Syarah Ringkas Qowaidul Arba - Pustaka Syabab
Syarah Ringkas Qowaidul Arba
- Manuskrip tulisan
tangan di Markaz Al-Malik Faishal Saudiyah no. 5258 tertanggal 1307 H.
- Manuskrip tulisan
tangan di Markaz Al-Malik Faishal Saudiyah no. 5265 tertanggal 1338 H.
- Manuskrip tulisan
tangan di perpustakan Al-Mahmudiyah Maktabah Al-Malik Abdul Aziz no. 1437.
- Manuskrip tulisan
tangan di perpustakan Al-Mahmudiyah Maktabah Al-Malik Abdul Aziz no. 1921.
- Manuskrip tulisan
tangan di perpustakaan Syaikh Abdurrahman As-Sa’di di Qashim, KSA.
EMPAT KAIDAH[1]
Berisi 4 Kaidah Dasar dalam Memahami Syirik
Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman At-Tamimi An-Najdi[2]
berkata:
أَسْأَلُ اللهَ الْكَرِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَتَوَلاكَ فِي الدُّنْيَا
وَالآخِرَةِ، وَأَنْ يَجْعَلَكَ مُبَارَكًا أَيْنَمَا كُنْتَ، وَأَنْ يَجْعَلَكَ
مِمَّنْ إِذَا أُعْطِيَ شَكَرَ، وَإِذَا ابْتُلِيَ صَبَرَ، وَإِذَا أذَنبَ اسْتَغْفَرَ.
فَإِنَّ هَؤُلاءِ الثَّلاثُ عُنْوَانُ السَّعَادَةِ
Aku
memohon kepada Allah yang Mahamulia, Rabb ‘Arsy yang agung: semoga Dia menjagamu di dunia dan di Akhirat dan
menjadikanmu diberkahi di mana pun kamu berada serta menjadikanmu termasuk
golongan yang jika diberi bersyukur, jika diuji bersabar, dan jika berbuat
dosa beristighfar, karena tiga hal ini merupakan tanda kebahagiaan.[3]
اِعْلَمْ أَرْشَدَكَ اللهُ لِطَاعَتِهِ، أَنَّ الْحَنِيْفِيَّةَ مِلَّةَ
إِبْرَاهِيمَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَحْدَهُ
مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ، وَبِذَلِكَ أَمَرَ اللهُ جَمِيعَ النَّاسِ
وَخَلَقَهُمْ لَهَا، كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلاَّ
لِيَعْبُدُونِ﴾ [الذاريات: 56].
Ketahuilah,
semoga Allah membimbingmu untuk mentaati-Nya, bahwa hanifiyah[4]
agama Ibrahim[5]
adalah kamu menyembah Allah semata dengan ikhlash dalam beragama.[6]
Untuk hal itulah Allah menyuruh semua makhluk dan menciptakan mereka untuk
hal tersebut,
seperti yang difirmankan-Nya, “Tidaklah
Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.” [51: 56][7]
فَإِذَا عَرَفْتَ أَنَّ اللهَ خَلَقَكَ
لِعِبَادَتِهِ: فَاعْلَمْ أَنَّ الْعِبَادَةَ لَا تُسَمَّى عِبَادَةً إِلَّا
مَعَ التَّوْحِيدِ، كَمَا أَنَّ الصَّلَاةَ لَا تُسَمَّى صَلَاةً إِلَّا مَعَ
الطَّهَارَةِ، فَإِذَا دَخَلَ الشِّرْكُ فِي الْعِبَادَةِ فَسَدَتْ، كَالْحَدَثِ
إِذَا دَخَلَ فِي الطَّهَارِة، كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿مَا كَانَ
لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ
بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ﴾
[التوبة: 17].
Apabila
kamu sudah tahu bahwa Allah menciptakanmu untuk menyembah-Nya maka ketahuilah
bahwa ibadah tidak disebut ibadah kecuali disertai tauhid seperti shalat yang
tidak disebut shalat kecuali disertai berwudhu. Apabila syirik masuk dalam
ibadah maka ibadah itu menjadi rusak, seperti hadats yang apabila masuk dalam
wudhu,
seperti yang Dia firmankan, “Tidaklah
pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka
mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia amal
kebaikannya, dan mereka kekal di dalam Neraka.” [9: 17][8]
فَإِذَا عَرَفْتَ أَنَّ الشِّرْكَ إِذَا خَالَطَ الْعِبَادَةَ أَفْسَدَهَا،
وَأَحْبَطَ الْعَمَلَ، وَصَاَر صَاحِبُهُ مِنَ الْخَالِدِينَ فِي النَّارِ:
عَرَفْتَ أَنَّ أَهَمَّ مَا عَلَيْكَ مَعْرِفَةُ ذَلِكَ، لَعَلَّ اللهَ أَنْ يُخَلِّصَكَ مِنْ هَذِهِ الشَّبَكَةِ، وَهِيَ الشِّرْكُ بِاللهِ.
وَذَلِكَ بِمَعْرِفَةِ أَرْبَعِ قَوَاعِدَ ذَكَرَهَا اللهُ تَعَالَى فِي
كِتَابِهِ.
Apabila
kamu telah tahu bahwa syirik apabila bercampur dengan ibadah akan merusaknya,
menghapus pahala amal ibadah, dan menjadikan pelakunya kekal di Neraka[9],
kamu pun tahu bahwa perkara sangat penting bagimu adalah mempelajari hal
tersebut. Semoga Allah membebaskanmu dari duri ini yaitu syirik kepada Allah. Yaitu dengan mempelajari 4
kaidah yang disebutkan Allah dalam Kitab-Nya.
الْقَاعِدَةُ الأُولَى:
أَنْ تَعْلَمَ أَنَّ الْكُفَّارَ الَّذِينَ قَاتَلَهُمْ رَسُولُ اللهِ ﷺ
مُقِرُّونَ أَنَّ اللهَ هُوَ الْخَالِقُ الرَّازِقُ، المُحْيِ الْمُمِيْتُ، الْمُدَبِّرُ
لِجَمِيْعِ الْأُمُوْرِ، وَلَمْ يُدْخِلْهُمْ ذَلِكَ فِي الإِسْلَامِ؛ وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿قُلْ مَن
يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ
والأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ
مِنَ الْحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللهُ فَقُلْ أَفَلاَ
تَتَّقُونَ﴾ [يونس: 31].
Kamu
mengetahui[10] bahwa orang-orang kafir[11]
yang diperangi Rasulullah ﷺ mengakui bahwa Allah Ta’ala
adalah Pencipta, Pemberi rizki, Yang menghidupkan, Yang mematikan, Pengatur segala sesuatu,[12]
tetapi hal itu tidak lantas memasukkan mereka ke dalam Islam. Dalilnya adalah
firman-Nya Ta’ala, “Katakanlah:
Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup, dan
siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: Allah. Maka
katakanlah: Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?”
[10: 31][13]
الْقَاعِدَةُ الثَّانِيَةُ:
أَنَّهُمْ يَقُولُونَ: مَا دَعَوْنَاهُمْ وَتَوَجَّهْنَا إِلَيْهِمْ إِلا
لِطَلَبِ الْقُرْبَةِ وَالشَّفَاعَةِ.
فَدَلِيلُ الْقُرْبَةِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن
دُونِهِ أَوْلِيَاء مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ
زُلْفَى إِنَّ اللهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ﴾ [الزمر: 3].
وَدَلِيلُ الشَّفَاعَةِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ
مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا
عِنْدَ اللهِ * قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللهَ بِمَا لَا
يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا
يُشْرِكُونَ﴾ [يونس:18].
Mereka
berkata, “Kami tidak menyembah mereka (berhala) dan tidak pula merendahkan
diri kepada mereka kecuali untuk mencari qurbah
(pendekatan diri kepada Allah) dan syafaat
(menjadikan berhala sebagai pelantara kepada Allah).”[14]
Dalil
qurbah adalah firman-Nya Ta’ala, “Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya
mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.’[15] Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang
mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah kepada orang-orang
yang pendusta dan kufur.” [39:2][16]
Sementara
dalil syafaat adalah firman-Nya Ta’ala, “Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata:
Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah. Katakanlah: apakah kamu hendak memberitahu Allah
apa yang Dia tidak ketahui di langit dan di bumi? Mahasuci Dia dari apa yang
mereka persekutukan.” [10: 18][17]
وَالشَّفَاعَةُ شَفَاعَتَانِ: شَفَاعَةٌ مَنْفِيَّةٌ، وَشَفَاعَةٌ
مُثْبَتَةٌ.
فَالشَّفَاعَةُ الْمَنْفِيَّةُ: مَا كَانَتْ تُطْلَبُ مِنْ غَيْرِ اللهِ
فِيمَا لا يَقْدِرُ عَلَيْهِ إِلَّا اللهُ؛ وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَنفِقُواْ مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ
أَن يَأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ
وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ﴾ [البقرة:254].
Syafaat
itu ada dua: syafaat manfiyyah (tertolak) dan syafaat mutsbatah
(diterima).[18]
Syafaat manfiyyah adalah syafaat yang diminta kepada selain Allah
pada perkara yang tidak mampu melakukannya kecuali Allah. Dalilnya adalah
firman-Nya Ta’ala, “Hai
orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak
ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada
lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zhalim.” [2: 254][19]
وَالشَّفَاعَةُ الْمُثْبَتَةُ: هِيَ الَّتِي تُطْلَبُ مِنَ اللهِ،
وَالشَّافِعُ مُكَرَّمٌ بِالشَّفَاعَةِ، وَالْمَشْفُوعُ لَهُ مَنْ رَضِيَ اللهُ
قَوْلَهُ وَعَمَلَهُ بَعْدَ الإِذْنِ؛ كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿مَن ذَا الَّذِي
يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ﴾ [البقرة: 255].
Syafaat mutsbatah adalah syafaat yang diminta kepada Allah (dengan
ketentuan) yang diberi syafaat adalah orang yang dimuliakan dengan syafaat
dan yang memberi syafaat adalah orang yang diridhai ucapan dan perbuatannya
setelah mendapat izin, seperti yang difirmankan-Nya Ta’ala, “Tidak ada yang memberi syafaat di
sisi-Nya kecuali dengan seizin-Nya.” [2: 255][20]
الْقَاعِدَةُ الثَّالِثَةُ:
أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ ظَهَرَ عَلَى أُنَاسٍ مُتَفَرِّقِينَ فِي
عِبَادَاتِهِمْ:
مِنْهُمْ: مَنْ يَعْبُدُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ.
وَمِنْهُمْ: مَنْ يَعْبُدُ الْمَلَائِكَةَ.
وَمِنْهُمْ: مَنْ يَعْبُدُ الأَنْبِيَاءَ وَالصَّالِحِينَ.
وَمِنْهُمْ: مَنْ يَعْبُدُ الأَشْجَارَ وَالأَحْجَارَ.
وَقَاتَلَهُمْ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَلَمْ يُفَرِّقْ بَيْنَهُمْ؛ وَالدَّلِيلُ
قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ
الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ﴾ [الأنفال: 39].
Rasulullah ﷺ memerangi manusia yang bermacam-macam cara
beribadahnya. Di antara mereka ada yang menyembah matahari dan bulan[21], ada yang menyembah para Malaikat[22],
ada yang menyembah para Nabi[23]
dan orang-orang shalih[24],
ada yang menyembah pohon dan batu[25].
Rasulullah
ﷺ
memerangi mereka tanpa membeda-bedakan mereka. Dalilnya adalah firman-Nya Ta’ala,
“Perangilah mereka hingga tidak ada fitnah (kesyirikan) dan agama seluruhnya milik Allah.” [8: 39][26]
وَدَلِيلُ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَمِنْ آيَاتِهِ
اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ، لاَ تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ
وَلاَ لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ
تَعْبُدُونَ﴾ [فصلت: 37].
Dalil
matahari dan bulan adalah firman-Nya Ta’ala, “Di antara tanda-tanda (kekuasaan-Nya) adalah malam, siang, matahari
dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada
bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya
kepada-Nya saja menyembah.” [41: 37]
وَدَلِيلُ الْمَلائِكَةِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ
جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلَائِكَةِ أَهَؤُلَاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا
يَعْبُدُونَ * قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ، بَلْ
كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ، أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ﴾ [سباء: 80].
Dalil
malaikat adalah firman-Nya Ta’ala, “Dan
(ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya
kemudian Allah berfirman kepada Malaikat: ‘Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?’ Malaikat-Malaikat itu menjawab: ‘Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka
telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.’” [34: 41-41]
وَدَلِيلُ الأَنْبِيَاءِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَإِذْ قَالَ اللهُ يَا عِيسَى
ابْنَ مَرْيَمَ ءَأَنتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَـهَيْنِ
مِن دُونِ اللهِ، قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ
لِي بِحَقٍّ﴾ [المائدة: 116].
Dalil
para Nabi adalah firman-Nya Ta’ala, “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: ‘Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan
kepada manusia: ‘Jadikanlah
aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?’ Isa menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan
apa yang bukan hakku (mengatakannya).’” [5: 116]
وَدَلِيلُ الصَّالِحِينَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ
زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلا يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلَا
تَحْوِيْلًا * أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ
الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ
عَذَابَهُ، إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا﴾ [الإسراء: 56-57].
Dalil
orang-orang shalih adalah firman-Nya Ta’ala, “Katakanlah:
‘Panggillah
mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan
mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari padamu dan tidak pula
memindahkannya.’
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan
mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.” [17: 56-57]
وَدَلِيلُ الأَشْجَارِ وَالأَحْجَارِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿أَفَرَأَيْتُمُ
اللاَّتَ وَالْعُزَّى * وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الأُخْرَى﴾ [النجم: 19، 20].
وَحَدِيُث أَبِي وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: خَرَجْنَا
مَعَ النَّبِيِّ ﷺ إِلَى حُنَيْنٍ وَنَحْنُ حُدَثَاءُ عَهْدٍ بِكُفْرٍ،
وَلِلْمُشْرِكِينَ سِدْرَةٌ، يَعْكُفُونَ عِنْدَهَا وَيَنُوْطُونَ بِهَا
أَسْلِحَتَهُمْ، يُقَالَ لَهَا: ذَاتُ أَنْوَاطٍ، فَمَرَرْنَا بِسِدْرَةٍ
فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ
أَنْوَاطٍ.
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: اللهُ أَكْبَرُ! إِنَّهَا السُّنَنُ، قُلْتُمْ ـ
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ـ كَمَا قَالَتْ بَنُو إِسْرَائِيْلَ لِمُوْسَى:
﴿اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ﴾ [الأعراف: 138]
Dalil pohon dan batu adalah firman-Nya Ta’ala,
“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang
musyrik) menganggap Al-Lata
dan Al-Uzza,
dan Manat[27] yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?” [53:19-20] dan juga hadits Abu Waqid Al-Laitsi Radhiyallahu
‘Anhu, dia berkata, “Kami keluar bersama Nabi ﷺ untuk
perang Hunain dan kami pada waktu itu belum lama keluar dari kekufuran.[28]
Orang-orang musyrik memiliki sebuah pohon di mana mereka itikaf di sisinya
dan menggantungkan pedang-pedang mereka yang disebut pohon Dzatu Anwath. Kami
pun melewati sebuah
pohon
lalu kami berkata, “Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath
seperti milik mereka.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Allahu
Akbar! Ini adalah sunan. Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, kalian berkata
seperti ucapan Bani Israil kepada Musa, ‘Buatkanlah untuk kami tuhan seperti
mereka memiliki tuhan-tuhan.’”[29]
الْقَاعِدَةُ الرَّابِعَةُ:
أَنَّ مُشْرِكِي زَمَانِنَا أَغْلَظُ شِرْكًا مِنَ الأَوَّلِينَ، لِأَنَّ
الأَوَّلِينَ يُشْرِكُونَ فِي الرَّخَاءِ، وَيُخْلِصُونَ فِي الشِّدَّةِ،
وَمُشْرِكُو زَمَانِنَا شِرْكُهُمْ دَائِمٌ فِي الرَّخَاءِ وَالشِّدَّة؛
وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ، فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ
يُشْرِكُونَ﴾ [العنكبوت: 65].
Orang-orang
musyrik di zaman kita lebih parah kesyirikannya dari pada orang-orang zaman
dulu, karena orang-orang zaman dulu berbuat syirik saat lapang saja tetapi
ikhlas saat kesulitan[30],
sementara orang-orang musyrik di zaman kita kesyirikan mereka terus-menerus
saat lapang dan sulit. Dalilnya adalah firman-Nya Ta’ala, “Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa
kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah).” [29: 65]
وَاللهُ أَعْلَمُ
* * * *
|
- Mutun Thalibul Ilmi karya Syaikh Dr. Abdul Muhsin bin Muhammad Al-Qashim, Penerbit:
Al-Maktabah Malik Fahad cet ke-4 tahun 1435 H/2014 M.
- Syarhul Qowa’idul Arba’ karya Syaikh Shalih Al-Fauzan,
Muhaqqiq: Khalid Ar-Radadi, Penerbit: Muassasah Ar-Risalah cet. ke-1 th.
1424 H/2003 M.
- Syarhul Qowa’idul Arba’ karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz,
Tafrizh: Abdullah Al-Jibrin, Penerbit: Darul Mughni cet. ke-1 th. 1428
H/2007 M.
- Al-Jâmi’ As-Musnad Ash-Shahîh
Al-Mukhtashar min Umûri Rasûlillahi ﷺ wa Sunanih wa Ayyamih
(Shahîh Al-Bukhârî)
karya Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari Al-Ju’fi (w. 256 H),
Tahqiq: Muhammad Zuhair bin Nashir An-Nashir, Penerbit: Dar Thauqun Najah,
cet. ke-1 th. 1422 H.
- Al-Musnad Ash-Shahîh Al-Mukhtashar
Binaqlil Adli ‘anil Adli ilâ Rasûlillahi ﷺ (Shahîh Muslim) karya Abu Al-Husain Muslim bin
Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi (w. 261 H), Tahqiq: Dr.
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Penerbit: Ihyaut Turats Al-Arabi Beirut, tanpa
tahun.