[]

Terjemah Kitab Jum'atan - SHOHIH AL-BUKHORI

 Terjemah Kitab Jum'atan - SHOHIH AL-BUKHORI 1. Wajibnya Sholat Jum’at 876 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ ...

 Terjemah Kitab Jum'atan - SHOHIH AL-BUKHORI


1. Wajibnya Sholat Jum’at

876 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ يَقُولُ: «نَحْنُ الآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ القِيَامَةِ، بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوتُوا الكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا، ثُمَّ هَذَا يَوْمُهُمُ الَّذِي فُرِضَ عَلَيْهِمْ، فَاخْتَلَفُوا فِيهِ، فَهَدَانَا اللَّهُ، فَالنَّاسُ لَنَا فِيهِ تَبَعٌ اليَهُودُ غَدًا، وَالنَّصَارَى بَعْدَ غَدٍ»

876. Dari Abu Huroiroh , bahwa ia mendengar Rosulullah bersabda: “Kita umat terakhir (masanya) tetapi terdepan (keutamaannya) pada hari Kiamat. Akan tetapi orang-orang dahulu diberi kitab sebelum kita, lalu hari Jum’at ini diwajibkan atas mereka (berkumpul untuk beribadah dan mengagungkannya) tetapi mereka justru berselisih (sebagian enggan mengagung-kannya), lalu Allah memilih kita. Maka manusia mengikuti kita pada hari Jum’at, Yahudi besoknya (Sabtu) dan Nashoro lusanya (Ahad).”[1]

2. Keutamaan Mandi Hari Jum’at

877 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: «إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمُ الجُمُعَةَ، فَلْيَغْتَسِلْ»

877. Dari Abdullah bin Umar , bahwa Rosulullah bersabda: “Jika seorang dari  kalian hendak Jum’atan, semestinya mandi.”[2]

878 - عَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ، بَيْنَمَا هُوَ قَائِمٌ فِي الخُطْبَةِ يَوْمَ الجُمُعَةِ إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ مِنَ المُهَاجِرِينَ الأَوَّلِينَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ، فَنَادَاهُ عُمَرُ: أَيَّةُ سَاعَةٍ هَذِهِ؟ قَالَ: إِنِّي شُغِلْتُ، فَلَمْ أَنْقَلِبْ إِلَى أَهْلِي حَتَّى سَمِعْتُ التَّأْذِينَ، فَلَمْ أَزِدْ أَنْ تَوَضَّأْتُ، فَقَالَ: وَالوُضُوءُ أَيْضًا، وَقَدْ عَلِمْتَ «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ كَانَ يَأْمُرُ بِالْغُسْلِ»

878. Dari Ibnu Umar , bahwa ketika Umar berkhutbah di hari Jum’at, tiba-tiba datang seorang lelaki Muhajirin (Utsman) dari Sahabat Nabi yang awal-awal masuk Islam, lalu Umar menegurnya: “Jam berapa sekarang?” Jawabnya: “Aku disibukkan (oleh kerja) hingga tidak sempat pulang ke rumah sampai mendengar adzan lalu aku hanya berwudhu.” Kata Umar: “Hanya wudhu, padahal kamu tahu bahwa Rosulullah memerintahkan mandi.”

879 - عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: «غُسْلُ يَوْمِ الجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ»

 879. Dari Abu Sa’id Al-Khudri , bahwa Rosulullah bersabda: “Mandi di hari Jum’at adalah wajib bagi setiap lelaki yang baligh.”

3. Berparfum Untuk Jum’atan

880 - عَنْ عَمْرِو بْنِ سُلَيْمٍ الأَنْصَارِيِّ، قَالَ: أَشْهَدُ عَلَى أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: أَشْهَدُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ قَالَ: «الغُسْلُ يَوْمَ الجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ، وَأَنْ يَسْتَنَّ، وَأَنْ يَمَسَّ طِيبًا إِنْ وَجَدَ» قَالَ عَمْرٌو: «أَمَّا الغُسْلُ، فَأَشْهَدُ أَنَّهُ وَاجِبٌ، وَأَمَّا الِاسْتِنَانُ وَالطِّيبُ، فَاللَّهُ أَعْلَمُ أَوَاجِبٌ هُوَ أَمْ لاَ، وَلَكِنْ هَكَذَا فِي الحَدِيثِ»

880. Dari Amr bin Sulaim Al-Anshori, ia berkata: Aku bersaksi Abu Sa’id bersumpah bahwa Rosulullah bersabda: “Mandi pada hari Jum’at adalah wajib atas setiap orang yang sudah baligh, dan bersiwak dan memakai parfum jika memiliki.” Amr berkata: “Adapun mandi, aku bersaksi bahwa ia wajib, dan adapun bersiwak dan berparfum, Allah lebih tahu apakah ia wajib atau tidak, tetapi demikian yang tercantum dalam hadits.”

4. Keutamaan Jum’atan

881 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: «مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الجُمُعَةِ غُسْلَ الجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الخَامِسَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً، فَإِذَا خَرَجَ الإِمَامُ حَضَرَتِ المَلاَئِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ»

881. Dari Abu Huroiroh , bahwa Rosulullah bersabda: “Siapa yang mandi seperti jinabat di hari Jum’at lalu berangkat di awal waktu, seolah-olah ia berkurban seeokor unta bunting. Siapa yang berangkat di waktu kedua, seolah-olah ia berkurban seekor sapi betina. Siapa yang berangkat di waktu ketiga, seolah-olah ia berkurban seekor kambing kibas bertanduk. Siapa yang berangkat di waktu keempat, seolah-olah ia berkurban ayam. Siapa yang berangkat di waktu kelima, seolah-olah ia berkurban sebutir telur. Apabila imam sudah datang (untuk khutbah), Malaikat hadir untuk mendengarkan ceramah.”[3]

882 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنَّ عُمَرَ ، بَيْنَمَا هُوَ يَخْطُبُ يَوْمَ الجُمُعَةِ إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ، فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ : لِمَ تَحْتَبِسُونَ عَنِ الصَّلاَةِ؟ فَقَالَ الرَّجُلُ: مَا هُوَ إِلَّا أَنْ سَمِعْتُ النِّدَاءَ تَوَضَّأْتُ، فَقَالَ: أَلَمْ تَسْمَعُوا النَّبِيَّ قَالَ: «إِذَا رَاحَ أَحَدُكُمْ إِلَى الجُمُعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ»

882. Dari Abu Huroiroh , bahwa ketika Umar berkhutbah Jum’at tiba-tiba seseorang masuk lalu Umar menegurnya: “Kenapa kamu telat datang sholat?” Lelaki itu menjawab: “Aku berwudhu ketika mendengar adzan.” Umar berkata: “Tidakkah kamu mendengar Nabi penah bersabda: ‘Jika salah seorang dari kalian berangkat Jum’atan, semestinya mandi.’”

5. Berparfum Minyak Untuk Jum’atan

883 - عَنْ سَلْمَانَ الفَارِسِيِّ ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ : «لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الجُمُعَةِ، وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ، وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ، أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ، ثُمَّ يَخْرُجُ فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ، ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ، ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الإِمَامُ، إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الجُمُعَةِ الأُخْرَى»

883. Dari Salman Al-Farisi , ia berkata: Nabi bersabda: “Tidaklah seseorang mandi di hari Jum’at, membersihkan badan semampunya, memakai parfum minyaknya atau parfum istrinya, lalu keluar (menuju masjid) tanpa memisahkan dua orang, lalu ia sholat sebanyak yang telah ditetapkan Allah atasnya (semampunya), lalu diam saat khotib berkhutbah, melainkan dosanya sampai Jum’at sebelumnya diampuni.”

884 - قَالَ طَاوُسٌ: قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ: ذَكَرُوا أَنَّ النَّبِيَّ قَالَ: «اغْتَسِلُوا يَوْمَ الجُمُعَةِ وَاغْسِلُوا رُءُوسَكُمْ، وَإِنْ لَمْ تَكُونُوا جُنُبًا، وَأَصِيبُوا مِنَ الطِّيبِ» قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: أَمَّا الغُسْلُ فَنَعَمْ، وَأَمَّا الطِّيبُ فَلاَ أَدْرِي

884. Thowus berkata: aku berkata kepada Ibnu Abbas: orang-orang mengatakan bahwa Nabi bersabda: “Mandilah di hari Jum’at terutama membasuh kepala, meskipun kalian tidak junub, dan berparfumlah.” Ibnu Abbas menjawab: adapun mandi maka benar, tetapi berparfum maka aku tidak tahu.

885 - عَنْ طَاوُسٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ : «أَنَّهُ ذَكَرَ قَوْلَ النَّبِيِّ فِي الغُسْلِ يَوْمَ الجُمُعَةِ»، فَقُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ: أَيَمَسُّ طِيبًا أَوْ دُهْنًا إِنْ كَانَ عِنْدَ أَهْلِهِ؟ فَقَالَ: لاَ أَعْلَمُهُ

885. Dari Thowus, dari Ibnu Abbas , bahwa ia menyinggung sabda Nabi tentang mandi di hari Jum’at lalu aku bertanya kepada Ibnu Abbas: Apakah perlu memakai parfum atau parfum minyak jika istrinya memilikinya? Jawabnya: Aku tidak tahu.

6. Berpakaian Terbaik yang Dimiliki

886 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ : أَنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ، رَأَى حُلَّةً سِيَرَاءَ عِنْدَ بَابِ المَسْجِدِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوِ اشْتَرَيْتَ هَذِهِ، فَلَبِسْتَهَا يَوْمَ الجُمُعَةِ وَلِلْوَفْدِ إِذَا قَدِمُوا عَلَيْكَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ : «إِنَّمَا يَلْبَسُ هَذِهِ مَنْ لاَ خَلاَقَ لَهُ فِي الآخِرَةِ» ثُمَّ جَاءَتْ رَسُولَ اللَّهِ مِنْهَا حُلَلٌ، فَأَعْطَى عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ مِنْهَا حُلَّةً، فَقَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَسَوْتَنِيهَا وَقَدْ قُلْتَ فِي حُلَّةِ عُطَارِدٍ مَا قُلْتَ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : «إِنِّي لَمْ أَكْسُكَهَا لِتَلْبَسَهَا» فَكَسَاهَا عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ أَخًا لَهُ بِمَكَّةَ مُشْرِكًا

886. Dari Abdullah bin Umar , bahwa Umar bin Khothob melihat satu setel pakaian bergaris sutra di pintu Masjid lalu ia berkata: “Wahai Rosulullah, andai saja Anda membeli pakaian ini yang nanti Anda kenakan untuk Jum’atan dan menjamu tamu yang datang kepada Anda.” Rosulullah menjawab: “Orang yang memakai ini, tidak akan mendapatkan bagian apapun di Akhirat.” Lalu (ghonimah atau jizyah berupa) beberapa setelan pakaian (bergaris sutra) datang kepada Rosulullah . Umar bin Khothob diberi satu setel pakaian tersebut lalu ia berkata: “Wahai Rosulullah, Anda memberiku pakaian ini, padahal Anda pernah mencela setelan pakaian bergaris sutra milik ‘Uthōrid (yakni Ibnu Hajib penjual pakaian tersebut)?” Rosulullah bersabda: “Aku tidak memberi pakaian itu  kepadamu untuk dipakai olehmu sendiri.” Maka Umar bin Khothob memberikannya kepada saudaranya (seibu yaitu Utsman bin Hakim) yang masih masyrik di Makkah.

7. Bersiwak di Hari Jum’at

887 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: «لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي - أَوْ عَلَى النَّاسِ - لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلاَةٍ»

887. Dari Abu Huroiroh , bahwa Rosulullah bersabda: “Seandainya aku tidak memberatkan umatku —atau manusia—, tentu aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali hendak sholat.”

888 - عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : «أَكْثَرْتُ عَلَيْكُمْ فِي السِّوَاكِ»

888. Dari Anas , ia berkata: Rosulullah bersabda: “Aku sering sekali menganjurkan kalian bersiwak.”

889 - عَنْ حُذَيْفَةَ ، قَالَ: «كَانَ النَّبِيُّ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ»

889. Dari Hudzaifah , ia berkata: “Apabila Nabi bangun di malam hari, beliau menggosok mulutnya (bersiwak).”

8. Boleh Bersiwak dengan Siwak Orang Lain

890 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ، قَالَتْ: دَخَلَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ وَمَعَهُ سِوَاكٌ يَسْتَنُّ بِهِ، فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ ، فَقُلْتُ لَهُ: أَعْطِنِي هَذَا السِّوَاكَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ، فَأَعْطَانِيهِ، فَقَصَمْتُهُ، ثُمَّ مَضَغْتُهُ «فَأَعْطَيْتُهُ رَسُولَ اللَّهِ ، فَاسْتَنَّ بِهِ وَهُوَ مُسْتَسْنِدٌ إِلَى صَدْرِي»

890. Dari Aisyah ڤ, ia berkata: Abdurrohman bin Abu Bakar masuk membawa siwak yang sedang digunakannya. Rosulullah melihatnya, lalu aku berkata: “Berikan siwakmu itu, wahai Abdurrohman.” Ia memberikannya kepadaku lalu aku patahkan (bekasnya Abdurrohman) lalu aku kunyah (hingga lembut) lalu kuberikan itu kepada Rosulullah . Beliau bersiwak sambil bersandar di dadaku.

9. Surat yang Dibaca Pada Sholat Shubuh di Hari Jum’at

891 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ: «كَانَ النَّبِيُّ يَقْرَأُ فِي الجُمُعَةِ فِي صَلاَةِ الفَجْرِ الم تَنْزِيلُ السَّجْدَةَ، وَهَلْ أَتَى عَلَى الإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ»

891. Dari Abu Huroiroh , ia berkata: “Nabi biasa membaca di hari Jumat pada sholat Subuh surat As-Sajdah dan surat Al-Insan.”

10. Jum’atan Boleh di Desa Maupun Kota

892 - عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ : أَنَّهُ قَالَ: «إِنَّ أَوَّلَ جُمُعَةٍ جُمِّعَتْ بَعْدَ جُمُعَةٍ فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ ، فِي مَسْجِدِ عَبْدِ القَيْسِ بِجُوَاثَى مِنَ البَحْرَيْنِ»

892. Dari Ibnu Abbas , ia berkata: “Jum’atan pertama yang diadakan setelah Jum’atan di Masjid Rosulullah adalah di Masjid Abdul Qois di Juwatsa, salah satu desa di Bahrain.”

893 - قَالَ يُونُسُ: كَتَبَ رُزَيْقُ بْنُ حُكَيْمٍ إِلَى ابْنِ شِهَابٍ، وَأَنَا مَعَهُ يَوْمَئِذٍ بِوَادِي القُرَى: هَلْ تَرَى أَنْ أُجَمِّعَ؟ وَرُزَيْقٌ عَامِلٌ عَلَى أَرْضٍ يَعْمَلُهَا، وَفِيهَا جَمَاعَةٌ مِنَ السُّودَانِ وَغَيْرِهِمْ، وَرُزَيْقٌ يَوْمَئِذٍ عَلَى أَيْلَةَ، فَكَتَبَ ابْنُ شِهَابٍ، وَأَنَا أَسْمَعُ: يَأْمُرُهُ أَنْ يُجَمِّعَ، يُخْبِرُهُ أَنَّ سَالِمًا حَدَّثَهُ: أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ، يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ يَقُولُ: «كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا، وَالخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ» قَالَ: - وَحَسِبْتُ أَنْ قَدْ قَالَ - «وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي مَالِ أَبِيهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ»

893. Yunus berkata: Zuroiq bin Hukaim menulis surat kepada Ibnu Syihab saat aku bersamanya di Wadil Quro: “Apakah kamu berpendapat aku perlu mengadakan Jumatan?” Zuroiq seorang petani yang menggarap tanahnya dan di sana ada beberapa orang dari Sudan dan lain-lain, dan Zuraiq pada waktu itu menjadi gubernur Ailah. Lalu Ibnu Syihab membalasnya dan aku mendengarnya, bahwa ia menyuruhnya agar mengadakan Jum’atan dan mengabarkan bahwa Salim menceritakan bahwa Abdullah bin Umar berkata: Aku mendengar Rosulullah bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemim-pinannya. Pejabat adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemim-pinannya. Suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin (penjaga harta dan anak) di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya[4]. Pelayan adalah pemimpin dalam harta majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” Beliau juga bersabda: “Anak adalah pemimpin dalam harta ayahnya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”

11. Apakah Orang yang Tidak Wajib Jum’atan Harus Mandi, Seperti Wanita dan Anak-Anak?

894 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ ، يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ يَقُولُ: «مَنْ جَاءَ مِنْكُمُ الجُمُعَةَ فَلْيَغْتَسِلْ»

894. Dari Abdullah bin Umar , ia berkata: aku mendengar Rosulullah bersabda: “Siapa dari kalian mendatangi Jum’atan, mandilah.”

895 - عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: «غُسْلُ يَوْمِ الجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ»

895. Dari Abu Sa’id Al-Khudri , bahwa Rosulullah bersabda: “Mandi di hari Jum’at wajib atas setiap orang yang sudah mimpi basah (baligh).”

896 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : «نَحْنُ الآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ القِيَامَةِ، أُوتُوا الكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا وَأُوتِينَاهُ مِنْ بَعْدِهِمْ، فَهَذَا اليَوْمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ، فَهَدَانَا اللَّهُ فَغَدًا لِلْيَهُودِ، وَبَعْدَ غَدٍ لِلنَّصَارَى» فَسَكَتَ

896. Dari Abu Huroiroh , ia berkata: Rosulullah bersabda: “Kita umat terakhir tetapi diunggulkan pada hari Kiamat. Orang-orang diberi Kitab sebelum kita dan kita diberi Kitab setelah mereka. Hari ini (Jum’at) adalah hari yang diperselisihkan mereka[5], lalu Allah memberikannya untuk kita, sementara besok (Sabtu) untuk Yahudi dan lusa (Ahad) untuk Nashoro,” lalu beliau diam.

897 - ثُمَّ قَالَ: «حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ، أَنْ يَغْتَسِلَ فِي كُلِّ سَبْعَةِ أَيَّامٍ يَوْمًا يَغْسِلُ فِيهِ رَأْسَهُ وَجَسَدَهُ»

897. Lalu beliau bersabda: “Wajib atas setiap Muslim mandi sepekan sekali, ia membersihkan kepalanya dan badannya.”

898 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ : «لِلَّهِ تَعَالَى عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ حَقٌّ، أَنْ يَغْتَسِلَ فِي كُلِّ سَبْعَةِ أَيَّامٍ يَوْمًا»

898. Dari Abu Huroiroh , ia berkata: Nabi bersabda: “Wajib atas setiap Muslim mandi karena Allah, sepekan sekali.”

899 - عَنِ ابْنِ عُمَرَ ، عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: «ائْذَنُوا لِلنِّسَاءِ بِاللَّيْلِ إِلَى المَسَاجِدِ»

899. Dari Ibnu Umar , dari Nabi , beliau bersabda: “Izinkan para wanita pergi ke masjid di malam hari (sholat Maghrib, Isya, dan Shubuh).”

900 - عَنِ ابْنِ عُمَرَ ، قَالَ: كَانَتِ امْرَأَةٌ لِعُمَرَ تَشْهَدُ صَلاَةَ الصُّبْحِ وَالعِشَاءِ فِي الجَمَاعَةِ فِي المَسْجِدِ، فَقِيلَ لَهَا: لِمَ تَخْرُجِينَ وَقَدْ تَعْلَمِينَ أَنَّ عُمَرَ يَكْرَهُ ذَلِكَ وَيَغَارُ؟ قَالَتْ: وَمَا يَمْنَعُهُ أَنْ يَنْهَانِي؟ قَالَ: يَمْنَعُهُ قَوْلُ رَسُولِ اللَّهِ : «لاَ تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللَّهِ مَسَاجِدَ اللَّهِ»

900. Dari Ibnu Umar , ia berkata: istri Umar (Atikah binti Zaid) biasa menghadiri sholat Shubuh dan Isya berjamaah di Masjid, lalu ada yang menegurnya: “Kenapa kamu keluar padahal kamu tahu Umar tidak menyukainya karena cemburu?” Dia menjawab: “Apa yang menghalanginya dari melarangku?” Jawabnya: “Yang menghalanginya adalah sabda Rosulullah : ‘Janganlah kalian melarang para wanita pergi ke Masjid Allah.’”

12. Keringanan Tidak Jum’atan Karena Hujan

901 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الحَارِثِ ابْنِ عَمِّ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ لِمُؤَذِّنِهِ فِي يَوْمٍ مَطِيرٍ: إِذَا قُلْتَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَلاَ تَقُلْ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، قُلْ: «صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ»، فَكَأَنَّ النَّاسَ اسْتَنْكَرُوا، قَالَ: فَعَلَهُ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنِّي، إِنَّ الجُمْعَةَ عَزْمَةٌ وَإِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أُحْرِجَكُمْ فَتَمْشُونَ فِي الطِّينِ وَالدَّحَضِ

901. Dari Abdullah bin Al-Harits sepupu Muhammad bin Sirin, bahwa Ibnu Abbas berkata kepada muadzinnya: “Jika kamu telah membaca asyhadu anna muhammadar rosūlullāh, jangan membaca hayya ‘alās sholāh (mari kita sholat), tetapi bacalah: shollū fī buyūtikum (sholatlah di rumah masing-masing).” Seolah-olah manusia menging-karinya lalu Ibnu Abbas berkata: “Orang yang lebih baik dariku (yakni Muhammad ) pernah melakukannya. Jum’atan adalah kewajiban, tetapi aku tidak suka memaksa kalian keluar berjalan di tanah becek.”[6]

13. Dari Mana Berangkat Menuju Jum’atan?

902 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ، زَوْجِ النَّبِيِّ ، قَالَتْ: كَانَ النَّاسُ يَنْتَابُونَ يَوْمَ الجُمُعَةِ مِنْ مَنَازِلِهِمْ وَالعَوَالِيِّ، فَيَأْتُونَ فِي الغُبَارِ يُصِيبُهُمُ الغُبَارُ وَالعَرَقُ، فَيَخْرُجُ مِنْهُمُ العَرَقُ، فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ إِنْسَانٌ مِنْهُمْ وَهُوَ عِنْدِي، فَقَالَ النَّبِيُّ : «لَوْ أَنَّكُمْ تَطَهَّرْتُمْ لِيَوْمِكُمْ هَذَا»

902. Dari Aisyah ڤ, istri Nabi , ia berkata: orang-orang berdatangan di hari Jum’at dari rumah mereka di Madinah maupun pinggiran Madinah, hingga mereka terkena debu dan keringat. Keluar keringat dari sebagian mereka. Seorang dari mereka mendatangi Rosulullah saat beliau bersamaku lalu beliau bersabda: “Andai kalian mandi untuk hari kalian ini (Jum’at).”

14. Waktu Jum’atan Ketika Matahari Sudah Tergelincir

903 - عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ: أَنَّهُ سَأَلَ عَمْرَةَ عَنِ الغُسْلِ يَوْمَ الجُمُعَةِ، فَقَالَتْ: قَالَتْ عَائِشَةُ ڤ: «كَانَ النَّاسُ مَهَنَةَ أَنْفُسِهِمْ، وَكَانُوا إِذَا رَاحُوا إِلَى الجُمُعَةِ، رَاحُوا فِي هَيْئَتِهِمْ فَقِيلَ لَهُمْ: لَوِ اغْتَسَلْتُمْ»

903. Dari Yahya bin Sa’id, bahwa ia bertanya kepada Amroh tentang mandi hari Jum’at. Ia menjawab: Aisyah ڤ berkata: orang-orang biasa melakukan pekerjaannya sendiri. Ketika mereka berangkat Jum’atan, keadaan mereka seperti kondisi bekerja (berkeringat dan bau), lalu Nabi menegur mereka: “Andai kalian mandi.”

904 - عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ : «أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يُصَلِّي الجُمُعَةَ حِينَ تَمِيلُ الشَّمْسُ»

904. Dari Anas bin Malik , bahwa Nabi sholat Jum’at ketika matahari sudah tergelincir (condong ke arah barat).”

905 - عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، قَالَ: «كُنَّا نُبَكِّرُ بِالْجُمُعَةِ وَنَقِيلُ بَعْدَ الجُمُعَةِ»

905. Dari Anas bin Malik , ia berkata: “Kami dahulu Jum’atan di awal waktu dan qoilulah (tidur siang) setelah Jum’atan.”

15. Jika Cuaca Sangat Panas di Hari Jum’at

906 - عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، قَالَ: «كَانَ النَّبِيُّ إِذَا اشْتَدَّ البَرْدُ بَكَّرَ بِالصَّلاَةِ، وَإِذَا اشْتَدَّ الحَرُّ أَبْرَدَ بِالصَّلاَةِ»، يَعْنِي الجُمُعَةَ

906. Dari Anas bin Malik , ia berkata: “Apabila cuaca sangat dingin, Nabi menyegerakan sholat, dan apabila cuaca sangat panas beliau menunda sholat,” yakni Jum’atan.

16. Berjalan Kaki Menuju Jum’atan

907 - عَنْ عَبَايَةَ بْنِ رِفَاعَةَ، قَالَ: أَدْرَكَنِي أَبُو عَبْسٍ وَأَنَا أَذْهَبُ إِلَى الجُمُعَةِ، فَقَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ يَقُولُ: «مَنِ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ»

907. Dari Abayah bin Rifa’ah, ia berkata: aku berjumpa Abu Abs saat pergi Jum’atan lalu ia berkata: aku mendengar Nabi bersabda: “Siapa yang kedua kakinya berdebu di jalan Allah, Allah haramkan dirinya atas Neraka.”

908 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ يَقُولُ: «إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ، فَلاَ تَأْتُوهَا تَسْعَوْنَ، وَأْتُوهَا تَمْشُونَ، عَلَيْكُمُ السَّكِينَةُ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا، وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا»

908. Dari Abu Huroiroh , ia berkata: aku mendengar Rosulullah bersabda: “Apabila sholat sudah iqomat, jangan mendatanginya dengan berjalan tergesa-gesa, tetapi datangilah dengan berjalan tenang. Tenanglah, jika mendapatkan rokaat imam, ikutlah, dan jika masbuq, sempurnakan rokaatnya.”

909 - عَنْ أَبِي قَتَادَةَ ، عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: «لاَ تَقُومُوا حَتَّى تَرَوْنِي، وَعَلَيْكُمُ السَّكِينَةُ»

909. Dari Abi Qotadah , Nabi bersabda: “Janganlah kalian berdiri (ketika iqomat) hingga melihatku, dan tetaplah kalian tenang (dalam menghadiri sholat).”

17. Tidak Boleh Memisahkan Dua Orang Saat Jum’atan

910 - عَنْ سَلْمَانِ الفَارِسِيِّ ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : «مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الجُمُعَةِ، وَتَطَهَّرَ بِمَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ، ثُمَّ ادَّهَنَ أَوْ مَسَّ مِنْ طِيبٍ، ثُمَّ رَاحَ فَلَمْ يُفَرِّقْ بَيْنَ اثْنَيْنِ، فَصَلَّى مَا كُتِبَ لَهُ، ثُمَّ إِذَا خَرَجَ الإِمَامُ أَنْصَتَ، غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الجُمُعَةِ الأُخْرَى»

910. Dari Salman Al-Farisi , ia berkata: Rosulullah bersabda: “Siapa yang mandi hari Jum’at, membersihkan badan yang mampu dijangkau (seperti kuku, kumis, bulu kemaluan), lalu memakai minyak wangi atau parfum, lalu ia berangkat dan tidak memisahkan antara dua orang[7], lalu sholat sebanyak yang ia mampu, lalu ketika imam sudah keluar menuju mimbar ia diam, maka dosanya di antara dua Jum’at diampuni.”

18. Tidak Boleh Menyuruh Temannya Berdiri Untuk Diduduki Sendiri Saat Jum’atan

911 - عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، قَالَ: سَمِعْتُ نَافِعًا، يَقُولُ: سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ ، يَقُولُ: «نَهَى النَّبِيُّ أَنْ يُقِيمَ الرَّجُلُ أَخَاهُ مِنْ مَقْعَدِهِ، وَيَجْلِسَ فِيهِ»، قُلْتُ لِنَافِعٍ: الجُمُعَةَ؟ قَالَ: الجُمُعَةَ وَغَيْرَهَا

911. Dari Ibnu Juroij, ia berkata: aku mendengar Nafi berkata: aku mendengar Ibnu Umar berkata: “Nabi melarang seseorang menyuruh saudaranya berdiri dari tempat duduknya lalu ia mendudukinya sendiri.” Ibnu Juroij berkata: aku bertanya kepada Nafi: “Saat Jum’atan?” Jawabnya: “Jum’atan dan selainnya.”

19. Adzan Saat Jum’atan

912 - عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ ، قَالَ: «كَانَ النِّدَاءُ يَوْمَ الجُمُعَةِ أَوَّلُهُ إِذَا جَلَسَ الإِمَامُ عَلَى المِنْبَرِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ ، وَأَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ ، فَلَمَّا كَانَ عُثْمَانُ ، وَكَثُرَ النَّاسُ؛ زَادَ النِّدَاءَ الثَّالِثَ عَلَى الزَّوْرَاءِ»

912. Dari As-Saib bin Yazid , ia berkata: “Adzan Jum’atan awalnya saat khotib duduk di atas mimbar di zaman Nabi , Abu Bakar, dan Umar . Di zaman Utsman manusia sangat banyak, sehingga ia menambah adzan ketiga di Zauro (lokasi tinggi di pasar Madinah).”[8]

20. Satu Muadzin Saat Jum’atan

913 - عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ ، «أَنَّ الَّذِي زَادَ التَّأْذِينَ الثَّالِثَ يَوْمَ الجُمُعَةِ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ ، حِينَ كَثُرَ أَهْلُ المَدِينَةِ، وَلَمْ يَكُنْ لِلنَّبِيِّ مُؤَذِّنٌ غَيْرَ وَاحِدٍ، وَكَانَ التَّأْذِينُ يَوْمَ الجُمُعَةِ حِينَ يَجْلِسُ الإِمَامُ» يَعْنِي عَلَى المِنْبَرِ

913. Dari As-Saib bin Yazid , bahwa orang yang pertama kali menambah adzan ketiga pada Jum’atan adalah Utsman bin Affan , ketika penduduk Madinah bertambah banyak. Nabi memiliki muadzin kecuali satu (Bilal bin Robah). Adzan Jum’atan dikumandangkan ketika khotib duduk di atas mimbar.

21. Khotib Ikut Menjawab Adzan Saat Mendengarnya

914 - عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ ، وَهُوَ جَالِسٌ عَلَى المِنْبَرِ، أَذَّنَ المُؤَذِّنُ، قَالَ: اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، قَالَ مُعَاوِيَةُ: «اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ»، قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَقَالَ مُعَاوِيَةُ: «وَأَنَا»، فَقَالَ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَقَالَ مُعَاوِيَةُ: «وَأَنَا»، فَلَمَّا أَنْ قَضَى التَّأْذِينَ، قَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ عَلَى هَذَا المَجْلِسِ، حِينَ أَذَّنَ المُؤَذِّنُ، يَقُولُ مَا سَمِعْتُمْ مِنِّي مِنْ مَقَالَتِي

914. Dari Muawiyah bin Abi Sufyan , ketika ia duduk (di atas mimbar Jum’at) dan mudzin mengucapkan: “Allah Mahabesar, Allah Mahabesar,” ia menjawab: “Allah Mahabesar, Allah Mahabesar.” Ketika mengucapkan: “Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah,” Muawiyah menjawab: “Aku juga bersaksi.” Ketika mengucapkan: “Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah,” Muawiyah menjawab: “Aku juga bersaksi.” Selesai adzan, ia berkata: “Wahai manusia, aku mendengar Rosulullah di atas mimbar ini ketika mendengar adzan, menjawab seperti jawaban yang kalian dengar dariku.”

22. Duduk di Atas Mimbar Ketika Adzan

915 - عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ ، أَنَّ التَّأْذِينَ الثَّانِيَ يَوْمَ الجُمُعَةِ، أَمَرَ بِهِ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ ، حِينَ كَثُرَ أَهْلُ المَسْجِدِ، وَكَانَ التَّأْذِينُ يَوْمَ الجُمُعَةِ حِينَ يَجْلِسُ الإِمَامُ

915. Dari As-Saib bin Yazid , bahwa adzan kedua Jum’atan diperintahkan Utsman bin Affan ketika jamaah masjid bertambah banyak. Adzan Jum’atan tersebut dikumandangkan ketika khotib duduk (di atas mimbar).[9]

23. Adzan Ketika Khotib Duduk Untuk Khutbah

916 - عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ ، قَالَ: «إِنَّ الأَذَانَ يَوْمَ الجُمُعَةِ كَانَ أَوَّلُهُ حِينَ يَجْلِسُ الإِمَامُ، يَوْمَ الجُمُعَةِ عَلَى المِنْبَرِ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ ، وَأَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ ، فَلَمَّا كَانَ فِي خِلاَفَةِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ ، وَكَثُرُوا، أَمَرَ عُثْمَانُ يَوْمَ الجُمُعَةِ بِالأَذَانِ الثَّالِثِ، فَأُذِّنَ بِهِ عَلَى الزَّوْرَاءِ، فَثَبَتَ الأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ»

916. Dari As-Saib bin Yazid , ia berkata: “Adzan Jum’atan awalnya ketika khotib duduk di atas mimbar di zaman Nabi , Abu Bakar, dan Umar . Pada masa khilafah Utsman bin Affan , manusia bertambah banyak. Utsman memerintahkan adzan ketiga[10] pada hari Jum’at, dan dikumandangkan di Zauro. Lalu kebijakan itu berlaku sampai sekarang.”

24. Khutbah di Atas Mimbar

917 - عَنْ أَبِي حَازِمِ بْنِ دِينَارٍ، أَنَّ رِجَالًا أَتَوْا سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ السَّاعِدِيَّ، وَقَدْ امْتَرَوْا فِي المِنْبَرِ مِمَّ عُودُهُ، فَسَأَلُوهُ عَنْ ذَلِكَ، فَقَالَ: وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْرِفُ مِمَّا هُوَ، وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ أَوَّلَ يَوْمٍ وُضِعَ، وَأَوَّلَ يَوْمٍ جَلَسَ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ ، أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ إِلَى فُلاَنَةَ - امْرَأَةٍ مِنَ الأَنْصَارِ قَدْ سَمَّاهَا سَهْلٌ - «مُرِي غُلاَمَكِ النَّجَّارَ، أَنْ يَعْمَلَ لِي أَعْوَادًا، أَجْلِسُ عَلَيْهِنَّ إِذَا كَلَّمْتُ النَّاسَ» فَأَمَرَتْهُ فَعَمِلَهَا مِنْ طَرْفَاءِ الغَابَةِ، ثُمَّ جَاءَ بِهَا، فَأَرْسَلَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ، فَأَمَرَ بِهَا فَوُضِعَتْ هَا هُنَا، ثُمَّ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى عَلَيْهَا وَكَبَّرَ وَهُوَ عَلَيْهَا، ثُمَّ رَكَعَ وَهُوَ عَلَيْهَا، ثُمَّ نَزَلَ القَهْقَرَى، فَسَجَدَ فِي أَصْلِ المِنْبَرِ ثُمَّ عَادَ، فَلَمَّا فَرَغَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ، فَقَالَ: «أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوا وَلِتَعَلَّمُوا صَلاَتِي»

917. Dari Abu Hazim bin Dinar, bahwa beberapa orang mendatangi Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi. Mereka berselisih pendapat tentang mimbar, dari apa ia dibuat. Lalu mereka bertanya kepadanya dan dijawab: “Demi Allah, aku tahu dibuat dari apa ia. Aku melihat kapan pertama kali ia diletakkan dan kapan pertama kali diduduki Rosulullah . Rosulullah mengirim utusan kepada fulanah —wanita Anshor dan namanya disebut Sahl (tapi rowi lupa)— : “Perintahkan budakmu si tukang kayu untuk membuatkanku mimbar, yang kududuki ketika menceramai manusia.” Maka wanita tersebut menyuruh budaknya dan ia membuatnya dari pohon hutan lalu setelah jadi dibawa kepada majikannya lalu dikirim kepada Rosulullah . Rosulullah menyuruhnya diletakkan di sebuah tempat dan dilaksanakan. Lalu aku melihat Rosulullah sholat di atasnya, beliau bertakbir dan ruku di atasnya, lalu turun mundur pelan-pelan (masih menghadap Qiblat), lalu beliau sujud di tanah di sisi mimbar lalu kembali (ke atas mimbar). Setelah selesai sholat, beliau menghadap manusia dan bersabda: “Wahai manusia, aku melakukan ini supaya kalian mengikuti dan mempelajari sholatku.”

918 - عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ: «كَانَ جِذْعٌ يَقُومُ إِلَيْهِ النَّبِيُّ ، فَلَمَّا وُضِعَ لَهُ المِنْبَرُ سَمِعْنَا لِلْجِذْعِ مِثْلَ أَصْوَاتِ العِشَارِ حَتَّى نَزَلَ النَّبِيُّ ، فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهِ»

918. Dari Jabir bin Abdillah , ia berkata: “Ada sebuah batang kurma yang biasa dijadikan sandaran Nabi (ketika berkhutbah). Ketika beliau memakai mimbar, kami mendengar batang kurma tersebut bersuara seperti suara unta bunting 10 bulan, hingga Nabi turun (mimbar) lalu mengusapnya dengan tangannya (hingga ia diam).”[11]

919 - عَنِ ابْنِ عُمَرَ ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ يَخْطُبُ عَلَى المِنْبَرِ، فَقَالَ: «مَنْ جَاءَ إِلَى الجُمُعَةِ، فَلْيَغْتَسِلْ»

919. Dari Ibnu Umar , ia berkata: aku mendengar Nabi  berkhutbah di atas mimbar: “Siapa yang mendatangi Jum’atan, hendaknya mandi.”

25. Khutbah Sambil Berdiri

920 - عَنِ ابْنِ عُمَرَ ، قَالَ: «كَانَ النَّبِيُّ يَخْطُبُ قَائِمًا، ثُمَّ يَقْعُدُ، ثُمَّ يَقُومُ، كَمَا تَفْعَلُونَ الآنَ»

920. Dari Ibnu Umar , ia berkata: “Nabi berkhutbah dengan berdiri lalu duduk lalu berdiri (khutbah kedua), seperti yang kalian kerjakan sekarang.”

26. Khotib Menghadapkan Wajahnya ke Jamaah dan Mereka Juga Menghadapkan Wajahnya ke Khotib

921 - عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ ، قَالَ: «إِنَّ النَّبِيَّ جَلَسَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى المِنْبَرِ وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ»

921. Dari Abu Sa’id Al-Khudri , ia berkata: “Pada suatu hari Nabi duduk di atas mimbar dan kami duduk mengelilingi beliau.”[12]

27. Mengucapkan Amma Ba’du Setelah Memuji Allah dalam Khutbah

922 - عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ ، قَالَتْ: دَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ ڤ، وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ، قُلْتُ: مَا شَأْنُ النَّاسِ، فَأَشَارَتْ بِرَأْسِهَا: إِلَى السَّمَاءِ، فَقُلْتُ: آيَةٌ؟ فَأَشَارَتْ بِرَأْسِهَا: أَيْ نَعَمْ، قَالَتْ: فَأَطَالَ رَسُولُ اللَّهِ جِدًّا حَتَّى تَجَلَّانِي الغَشْيُ، وَإِلَى جَنْبِي قِرْبَةٌ فِيهَا مَاءٌ، فَفَتَحْتُهَا، فَجَعَلْتُ أَصُبُّ مِنْهَا عَلَى رَأْسِي، فَانْصَرَفَ رَسُولُ اللَّهِ وَقَدْ تَجَلَّتِ الشَّمْسُ، فَخَطَبَ النَّاسَ، وَحَمِدَ اللَّهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، ثُمَّ قَالَ: «أَمَّا بَعْدُ» قَالَتْ: - وَلَغَطَ نِسْوَةٌ مِنَ الأَنْصَارِ، فَانْكَفَأْتُ إِلَيْهِنَّ لِأُسَكِّتَهُنَّ، فَقُلْتُ لِعَائِشَةَ: مَا قَالَ؟ قَالَتْ: قَالَ -: «مَا مِنْ شَيْءٍ لَمْ أَكُنْ أُرِيتُهُ إِلَّا قَدْ رَأَيْتُهُ فِي مَقَامِي هَذَا، حَتَّى الجَنَّةَ وَالنَّارَ، وَإِنَّهُ قَدْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِي القُبُورِ، مِثْلَ - أَوْ قَرِيبَ مِنْ - فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، يُؤْتَى أَحَدُكُمْ فَيُقَالُ لَهُ: مَا عِلْمُكَ بِهَذَا الرَّجُلِ؟ فَأَمَّا المُؤْمِنُ - أَوْ قَالَ: المُوقِنُ - فَيَقُولُ: هُوَ رَسُولُ اللَّهِ، هُوَ مُحَمَّدٌ ، جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَالهُدَى، فَآمَنَّا وَأَجَبْنَا وَاتَّبَعْنَا وَصَدَّقْنَا، فَيُقَالُ لَهُ: نَمْ صَالِحًا قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ إِنْ كُنْتَ لَتُؤْمِنُ بِهِ، وَأَمَّا المُنَافِقُ - أَوْ قَالَ: المُرْتَابُ - فَيُقَالُ لَهُ: مَا عِلْمُكَ بِهَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ: لاَ أَدْرِي، سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا فَقُلْتُ»

922. Dari Asma binti Abu Bakar Ash-Shiddiq , ia berkata: aku menemui Aisyah ڤ saat orang-orang sholat. Aku bertanya: “Ada apa dengan orang-orang, (kenapa sholat)?” Aisyah menjawab dengan isyarat kepala ke langit[13]. Aku berkata: “Tanda kebesaran Allah (yakni gerhana)?” Aisyah menjawab dengan anggukan kepala yang bermakna ya. Rosulullah memperpanjang berdiri dalam sholatnya hingga aku mau pingsan. Aku membuka wadah air di sampingku lalu kutuang sebagian airnya ke kepalaku. Rosulullah selesai menunaikan sholat saat matahari sudah nampak kembali. Beliau berkhutbah kepada manusia dan memuji Allah dengan apa yang patut untuk-Nya lalu bersabda: “Amma ba’du”. Wanita-wanita Anshor gaduh, maka aku menoleh kepada mereka dan meminta mereka diam. Aku bertanya kepada Aisyah: “Apa yang disabdakan beliau?” Aisyah menjawab: beliau bersabda: “Tidak ada sesuatu yang belum pernah aku lihat kecuali aku lihat sekarang di tempatku, hingga Surga dan Neraka. Aku diberi wahyu bahwa kalian benar-benar akan diuji di alam kubur seperti —atau mendekati— ujian (fitnah) Masih Dajjal. Seorang dari kalian akan didatangkan dan ditanya: ‘Apa kamu tahu siapa lelaki tersebut (yang diutus kepadamu)?’ Orang beriman —atau orang yakin— akan menjawab: ‘Dia utusan Allah, Muhammad , yang datang kepada kami dengan bukti (Al-Quran) dan petunjuk (Sunnah), kami beriman kepadanya, menjawabnya, mengikutinya, dan membenarkannya.’ Dikatakan kepadanya: ‘Tidurlah dengan nyenyak, Kami sudah mengetahui bahwa kamu benar-benar beriman kepadanya.’ Adapun orang munafiq —atau orang yang ragu— akan ditanya: ‘Apa kamu tahu siapa lelaki tersebut?’ Jawabnya: ‘Aku tidak tahu, tetapi aku mendengar manusia mengatakan sesuatu dan aku ikut-ikutan mengatakannya.’”

923 - عَنْ عَمْرِو بْنِ تَغْلِبَ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ أُتِيَ بِمَالٍ - أَوْ سَبْيٍ - فَقَسَمَهُ، فَأَعْطَى رِجَالًا وَتَرَكَ رِجَالًا، فَبَلَغَهُ أَنَّ الَّذِينَ تَرَكَ عَتَبُوا، فَحَمِدَ اللَّهَ، ثُمَّ أَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «أَمَّا بَعْدُ: فَوَاللَّهِ إِنِّي لَأُعْطِي الرَّجُلَ، وَأَدَعُ الرَّجُلَ، وَالَّذِي أَدَعُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الَّذِي أُعْطِي، وَلَكِنْ أُعْطِي أَقْوَامًا لِمَا أَرَى فِي قُلُوبِهِمْ مِنَ الجَزَعِ وَالهَلَعِ، وَأَكِلُ أَقْوَامًا إِلَى مَا جَعَلَ اللَّهُ فِي قُلُوبِهِمْ مِنَ الغِنَى وَالخَيْرِ، فِيهِمْ عَمْرُو بْنُ تَغْلِبَ». فَوَاللَّهِ مَا أُحِبُّ أَنَّ لِي بِكَلِمَةِ رَسُولِ اللَّهِ حُمْرَ النَّعَمِ

 923. Dari Amr bin Taghlib , bahwa didatangkan kepada Rosulullah harta (rampasan perang atau jizyah/upeti) —atau tawanan perang— lalu beliau membagi-bagikannya. Beliau memberi beberapa orang dan tidak memberi beberapa orang yang lain. Lalu sampai kabar kepada beliau bahwa orang-orang yang tidak diberi merasa jengkel (grundel), lalu beliau memuji Allah dan banyak memuji-Nya lalu bersabda: “Amma ba’du: demi Allah, sungguh aku memberi seseorang dan tidak memberi orang lain, padahal yang tidak aku beri lebih kucintai daripada orang yang kuberi. Namun, aku memberi mereka karena aku melihat hati mereka masih lemah dalam iman dan sabarnya, sementara mereka yang tidak aku beri aku serahkan diri mereka kepada kekayaan hati dan iman yang telah Allah tetapkan di hati mereka. Di antara mereka itu adalah Amr bin Taghlib.” Amr bin Taghlib berkata: “Demi Allah, ucapan Rosulullah tersebut, aku tidak suka itu ditukar dengan unta merah (harta termahal saat itu).”

924 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ خَرَجَ ذَاتَ لَيْلَةٍ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ، فَصَلَّى فِي المَسْجِدِ، فَصَلَّى رِجَالٌ بِصَلاَتِهِ، فَأَصْبَحَ النَّاسُ، فَتَحَدَّثُوا، فَاجْتَمَعَ أَكْثَرُ مِنْهُمْ، فَصَلَّوْا مَعَهُ، فَأَصْبَحَ النَّاسُ، فَتَحَدَّثُوا، فَكَثُرَ أَهْلُ المَسْجِدِ مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ، فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ ، فَصَلَّوْا بِصَلاَتِهِ، فَلَمَّا كَانَتِ اللَّيْلَةُ الرَّابِعَةُ عَجَزَ المَسْجِدُ عَنْ أَهْلِهِ حَتَّى خَرَجَ لِصَلاَةِ الصُّبْحِ، فَلَمَّا قَضَى الفَجْرَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ، فَتَشَهَّدَ، ثُمَّ قَالَ: «أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّهُ لَمْ يَخْفَ عَلَيَّ مَكَانُكُمْ، لَكِنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ، فَتَعْجِزُوا عَنْهَا»

924. Dari Aisyah ڤ, bahwa Rosulullah pada suatu tengah malam keluar dan sholat di Masjid. Maka beberapa orang ikut sholat di belakang beliau. Pada pagi harinya, orang-orang memperbincangkannya. Lalu malam berikutnya orang-orang yang berkumpul untuk sholat bersama beliau lebih banyak lagi. Pada pagi harinya, orang-orang memperbincangkannya lagi, sehingga pada malam ketiga Masjid penuh sesak. Akhirnya beliau  tidak keluar kecuali untuk sholat Shubuh. Usai sholat Shubuh, beliau menghadap manusia membaca syahadatain[14] lalu bersabda: “Amma ba’du: sebenarnya aku tahu bahwa kalian menungguku, hanya saja aku takut sholat tersebut (Tarawih) diwajibkan atas kalian lalu kalian akan merasa berat melaksanakannya.”

925 - عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَامَ عَشِيَّةً بَعْدَ الصَّلاَةِ، فَتَشَهَّدَ وَأَثْنَى عَلَى اللَّهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، ثُمَّ قَالَ: «أَمَّا بَعْدُ»

925. Dari Abu Hamid As-Sa’idi , bahwa Rosulullah berdiri di sore hari setelah sholat (Ashar) lalu membaca syahadatain dan memuji Allah dengan pujian yang layak untuk-Nya lalu berkata: “Amma ba’du”.

926 - عَنِ المِسْوَرِ بْنِ مَخْرَمَةَ ، قَالَ: قَامَ رَسُولُ اللَّهِ ، فَسَمِعْتُهُ حِينَ تَشَهَّدَ يَقُولُ: «أَمَّا بَعْدُ»

926. Dari Al-Miswar bin Makhromah , ia berkata: Rosulullah berdiri dan aku mendengar beliau bersabda pasca membaca syahadatain: “Amma ba’du.”

927 - عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ: صَعِدَ النَّبِيُّ المِنْبَرَ، وَكَانَ آخِرَ مَجْلِسٍ جَلَسَهُ مُتَعَطِّفًا مِلْحَفَةً عَلَى مَنْكِبَيْهِ، قَدْ عَصَبَ رَأْسَهُ بِعِصَابَةٍ دَسِمَةٍ، فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «أَيُّهَا النَّاسُ إِلَيَّ»، فَثَابُوا إِلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ هَذَا الحَيَّ مِنَ الأَنْصَارِ، يَقِلُّونَ وَيَكْثُرُ النَّاسُ، فَمَنْ وَلِيَ شَيْئًا مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ، فَاسْتَطَاعَ أَنْ يَضُرَّ فِيهِ أَحَدًا أَوْ يَنْفَعَ فِيهِ أَحَدًا، فَلْيَقْبَلْ مِنْ مُحْسِنِهِمْ وَيَتَجَاوَزْ عَنْ مُسِيِّهِمْ»

927. Dari Ibnu Abbas , ia berkata: Nabi naik mimbar dan akhir majlis beliau (sebelum wafat) memakai selendang yang diselimutkan kepada dua pundaknya, sementara kepalanya dibalut imamah yang warnanya sudah luntur. Beliau memuji Allah dan banyak memuji-Nya lalu bersabda: “Wahai manusia, kemarilah.” Maka orang-orang berkumpul menuju beliau, lalu beliau bersabda: “Amma ba’du: sesungguhnya masyarakat Anshor akan menjadi sedikit dan manusia akan bertambah banyak. Siapa yang nanti mengurusi urusan umat Muhammad , lalu ia mampu berlaku jahat kepada orang dan mampu pula memberi kebaikan kepada orang, maka terimalah kebaikan orang-orang Anshor dan maafkan kesalahan mereka.”

28. Duduk Sejenak di Antara Dua Khutbah Saat Jum’atan

928 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ ، قَالَ: «كَانَ النَّبِيُّ يَخْطُبُ خُطْبَتَيْنِ يَقْعُدُ بَيْنَهُمَا»

928. Dari Abdullah bin Umar , ia berkata: “Nabi berkhutbah dua kali dan duduk di antara keduanya.”

29. Serius Mendengarkan Khutbah

929 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ : «إِذَا كَانَ يَوْمُ الجُمُعَةِ وَقَفَتِ المَلاَئِكَةُ عَلَى بَابِ المَسْجِدِ يَكْتُبُونَ الأَوَّلَ فَالأَوَّلَ، وَمَثَلُ المُهَجِّرِ كَمَثَلِ الَّذِي يُهْدِي بَدَنَةً، ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي بَقَرَةً، ثُمَّ كَبْشًا، ثُمَّ دَجَاجَةً، ثُمَّ بَيْضَةً، فَإِذَا خَرَجَ الإِمَامُ طَوَوْا صُحُفَهُمْ، وَيَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ»

929. Dari Abu Huroiroh , ia berkata: Nabi bersabda: “Pada hari Jum’at, beberapa Malaikat berdiri di pintu Masjid untuk mencatat orang yang datang lebih awal secara berurutan. Perumpamaan orang yang datang lebih awal seperti orang yang berkurban dengan seekor unta bunting, lalu seperti orang yang berkurban seekor sapi betina, lalu kambing kibas, lalu seekor ayam, lalu sebutir telur. Apabila imam (khotib) sudah masuk Masjid, mereka menutup lembaran catatan tersebut untuk mendengarkan khutbah.”

30. Ketika Khotib Melihat Seseorang Datang, Ia Disuruh Sholat Tahiyatul Masjid

930 - عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ وَالنَّبِيُّ يَخْطُبُ النَّاسَ يَوْمَ الجُمُعَةِ، فَقَالَ: «أَصَلَّيْتَ يَا فُلاَنُ؟» قَالَ: لاَ، قَالَ: «قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ»

930. Dari Jabir bin Abdillah , ia berkata: seorang lelaki (Sulaik bin Hudbah ) datang saat Nabi berkhutbah Jum’at lalu beliau bertanya: “Apakah kamu sudah sholat (Tahiyatul Masjid), hai fulan?” Jawabnya: “Belum.” Beliau bersabda: “Berdirilah dan sholatlah dua rokaat.”[15]

31. Ketika Datang Saat Khotib Berkhutbah, Hendaknya Langsung Sholat Tahiyatul Masjid dengan Ringkas

931 - عَنْ جَابِرٍ ، قَالَ: دَخَلَ رَجُلٌ يَوْمَ الجُمُعَةِ وَالنَّبِيُّ يَخْطُبُ، فَقَالَ: «أَصَلَّيْتَ؟» قَالَ: لاَ، قَالَ: «قُمْ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ»

931. Dari Jabir , ia berkata: seorang lelaki datang Jum’atan saat Nabi berkhutbah lalu beliau bertanya: “Apakah kamu sudah sholat (Tahiyatul Masjid)?” Jawabnya: “Belum.” Beliau bersabda: “Berdirilah dan sholatlah dua rokaat.”[16]

32. Mengangkat Kedua Tangan Saat Khutbah

932 - عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ: بَيْنَمَا النَّبِيُّ يَخْطُبُ يَوْمَ الجُمُعَةِ، إِذْ قَامَ رَجُلٌ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلَكَ الكُرَاعُ، وَهَلَكَ الشَّاءُ، فَادْعُ اللَّهَ أَنْ يَسْقِيَنَا، فَمَدَّ يَدَيْهِ وَدَعَا

932. Dari Anas , ia berkata: ketika Nabi berkhutbah Jum’at, tiba-tiba seorang lelaki berdiri dan berkata: “Wahai Rosulullah, kuda-kuda mati dan kambing-kambing juga mati, tolong berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan untuk kita.” Maka beliau mengangkat tangannya berdoa.

33. Meminta Hujan Saat Khutbah di Hari Jum’at

933 - عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، قَالَ: أَصَابَتِ النَّاسَ سَنَةٌ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ ، فَبَيْنَا النَّبِيُّ يَخْطُبُ فِي يَوْمِ جُمُعَةٍ قَامَ أَعْرَابِيٌّ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلَكَ المَالُ وَجَاعَ العِيَالُ، فَادْعُ اللَّهَ لَنَا، فَرَفَعَ يَدَيْهِ وَمَا نَرَى فِي السَّمَاءِ قَزَعَةً، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا وَضَعَهَا حَتَّى ثَارَ السَّحَابُ أَمْثَالَ الجِبَالِ، ثُمَّ لَمْ يَنْزِلْ عَنْ مِنْبَرِهِ حَتَّى رَأَيْتُ المَطَرَ يَتَحَادَرُ عَلَى لِحْيَتِهِ ، فَمُطِرْنَا يَوْمَنَا ذَلِكَ، وَمِنَ الغَدِ وَبَعْدَ الغَدِ، وَالَّذِي يَلِيهِ، حَتَّى الجُمُعَةِ الأُخْرَى، وَقَامَ ذَلِكَ الأَعْرَابِيُّ - أَوْ قَالَ: غَيْرُهُ - فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، تَهَدَّمَ البِنَاءُ وَغَرِقَ المَالُ، فَادْعُ اللَّهَ لَنَا، فَرَفَعَ يَدَيْهِ فَقَالَ: «اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا» فَمَا يُشِيرُ بِيَدِهِ إِلَى نَاحِيَةٍ مِنَ السَّحَابِ إِلَّا انْفَرَجَتْ، وَصَارَتِ المَدِينَةُ مِثْلَ الجَوْبَةِ، وَسَالَ الوَادِي قَنَاةُ شَهْرًا، وَلَمْ يَجِئْ أَحَدٌ مِنْ نَاحِيَةٍ إِلَّا حَدَّثَ بِالْجَوْدِ

933. Dari Anas bin Malik , ia berkata: pada zaman Nabi manusia tertimpa musim kemarau panjang. Ketika Nabi berkhutbah di hari Jum’at, orang baduwi berdiri dan berkata: “Wahai Rosulullah, banyak harta yang rusak dan orang-orang yang kelaparan, tolong berdoalah untuk kami.” Maka beliau mengangkat tangannya berdoa. Kami tidak melihat awan sebelumnya, tetapi demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, tidaklah beliau menurunkan tangannya melainkan awan-awan sebesar gunung berdatangan. Lalu beliau tidak turun dari mimbarnya kecuali aku melihat air hujan menetes dari jenggot beliau . Hujan turun di tangah kami pada hari itu, besoknya, dan lusanya, lalu hari berikutnya, hingga Jum’at berikutnya. Maka orang baduwi itu —atau lelaki lain— bangkit dan berkata: “Wahai Rosulullah, bangunan roboh, harta tenggelam, maka berdoalah untuk kami.” Maka beliau mengangkat tangannya dan berdoa: “Ya Allah, turunkan hujan di sekitar kami, jangan tepat di atas kami.” Tidaklah beliau menunjuk ke arah awan kecuali awan-awan itu berpencar, hingga Madinah laksana jaubah (lubang cahaya matahari yang keluar dari tengah awan). Air hujan mengalir di lembah Qonat sebulan. Orang yang datang dari pinggir Madinah pasti bercerita tentang derasnya hujan di sana.

34. Diam Saat Khotib Berkhutbah di Hari Jum’at

934 - عَنْ أَبي هُرَيْرَةَ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: «إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الجُمُعَةِ: أَنْصِتْ، وَالإِمَامُ يَخْطُبُ، فَقَدْ لَغَوْتَ»

934. Dari Abu Huroiroh , bahwa Rosulullah bersabda: “Jika kamu berkata kepada temanmu saat Jum’atan: ‘Diamlah,’ padahal imam sedang berkhutbah, maka Jum’atanmu sia-sia (tanpa pahala).”

35. Waktu Mustajab di Hari Jum’at

935 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ذَكَرَ يَوْمَ الجُمُعَةِ، فَقَالَ: «فِيهِ سَاعَةٌ، لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ، وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا، إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ» وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا

935. Dari Abu Huroiroh , bahwa Rosulullah menyebut hari Jum’at dan bersabda: “Pada hari itu ada sebuah waktu, yang jika bertepatan dengan seorang Muslim yang sedang berdiri sholat, lalu meminta kepada Allah apapun, pasti Allah kabulkan permintaannya.” Beliau mengisyaratkan akan sebentarnya waktu tersebut.[17]

36. Jika Orang-Orang Lari Meninggalkan Khotib Saat Khutbah, Jum’atannya Imam Bersama Sisa Jamaah Tetap Sah

936 - عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ إِذْ أَقْبَلَتْ عِيرٌ تَحْمِلُ طَعَامًا، فَالْتَفَتُوا إِلَيْهَا حَتَّى مَا بَقِيَ مَعَ النَّبِيِّ إِلَّا اثْنَا عَشَرَ رَجُلًا، فَنَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ: {وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا} [الجمعة: 11]

936. Dari Jabir bin Abdillah , ia berkata: ketika kami Jum’atan bersama Nabi , tiba-tiba kafilah unta-unta pengangkut makanan datang lalu orang-orang bubar menujunya, hingga tidak tersisa bersama Nabi kecuali 12 orang saja. Lalu turun ayat ini: “Ketika mereka melihat perniagaan atau permainan yang melalaikan, bersegera menujunya dan meninggalkanmu seorang diri berdiri (berkhutbah). Katakanlah: ‘Apa yang di sisi Allah lebih baik dari permainan yang melalaikan dan perniagaan. Allah Maha Pemberi rezeki terbaik.’” (QS. Al-Jumu’ah: 11)

37. Bakdiyah dan Qobliyah Jum’at

937 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ : «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ كَانَ يُصَلِّي قَبْلَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ، وَبَعْدَهَا رَكْعَتَيْنِ، وَبَعْدَ المَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ فِي بَيْتِهِ، وَبَعْدَ العِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ، وَكَانَ لاَ يُصَلِّي بَعْدَ الجُمُعَةِ حَتَّى يَنْصَرِفَ، فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ»

937. Dari Abdullah bin Umar , bahwa Rosulullah sholat qobliyah Zhuhur 2 rokaat, bakdiyah Zhuhur 2 rokaat, bakdiyah Maghrib 2 rokaat di rumahnya, bakdiyah Isya 2 rokaat, dan beliau tidak sholat bakdiyah Jum’at hingga pulang lalu mengerjakannya 2 rokaat (di rumah).

38. “Jika sholat Jum’at selesai dilaksanakan, silahkan beterbaran di muka bumi mencari karunia Allah” (QS. Jumu’ah: 10)

938 - عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ ، قَالَ: «كَانَتْ فِينَا امْرَأَةٌ تَجْعَلُ عَلَى أَرْبِعَاءَ فِي مَزْرَعَةٍ لَهَا سِلْقًا، فَكَانَتْ إِذَا كَانَ يَوْمُ جُمُعَةٍ تَنْزِعُ أُصُولَ السِّلْقِ، فَتَجْعَلُهُ فِي قِدْرٍ، ثُمَّ تَجْعَلُ عَلَيْهِ قَبْضَةً مِنْ شَعِيرٍ تَطْحَنُهَا، فَتَكُونُ أُصُولُ السِّلْقِ عَرْقَهُ، وَكُنَّا نَنْصَرِفُ مِنْ صَلاَةِ الجُمُعَةِ، فَنُسَلِّمُ عَلَيْهَا، فَتُقَرِّبُ ذَلِكَ الطَّعَامَ إِلَيْنَا، فَنَلْعَقُهُ وَكُنَّا نَتَمَنَّى يَوْمَ الجُمُعَةِ لِطَعَامِهَا ذَلِكَ»

938. Dari Sahl bin Sa’ad , ia berkata: “Di kalangan kami ada seorang wanita (tua) yang menanam silqi (sejenis sayuran) di pinggir sungai kebunnya. Ketika hari Jumat, ia mencabut akar silqi dan memasaknya di sebuah panci, lalu mencampurnya dengan segenggam gandum yang sudah ditumbuk, maka jadilah akar silqi tersebut sebagai lauknya. Kami (Sahabat dan Rosulullah ) dahulu saat pulang dari Jum’atan, biasa mengucapkan salam kepadanya lalu ia menghidangkan makanan itu kepada kami. Kami pun lahap menyantapnya dengan tangan. Kami biasa berharap datang Jum’at lagi agar diberi makanan itu lagi.”

939 - عَنْ سَهْلٍ ، قَالَ: «مَا كُنَّا نَقِيلُ وَلاَ نَتَغَدَّى إِلَّا بَعْدَ الجُمُعَةِ»

939. Dari Sahl , ia berkata: “Kami dahulu tidak qoilulah (tidur siang) dan tidak pula sarapan kecuali setelah Jum’atan.”

39. Qoilulah Setelah Jum’atan

940 - عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ: «كُنَّا نُبَكِّرُ إِلَى الجُمُعَةِ، ثُمَّ نَقِيلُ»

940. Dari Anas , ia berkata: “Kami dahulu menyegerakan Jum’atan lalu qoilulah (tidur siang).”

941 - عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ ، قَالَ: «كُنَّا نُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ الجُمُعَةَ، ثُمَّ تَكُونُ القَائِلَةُ»

941. Dari Sahl bin Sa’ad , ia berkata: “Kami dahulu sholat Jum’at bersama Nabi lalu qoilulah (tidur siang).”

/


[1] Umat Islam kalah dari sisi masa, tetapi menang dari sisi keutamaan berupa diawalkan dihisab dan masuk Surga. Dua hal yang semestinya menjadi kebanggaan Yahudi dan Nashoro adalah diberi kitab sebelum kita dan diberi hari Jumat. Akan tetapi mereka menyia-nyiakan keduanya. Mereka tidak mengikuti Kitabnya bahkan merubahnya. Mereka juga enggan menjadikan hari Jum’at sebagai waktu berkumpul untuk ibadah, sehingga hari Jum’at diberikan kepada kita umat Islam, lalu Yahudi memilih Sabtu dan Nashoro memilih Ahad. Sebagaimana Jum’at mendahului Sabtu dan Ahad, begitupula umat Islam ini mengungguli Yahudi dan Nashoro.

[2] Jumhur ulama berpendapat Sunnah seperti Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Syaikh Bin Baz, dan Syaikh Al-Albani. Sebagian ulama berpandangan wajib.

[3] Ibnu Utsaimin berkata: “Waktu yang disebutkan Rosulullah dalam hadits di atas ada lima. Terbitnya matahari sampai khotib naik mimbar dibagi lima waktu. Boleh jadi masing-masing waktu ini seperti pembagian jam yang kita kenal, boleh jadi pula pembagian masing-masing waktu ini tidak sama lama dan sebentarnya, karena waktu sering berubah durasinya. Maka waktu ini dibagi lima, dimulai dari terbitnya matahari dan selesai saat khotib naik mimbar. Ada yang berpendapat dimulai dari terbitnya fajar tetapi ini lemah, karena ia waktu sholat Shubuh.” (Majmu Fatawa, no. 1260, secara ringkas)

[4] Istri yang tinggal di rumah suami, ia wajib amanah dalam mengelola dan menjaga aset suami dengan baik, hartanya maupun anaknya, terutama jika suami sedang keluar rumah untuk kerja maupun keperluan lainnya.

[5]  Sebagian mereka tidak mau diberi Jum’at sebagai hari utama mereka.

[6] Cara yang lain: seusai adzan lengkap, baru ditambah shollū fi buyūtikum atau shollū fī rihālikum. Saat itu Ibnu Abbas menjabat sebagai gubernur.

[7] Dipahami makna apa adanya, yaitu larangan duduk di antara dua orang, karena hal ini bisa membuat keduanya tidak nyaman dengan sesak, apalagi jika yang datang tersebut aromanya tidak wangi dan cuaca sangat panas. Adapula yang berpendapat makna kiasan, yaitu anjuran untuk bersegera ke Masjid agar bisa ke shof terdepan tanpa perlu melangkahi bahu-bahu dan memisahkan dua orang yang duduk bersama. Allahu a’lam.

[8] Tiga adzan maksudnya (1) adzan di pasar untuk memberitahu orang-orang agar persiapan Jumatan, (2) adzan ketika khotib duduk di mimbar, dan (3) iqomat (adzan kecil).

[9] Yakni adzan pertama untuk memberitahu orang-orang di pasar, dan adzan kedua ketika khotib naik mimbar.

[10] Sudah disinggung sebelumnya bahwa adzan ketiga di sini maksudnya iqomat.

[11] Kita mempercayainya dan ini termasuk mukjizat Nabi atas batang kurma. Batang kurma rindu kepada Nabi sementara ia adalah pohon, maka kita umatnya jauh lebih rindu. Semoga kita dikumpulkan di Surga Firdaus.

[12] Yang dilakukan orang-orang sekarang duduk berbaris sesuai shof adalah boleh, dan jika Masjid penuh sesak maka dianjurkan merapat meski tidak lurus shof.

[13] Gerakan di luar sholat karena hajat tidak membatalkan sholat.

[14] Yaitu ucapan أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله.

[15] Faidah: ketika datang saat adzan berkumandang, hendaknya langsung sholat Tahiyat, tidak berdiri menunggu selesai adzan, karena mendengarkan khutbah wajib dan Tahiyat sunnah.

[16] Berbicara kepada khotib tidak merusak pahala Jum’atan, jika memang hajat. Adapun hadits Abu Huroiroh di bawah nanti, berkaitan bicara antar sesama jamaah, bukan kepada khotib.

[17] Yaitu antara dua khutbah atau Ashar sampai Maghrib. Keduanya benar.


Related

Terjemah Shohih Al-Bukhori 8864489319790067995

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda yang sopan dan rapi.

emo-but-icon

Total Tayangan Halaman

WAKAF MUSHAF

WAKAF MUSHAF

Tentang Admin

Penulis bernama Nor Kandir ini kelahiran Jepara. Semenjak kecil tertarik dengan membaca terutama tentang alam ghoib dan huru-hara Hari Kiamat. Alumni Mahad Raudlatul Ulum Pati ini juga pernah nyantri di Mahad Tahfizh Qur'an Wadi Mubarok Bogor dan Pondok Mahasiswa Thaybah Surabaya dibawah asuhan Ust. Muhammad Nur Yasin, Lc dan beliau adalah guru utama penulis.

Gelar akademik penulis diperoleh di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan LIPIA Surabaya (cabang Universitas Al Imam di Riyadh KSA). Sekarang terdaftar sebagai mahasiswa Akademi Zad Arab Saudi dan Universitas Murtaqo Kuwait. Sertifikat yang diperoleh: ijazah sanad Kutub Sittah (Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah) dari Majlis Sama' bersama Dr. Abdul Muhsin Al Qosim dan Syaikh Samir bin Yusuf Al Hakali, juga matan-matan 5 semester Dr. Abdul Muhsin Al Qosim seperti Arbain, kitab² Muhammad bin Abdul Wahhab, Aqidah Wasithiyyah, Thohawiyah, Jurumiyah, Jazariyah, dll. Juga sertifikat hafalan Umdatul Ahkam dari Markaz Huffazhul Wahyain bersama Syaikh Abu Bakar Al Anqori. Kesibukan hariannya adalah mengajar bahasa Arob, dan menerjemahkan kitab-kitab yang diupload secara gratis di www.terjemahmatan.com

PENTING

Semua buku di situs ini adalah legal dan telah mendapatkan izin dari penerbit dan penulisnya untuk dicetak, disebar, dan dimanfaatkan dalam bentuk apapun. Boleh dikomersialkan dengan syarat: meminta izin ke penulis dan harganya dibuat murah (tanpa royalti penulis).

Bagi yang membutuhkan file wordnya untuk keperluan dakwah, bisa menghubungi Penulis di 085730-219-208.

Barokallahu fikum.

Pengikut

Hot in week

item