[PDF] Tarjamah Usul Tsalatsah - Tiga Dasar yang Wajib Diketahui Setiap Muslim - Edisi 3 | Muhammad bin Abdul Wahhab (1206 H)
[Empat Kewajiban Setiap Muslim]
Ketahuilah
–semoga Alloh merohmatimu– bahwa wajib bagi kita mempelajari empat hal:
Pertama: ilmu, yaitu mengenal Alloh, mengenal Nabi-Nya, dan
mengenal agama Islam disertai dalil-dalinya.
Kedua: mengamalkannya.
Ketiga: mendakwahkannya.
Keempat: sabar atas gangguan dalam melaksanakannya.
Dalilnya
adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
(٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ﴾
“Dengan menyebut nama Alloh yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta
yang nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran.”
(QS. Al-Ashr [103]: 1-3)
Imam
Asy-Syafi’i Rohimahullah berkata:
لَوْ
مَا أَنْزَلَ اللهُ حُجَّةً عَلَى خَلْقِهِ إِلاَّ هَذِهِ السُّوْرَةَ
لَكَفَتْهُمْ
“Sekiranya
Alloh tidak menurunkan hujjah bagi makhluk-Nya selain surat ini, niscaya ia
telah mencukupi.”
Imam
Al-Bukhori Rahimahullah berkata:
بَابُ
الْعِلْمِ قَبْلَ الْقَوْلِ وَالْعَمَلِ
“Bab:
ilmu sebelum berucap dan berbuat.”
Dalil
hal tersebut adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ﴾
“Ilmuilah
bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Alloh, dan mintalah
ampun atas dosamu.” (QS.
Muhammad [47]: 9) Oleh karena itu, ilmu didahulukan sebelum berkata
dan beramal.
[Tiga Keyakinan Terhadap Alloh]
Ketahuilah –semoga Alloh merohmatimu– bahwa wajib bagi
setiap Muslim dan Muslimah mempelajari pula tiga hal berikut ini dan
mengamalkannya.
Pertama: Alloh-lah yang menciptakan dan memberi rezki
kepada kita dan tidak membiarkan kita terlantar, tetapi mengutus seorang Rosul
kepada kita. Siapa yang mentaatinya, akan masuk Surga, dan siapa yang
menentangnya, akan masuk Neraka. Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu wa
Ta’ala:
﴿إِنَّا
أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى
فِرْعَوْنَ رَسُولًا (١٥) فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا
وَبِيلًا﴾
“Sesungguhnya
Kami telah mengutus kepadamu seorang Rosul sebagai saksi atas kalian,
sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rosul kepada Fir’aun, lalu Fir’aun
menentangnya, maka Kami siksa ia dengan siksaan yang berat.” (QS. Al-Muzammil [73]: 15-16)
Kedua: Sesungguhnya Alloh tidak ridha untuk disekutukan
dengan sesuatu pun bersama-Nya dalam ibadah kepada-Nya, baik Malaikat yang didekatkan
ataupun Nabi yang diutus. Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَأَنَّ
الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَدًا﴾
“Dan
sesungguhnya masjid-masjid adalah milik Alloh, maka janganlah kamu berdoa
kepada seorang pun bersama Alloh.”
(QS. Jin [72]: 18)
Ketiga: Siapa yang mentaati Rosulullah ﷺ dan mentauhidkan Alloh, maka tidak boleh baginya untuk berwala’
(berkasih sayang) kepada orang yang menentang Alloh dan Rosul-Nya, meskipun ia
adalah kerabat dekatnya. Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿ لَا تَجِدُ
قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ
عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ
مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ
اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾
“Kamu
tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Alloh dan hari Akhir,
saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Alloh dan Rosul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, atau pun
keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Alloh telah menanamkan keimanan
dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang
dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Alloh ridha terhadap mereka dan mereka
pun merasa puas terhadap (limpahan rohmat)-Nya. Mereka itulah golongan Alloh.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Alloh itulah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 22)
[Makna Hanif]
Ketahuilah –semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala
membimbingmu untuk mentaati-Nya– bahwa agama Ibrahim yang hanif adalah engkau
menyembah Alloh semata dan memurnikan ketaatan kepada-Nya, demikian itu yang
diperintahkan Alloh kepada seluruh manusia dan tujuan diciptakannya mereka. Hal ini sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa
Ta’ala:
﴿وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ﴾
“Tidaklah
Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)
Makna
(يَعْبُدُوْنِ) “menyembah-Ku” adalah (يُوَحِّدُوْنِ) “mentauhidkan-Ku”.
Hal
teragung yang diperintahkan Alloh adalah tauhid, yaitu menyendirikan Alloh
dalam ibadah, sementara hal yang sangat dilarang-Nya adalah kesyirikan, yaitu menyembah
selain Alloh bersamaan dengan (menyembah) Alloh. Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿وَاعْبُدُوا
اللهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا﴾
“Dan
sembahlah Alloh dan jangan berbuat syirik kepada-Nya sedikitpun.” (QS. An-Nisa’ [4]: 36)
[Tiga Dasar yang Wajib Diketahui
Setiap Muslim]
Apabila
ditanyakan kepadamu, “Apa Al-Ushul As-Tsalatsah (tiga hal mendasar) yang
wajib diketahui oleh tiap-tiap Muslim?” Maka, jawablah, “Seorang hamba mengenal
Tuhannya, agamanya, dan Nabinya Muhammad ﷺ.”
[Mengenal Alloh]
Apabila
ditanyakan kepadamu, “Siapa Tuhanmu?” Maka jawablah, “Tuhanku adalah Alloh yang
telah memeliharaku dan seluruh alam dengan nikmat-nikmat-Nya. Dia adalah
sesembahanku. Aku tidak memiliki sesembahan selain Dia.” Dalilnya adalah firman
Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ﴾
“Segala
puji milik Alloh tuhan semesta alam.”
(QS. Al-Fatihah [1]: 2] Segala sesuatu selain Alloh adalah alam (makhluk).
Apabila
ditanyakan kepadamu, “Dengan apa engkau mengenal Tuhanmu?” Maka Jawablah,
“Dengan tanda-tanda (kekuasaan) dan makhluk-makhluk-Nya.” Di antara tanda-tanda
(kekuasaan)-Nya adalah malam dan siang, dan matahari dan bulan. Di antara
makhluk-makhluk-Nya adalah langit yang tujuh dan bumi yang tujuh serta apa yang
ada di antara keduanya. Dalilnya dalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَمِنْ
آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا
لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ
كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ﴾
“Dan
sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah malam dan siang, matahari, dan
bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan,
tetapi bersujudlah kepada Alloh Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya
saja menyembah.” (QS. Al-Fussilat
[41]: 37)
Dan
juga firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِنَّ
رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ، أَلَا لَهُ
الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ﴾
“Sesungguhnya
Rabb-mu ialah Alloh yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia tinggi di atas ‘Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Alloh. Maha Suci Alloh, Tuhan semesta
alam.” (QS. Al-A’raf
[7]: 54)
Rabb
adalah yang disembah. Dalil hal ini adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (٢١) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا
وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ
الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ
تَعْلَمُونَ﴾
“Hai
manusia! Sembahlah Rabb-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu,
agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena
itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Alloh, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 21-22)
Imam
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata:
الْخَالِقُ
لِهَذِهِ الْأَشْيَاءِ هُوَ الْمُسْتَحِقُّ لِلْعِبَادَةِ
“Yang
menciptakan semua ini adalah yang berhak untuk diibadahi.”
Jenis-jenis
ibadah yang diperintahkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah Islam, iman,
dan ihsan. Di antaranya pula: doa, khauf (takut), raja`
(berharap), tawakkal, raghbah (berharap amalnya diterima), rahbah
(cemas amalnya ditolak), khusyu’, khasyyah (takut), inabah
(tobat), isti’anah (minta pertolongan), isti’adzah (minta
perlindungan dari gangguan setan), istighatsah (minta pertolongan saat genting), menyembelih, bernadzar, dan
ibadah-ibadah lainnya yang diperintahkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala
secara keseluruhan. Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَأَنَّ
الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَدًا﴾
“Dan
sesungguhnya masjid-masjid adalah milik Alloh, maka janganlah kamu berdoa
kepada seorang pun bersama Alloh.”
(QS. Jin [72]: 18)
Siapa
yang memalingkan satu saja ibadah tersebut kepada selain Alloh, maka dia
seorang musyrik lagi kafir (batal keislamannya). Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿وَمَنْ
يَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ
عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ﴾
“Dan
siapa menyembah tuhan yang lain di samping Alloh, padahal tidak ada suatu dalil
pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (QS. Al-Mukminun [23]: 117)
Dalam
sebuah hadits Nabi ﷺ disebutkan:
«الدُّعَاءُ
مُخُّ الْعِبَادَةِ»
“Doa
adalah intisari ibadah.” (HR. At-Tirmidzi no. 3371)
Dalilnya
adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ﴾
“Dan
Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang merasa tidak butuh dari berdo’a kepada-Ku akan
masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina’.”
(QS. Ghafir [40]: 60)
Dalil
khauf adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿فَلَا
تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ﴾
“Maka,
janganlah engkau takut kepada mereka dan takutlah kepadaku, jika engkau
orang-orang beriman.” (QS.
Ali Imran [3]: 175)
Dalil
raja` adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿فَمَنْ
كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا﴾
“Siapa
yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia beramal shalih dan
tidak menyekutukan dengan suatu apa pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi [18]: 110)
Dalil
tawakkal adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَعَلَى
اللهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ﴾
“Dan
hanya kepada Alloh-lah kalian bertawakkal, jika kalian orang-orang Mukmin.” (QS. Al-Maidah [5]: 23)
﴿وَمَنْ
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ﴾
“Dan
siapa yang bertawakkal kepada Alloh, maka Dia akan mencukupinya.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 3)
Dalil
raghbah, rahbah, dan khusyu’ adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِنَّهُمْ
كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا
وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ﴾
“Mereka
adalah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami
dengan penuh harap dan cemas, dan mereka khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya` [21]: 90)
Dalil
khasyyah adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿فَلَا
تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي﴾
“Maka,
janganlah engkau takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah [2]: 150)
Dalil
inabah adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَأَنِيبُوا
إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ﴾
“Dan
bertaubatlah kepada Tuhanmu dan serahkanlah dirimu kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar [39]: 54)
Dalil
isti’anah adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ﴾
“Hanya
kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah [1]: 4)
Dalam
sebuah hadits Nabi ﷺ disebutkan:
«وَإِذَا
اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ»
“Apabila
engkau meminta pertolongan, maka mintalah kepada Alloh.” (HR. At-Tirmidzi no. 2516)
Dalil
isti’adzah adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿قُلْ
أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ﴾
“Katakanlah:
aku berlindung kepada Tuhannya falaq.”
(QS. Al-Falaq [113]: 1)
﴿قُلْ
أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ﴾
“Katakanlah:
aku berlindung kepada Tuhannya manusia.”
(QS. An-Nas [114]: 1)
Dalil
istighatsah adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِذْ
تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ﴾
“Jika
engkau beristighatsah kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan mengabulkan bagimu.” (QS. Al-Anfal [8]: 9)
Dalil
dari As-Sunnah:
«لَعَنَ
اللهَ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ»
“Alloh
melaknat seseorang yang menyembelih karena selain Alloh.” (HR. Muslim no. 1978)
Dalil
menyembelih adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿قُلْ
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(١٦٢) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ﴾
“Katakanlah:
sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidup, dan matiku hanya untuk Alloh Tuhan
semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya.”
(QS. Al-An’am [6]: 162-163)
Dalil
nadzar adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿يُوْفُوْنَ
بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا﴾
“Mereka
menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang adzabnya merata di mana-mana.” (QS. Al-Insan [76]: 7)
[Mengenal Agama]
Dasar
yang kedua: mengenal agama Islam disertai dalil-dalilnya. Islam adalah:
اْلاِسْتِسْلاَمُ
لِلَّهِ بِالتَّوْحِيْدِ، وَالْاِنْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَةِ، وَالْبَرَاءَةُ
مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ
“Berserah
diri kepada Alloh dengan mentauhidkan-Nya, tunduk patuh dengan mentaati-Nya,
dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.”
Islam
memiliki tiga tingkatan: Islam, iman, dan ihsan. Masing-masing
tingkatan memiliki rukun tersendiri.
Rukun
Islam ada lima: syahadatain, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa
Ramadhan, dan haji ke Baitullah Al-Haram.
Dalil
syahadat adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿شَهِدَ
اللهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ
قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ﴾
“Alloh
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Ali Imran [3]: 18)
Maknanya
adalah (لَا مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ إِلاَّ اللهُ) “tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Alloh”. Lafazh (لَا
إِلَهَ) menafikan seluruh yang disembah selain Alloh
dan lafazh (إِلاَّ اللهُ) menetapkan bahwa ibadah hanya untuk Alloh
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam ibadah kepada-Nya, begitu juga tidak
ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan-Nya.
Tafsir tentang ini akan jelas dengan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ
(٢٦) إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ (٢٧) وَجَعَلَهَا كَلِمَةً
بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾
“Dan
ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: ‘Sesungguhnya aku
tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah)
Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah
kepadaku.’ Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada
keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 26-28)
﴿قُلْ
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ
أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ
بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا
اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ﴾
“Katakanlah:
‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali
Alloh dan kita tidak persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Alloh.’ Jika
mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri (kepada Alloh).’”
(QS. Ali Imran [3]: 64)
Dalil
syahadat مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿لَقَدْ
جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ
عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾
“Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang Rosul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin.” (QS. At-Taubah [9]:128)
Makna
syahadat (مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ) adalah:
[1]
(طَاعَتُهُ فِيْمَا أَمَرَ): mentaati Nabi ﷺ terhadap apa yang diperintahkannya.
[2]
(تَصْدِيْقُهُ فِيْمَا أَخْبَرَ): membenarkan Nabi ﷺ terhadap apa yang dikabarkannya.
[3]
(اِجْتِنَابُ مَا نَهَى عَنْهُ
وَزَجَرَ): menjauhi apa yang Nabi ﷺ larang dan peringatkan.
[4]
(أَنْ لَا يُعْبَدَ اللهُ إِلاَّ
بِمَا شَرَعَ): Alloh tidak disembah kecuali dengan apa
yang Nabi ﷺ syariatkan.
Dalil
shalat, zakat, dan tafsir tauhid adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ﴾
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus,
dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian
itulah agama yang lurus.” (QS.
Al-Bayyinah [98]: 5)
Dalil
puasa adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴾
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 183)
Dalil
haji adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَلِلَّهِ
عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ
فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ﴾
“Mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Alloh, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah. Siapa mengingkarinya, maka sesungguhnya Alloh Maha
Kaya dari semesta alam.” (QS.
Ali Imran [3]: 97.)
Tingkatan
kedua: iman.
Iman
memiliki 70 cabang lebih. Yang paling tinggi adalah ucapan (لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ) dan yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah cabang dari iman.
Rukun
iman adalah engkau beriman kepada Alloh, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya,
Rosul-Rosul-Nya, hari Akhir, dan engkau beriman terhadap takdir yang baik maupun
yang buruk.
Dalil
mengenai rukun yang enam ini adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿لَيْسَ
الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ
الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ
وَالنَّبِيِّينَ﴾
“Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Alloh, hari kemudian, Malaikat-Malaikat,
kitab-kitab, Nabi-Nabi.” (QS.
Al-Baqarah [2]: 177)
Adapun
dalil takdir adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِنَّا
كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ﴾
“Sesungguhnya
segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir-takdir.”
(QS. Al-Qamar [54]: 49)
Tingkatan
ketiga: ihsan. Ihsan hanya memiliki satu rukun, yaitu:
«أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ»
“Engkau
menyembah Alloh dalam keadaan seolah-olah melihat-Nya, jika engkau tidak bisa
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
(HR.
Al-Bukhori no.
50 dan Muslim no.
8)
Dalilnya
adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِنَّ
اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ﴾
“Sesungguhnya
Alloh bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang muhsin.” (QS. An-Nahl [16]: 128)
Dan
juga firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَتَوَكَّلْ
عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (٢١٧) الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ (٢١٨)
وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ (٢١٩) إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ﴾
“Dan
bertawakAlloh kepada (Alloh) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang
melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan
gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Asy-Syu’araa [26]: 217-220)
Dan
firman-Nya pula:
﴿وَمَا
تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ
عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ﴾
“Tidaklah
kamu berada dalam suatu keadaan dan tidak pula membaca suatu ayat dari Al-Qur’an
dan tidak pula kamu mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami melihatmu di
waktu kamu melakukannya.” (QS.
Yunus [10]: 61)
Dalil
dari As-Sunnah
adalah hadits Jibril yang terkenal dari Umar RadhiyAllohu ‘Anhu, beliau
berkata:
بَيْنَمَا
نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ، شَدِيْدُ بَيَاضِ
الثِّيَابِ، شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ،
وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ، فَأَسْنَدَ
رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ:
يَا مُحَمَّدُ! أَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِسْلَامِ. قَالَ: «أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ،
وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ
إِلَيْهِ سَبِيْلاً» فَقَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ
وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيْمَانِ. قَالَ: «أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ
وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ
بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ» قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ
الْإِحْسَانِ. قَالَ: «أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ
تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ» قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ. قَالَ: «مَا
الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ» قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ
أَمَارَاتِهَا. قَالَ: «أَنْ تَلِدَ الْأَمَّةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى
الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي
الْبُنْيَانِ» قَالَ: ثُمَّ انْطَلَقَ
فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ لِي: «يَا عُمَرُ أَتَدْرِيْ مَنِ
السَّائِلِ؟» قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: «فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ،
أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ»
“Ketika
kami tengah berada di majelis bersama Rosulullah, tiba-tiba tampak dihadapan
kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam,
tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh, dan tidak seorang pun
di antara kami yang mengenalnya. Lalu dia duduk di hadapan Nabi ﷺ dan menyandarkan
lututnya pada lutut beliau serta meletakkan tangannya di atas paha beliau,
selanjutnya dia berkata, ‘Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam.’
Beliau menjawab, ‘Islam itu Anda bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan
selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, Anda mendirikan
shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan mengerjakan
ibadah haji ke Baitullah jika Anda mampu melakukannya.’ Orang itu berkata,
‘Engkau benar.’ Kami pun heran, dia yang bertanya tetapi dia pula yang
membenarkan. Orang itu berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang Iman.’
Beliau menjawab, ‘Anda beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir
yang baik maupun yang buruk.’ Dia berkata, ‘Engkau benar.’ Orang itu
berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang ihsan.’ Beliau menjawab, ‘Anda
beribadah kepada Alloh seakan-akan Anda melihat-Nya, jika Anda tidak
melihatnya, sesungguhnya Dia melihat Anda.’ Orang itu berkata lagi,
‘Beritahukan kepadaku tentang Kiamat.’ Beliau menjawab, ‘Orang yang ditanya
itu tidak lebih tahu dari yang bertanya.’ Selanjutnya orang itu berkata
lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya.’ Beliau menjawab, ‘Jika
budak perempuan telah melahirkan anak majikannya, jika Anda melihat orang-orang
yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing,
berlomba-lomba meninggikan bangunan.’
Kemudian pergilah ia, aku diam beberapa lama kemudian Rosulullah ﷺ berkata kepadaku, ‘Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang
bertanya itu?’ Saya menjawab, ‘Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui.’
Beliau bersabda, ‘Ia adalah Jibril, dia datang kepada kalian untuk
mengajarkan agama kalian.’” (HR. Muslim
no. 8)
[Mengenal Nabi Muhammad]
Dasar
yang ketiga: Mengenal Nabi Muhammad ﷺ.
Beliau
adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Hasyim
dari Quraisy dan Quraisy dari Arab, dan Arab dari keturunan Ismail bin Ibrahim Al-Khalil
‘Alaihis Salam.
Usia
beliau 63 tahun. Yang 40 tahun sebelum kenabian, dan 23 tahun sebagai Nabi dan Rosul.
Awal kenabian Nabi ﷺ dengan turunnya wahyu surat Al-Alaq dan keRosulan
dengan turunnya wahyu surat Al-Muddats-tsir.
Negeri beliau Makkah.
Alloh
mengutus beliau sebagai pemberi peringatan dari kesyirikan dan mengajak kepada
tauhid. Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿يَا
أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ (١) قُمْ فَأَنْذِرْ (٢) وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ (٣)
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (٤) وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ (٥) وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ
(٦) وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ﴾
“Hai
orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu
agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi agar memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan karena
Tuhanmu, bersabarlah.” (QS.
Al-Muddatsir [74]: 1-7)
Makna
(قُمْ فَأَنْذِرْ) adalah berilah peringatan dari kesyirikan
dan ajaklah kepada tauhid.
Makna
(وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ) adalah agungkanlah Dia dengan tauhid.
Makna
(وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ) adalah bersihkanlah amalanmu dari
kesyirikan.
Makna
(وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ) adalah pebuatan dosa dengan menyembah
berhala, dan cara mengatasinya dengan meninggalkannya dan berlepas diri darinya
dan pelakunya. Untuk hal ini, beliau ﷺ berdakwah selama 13 tahun untuk mengajak
kepada tauhid. Setelah 10 tahun kenabian, beliau dinaikkan ke langit dan
mendapatkan kewajiban shalat lima waktu. Beliau ﷺ shalat di Makkah selama 3 tahun, setelah
itu diperintah hijrah ke Madinah.
Hijrah
adalah berpindah dari negeri kesyirikan ke negeri Islam. Hijrah diwajibkan atas
umat ini dari negeri kesyirikan menuju negeri Islam. Hal ini tetap berlaku hingga
terjadinya Kiamat.
Dalilnya
adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِنَّ
الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ
كُنْتُمْ، قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ، قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ
أَرْضُ اللهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا، فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ
وَسَاءَتْ مَصِيرًا (٩٧) إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ
وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا (٩٨) فَأُولَئِكَ
عَسَى اللهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللهُ عَفُوًّا غَفُورًا﴾
“Sesungguhnya
orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri,
(kepada mereka) Malaikat bertanya: ‘Bagaimana keadaan kalian dulu?’ Mereka
menjawab: ‘Kami dulu adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah).’
Para Malaikat berkata: ‘Bukankah bumi Alloh itu luas, sehingga kamu dapat
berhijrah di bumi itu?’ Orang-orang itu tempatnya di Neraka Jahanam, dan
Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik
laki-laki atau wanita atau pun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan
tidak mengetahui jalan (untuk hijrah). Mereka itu, mudah-mudahan Alloh
memaafkannya. Dan adalah Alloh Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. An-Nisa` [4]: 97-99)
Dan
firman-Nya pula:
﴿يَا
عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ﴾
“Hai
hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja.” (QS. Al-Ankabut [29]: 56)
Imam
Al-Baghawi Rahimahullah berkata:
سَبَبُ
نُزُوْلِ هَذِهِ الْآيَةِ فِي الْمُسْلِمِيْنَ الَّذِيْنَ بِمَكَّةَ لَمْ
يُهَاجِرُوْا، نَادَاهُمُ اللهُ بِاسْمِ الْإِيْمَانِ
“Sebab
turunnya ayat ini mengenai kaum Muslimin yang tinggal di Makkah
yang belum berhijrah. Alloh memanggil mereka dengan sebutan keimanan.”
Dalil
hijrah dari As-Sunnah adalah sabda Nabi ﷺ:
«لاَ
تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ حَتَّى تَنْقَطِعَ التَّوْبَةُ، وَلاَ تَنْقَطِعَ
التَّوْبَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا»
“Hijrah
tidak akan terputus hingga taubat terputus dan taubat tidak akan terputus
kecuali matahari terbit dari barat.”
(HR. Abu Dawud no.
2479)
Ketika
Nabi ﷺ menetap di Madinah, beliau ﷺ diperintah dengan
syariat
Islam yang masih tersisa, seperti zakat, puasa, haji, jihad, adzan, amar
ma’ruf, nahi mungkar,
selama 10 tahun.
Kemudian beliau ﷺ wafat dalam keadaan agama sempurna.
Beginilah agama Islam, tidak ada kebaikan melainkan
beliau ﷺ telah menunjukkannya kepada umatnya, dan
tidak ada keburukan melainkan beliau ﷺ telah
memperingatkannya kepada umatnya. Kebaikan yang ditunjukkan oleh Nabi ﷺ adalah tauhid dan keburukan yang
diperingatkan adalah kesyirikan dan seluruh yang dibenci dan tidak disukai Alloh
Subhanahu wa Ta’ala.
Alloh
Subhanahu wa Ta’ala mengutus beliau kepada seluruh manusia dan
mewajibkan seluruh jin dan manusia mentaatinya. Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿قُلْ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا﴾
“Katakanlah:
Wahai sekalian manusia! Aku adalah utusan Alloh kepada kalian seluruhnya.” (QS. Al-Araf [7]: 158)
Dengan
beliau ﷺ, Alloh menyempurnakan agama-Nya. Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ دِينًا﴾
“Pada
hari ini telah Aku sempurnakan agama bagimu dan telah Kucukupkan nikmat-Ku
padamu serta telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.”
(QS. Al-Ma`idah [5]: 3)
Dalil
atas kematian Nabi ﷺ adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِنَّكَ
مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ (٣٠) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ
رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ﴾
“Sesungguhnya
engkau akan mati dan sesungguhnya mereka juga akan mati. Kemudian, benar-benar
kalian pada hari Kiamat berbantah-bantahan di sisi Tuhanmu.” (QS. Az-Zumar [39]: 30-31)
Apabila
manusia meninggal, mereka akan dibangkitkan kembali. Dalilnya adalah firman Alloh
Subhanahu wa Ta’ala:
﴿مِنْهَا
خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى﴾
“Dari
tanah itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu
dan darinya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (QS. Thaha [20]: 55)
Dan
juga firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَاللهُ
أَنْبَتَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ نَبَاتًا (١٧) ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا
وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا﴾
“Dan
Alloh menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia
mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu dengan sebenar-benarnya.” (QS. Nuh [71]: 17-18)
Setelah
kebangkitan, mereka dihisab dan dibalas amal-perbuatannya.
Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿لِيَجْزِيَ
الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى﴾
“Supaya
Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang
telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik
dengan pahala yang lebih baik (Surga).”
(QS. An-Najm [53]: 31)
Siapa
yang mendustakannya, maka dia kafir. Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿زَعَمَ
الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ
لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ﴾
“Orang-orang
yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.
Katakanlah: ‘Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan,
kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’ Yang demikian
itu adalah mudah bagi Alloh.” (QS.
At-Taghabun [64]: 7)
Alloh
mengutus seluruh Rosul ‘Alaihimus Shalatu was Salam sebagai pemberi
kabar gembira dan pemberi peringatan. Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿رُسُلًا
مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةٌ
بَعْدَ الرُّسُلِ﴾
“(Mereka
kami utus) selaku Rosul-Rosul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Alloh sesudah diutusnya Rosul-Rosul
itu.” (QS. An-Nisa` [4]: 165)
Rosul
yang pertama adalah Nuh ‘Alaihis Salam dan Rosul yang terakhir adalah
Muhammad ﷺ. Dalil bahwa Rosul yang pertama adalah Nuh Alaihis Salam
adalah
﴿إِنَّا
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ﴾
“Sesungguhnya
Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu
kepada Nuh.” (QS. An-Nisa`
[4]: 163)
Setiap
umat yang Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengutus seorang Rosul kepada mereka
dari Nuh hingga Muhammad ﷺ memerintahkan mereka untuk menyembah hanya
kepada Alloh dan melarang mereka menyembah thaghut. Dalilnya adalah firman Alloh
Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ﴾
“Dan
sungguh telah Kami utus pada setiap umat seorang Rosul (untuk mendakwahkan):
‘Sembahlah Alloh saja dan jauhilah thaghut.’”
(QS. An-Nahl [16]: 36)
Alloh
Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan kepada seluruh hamba agar mengingkari
thaghut dan mengimani Alloh. Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata:
الطَاغُوْتُ
مَا تَجَاوَزَ بِهِ العَبْدُ حَدَّهُ مِنْ مَعْبُوْدٍ، أَوْ مَتْبُوْعٍ، أَوْ
مُطَاعٍ. وَالطَّوَاغِيْتُ كَثِيْرَةٌ، وَرُؤُوْسُهُمْ خَمْسَةٌ: إِبْلِيْسُ
لَعْنَهُ اللهُ، وَمَنْ عُبِدَ وَهُوَ رَاضٍ، وَمَنْ دَعَا النَّاسَ إِلَى
عِبَادَةِ نَفْسِهِ، وَمَنِ ادَّعَى شَيْئاً مِنْ عِلْمِ الْغَيْبِ، وَمَنْ حَكَمَ
بِغَيْرِ مَا أَنْزَلَ اللهُ
“Thaghut
adalah setiap yang disembah, diikuti, dan ditaati secara melampaui batas oleh
hamba. Thaghut ada banyak dan ketuanya ada lima: (1) Iblis
–semoga laknat Alloh atasnya-, (2)
seseorang yang ridha disembah,
(3) seseorang
yang mengajak manusia agar menyembahnya, (4) seseorang
yang mengaku mengetahui ilmu ghaib, dan (5) seseorang
yang berhukum dengan selain hukum yang Alloh turunkan.” (I’lamul Muwaqqi’in
I/50)
Dalilnya
adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
﴿لَا
إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ
بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
لَا انْفِصَامَ لَهَا﴾
“Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dari jalan yang sesat. Karena itu, siapa yang ingkar kepada thaghut dan
beriman kepada Alloh, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang amat kuat.” (QS. Al-Baqarah
[2]: 256)
Inilah
makna لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
Dalam
sebuah hadits Nabi ﷺ disebutkan:
«رَأْسُ
الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ
فِي سَبِيْلِ اللهِ»
“Pangkal
segala urusan adalah Islam, pondasinya adalah shalat, dan puncaknya adalah
jihad di jalan Alloh.” (HR. Ahmad
no. 22016)
Allohu
A’lam. Semoga shalawat dan
salam tercurah kepada Muhammad, keluarganya, dan shahabatnya.[]
***
ijin copy dan share via WA
Ijin Download.
Jazakallah khairan
Afwan ust, izin print dan di fotocopy biar bisa dikaji bareng keluarga ya
izin mendownload pdf nya
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, ustadz, izin copy, save dan print untuk bacaan pribadi, Jazaakumullahu Khoiron wa baarakallahu fiikum
ijin download ustadz. Jazakallahu khairan
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan kok pdf yang revisi ada tulisan "Syaikh Abdul Wahab" doang? Bukanya yang menulis kitab ini putranya Abdul Wahab yang bernama Muhammad ? Kenapa tidak ada tulisan "ibn" atau "ibnu" atau "bin" ? Nanti bisa dikira yang menulis bapaknya loh padahal kan yang menulis putranya yang bernama Muhammad
Alhamdulillah saya sudah pesan bukunya, semoga cepat sampai, dan langsung di baca.