[]

Qawaidul Arba Matan dan Terjemah

Qawa’idul Arba’: Matan dan Terjemah

Revisi (Di Bawah)

PDF REVISI >> https://docs.google.com/uc?export=download&id=1ktqsc7yEtKqc0CzgTv3VAK3NZPN7DvH6

Download Qawaidul Arba





***

Judul Asli:
القواعد الأربعة
Penulis:
محمد بن عبد الوهاب بن سليمان التميمي النجدي (المتوفى: 1206هـ)
Edisi Terjemah:
Qawa’idul Arba’: Matan dan Terjemah
Penerjemah:
Tim Ahli Akademi Matan
Penerbit:
Pustaka Syabab Surabaya


MUQODDIMAH PENERJEMAH

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّباً مُبَارَكًا فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَاهُ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ:
Kabar gembira bagi para penuntut ilmu yang ingin menghafal matan (kitab kecil dasar) sehingga kokoh ilmunya dengan hadirnya terjemahan ini, dalam membantu menghafal teks Arabnya.
Naskah pada buku ini mengacu kepada Al-Maktabah Malik Fahad cetakan ke-4 tahun 1435 H/2014 M yang diteliti oleh Syaikh Dr. Abdul Muhsin bin Muhammad Al-Qashim, pengajar dan khatib di Masjid Nabawi. Beliau telah bekerja keras untuk meneliti manuskripnya kemudian menyusunnya, dan inilah yang saya gunakan dalam buku ini. Di antara manuskrip yang beliau jadikan acuan adalah:
  1. Manuskrip tulisan tangan di Markaz Al-Malik Faishal Saudiyah no. 5258 tertanggal 1307 H.
  2. Manuskrip tulisan tangan di Markaz Al-Malik Faishal Saudiyah no. 5265 tertanggal 1338 H.
  3. Manuskrip tulisan tangan di perpusta-kan Al-Mahmudiyah Maktabah Al-Malik Abdul Aziz no. 1437.
  4. Manuskrip tulisan tangan di perpus-takan Al-Mahmudiyah Maktabah Al-Malik Abdul Aziz no. 1921.
  5. Manuskrip tulisan tangan di perpusta-kaan Syaikh Abdurrahman As-Sa’di di Qashim, KSA.
Untuk itu, naskah ini bisa dijadikan acuan menghafal para penuntut ilmu. Semoga Allah menerima dari kita semua.[]
Surabaya, Sya’ban 1439 H/Mei 2018
TAAM - Tim Ahli Akademi Matan

MATAN QAWA’IDUL ARBA’

أَسْأَلُ اللهَ الْكَرِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ: أَنْ يَتَوَلَّاكَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَأَنْ يَجْعَلَكَ مُبَارَكًا أَيْنَمَا كُنْتَ، وَأَنْ يَجْعَلَكَ مِمَّنْ إِذَا أُعْطِيَ شَكَرَ، وَإِذَا ابْتُلِيَ صَبَرَ، وَإِذَا أَذْنبَ اسْتَغْفَرَ. فَإِنَّ هَؤُلَاءِ الثَّلاَثَ عُنْوَانُ السَّعَادَةِ.
Aku memohon kepada Allah yang Mahamulia, Rabb ‘Arsy yang agung: semoga Dia menjagamu di dunia dan di Akhirat dan menjadikanmu diberkahi di mana pun kamu berada serta menjadikanmu termasuk golongan yang jika diberi bersyukur, jika diuji bersabar, dan jika berbuat dosa beristighfar, karena tiga hal ini merupakan tanda kebahagiaan.
اِعْلَمْ -أَرْشَدَكَ اللهُ لِطَاعَتِهِ- أَنَّ الْحَنِيْفِيَّةَ -مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ-: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَحْدَهُ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ، وَبِذَلِكَ أَمَرَ اللهُ جَمِيعَ النَّاسِ وَخَلَقَهُمْ لَهَا، كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ﴾ [الذَّارِيَاتُ: 56].
Ketahuilah, semoga Allah membimbingmu untuk mentaati-Nya, bahwa hanifiyah agama Ibrahim adalah kamu menyembah Allah semata dengan ikhlash dalam beragama. Untuk hal itulah Allah menyuruh semua makhluk dan menciptakan mereka untuk hal tersebut, seperti yang difirmankan-Nya, “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.” [51: 56]
فَإِذَا عَرَفْتَ أَنَّ اللهَ خَلَقَكَ لِعِبَادَتِهِ: فَاعْلَمْ أَنَّ الْعِبَادَةَ لَا تُسَمَّى عِبَادَةً إِلَّا مَعَ التَّوْحِيدِ، كَمَا أَنَّ الصَّلَاةَ لَا تُسَمَّى صَلَاةً إِلَّا مَعَ الطَّهَارَةِ، فَإِذَا دَخَلَ الشِّرْكُ فِي الْعِبَادَةِ فَسَدَتْ، كَالْحَدَثِ إِذَا دَخَلَ فِي الطَّهَارِة، كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ﴾ [التَّوْبَةُ: 17].
Apabila kamu sudah tahu bahwa Allah menciptakanmu untuk menyembah-Nya maka ketahuilah bahwa ibadah tidak disebut ibadah kecuali disertai tauhid seperti shalat yang tidak disebut shalat kecuali disertai berwudhu. Apabila syirik masuk dalam ibadah maka ibadah itu menjadi rusak, seperti hadats yang apabila masuk dalam wudhu, seperti yang Dia firmankan, “Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia amal kebaikannya, dan mereka kekal di dalam Neraka.” [9: 17]
فَإِذَا عَرَفْتَ أَنَّ الشِّرْكَ إِذَا خَالَطَ الْعِبَادَةَ أَفْسَدَهَا، وَأَحْبَطَ الْعَمَلَ، وَصَاَر صَاحِبُهُ مِنَ الْخَالِدِينَ فِي النَّارِ: عَرَفْتَ أَنَّ أَهَمَّ مَا عَلَيْكَ مَعْرِفَةُ ذَلِكَ، لَعَلَّ اللهَ أَنْ يُخَلِّصَكَ مِنْ هَذِهِ الشَّبَكَةِ، وَهِيَ الشِّرْكُ بِاللهِ. وَذَلِكَ بِمَعْرِفَةِ أَرْبَعِ قَوَاعِدَ ذَكَرَهَا اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ.
Apabila kamu telah tahu bahwa syirik apabila bercampur dengan ibadah akan merusaknya, menghapus pahala amal ibadah, dan menjadikan pelakunya kekal di Neraka, kamu pun tahu bahwa perkara sangat penting bagimu adalah mempelajari hal tersebut. Semoga Allah membebaskanmu dari duri ini yaitu syirik kepada Allah. Yaitu dengan mempelajari 4 kaidah yang disebutkan Allah dalam Kitab-Nya.
الْقَاعِدَةُ الأُولَى:
أَنْ تَعْلَمَ أَنَّ الْكُفَّارَ الَّذِينَ قَاتَلَهُمْ رَسُولُ اللهِ ﷺ مُقِرُّونَ أَنَّ اللهَ هُوَ الْخَالِقُ الرَّازِقُ، المُحْيِ الْمُمِيْتُ، الْمُدَبِّرُ لِجَمِيْعِ الْأُمُوْرِ، وَلَمْ يُدْخِلْهُمْ ذَلِكَ فِي الإِسْلَامِ؛ وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ والأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللهُ فَقُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ﴾ [يُوْنُسَ: 31].

Kaidah Pertama

Kamu mengetahui bahwa orang-orang kafir yang diperangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengakui bahwa Allah Ta’ala adalah Pencipta, Pemberi rizki, Yang menghidupkan, Yang mematikan, Pengatur segala sesuatu, tetapi hal itu tidak lantas memasukkan mereka ke dalam Islam. Dalilnya adalah firman-Nya Ta’ala, “Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: Allah. Maka katakanlah: Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)? [10: 31]
الْقَاعِدَةُ الثَّانِيَةُ:
أَنَّهُمْ يَقُولُونَ: مَا دَعَوْنَاهُمْ وَتَوَجَّهْنَا إِلَيْهِمْ إِلا لِطَلَبِ الْقُرْبَةِ وَالشَّفَاعَةِ.
فَدَلِيلُ الْقُرْبَةِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللهِ زُلْفَى إِنَّ اللهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ﴾ [الزُّمَرُ: 3].
وَدَلِيلُ الشَّفَاعَةِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللهِ * قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ﴾ [يُوْنُسُ: 18].

Kaidah Kedua

Mereka berkata, “Kami tidak menyembah mereka (berhala) dan tidak pula merendahkan diri kepada mereka kecuali untuk mencari qurbah (pendekatan diri kepada Allah) dan syafaat (menjadikan berhala sebagai pelantara kepada Allah).”
Dalil qurbah adalah firman-Nya Ta’ala, “Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah kepada orang-orang yang pendusta dan kufur.” [39:2]
Sementara dalil syafaat adalah firman-Nya Ta’ala, “Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah. Katakanlah: apakah kamu hendak memberitahu Allah apa yang Dia tidak ketahui di langit dan di bumi? Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. [10: 18]
وَالشَّفَاعَةُ شَفَاعَتَانِ: شَفَاعَةٌ مَنْفِيَّةٌ، وَشَفَاعَةٌ مُثْبَتَةٌ.
فَالشَّفَاعَةُ الْمَنْفِيَّةُ: مَا كَانَتْ تُطْلَبُ مِنْ غَيْرِ اللهِ فِيمَا لا يَقْدِرُ عَلَيْهِ إِلَّا اللهُ؛ وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَنفِقُواْ مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَن يَأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ﴾ [البقرة: 254].
Syafaat itu ada dua: syafaat manfiyyah (tertolak) dan syafaat mutsbatah (diterima).
Syafaat manfiyyah adalah syafaat yang diminta kepada selain Allah pada perkara yang tidak mampu melakukannya kecuali Allah. Dalilnya adalah firman-Nya Ta’ala, “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zhalim.” [2: 254]
وَالشَّفَاعَةُ الْمُثْبَتَةُ: هِيَ الَّتِي تُطْلَبُ مِنَ اللهِ، وَالشَّافِعُ مُكَرَّمٌ بِالشَّفَاعَةِ، وَالْمَشْفُوعُ لَهُ مَنْ رَضِيَ اللهُ قَوْلَهُ وَعَمَلَهُ بَعْدَ الإِذْنِ؛ كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ﴾ [البقرة: 255].
Syafaat mutsbatah adalah syafaat yang diminta kepada Allah (dengan ketentuan) yang diberi syafaat adalah orang yang dimuliakan dengan syafaat dan yang memberi syafaat adalah orang yang diridhai ucapan dan perbuatannya setelah mendapat izin, seperti yang difirmankan-Nya Ta’ala, “Tidak ada yang memberi syafaat di sisi-Nya kecuali dengan seizin-Nya.” [2: 255]
الْقَاعِدَةُ الثَّالِثَةُ:
أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ ظَهَرَ عَلَى أُنَاسٍ مُتَفَرِّقِينَ فِي عِبَادَاتِهِمْ:
مِنْهُمْ: مَنْ يَعْبُدُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ.
وَمِنْهُمْ: مَنْ يَعْبُدُ الْمَلَائِكَةَ.
وَمِنْهُمْ: مَنْ يَعْبُدُ الأَنْبِيَاءَ وَالصَّالِحِينَ.
وَمِنْهُمْ: مَنْ يَعْبُدُ الأَشْجَارَ وَالأَحْجَارَ.
وَقَاتَلَهُمْ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَلَمْ يُفَرِّقْ بَيْنَهُمْ؛ وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ﴾ [الأَنْفَالُ: 39].

Kaidah Ketiga

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerangi manusia yang bermacam-macam cara beribadahnya. Di antara mereka ada yang menyembah matahari dan bulan, ada yang menyembah para Malaikat, ada yang menyembah para Nabi dan orang-orang shalih, ada yang menyembah pohon dan batu.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerangi mereka tanpa membeda-bedakan mereka. Dalilnya adalah firman-Nya Ta’ala, “Perangilah mereka hingga tidak ada fitnah (kesyirikan) dan agama seluruhnya milik Allah.” [8: 39]
وَدَلِيلُ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ، لاَ تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلاَ لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ﴾ [فُصِّلَتٌ: 37].
Dalil matahari dan bulan adalah firman-Nya Ta’ala, “Di antara tanda-tanda (kekuasaan-Nya) adalah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” [41: 37]
وَدَلِيلُ الْمَلائِكَةِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلَائِكَةِ أَهَؤُلَاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ * قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ، بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ، أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ﴾ [سباء: 80].
Dalil malaikat adalah firman-Nya Ta’ala, “Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada Malaikat: Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu? Malaikat-Malaikat itu menjawab: Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.’” [34: 41-41]
وَدَلِيلُ الأَنْبِيَاءِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَإِذْ قَالَ اللهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَأَنتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَـهَيْنِ مِن دُونِ اللهِ، قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ﴾ [المائدة: 116].
Dalil para Nabi adalah firman-Nya Ta’ala, “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah? Isa menjawab: Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). [5: 116]
وَدَلِيلُ الصَّالِحِينَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلاَ يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلَا تَحْوِيْلًا * أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ، إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا﴾ [الإسراء: 56-57].
Dalil orang-orang shalih adalah firman-Nya Ta’ala, Katakanlah: Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari padamu dan tidak pula memindahkannya. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.” [17: 56-57]
وَدَلِيلُ الأَشْجَارِ وَالأَحْجَارِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿أَفَرَأَيْتُمُ اللاَّتَ وَالْعُزَّى * وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الأُخْرَى﴾ [النجم: 19، 20].
وَحَدِيُث أَبِي وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ إِلَى حُنَيْنٍ وَنَحْنُ حُدَثَاءُ عَهْدٍ بِكُفْرٍ، وَلِلْمُشْرِكِينَ سِدْرَةٌ، يَعْكُفُونَ عِنْدَهَا وَيَنُوْطُونَ بِهَا أَسْلِحَتَهُمْ، يُقَالَ لَهَا: ذَاتُ أَنْوَاطٍ، فَمَرَرْنَا بِسِدْرَةٍ فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ.
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: اللهُ أَكْبَرُ! إِنَّهَا السُّنَنُ، قُلْتُمْ ـ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ـ كَمَا قَالَتْ بَنُو إِسْرَائِيْلَ لِمُوْسَى: ﴿اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ﴾ [الأعراف: 138]
Dalil pohon dan batu adalah firman-Nya Ta’ala, “Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-Uzza, dan Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?” [53:19-20]
Dan juga hadits Abu Waqid Al-Laitsi Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Kami keluar bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk perang Hunain dan kami pada waktu itu belum lama keluar dari kekufuran. Orang-orang musyrik memiliki sebuah pohon di mana mereka itikaf di sisinya dan menggantungkan pedang-pedang mereka yang disebut pohon Dzatu Anwath. Kami pun melewati sebuah pohon lalu kami berkata, “Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath seperti milik mereka.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Allahu Akbar! Ini adalah sunan. Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, kalian berkata seperti ucapan Bani Israil kepada Musa, ‘Buatkanlah untuk kami tuhan seperti mereka memiliki tuhan-tuhan.’”  
الْقَاعِدَةُ الرَّابِعَةُ:
أَنَّ مُشْرِكِي زَمَانِنَا أَغْلَظُ شِرْكًا مِنَ الأَوَّلِينَ، لِأَنَّ الأَوَّلِينَ يُشْرِكُونَ فِي الرَّخَاءِ، وَيُخْلِصُونَ فِي الشِّدَّةِ، وَمُشْرِكُو زَمَانِنَا شِرْكُهُمْ دَائِمٌ فِي الرَّخَاءِ وَالشِّدَّة؛ وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ، فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ﴾ [العَنْكَبُوْتُ: 65].

Kaidah Keempat

Orang-orang musyrik di zaman kita lebih parah kesyirikannya dari pada orang-orang zaman dulu, karena orang-orang zaman dulu berbuat syirik saat lapang saja tetapi ikhlas saat kesulitan, sementara orang-orang musyrik di zaman kita kesyirikan mereka terus-menerus saat lapang dan sulit. Dalilnya adalah firman-Nya Ta’ala, “Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” [29: 65]
وَاللهُ أَعْلَمُ
* * *
تَمَّتْ بِحَمْدِ اللهِ

* * * *

Related

TERJEMAH AQIDAH DAN TAUHID 801700243854194310

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda yang sopan dan rapi.

emo-but-icon

Total Tayangan Halaman

WAKAF MUSHAF

WAKAF MUSHAF

Tentang Admin

Penulis bernama Nor Kandir ini kelahiran Jepara. Semenjak kecil tertarik dengan membaca terutama tentang alam ghoib dan huru-hara Hari Kiamat. Alumni Mahad Raudlatul Ulum Pati ini juga pernah nyantri di Mahad Tahfizh Qur'an Wadi Mubarok Bogor dan Pondok Mahasiswa Thaybah Surabaya dibawah asuhan Ust. Muhammad Nur Yasin, Lc dan beliau adalah guru utama penulis.

Gelar akademik penulis diperoleh di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan LIPIA Surabaya (cabang Universitas Al Imam di Riyadh KSA). Sekarang terdaftar sebagai mahasiswa Akademi Zad Arab Saudi dan Universitas Murtaqo Kuwait. Sertifikat yang diperoleh: ijazah sanad Kutub Sittah (Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah) dari Majlis Sama' bersama Dr. Abdul Muhsin Al Qosim dan Syaikh Samir bin Yusuf Al Hakali, juga matan-matan 5 semester Dr. Abdul Muhsin Al Qosim seperti Arbain, kitab² Muhammad bin Abdul Wahhab, Aqidah Wasithiyyah, Thohawiyah, Jurumiyah, Jazariyah, dll. Juga sertifikat hafalan Umdatul Ahkam dari Markaz Huffazhul Wahyain bersama Syaikh Abu Bakar Al Anqori. Kesibukan hariannya adalah mengajar bahasa Arob, dan menerjemahkan kitab-kitab yang diupload secara gratis di www.terjemahmatan.com

PENTING

Semua buku di situs ini adalah legal dan telah mendapatkan izin dari penerbit dan penulisnya untuk dicetak, disebar, dan dimanfaatkan dalam bentuk apapun. Boleh dikomersialkan dengan syarat: meminta izin ke penulis dan harganya dibuat murah (tanpa royalti penulis).

Bagi yang membutuhkan file wordnya untuk keperluan dakwah, bisa menghubungi Penulis di 085730-219-208.

Barokallahu fikum.

Pengikut

Hot in week

item