
kerajaan langit dan bumi serta siapa saja yang ada di dalamnya. Segala puji
hanya milik-Mu, Engkaulah Cahaya langit dan bumi serta siapa saja yang ada di
dalamnya. Segala puji hanya milik-Mu, Engkaulah Raja langit dan bumi. Segala
puji hanya milik-Mu, Engkaulah kebenaran, janji-Mu adalah kebenaran, pertemuan
dengan-Mu adalah kebenaran, firman-Mu adalah kebenaran, Surga adalah kebenaran,
Neraka adalah kebenaran, para Nabi adalah kebenaran, Muhammad ﷺ adalah kebenaran, dan hari
Kiamat adalah kebenaran. Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah diri, hanya kepada-Mu
aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakal, hanya kepada-Mu aku bertaubat, hanya
dengan (nama-Mu) aku berdebat, dan hanya kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah
dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, yang aku sembunyikan dan yang
aku tampakkan. Engkaulah Yang Mendahulukan dan Engkaulah Yang Mengakhirkan.
Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Engkau, dan tidak ada daya serta
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.’” (HR. Al-Bukhori no. 1120)
Dalam
riwayat lain:
«اللَّهُمَّ لَكَ
الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضِ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ،
أَنْتَ الحَقُّ، وَوَعْدُكَ الحَقُّ، وَقَوْلُكَ الحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ الحَقُّ، وَالجَنَّةُ
حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ
أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ
خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا
أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ إِلَهِي لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ»
“Ya
Allah, segala puji hanya milik-Mu, Engkaulah Cahaya langit dan bumi. Segala
puji hanya milik-Mu, Engkaulah Pengatur langit dan bumi. Segala puji hanya
milik-Mu, Engkaulah Robb langit dan bumi serta siapa saja yang ada di dalamnya.
Engkaulah kebenaran, janji-Mu adalah kebenaran, firman-Mu adalah kebenaran,
pertemuan dengan-Mu adalah kebenaran, Surga adalah kebenaran, Neraka adalah
kebenaran, para Nabi adalah kebenaran, dan hari Kiamat adalah kebenaran. Ya
Allah, hanya kepada-Mu aku berserah diri, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu
aku bertawakal, hanya kepada-Mu aku bertaubat, hanya dengan (nama-Mu) aku
berdebat, dan hanya kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah dosa-dosaku yang
telah lalu dan yang akan datang, yang aku sembunyikan dan yang aku tampakkan.
Engkaulah Ilah-ku, tidak ada ilah yang berhak disembah selain Engkau.” (HR.
Al-Bukhori no. 7499)
26.
Diampuni karena Takut kepada Allah
Abu Huroiroh
meriwayatkan bahwa Rosulullah ﷺ bersabda,
«قَالَ رَجُلٌ
لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ: فَإِذَا مَاتَ فَحَرِّقُوهُ وَاذْرُوا نِصْفَهُ فِي البَرِّ،
وَنِصْفَهُ فِي البَحْرِ، فَوَاللَّهِ لَئِنْ قَدَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ لَيُعَذِّبَنَّهُ
عَذَابًا لاَ يُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِنَ العَالَمِينَ، فَأَمَرَ اللَّهُ البَحْرَ فَجَمَعَ
مَا فِيهِ، وَأَمَرَ البَرَّ فَجَمَعَ مَا فِيهِ، ثُمَّ قَالَ: لِمَ فَعَلْتَ؟ قَالَ:
مِنْ خَشْيَتِكَ وَأَنْتَ أَعْلَمُ، فَغَفَرَ لَهُ»
“Ada
seorang laki-laki yang tidak pernah berbuat kebaikan sedikit pun berkata, ‘Jika
aku mati, bakarlah aku dan taburkan separuhnya di daratan dan separuhnya di
lautan. Demi Allah, jika Allah mampu mengadiliku, niscaya Dia akan mengadzabku
dengan adzab yang tidak pernah Dia timpakan kepada siapa pun di alam semesta
ini.’ Maka Allah memerintahkan laut untuk mengumpulkan apa yang ada di
dalamnya, dan memerintahkan daratan untuk mengumpulkan apa yang ada di
dalamnya. Kemudian Allah berfirman, ‘Mengapa engkau melakukan itu?’ Laki-laki
itu menjawab, ‘Karena takut kepada-Mu, dan Engkau lebih mengetahui.’ Maka Dia
mengampuninya.” (HR. Al-Bukhori no. 7506)
Dalam
riwayat lain:
«كَانَ رَجُلٌ
يُسْرِفُ عَلَى نَفْسِهِ فَلَمَّا حَضَرَهُ المَوْتُ قَالَ لِبَنِيهِ: إِذَا أَنَا
مُتُّ فَأَحْرِقُونِي، ثُمَّ اطْحَنُونِي، ثُمَّ ذَرُّونِي فِي الرِّيحِ، فَوَاللَّهِ
لَئِنْ قَدَرَ عَلَيَّ رَبِّي لَيُعَذِّبَنِّي عَذَابًا مَا عَذَّبَهُ أَحَدًا، فَلَمَّا
مَاتَ فُعِلَ بِهِ ذَلِكَ، فَأَمَرَ اللَّهُ الأَرْضَ فَقَالَ: اجْمَعِي مَا فِيكِ
مِنْهُ، فَفَعَلَتْ، فَإِذَا هُوَ قَائِمٌ، فَقَالَ: مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ؟
قَالَ: يَا رَبِّ خَشْيَتُكَ –
وفي رواية: مَخَافَتُكَ
يَا رَبِّ - فَغَفَرَ لَهُ»
“Ada
seorang laki-laki yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri (yakni banyak
bermaksiat). Ketika kematian mendatanginya, dia berkata kepada anak-anaknya, ‘Jika
aku mati, bakarlah aku, kemudian haluskanlah aku, lalu taburkanlah aku di atas angin.
Demi Allah, jika Robb-ku mampu mengadiliku, niscaya Dia akan mengadzabku dengan
adzab yang tidak pernah Dia timpakan kepada siapa pun.’ Ketika dia meninggal,
hal itu dilakukan kepadanya. Maka Allah memerintahkan bumi dengan berfirman, ‘Kumpulkanlah
apa yang ada padamu darinya,’ maka bumi melakukannya, dan tiba-tiba dia berdiri.
Allah berfirman, ‘Apa yang mendorongmu melakukan apa yang telah engkau lakukan?’
Laki-laki itu menjawab, ‘Wahai Robb-ku, karena rasa takut kepada-Mu’ – dalam
riwayat lain: ‘ketakutan kepada-Mu, wahai Robb-ku.’ – Maka Dia mengampuninya.” (HR.
Al-Bukhori no. 3481)
Abu Sa’id
Al-Khudri meriwayatkan dari Nabi ﷺ,
«أَنَّ رَجُلًا
فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، رَاشَهُ اللهُ مَالًا وَوَلَدًا، فَقَالَ لِوَلَدِهِ: لَتَفْعَلُنَّ
مَا آمُرُكُمْ بِهِ أَوْ لَأُوَلِّيَنَّ مِيرَاثِي غَيْرَكُمْ، إِذَا أَنَا مُتُّ،
فَأَحْرِقُونِي - وَأَكْثَرُ عِلْمِي أَنَّهُ قَالَ - ثُمَّ اسْحَقُونِي، وَاذْرُونِي
فِي الرِّيحِ، فَإِنِّي لَمْ أَبْتَهِرْ عِنْدَ اللهِ خَيْرًا، وَإِنَّ اللهَ يَقْدِرُ
عَلَيَّ أَنْ يُعَذِّبَنِي، قَالَ: فَأَخَذَ مِنْهُمْ مِيثَاقًا، فَفَعَلُوا ذَلِكَ
بِهِ، وَرَبِّي، فَقَالَ اللهُ: مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا فَعَلْتَ؟ فَقَالَ: مَخَافَتُكَ،
قَالَ فَمَا تَلَافَاهُ غَيْرُهَا»
“Seorang
laki-laki dari umat sebelum kalian, Allah memberinya harta dan anak. Lalu dia
berkata kepada anak-anaknya, ‘Kalian harus melakukan apa yang aku perintahkan
kepada kalian atau aku akan mewariskan hartaku kepada selain kalian: jika aku
mati, bakarlah aku – rowi berkata: dugaanku dia berkata – kemudian haluskanlah
aku, dan taburkanlah aku di udara berangin. Sesungguhnya aku tidak pernah
melakukan kebaikan sedikit pun di sisi Allah (selain beriman), dan sesungguhnya
Allah mampu mengadzabku.’” Nabi ﷺ bersabda, “Maka dia mengambil
janji dari mereka, lalu mereka melakukan itu kepadanya, demi Robb-ku. Kemudian
Allah berfirman, ‘Apa yang mendorongmu melakukan apa yang telah engkau lakukan?’
Laki-laki itu menjawab, ‘Ketakutan kepada-Mu.’ Maka tidak ada yang
menyelamatkannya kecuali rohmat itu.” (HR. Muslim no. 2757)
Dalam
riwayat lain:
«أَنَّهُ ذَكَرَ
رَجُلًا فِيمَنْ سَلَفَ - أَوْ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، قَالَ: كَلِمَةً: يَعْنِي
- أَعْطَاهُ اللَّهُ مَالًا وَوَلَدًا، فَلَمَّا حَضَرَتِ الوَفَاةُ، قَالَ لِبَنِيهِ:
أَيَّ أَبٍ كُنْتُ لَكُمْ؟ قَالُوا: خَيْرَ أَبٍ، قَالَ: فَإِنَّهُ لَمْ يَبْتَئِرْ
- أَوْ لَمْ يَبْتَئِزْ - عِنْدَ اللَّهِ خَيْرًا، وَإِنْ يَقْدِرِ اللَّهُ عَلَيْهِ
يُعَذِّبْهُ، فَانْظُرُوا إِذَا مُتُّ فَأَحْرِقُونِي حَتَّى إِذَا صِرْتُ فَحْمًا
فَاسْحَقُونِي - أَوْ قَالَ: فَاسْحَكُونِي -، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ رِيحٍ عَاصِفٍ
فَأَذْرُونِي فِيهَا، فَقَالَ نَبِيُّ اللَّهِ ﷺ: فَأَخَذَ مَوَاثِيقَهُمْ عَلَى ذَلِكَ
وَرَبِّي، فَفَعَلُوا، ثُمَّ أَذْرَوْهُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ، فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ: كُنْ، فَإِذَا هُوَ رَجُلٌ قَائِمٌ، قَالَ اللَّهُ: أَيْ عَبْدِي مَا حَمَلَكَ
عَلَى أَنْ فَعَلْتَ مَا فَعَلْتَ؟ قَالَ: مَخَافَتُكَ، - أَوْ فَرَقٌ مِنْكَ -، قَالَ:
فَمَا تَلاَفَاهُ أَنْ رَحِمَهُ عِنْدَهَا» وَقَالَ مَرَّةً أُخْرَى: «فَمَا تَلاَفَاهُ غَيْرُهَا»
“Bahwasanya
Nabi ﷺ
menyebutkan seorang laki-laki dari umat terdahulu – atau dari umat sebelum
kalian, beliau berkata sebuah kalimat – yaitu Allah memberinya harta dan anak.
Ketika kematian mendatanginya, dia berkata kepada anak-anaknya, ‘Ayah macam apa
aku bagi kalian?’ Mereka menjawab, ‘Ayah yang terbaik.’ Dia berkata, ‘Sesungguhnya
ayah kalian tidak pernah melakukan kebaikan sedikit pun di sisi Allah (selain
beriman), dan jika Allah mampu mengadilinya, niscaya Dia akan mengadzabnya.
Maka lihatlah, jika aku mati, bakarlah aku hingga aku menjadi arang, lalu
haluskanlah aku – atau beliau berkata: ‘hancurkanlah aku’ –, dan jika pada hari
angin bertiup kencang, taburkanlah aku.’” Nabi Allah ﷺ bersabda, “Maka dia mengambil
janji dari mereka atas hal itu, demi Robb-ku, lalu mereka melakukannya.
Kemudian mereka menaburkannya pada hari yang berangin kencang. Maka Allah ‘Azza
wa Jalla berfirman, ‘Kun (Jadilah)!’ Tiba-tiba dia menjadi seorang
laki-laki yang berdiri. Allah berfirman, ‘Wahai hamba-Ku, apa yang mendorongmu
melakukan apa yang telah engkau lakukan?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Ketakutan
kepada-Mu, – atau ketakutan dari-Mu.’ – Nabi ﷺ bersabda, ‘Maka tidak ada
yang menyelamatkannya selain rohmat-Nya saat itu.’” Dan beliau berkata di lain
waktu, “Maka tidak ada yang menyelamatkannya selain itu.” (HR. Al-Bukhori
no. 7508)
27.
Allah Maha Mendengar Segala Sesuatu
Abdullah Rodhiyallahu
‘Anhu berkata, “Berkumpul di dekat Ka’bah dua orang dari Tsaqif dan seorang
dari Quroisy – atau dua orang Quroisy dan seorang Tsaqif – perut mereka banyak
lemaknya, pemahaman hati mereka sedikit (bodoh agama). Salah seorang dari
mereka berkata, ‘Apakah kalian berpikir bahwa Allah mendengar apa yang kita
katakan?’ Yang lain berkata, ‘Dia mendengar jika kita mengeraskan suara dan
tidak mendengar jika kita menyembunyikannya.’ Dan yang lain berkata, ‘Jika Dia
mendengar jika kita mengeraskan suara, maka Dia juga mendengar jika kita
menyembunyikannya.’ Maka Allah Ta’ala menurunkan (ayat):
﴿وَمَا كُنْتُمْ
تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلاَ أَبْصَارُكُمْ وَلاَ جُلُودُكُمْ﴾ [فصلت: 22] الآيَةَ
‘Kamu tidak
dapat bersembunyi (dari pandangan Allah) agar pendengaran, penglihatan, dan
kulitmu tidak menjadi saksi terhadapmu.’ (QS. Fushshilat: 22) hingga
akhir ayat.”[1] (HR. Al-Bukhori no.
7521)
Dalam
riwayat lain: “Maka sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, ‘Apakah
kalian berpikir bahwa Allah mendengar pembicaraan kita?’ Sebagian mereka
berkata, ‘Dia mendengar sebagiannya.’ Dan sebagian yang lain berkata, ‘Jika Dia
mendengar sebagiannya, niscaya Dia mendengar keseluruhannya.’” (HR.
Al-Bukhori no. 4816)
28.
Lima Kunci Ghoib yang Hanya Diketahui Allah
Ibnu ‘Umar
berkata, Rosulullah ﷺ
bersabda,
«مِفْتَاحُ الغَيْبِ
خَمْسٌ لاَ يَعْلَمُهَا إِلَّا اللَّهُ: لاَ يَعْلَمُ أَحَدٌ مَا يَكُونُ فِي غَدٍ،
وَلاَ يَعْلَمُ أَحَدٌ مَا يَكُونُ فِي الأَرْحَامِ، وَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَاذَا
تَكْسِبُ غَدًا، وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ، وَمَا يَدْرِي أَحَدٌ
مَتَى يَجِيءُ المَطَرُ»
“Kunci-kunci
ghoib ada lima yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah: Tidak ada
seorang pun yang mengetahui apa yang akan terjadi besok, tidak ada seorang pun
yang mengetahui apa yang ada di dalam rahim, tidak ada jiwa yang mengetahui apa
yang akan dikerjakannya besok, tidak ada jiwa yang mengetahui di bumi mana dia
akan mati, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan hujan akan turun.” (HR.
Al-Bukhori no. 1039)
Dalam
riwayat lain:
«مَفَاتِحُ الغَيْبِ
خَمْسٌ لاَ يَعْلَمُهَا إِلَّا اللَّهُ: لاَ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ إِلَّا اللَّهُ،
وَلاَ يَعْلَمُ مَا تَغِيضُ الأَرْحَامُ إِلَّا اللَّهُ، وَلاَ يَعْلَمُ مَتَى يَأْتِي
المَطَرُ أَحَدٌ إِلَّا اللَّهُ، وَلاَ تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ، وَلاَ
يَعْلَمُ مَتَى تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا اللَّهُ»
“Kunci-kunci
ghoib ada lima yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah: Tidak ada yang
mengetahui apa yang akan terjadi besok kecuali Allah, tidak ada yang mengetahui
apa yang dikandung rahim kecuali Allah, tidak ada seorang pun yang mengetahui
kapan hujan akan datang kecuali Allah, tidak ada jiwa yang mengetahui di bumi
mana dia akan mati, dan tidak ada yang mengetahui kapan hari Kiamat akan
terjadi kecuali Allah.” (HR. Al-Bukhori no. 4697)
Dalam
riwayat lain:
«مَفَاتِيحُ الغَيْبِ
خَمْسٌ»، ثُمَّ قَرَأَ:
﴿إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا
فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ
بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ﴾
“Kunci-kunci
ghoib ada lima,” kemudian beliau membaca: “Sesungguhnya Allah, hanya pada
sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan
hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang
dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34) (HR.
Al-Bukhori no. 4778)
29.
Langit yang Berderit karena Banyaknya Muatan
Abu Dzarr
berkata, Rosulullah ﷺ
bersabda,
«إِنِّي أَرَى
مَا لَا تَرَوْنَ، وَأَسْمَعُ مَا لَا تَسْمَعُونَ أَطَّتِ السَّمَاءُ، وَحُقَّ لَهَا
أَنْ تَئِطَّ مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ
سَاجِدًا لِلَّهِ، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا
وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا»
“Sesungguhnya
aku melihat apa yang tidak kalian lihat, dan mendengar apa yang tidak kalian
dengar. Langit berderit, dan pantaslah baginya untuk berderit. Tidak ada di
dalamnya tempat selebar empat jari kecuali ada Malaikat yang meletakkan dahinya
bersujud kepada Allah. Demi Allah, sekiranya kalian mengetahui apa yang aku
ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR.
At-Tirmidzi no. 2312)
30.
Kebesaran Allah dalam Rukuk dan Sujud Nabi ﷺ
Auf bin
Malik Al-Ashja’i berkata, “Aku pernah Sholat malam bersama Rosulullah ﷺ. Beliau berdiri lalu membaca
surat Al-Baqoroh. Beliau tidak melewati ayat rohmat kecuali berhenti dan
memohon (rohmat), dan tidak melewati ayat adzab kecuali berhenti dan berlindung
(dari adzab). Kemudian beliau rukuk selama beliau berdiri, beliau mengucapkan
dalam rukuknya:
«سُبْحَانَ ذِي
الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ»
‘Mahasuci
Dzat Yang Maha Memiliki Kekuatan, Kerajaan, Keagungan, dan Kebesaran.’ Kemudian
beliau sujud selama beliau berdiri, kemudian beliau mengucapkan dalam sujudnya
yang serupa itu.’” (HR. Abu Dawud no. 873)
31.
Pendengaran Allah yang Meliputi Segala Suara
‘Aisyah
berkata, “Segala puji bagi Allah Yang Pendengaran-Nya meliputi semua suara.
Sungguh, Khoulah datang kepada Rosulullah ﷺ mengeluhkan suaminya, dan
pembicaraannya tersembunyi bagiku. Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan
(ayat):
﴿قَدْ سَمِعَ
اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ
يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا﴾
‘Sungguh,
Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepadamu tentang
suaminya, dan mengeluh kepada Allah. Allah mendengar percakapan kalian berdua.’
(QS. Al-Mujadilah: 1) hingga akhir ayat[2].”
(HR. An-Nasa’i no. 3460)
32.
Hati Manusia dalam Genggaman Allah
Abdullah
bin ‘Amr bin Al-’Ash berkata, bahwa dia mendengar Rosulullah ﷺ bersabda,
«إِنَّ قُلُوبَ
بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ، كَقَلْبٍ وَاحِدٍ،
يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ» ثُمَّ قَالَ
رَسُولُ اللهِ ﷺ: «اللهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ»
“Sesungguhnya
hati anak cucu Adam semuanya berada di antara dua jari dari jari-jemari
Ar-Rohman, seperti satu hati, Dia membolak-balikkannya ke mana saja Dia
kehendaki.” Kemudian Rosulullah ﷺ bersabda, “Ya Allah, Dzat
Yang Membolak-balikkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan-Mu.” (HR.
Muslim no. 2654)
Anas
berkata, “Rosulullah ﷺ
sering mengucapkan: ‘Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah
hatiku di atas agama-Mu.’” Maka aku berkata, “Wahai Rosulullah, kami telah
beriman kepadamu dan kepada apa yang engkau bawa, apakah engkau khawatir
terhadap kami?” Beliau bersabda,
«نَعَمْ، إِنَّ
القُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ»
“Ya,
sesungguhnya hati itu berada di antara dua jari dari jari-jemari Allah, Dia
membolak-balikkannya sebagaimana Dia kehendaki.” (HR. At-Tirmidzi no. 2140)
33.
Kesibukan Allah dalam Mengatur Urusan Makhluk
Abu Darda’
meriwayatkan dari Nabi ﷺ
tentang firman Allah Ta’ala:
﴿كُلَّ يَوْمٍ
هُوَ فِي شَأْنٍ﴾ [الرحمن:
29] ، قَالَ: «مِنْ شَأْنِهِ أَنْ يَغْفِرَ ذَنْبًا، وَيُفَرِّجَ كَرْبًا، وَيَرْفَعَ
قَوْمًا، وَيَخْفِضَ آخَرِينَ»
“Setiap
waktu Dia dalam kesibukan.” (QS. Ar-Rohman: 29). Beliau bersabda, “Termasuk
dari kesibukan-Nya adalah mengampuni dosa, menghilangkan kesulitan, mengangkat
suatu kaum, dan merendahkan kaum yang lain.” (HR. Ibnu Majah no. 202)
34.
Kebesaran Nama Allah yang Menyembuhkan
Abdul ‘Aziz
berkata, “Aku dan Tsabit masuk menemui Anas bin Malik, lalu Tsabit berkata, ‘Wahai
Abu Hamzah (Anas), aku sakit.’ Anas berkata, ‘Maukah aku meruqyahmu dengan
ruqyah Rosulullah ﷺ?’”
Tsabit menjawab, “Tentu.” Anas berkata,
«اللَّهُمَّ رَبَّ
النَّاسِ، مُذْهِبَ البَاسِ، اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي، لاَ شَافِيَ إِلَّا أَنْتَ، شِفَاءً
لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا»
“‘Ya
Allah, Robb manusia, Penghilang kesusahan, sembuhkanlah Engkaulah Yang Maha
Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak
meninggalkan penyakit apa pun.’” (HR. Al-Bukhori no. 5742)
‘Aisyah Rodhiyallahu
‘Anha berkata, “Nabi ﷺ dahulu meruqyah orang dengan mengusapnya dengan tangan kanan
beliau:
«أَذْهِبِ البَاسَ
رَبَّ النَّاسِ، وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي، لاَ شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً
لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا»
‘Hilangkanlah
penyakit, wahai Robb manusia, dan sembuhkanlah Engkaulah Yang Maha Menyembuhkan,
tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan
penyakit apa pun.’” (HR. Al-Bukhori no. 5750)
‘Aisyah Rodhiyallahu
‘Anha meriwayatkan, “Bahwasanya Rosulullah ﷺ jika merasa sakit, beliau
membaca Al-Mu’awwidzat (surat-surat perlindungan: Al-Falaq dan An-Nas) untuk
dirinya sendiri dan meniupkan. Ketika rasa sakitnya semakin parah, aku yang
membacakannya untuk beliau dan mengusapnya dengan tangan beliau, mengharapkan
berkahnya.” (HR. Al-Bukhori no. 5016)
Abu Sa’id
meriwayatkan bahwa Jibril datang kepada Nabi ﷺ lalu berkata, “Wahai
Muhammad, apakah engkau sakit?” Beliau menjawab, “Ya.” Jibril berkata,
«بِاسْمِ اللهِ
أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ،
اللهُ يَشْفِيكَ بِاسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ»
“Dengan
nama Allah aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari kejahatan
setiap jiwa atau mata yang dengki, Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku
meruqyahmu.” (HR. Muslim no. 2186)
Ibnu ‘Abbas
berkata, “Dahulu Rosulullah ﷺ meruqyah Hasan dan Husain, beliau mengucapkan:
«أُعِيذُكُمَا
بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ
لَامَّةٍ»
‘Aku
melindungimu berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap
setan dan binatang berbisa, serta dari setiap mata yang jahat.’
Dan beliau
bersabda, ‘Demikianlah Ibrohim dahulu meruqyah Ishaq dan Ismail.’” (HR.
At-Tirmidzi no. 2060)
Utsman bin
Abi Al-’Ash Ats-Tsaqofi berkata bahwa dia mengeluhkan kepada Rosulullah ﷺ rasa sakit yang dia rasakan
di tubuhnya sejak dia masuk Islam. Maka Rosulullah ﷺ bersabda kepadanya,
«ضَعْ يَدَكَ
عَلَى الَّذِي تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ، وَقُلْ بِاسْمِ اللهِ ثَلَاثًا، وَقُلْ سَبْعَ
مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ»
“Letakkan
tanganmu di bagian tubuhmu yang sakit, dan ucapkan ‘Bismillah’ tiga kali, dan
ucapkan tujuh kali ‘A’udzu billahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru
(Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari keburukan apa yang aku
rasakan dan aku khawatirkan).’” (HR. Muslim no. 2202)
35.
Kebesaran Allah di Mahsyar
Abu Huroiroh
Rodhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
«أَنَا سَيِّدُ
القَوْمِ يَوْمَ القِيَامَةِ، هَلْ تَدْرُونَ بِمَ؟ يَجْمَعُ اللَّهُ الأَوَّلِينَ
وَالآخِرِينَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ، فَيُبْصِرُهُمُ النَّاظِرُ وَيُسْمِعُهُمُ الدَّاعِي،
وَتَدْنُو مِنْهُمُ الشَّمْسُ، فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ: أَلاَ تَرَوْنَ إِلَى مَا
أَنْتُمْ فِيهِ، إِلَى مَا بَلَغَكُمْ؟ أَلاَ تَنْظُرُونَ إِلَى مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ
إِلَى رَبِّكُمْ، فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ: أَبُوكُمْ آدَمُ فَيَأْتُونَهُ»
“Aku
adalah pemimpin kaum pada hari Kiamat. Tahukah kalian kenapa? Allah akan
mengumpulkan orang-orang terdahulu dan orang-orang terakhir di satu tempat,
sehingga orang yang melihat dapat melihat mereka dan orang yang memanggil dapat
mendengar mereka. Dan matahari akan mendekat kepada mereka. Maka sebagian
manusia berkata, ‘Tidakkah kalian melihat keadaan kalian, apa yang menimpa
kalian? Tidakkah kalian mencari siapa yang akan memberi syafaat kepada kalian
di hadapan Robb kalian?’ Maka sebagian orang berkata, ‘Ayah kalian, Adam.’ Lalu
mereka mendatanginya.”
Hadits itu
berlanjut hingga beliau bersabda,
فَيَأْتُونِي
فَأَسْجُدُ تَحْتَ العَرْشِ، فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَاشْفَعْ
تُشَفَّعْ، وَسَلْ تُعْطَهْ»
“Maka
mereka mendatangiku, lalu aku bersujud di bawah ‘Arsy, lalu dikatakan, ‘Wahai
Muhammad, angkatlah kepalamu, berilah syafaat, niscaya engkau akan diberi
syafaat, dan mintalah, niscaya engkau akan diberi.’” (HR. Al-Bukhori no.
3340)
36.
Kebesaran Allah Pada Syafaat-Nya
Abu Sa’id
Al-Khudri meriwayatkan bahwa beberapa orang di zaman Rosulullah ﷺ bertanya, “Wahai Rosulullah,
apakah kami akan melihat Robb kami pada hari Kiamat?” Rosulullah ﷺ bersabda, “Ya.” Dan beliau
melanjutkan haditsnya, di dalamnya disebutkan,
«شَفَعَتِ الْمَلَائِكَةُ،
وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ، وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ، وَلَمْ يَبْقَ إِلَّا أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ،
فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنَ النَّارِ، فَيُخْرِجُ مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوا خَيْرًا
قَطُّ قَدْ عَادُوا حُمَمًا، فَيُلْقِيهِمْ فِي نَهَرٍ فِي أَفْوَاهِ الْجَنَّةِ يُقَالُ
لَهُ: نَهَرُ الْحَيَاةِ»
“Para
Malaikat telah memberi syafaat, para Nabi telah memberi syafaat, dan
orang-orang Mukmin telah memberi syafaat. Dan tidak tersisa kecuali Yang Maha
Pengasih dari para pengasih. Maka Dia menggenggam segenggam dari Neraka, lalu
mengeluarkan darinya suatu kaum yang tidak pernah berbuat kebaikan sedikit pun
(tetapi beriman), mereka telah menjadi arang. Lalu Dia melemparkan mereka ke
dalam sungai di dekat gerbang Surga yang disebut Sungai Kehidupan.” (HR.
Muslim no. 183)
37.
Ketakutan Malaikat Kepada Timbangan dan Jembatan
Salman
meriwayatkan dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda,
«يُوضَعُ الْمِيزَانُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَلَوْ وُزِنَ فِيهِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ لَوَسِعَتْ، فَتَقُولُ
الْمَلَائِكَةُ: يَا رَبِّ لِمَنْ يَزِنُ هَذَا؟ فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: لِمَنْ
شِئْتُ مِنْ خَلْقِي، فَتَقُولُ الْمَلَائِكَةُ: سُبْحَانَكَ مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ
عِبَادَتِكَ، وَيُوضَعُ الصِّرَاطُ مِثْلَ حَدِّ الْمُوسَى فَتَقُولُ الْمَلَائِكَةُ:
مَنْ تُجِيزُ عَلَى هَذَا؟ فَيَقُولُ: مَنْ شِئْتُ مِنْ خَلْقِي، فَتَقُولُ: سُبْحَانَكَ
مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ»
“Timbangan
akan diletakkan pada hari Kiamat. Sekiranya langit dan bumi ditimbang di
dalamnya, niscaya ia akan muat.” Maka para Malaikat bertanya, “Wahai Robb kami,
untuk siapa timbangan ini digunakan?” Allah Ta’ala berfirman, “Untuk siapa
saja yang Aku kehendaki dari makhluk-Ku.” Maka para Malaikat berkata, “Mahasuci
Engkau, kami belum menyembah-Mu dengan sebenar-benar penyembahan.” Dan
Ash-Shirot (jembatan) akan diletakkan seperti ketajaman pisau. Maka para
Malaikat bertanya, “Siapa yang Engkau izinkan melewati ini?” Dia berfirman, “Siapa
saja yang Aku kehendaki dari makhluk-Ku.” Maka mereka berkata, “Mahasuci
Engkau, kami belum menyembah-Mu dengan sebenar-benar penyembahan.” (HR.
Al-Hakim no. 8739)
38.
Pujian Untuk Allah Sepenuh Langit Bumi
Abu Sa’id
Al-Khudri berkata, “Dahulu Rosulullah ﷺ jika mengangkat kepalanya
dari rukuk, beliau mengucapkan:
«رَبَّنَا لَكَ
الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ،
أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ:
اللهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ
ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ»
‘Wahai
Robb kami, segala puji hanya milik-Mu sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh apa
saja yang Engkau kehendaki setelah itu. Wahai Pemilik pujian dan kemuliaan,
perkataan yang paling benar yang diucapkan oleh seorang hamba, dan kami semua
adalah hamba-Mu: ‘Ya Allah, tidak ada yang dapat menahan apa yang Engkau
berikan, dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau tahan, dan tidak
bermanfaat kemuliaan (harta dan duniawi) bagi orang yang memilikinya, dari
siksa-Mu.’” (HR. Muslim no. 477)
39.
Keadilan Ilahi dan Tanggung Jawab Manusia
Jabir
berkata, “Ketika para Muhajirin yang kembali dari Habasyah datang kepada
Rosulullah ﷺ,
beliau bersabda, ‘Tidakkah kalian menceritakan kepadaku tentang
keajaiban-keajaiban yang kalian lihat di negeri Habasyah?’” Beberapa pemuda
dari mereka berkata, “Tentu, ya Rosulullah. Ketika kami sedang duduk, lewatlah
seorang wanita tua dari kalangan biarawan mereka, dia membawa kendi air di atas
kepalanya. Lalu seorang pemuda dari mereka lewat, dia meletakkan salah satu
tangannya di antara kedua bahu wanita itu, kemudian mendorongnya sehingga
wanita itu jatuh tersungkur, dan kendinya pecah. Ketika wanita itu bangkit, dia
menoleh kepada pemuda itu dan berkata, ‘Engkau akan tahu, wahai pengkhianat,
ketika Allah meletakkan Kursi, dan mengumpulkan orang-orang terdahulu dan
orang-orang terakhir, dan tangan-tangan serta kaki-kaki berbicara tentang apa
yang mereka kerjakan. Maka engkau akan tahu bagaimana perkaraku dan perkaramu
di sisi-Nya besok.’” Rosulullah ﷺ bersabda,
«صَدَقَتْ، صَدَقَتْ
كَيْفَ يُقَدِّسُ اللَّهُ أُمَّةً لَا يُؤْخَذُ لِضَعِيفِهِمْ مِنْ شَدِيدِهِمْ؟»
“Dia
berkata benar, dia berkata benar. Bagaimana Allah akan menyucikan suatu umat
yang orang-orang lemahnya tidak diambilkan haknya dari orang-orang kuatnya?” (HR.
Ibnu Majah no. 4010)
40.
Kebesaran Allah dalam Balasan Amal
Abdullah
bin Unais berkata, “Aku mendengar Rosulullah ﷺ bersabda,
«يُحْشَرُ النَّاسُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ - أَوْ قَالَ:
الْعِبَادُ - عُرَاةً غُرْلًا بُهْمًا» قَالَ: قُلْنَا: وَمَا بُهْمًا؟ قَالَ:
«لَيْسَ مَعَهُمْ شَيْءٌ، ثُمَّ يُنَادِيهِمْ بِصَوْتٍ يَسْمَعُهُ مَنْ بَعُدَ كَمَا
يَسْمَعُهُ مَنْ قَرُبَ: أَنَا الْمَلِكُ، أَنَا الدَّيَّانُ، وَلَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ
مِنْ أَهْلِ النَّارِ، أَنْ يَدْخُلَ النَّارَ، وَلَهُ عِنْدَ أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
حَقٌّ، حَتَّى أَقُصَّهُ مِنْهُ، وَلَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
أَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ، وَلِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ عِنْدَهُ حَقٌّ، حَتَّى
أَقُصَّهُ مِنْهُ، حَتَّى اللَّطْمَةُ» قَالَ: قُلْنَا: كَيْفَ وَإِنَّا إِنَّمَا
نَأْتِي اللهَ عَزَّ وَجَلَّ عُرَاةً غُرْلًا بُهْمًا؟ قَالَ: «بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ»
‘Manusia
akan dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan telanjang, tidak berkhitan, dan
buhman.’” Kami bertanya, “Apa itu buhman?” Beliau menjawab, “Tidak
membawa apapun. Kemudian Allah memanggil mereka dengan suara yang didengar oleh
orang yang jauh sebagaimana didengar oleh orang yang dekat: ‘Akulah Raja,
Akulah Pemberi balasan. Tidak mungkin bagi seorang pun dari penduduk Neraka
untuk masuk Neraka, sementara dia memiliki hak pada salah seorang dari penduduk
Surga, hingga Aku membalasnya dari orang tersebut. Dan tidak mungkin bagi
seorang pun dari penduduk Surga untuk masuk Surga, sementara dia memiliki hak
pada salah seorang dari penduduk Neraka, hingga Aku membalasnya dari orang
tersebut, bahkan hingga tamparan.’” Kami bertanya, “Bagaimana (cara membayar
ganti ruginya) padahal kami datang kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam
keadaan telanjang, tidak berkhitan, dan buhman?” Beliau menjawab, “Dengan
kebaikan-kebaikan (transfer pahala) dan keburukan-keburukan (transfer dosa).” (HR.
Ahmad no. 16042)
***
[1] Terjemah tafsiriyah: “Kalian dahulu di dunia
tidak merasa perlu untuk menyembunyikan dosa-dosa kalian karena kalian tidak
pernah menyangka bahwa pendengaran kalian, penglihatan kalian, dan kulit-kulit
kalian akan bersaksi atas kalian pada Hari Kiamat, sehingga kalian berani
terang-terangan dalam berbuat maksiat. Bahkan kalian meyakini bahwa Allah tidak
mengetahui banyak dari perbuatan kalian, khususnya yang tersembunyi. Inilah
sangkaan buruk kalian terhadap Allah—bahwa Dia tidak Maha Mengetahui dan tidak
akan membalas perbuatan kalian—yang pada akhirnya menghancurkan diri kalian
sendiri dan menjadikan kalian termasuk golongan orang-orang yang merugi di
dunia dan di Akhirat. Maka, jika sekarang mereka bersabar terhadap adzab, maka
tempat kembali mereka tetaplah Neraka; dan jika mereka meminta kembali
keridhaan Allah, maka mereka bukanlah orang-orang yang pantas untuk
mendapatkannya. Itu karena Kami jadikan untuk mereka teman-teman dari kalangan
setan, lalu setan-setan itu memperindah perbuatan mereka di dunia, baik yang
ada di hadapan mereka berupa dunia dan syahwat, maupun yang di belakang mereka
berupa ajaran nenek moyang dan kenikmatan masa lalu, sehingga mereka tertipu
dan terus dalam kesesatan. Dengan demikian, berlakulah keputusan adzab atas
mereka sebagaimana telah berlaku terhadap umat-umat terdahulu dari kalangan jin
dan manusia yang mendustakan para Rasul. Sungguh, mereka adalah orang-orang
yang benar-benar merugi karena telah kehilangan keselamatan dan kenikmatan yang
abadi.” (QS. Fushshilat: 22–25)
[2] Tarjamah tafsiriyah: “Allah benar-benar telah
mendengar perkataan wanita yang mengajukan pengaduan kepadamu, wahai Nabi ﷺ, mengenai
suaminya yang telah menzhiharnya—mengucapkan kepadanya bahwa ia seperti
punggung ibunya—lalu ia mengadukan perkaranya kepada Allah. Dan Allah mendengar
percakapan kalian berdua, antara dia dan engkau, wahai Nabi. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar segala ucapan, Maha Melihat segala keadaan hamba-Nya.
Orang-orang yang menzhihar istri-istrinya—mengatakan bahwa istri mereka harom
bagi mereka seperti punggung ibu mereka—padahal istri-istri mereka itu bukanlah
ibu-ibu mereka. Tidak ada seorang perempuan pun yang menjadi ibu kecuali
perempuan yang melahirkannya. Dan sungguh, ucapan mereka yang batil ini sangat
mungkar dan dusta. Namun sungguh, Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun, maka
Dia membuka pintu taubat dan solusi. Maka barang siapa menzhihar istrinya,
kemudian ingin kembali menjima’nya, maka dia wajib memerdekakan seorang budak
sebelum keduanya saling menyentuh. Itulah hukum Allah yang ditetapkan atas
kalian, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengetahui keadaan kalian. Namun
barang siapa tidak mendapatkan budak, maka wajib atasnya berpuasa dua bulan
berturut-turut sebelum keduanya saling menyentuh. Dan barang siapa tidak mampu,
maka wajib memberi makan enam puluh orang miskin. Itulah aturan yang ditetapkan
agar kalian beriman kepada Allah dan Rosul-Nya, serta tunduk pada syariat. Dan
itulah batasan-batasan hukum Allah, dan bagi orang-orang kafir ada adzab yang
sangat pedih.” (QS. Al-Mujadilah: 1–4)